BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Balik Angin
2.1.1 Morfologi Tumbuhan Balik Angin (Macaranga recurvata Gage.)
Balik angin (M.recurvata Gage.) merupakan jenis pohon teduhan, biasanya
ditemui di tempat-tempat terbuka di hutan primer dan di tempat-tempat berawa.
Tanaman ini biasanya ditemukan hingga ketinggian kurang lebih 500 m dpl.
Tinggi pohon tanaman ini mencapai 45 meter, ranting padat hingga berongga,
berwarna keputihan. Daun memerisai, panjang daun 21-55 cm, lebar daun 13-44
cm, pangkal daun membulat-melebar, tepi daun memiliki kelenjar, permukaan atas
daun gundul, permukaan bawah daun gundul, keputihan, bertitik kelenjar rapat
(Anonim, 2012).
2.1.2 Sistematika Tumbuhan Balik Angin (M. recurvata Gage.)
Sistematika tumbuhan balik angin adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga recurvata Gage.
Tanaman ini dikoleksi hingga ketinggian kurang lebih 500 meter dibawah
permukaan laut dan merupakan jenis pohon teduhan, biasanya tanaman ini
ditemukan pada tempat-tempat terbuka di hutan primer dan di tempat-tempat
berawa. Penyebaran tanaman ini di semenanjung Malaysia dan Borneo. Di Borneo
jenis tanaman ini dikoleksi di daerah Serawak, Brunei, Sabah, Kalimantan Tengah
dan Kalimantan Timur (Anonim, 2012).
2.1.3 Manfaat Tumbuhan Balik Angin (M. recurvata Gage.)
Daun dan kulit tumbuhan ini digunakan untuk pengobatan sakit perut, diare dan
disentri (Burkill, 1935).
2.2 Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom
karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai
linear yang terdiri dari tiga atom karbon. Kerangka ini dapat ditullis sebagai
C6-C3-C6. Jadi senyawa flavonoida adalah senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa
isoflavonoida adalah senyawa 1,2 biarilpropana, sedang senyawa-senyawa
neoflavonoida adalah senyawa 1,1 diarilpropana.
Istilah flavonoida dikenakan pada suatu golongan besar senyawa yang yang
berasal dari kelompok senyawa yang paling umum yaitu flavon. Suatu jembatan
oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto dan atom karbon benzil
yang terletak di sebelah cincin B membentuk cincin baari tipe 4-piron. Senyawa
heterosiklik ini pada tingkat oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan
tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat
oksidasi yang paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam
Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh
tumbuhan diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan erat
dengannya. Flavonoida terdapat dalam semua tumbuhan hijau. Flavonoida
terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung
sari, nektar, bunga, buah dan biji.
Semua varian flavonoida saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama,
yang memasukkan prazat dari alur sikimat dan asetat malonat. Flavonoida pertama
dihasilkan segera setelah kedua alur tersebut bertemu. Flavonoida yang dianggap
pertama kali terbentuk pada biosintesis adalah khalkkon dan semua bentuk lain
diturunkan darinya melalui berbagai alur (Markham, 1988).
Dalam tubuh manusia, flavonoida berfungsi sebagai antioksidan sehingga
sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat lain lain flavonoida adalah
melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi,
mencegah keropos tulang dan sebagai anti bioktik (Muhammad, 2011). Dalam
dosis kecil flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung, hesperidin
mempengaruhi pembuluh darah kapiler, flavon terhidroksilasi bekerja sebagai
diuretik dan antioksidan pada lemak. Kegunaan flavonoida pada tumbuhan adalah
untuk menarik serangga yang membantu proses penyerbukan, membantu menarik
perhatian binatang yang membantu penyebaran biji (Sirait, 2007).
2.2.1 Struktur Dasar Senyawa Flavonoida
Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti
fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida
dapat digambarkan sebagai berikut:
C C C
A B
Gambar 2.2 Kerangka Dasar Flavonoida
2.2.2 Klasifikasi Senyawa Flavonoida
Flavonoida biasanya terdapat sebagai flavonoida O-glikosida. Pada senyawa
tersebut satu gugus hidroksil flavonoida atau lebih terikat pada satu gula atau lebih
dengan ikatan hemimasetal yang tak tahan asam. Pengaruh glikosilasi
menyebabkan flavonoida menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air.
Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat walaupun galaktosa, ramnosa,
xilosa dan arabinosa juga sering ditemukan.
Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula
tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon
yang tahan asam. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Jenis gula yang
terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan gula pada O-glikosida.
Flavonoida sulfat adalah golongan flavonoida lain yang mudah larut dalam air.
Senyawa ini mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat pada hidroksi
fenol atau gula. Secara teknis senyawa ini sebenarnya bisulfat karena terdapat
sebagai garam yaitu flavon-O-SO3K. Banyak yang berupa glikosida bisulfat,
bagian bisulfat terikat pada hidroksil fenol yang mana saja yang masih bebas atau
pada suatu gula.
Biflavonoida merupakan flavonoida dimer. Flavonoida yang biasanya terlibat
adalah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi
yang sederhana dan ikatan antar flavonoida berupa ikatan karbon-karbon atau
ikatan eter. Monomer flavonoida yang digabungkan menjadi biflavonoida dapat
berjenis sama atau berbeda, dan letak ikatannya berbeda-beda. Banyak sifat fisika
dan kimia biflavnoida menyerupai sifat monoflavonoida pembentuknya dan
akibatnya kadang-kadang biflavonoida sukar dikenali. Biflavonoida jarang
ditemukan sebagai glikosida.
Sejumlah aglikon flavonoida mempunyai atom karbon asimetrik dengan
demikian dapat menunjukkan keaktifan optik (yaitu memutar cahaya
dihidroflavonol, katekin, pterokarpan, rotenoid dan beberapa biflavonoida
(Markham, 1988).
Menurut Harbone (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida, dimana
semua flavonoida menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon
dan memiliki sifat tertentu yaitu:
Tabel 2.1 Sifat golongan flavonoida
Golongan
flavonoida
Penyebaran Ciri khas
Antosianin
marak,dan biru juga dalam
daun dan jaringan lain.
terutama tanwarna, dalam
daun tumbuhan berkayu.
Terutamako-pigmen tanwarna
dalam bunga sianik dan
asianik tersebar luas dalam
daun.
seperti flavonol
seperti flavonol
Tanwarna; hampir seluruhnya
terbatas pada gimnospermae
Larut dalam air, λmaks 515-545 nm, bergerak dengan
BAA pada kertas.
menghasilkan antosianidin
bila jaringan dipanaskan
dalam HCl 2M selama
setengah jam.
setelah hidrolisis, berupa
bercak kuning murup pada
kromatogram Forestal bila
disinari sinar UV;
maksimal spektrum pada 330
– 350 nm.
setelah hidrolisis, berupa
bercak coklat redup pada
kromatogram Forestal;
maksimal spektrum pada
330-350 nm.
Mengandung gula yang
terikat melalui ikatan C-C;
bergerak dengan pengembang
air, tidak seperti flavon biasa.
Pada kromatogram BAA
Khalkon dan
auron
Flavanon
Isoflavon
Pigmen bunga kuning,
kadang-kadang terdapat juga
dalam jaringan lain
Tanwarna; dalam daun dan
buah (terutama dalam Citrus)
Tanwarna; sering kali dalam
akar; hanya terdapat dalam
satu suku, Leguminosae
RF tinggi .
Dengan amonia berwarna
merah (perubahan warna
dapat diamati in situ),
maksimal spektrum 370-410
nm.
Berwarna merah kuat dengan
Mg/HCl; kadang – kadang
sangat pahit .
bergerak pada kertas dengan
pengembang air; tak ada uji
warna yang khas.
Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan
keragaman pada rantai C3 yaitu:
1. Flavonol
Flavonol sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida dan aglikon
flavonol yang umum yaitu kamferol, kuarsetin dan miresetin yang berkhasiat
sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas
kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol
dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga
penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.
O O
OH
2. Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan
3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi
warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis
glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan
yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada
gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon
dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.
O O
3. Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai
fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya
tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya
daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi
amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang
pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.
O O
4. Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan
bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus
prenus dan buah jeruk, dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan
hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.
5. Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika
dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan
karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
O O
OH
6. Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.
Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria
gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin
berkhasiat sebagai antioksidan.
O HO
OH
OH OH
OH
7. Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tanwarna, terutama terdapat pada
tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya
melaksidin, apiferol.
O
OH
HO OH
8. Antosianidin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas
dalam tumbuhan. pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah
penyebab hampir semua warnamerah jambu, merah marak, ungu dan biru dalam
daun, bunga dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin
pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau
dengan metilasi atau glikosilasi.
