BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DI DESA GURUBENUA
2.1. Letak dan Luas Desa Gurubenua
Desa Gurubenua berada di Kecamatan Munte Kabupaten Karo Propinsi Sumatra Utara.
Dari 22 desa yang terdapat di Kecamatan Munte, Desa Gurubenua memiliki luas daerah sekitar
1000 Hektar atau berkisar 1 Km2, walaupun tidak begitu luas tetapi mayoritas penduduk desa
memiliki lahan sendiri untuk dikelola.
Jarak Desa dengan kota Kecamatan 23 km, sedangkan jarak Desa kengan ibukota
Kabupaten berjarak 12 Km dan jarak Desa dengan ibukota Propinsi berjarak sekitar 89 Km.
Dengan batas-batas wilayah yakni :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lausimomo, Desa Kutagearat
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kutambelin, Desa Kacinambun, Desa Singa
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kaban tua, dan
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Barungkersap
Susunan pemukiman Desa Gurubenua terpusat dan melingkar, yang dimana pemukiman
penduduk dikelilingi oleh perladangan masiarakat. Tata ruang Desa Gurubenua lumayan rapi
yang dimana rumah-rumah penduduk dibangun berbaris rapi dan berbentuk gang yang dimana
jalan di gang tersebut sebagian dapat dilalui oleh kendaraan roda empat sebagian lagi kendaraan
roda dua. Bentuk jalanya sebagian sudah menjadi jalan permanen yang dimana jalan tersebut
2.2. Sejarah Singkat Desa Gurubenua
Desa Gurubenua merupakan salah satu desa dari 22 desa yang ada di Kecamatan Munte
Kabupaten Karo. Desa ini merupakan desa yang memiliki mayoritas suku bangsa Karo yang
berasal dari Tanah Karo. Simantek kuta Desa Gurubenua adalah marga Ginting suka, yang
dimana kalimbubunya bermarga Sinuraya. Desa Gurubenua juga dihuni oleh sangkap geluh11
Sejak tahun 1975 sistem pemerintahannya di pimpin oleh seorang kepala desa, untuk
menjadi kepala desa memiliki perjuangan yang sangat besar,dimana setiap calon kepala desa
harus mendapat simpati dari masiarakat, dari tingkah laku dan sumbangsinya terhadap Desa
Gurubenua, karena system pemilihan kepala desa dilakukan dengan cara memungutan suata.
Selama periodenya telah lima kali melakukan pergantian kepala desa yang diantaranya adalah: Marga Ginting suka dengan seninanya. Begitujuga dengan sangkep geluh yang lainnya yang
terdiri dari anak beru yaitu marga Sembiring Milala.
Kehidupan sosial didesa Guarubenua cukup mengesankan, karena pada dasarnya kondisi
geografis yang cukup dekat dari Ibukota Kabupaten yaitu Kabanjahe. Namun, dari sektor
pendidikan daerah ini cukup baik dari segi infrastruktur maupun secara structural walaupun
hanya terdapat satu sekolah dasar negeri yang ada di desa ini. Hal ini tampak pada tingkat
pendidikan mayoritas penduduknya yang masih tinggi. Menurut data menunjukkan bahwa
rat-rata penduduk Gurubenua masih memiliki tingkat pendidikan sampai
Desa Gurubenua dibagi dua Kesain (wilayah) yaitu Kesain Milala dan Kesain Kenjulu adanya pembagian wilayah ini didasari karena letak geografis dan bentuk masuarakat yang
tinggal di wilayah tersebut.
11
1. Torong Ginting (1975-1982) pada masa ini kepala desa memimpin selama 7 tahun
2. Gambo Ginting (1982-1987) pada masa ini juga masih 7 tahun namun karena
meninggalnya kepala desa tersebut digantikan sementara oleh sekertaris desa
3. Mulihi Sinulingga (1987-1989) ini adalah kepala desa pengganti yang di angkat olek
masiarakat.
4. Karlim Prangin-angin (1989-2003) pasa masa ini kepala desa memiliki masa jabatan
selama 5 tahun karena sudah keluarnua peraturan daerah yang menyatakan massa
kepemimpinan kepala desa dalam 1 priode adalah 5 tahun.
5. Kincar Sinuraya (2003- Sekarang) kepala desa tersebud sudah 3 priode menjabat sebagai
kepala desa di Desa Gurubenua.
Adapun susunan pemerintahan Desa Gurubenua pada tahun 2013-2018 adalah sebagai
berikut:
Kepala Desa : Kincar Sinuraya
Sekertaris Desa : Lsrid Sinursys
Bendahara Desa : Sinar Ginting
Kepala urusan Pemerintahan : Sue Ginting
Kepala urusan Pembangunan : Bejeng Ginting
Kepala urusan Umum : Helpian Sinuraya
2.3 Kelembagaan Desa Gurubenua
Kelembagaan di Desa Gurubenua dapat dibagi menjadi dua yaitu kelembabaan formal
(Badan Perwakilan Desa), koprasi, Kelompok Tani, Karang Taruna, Puskesmas. Lembaga non
formal seperti kelembagaan yang berlandaskan agama dan klan marga. Lembaga formal dan non
formal dapat kita lihat dalam tanel berikut:
Tabel 2.1 Lembaga formal dan non formal yang ada di Desa Gurubenua
DESA GURUBENUA
Lembaga formal Lembaga non formal Tiga prioritas utama
1. Pemerintahan Desa
Jumlah penduduk Desa Gurubenua Kecamatan Munte Kabupaten Karo pada pada
february 2014 adalah 1992 jiwa. Terdiri dari laki-laki 1006 orang dan perempuan berjumlah 986
orang. Jumlah kepala keluarga (KK) 473 KK. Seluruh penduduk di Desa Gurubenua ini adalah
warga Negara Indonesia atau penduduk peribumi.
