• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN FASILITASI perguruan MUSYAWARAH PERENCANAA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PANDUAN FASILITASI perguruan MUSYAWARAH PERENCANAA"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PANDUAN FASILITASI

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN

(MUSRENBANG) INTEGRASI

I. DASAR PEMIKIRAN

Pengalaman pelaksanaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun 1998, Pilot Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP) tahun (2006-2008). Pilot Laboraratorium Site PP (Lab. Site PP) tahun 2009, P2SPP tahun 2010 dan PNPM MPd mulai tahun 2007 telah mewujudkan penguatan sistem perencanaan pembangunan partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagai subyek atau pelaku utama dalam pembangunan. Program tersebut selama ini telah dilaksanakan secara efektif sebagai upaya srategi penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan dianggap dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat.

Program-progran tersebut telah memberikan pengalaman penting dengan memiliki beberapa karakteristik seperti : a) masyarakat terlibat penuh dalam perencanaan pelaksanaan, pelestarian program dan; b) keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan yang cukup kuat. Namun demikian, program ini: a) belum sepenuhnya mengikuti mekanisme dan prosedur yang telah ada walaupun penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah lokal cukup menonjol dengan bantuan teknis konsultan dan; b) belum adanya keterpaduan dengan program-program lain secara nasional baik dalam hal program, lokasi, dana waktu, dan mekanisme pengelolaan.

Melihat kecenderungan tersebut maka telah dirancang grand desain pengintegrasian yang dirumuskan secara sistematis dan telah dilaksanakan melalui serangkaian pilot P2SPP mulai tahun (2006-2008), Pilot Lab. Sate PP tahun 2009, P2SPP Tahun 2010 dan PNPM Integrasi 2011. Kegiatan pengintegrasian juga telah digerakan melalui di PNPM MPd mulai tahun 2010 dengan dukungan regulasi antara lain: a) Kebijakan Optimalisasi; b) Panduan Teknis Pengintegrasian; c) Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa; d) Kebijakan Penambahan DOK Pelmas dan; e) Beberapa kebijakan Pendukung pengintegrasian lainnya.

Kegiatan lokasi program P2SPP kegiatan pengintegrasian telah memberi pula beberapa pengalaman penting yaitu: a) penguatan proses Musrenbang; b) peningkatan sinergi perencanaan kegiatan pembangunan; c) meningkatnya peran pemerintah kabupaten dan desa/kelurahan, serta d) meningkatnya peran fasilitasi masyarakat oleh Aparatur Pemerintah dan Setrawan. Namun demikian di sisi lain masih menghadapai berbagai kelemahan antara lain keberadaan P2SPP dipandang masih sebagai upaya khusus dan terbatas atau eksekutif. Artinya kegiatan pengintegrasian belum menjadi kegiatan yang menyeluruh di lokasi desa, kecamatan dan kabupaten di Indonesia.

(2)

Musrenbangdes selaras dengan Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa (PPD), selanjutnya diturunkan ke dalam prosedur kerja yang lebih operasional melalui Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor :

414.2/5223/PMD tanggal 16 Desember 2008 tentang Pedoman Pembangunan Partisipatif dan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010 perihal Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa (PPD).

Rumusan itu dalam pengintegrasian diperkuat dengan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/2207/PMD tanggal 18 Mei 2010 perihal Panduan Teknis Integrasi Perencanaan Pembangunan (IPP). Beberapa regulasi dimaksud pada dasarnya telah memberikan arah yang kuat terhadap perencanaan pembangunan partisipatif di dalam pelaksanaan pengintegrasian ke sistem reguler.

Atas dasar regulasi dan praktek pengalaman pelaksanaan di atas, perlu dilakukan upaya untuk mengefektifkan proses maupun hasil perencanaan. Kondisi tersebut, diyakini dapat tercapai apabila dilakukan upaya pengintegrasian, yaitu penyatupaduan proses perencanaan program ke dalam proses reguler melalui Musrenbang dengan berbasis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Untuk itu, perlu dilakukan upaya fasilitasi penyiapan dan koordinasi dengan lintas pelaku dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait dalam pelaksanaan pengintegrasian dimaksud. RPJMDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum, dan program-program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja.

RKPDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun, merupakan penjabaran dari RPJMDes yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Pada tataran operasional, skema pengintegrasian program PNPM MPd sangat diperlukan adanya dokumen perencanaan pembangunan di desa RPJMdes, RKPDes dan perangkat pendukung pemerintahan desa lainnya secara baik dan benar. Kegiatan ini akan difokuskan pada peningkatan kualitas manajemen pemerintahan desa sebagai basis kekuatannya. Efektivitas fasilitasi untuk memastikan pemerintah desa membentuk dan menyusun setiap kebijakan dalam Peraturan Desa (Perdes), penetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), pertanggungjawaban Kades dalam bentuk Laporan Keterangan Pertangungjawaban (LKPj) dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) kepada Bupati merupakan indikator keberhasilan dari proses tersebut.

(3)

konsep “Satu Desa Satu Perencanaan” atau bahkan”Membangun Dari Desa Satu Perencanaan Untuk Semua”.

Proses kegiatan musrenbang yang begitu bagus dan luhur tersebut diperlukan adanya pemahaman bersama dalam melaksanakan proses tersebut dengan efektif, sistematis, terorganir dalam menjaga kualitas musrenbang itu sendiri. Kegiatan musrenbang sebagai kegiatan rutin atau mendapatkan tuduhan sebagai proses serimonial dan mantra pembangunan semata dapat terjawab dengan mengembangkan nilai folosifis dan kerangka pikir yang benar terhadap kegiatan musrenbang. Buku “Panduan Fasilitasi dalam Pelaksanaan Musrenbang” menjadi bagian terpenting dalam fasilitasi kegiatan proses mulai dari persiapan sosial, pelaksanaan dan pasca Musrenbang.

Buku Panduan Fasilitasi Pelaksanaan Musrenbang (PFPM) memberikan rujukan dalam proses rangkaian kegiatan fasilitasi mulai persiapan Musrenbangdes, Musrenbangkec dan Musrenbangkab dalam membahas rancangan Rencana Kerja Pembangunan (RKPD). Buku Panduan ini juga memberikan strategi fasilitasi pelaksanaan Musrenbang yang dilakukan dengan pendekatan “input, proses out put” tidak hanya sekedar hasil/target pemenuhi siklus rutinitas. Sehingga pemakai Buku PFPM sebelumnya harus mempunyai kompetensi yang bagus terhadap teknik-teknik fasilitasi dengan pendekatan Pedidikan Orang Dewasa (POD), pendekatan fasilitasi kritis, paradigma perencanaan pembangunan, analisis sosial, pengetahuan luas isu-isu desa, penguasaan regulasi perencanaan pembangunan dan kemampuan mengembangkan jejaring, advokasi, mediasi, loby, audiensi, hearing dan kebijakan pendukung lainnya.

II. LANDASAN HUKUM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH A. UNDANG-UNDANG

1. UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (pasal 17 – 20);

2. UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pertanggungjawaban Keuangan Negara;

4. UU Nomor 25 tahun 2004 tentang tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN);

5. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (terutama psl 150 – 154 dan psl 179 – 199);

6. UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, (terutama pasal 66 – 86);

7. UU Nomor 07 tahun 2007 tentang Kebijakan Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN 2005-2025;

8. UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

B. PERATURAN PEMERINTAH

1. PP Nomor 20 tahun 2004 tentang Penyusunan RKP;

2. PP Nomor 21 tahun2004 tentang Penyusunan RKAKementerian Negara dan Lembaga;

3. PP Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;

4. PP Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

(4)

6. PP Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa;

7. PP Nomor 73 tahun 2005 tentang Kelurahan;

8. PP Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah;

9. PP Nomor 3 tahun /2006 tentang Tata cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

10. PP Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (pasal 4, 5, 10,12,15, 23);

11. PP Nomor 3 tahun 2007 tentang LPPD kepada Pemerintah, LKPKD kepada DPRD, dan Informasi LPPD kepada masyrakat;

12. PP Nomor 8 tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah;

13. PP Nomor 21 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas PP-24/2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD;

14. PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan;

15. PP Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

16. PP Nomor 08 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah;

17. PP Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan.

C. PERATURAN PRESIDEN

1. Perpres Nomor 07 tahun 2005 tentang RPJM Nasional 2004-2009;

2. Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan;

3. Perpres-perpres tentang RKP yang diterbitkan setiap tahun oleh Presiden;

4. Perpres-perpres tentang DAU Daerah Provinsi dan Kab/Kota yang diterbitan setiap tahun oleh Presiden.

D. KETENTUAN PENUNJANG:

1. Permendagri No 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Negara;

2. Permendagri No 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

3. Perpres-perpres tentang RKP yang diterbitkan setiap tahun oleh Presiden;

4. Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

5. Permendagri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa;

6. SE Mendagri tentang Pedoman Penyusunan APBD tahun rencana dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan;

7. SE Mendagri Nomor 140/640/SJ tentang Pedoman Alokasi Dana Desa;

8. SEB Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/2007 tentang Petunjuk

(5)

9. SE Mendagri Nomor 414.2 /5223/PMD tanggal 16 September tahun 2008 tentang Pedoman Pembangunan Partisipatif;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK07/2009 tentang Pedoman Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan;

11. Surat Mendagri Nomor 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret tahun 2010 perihal Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa;

12. Surat Mendagri Nomor 414.2/2207/PMD tanggal 18 Mei tahun 2010 perihal Panduan Teknis Integrasi Perencanaan Pembangunan;

13. APBD tahun sebelumnya, yang diterbitkan setiap tahun oleh Mendagri;

14. SEB Meneg PPN/Kepala Bappenas-Mendagri tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahunan yang diterbitkan setiap tahun.