O
OH
9. Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat tua dengan sinar Uv
bila dikromatografi kertas. Aglikon khalkon dapat dibedakan dari glikosidanya
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada
kromatografi kertas dalam pengembang air.
O
10.Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan
briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna ros dan tampak pada
kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning
kuat berubah menjadi merah jungga bila diberi uap amonia (Robinson, 1995).
HC
O
O
2.2.3 Sifat Kelarutan Senyawa Flavonoida
Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti
fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi bila
didiamkan dalam larutan basa dan disamping itu terdapat banyak oksigen maka
akan banyak yang terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak
flavonoida larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton,
dimetilsulfoksida, dimetilformamida, air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat
pada flavonoida cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air.
Dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang
lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti
isoflavon, flavanon, flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih
mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988).
2.3 Teknik Pemisahan
2.3.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi atau zat dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat digolongkan
berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi dan proses pelaksanaannya.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan
menjadi:
1. Ekstraksi padat-cair
Zat yang diekstrasi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi
jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang
terkandung di dalam bahan alam.
2. Ekstraksi cair-cair
Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi
cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut untuk memisahkan logam-logam
tertentu didalam air.
Menurut proses pelaksanaannya ekstraksi dibedakan menjadi:
1. Ekstraksi berkesinambungan (kontinyu)
Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang sama digunakan secara berulang-ulang
sampai proses ekstraksi selesai. Tersedia berbagai alat untuk jenis ekstraksi ini,
2. Ekstraksi bertahap
Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru
sampai proses ekstraksi selesai. Alat yang biasanyadigunakan adalah corong pisah
(Yazid, 2005).
2.3.2 Kromatografi
Kromatografi merupakan metode umum dalam pemisahan campuran berdasarkan
fase diam dan fase gerak. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan dan fase diam
berupa padatan atau lapisan cairan yang disokong oleh padatan. Fase gerak akan
bergerak melewati fase diam dan senyawa-senyawa dalam campuran akan
bergerak secara kontiniu diantara kedua fase sesuai dengan koefisien distribusi
(Rodig, 1997).
Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dapat dibedakan
menjadi kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pasangan ion,
kromatografi penukar ion dan kromatografi ekslusi ukuran. Berdasarkan pada alat
yang diguanakan kromatografi dapat dibagi atas kromatografi kertas, kromatografi
lapis tipis, kromatografi cair kinerja tinggi, kromatografi gas dan kromaatografi
kolom (Ganjar,2007).
2.3.2.1 Kromatografi Lapis Tipis
Teknik kromatografi lapis tipis sering dilakukan dengan menggunakan lempeng
atau gelas plastik yang dilapisi fase diam dan fase geraknya merupakan pelarut.
Campuaran yang akan dianalisis diteteskan pada dasar lempeng dan perlarutnya
akan bergerak naik oleh gaya kapiler.
Pada umumnya fase diam bersifat polar dan senyawa polar akan melekat lebih
kuat pada lempeng daripada senyawa tak polar akibat interaksi tarik menarik
bergerak naik lebih jauh ke atas lempeng. Jarak tempuh ke atas lempeng
merupakan cermin polaritas senyawa. Peningkatan polaritas pelarut akan
menurunkan interaksi senyawa dengan fase diam sehingga senyawa dalam fase
gerak bergerak lebih jauh pada lempeng (Bresnick, 2005).
Fase diam yang digunakan pada kromatografi lapis tipis merupakan penyerap
berukuran kecil dengan diameter partikel 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata -rata partikel fase diam maka semakin baik kinerja kromatografi lapis tipis dalam
hal efesiensi dan resolusi (Ganjar, 2007).
Nilai utama kromatografi lapis tipis pada penelitian flavonoida adalah sebagai
cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham,
Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:
1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom
2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom
3. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi
4. Isolasi flavonoida murni skala kecil
5. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap
dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas
(Markham, 1988).
Faktor reterdasi merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Harga Rf adalah ukuran kecepatan migrasi suatu
komponen pada kromatogram. Rf didefenisikan sebagai perrbandingan jarak yang
ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut atau fase gerak.