Penduduk Desa Gurubenua sebagian besar menganut agama Keristen protestan 58%
(GBKP 38%, GSRI 9%, GPDS 11% ) Katolik 26% dan beragama Islam 16%. Mayoritas
72 jiwa. Alasan kelompok pendatang ke Desa Gurubenua bermacam-macam, sebagian karena
menikah dengan warga desa, sedangkan sebagian datang sebagai pekerja atau disebut aron.
2.5 Sistem Kekerabatan Masyarakat Desa Gurubenua
Sistem kekerabatan adalah bentuk awal dari organisasi manusia sebelum berkembang
menjadi organisasi sosial, politik dan internasional. Kekerabatan didasarkan ikatan perkawinan,
dari perkawinan akan lahir anak, cucu, lalu berkembang menjadi organisasi manusia dan
didasarkan kepada pertalian darah. Sistem kekerabatan dan pertalian darah ini akan berkembang
menjadi suku (clan) dan suku bangsa yang kemudian membentuk organisasi didasarkan kepada
persamaan kebudayaan (Paz, 1997:7). Sistem kekerabatan pada masyarakat Desa Gurubenua
bersifat patrilineal yang mengambil garis keturunan dari ayah. Sistem kekerabatan tersebut masih
berlaku bagi mereka sampai sekarang ini. Sistem kekerabatan ini sudah berlangsung sejak lama,
yang menyebabkan masyarakat di Desa Gurubenua menjadi keluarga yang luas yang tidak hanya
terdiri dari satu suku bangsa saja. Dalam sistem perkawinan, mereka juga tidak mewajibkan
keturunan-keturunannya harus menikah dengan satu suku bangsa saja yang mayoritas dari
mereka bersuku bangsa Karo tetapi mereka memberikan kebebasan kepada anak-anaknya yang
telah dewasa untuk memilih dan menentukan pasangannya sendiri. Bagi mereka semua suku itu
sama, asalkan mereka itu seiman dan saling suka. Sementara itu, kebanyakan dari masyarakat
yang tinggal di Desa Gurubenua umumnya adalah beragama Keristen.
Sistem kekerabatan yang terjalin pada masyarakat Desa Gurubenua adalah berdasarkan
sistem kekeluargaan. Oleh karena itu, setiap mengambil keputusan baik dalam hal apapun
keluarga mempunyai peranan yang sangat penting, khususnya dalam hal perkawinan anak-anak
sakral dan dalam proses pelaksanaannya harus sesuai dengan adat-istiadat yang berlaku dalam
tatanan kehidupan masyarakat Karo. Kebanyakan dari masyarakat Desa Gurubenua menikah
dengan perempuan atau laki-laki di luar wilayahnya, misalnya kaum laki-laki dari Desa
Gurubenua yang kebanyakan mendapatkan jodohnya diluar dari Desa Gurubenua. Oleh karena
itu, masyarakat yang tinggal di Desa Gurubenua masih mempunyai hubungan persaudaraan satu
sama lainnya meskipun terdiri dari beberapa daerah yang berbeda.
Dalam sistem perekonomiannya, mereka menyangkut-pautkan hubungan kekerabatan
dengan sistem mata pencaharian. Misalnya saja, dalam pemilikan kebun ataupun lahan pertanian,
setiap orang dalam keluarganya terutama kaum laki-laki mendapatkan warisan dari orang tuanya,
begitu juga seterusnya dengan keturunan-keturunanya dalam memiliki lahan/kebun yang
nantinya akan mereka kelola sendiri, namun setiap anggota keluarga dapat menambah usaha
yang ingin dikelolanya dari hasil jerih payahnya sendiri baik itu dalam bentuk lahan, sektor
usaha maupun yang lainnya. Dengan demikian, pemilikan lahan/kebun di Desa Gurubenua
merupakan kepemilikan yang bersifat kekeluargaan dan berorientasi pada hubungan
kekerabatan.
Sementara itu, mata pencaharian utama penduduk Desa Gurubenua adalah bertani. Para
petani di Desa Gurubenua juga masih memiliki hubungan persaudaraan yang erat, tetapi dalam
hal ekonomi mereka tidak pernah memandang hubungan tersebut. Misalnya dalam hal
kepemilikan lahan dan peralatan pertanian, jika ada petani yang tidak memiliki lahan mereka
harus bekerja sebagai pekerja upahan. Petani yang tidak memiliki lahan dapat bekerja pada
petani yang memiliki lahan yang luas sebagai aron12
12
Aron adalah buruh tani yang bekerja di ladang
. Untuk aron yang bekerja di ladang akan
pukul 17-30. Demi untuk kelangsungan hidup keluarga aron tersebut, biasanya mereka harus
menyanggupi sistem pembagian upah seperti itu, meskipun hubungan antara aron kepada tauke
terkadang masih ada hubungan saudara sekalipun. Walaupun demikian, mereka tidak pernah
mengeluh dan tidak pernah merasa dirugikan oleh para tauke yang juga dianggap sebagai
pemilik ladang, karena bagi mereka pekerjaan adalah pekerjaan, yang tidak boleh dikaitkan
dengan sistem kekerabatan. Hal inilah yang membuat sistem kekerabatan yang terjalin selama ini
tidak pernah terjadi konflik, jika pun terjadi konflik selalu dapat menyelesaikannya dengan jalan
kekeluargaan atau musyawarah.