E. Acuan lain yang perlu diperhatikan:

1. Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah (Handbook)diterbitkan setiap tahun oleh Bappenas;

2. Grand Strategi Implementasi Otonomi;

3. Daerah (Dalam Koridor UU-32 Tahun 2004);

4. Millennium Development Goals (MDGs);

5. Prinsip-prinsip Good Governance;

6. Pedum dan Petunjuk Teknis Operasional (PTO) PNPM MPd dan Program Pengembangan Sistem Pembangunan Partisipatif (P2SPP)/ PNPM Integrasi dari Pemerintah Pusat dan PTO Lokal.

F. TUJUAN

1. Fasilitasi proses menyiapkan dan memastikan pelaksanaan Musrenbang pengintegrasian perencanaan PNPM MPd dan program-program sejenis ke dalam mekanisme perencanaan reguler mulai tahun 2011 sebagai upaya menyatupadukan perencanaan program ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;

2. Fasilitasi proses yang sinergi dan kesetaraan pendekatan perencanaan (Politis, Teknokratis dan Partisipatif) dan proses perencanaan (Atas-Bawah dan Bawah-Atas);

3. Fasilitasi proses penyusunan RPJMDes, RKPDes dan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebagai basis pengintegrasian yang akan dilaksanakan mulai tahun 2011 dan tersedianya pengintegrasian usulan sampai tahun 2014;

4. Fasilitasi proses peningkatkan kapasitas dan penguatan kelembagaan kemasyarakatan dan pemerintahan, terutama pemerintahan desa, kecamatan dan kabupaten dalam pelaksanaan persiapan sosial, pelaksanaan dan pasca Musrenbang yang partisipatif;

5. Fasilitasi proses penjaringan aspirasi pengintegrasian usulan dalam mekanisme Musrenbang dan Forum SKPD yang dilakukan secara partisipatif sampai dalam proses pengambilan keputusan penganggaran APBD di DPRD;

(6)

G. SASARAN

Sasaran fasilitasi proses Musrenbang Pengintegrasian adalah :

a. Meningkatkan kualitas fasilitasi Tim Penyusun RPJMDes, RKPDes dan APBDes yang setara, partisipatif, transparan dan akuntabilitas dalam perspektif pemberdayaan masyarakat;

b. Meningkatkan kapasitas pemandu/fasilitator dalam kegiatan fasilitasi persiapan sosial, pelaksanaan dan pasca musrenbang agar tercapai maksimal dan pertisipatif;

c. Memperkuat Tim Delegasi/Utusan musrenbang agar mempunyai kompetensi yang memadai dalam proses dan kegiatan Musrenbang;

d. Memperkuat kapasitas para peserta dan pelaku kegiatan Musrenbang (masyarakat, teknokrai dan politisi) agar mengetahui dan memahami tugas pokok, peran dan tanggungjawabnya;

e. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan masyarakat dalam kegiatan perencanaan pembangunan partisipatif dalam posisi tawar masyarakat khusus masyarakat miskin dan perempuan dalam perencanaan reguler serta penganggaran di tingkat desa, APBD Kabupaten dan APBD provinsi dan APBN;

f. Meningkatkan peran fasilitator dalam fasilitasi sinergisitas pendekatan perencanaan (Politis, Teknokratis dan Partisipatif) dan proses perencanaan (Atas- Bawah dan Bawah- Atas);

g. Memperkuat fasilitator dalam fasilitasi kebijakan-kebijakan yang mendukung proses kebijakan pengintegrasian, partisipatif, swakelola dan kebijakan pendukung lainnya;

h. Memperkuat fasilitasi penguatan kelembagaan SKPD, Pemda dan DPRD dalam mendukung kegiatan pengintegrasian yang setara, partisipatif dan berperpektif pemberdayaan masyarakat.

H. HASIL

Hasil yang diharapkan dari fasilitasi proses Musrebang pengintegrasian adalah:

1. Adanya fasilitasi proses menyiapkan dan memastikan pelaksanaan Musrenbang pengintegrasian perencanaan PNPM MPd dan program-program sejenis ke dalam mekanisme perencanaan reguler mulai tahun 2011 sebagai upaya menyatupadukan perencanaan program ke dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;

2. Adanya fasilitasi proses yang sinergis dan setara pendekatan perencanaan (Politis, Teknokratis dan Partisipatif) dan proses perencanaan (Atas-Bawah dan Bawah-Atas);

3. Adanya fasilitasi proses penysunan RPJMDes, RKPDes dan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebagai basis pengintegrasian yang akan dilaksanakan mulai tahun 2011 dan tersedianya pengintegrasian usulan sampai tahun 2014;

4. Adanya fasilitasi proses peningkatkan kapasitas dan penguatan kelembagaan kemasyarakatan dan pemerintahan, terutama pemerintahan desa, kecamatan dan kabupaten dalam pelaksanaan persiapan sosial, pelaksanaan dan pasca Musrenbang yang partisipatif;

(7)

6. Adanya fasilitasi masyarakat, teknokrasi, politisi dan forum lintas antar pelaku dalam proses merumuskan kebijakan pengintegrasian, penganggaran, swakeloa dan kebijakan lainnya yang berbasis pada kesetaraan dan partisipatif.

I. KERANGKA PELAKSANAAN MUSRENBANG PENGINTEGRASIAN

Kegiatan Musrenbang adalah kegiatan yang dihadari oleh beragam orang dengan latar belakang jabatan, struktur sosial dan pengetahuan. Fasilitasi kegiatan proses Musrenbang perlu mengetahui permasalahan peserta yang mempunyai latar belakang dalam lintas pelaku. Peserta yang perlu mendapat perhatian secara khusus adalah kelompok yang mempunyai kepentingan langsung dengan kebutuhan masyarakat tetapi mereka kurang menguasai forum diskusi dan cara menyampaikan aspirasi misalkan perwakilan Rumah Tangga Miskin (RTM), perempuan dan Tim Delegasi dari masyarakat yang secara nyata mereka merupakan bagian dari representasi/wakil masyarakat.

Fasilitator perlu mempelari permasalahan ini secara seksama agar proses penyampaian aspirasi masyarakat miskin/marjinal mendapat prioritas dalam pembahasan dan penetapan usulan. Kegiatan ini perlu dilakukan proses umpan balik, klarifikasi, uji silang fakta lapang agar usulan masyarakat dari langsung yang dilakukan secara partisipatif dapat sampai substandi pesannya. Sehingga kegiatan fasilitasi ini perlu memegang menjadi rujukan kunci antara lain:

1. Prinsip-prinsip pelaksanaan Musrenbang Pengintegrasian adalah :

a. Partisipasi, kegatan musrenbang harus membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya pihak yang dapat memberikan kontribusi, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang telah ditetapkan;

b. Prinsip musyawarah dan mufakat,kegiatan musrenbang adalah kegiatan yang dilakukan dengan msuyawarah dalam mencari jalan terbaik dalam proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada pertimbahan kemendesakan kebutuhan, asas manfaat dan kemampuan masyarakat sendiri dalam pengelolaan pekerjaan serta pelestariannya sehingga musyawarah menjadi dialogis dan egaliter/tanpa tekanan serta bebas dari ketakutan-ketakutan;

c. Mendorong efektivitas pelaksanaan regulasi (peraturan) perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaan pembangunan, semua kegiatan musrenbang dilakukan dalam rangka sebagai penguatan pelaksanaan atau revitalisasi kebijakan peraturan (Produk hukum) yang telah ditetapkan, yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi penguatan penyelenggaraan pembangunan partisipatif.

d. Desentralisasi, penyerahan wewenang peserta musrenbang untuk secara mandiri dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri dan bebas dari tekanan siapapun;

e. Berorientasi pada Masyarakat Miskin, pengertian prinsip berorientasi pada masyarakat miskin adalah segala keputusan musrenbang lebih ditekankan untuk menggolkan perencanaan pembangunan yang diambil selalu memproritaskan keberpihakan kepada masyarakat miskin/marjinal.

f. Keterpaduan, keselarasan dan kesatupaduan kebijakan, arah dan atau tindakan dari berbagai aspek kegiatan musrenbang lebih menekan sistem penyelarasan perencanaan yang partisipatif, integratif kedalam sistem reguler.

