• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Balik Angin 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Balik Angin (Macaranga recurvata Gage.) - Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Balik Angin (Macaranga Recurvata Gage)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Balik Angin 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Balik Angin (Macaranga recurvata Gage.) - Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Daun Tumbuhan Balik Angin (Macaranga Recurvata Gage)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Balik Angin

2.1.1 Morfologi Tumbuhan Balik Angin (Macaranga recurvata Gage.)

Balik angin (M.recurvata Gage.) merupakan jenis pohon teduhan, biasanya

ditemui di tempat-tempat terbuka di hutan primer dan di tempat-tempat berawa.

Tanaman ini biasanya ditemukan hingga ketinggian kurang lebih 500 m dpl.

Tinggi pohon tanaman ini mencapai 45 meter, ranting padat hingga berongga,

berwarna keputihan. Daun memerisai, panjang daun 21-55 cm, lebar daun 13-44

cm, pangkal daun membulat-melebar, tepi daun memiliki kelenjar, permukaan atas

daun gundul, permukaan bawah daun gundul, keputihan, bertitik kelenjar rapat

(Anonim, 2012).

2.1.2 Sistematika Tumbuhan Balik Angin (M. recurvata Gage.)

Sistematika tumbuhan balik angin adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Family : Euphorbiaceae

Genus : Macaranga

Spesies : Macaranga recurvata Gage.

(2)

Tanaman ini dikoleksi hingga ketinggian kurang lebih 500 meter dibawah

permukaan laut dan merupakan jenis pohon teduhan, biasanya tanaman ini

ditemukan pada tempat-tempat terbuka di hutan primer dan di tempat-tempat

berawa. Penyebaran tanaman ini di semenanjung Malaysia dan Borneo. Di Borneo

jenis tanaman ini dikoleksi di daerah Serawak, Brunei, Sabah, Kalimantan Tengah

dan Kalimantan Timur (Anonim, 2012).

2.1.3 Manfaat Tumbuhan Balik Angin (M. recurvata Gage.)

Daun dan kulit tumbuhan ini digunakan untuk pengobatan sakit perut, diare dan

disentri (Burkill, 1935).

2.2 Senyawa Flavonoida

Senyawa flavonoida adalah senyawa-senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom

karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai

linear yang terdiri dari tiga atom karbon. Kerangka ini dapat ditullis sebagai

C6-C3-C6. Jadi senyawa flavonoida adalah senyawa 1,3 diarilpropana, senyawa

isoflavonoida adalah senyawa 1,2 biarilpropana, sedang senyawa-senyawa

neoflavonoida adalah senyawa 1,1 diarilpropana.

Istilah flavonoida dikenakan pada suatu golongan besar senyawa yang yang

berasal dari kelompok senyawa yang paling umum yaitu flavon. Suatu jembatan

oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto dan atom karbon benzil

yang terletak di sebelah cincin B membentuk cincin baari tipe 4-piron. Senyawa

heterosiklik ini pada tingkat oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan

tumbuhan. Flavon adalah bentuk yang mempunyai cincin C dengan tingkat

oksidasi yang paling rendah dan dianggap sebagai struktur induk dalam

(3)
(4)

Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh

tumbuhan diubah menjadi flavonoida atau senyawa yang berkaitan erat

dengannya. Flavonoida terdapat dalam semua tumbuhan hijau. Flavonoida

terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung

sari, nektar, bunga, buah dan biji.

Semua varian flavonoida saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama,

yang memasukkan prazat dari alur sikimat dan asetat malonat. Flavonoida pertama

dihasilkan segera setelah kedua alur tersebut bertemu. Flavonoida yang dianggap

pertama kali terbentuk pada biosintesis adalah khalkkon dan semua bentuk lain

diturunkan darinya melalui berbagai alur (Markham, 1988).

Dalam tubuh manusia, flavonoida berfungsi sebagai antioksidan sehingga

sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat lain lain flavonoida adalah

melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi,

mencegah keropos tulang dan sebagai anti bioktik (Muhammad, 2011). Dalam

dosis kecil flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung, hesperidin

mempengaruhi pembuluh darah kapiler, flavon terhidroksilasi bekerja sebagai

diuretik dan antioksidan pada lemak. Kegunaan flavonoida pada tumbuhan adalah

untuk menarik serangga yang membantu proses penyerbukan, membantu menarik

perhatian binatang yang membantu penyebaran biji (Sirait, 2007).