2.6 Hubungan Sosial Masyarakat Desa Gurubenua
Manusia sebagai makhluk sosial harus dapat mempergunakan pikiran, perasaan dan
kehendak agar dapat menyesuaikan diri serta berhadapan dengan lingkungan hidupnya. Untuk itu
ia harus berhubungan dengan individu lain, baik didalam keluarga maupun dengan
kelompoknya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan individu atau antara individu
dengan kelompok yang menyangkut hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi dan juga
mempunyai kesadaran untuk menimbulkan sikap tolong menolong sesama manusia. Dengan
demikian hubungan sosial merupakan hubungan antara dua individu atau lebih yang melibatkan
sikap, nilai maupun harapan di dalam mencapai kebutuhan sehari-hari.
Hubungan sosial pada masyarakat Desa Gurubenua terjadi berdasarkan sistem
kekerabatan dan sistem kekeluargaan. Sistem kekerabatan yang terjalin selama ini membuat
hubungan sosial mereka bertambah erat dan sangat mengutamakan nilai-nilai yang terdapat
didalamnya, seperti nilai gotong royong dan rasa tolong menolong yang sangat tinggi meski pun,
mayoritas menanam jeruk, diantara mereka tidak pernah terjadi konflik dan sangat senang
menjalani hidupnya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Hubungan sosial yang
terjalin diantara mereka didasarkan pada hubungan kerja sama dalam meningkatkan dan
mengembangkan desa. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh kepala desa yang memberikan
kontribusi dalam membantu pengembangan desa dan juga tahu bagaimana kondisi dari
masyarakatnya. Tingginya partisipasi kepala desa terhadap lingkungan desa ini menuntut
masyarakat yang tinggal di Desa Gurubenua untuk saling membantu guna mengembangkan dan
merawat desa agar dapat bertahan hidup dimasa yang akan datang.
Adanya interaksi sosial yang terjalin pada masyarakat Desa Gurubenua membuat
hubungan mereka menjadi sangat erat, meskipun kehidupan yang dijalani penuh dengan
kesulitan khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga. Seperti yang diketahui
kehidupan petani sangat diidentikkan dengan kesederhanaan. Namun, walaupun demikian
mereka tidak pernah berputus asa untuk terus dapat bertahan hidup, dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di Desa Gurubenua, demi dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.
Dengan adanya usaha mereka untuk terus dapat bertahan hidup membuat hubungan sosial yang
terjalin semakin kuat. Mereka sadar hubungan yang terjalin selama ini memberikan manfaat
yang cukup besar bagi kelangsungan hidup keluarga para petani jeruk. Manfaat tersebut dapat
berupa hubungan yang bersifat timbal-balik, yang kesemuanya itu hanya mereka dapatkan
melalui hubungan sosial. Oleh karena itu, dalam menjalin suatu hubungan bermasyarakat di Desa
Gurubenua, tidak pernah memandang status maupun derajatnya. Hubungan sosial yang terjalin
pada masyarakat Desa Gurubenua juga termasuk pada hubungan antara keluarga yaitu hubungan
antara suami dengan isteri, hubungan antara orang tua dengan anak dan hubungan antara anak
yang bersifat ekonomis, mulai dari adanya sistem pembagian kerja dan mengurus anak
khususnya dalam pendidikan. Adanya hubungan antara suami dan isteri dalam pembagian kerja
melibatkan hubungan kerja sama sehingga membuat adanya hubungan yang harmonis dan saling
pengertian antara mereka.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak juga menimbulkan hubungan saling
keterbukaan di antara mereka khususnya dalam pendidikan, dimana keluarga petani yang ada di
Desa Gurubenua mewajipkan anaknya untuk mengenyam dunia pendidikan yang tinggi, karena
kelak anak-anak dari para petani tersebut diharapkan kelak mendapatkan pekerjaan yang lebih
layak tidak seperti pekerjaan orang tuanya yaitu sebagai petani. Oleh karena itu, sang orang tua
tetap berusaha agar kehidupan keluarganya dapat lebih baik dengan jalan mencari kehidupan
yang lebih layak lagi yaitu bekerja keras.
2.7. Sistem Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Gurubenua
Mata pencaharian merupakan suatu kegiatan usaha yang dilakukan oleh kebanyakan
orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada banyak bentuk yang dilakukan oleh orang
sebagai mata pencahariannya. Lingkungan dimana tempat mereka tinggal juga memberikan
pengaruh yang cukup besar mengenai karakteristik mata pencaharian yang dijalankan, seperti
pada daerah pedesaan dimana umumnya mereka hidup dengan mengandalkan hasil agraris
seperti bertani dan juga memanfaatkan sumber daya alam yang ada di lingkungannya seperti
petani yang memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sistem mata pencaharian hidup masyarakat di Desa Gurubenua umumnya adalah petani,
adapun jenis tanaman yang ditanam oleh petani di Desa Gurubenua adalah bercocok tanam padi,
dan padi ladang yang memiliki luas berkisar 35 Ha, untuk jenis tananman sayuran, cabe, tomat,
terong, dan kol yang memiliki luas lahan berkisar 130 Ha merupakan jenis sayuran yang
mayoritas ditanam oleh petani di Desa Gurubenua, sedangkan untuk buah-buahan, jeruk yang
menjadi produksi pertanian terbesar Desa Gurubenua yang mencapai luas lebih dari 450 Ha yang
dapat menghasilkan rata-rata 36 ton/Ha. Binatang ternak yang paling banyak dipelihara di Desa
Gurubenua adalah kerbau, sapi, ayam, kambing, itik. Selain itu, di Desa Gurubenua juga
memiliki ikan air tawar seperti ikan mas, gurame, nila, dan lele.