(8)

seoptimal mungkin sehingga dapat optimalisasi fungsi pelayanan pejabat publik kepada masyarakat termasuk yang berkaitan dengan ases pendanaan usulan porsi penganggaran APBD untuk kegiatan pembangunan masyarakat;

h. Partisipasi, membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi sebanyak-banyaknya pihak yang dapat memberikan kontribusi perencanaan pembangunan dalam forum musrenbang, terutama untuk mencapai suatu tujuan atau hasil yang akan ditetapkan;

i. Kesetaraan dan keadilan gender, kegiatan musrenbang menjaga kesetaraan dan keadilan gender baik laki-laki dan perempuan khusunya masyarakat miskin/RTM dalam setiap proses pengambilan keputusan bahkan prinsip ini memberikan ruang yang lebih atau berimbang bagi peserta yang dirasa kurang mampu untuk menyampaikan pendapatnya karena sebagian pendapatnya lebih penting dan mendasar;

j. Transparansi dan Akuntabel (Transparancy and Accountability), masyarakat memiliki akses yang terbuka terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan musrenbang, sehingga sistem perencanaan, pengelolaan kegiatan pembangunan dapat dipantau dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, administratif maupun legal menurut peraturan dan hukum yang berlaku.

k. Keberlanjutan (Sustainablelity),mendorong tumbuhnya rasa memiliki sehingga lahir tanggung jawab untuk menjaga, mendayagunakan, mempertahankan dan mengembangkan kelangsungan sistem perencanaan pembangunan yang partisipatif, integratif dan yang sesuai dengan sistem pembangunan reguler (daerah);

l. Pemberdayaan (Emporverment), kegiatan musrenbang harus mendorong penguatan dan peningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait dengan msurenbang pengintegrasian ke dalam sistem reguler.

m.Prinsip anti dominasi, kegiatan musrenbang akan diwarnai oleh dominasi beberapa orang yang seolah-olah memahami permasalahan dan mewakali kepentingan banyak orang padahal mereka hanya mengusulkan untuk kepentingan dirinya sendiri atau kelompok sehingga ini harus buka seluas-luasnya akses tersebut kepada semua peserta.

n. Prinsip pembangunan holistik/menyeluruh, kegiatan musrenbang artinya apa yang menjadi pembahasan dan keputusan adalah yang terbaik buat pembangunan masyarakat khususnya masyarakat miskin/tersisihkan dan demi kemajuan pembangunan di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten;

o. Prinsip komitmen dan konsisten, hasil-hasil keputusan seluruh peserta menjaga hasil-hasil keputusan secara partisipatif tidak akan terjadi pengingkaran komitmen yang telah dilakukan secara partisipatif bahkan menjaga mandat keputusan musyawarah menjadi bagian yang terpenting.

2. Istilah-Istilah, Singkatan dan Pengertian Berkaitan Musrenbang dan Perencanaan

(9)

2) Lembaga Kemasyarakatan Desa atau disebut dengan nama lain adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat;

3) Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia;

4) Permendagri Nomor 66 tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan desa untuk menyepakati rencana kegiatan di desa 5 tahunan dan 1 tahunan;

5) Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (RKPDes) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJMDes yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RPJMDes;

6) Dinyatakan dalam PP No.5 tahun 2005 yang menyatakan bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota;

7) ADD merupakan salah satu komponen APB Desa yang paling utama saat ini karena kebanyakan desa belum mengembangkan pendapatan asli daerah yang cukup besar;

8) ADD merupakan hak desa untuk memperoleh anggaran untuk penyelenggaraan pembangunan bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya;

9) Menurut PP No. 5 Tahun 2005, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama pemerintahan desa dan BPD, yang ditetapkan dengan Peraturan Desa (Pasal 1 ayat 2);

10) Sumber pendapatan desa yang menjadi komponen APBDes terdiri atas: a) Pendapatan asli, terdiri atas hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya, hasil partisipasi, hasil gotong royong dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah; b) Bagi hasil pajak daerah kapupaten/kota paling sedikit 10% untuk desa dan dari ritribusi kabupaten/kota yang sebagian diperuntukkan bagi desa; c) Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota untuk desa paling sedikit 10% yang pembagian untuk setiap desa secara porposional yang merupakan alokasi dana desa; d) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintah dan; e) Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.

11) Musrenbang atau Musyawarah Perencanaan Pembangunan adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah;

(10)

desa dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya;

13) Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholder kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa serta menyepakati kegiatan lintas desa di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota pada tahun berikutnya;

14) Pengertian Kecamatan tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2008 tentang Pemerintah Kecamatan;

15) PP No. 19 tahun 2008 Pasal 1 menyebutkan bahwa Kecamatan atau sebutan lain adalah “wilayah kerja camat adalah sebagai perangkat daerah kabupaten/ kota”

16) Pasal 14 menyatakan bahwa definisi kecamatan adalah “sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang mempunyai wilayah kerja tertentu yang dipimpin oleh Camat”;

17) Kecamatan bukan intentitas otonom layaknya desa tetapi merupakan birokrasi pemerintah daerah kabupaten/ kota;

18) Kecamatan tidak boleh mengurusi sendiri wilayahnya urusan dan kewenangan melekat pada urusan wajib dan pilihan pemerintah daerah;

19) Rencana Kerja Pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun;

20) Rencana Pembangunan Kecamatan adalah dokumen rencana pembangunan tahunan dan merupakan hasil sinkronisasi dan penyelarasan usulan kegiatan Musrenbangdes;

21) Rencana SKPD Kecamatan berbeda dengan Rencana Pembangunan Kecamatan karena dokumen Renja SKPD melekat dengan pada organisasi SKPD yang bersangkutan;

22) Rencana Strategis Kecamatan adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun;

23) Renstra disusun oleh SKPD dengan mengacu kepada RPJMD;

24) Renstra SKPD Kecamatan hanya memuat beberapa aspek terkait dengan fungsi tugas dan wewenang institusi kecamatan sebagai salah satu SKPD;

25) Pagu indikatif kecamatan adalah PP No. 8 Tahun 2008 pasal 38 ayat (1) program, kegiatan dan pendanaan disusun atas dasar: a) Pendekatan kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, serta perencanaan dan penganggaran terpadu; b) kerangka pendanaan dan pagu indikatif; c) Program prioritas urusan wajib dan urusan pilihan yang mengacu pada standar pelayanan minimal sesuai dengan kondisi daerah dan kebutuhan riel masyarakat;

26) Pagu indikatif kecamatan bukanlah alokasi dana yang diberikan kepada pihak kecamatan tetapi besaran pembangunan yang dilaksanakan oleh SKPD sehingga menjadi pegangan penyusunan dan perencanaan anggaran pembangunan;

(11)

metode penentuannya masih menggunakan perbandingan anggaran tahun berjalan untuk memprediksi anggaran tahun yang akan datang;

28) Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) adalah sejumlah patokan batas maksimal anggaran di wilayah kecamatan yang diberikan kepada SKPD kabupaten, yang penentuan alokasi belanjanya ditentukan oleh mekanisme partisipatif melalui musrenbang;

29) Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) bukan merupakan dana block grant di kecamatan yang dilaksanakan oleh SKPD kecamatan, tetapi pagu dana yang akan masuk di kecamatan dalam bentuk program-kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD kabupaten sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;

30) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun;

31) Daftar prioritas kecamatan/renstra kecamatan hasil perencanaan partisipatif yang telah dilakukan melalui penggalian gagasan/ transek dusun/ survai dusun, Pra Musrenbang, Musrenbangdes dan Musrenbangkec, kegiatan tersebut diharapkan akan menjadi prioritas untuk disinkronkan dalam Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Renja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang telah memuat usulan masyarakat selanjutnya menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dalam Musrenbang Kabupaten yang juga dihadiri oleh utusan kecamatan;

32) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun;

33) Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait;

34) Farum SKPD yang dilaksanakan secara gabungan lebih dikenal dengan Forum Gabungan SKPD yang mampu mempertemukan berbagai isu sektoral yang menjadi wilayah program masing-masing SKPD sehingga ini menjadi isu daerah.