2.2.1 Struktur Dasar Senyawa Flavonoida

Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti

fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida

dapat digambarkan sebagai berikut:

C C C

A B

Gambar 2.2 Kerangka Dasar Flavonoida

(5)

2.2.2 Klasifikasi Senyawa Flavonoida

Flavonoida biasanya terdapat sebagai flavonoida O-glikosida. Pada senyawa

tersebut satu gugus hidroksil flavonoida atau lebih terikat pada satu gula atau lebih

dengan ikatan hemimasetal yang tak tahan asam. Pengaruh glikosilasi

menyebabkan flavonoida menjadi kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air.

Glukosa merupakan gula yang paling umum terlibat walaupun galaktosa, ramnosa,

xilosa dan arabinosa juga sering ditemukan.

Gula dapat juga terikat pada atom karbon flavonoida dan dalam hal ini gula

tersebut terikat langsung pada inti benzena dengan suatu ikatan karbon-karbon

yang tahan asam. Glikosida yang demikian disebut C-glikosida. Jenis gula yang

terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan gula pada O-glikosida.

Flavonoida sulfat adalah golongan flavonoida lain yang mudah larut dalam air.

Senyawa ini mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat pada hidroksi

fenol atau gula. Secara teknis senyawa ini sebenarnya bisulfat karena terdapat

sebagai garam yaitu flavon-O-SO3K. Banyak yang berupa glikosida bisulfat,

bagian bisulfat terikat pada hidroksil fenol yang mana saja yang masih bebas atau

pada suatu gula.

Biflavonoida merupakan flavonoida dimer. Flavonoida yang biasanya terlibat

adalah flavon dan flavanon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi

yang sederhana dan ikatan antar flavonoida berupa ikatan karbon-karbon atau

ikatan eter. Monomer flavonoida yang digabungkan menjadi biflavonoida dapat

berjenis sama atau berbeda, dan letak ikatannya berbeda-beda. Banyak sifat fisika

dan kimia biflavnoida menyerupai sifat monoflavonoida pembentuknya dan

akibatnya kadang-kadang biflavonoida sukar dikenali. Biflavonoida jarang

ditemukan sebagai glikosida.

Sejumlah aglikon flavonoida mempunyai atom karbon asimetrik dengan

demikian dapat menunjukkan keaktifan optik (yaitu memutar cahaya

(6)

dihidroflavonol, katekin, pterokarpan, rotenoid dan beberapa biflavonoida

(Markham, 1988).

Menurut Harbone (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida, dimana

semua flavonoida menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon

dan memiliki sifat tertentu yaitu:

Tabel 2.1 Sifat golongan flavonoida

Golongan

flavonoida

Penyebaran Ciri khas

Antosianin

marak,dan biru juga dalam

daun dan jaringan lain.

terutama tanwarna, dalam

daun tumbuhan berkayu.

Terutamako-pigmen tanwarna

dalam bunga sianik dan

asianik tersebar luas dalam

daun.

seperti flavonol

seperti flavonol

Tanwarna; hampir seluruhnya

terbatas pada gimnospermae

Larut dalam air, λmaks 515-545 nm, bergerak dengan

BAA pada kertas.

menghasilkan antosianidin

bila jaringan dipanaskan

dalam HCl 2M selama

setengah jam.

setelah hidrolisis, berupa

bercak kuning murup pada

kromatogram Forestal bila

disinari sinar UV;

maksimal spektrum pada 330

– 350 nm.

setelah hidrolisis, berupa

bercak coklat redup pada

kromatogram Forestal;

maksimal spektrum pada

330-350 nm.

Mengandung gula yang

terikat melalui ikatan C-C;

bergerak dengan pengembang

air, tidak seperti flavon biasa.

Pada kromatogram BAA

(7)

Khalkon dan

auron

Flavanon

Isoflavon

Pigmen bunga kuning,

kadang-kadang terdapat juga

dalam jaringan lain

Tanwarna; dalam daun dan

buah (terutama dalam Citrus)

Tanwarna; sering kali dalam

akar; hanya terdapat dalam

satu suku, Leguminosae

RF tinggi .

Dengan amonia berwarna

merah (perubahan warna

dapat diamati in situ),

maksimal spektrum 370-410

nm.