2.7.1. Pertanian Jeruk Sebagai Mata Pencaharian
Bercocok tanam mengelola lahan/tanah atau yang biasa disebut dengan bertani
merupakan mata pencaharian utama yang dilakoni oleh penduduk Desa Gurubenua. Kegiatan
bertani dilakukan dengan peralatan-peralatan yang masih tradisional dan dengan luas lahan
perorangan yang tidak begitu luas yang rata-rata hanya mencapai 1-2 Ha. Dengan luas tanah
yang sedemikian para petani dapat menanam pohon jeruk 450-700 pokok, dengan jarak tanam
4x5 m. Untuk luas 1 ha biasanya mereka dapat memanen buah jeruk berkisar 20 ton sekali panen
(untuk kebun jeruk dengan perawatan yang baik), dalam durasi waktu panen 3 kali dalam 1 tahun
untuk panen besarnya. Terkadang adapula di antara petani yang melakukan 5-7 kali proses
pemanenan buah jeruk dalam setahun. Hal tersebut dilakukan karena keperluan konsumsi rumah
tangga yang mendesak. Akan tetapi, tidak semua kebun jeruk dapat menghasilkan jumlah
produksi jeruk perhektarnya sampai 20 ton, semuanya tergantung pada tingkat perawatan dan
pengelolaan dari kebun jeruk itu sendiri. Sementara itu, hasil yang didapatkan dari perkebunan
jeruk akan di jual dengan harga yang berbeda tergantung kualitas buah jeruk dan sewaktu-waktu
harga bisa saja berubah sesuai dengan keadaan pasar. Harga buah jeruk pada tahun 2013-2014
luas tanah 1 Ha dan produksi panennya sekitar 20 ton, maka para petani akan menerima
pendapatan minimal sebesar Rp.100.000.000,dan maksilam Rp. 180.000.000 per sekali panen.
Namun, kebanyakan para petani jeruk di Desa Gurubenua melakukan proses panen
produksi sebanyak 7 kali dalam setahun. Meskipun mereka memiliki luas tanah 1 Ha, tetapi
produksi panennya tidak akan mencapai 20 ton per hektarnya. Hal ini di karenakan biasanya
hanya 3 kali panen besar dan 4 kali itu hanya panen kecilnya.
Pekerjaan sebagai petani tidak hanya dilakukan oleh kepala keluarga ataupun yang
disebut sebagai suami (ayah), tetapi anak-anak mereka juga ikut berperan dan membantu orang
tuanya dalam bercocok tanam meskipun pengetahuan yang mereka miliki masih sangat terbatas.
Begitu juga dengan isteri mereka ikut membantu suaminya mengurus kebun jeruk mereka dan
juga mengurus kebutuhan rumah tangga.
Bertani juga merupakan salah satu mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal di wilayah daratan yang hidupnya hanya tergantung kepada alam. Hal tersebut juga
terjadi dikarena sulitnya bagi mereka mengentaskan kemiskinan yang dihadapi ditambah lagi
dengan serangan hama lalat buah. Kegiatan pertanian tersebut berlangsung sebagai kegiatan
rutinitas masyarakat petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Mayoritas Desa Gurubenua sendiri sudah berpuluh-puluh tahun hidup dari hasil
pertanian. Di mulai dari tahun 70han, sektor pertanian berkontribusi utama dalam memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Adapun jenis pertanian yang mendominasi sistem mata pencaharian
mereka adalah tanaman jeruk. Menurut data dari Desa Gurubenua disebutkan bahwa luas
tanaman perkebunan rakyat di Desa Gurubenua pada tahun 2013 paling di dominasi oleh
Pekerjaan bertani jeruk ini dilakukan oleh masyarakat Desa Gurubenua dan hidupnya
hanya tergantung kepada hasil kebunnya, yang sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, serangan
hama, penyakit jeruk, pupuk, pestisida serta sistem pengetahuan yang mereka miliki tentang
bagaimana cara mereka merawat kebunnya. Sistem pengelolaan yang mereka lakukan dengan
peralatan tersebut di atas merupakan sistem pengelolaan yang masih bersifat sederhana/
tradisional13
1. Aktivitas ekonomi adalah sebagai pekebun (farmer) .
Bahwa ekonomi subsisten meliputi tiga unit :
2. Tanah sebagai basis ekonomi
3. Pekerja berasal dari keluarga yang tidak dibayar
Meskipun dalam kenyataannya sistem perkebunan tergantung pada ekonomi pasar, akan tetapi
ketiga karakteristik masyarakat subsisten diatas masih tampak dalam kehidupan masyarakat Desa
Gurubenua khususnya bagi mereka yang bekerja sebagai petani jeruk.
2.7.1.1. Sistem Pengelolaan Kebun Jeruk di Desa Gurubenua
Sistem pengelolaan tanaman merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah
atau memanipulasi lingkungan hidup tanaman menjadi suatu keadaan yang dapat memacu
pertumbuhan dan produksi agar lebih optimal dan berkesinambungan, termasuk teknik-teknik
dalam memberikan perlakuan yang tepat terhadap tanaman itu sendiri. Masyarakat petani di
Desa Gurubenua memiliki sistem pengelolaan terhadap lingkungan sumber daya alam yang
mereka miliki. Mereka mengelola ataupun memanfaatkan sumber daya yang tersedia menjadi
13
suatu kegiatan yang dapat memberikan penghidupan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang
mereka perlukan. Dalam hal ini, bercocok tanam merupakan kegiatan yang telah menjadi sistem
mata pencaharian mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Mereka bekerja keras
mengelola tanah dengan sistem pengetahuan yang telah ada yang mereka dapatkan dengan
proses belajar.