35) Forum Gabungan SKPD diselenggarakan dengan mempertimbangkan setiap isu dari SKPD. Pengelompokan ini dilakukan untuk mempermudah ketika proses pembahasan dilakukan. Farum ini dapat lebih efektif kalau dalam pelaksanaannya dilakukan dengan perencanaan dan persiapan yang matang dan difasilitasi oleh seorang yang berpengalaman dan mengetahui permasalahan;

36) PP Nomor 8 tahun 2008 pada pasal 17 ayat (14) dinyatakan bahwa Rancangan RKPD mememuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta perkiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif;

(12)

prioritas berorientasi pada pepenuhan hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan dan berkelanjutan;

38) Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan keputusan, berdaya saing, maupun indeks pembangunan manusia;

39) Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna pemanfaatan dan pengalokasiann sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam

suatu lingkungan

wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu;

40) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode dua puluh (20) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional;

41) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RPJMD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode lima (5) tahun yang memuat penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;

42) Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode satu (1) tahun;

43) Rencana Kerja Pemerintah Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RKPD adalah dokumen perencanaan Pemerintah Daerah untuk periode satu (1) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP Nasional, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat;

44) Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran;

45) Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, kepala daerah/wakil kepala daerah, dan SKPD;

(13)

47) Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun;

48) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan RENJA SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode satu (1) tahun, yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat;

49) Rencana Kerja dan Anggaran SKPD, yang selanjutnya disingkat dengan RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD yang merupakan penjabaran dari RKPD dan Renstra SKPD yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran, serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya;

50) Desentralisasi fiskal sebagai kewenangan (authority) dan tanggungjawab (responsibility) dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran daerah (APBD) oleh pemerintah daerah;

51) Pemerintah daerah melaksanakan fungsinya secara efektif dan diberikan kebebasan dalam pengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, maka mereka harus didukung sumber-sumber keuangan yang memadai yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah;

52) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

53) Kebijakan Umum APBD, yang selanjutnya disingkat dengan KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode satu (1) tahun;

54) Pagu indikatif merupakan ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan rencana kerja SKPD;

55) Pagu sementara merupakan pagu anggaran yang didasarkan atas kebijakan umum dan prioritas anggaran hasil pembahasan Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD;

56) Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara, yang selanjutnya disingkat dengan PPAS adalah rancangan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD;

57) Prioritas dan Plafon Anggaran, yang selanjutnya disingkat dengan PPA adalah program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-SKPD setelah disepakati dengan DPRD;

(14)

59) Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan;

60) Misi adalah Rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi;

61) Agenda pembangunan adalah penerjemahan visi ke dalam tujuan besar (strategic goals) yang dapat mempedomani dan memberikan fokus pada penilaian dan perumusan strategi, kebijakan dan program;

62) Strategi pembangunan adalah langkah-langkah berisikan programprogram indikatif untuk mewujudkan visi dan misi;

63) Kebijakan pembangunan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan;

64) Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional;

65) Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat;

66) Program pembangunan adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah;

67) Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran(output)dalam bentuk barang/jasa;

68) Kerangka regulasi adalah rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya untuk mencapai tujuan pembangunan kabupaten/kota;

69) Kerangka Anggaran adalah rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang perlu dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan kabupaten/kota;

70) Kinerja adalah adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur;

71) Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.

72) Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan;

(15)

74) Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program tetapi mengarah adanya peningkatan pendapatan/ekonomi langsung;

75) Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari pelaksanaan pembangunan. Stakeholder dapat berupa kelompok, organisasi, dan individu yang memiliki kepentingan/pengaruh dalam proses pengambilan keputusan/ pelaksanaan pembangunan;

76) Musrenbang Kabupaten/Kota adalah musyawarah stakeholder Kabupaten/kota untuk mematangkan rancangan RKPD Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja-SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD;

77) Tim Penyelenggara Musrenbang adalah Tim yang dibentuk untuk melakukan persiapan, memfasilitasi pelaksanaan, dan menindaklajuti hasil Musrenbang;

78) Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang melalui pembahasan yang disepakati bersama;

79) Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman dalam memfasilitasi dan memandu diskusi kelompok ataupun konsultasi publik. Seorang fasilitator harus memenuhi kualifikasi kompetensi teknis/substansi dan memiliki keterampilan dalam penerapan berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang efektivitas dan partisipatifnya kegiatan;

80) Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Musrenbang untuk proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang;

81) Delegasi adalah perwakilan yang disepakati peserta Musrenbang untuk menghadiri Musrenbang pada tingkat yang lebih tinggi;

82) NGO adalah singkatan dari Non-Governmental Organization atau Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM;

83) CBO adalah singkatan dari Community based Organization atau Kelompok Masyarakat;

84) CSO adalah singkatan dari Civil Society Organization atau Organisasi Masyarakat;

85) Penilaian atau assessment adalah proses untuk menilai sejauhmana Musrenbang telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku dan memenuhi prinsip-prinsip konsultasi publik;

86) Evaluasi adalah proses yang dilaksanakan secara Focus Group Discussion untuk menyimpulkan hasil penilaian dan merumuskan rekomendasi bagi perbaikan pelaksanaan Musrenbang;

87) Tim Penilai adalah tim yang dibentuk Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah sesuai tugas dan fungsinya untuk melaksanakan penilaian dan evaluasi pelaksanaan Penyelenggaraan Musrenbang Tahunan Daerah.

3. Tugas dan Peran Pembandu/Fasilitator Proses Musrenbang a. Tim Pemandu/Fasilitator Musrenbang bertugas antara lain:

(16)

aspirasinya secara bebas berbasis saling menghormati, dimana masing-masing peserta berpartisipasi secara aktif dalam diskusi dan pemecahan masalah;

 Mendorong, menghilangkan hambatan atau kendala dan menciptakan suasana informal yang diperlukan untuk membangun kesepahaman dan mencapai kesepakatan;

 Fasilitasi dalam menjamin terselenggaranya pertemuan dan konsultasi yang fokus, terstruktur baik dalam kaitan dengan pencapaian tujuan pertemuan, sehingga partisipasi stakeholder menjadi optimal.

 Secara spesifik untuk memfasilitasi rangkaian kegiatan diskusi musrenbang;

 Bertanggungjawab melakukan koordinasikan dan mengelola keseluruhan rangkaian kegiatan Forum SKPD dan musrenbang secara berjenjang kegiatan masing-masing;

 Tim Pemandu/Fasilitator dari unsur non pemerintah dapat dijaring melalui masukan atau rekomendasi dari berpihak disebabkan kompetensi dan kemampuannya dalam fasilitasi pelaksanaan musrenbang yang lebih transparan dan independen;

 Mempersiapkan Tim Teknis Pelaksanaan musrenbang antara lain tim ini bertugas sebagai: a) Penyusunan jadwal dan agenda musrenbang; b) Pengumuman kegiatan musrenbang dan penyebaran undangan peserta dan narasumber minimal 7 hari sebelum dilaksanakan pada hari H; c) Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, konsumsi, alat dan bahan) telah benarp-benar tersedia;

 Menfasilitasi pendaftaran kelompok masyarakat yang berminat dalam ikut serta proses musrenbang;

 Fasilitasi pembuatan draft aturan main dan tatacara pelaksanaan musrenbang;

 Terlibat dalam persiapan sosial, penyusunan dan validasi hasil-hasil keputusan musrenbang di kegiatan dan kegiatan Pasca musrenbang.

b. Peran Tim/Tim Fasilitator mempunyai peran antara lain:

 Berpartisipasi aktif dan pro aktif dalam fasilitasi pembahasan, diskusi, klarifikasi, umpan balik, pembahasan dan keputusan beserta hasil-hasilnya;

 Memastikan proses fasilitasi adanya aspirasi-aspirasi masyarakat khususnya aspirasi dari masyarakat miskin/marjinal dibahas dan mendapatkan prioritas pendanaan;

 Menjaga agar musrenbang benar-benar menjadi muswarah untuk membicarakan isu-isu strategis, partisipatif, mengembangkan kesetaraan dan mengembangkan tindakan yang dituangkan dalam RKTL;

 Berperan sebagai fasilitasi perancangan proses untuk menyusun tahap dan langkah-langkah proses musrenbang secara keseluruhan (Pra pelaksanaan, Pelaksanaan dan Pasca Pelaksanaan);

(17)