Berwarna merah kuat dengan

Mg/HCl; kadang – kadang

sangat pahit .

bergerak pada kertas dengan

pengembang air; tak ada uji

warna yang khas.

Menurut Robinson (1995), flavonoida dapat dikelompokkan berdasarkan

keragaman pada rantai C3 yaitu:

1. Flavonol

Flavonol sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida dan aglikon

flavonol yang umum yaitu kamferol, kuarsetin dan miresetin yang berkhasiat

sebagai antioksidan dan antiinflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas

kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol

dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga

penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.

O O

OH

2. Flavon

Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan

3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi

warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis

glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan

(8)

yang paling umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada

gula melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon

dianggap sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoida.

O O

3. Isoflavon

Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai

fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai

pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya

tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya

daidzein) memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi

amonia, tetapi kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang

pudar dengan amonia berubah menjadi coklat.

O O

4. Flavanon

Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan

bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus

prenus dan buah jeruk, dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan

hesperitin, terdapat dalam buah anggur dan jeruk.

(9)

5. Flavanonol

Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika

dibandingkan dengan flavonoida lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan

karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.

O O

OH

6. Katekin

Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.

Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria

gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa ini. Katekin

berkhasiat sebagai antioksidan.

O HO

OH

OH OH

OH

7. Leukoantosianidin

Leukoantosianidin merupakan senyawa tanwarna, terutama terdapat pada

tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya

melaksidin, apiferol.

O

OH

HO OH

8. Antosianidin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas

dalam tumbuhan. pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah

penyebab hampir semua warnamerah jambu, merah marak, ungu dan biru dalam

daun, bunga dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin

(10)

pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau

dengan metilasi atau glikosilasi.

O

OH

9. Khalkon

Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat tua dengan sinar Uv

bila dikromatografi kertas. Aglikon khalkon dapat dibedakan dari glikosidanya

karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada

kromatografi kertas dalam pengembang air.

O

10.Auron

Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan

briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna ros dan tampak pada

kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning

kuat berubah menjadi merah jungga bila diberi uap amonia (Robinson, 1995).

HC

O

O

2.2.3 Sifat Kelarutan Senyawa Flavonoida

Aglikon flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia seperti

fenol yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi bila

didiamkan dalam larutan basa dan disamping itu terdapat banyak oksigen maka

akan banyak yang terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak

(11)

flavonoida larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton,

dimetilsulfoksida, dimetilformamida, air dan lain-lain. Adanya gula yang terikat

pada flavonoida cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah larut dalam air.

Dengan demikian campuran pelarut di atas dengan air merupakan pelarut yang

lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti

isoflavon, flavanon, flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih

mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform (Markham, 1988).

2.3 Teknik Pemisahan

2.3.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi atau zat dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat digolongkan

berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi dan proses pelaksanaannya.

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan

menjadi:

1. Ekstraksi padat-cair

Zat yang diekstrasi terdapat di dalam campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi

jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang

terkandung di dalam bahan alam.

2. Ekstraksi cair-cair

Zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi

cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut untuk memisahkan logam-logam

tertentu didalam air.

Menurut proses pelaksanaannya ekstraksi dibedakan menjadi:

1. Ekstraksi berkesinambungan (kontinyu)

Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang sama digunakan secara berulang-ulang

sampai proses ekstraksi selesai. Tersedia berbagai alat untuk jenis ekstraksi ini,

(12)

2. Ekstraksi bertahap

Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang baru

sampai proses ekstraksi selesai. Alat yang biasanyadigunakan adalah corong pisah

(Yazid, 2005).

2.3.2 Kromatografi

Kromatografi merupakan metode umum dalam pemisahan campuran berdasarkan

fase diam dan fase gerak. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan dan fase diam

berupa padatan atau lapisan cairan yang disokong oleh padatan. Fase gerak akan

bergerak melewati fase diam dan senyawa-senyawa dalam campuran akan

bergerak secara kontiniu diantara kedua fase sesuai dengan koefisien distribusi

(Rodig, 1997).

Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi dapat dibedakan

menjadi kromatografi adsorbsi, kromatografi partisi, kromatografi pasangan ion,

kromatografi penukar ion dan kromatografi ekslusi ukuran. Berdasarkan pada alat

yang diguanakan kromatografi dapat dibagi atas kromatografi kertas, kromatografi

lapis tipis, kromatografi cair kinerja tinggi, kromatografi gas dan kromaatografi

kolom (Ganjar,2007).