Para petani di Desa Gurubnua pada umunya mengelola tanah untuk bercocok tanam
dengan jenis tanaman yaitu jeruk sebagai tanaman utamanya. Menanam jeruk diyakini akan
memberikan penghasilan yang cukup bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial
ekonomis keluarga. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh para petani jeruk di Desa Gurubenua
dalam mengelola kebunan jeruknya yaitu, penyedian lahan, pembibitan, penanaman bibit jeruk,
perawatan tanaman, panen, serta peralatan-peralatan yang digunakan..
Tanaman jeruk yang ditanam di areal kebun secara umum dikategorikan dalam dua
kelompok umur, yaitu kategori tanaman belum menghasilkan dan kategori tanaman
menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan adalah kelompok umur dimana tanaman baru
ditanam hingga dipanen untuk pertama kali. Sedangkan tanaman menghasilkan meliputi
kelompok umur dimana tanaman mulai dipanen untuk pertama kali hingga secara ekonomis tidak
mampu berproduksi lagi. Jadi, perawatan tanaman belum menghasilkan pada jeruk dimulai sejak
bibit mulai ditanam hingga tanaman berumur kurang lebih 42 bulan. Namun, untuk sampai pada
tahap tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan, para petani terdahulu
Dalam pemilihan bibit, biasanya masyarakat petani jeruk di Desa Gurubenua
menggunakan dua teknik, yang pertama membeli bibit yang sudah siap tanam dari pembibit, dan
yang kedua membuat kecambah sendiri dan menempel sendiri bibit yang ingin disiapkan.
Gambar 3.1 foto bibit jeruk yang siap untuk di tanam
Di dalam perawatan jeruk tidak lepas dari peroses pemupukan. Berikut ini adalah tata cara
perawatan jeruk dalam hal pemupukan yang dilakukan oleh petani jeruk di Desa Gurubenua :
a. Dosis tersebut untuk 450 batang atau luas lahan 1 Ha.
b. Pupuk diberikan dengan cara ditabur mengelilingi batang.
c. Apabila pupuk kompos seperti kotoran sapi dia ditumpuk di satu tempat seperti di sebelah kiri
Kebanyakan pada tanaman jeruk usia 1-3,5 tahun petani memakai system pertanian tumpang
sari seperti dari lorong antara jeruk satu dengan yang lain ditanami tanaman cabai, sayuran, dan
juga padi agar pupuk yang diberi kepada cabai atau sayuran dapat dikonsumsi oleh jeruk juga.
Pada tanaman jeruk usia 3,5 tahun jeruk mulai berbuah, pada masa berbuah ini jenis pupuk yang
digunakan oleh para petani jeruk di Desa Gurubenua tidak lagi mengharapkan sepenuhnya dari
pukuk yang diberi kepada tanaman musiman tersebut, melainkan petani sudah member jenis
pupukyang khusus untuk jeruk saja seperti NPK, UREA, dan TSP dan pupuk lainnya untuk buah
dan batang. Sistem pemupukan yang mereka lakukan seperti diatas biasanya mengacu pada
aturan pakai atau dosis yang tertera pada kemasan pupuk tersebut, meskipun terkadang sering
juga mereka memiliki alternatif sendiri dalam memberikan dosis pupuknya. Keadaan seperti ini
biasanya dilakukan tergantung keadaan tanaman apakah itu sebelum panen ataupun sesudah
panen, dan biasanya pemupukan dilakukan 3 kali per tahun untuk pupuk kimia dan 1 kali setahun
untuk pupuk kompos.
Begitu juga dengan peroses pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan rata-rata
setiap 10 hari sekali. Denagn cara penyemprotan pestisida, pestisida yang digunakan tergantung
kebutuhan tanaman dan dosis yang digunakan petani juga berdasarkan dosis yang sudah di
tentukan oleh pemilik toko pupuk dimana petani membeli pestisida atau para ahli yang ada di
Kabupaten Karo.
Dalam penanaman pohon jeruk proses penyiangan tergantung pada kondisi lahan dan
kondisi buah yang ada di batang. Apabila areal perkebunan terdapat jenis rumput yang tebal,
maka petani akan melakukan proses pembabatan dan pemeliharaan tanaman yang cukup
menghabiskan banyak tenaga. Hal yang terpenting dalam penyiangan ini adalah penyiangan
pertumbuhan tanaman jeruk. Proses penyiangan yang biasanya dilakukan oleh para petani rakyat
di Desa Gurubenua menggunakan peralatan lumayan moderen seperti mesin babat, parang, dan
cangkul.
2.7.1.2. Panen dan Sistem Pemasaran jeruk
Dalam budi daya pertanian, panen merupakan kegiatan puncak yang ditunggu-tunggu karena
dari panen itulah petani memperoleh keuntungan. Pada pertanian jeruk, panen merupakan tahap
akhir dari penggelolaan pertanian, tahap ini biasanya para pembeli darang kelahan jeruk untuk
melihat kondisi jeruk dan menyesuaikan harga dengan petani. Harga yang di dapat biasanya
tergantung harga pasaran dan pembeli memberi harga dan pemilik lahan menyesuaikannya
dengan keinginannya sendiri. Dari hasil kesepakatan antara dua belah pihak muncul harga yang
disepakati dan terjadilah transaksi.
2.7.1.3. Jam Kerja.
Para petani di Desa Gurubenua biasanya pergi ke ladang dari pukul 09.00 WIB, sekitar
pukul 12.00 WIB biasanya mereka pergunakan untuk beristirahat, adapun sebahagian dari
mereka yang pulang ke rumah untuk kembali berkumpul bersama keluarga dan makan bersama.
Setelah beristirahat, sekitar pukul 14.00 WIB, mereka kembali ke kebun untuk melanjutkan
pekerjaan yang dilaksanakanya tadi, dan pada pukul 17.30 WIB mereka kembali lagi ke rumah
untuk berkumpul dan melakukan aktivitas lainnya bersama-sama keluarganya.