 Berperan sebagai sumber informasi, artinya menguasai informasi, data dan dokumen (RPJMDes, RKPDes, LKPj, LPPD, APBDes, RTRW Kabupaten, dokumen RKPD kabupaten/tahun yang telah berjalanan, peraturan dan kebijakan baik kabupaten, provinsi dan pusat;

 Mendorong dan menjembatani sinergitas tiga pilar Pemda-DPRD-Masyarakat dalam proses penyelenggaraan pembangunan;

 Mendorong dan memfasilitasi terbitnya peraturan perundangan yang memenuhi kriteria good governance;

 Mencermati dan mengkritisi proses penyelenggaraan pembangunan, khususnya di bidang perencanaan dan penganggaran (kabupaten/kota, kecamatan, desa).

c. Kriteria/Persyaratan Tim Pemandu/Fasilitator Musrenbang

 Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang dilandasi logical framework yang merujuk pada proses pengambilan keputusan strategis, untuk memastikan diskusi yang fokus dan terdapatnya hasil-hasil yang nyata dari pertemuan. Untuk itu, fasilitator perlu dapat memastikan diskusi tetap berada pada jalur pembahasan serta efisien dan efektif dalam penggunaan waktu/manajemen waktu;

 Menjunjung tinggi prinsip-prinsip musrenbang (kesetaraan, menghargai perbedaan pendapat, keperpihakan terhadap masyarakat miskin/marjinal, anti dominasi, anti diskriminasi dan mengutamakan kepentingan umum);

 Memiliki pengetahuan dan pengalaman memberikan fasilitasi dan kemampuan untuk mengaplikasikan teknik fasilitasi pada substansi yang dibahas;

 Mempunyai kemampuan memimpin atau memfasilitasi forum Musrenbang/SKPD dan forum musrenbang di tingkat desa dan kecamatan;

 Mampu melakukan kerjasama Tim/antar Tim saling melengkapi, terbuka terhadap masukan dan dapat berbagi tugas secara berimbang;

 Mau belajar dan berbagi informasi, artinya mau mempelajari proses musrenbang yang telah dilaksanakan sebagai refleksi untuk perbaikan, mau mendengar dan menyerap berbagai sumber untuk diinformasikan serta ditransferkan kepada masyarakat;

 Mempunyai kapasitas pengetahuan yang berkaitan dengan: a) aturan dan pelaksanaan mengenai Musrenbang (desa, kecamatan dan kabupaten) serta penganggaran (peraturan daerah dan pusat); b) program-program pembangunan berskala nasional yang masuk ke kabupaten dan kecamatan; c) prioritas program pembangunan daerah dan prioritas program SKPD; d) RPJPD, RPJMD dan RKPD yang sudah berjalan khususnya pada tahun berjalan dan; e) Mengusai data/informasi kabupaten yang relevan bagi pelaksanaan tugasnya untuk fasilitasi draft perancangan, mengelola, memandu dan menjadi narasumber musrenbang;

(18)

 Mempunyai ketrampilan dalam pengembangan dan penggunaan media sebagai bagian dalam proses maksimalisasi pelaksanaan musrenbang;

 Mempunyhai kapasitas dan ketrampilan dalam teknis merumuskan pertanyaan-pertanyaan kunci dan pokok-pokok temuan dalam diskusi untuk menjadi rumusan masalah, potensi, simpulan dan rekomendasi;

 Mempunyai sikap yang mengembangkan nilai-nilai kesetaraan, demokratis, partisipatif, anti dominasi, anti diskriminasi, inovatif dan kreatif dan mengutamakan yang terpenting buat masyarakat miskin/marjinal;

 Mempunyai kemampuan mengidentifikasi ’technical tools’ yang tepat (seperti ruang pertemuan yang memenuhi syarat, penyusunan agenda pertemuan, program kegiatan, persiapan makalah, materi, logistik, alat peraga, meta plan, flip charts dan lain-lain yang diperlukan).

d. Peran PemanduTim /Fasilitator terhadap Peserta

 Menyampaikan secara jelas maksud dan tujuan pertemuan kepada peserta, apa keluaran utama yang harus dihasilkan dan proses yang diperlukan;

 Memastikan peserta menjujung tinggi prinsip-prinsip musyawarah yaitu kesetaraan, menghargai perbedaan pendapat, anti dominasi, anti diskriminasi, mengutamakan kepentingan umum skala daerah, menghindari egosektoral/ego wilayah dan berpihak kelompok miskin/marjinal;

 Memastikan peserta bersedia mempersiapkan diri dengan cara mengumpulkan dan mempelajari berbagai informasi, dokumen dan materi yang relevan untuk pelaksanaan musrenbang;

 Memastikan peserta mampu mengakses sumber-sumber informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan musrenbang dari Tim Penyelenggara Musrenbang;

 Memastikan peserta berminat mengembangkan kapasitas mengenai kebijakan, aturan, arah program pemerintah, berbagai isu pembangunan sehingga dapat berperan aktif dan proaktif;

 Memastikan peserta mampu memberikan pertimbangan dalam hal terjadi tarik menarik kepentingan dalam menentuan usulan kegiatan prioritas antar wilayah dan sektor;

 Menciptakan suasana yang menyenangkan dan informal untuk mendorong terwujudnya interaksi yang bebas di antara peserta pertemuan;

 Mengusahakan agar setiap partisipan berbicara dan memberikan kontribusi dengan memberikan apresiasi atas apa yang dikemukakan dan dukungan emosional;

 Menciptakan dialog yang positif dan konstruktif

 Mengkosolidasikan hasil pembahasan ke arah pencapaian kesepakatan (konsensus);

(19)

 Memciptakan kondisi kondusif untuk terdapatnya komitmen pada akhir pertemuan untuk menindaklanjuti atau mengimplementasikan hasil pertemuan;

 Memastikan adanya partisipan yang perlu mengetahui secara jelas apa tindakan selanjutnya yang akan dilakukan yang perlu disusun Naskah Kesepakatan yang ditandatangani seluruh partisipan;

 Membuat jejaring dari Tim Pemandu atau Tim Fasilitator perlu memastikan adanya pencatatan nama, alamat, dan kontakpartisipan agar memudahkan pada saat akan dilakukan tindak lanjut atau implementasi hasil pertemuan.

4. Ketentuan Musrenbang yang Dapat Difasilitasi

a. Desa sudah memiliki dokumen RPJMDes-RKPDes Wajib dilakukan evaluasi/penilaian kelayakan dokumen RPJMDes dan RKPDes dengan menggunakan Instrumen Evaluasi yang telah ditetapkan Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa (PPD) dan Formulir Rekapitulasi sebagaimana terlampir, dengan skor minimal rata-rata nilai 60 = Layakdan dibawah nilai 60 = Tidak Layak;

b. Apabila dinilai Layak, maka proses perencanaan PNPM-Mandiri Perdesaan menyatu dengan proses perencanaan pemangungan reguler tersebut (RPJMDes-RKPDes);

c. Agenda yang harus dilakukan: a) Memastikan kesiapan pelaksanaan Musrenbang Desa untuk menjamin peserta yang diundang (wakil/warga masyarakat) dan agenda yang akan dibahas sesuai dengan kebutuhan dan kualitas PNPM MPd; b) Memastikan Musrenbang Desa dilaksanakan secara partisipatif, representatif, terbuka dan demokratis untuk membahas:

 Pelaksanaan dan hasil-hasil RKPDes – APB Desa TA Tahun yang telah dilaksanakan/tahun sebelumnya;

 Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) TA Berjalan, sebelum ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa, serta membahas dan menetapkan usulan kegiatan yang di danai APB Desa TA Berjalan;

 Membahas dan menetapkan usulan kegiatan yang akan dibahas pada forum Musrenbang Kecamatan untuk di diusulkan pendanaannya dari PNPM MPd, sesuai ketentuan atau syarat sebagaimana dimaksud PTO;

 Membahas dan menetapkan usulan kegiatan yang akan dibahas pada forum musrenbang Kecamatan untuk di diusulkan pendanaannya dari APBD TA N+1. Usulan dimaksud dipetik dari Rancangan RKPDes TA. N+1;

d. Memastikan Musrenbang Kecamatan dilaksanakan secara partisipatif, representative, terbuka dan demokratis untuk membahas dan menetapkan:

 Prioritas usulan desa dalam kecamatan yang akan didanai PNPM MPd atau program ad hock sejenis TA Berjalan;

 Prioritas usulan yang akan diajukan pendanaannya dari APBD TA N+1; e. Pelaksanaan tahapan kegiatan selanjutnya seperti Verifikasi Usulan, RAB dan

(20)

5. Metode dalam Pelaksanaan Musrenbang

Mempergunakan dan menetapkan metode proses fasilitasi musrenbang diperlukan adanya adanya beberapa pertimbangan beberapa faktor antara lain: melihat tujuan yang hendak dicapai, kemampuan fasilitator, kemampuan peserta, sarana belajar, besarnya kelompok, iklim dan tempertur dan waktu yang tersedia. Beberapa landasan tersebut hendaknya dijadikan landasan untuk menentukan metode dalam fasilitasi Musrenbang. Disamping itu kita harus jeli juga terhadap waktu pelaksanaan, yang mungkin saja muncul permasalahan yang tidak wajar karena adanya sesuatu.