2.3.2.1 Kromatografi Lapis Tipis

Teknik kromatografi lapis tipis sering dilakukan dengan menggunakan lempeng

atau gelas plastik yang dilapisi fase diam dan fase geraknya merupakan pelarut.

Campuaran yang akan dianalisis diteteskan pada dasar lempeng dan perlarutnya

akan bergerak naik oleh gaya kapiler.

Pada umumnya fase diam bersifat polar dan senyawa polar akan melekat lebih

kuat pada lempeng daripada senyawa tak polar akibat interaksi tarik menarik

(13)

bergerak naik lebih jauh ke atas lempeng. Jarak tempuh ke atas lempeng

merupakan cermin polaritas senyawa. Peningkatan polaritas pelarut akan

menurunkan interaksi senyawa dengan fase diam sehingga senyawa dalam fase

gerak bergerak lebih jauh pada lempeng (Bresnick, 2005).

Fase diam yang digunakan pada kromatografi lapis tipis merupakan penyerap

berukuran kecil dengan diameter partikel 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata -rata partikel fase diam maka semakin baik kinerja kromatografi lapis tipis dalam

hal efesiensi dan resolusi (Ganjar, 2007).

Nilai utama kromatografi lapis tipis pada penelitian flavonoida adalah sebagai

cara analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham,

Kromatografi Lapis Tipis terutama berguna untuk tujuan berikut:

1. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom

2. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom

3. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi

4. Isolasi flavonoida murni skala kecil

5. Penyerap dan pengembang yang digunakan umumnya sama dengan penyerap

dan pengembang pada kromatografi kolom dan kromatografi kertas

(Markham, 1988).

Faktor reterdasi merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan

kromatografi lapis tipis. Harga Rf adalah ukuran kecepatan migrasi suatu

komponen pada kromatogram. Rf didefenisikan sebagai perrbandingan jarak yang

ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut atau fase gerak.

𝑅𝑅𝑅𝑅 = jarak yang ditempuh komponen jarak yang ditempuh pelarut

(Yazid, 2005)

2.3.2.2 Kromatografi Kolom

Kolom kromatografi biasanya terbuat dari gelas. Panjang kolom disesuaikan

(14)

dengan jumlah senyawa yang akan akan dianalisis (Bintang, 2011). Pada

kromatografi kolom fase diam dan zat cair ditempatkan didalam tabung kaca

berbentuk silinder, pada bagian bawah tertutup dengan katup atau keran dan fase

geraknya dibiarkan mengalir ke bawah malalui gaya berat.

Kromatografi kolom biasanya dibuat dengan menuangkan suspensi fasa diam

dan pelarut yang sesuai kedalam kolom dan dibiarkan memadat. Selanjutnya

pelarut diturunkan sampai tepat pada bagian atas penyerap dan cuplikan yang akan

dipisahkan diletakkan pada bagian atas penyerap kemudian fase gerak dimasukkan

dan dibiarkan mengalir melewati kolom dan komponen campuran turun berupa

pita dengan laju yang berlainan kemudian hasil pemisahan dari kolom

dikumpulkan sebagai fraksi. Kromatografi kolom merupakan bentuk kromatografi

cair (Gritter, 1991).

2.3.2.3 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif

Metode kromatografi juga dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis

preparatif yaitu pemisahan yang terdiri atas sejumlah senyawa serupa dengan

kromatografi jenis yang sukar dan kadang-kadang lama dipisahkan. KLT

preparatif adalah cara ideal untuk memisahkan cuplikan kecil (50 mg sampai 1 g).

Penyerap yang dipakai adalah silika gel dan dipakai untuk pemisahan campuran

senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil. Ketebalan adsorben yang

sering dipakai 0,5 – 2 mm. Ukuran plat kromatografi biasanya 20x20 cm atau

20x40 cm.

Cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada plat

kromatografi lapis tipis preparatif. Pelarut yang baik adalah pelarut organik seperti

n-heksan , etil asetat, dan diklorometan. Cuplikan yang akan dipisahkan ditotolkan

berupa garis pada salah satu sisi dari pelat lapisan besar dan dikembangkan secara

tegak lurus pada garisan cuplikan sehingga campuran akan terpisah menjadi

bebaerapa pita. Pita penyerap tersebut diharapkan mengandung komponen

(15)

dengan logam tipis atau kertas lilin. Penyerap diletakkan dalam corong kaca

memakai kertas saring lalu dielusi beberapa kali dengan pelarut yang cocok

(Gritter, 1991).