Terkadang, jam kerja para petani jeruk di Desa Gurubenua juga tidak menentu, ada
sebahagian diantara mereka yang bekerja mulai pukul 10.00 WIB atau bahkan ada yang mulai
perawatan kebun jeruk tidak memerlukan rutinitas kerja yang seperti biasanya dilakukan oleh
petani-petani lainnya. Biasanya, hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan petani jeruk mencakup:
1. Penyemprotan,
2. Pemupukan,
3. Pembersihan piringan jeruk, dan
4. Pemangkasan.
Sistem perawatan yang demikian, berdasarkan keterangan dari beberapa informan hanya dalam
peruses pemompaan yang membutuhkan pengawasan ataupun jam kerja yang bersifat rutinitas.
2.8 Kebutuhan Keluarga Petani Jeruk.
Kebutuhan ekonomi masyarakat di Desa Gurubenua mengarah pada kebutuhan yang
bersifat primer (makan, minum, pakaian serta perumahan) dan juga kebutuhan yang bersifat
sekunder (alat-alat rumah tangga dan perabot). Selain kebutuhan ekonomi tersebut masyarakat
Desa Gurubenua juga memiliki kebutuhan lain yang lebih penting yaitu kebutuhan petani jeruk
dalam pemompaan dan membeli pupuk.
Dalam satu hektar rata-rata terdapat 450 pohon jeruk dan menurut keterangan mereka,
banyaknya pupuk yang terhabiskan mencapai 500 kg - 1ton itu tergantung kebutuhan pangan
jeruk terkadang lebih dari 1 ton pupuk yang di butuhkan. Petani menyebutkan biaya yang
dibutuhkan dalam sekali pemupukan Rp 7.000.000-Rp 10.000.000 tergantung kebutuhan pupuk
dan harga pasar pupuk yang ada di toko pupuk. Begitu juga dengan penyemprotan jeruk yang
rutin dilakukan 10 hari sekali yang dimana biaya pestisida ditambah dengan upah pemompa
member pupuk kompos seperti kotoran sapi ke batang jeruk yang biasanya dalam 1 batang di
beri 1 beko (sorong) pupuk kompos, biasanya dalam dalam 1 mobil kooldisel terdapat 80 beko,
jadi dalam 1 hektar jeruk biasanya di butuhkan sampai 6 mobil kooldisel yang harga 1 mobil
kooldisel Rp. 1.100.000 diantar sampai ke lokasi lahan, jadi dalam setahun petani harus
mengeluarkan dana sebesar Rp. 7.000.000 sudah termasuk ongkos pekerja yang membagikan
kompos ke batang jeruk.
Kebutuhan dalam keluarga juga harus diperhitungkan mulai dari biaya pendidikan anak,
listrik, peralatan mandi (sabun, sikat gigi, sampo dan odol), serta kebutuhan dalam membeli
peralatan rumah tangga. Kebutuhan esensial lainnya antara lain seperti makanan, pakaian,
perumahan, kesehatan, transportasi, perawatan pribadi dan rekreasi merupakan kebutuhan yang
juga mesti dipenuhi. Besarnya proporsi pendapatan yang dipergunakan untuk memenuhi
masing-masing kebutuhan pokok tersebut tergantung pada tingkat pendapatan suatu masyarakat. Pada
masyarakat yang sudah maju, menurut Singarimbun (dalam Mulyanto, 1985:82), “jumlahnya
kurang dari 50 persen”.
Untuk memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan itu pada saat terjadinya serangan wabah
hama lalat buah mengubah secara drastic prekonomian petani jeruk yang ada di Desa Gurubenua
dimana tadinya para petani jeruk serba berkecukupan menjadi turun sangat drastic. Akibat
serangan hama lalat buah tersebut mau tidak mau para istri petani jeruk yang ada di Desa
Gurubenua pun ikut turut bekerja dalam membantu meringankan beban ekonomi keluarga,
karena mereka sadar dengan hanya mengandalkan hasil kebun jeruk mereka tidak akan mampu
Oleh karena itu, petani jeruk di Desa Gurubenua berusaha untuk menyeimbangkan
pendapatan yang dihasilkan dengan pengeluaran yang dibutuhkan untuk keperluan mereka
sehari-hari. Jika mereka tidak pandai dalam mengatur keuangan, maka kebutuhan ekonomi
mereka tidak akan terpenuhi. Hal tersebut lah yang membuat petani jeruk tidak pernah berputus
asa dalam menjalani profesi mereka sebagai petani jeruk, karena walaupun dikatakan serba
berkekurangan tetapi mereka masih mampu untuk bertahan hidup.
Ada yang membedakan antara kebutuhan primer dengan kebutuhan sekunder. Kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang paling utama untuk dapat mempertahankan hidup seperti makan,
minum, pakaian dan perumahan, sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang
diperlukan guna melengkapi kebutuhan primer, seperti alat-alat dan perabot. Mengingat hal-hal
tersebut diatas, maka perlu strategi yang lebih di arahkan pada tujuan pemenuhan kebutuhan
hidup manusia. Model kebutuhan dasar sebagai suatu strategi harus mampu memenuhi 5 (lima)
sasaran utama, yaitu:
1. Dipenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan, peralatan sederhana dan berbagai
kebutuhan yang secara luas dipandang oleh masyarakat yang bersangkutan.
2. Dibukanya kesempatan luas untuk memperoleh berbagai pelayanan umum, seperti
pendidikan, kesehatan, air minum, dan pemukiman yang sehat.
3. Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif, termasuk
menciptakan sendiri, yang memungkinkan adanya balas jasa yang seimbang untuk dapat
4. Terbinanya prasarana yang memungkinkan produksi barang dan jasa dengan
kemampuan untuk menyisihkan tabungan bagi pembiayaan usaha selanjutnya, terutama
dalam sektor subsistensi.
5. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan pelaksanaan proyek-proyek
pembangunan.
Munculnya basic human needs dengan 5 (lima) sasaran tersebut disebabkan karena growth-oriented approach yang telah dianggap memberi kemajuan dan pertumbuhan ekonomi
dibeberapa negara belum dapat memberi pembagian hasil yang merata diantara golongan
penduduk yang ada di berbagai daerah. Hal ini juga tidak terlepas dari berbagai kebudayaan yang
memiliki perbedaan masing-masing dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Kebudayaan sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia selalu
berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Kebudayaan yang merupakan suatu kebiasaan yang
dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu, seperti adat atau cara hidup masyarakat dan
merujuk pada pengetahuan yang diperoleh dan digunakan untuk menginterpretasikan
pengalaman dan pola tingkah laku sosial yang bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan
kebutuhan manusia.14
Dari ilustrasi sederhana dapat dilihat bagaimana kebutuhan hidup manusia itu menyatu
dengan nilai-nilai masyarakat pendukung kebudayaan itu. Selain pengaruh lingkungan hidup
baik yang berwujud lingkungan alam, sosial dan lingkungan buatan, menyatu kuat dalam
keputusan-keputusan yang diambil manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya itu. Dari
perspektif yang lebih luas, dalam kebutuhan hidupnya manusia itu dapat pula dilihat dari dimensi
14
yang menyangkut kebutuhanmanusia sebagai individual, social dan moral, dan ketiga dimensi itu
selalu kait mengait dalam memenuhi kebutuhan hidup. Secara sederhana Malinowski (dalam
Sairin, 2002:2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup.
Manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan biologis, sosial dan psikologis. Untuk memenuhi kebutuhan akan makanan dan
minuman yang merupakan salah satu dari kebutuhan biologis, manusia terikat dengan gagasan
makanan yang dapat dikonsumsi dan makanan mana pula yang diharamkan untuk di makan.
2.9 Hubungan Petani Jeruk dengan Sesama Petani
Setiap individu yang berada dalam suatu lingkungan kelompok atau masyarakat pasti
memerlukan individu lainnya untuk dapat bertahan hidup. Karena individu tersebut merupakan
makhluk sosial yang saling tergantung satu sama lainnya. Hubungan yang terjadi antara sesama
petani jeruk juga terjalin sangat baik. Petani jeruk di Desa Gurubenua memegang prinsip saling
menghargai, saling menghormati, menjunjung rasa solidaritas diantara sesama petani. Hubungan
yang harmonis tersebut bukan hanya terjalin dalam lingkungan tempat mereka bekerja, akan
tetapi diluar lingkungan kerja juga harus dijaga karena hamper semua petani yang ada di Desa
Gurubenua memiliki hubungan kekeluargaan yang dekat.
Oleh sebab itu, didalam lingkungan sosial mereka telah terbentuk sebuah hubungan
kekerabatan yang bersifat kekeluargaan. Dimana petani yang satu dengan petani yang lain bisa
saling bertukar pikiran mengenai pekerjaan mereka, ataupun masalah hidup mereka. Dengan
begini keakraban diantara sesama petani jeruk bisa terjalin dengan dekat.
Begitu juga dengan pergaulan mereka dengan para tetangga dilingkungan sekitar tempat
bahwa tetangga disekitar tempat tinggal mereka sangat ramah, kekeluargaan, saling menghargai
dan saling menghormati. Sebagian besar para petani jeruk di Desa Gurubenua berusaha untuk
selalu mengikuti segala bentuk kegiatan yang ada didaerah tempat tinggal mereka. Seperti
kegiatan perpulungan untuk penganut agama keristiani, perwiritan atau pengajian bagi penganut
agama muslim, arisan, acara pernikahan, acara orang kemalangan, gotong royong, dan pesta
tahunan. Hal tersebut terungkap dari pernyataan dengan para informan sebagai berikut :
“kerina anak kuta sisampat-sampaten guna kemajun kuta, si ku nen anak kuta kerina aktif baik I acara gereja si agama keristen, I acara mesjit si eragama islam, bage pe adi lit gotong royong si I laksanaken kepala desa kerina si sampat-sampaten, biasana acara gotong-royong ilakoken nandangi kerja tahun ”( Artinya : semua masiarakat desa saling tolong menolong demi kemajuan desa, yang saya lihat masiarakat desa semua aktif baik diacara gereja bagi yang beragama keristiani, diacara mesjit yang beragama islam, begitu juga apabila ada gotong-royong yang dilaksanakan kepala desa semua saling tolong-menolong, biasa acara gotong-royong dilakukan menjelang pesta tahunan. (Wawancara dengan informan Bpk Bejeng Ginting, 2014).
2.10 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspet yang sangat penting dalam kehidupan
bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan oleh suatu masyarakat
untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum.
Di Desa Gurubenua terdapat sarana-sarana fisik yaitu antara lain:
Sarana Kesehatan Di Desa Gurubenua, tersedia puskesmas, Adapun jumlah tenaga medis
yang bertugas di Desa Gurubenua yaitu 1 orang Bidan yang bernama Rosida Br Ginting. Sarana
kesehatan tersebut yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat Gurubenua untuk mengobati
masyarakat Gurubenua jika mereka mengalami keluhan-keluhan penyakit seperti demam, batuk,
flu, serta melahirkan. Jika tenaga kesehatan tersebut tidak mampu menangani penyakit mereka
yang tergolong cukup parah maka akan disarankan untuk dibawa ke rumah sakit yang letaknya di
pusat kota Kabanjahe yang berjarak dari desa gurubenua ± 12 km.