Ada beberapa metode yang dapat dipilih antara lain metode: ceramah, Focus Group Discution (FGD) seperti diskusi (terbatas, panel, kelompok, pleno), brainstorming/curah pendapat,studi kasus, permainan dinamika kelompok, workshop. Terlebih dari itu ada faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan metode Musrenbang yaitu: a) hasil yang ingin dicapai; b) kemampuan fasilitator; c) kondisi peserta/pemahaman peserta; d) waktu; e) bahan; f) fasilitas dan; g) biaya.

Tidak jarang terjadi bahwa karena fasilitator kurang terampil menggunakan metode sehingga ia merasa metodenya yang salah, tak cocok digunakan; bahkan kadang-kadang ia bingung dan yang disalahkan pesertanya/kelompok sasarannya yang bodoh. Jika demikian sebenarnya siapa yang salah?. Ada beberapa metode yang dikenalkan dan direkomendasikan antara lain:

a. Diskusi FGD (Focus Group Discussion).

Penyelenggaraan Musrenbang perlu dikembangkan dengan FGD adalah sebuah metode untuk memfasilitasi percakapan dan diskusi kelompok yang memungkinkan kelompok untuk memperdalam pandangan dan kreatifitasnya terhadap suatu masalah atau pengalaman tertentu. Metode diskusi dapat diterapkan dalam kegiatan perencanaan tahunan di daerah seperti dalam Forum SKPD atau dalam kegiatan musrenbang di tingkatkabupaten.

Metode ini juga dapat dipergunakan dalam menganalisis kondisi permasalahan daerah dapat juga dilakukan dengan pendekatan ini, dengan catatan permasalahan yang akan digali terlebih dahulu ditetapkan batasannya seperti permasalahan daerah menurut fungsinya, permasalahan urusan wajib dan lainn-lainnya. Pembatasan ini dilakukan agar ketika penggalian atau identifikasi masalah tidak melebar jauh dari apa yang sedang dibahas.

Metode ini juga dapat diterapkan dalam rangka menetapkan rumusan isi prioritas daerah untuk tahun rencana. Dalam hal ini untuk mempermudah jalannya diskusi biasanya panitia penyelenggara telah menyiapkan Draft indikator daftar skala prioritas atau bekas tahun sebelumnya atau dimkembangkan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat musrenbang desa dan kecamatan untuk mendapatkan diskusi yang produktif, setara dan mendalam.

(21)

Pendekatan memungkinkan para anggota kelompok untuk berbagi beragam pendapat tanpa sikap yang memicu konfrontasi. Metode ini juga memperkenalkan batasan konsensus yang ingin diambil oleh kelompok tersebut. Metode ini diharapkan dapat memberikan suatu struktur bagi komunikasi kelompok yang efektif sehingga:

 Memungkinkan semua anggota kelompok untuk berperan dan berpartisipasi;

 Membangun suasana bagi terciptanya dialog yang terfokus dan bermakna;

 Mengundang beragam pendapat dengan cara yang tidak memicu kontroversi;

 Memperdalam pandangan kolektif kelompok;

 Menghasilkan ide dan kesimpulan yang jelas;

 Membawa kelompok pada keputusan yang menyangkut penyelesaian dan tindakan yang jelas.

Beberapa prinsip-prinsip metode Diskusi Mendalam /FGD yang dapat dikembangkan antara lain:

 Mengarahkan pemikiran kelompok;

 Memanfaatkan alur spesifik pertanyaan;

 Memulai dari pertanyaan yang paling mudah (objektif) sampai yang paling sulit(decisional);

 Memungkinkan adanya perkembangan kesadaran kolektif;

 Mudah diadaptasi dalam berbagai situasi dan kelompok.

Metode Diskusi bisa menjadi dasar untuk:

 Mengumpulkan data, pandangan dan ide dalam cakupan yang luas

 Mendiskusikan isu-isu yang sulit;

 Merefleksikan kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman penting;

 Mencapai pengertian yang lebih mendalam terhadap isu dan masalah;

 Memutuskan tindakan macam apa yang bisa dilakukan oleh kelompok. Dengan menyusun diskusi kelompok, kelompok mendapat kesempatan untuk menggali pentingnya sebuah topik, isu atau pengalaman umum dalam waktu yang singkat. Metode diskusi membantu kelompok untuk menempatkan topik diskusi ke dalam sebuah perspektif dan kemudian membantu kelompok untuk meresponnya secara kreatif. Hal inidisebabkan karena kelompok dapat berbagi dan menjelaskan data dan idenya secara mendalam yang tidak hanya memuaskan kelompok tapi juga mendorong munculnya kesatuan yang kuat dalam kelompok tersebut.

b. Workshop/Lokakarya

Metode ini merupakan sebuah cara untuk memfasilitasi pemikiran kelompok mengenai topik tertentu ke dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang lebih terfokus. Cara ini sangat efektif untuk membangun konsensus kelompok yang akan menghasilkan penyelesaian dan tindakan bersama.

(22)

Metode ini memungkinkan adanya hasil yang baik dari diskusi dan terarah serta proses selama diskusi yang:

 Memungkinkan semua anggota kelompok untuk ikut serta dan berpartisipasi;

 Membangkitkan kreativitas dan energi dalam waktu yang singkat;

 Menyaring pemikiran terintegrasi bersama;

 Membangun konsensus kelompok dengan praktis;

 Menfasilitasi formulasi penyelesaian yang inovatif dan kreatif terhadap masalah dan isu;

 Menanamkan kepada kelompok rasa ikut memiliki dan tanggung jawab yang kuat.

Metode Workshop adalah sebuah proses dengan minal terdapat lima langkah yang mengajak kelompok menuju pendalaman diskusi/wawasan kelompok dan mencapai konsensus dengan cara yang tepat yaitu:

 Konteks, dimana parameter diskusi kelompok ditentukan dan biasanya dalam bentuk pertanyaan kunci yang berusaha dijawab oleh kelompok;

 Sumbang Saran, dimana data dan ide dikumpulkan melalui tiga tingkatan (pertama secara individu, kemudian dalam kelompok kecil dan akhirnya pleno) dan setelah ideide dicurahkan;

 Mengelompokkan dilakukan setelah ide-ide yang mirip dikelompokkan;

 Judul/agenda pembahasan, pada setiap kelompok, yang secara langsung merespon pertanyaan kunci yang coba dijawab dan akhirnya merumuskan konsensus sebagai bahan akhir pembahasan;

 Refleksi singkat dimana implikasi hal-hal yang sudah menjadi konsensus direview dan ditetapkan.

Dalam kegiatan Forum SKPD/Semiloka SKPD/DPRD dan sebagainya , contoh penerapan Metode lokakarya adalah dalam penentuan isu prioritas atau membuat sebuah komitmen bersama sangat efektif untuk dilakjukan dengan pendekatan ini.

6. Tempat/Tata Letak dan Ruangan Penyelenggaraan Musrenbang

Tempat/Tata letak dan Ruangan Penyenggaraan Musrenbang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses Musrenbang. Pada prinsipnya penggunaan media ini disesuaikan dengan beberapa faktor misalkan pendanaan dan lokasi Musrenbang yang akan dipergunakan. Secara keseluruhan tata letak dan ruang harus menjadikan kegiatan proses belajar berjalan dengan nyaman dan membantu kegiatan dalam pelatihan.

Kegiatan Musrenbang dibutuhkan adanya sebuah ruangan yang dapat menampung peserta untuk duduk dengan membentuk tapal kuda atau U-shape. Ada ruang/space kosong yang cukup luas di tengah-tengah, untuk memainkan berbagai aktivitas seperti game dan sebagainya. Ruangan sebaiknya tidak silau sinar matahari sehingga bisa dilakukan pengaturan terang-gelapnya cahaya ruangan. Hal ini berguna saat pemutaran film atau slide-slide bahan-bahan Musrenbang yang perlu kegelapan. Sangat disarankan agar peserta menggunakan kursi yang memiliki papan untuk menulis, jadi tidak menggunakan meja sama sekali.