2.4. Teknik Spektroskopi

Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia-fisika yang mengamati

tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Ada dua

macam instrumen pada teknik spektroskopik yaitu spektrometer dan

spektrofotometer. Instrumen yang memakai monokromator celah yang tetap pada

bidang fokus disebut spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi

dengan detektor yang bersifat fotoelektrik disebut sebagai spektrofotometer

(Muldja, 1995).

Panjang gelombang pada suatu senyawa organik yang menyerap energi cahaya

bergantung pada struktur senyawa itu. Oleh karena itu teknik spektroskopi dapat

digunakan untuk menentukan struktur senyawaan yang tidak diketahui dan untuk

mempelajari karakteristik ikatan dari senyawaan yang diketahui (fessenden, 1983).

Rumus molekul dapat ditentukan dari spektrum massa dan bentuk

fragmentasinya. Gugus fungsi alami ditentukan dari spektrum inframerah. Gugus

fungsi terkonjugasi dapat ditentukan dari spektrum elektronik. Struktur dapat

ditentukan berdasarkan inti proton dan karbon yang dihasilkan molekul dari

spektrum 1H dan 13C NMR (Brown,1937).

2.4.1 Spektrofotometer Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)

Spektrofotometer ultraviolet-visible adalah anggota tenik analisis spektroskopik

yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat dan sinar tampak

dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometer ultraviolet-visibel

dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas atau uap.

Spektofotometer ultraviolet-visibel melibatkan energi elektronik yang yang cukup

(16)

dikenakan radiasi elektromagnetik akan mengabsopsi radiasi elektromagnetik

yang energinya sesuai. Interaksi tersebuat akan meningkatkan energi potensial

elektron pada tingkat keadaan eksitasi. Apabila pada molekul sederhana tersebut

hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus maka akan terjadi suatu

absorpsi yang merupakan garis spektrum (Muldja,1995).

Flavonoida mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi karena itu

memiliki menunjukkan pita serapan kuat pada daerah spektrum ultraviolet dan

spektrum tampak (Harbone, 1987). Spektrum flavonoida biasanya ditentukan

dalam larutan dengan pelarut metanol atau etanol. Spektrum khas terdiri atas dua

maksima pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Kedudukan

yang tepat dan kekuatan nisbi maksima terssebut memberika informasi yang

berharga mengenai sifat dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum adalah

kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dhidroflavon,dihidroflavonol dan

isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron dan antosianin

yang terdapat pada panjang gelombang yang tinggi. petunjuk mengenai rentang

maksima utama yang diperkirakan untuk setiap jenis flavonoida adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.2 Rentang serapan spektrum UV-Tampak flavonoida

Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis flavonoida

Flavonol (3-OH tersubtitusi)

Flavonol (3-OH bebas)

Isoflavon

Isoflavon

(5-deoksi-6,7-dioksigenasi)

Flavanon dan dihidroflavonol

Khalkon

Auron

Antosianidin dan antosianin

(17)

2.4.2 Spektrofotometer Infra Merah (FT-IR)

Cahaya tampak terdiri dari beberapa range frekuensi elektomagnetik yang berbeda

dimana setiap frekuensi bisa dilihat sebagai warna yang berebeda. Radiasi

inframerah juga mengandung beberapa range frekuensi tetapi tidak dapat dilihat

oleh mata. Pengukuran pada spektrum inframerah dilakukan pada daerah cahaya

inframerah tengah yaitu pada panjang gelombang 2,5-50 μm atau bilangan gelombang 4000-200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan

menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorbsi inframerah sangat

khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi.

Jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada suatu

sampel senyawa organik maka akan terjadi penyerapan frekunsi oleh senyawa

tersebut. Detektor akan mendeteksi frekuensi yang dilewatkan pada sampel yang

tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa atau

yang tidak diserap akan diukur sebagai persen transmitan. Spektrum yang

dihasilkan berupa grafik yang akan menunjukkan persentase transmitan yang

bervariasi pada setiap frekuensi radiasi inframerah. Satuan frekunsi yang

digunakan dinyatakan dalam bilangan gelombang (Dachriyanus, 2004).