Sarana Pendidikan merupakan sarana yang paling penting untuk menunjang kemakmuran
dan kecerdasan bangsa. Sarana pendidikan di Desa Gurubenua di dukung oleh tersedianya
sekolah SD, tenaga guru, dan murid. Jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) berjumlah 1, dengan
jumlah tenaga pengajar atau guru 10 orang dan jumlah muridnya 180 orang. Rata-rata anak-anak
setelah menyelesaikan pendidikan dasar mereka melanjut ketingkat SMP di Ibukota Kabupaten
yaitu Kabanjahe, dan ada juga ke Desa Singa. Begitu juga dengan para murid yang melanjud ke
tingkat SMA sederajat mereka kebanyakan melanjut ketingkat SMA sederajat di Kota
Kabanjahe.
Sarana Ibadah yaitu kehidupan sosial masyarakat yang penuh dengan suasana religi yang
sangat kental, tersirat pada berdiri kokoh beberapa tempat peribadatan seperti Masjid dan
bangunan Gereja yang selalu ramai dikunjungi masing-masing pemeluk agama penduduk Desa
Gurubenua. Disamping itu, tempat peribadatan tersebut juga dijadikan tempat untuk
memperingati hari-hari besar yang telah menjadi tradisi.
Jumlah sarana ibadah bagi umat beragama di Desa Gurubenua cukup memadai dengan
jumlah Gereja 4 unit yaitu Gereja Katolik 1 unit, Gereja GBKP 1 unit, Gereja GPDI 1 unit,
Gereja GKPS 1 unit dan Masjid 1 unit. Dengan sarana ibadah tersebut masyarakat Desa
Gurubenua menjalankan kegiatan rohani masing-masing pemeluk agama dengan rukun sesuai
Sarana Transportasi, Jumlah angkutan umum yang ada di Desa Gurubenua ada 3 unit
yaitu 2 unit Sinabung yang bernomor 30 dan 40, sedangkan satunya bermerek Selamat jalan
yang bernomor 64 masing-masing angkutan umum ini saling berganti jadwal untuk mengangkut
penumpang dari desa kekota dan dari kota kedesa.
Jadwal angkutan yang tersedia yaitu pada pukul 06-30, untuk anak sekolah dan pukul
07-00 untuk penumpang biasa, jadwal selanjutnya pukul 10-07-00, 13-07-00 dan 17-07-00 yang memiliki tarif
Rp 5 000 dan Rp 3 000 untuk barang, ditambah dengan becak motor yang berjumlah 13 unit
yang lalu-lalang dijalan desa yang bertarif Rp10.000 untuk orang dan Rp 5 000 untuk barang
khusus untuk becak motor dapat diantar sampai kebun. Panjang jalan di Desa Gurubenua
sepanjang 27 Km yang terdiri dari 7 Km jalan beraspal, 12 Km jalan diperkeras, 5 Km jalan
tanah dan 3 jalan setapak.
Sarana Perdagangan yang mereka miliki berupa kedai/toko kelontong untuk membaeli
keperluan sehari-hari masiarakat yang berjumlah 7 unit usaha yang merupakan milik peribadi,
kedai kopi untuk masiarakat minum dan bersosialisasi dengan yang lain pada pagi hingga malam
hari yang berjumlah 8 unit itu juga merupakan milik pribadi. Untuk pasar tradisional masiarakat
harus pergi ke kota Kabanjahe yang buka setiap harinya, dan ada pasat tradisional yang dibuat
setiap minggu yaitu hari senin yang berjarak hanya 10 km dari desa.
Sarana Umum, di suatu wilayah tidak lengkap rasanya bila di dalamnya tidak terdapat
sarana umum yang menunjang kebutukan masiarakat terlebih wilayah itu adalah tempat
bermukimnya masiarakat. Begitu juga dengan Desa Gurubenua, yang dimana memiliki sarana
umum yang lumayan lengkap seperti:
2. Tapin (kamarmandi umum), 1 unit 3. Lapangan bola voli, 2 unit
4. Lapangan bola kaki, 1 unit.
2.11 Pesta Tahunan (Kerja Tahun)
Setiap lembaga Desa ini keberadaannya sangat dibutuhkan karena keseluruhan
kelembagaan ini bertujuan memajukan Desa Gurubenua baik segi social dan ekonomi. Sehingga
berbagai kegiatan telah dilakukan salah satunya pesta tahunan (kerja tahun). Acara ini
merupakan acara rakyat yang dilakukan satu tahun sekali. Biasanya yang menyelenggarakan
acara ini adalak panitia dari karang taruna Desa Gurubenua serta didukung oleh setiap organisasi
baik non formal dan formal, dukungan baik tenaga dan dana. Sehingga acara tahunan seperti
kerja tahun ini biasa berlangsung setiap tahun. Kerja tahun ini merupakan salah satu ritual yang wajib dilakukan setiap tahunnya. Acara ini dibuat bertujuan agar setiap masiarakat menjadi lebih
harmonis dan keluarga yang ada diluar Desa Gurubenua ingat dengan kampung halaman dan
ingat kembali setidaknya sewaktu kerja tahun.
Sekarang ini landasan mengapa dilakukan acara kerja tahun hanya menjadi ajang anak
muda menari-nari dan mencari jodoh. Bagi orang tua kerja tahun berguna sebagai mbura ate
tedeh yang artinya bertemu dengan sanak saudara sehingga terobati rasa rindu. Karena pada saat kerja tahun ini biasanya keluarga berkumpul. Acara kerja tahun ini biasanya dilakukan setiap