(23)

memproyeksikan suara (hemat energi fisik) dan memungkinkan mobilitas yang tinggi. Salah satu alternatif Layout dalam proses Musrenbang terlihat seperti ini:

Sumber: Panduan Pelatihan Advokasi Berbasis Komunikasi Persuasif Pendekatan Neuro Linguistic Programming

Posisi tempat duduk di dalam Musrenbang para peserta harus saling berkomunikasi dan bekerjasama satu dengan yang lainnya, pengaturan tempat duduk dapat memberikan pengaruh yang sangat kuat pada dinamika kelompok. Pengaturan tempat duduk dapat mempengaruhi siapa berbicara kepada siapa dan siapa yang sepertinya mendominasi aktifitas-aktifitas proses FGD atau diskusi mendalam.

Beberapa model penataan tempat duduk yang direkomendasikan dalam kegiatan fasilitasi proses Musrenbang antara lain:

a. Peserta untuk dapat melakukan tatapan mata para peserta antara satu dengan yang lainnya sebanyak mungkin;

b. Tim Pemandu/Fasilitator untuk dapat bertatapan mata dengan setiap orang;

c. Berbentuk sebuah lingkaran sangat ideal cara ini membiarkan orang saling melihat antara satu dengan yang lainnya secara leluasa;

d. Penataan meja memberikan orang-orang suatu titik hubungan biasa/ umum, memungkinkan mereka duduk dengan enak, dan menyediakan tempat utuk menulis dan meletakkan peralatan / bahan-bahan kerja;

(24)

kelompok untuk lebih banyak saling melakukan hubungan tatap mata di antara mereka. Tabel berikut beberapa contoh penempatan tempat duduk.

Sumber: Seri Teknologi Pelatihan: Menyiapkan Kegiatan Pelatihan Partisipatif (Referensi Fasilitator). 2006

Pada prinsipnya, metode ini dipakai dalam melakukan fungsi fasilitasi agar mendapatkan capaian kegiatan yang maksimal. Kreatifitas untuk mempergunakan metode yang tepat dapat membantu dalam mendiskusikan, merumuskan, membuat rangkaian kegiatan secara menyeruh kegiatan Musrenbang.

7. Bagan Alur Kegiatan

(25)

III. PROSES FASILITASI PELAKSANAAN MUSRENBANG PENGINTEGRASIAN

A. Proses Musrenbang Desa

1. Persiapan Pra Musrenbang Desa

a. Pengorganisasasian Musrenbang

Tujuan :

Membentuk Tim Penyelenggara/Tim 11 Musrebangdes dengan penguatan pembagian tugas dan tanggungjawab yang dilakukan;

 Membentuk Tim Pemandu/Fasilitator dalam Musrenbang desa 2-3 orang/ Sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan usur perempuan;

 Menyusun Persiapan Teknis Musrenbangkec yaitu: a) Musrenbang

ALUR INTEGRASI TA 2011

PNPM MANDIRI PERDESAAN-MUSRENBANG

MUSRENBANGDES = MUSDES II 1. PKD=Pegas Kelompok (Muskel), Klp.Perempuan

(MKP) dan Dusun (Musdus)

2. Evaluasi RPJMDes-RKPDes 2010=MDST

3. Reviu RPJMDes dan memetik RKPDes 2011=Pemeringkatan Usulan Kegiatan Desa 4. Prinsip Partisipatif, Terbuka, Demokratis, dan

Transparan untuk Seluruh Warga Desa M A D - I

(26)

Penyusunan jadawal dan agenda musrenbangdes; b) Pengumuman pelaksanaan Musrebang dan; c) Pesipan logistik Pengertian :

 Kegiatan Musrenbangdes harus dilakukan perencanaan dan organisir secara sistematis, efektif dan secara transparan agar pelaksanaan Musrenbang mencapai hasil yang maksimal;

 Kegiatan pengorganisian Musrenbangdes lebih menekankan aspek persiapan, pelaksanaan dan pasca Musrenbang menjadi jaminan apakah kegiatan ini efektif dan berguna masyarakat atau tidak;

 Pengorganisasian ini dalam rangka untuk mengindentifikasikan beberapa dokumen desa antara lain: a) Apakah Desa telah memiliki RPJMDes dan RKPDes atau belum; b) Apakah desa melakukan penyusunan pelaporan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LPKj) & Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD) atau tidak; c) Mempunyai APBDes yang partisipatif atau belum; d) Struktur kelembagaan telah lengkap atau belum dan; e) Permasalahan penataan kelambagaan lainnya.

Metode :

Refleksi, Diskusi FGD dan Umpan Balik dalam Rapat Kerja Waktu : Bulan Nopember s/d Desember tahun sebelumnya

Tempat : Balai Desa/tempat yang disepakati dan layak

Peserta :  Perangkat Desa (Kades, sekdes, Kasi Pembangunan dan lain-lain);

 Unsur BPD, tokoh masyarakat, unsur perempuan, kader-kader desa;

 Tim Penyelenggara Musrenbang/ Tim 11 (kalau sebelumnya telah terbentuk).

Pemandu/ Fasilitator

: Kepala Desa/Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)/ Kader Desa yang mempunyai kompetensi

a Fasilitasi Sosialisasi dan Penguatan Kapasitas

 Semiloka Pedoman Umum (Pedum) dan Petunjuk Teknis Operasional (PTO) Panduan Teknis Perencanaan Pembangunan dan Sosialisasi Pengintegrasi PNPM MPd dan program sejenis 2011 dilanjutkan sosialisasi di tingkat kecamatan dan desa;

 Training Of Trainer (TOT) Pengintergrasian Kabupaten, Training Of Trainer (TOT) Kecamatan dan Pelatihan Pengintegrasian Pelaku Desa (Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan masyarakat Desa (LPMD), Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dan Sekretaris Desa);

Kegiatan Fasilitasi

b Fasilitasi Terbentuknya Tim dalam Persiapan Musrenbangdes

 Pembentukan Perumusan/Review/Validasi RPJMDes// Tim 11 (minimal 4 orang harus dari unsur perempuan);

 Pembentukan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) minimal 10 orang (5 unsur perempuan);

 Pembentukan Tim Penyenggara Musrenbangdes berserta tanggungjawabnya;

(27)

 TPM melakukan fungsi-fungsi koordinasi untuk menyusun pelaksanaan Musrenbang;

 TPM memastikan bahwa masing-masing seksi atau bidang atau Tim Bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawsabnya masingp-masing;

 Melakukan identifikasi dokumen desa yang belum lengkap (RPJMDes, RKPDes, LKPj, LPPDes) yang akan ditindaklanjuti oleh Tim 11 untuk dilakukan penyusunan secara partisipatif atau review apabila telah ada;

 Persiapan teknis penyelenggaraan Musrenbangdes meliputi: a) Penyusunan jadwal dan agenda musrenbangdes; b) Pengumuman kegiatan Musrenbangdes dan penyebaran undangan kepada masyarakat dan narasumber minimal 7 hari sebelum hari H;

 Mengkoordinir persiapan logistik (tempat, komsumsi, alat dan bahan).

 Membuat Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL) dalam menindaklanjuti persiapan Musrenbangdes, Pelaksanaan dan Evaluasi Pasca pelaksanaan;

 Merumuskan beberapa hasil kegiatan yang dituangkan dalam Berita Acara hasil keputusan;

 Memfasilitasi Kades dalam membuat Surat Keputusan pelaku-pelaku yang telah dibentuk agar mempunyai kewenangan, tupoksi dalam menjalankan tugasnya.

b. Desa Telah Memiliki RPJMDes dan RKPDes Sudah Layak 1

Laporan Keterangan Pertanggungjawan (LKPj) dan Laporan Penyenggaraan Pemerintahan Desa (LPPD)

Tujuan :  Melakukan evaluasi pelaksanaan RKPDes tahun sebelumnya sebagai rujukan untuk menentukan kebijakan penyusunan RKPDes tahun berikutnya;

 Pertanggujawaban Kades kepada masyarakat melalui BPD atau unsur tokoh masyarakat;

 Melakukan pertanggungjawaban tentang tata kelola penyenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati;

 Melakukan persiapan pelaksanaan review RPJMDes dan kegiatan pembangunan secara keseluruhan.

Pengertian :  Evaluasi RKPDes, LKPJ dan LPPD merupakan tata kelola manajemen pemerintahan desa yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyaraka\t sebagai konsekuensi logis Kades dipilih oleh masyarakat;

 Sebagai upaya evaluasi kritis terhadap pelaksanaan pembangunan pada tahun berjalan.