Terdapat dua macam getaran molekul, yaitu getaran ulur dan getaran tekuk.

Getaran ulur adalah suatu gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga

jarak antar atom bertambah atau berkurang. Getaran tekuk dapat terjadi karena

perubahan sudut-sudut ikatan antara ikatan-ikatan pada sebuah atom atau karena

gerakan sebuah gugusan atom terhadap sisa molekul tanpa gerakan nisbi

atom-atom dalam gugusan (Silverstein, 1986). Instrumen yang digunakan untuk

mengukur resapan radiasi inframerah pada berbagai macam panjang gelombang

disebut spektrofotometer inframerah (Fessenden, 1982). Spektrofotometer

inframerah pada umumnya digunakan untuk:

1. Menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik

2. Mengetahui informasi struktur suatu senyawa organik dengan membandingkan

(18)

2.4.3 Spektrometer Resonansi Magnetik Inti proton (1H-NMR)

Spektrometer Resonansi Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR)

merupakan alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini

memberikan informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam molekul.

Spektrum Resonansi Magnetik Inti memberikan informasi mengenai lingkungan

kimia atom hidrogen, jumlah atom hidrogen dalam setiap lingkungan dan struktur

gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hidrogen (Creswell, 1982).

Spektrum Resonansi Mangeti Inti pada umunya digunakan untuk:

1. Menentukan jumlah proton yang memiliki lingkungan kimia yang sama pada

suatu senyawa organik

2. Mengetahui informasi mengenai struktur suatu senyawa organik (Dachriyanus,

2004).

Terperisai dan tak terperisai merupakan istilah relatif. Untuk memperoleh

pengukuran yang kuantitatif diperlukan suatu titik rujukan. Senyawa yang dipilih

untuk rujukan adalah Tetrametilsilana (CH3)4Si, yang proton-protonnya menyerap

pada ujung kanan spektrum NMR (Fessenden, 1982). Pada beberapa spektrum NMR

akan terlihat sinyal TMS pada angka nol sehingga sinyal ini tidak perlu dianalisa.

TMS dipilih sebagai standart karena:

1. TMS mempunyai 12 atom hidrogen yang keseluruhannya mempunyai lingkungan

kimia yang sama, sehingga menghasilkan sinyal singlet yang kuat karena

mengandung banyak atom hidrogen

2. Elektron-elektron pada ikatan C-H dalam senyawa ini berada dekat dengan

hidrogen jia dibanding dengan senyawa lain. Ini berarti inti hidrogen sangat

terlindungi dari medan magneteksternal sehingga dibutuhkan medan magnet yang

besar untuk membawa atom hidrogen ke kondisi resonansi (Dachriyanus, 2004).

Absorbsi kebanyakan proton lain dijumpai dibawah medan absorbsi TMS.

Selisih antara posisi absorbsi TMS dan posisi absorbsi suatu proton tertentu disebut

pergeseran kimia. Pergeseran kimia dinyatakan sebagai bagian tiap juta (ppm) dari

Gambar

Gambar 2.1 Biosintesa hubungan antara jenis monomer flavonoida dari alur
Tabel 2.1 Sifat golongan flavonoida
Tabel 2.2 Rentang serapan spektrum UV-Tampak flavonoida

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan karunia rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengembangan Media Interaktif

Jurnal guru digunakan untuk mengevalusai kegiatan pembelajaran dalam bidang bercerita dengan alat peraga boneka untuk perkembangan bahasa anak guna mengetahui

Manusia merupakan aktor utama penyebab pencemaran udara, penggunaan kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil, debu dan serbuk sebagai hasil kegiatan industri,

Sains dalam Hadis: Mengungkap F akta Ilm iah atas K em ukjizatan Hadis Nabi, terj.. Pelangi

Dari hasil penelitian Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa ada ibu hamil yang mengalami keadaan Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan kejadian tidak BBLR ada 24 bayi (75%), kondisi ini

Seminar Gelora Literasi Teknologi Informasi & Komunikasi 2013... Bahasa Pemrograman : C#,

A ir adalah benda cair yang terdiri dari hidrogen dan oksigen, yang bersifat.. jernih, tidak berasa, dan tidak

12 Saya memutuskan menggunakan smartphone Xiaomi karena mengetahui sistim operasi dari merek tersebut sangat bagus dibandingkan dengan yang lain. 13 Saya memutuskan untuk