𝑅𝑅𝑅𝑅 = jarak yang ditempuh komponen jarak yang ditempuh pelarut
(Yazid, 2005)
2.3.2.2 Kromatografi Kolom
Kolom kromatografi biasanya terbuat dari gelas. Panjang kolom disesuaikan
dengan jumlah senyawa yang akan akan dianalisis (Bintang, 2011). Pada
kromatografi kolom fase diam dan zat cair ditempatkan didalam tabung kaca
berbentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan katup atau keran dan fase
geraknya dibiarkan mengalir ke bawah malalui gaya berat.
Kromatografi kolom biasanya dibuat dengan menuangkan suspensi fasa diam
dan pelarut yang sesuai kedalam kolom dan dibiarkan memadat. Selanjutnya
pelarut diturunkan sampai tepat pada bagian atas penyerap dan cuplikan yang akan
dipisahkan diletakkan pada bagian atas penyerap kemudian fase gerak dimasukkan
dan dibiarkan mengalir melewati kolom dan komponen campuran turun berupa
pita dengan laju yang berlainan kemudian hasil pemisahan dari kolom
dikumpulkan sebagai fraksi. Kromatografi kolom merupakan bentuk kromatografi
cair (Gritter, 1991).
2.3.2.3 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif
Metode kromatografi juga dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis
preparatif yaitu pemisahan yang terdiri atas sejumlah senyawa serupa dengan
kromatografi jenis yang sukar dan kadang-kadang lama dipisahkan. KLT
preparatif adalah cara ideal untuk memisahkan cuplikan kecil (50 mg sampai 1 g).
Penyerap yang dipakai adalah silika gel dan dipakai untuk pemisahan campuran
senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil. Ketebalan adsorben yang
sering dipakai 0,5 – 2 mm. Ukuran plat kromatografi biasanya 20x20 cm atau
20x40 cm.
Cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada plat
kromatografi lapis tipis preparatif. Pelarut yang baik adalah pelarut organik seperti
n-heksan , etil asetat, dan diklorometan. Cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan
berupa garis pada salah satu sisi dari pelat lapisan besar dan dikembangkan secara
tegak lurus pada garisan cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi
bebaerapa pita. Pita penyerap tersebut diharapkan mengandung komponen
dengan logam tipis atau kertas lilin. Penyerap diletakkan dalam corong kaca
memakai kertas saring lalu dielusi beberapa kali dengan pelarut yang cocok
(Gritter, 1991).
2.4. Teknik Spektroskopi
Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia-fisika yang mengamati
tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Ada dua
macam instrumen pada teknik spektroskopik yaitu spektrometer dan
spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah yang tetap pada
bidang fokus disebut spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi
dengan detektor yang bersifat fotoelektrik disebut sebagai spektrofotometer
(Muldja, 1995).
Panjang gelombang pada suatu senyawa organik yang menyerap energi cahaya
bergantung pada struktur senyawa itu. Oleh karena itu teknik spektroskopi dapat
digunakan untuk menentukan struktur senyawaan yang tidak diketahui dan untuk
mempelajari karakteristik ikatan dari senyawaan yang diketahui (fessenden, 1983).
Rumus molekul dapat ditentukan dari spektrum massa dan bentuk
fragmentasinya. Gugus fungsi alami ditentukan dari spektrum inframerah. Gugus
fungsi terkonjugasi dapat ditentukan dari spektrum elektronik. Struktur dapat
ditentukan berdasarkan inti proton dan karbon yang dihasilkan molekul dari
spektrum 1H dan 13C NMR (Brown,1937).
2.4.1 Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)
Spektrofotometer ultraviolet-visible adalah anggota tenik analisis spektroskopik
yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat dan sinar tampak
dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometer ultraviolet-visibel
dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas atau uap.
Spektofotometer ultraviolet-visibel melibatkan energi elektronik yang yang cukup
dikenakan radiasi elektromagnetik akan mengabsopsi radiasi elektromagnetik
yang energinya sesuai. Interaksi tersebuat akan meningkatkan energi potensial
elektron pada tingkat keadaan eksitasi. Apabila pada molekul sederhana tersebut
hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus maka akan terjadi suatu
absorpsi yang merupakan garis spektrum (Muldja,1995).
Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi karena itu
memiliki menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum ultraviolet dan
spektrum tampak (Harbone, 1987). Spektrum flavonoida biasanya ditentukan
dalam larutan dengan pelarut metanol atau etanol. Spektrum khas terdiri atas dua
maksima pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan
yang tepat dan kekuatan nisbi maksima terssebut memberika informasi yang
berharga mengenai sifat dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum adalah
kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dhidroflavon,dihidroflavonol dan
isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin
yang terdapat pada panjang gelombang yang tinggi. petunjuk mengenai rentang
maksima utama yang diperkirakan untuk setiap jenis flavonoida adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Rentang serapan spektrum UV-Tampak flavonoida
Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis flavonoida
Flavonol (3-OH tersubtitusi)
Flavonol (3-OH bebas)
Isoflavon
Isoflavon
(5-deoksi-6,7-dioksigenasi)
Flavanon dan dihidroflavonol
Khalkon
Auron
Antosianidin dan antosianin
2.4.2 Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR)
Cahaya tampak terdiri dari beberapa range frekuensi elektomagnetik yang berbeda
dimana setiap frekuensi bisa dilihat sebagai warna yang berebeda. Radiasi
inframerah juga mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat
oleh mata. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya
inframerah tengah yaitu pada panjang gelombang 2,5-50 μm atau bilangan gelombang 4000-200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan
menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat
khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi.
Jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada suatu
sampel senyawa organik maka akan terjadi penyerapan frekunsi oleh senyawa
tersebut. Detektor akan mendeteksi frekuensi yang dilewatkan pada sampel yang
tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa atau
yang tidak diserap akan diukur sebagai persen transmitan. Spektrum yang
dihasilkan berupa grafik yang akan menunjukkan persentase transmitan yang
bervariasi pada setiap frekuensi radiasi inframerah. Satuan frekunsi yang
digunakan dinyatakan dalam bilangan gelombang (Dachriyanus, 2004).
Terdapat dua macam getaran molekul, yaitu getaran ulur dan getaran tekuk.
Getaran ulur adalah suatu gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga
jarak antar atom bertambah atau berkurang. Getaran tekuk dapat terjadi karena
perubahan sudut-sudut ikatan antara ikatan-ikatan pada sebuah atom atau karena
gerakan sebuah gugusan atom terhadap sisa molekul tanpa gerakan nisbi
atom-atom dalam gugusan (Silverstein, 1986). Instrumen yang digunakan untuk
mengukur resapan radiasi inframerah pada berbagai macam panjang gelombang
disebut spektrofotometer inframerah (Fessenden, 1982). Spektrofotometer
inframerah pada umumnya digunakan untuk:
1. Menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik
2. Mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan
2.4.3 Spektrometer Resonansi Magnetik Inti proton (1H-NMR)
Spektrometer Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR)
merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini
memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul.
Spektrum Resonansi Magnetik Inti memberikan informasi mengenai lingkungan
kimia atom hidrogen, jumlah atom hidrogen dalam setiap lingkungan dan struktur
gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hidrogen (Creswell, 1982).
Spektrum Resonansi Mangeti Inti pada umunya digunakan untuk:
1. Menentukan jumlah proton yang memiliki lingkungan kimia yang sama pada
suatu senyawa organik
2. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik (Dachriyanus,
2004).
Terperisai dan tak terperisai merupakan istilah relatif. Untuk memperoleh
pengukuran yang kuantitatif diperlukan suatu titik rujukan. Senyawa yang dipilih
untuk rujukan adalah Tetrametilsilana (CH3)4Si, yang proton-protonnya menyerap
pada ujung kanan spektrum NMR (Fessenden, 1982). Pada beberapa spektrum NMR
akan terlihat sinyal TMS pada angka nol sehingga sinyal ini tidak perlu dianalisa.
TMS dipilih sebagai standart karena:
1. TMS mempunyai 12 atom hidrogen yang keseluruhannya mempunyai lingkungan
kimia yang sama, sehingga menghasilkan sinyal singlet yang kuat karena
mengandung banyak atom hidrogen
2. Elektron-elektron pada ikatan C-H dalam senyawa ini berada dekat dengan
hidrogen jia dibanding dengan senyawa lain. Ini berarti inti hidrogen sangat
terlindungi dari medan magneteksternal sehingga dibutuhkan medan magnet yang
besar untuk membawa atom hidrogen ke kondisi resonansi (Dachriyanus, 2004).
Absorbsi kebanyakan proton lain dijumpai dibawah medan absorbsi TMS.
Selisih antara posisi absorbsi TMS dan posisi absorbsi suatu proton tertentu disebut
pergeseran kimia. Pergeseran kimia dinyatakan sebagai bagian tiap juta (ppm) dari