Metode :

Refleksi, Diskusi FGD dan Umpan Balik dalam Rapat Kerja Waktu : Nopember s/d Desember Tahun sebelumnya

Tempat : Balai Desa/pertemuan yang disepakati

Peserta : Perangkat desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Unsur Perempuan dan kelompok masyarakat yang berminat hadir

Pemandu/ Fasilitator

: Tim Pemandu/Fasilitator

(28)

dan Bahan  Dokumen RPJMDes dan RKPDes yang telah dilaksanakan/tahun lalu;

 UU No. 18/2007 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah;

 UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah;

 UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

 PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

 PP No. 72/ 2005 tentang Desa;

 Regulasi pendukung kebijakan daerah yang ada.

Proses Fasilitasi

:  Kades dibantu Sekdes untuk melakukan pendataan laporan pelaksanaan pembangunan;

 Pendataan tersebut diikuti pertanggungjawaban pelaksanaan

pekerjaan yang dibuktikan dalam MD

pertanggungjawaban/Serah terima pekerjaan yang dituangkan dalam Berita Acara;

 Kegiatan penyelesaian pekerjaan juga diikuti dengan terbentuknya Tim Pemeliharaan demi keberlanjutannya;

 Apabila memungkinkan perlu dibuat Perdes Pelestarian dan Perlindungan Aset yang telah dibangun;

 Semua kegiatan dilakukan rekapitulasi sebagai bahan evaluasi pelaksanaan pekerjaan tahun sebelumnya sebagai rujukan untuk menentukan kebijakan penyusunan RKPDes tahun berikutnya;

 Kades menyusun LKPj Kades kepada masyarakat memalui BPD atau unsur toikoh masyharakat;

 Dilakukan MD Khusus dalam pertanggungjawaban LPPD Kades kepada Bupati;

 Pembahasan persiapan pelaksanaan review RPJMDes dan kegiatan pemabangunan secara keseluruhan;

 Melakukan evaluasi RKPDes, LKPJ dan LPPD yang merupakan bagian dari tata kelola manajemen pemerintahan desa yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sebagai konsekuensi logis Kades dipilih oleh masyarakat;

 Identifikasi isu-isu/permasalahan yang kritis atau kegiatan untuk kelompok masyarakat miskin/marjinal termasuk didalamnya usulan perempuan dan anak;

 Fasilitasi isu-isu strategis desa yang diselaraskan dengan visi dan misi Desa dan visi misi Kades serta kecenderungan kedepan;

 Evalusi dan rumusan isu-isu strategis ini akan menjadi bahan untuk merumuskan RKPDes tahun berikutnya;

2 Melakukan Kegiatan Review RPJMDes dan RKPDes

Tujuan :  Melakukan peninjauan ulang/review RPJMDes & RKPDes disesuaikan dengan ketentuan dan dilakukan secara partisipatif;

 Melakukan penyusunan kegiatan yang disesuaikan dengan ‘Matrik RPJMdes’;

 Melakukan pembahasan akhir rumusan review RPKDes;

(29)

Pengertian :  RPJMdes dan RKPDes yang dinyatakan layak adalah yang mempunyai bobot nilai minimal RPJMDes (60) dan RKPDes (60) yang didasarkan pada instrumen penilaian RPJMdes dan RKPDes;

 RPJMdes dan RKPDes yang dimaksud sesuai dengan ketentuan adalah yang telah diselaraskan dengan Permendagri No. 66 Tahun 2007;

 Pengertian review lebih bersifat melakukan evaluasi, refleksi dan penyempurnaan dari kegiatan tahun yang lalu yang dilakukan secara partisipatif, transparan dan akuntabilitas.

Metode :  Evaluatif, Reflektif, Diskusi FGD dan semiloka desa

Waktu :  Nopember s/d Desember tahun sebelumnya dan jumlah hari disesuaikan dengan kebutuhan di lapang

Tempat :  Balai Desa /Tempat yang disepakati

Peserta :  Perangkat Desa (Kades, sekdes, Kasi Pembangunan dan lain-lain);

 Unsur BPD, tokoh masyarakat, unsur perempuan, kader-kader desa;

 Tim Penyelenggara Musrenbang/ Tim 11 sebagai Tim Review;

 Masyarakat yang berminat

Pemandu/ Fasilitator

: Kepala Desa/Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD)/ Kader Desa yang mempunyai kompetensi

Materi, Alat & Bahan

:  Dokumen RPJMDes dan RKPDes tahun telah dilaksanakan;

 Laporan Serah Terima Pelaksanaan Pembangunan Desa/Laporan pelaksanaan pembangunan selama satu tahun berjalan;

 Buku Panduan Perencanaan Pembangunan Desa (PPD);

 Usulan tambahan hasil penjaringan (needs asessment) dari masyarakat pada tahun berjalan;

 Form-form yang dibutuhkan khususnya form Daftar usulan;

 Dokumen RPJMDes dan RKPDes yang telah dilaksanakan/tahun lalu;

 UU No. 18/2007 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah;

 UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah;

 UU No.33/2004 tentang Peimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

 PP No. 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

 PP No. 72/ 2005 tentang Desa;

 Permendagri No. 66/ 2007 tentang Perencanaan;

 Regulasi pendukung kebijakan daerah yang ada.

Proses Fasilitasi

a Fasilitasi Review/Penyempurnaan RPJMDes

 Fasilitasi Peninjauan ulang dan penyempurnaan RPJMDes sesuai Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa;

 Melakukan langkah‐langkah yang dilakukan: a) Mengkaji data‐data (potensi, masalah dan gagasan) hasil Penggalian Gagasan sebelumnya; b) Menggali dan menghimpun data‐data baru sesuai kondisi desa senyatanya; c) Meninjau ulang/menyempurnakan rumusan RPJMDes;

(30)

‘Matrik RPJMDes’;

 Fasilitasi pembahasan hasil penyempurnaan rumusan RPJMDes melalui forum musyawarah sesuai ketentuan dan prinsip‐prinsip keprograman;

 Menindaklanjuti fasilitasi dalam pembahsan dan penetapan dengan BPD untuk dilakukan penetapan kembali hasil review untuk menjadi Perdes RPJMDes.

.

b Fasilitasi Review/Penyempurnaan RKPDes

 Fasilitasi rencana kegiatan pembangunan desa untuk satu tahun anggaran, yang sudah mencantumkan besar dan sumber dananya;

 Melakukan pemilihan secara jelas rencana kegiatan/usulan yang akan diajukan untuk mengakses BLM PNPM‐MPd atau program ad hock sejenis lainnya;

 Langkah pertama adalah pembentukan Tim Penyusun RKPDes dibentuk sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam Permendagri No. 66 Tahun 2007;

 Fasilitasi Tim Penyusun RKPDes menyusun draft RKPDesyang dipetik dari RPJMDes disusun sesuai (Form lampiran

Permendagri No. 66 Tahun 2007);

 Draft RKP dibahas dalam Musrenbangdes dengan agenda evaluasi pelaksanaan RKPDes tahun sebelumnya dan pembahasan draft RKPDes tahun berjalan;

 Berdasarkan Berita Acara Musrenbangdes yang ditandatangani oleh Kepala Desa, Pimpinan Musyawarah dan 3 orang wakil masyarakat, dilakukan Penetapan RKPDes;

 RKPDes ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa c. Desa Telah Memiliki RPJMDes dan RKPDes Belum Tidak Layak/Belum

Memiliki

Tujuan :  Melakukan proses awal dengan penggalian gagasan/transek usulan secara partisipatif;

 Melakukan proses pengkajian keadaan desa dengan pendekatan PPD;

 Menyusun Rancangan Draft RPJMDes;

 Melakukan penetapan RPJMdes;

 Melakukan penyusunan RKPDes Kajian dokumen/ data/informasi kebijakan program dan anggaran daerah oleh Tim 11 dan Tim Pemandu/Fasilitator;

 Menyusun draft Rancangan Awal RKPDes dengan mengaju pada berdasarkan RPJMDes yang baru disusun;

 Melakukan penyatuanpaduan proses perencanaan;

 Melakukan penyelarasan rencana kegiatan dan anggaran;

 Penyatupaduan Pertanggungjawaban seluruh proses kegiatan di tingkat desa;

Pengertian :  Perencanaan pembangunan desa adalah proses perencanaan yang dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dalam menemukan masalah dan potensi;

Referensi

Dokumen terkait

Rencana kerja pembangunan desa yang selanjutnya disingkan RKPDes adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJMDes

Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat (RKPDesa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat

5) Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat RPJM-Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 6 (enam) tahunan yang memuat arah kebijakan

RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA yang selanjutnya disingkat RKP Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJM Desa yang memuat

Rencana Kerja Pembangunan Desa selanjutnya disingkat RKP Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJM Desa yang memuat

(7) Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP-Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa selanjutnya disingkat (RPJM- Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan

Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP-Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang