• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN AIR TANAH DI BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN AIR TANAH DI BANDUNG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN AIR TANAH

DI BANDUNG

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

oleh

KEITHCAR LLANG MAYO 16415088 VICKY AJI PANGESTU 16415168

GABRIEL POWERICHO LUO DAELY 16415320

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN

PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2015

PRAKATA

▸ Baca selengkapnya: latar tempat cerpen tanah air

(2)

Samanudi, M.Hum. selaku dosen mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI) yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa saja kandungan yang ada di dalam air tanah, dampak jika air tanah yang dipakai tidak bersih, dan juga bagaimana membuat air tanah tersebut layak untuk dipakai. Kami juga menyadari

sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat

kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Bandung, Oktober 2015

▸ Baca selengkapnya: menganalisis cerpen tanah air

(3)

ABSTRAK

Karya tulis ini dilatarbelakangi oleh permasalahan terkait pemanfaatan air tanah dan dampaknya di Bandung secara umum yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Air sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup dalam segala aspek kehidupannya. Salah satu sumber air yang dapat diperoleh adalah dari air tanah. Air tanah diambil dengan membuat sumur pada tanah yang memiliki simpanan air yang disebut akuifer. Pengambilan sumber daya air dari bawah tanah secara masif dapat menyebabkan ketimpangan tata air dan penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh turunnya permukaan air tanah itu. Seperti diketahui, Bandung memiliki kondisi geografis yang unik sehingga Bandung menjadi tempat yang subur dan memiliki potensi air tanah yang besar.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan air tanah di Bandung berkaitan dengan dampak terhadap ekosistem, tata air, dan geologi di Bandung secara umum serta usaha konservasi air tanah. Metode yang kami gunakan dalam pengambilan data adalah dengan metode deskriptif analitis dengan pendekatan empiris dan rasional. Data diambil dari literatur-literatur yang

berkaitan dengan penelitian kami.

(4)

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah...1

1.1.1 Latar belakang...1

1.1.2 Rumusan masalah...3

1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat...3

1.3 Ruang Lingkup Kajian...3

1.4 Anggapan Dasar...4

1.5 Hipotesis...4

1.6 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data...4

1.6.1 Metode...4

1.6.2 Teknik pengumpulan data...5

1.7 Sistematika Penulisan...5

BAB II TEORI DASAR AIR TANAH 2.1 Pengertian Air Tanah...6

2.2 Kandungan-Kandungan Air Tanah ...8

2.3 Sumber Air Tanah...9

2.4 Cara Memperoleh Air Tanah...10

2.5 Pengembangan Air Tanah...11

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG 3.1 Letak Geografis...13

3.2 Batas Administrasi Daerah...13

3.3 Luas Wilayah...15

3.4 Kondisi Topografis...15

3.5 Daerah Aliran Sungai (DAS)...16

3.6 Kependudukan Kota Bandung...17

3.7 Penggunaan Lahan di Kota Bandung...20

3.8 Iklim dan Cuaca Kota Bandung...23

3.9 Kondisi Air Tanah di Bandung...23

BAB IV SIMPULAN 4.1 Simpulan...29

4.2 Saran...29

DAFTAR PUSTAKA...31

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL I. Sejarah Kependudukan Kota Bandung ……… 20

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penampang Artesis ………. 11

2. Peta Geografis Kota Bandung ……… 14

3. Kondisi Permukiman di Kota Bandung ……….. 18

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

1.1.1 Latar belakang masalah

Pesatnya perrtumbuhan penduduk di dunia saat ini mengakibatkan salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu air yang digunakan manusia menjadi sangat penting. Setiap aspek kehidupan manusia pasti bergantung pada air. Air dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, salah satunya adalah air tanah. Air tanah dapat diambil dengan membuat sumur pada tanah yang memiliki simpanan air tanah yang disebut akuifer. Pengambilan sumber daya air dari bawah tanah dengan masif bisa menyebabkan ketimpangan tata air dan penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh turunnya permukaan air tanah itu.

Pemanfaatan air tanah secara berlebihan mengakibatkn pengurangan gaya angkat tanah sehingga terjadi peningkatan tegangan efektif tanah. Akibat meningkatnya tegangan efektif ini akan menyebabkan penyusutan butiran tanah kembali dan penurunan permukaan tanah. Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah erosi di bagian dalam tanah akibat terangkutnya material tanah di bawah muka air tanah yang disebabkan pemompaan sumur secara berlebihan.

Agar keberadaan air tanah tetap terjaga dan tidak merusak ekosistem,

(8)

air tanah pun harus mengikuti regulasi pemerintah yang berlaku agar pemanfaatan air tanah dapat dikelola dengan baik. Pemanfaatan air tanah harus dilakukan secara efisien dan efektif dalam rangka menjaga keberadaan air tanah, termasuk di kota-kota besar, seperti Bandung.

Bandung merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia memiliki keadaan geografis yang unik. Seperti kita ketahui, Bandung dikelilingi oleh pegunungan dan terletak pada ketinggian sekitar 768 meter di atas permukaan laut. Bandung dilewati oleh sungai-sungai utama seperti Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum serta anak-anak sungainya yang mengalir ke arah selatan. Curah hujan di Bandung juga tinggi, mencapai 1500-1400 mm/tahun. Dengan kondisi geografis seperti ini membuat Bandung sebagai tempat yang subur dan memiliki potensi air tanah yang cukup besar.

Tujuan penelitian ini ingin mengetahui cara memanfaatkan air tanah secara efisien di Kota Bandung. Jika pemanfaatan air tanah tidak terkontrol, maka akan

menimbulkan permasalahan-permasalahan seperti terjadinya tanah longsor, erosi, dan penurunan permukaan tanah. Untuk itu pemanfaatan air tanah sangat penting dibahas agar setiap pengguna air tanah bijaksana dalam memanfaatkan air tanah.

(9)

Berdasarkan latar belakang di atas, muncul persoalan yaitu:

1. Bagaimana pemanfaatan air tanah dalam kehidupan sehari-hari? 2. Bagaimana pemanfaatan air tanah secara efisien?

3. Bagaimana pemanfaatan air tanah di Bandung?

1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan ini ialah untuk menemukan cara bagaimana pemanfaatan air tanah secara efisien di Bandung. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Kota Bandung mengenai pemanfaatan air tanah.

1.3 Ruang Lingkup Kajian

Untuk menjawab rumusan masalah di atas perlu pengkajan beberapa pokok, yaitu: 1. definisi air tanah

2. pemanfaatan air tanah dalam kehidupan sehari-hari 3. fungsi air tanah

4. manfaat air tanah

5. regulasi penggunaan air tanah di Indonesia 6. pemanfaatan air tanah secara efisien 7. usaha konservasi air tanah

(10)

1.4 Anggapan Dasar

Air tanah merupakan air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bwah permukaan tanah. Air tanah mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga maupun kepentingan industri. Ketergantungan pasokan air bersih dan air tanah mencapa ± 70%. Potensi air tanah di Bandung sekitar 912 juta meter kubik per tahun.

1.5 Hipotesis

Pemanfaatan air tanah di Bandung akan efisien jika para penggunanya

menggunakannya secara bijaksana, dengan memperhatikan kelestarian sumber daya air tanah ini..

1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.6.1 Metode

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data baik dari literature maupun dari lapangan kemudian dianalisis. Sehubungan dengan metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan empiris dan rasional.

(11)

Pada penelitian kali ini kami menggunakan teknik pengumpulan data, berupa studi literatur, dan observasi lapangan.

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini terbagi menjadi empat bab, yaitu pendahuluan, teori dasar air tanah, gambaran umum Bandung, dan simpulan. Pada bab satu akan dibahas mengenai latar belakang penelitian ini, rumusan masalah, tujuan

(12)

BAB II

TEORI DASAR AIR TANAH

2.1 Pengertian Air Tanah

Ada banyak pengertian atau definisi mengenai air tanah. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (UU No. 7/2004) mendefinisikan air tanah sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah

permukaan tanah. Sementara beberapa ahli di dalam buku-buku teks memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai air tanah.

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antarbutir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeabel, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. (Herlambang, 1996:5)

(13)

Air yang berada pada lajur jenuh adalah bagian dari keseluruhan air bawah permukaan yang biasa disebut air tanah (groundwater). Air bawah bawah tanah (underground water dan sub-terranean water) adalah istilah lain yang digunakan untuk air yang berada pada lajur jenuh, namun istilah yang lazim digunakan adalah air tanah (Johnson, 1972:3).

Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah atau batuan mulai terisi air dan mulai jenuh. Batas atas lajur jenuh air disebut dengan muka air tanah (water table). Air yang tersimpan pada lajur jenuh disebut dengan air tanah, yang kemudian

bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau terkumpul masuk ke kolam, danau, sungai, dan laut (Fetter, 1994:32).

Air bawah permukaan adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah sebagai akibat struktur perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut biasa dikenal dengan air tanah (Asdak, 2002:20). Air yang berada di bawah muka air pada umumnya disebut air tanah, dan lajur di bawahnya disebut sebagai lajur jenuh.

Curah hujan yang masuk ke dalam tanah dan meresap ke lapisan yang ada di bawahnya, yang kemudian tertampung pada lapisan di bawah pemukaan tanah disebut air tanah (Wilson, 1993:2).

(14)

tanah yang ada di bumi ini jauh lebih besar dibanding jumlah air permukaan (98% dari semua air di daratan tersembunyi di bawah permukaan tanah dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran).

2.2 Kandungan-Kandungan Air Tanah

Air hujan yang meresap ke bawah permukaan tanah dalam bentuk penelusan maupun peresapan, dalam perjalanannya membawa unsur-unsur kimia. Komposisi kimia air tanah ini memberikan beberapa pengaruh terhadap berbagai kegiatan pemanfaatannya seperti pertanian, industri maupun domestik. Komposisi zat terlarut dalam air tanah dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok (dalam Hadipurwo, 2006:74):

1. Unsur utama (major constituents), dengan kandungan 1,0-1000 mg/L, yakni natrium, kalsium, magnesium, bikarbonat, sulfat, klorida, silika. 2. Unsur sekunder (secondary constituents), dengan kandungan 0,01-10

mg/L, yakni besi, stronsium, kalium, kabornat, nitrat, florida, boron. 3. Unsur minor (minor constituents), dengan kandungan 0,0001-0,1 mg/L,

yakni antimon, aluminium, arsen, barium, brom, kadmium, krom, kobalt, tembaga, germanium, iodium, timbal, litium, mangan, molibdenum, nikel, fosfat, rubidium, selenium, titanium, uranium, vanadium, seng.

4. Unsur langka (trace constituents), dengan kandungan biasanya kurang dari 0,001 mg/L, yakni berilium, bismut, serium, sesium, galium, emas, indium, lantanum, niobium, platina, radium, rutenium, skandium, perak, talium, torium, timah, tungsten, itrium, zirkon.

(15)

Adalah hal yang mutlak bagi para birokrat pengelola sumber daya air (tanah), untuk memahami asal-usul dan sifat-sifat air tanah, agar tidak terjadi

kesalahpengertian tentang sumber daya yang dikelola. Kesalahpengertian tersebut akan menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air tanah terutama bagi kaum miskin pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan justru akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan air tanah itu sendiri.

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak pada zona jenuh air. Air tanah berasal dari permukaan tanah, misalkan hujan, sungai, danau. Dari dalam bumi sendiri, air tersebut terjadi bersama-sama dengan batuannya, misalkan pada waktu terjadinya batuan endapan terdapat air yang terjebak oleh batuan endapan tersebut. Contohnya air fosil yang biasanya asin dan air vulkanik – panas dan mengandung sulfur.

(http://klastik.wordpress.com/2008/03/27/dari-mana-asal-air-tanah/) 2.4 Cara Memperoleh Air Tanah

(16)

karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai air tanah dangkal.

Air tanah tertekan inilah yang seringkali disebut sebagai air sumur artesis (artesian well). Pola pergerakannya yang menghasilkan gradien potensial, mengakibatkan adanya istilah artesis positif; kejadian dimana potensial air tanah ini berada di atas permukaan tanah sehingga air tanah akan mengalir vertikal secara alami menuju kesetimbangan garis potensial khayal ini. Artesis nol adalah kejadian di mana garis potensial khayal ini sama dengan permukaan tanah sehingga muka air tanah akan sama dengan muka tanah. Artesis negatif yakni kejadian di mana garis potensial khayal ini di bawah permukaan tanah sehingga muka air tanah akan berada di bawah permukaan tanah.

Gambar 1 Penampang Artesis

(Sumber: http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/9689-air tanah-apa-dan-bagaimana-mencarinya.html)

2.5 Pengembangan Air Tanah

Peningkatan eksploitasi air tanah yang sangat pesat di berbagai sektor di Indonesia telah menuntut perlunya persiapan berupa langkah-langkah nyata untuk

(17)

nasional. Air tanah yang merupakan sumber daya alam terbarukan (renewable natural resources) saat ini telah memainkan peran penting di dalam penyediaan pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran nilai terhadap air tanah itu sendiri. Air tanah pada masa lalu

(18)

BAB III

GAMBARAN UMUM BANDUNG

3.1 Letak Geografis

Kota Bandung terletak di antara 107º 36’ bujur timur dan 6º 55’ lintang selatan, dengan keadaan geologis dan tanah terdiri atas lapisan aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, sedangkan di bagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis aluvial kelabu dengan bahan endapan tanah liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol.

(http://eprints.undip.ac.id/34565/5/1593_chapter_II.pdf) 3.2 Batas Administrasi Daerah

Kota Bandung secara administratif berbatasan dengan daerah kabupaten/kota lainnya yaitu:

a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat;

b. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi; c. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung;

d. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Berdasarkan posisi tersebut, maka Kota Bandung berada pada lokasi yang cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi dan potensi perekonomian. Hal tersebut disebabkan Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan utama di Pulau Jawa, yaitu :

a. Barat – Timur, pada posisi ini Kota Bandung menjadi poros tengah yang menghubungkan antara Ibukota Provinsi Banten dan Jawa Tengah;

b. Utara – Selatan, selain menjadi penghubung utama ibukota negara dengan wilayah selatan, juga menjadi lokasi titik temu antara daerah penghasil perkebunan, peternakan dan perikanan.

(19)

Gambar 2

Peta Geografis Kota Bandung

(Sumber: http://www.indotravelers.com/ENGLISH/west-java/bandung/bandung-map.html)

3.3 Luas Wilayah

Kota Bandung terdiri dari 30 Kecamatan dan 151 Kelurahan, mempunyai Luas wilayah 16.729,65 Ha. Luas tersebut didasarkan pada Peraturan Daerah

Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung yang merupakan tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung.

(http://dinkes.bandung.go.id/wp-content/uploads/2013/10/BAB-II-PROFIL-KESEHATAN-KOTA-BANDUNG-TAHUN-12.pdf)

3.4 Kondisi Topografis

Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi

(20)

di tengah-tengah provinsi Jawa Barat serta berada pada ketinggian sekitar 768 meter di atas permukaan laut dengan titik tertinggi berada di sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di atas permukaan laut. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan sampai jalur lintasan kereta api, permukaan tanah relatif datar, sedangkan di wilayah kota bagian utara memiliki kontur yang berbukit-bukit.

3.5 Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah

selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir terutama pada musim hujan.

Kota Bandung terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang mempunyai luas total 1771 km2. DAS tersebut yang terdiri dari 14 sub-DAS

(21)

dari 70% di daerah hulu, sampai sangat datar kurang lebih 0,02% pada Sungai Citarum.

Sungai – sungai yang melewati Kotamadya Bandung, pada ummumnya bersumber di Kecamatan Lembang (Kabupaten Bandung). Di tengah kota mengalir Sungai Cikapundung, di bagian barat Sungai Cibereum dan di bagian timur kota mengalir Sungai Cidurian. Selain ketiga sungai yang relatif besar tersebut, terdapat beberapa sungai kecil yaitu Sungai Cikapundung Kolot, Sungai Cipedes, Sungai Cibuntu, Sungai Leuwilimus, Sungai Citepus, Sungai Cilimus, Sungai Ciroyom, Sungai Nyengseret, Sungai Cikamandilan, Sungai Cipaganti, Sungai Cijengkol, Sungai Cikalintu, Sungai Cikudapateuh, Sungai Lobak Lorang dan Sungai Cibeunying. Sungai-sungai kecil tersebut bersama dengan drainase membentuk jaringan drainase yang semakin kompleks sejalan dengan

perkembangan kota. DAS Cikapundung dengan luas total 134 km2 berasal dari rangkaian Gunung Sukatinggi, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Kramat, Gunung Lingkung, Gunung Pulasari di utara kotamadya Bandung dan bermuara ke Sungai Citarum Hulu di daerah Dayeuh Kolot. Panjang sungai utama kurang lebih 30 km dengan bentuk DAS melebar di daerah hulu dan sempit di bagian hilir. (http://eprints.undip.ac.id/34565/5/1593_chapter_II.pdf)

3.6 Kependudukan Kota Bandung

(22)

dalam konferensi pers Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar tahun 2010. Jumlah penduduk Kota Bandung mencapai 2.393.633 orang.

Gambar 3

Kondisi Permukiman di Kota Bandung (http://www.bandungaktual.com)

Data lain dari BPS Kota Bandung menunjukkan, penduduk Kota Bandung berdasarkan Proyeksi Sensus Penduduk 2010 adalah 2.424.957 orang dengan komposisi penduduk laki-laki sebanyak 1.230.615 orang dan penduduk perempuan sebanyak 1.194.324 orang. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bandung 14,494 jiwa/Km2, dilihat dari segi kepadatan penduduk per kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan kepadatan penduduk 38,983 jiwa/km2. Data Pemerintah Provinsi Jabar menyebutkan angka

2,536.649 jiwa. Data resmi di website Pemerintah Kota Bandung menunjukkan, jumlah rumah tangga Kota Bandung adalah sebanyak 644.709 rumah tangga dengan jumlah rata-rata 3,8 jiwa per rumah tangga.

Penduduk Kota Bandung menurut Registrasi Penduduk sampai dengan bulan Maret 2004 berjumlah 2.510.982 jiwa dengan luas wilayah 16.729,50 Ha. (167,67 km2 ), sehingga kepadatan penduduknya per hektar sebesar 155 jiwa. Komposisi

(23)

Bandung yang berdiam tetap di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 2.511 orang, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam sementara di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar 5.849 jiwa.

Gambar 4

Peta Persebaran Penduduk di Jawa Barat (Sumber: pusdalisbang.jabarprov.go.id)

(24)

dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.

3.7 Penggunaan Lahan di Kota Bandung

Pada saat ini Kota Bandung yang digunakan sebagai lahan terbangun yang cukup padat terutama di bagian pusat kota, sehingga memaksakan perlu adanya

pengembangan fisik ke arah pinggiran kota. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, penggunaan tanah berdasarkan jenis penggunaannya yang paling terbesar yaitu untuk kegiatan pemukiman yaitu sebesar 8739,983 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan tanah berdasarkan jenis

penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel II

Jenis Penggunaan Tanah di Kota Bandung

No

. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha)

1. Pemukiman 8739,983

2. Fasilitas Umum 191,413 3. Kantor & Pemerintahan 360,902

(25)

5. Pendidikan 270,581 6. Perdagangan & Jasa 629,946 7. Pertahanan dan

Keamanan

226,132

8. Bandara 71,068

9. Kuburan 137,576

10. Industri 774,471

11. Instalasi 27,530

12. Taman/rumput 265,118 13. Kebun Campuran 614,463 14. Pertanian Lahan Kering 614,463 15. Pertanian Lahan Basah 1955,047 16. Tanah Kosong 320,242

17. Jalan 1167,647

18. Kolam 14,454

19. Sungai 96,100

Jumlah 16.817,94

4

(Sumber: Kota Bandung Dalam Angka 2011)

Banyaknya jenis kegiatan yang berjalan di Kota Bandung, terjadinya perubahan pemanfaatan ruang, terdapatnya pemukiman kumuh dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat, terbatasnya lahan untuk tempat pemakaman umum (TPU) dan belum tersedianya lahan untuk sektor informal pada akhirnya memberikan tekanan berat pada kondisi fisik alam Kota Bandung. Berbagai masalah lingkungan muncul di antaranya: penurunan air tanah, penurunan kualitas air tanah, suhu udara yang semakin meningkat, kualitas udara menurun, masalah sampah yang belum dapat ditangani secara optimal, luas lahan terbuka yang berfungsi lindung sangat sedikit dan terancam keberadaannya, ketidakseimbangan kegiatan antarwilayah dan sebagainya.

(26)

3.8 Iklim dan Cuaca Kota Bandung

Terletak sedikit di atas 750 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan vulkanik dan pegunungan, Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat di Indonesia. Bandung memiliki iklim tropis tetapi tetap dingin daripada kebanyakan tempat lain di Indonesia. Kota ini bersuhu sekitar 25-30 oC pada siang

hari dan 18-25 oC pada malam hari sepanjang tahun, memiiliki curah hujan

rata-rata 200,4 mm dan jumlah hari hujan rata-rata-rata-rata 21,3 hari per bulan Khas untuk iklim tropis, Bandung tidak memiliki musim dingin atau musim panas yang berbeda dan suhu tetap konstan sebagian besar sepanjang tahun dengan fluktuasi ringan. Bahkan, cuaca di sini dapat diklasifikasikan menjadi basah dan kering karena musim hujan memiliki peran penting dalam iklim tempat itu. Musim hujan di Bandung dimulai dari awal Oktober dan berlangsung sampai akhir April dengan kelembaban rata-rata 85 persen, suhu menyentuh hampir 30o C dan curah

hujan rata-rata 220 milimeter per bulan. Namun pada beberapa tahun belakangan mengalami peningkatan suhu yang disebabkan antara lain oleh polusi dan

meningkatnya pemanasan global (global warming). (http://forum.detik.com/cuaca-di-bandung-t343377.html).

3.9 Kondisi Air Tanah di Bandung

Akibat tingginya konsumsi air baku untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri, termasuk perhotelan, cadangan air tanah di Cekungan Bandung semakin memprihatinkan. Para ahli memperkirakan, pada 10–20 tahun mendatang,

(27)

lantaran pemerintah daerah tidak bias menyediakan air bersih dan air baku bagi masyarakat. Kondisi air tanah di Bandung kian memprihatinkan. Meskipun masih bisa dimanfaatkan, tetapi debit penggunaannya harus terus dibatasi. Selain itu, pembangunan ekonomi yang dijalankan pemerintah pun harus tetap memerhatikan aspek pelestarian alam.

Kini air tanah di Cekungan Bandung banyak dimanfaatkan untuk keperluan industri, perniagaan, dan apartemen. Akibatnya, permukaan air di cekungan Bandung, setiap tahun terus menurun dan pasokan air tanah di Kota Bandung sudah kritis. Jika pengambilan air tanah ini terus berlangsung, maka pengaruhnya sangat buruk. Permukaan air tanah akan terus menurun, dan hal ini sudah terjadi di Rancaekek yang merupakan bagian dari Cekungan Bandung. Selain

itu, pengambilan air tersebut akan mengakibatkan pergeseran tanah dan

mengakibatkan pengeroposan tanah. Menipisnya pasokan air tanah, di antaranya disebabkan semakin banyaknya sumur artesis dan peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang. Akibatnya, penggunaan air sulit terkendali.

(28)

Saat ini pun air hujan sebagai sumber pengisi air tanah itu semakin berkurang curahannya dari tahun ke tahun. Curah hujan yang mencapai 3000-an mm pada tahun 1800-an menjadi hanya 2000-an mm pada tahun 2000. Sebaliknya, yang menyedot air tanah semakin berlebihan. Para penyedot air untuk kepentingan industri yang begitu boros air, serta semakin merebaknya bisnis air bening dalam kemasan telah menyumbang semakin dalamnya muka air tanah. Akibatnya, sumur harus dibor lebih dalam lagi karena muka air tanah dangkal (kedalaman 140 m) telah turun sekitar 1-10 m, muka akuifer tengah (40-150 m) turun sekitar 10-80 m, dan akuifer dalam (150 m) turun sekitar 50-80 m. Fakta berikutnya dari

penurunan muka air tanah itu adalah adanya beberapa kawasan yang amblas di Cekungan Bandung, seperti terjadi di Leuwigajah, Rancaekek, Dayeuhkolot, dan Kopo.

Muka air tanah di Bandung pada saat ini berada sekitar 100 meter di bawah muka tanah, sebagai akibat penggunaan air tanah yang tidak terkendali dan daerah resapan air yang semakin berkurang. Hal ini akan berdampak pada pencemaran air, adanya daerah yang amblas, dan terjadinya kekeringan. Kemampuan manusia untuk mencari sumber air tanah dalam purba begitu canggih, disertai teknologi penyedotan air yang semakin luar biasa. Pompa air itu mampu menyedot air dalam hitungan detik untuk sekian ribu kubik. Sementara perjalanan air hujan sejak meresap ke dalam tanah hingga sampai di kedalaman lapisan tanah

(29)

(http://kiagusrachmadi-kaem.blogspot.co.id/2011/09/kondisi-air-tanah-kota-bandung.html)

Awalnya akuifer atau kandungan air tanah di Cekungan Bandung relatif produktif dan tersebar merata. Selain mudah memperolehnya, juga tidak perlu membangun sistem penyalur air. Kualitasnya pun jauh lebih baik daripada air permukaan. Pemerhati lingkungan dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Sobirin Supardiono mengatakan, “Pengambilan air tanah memang memungkinkan karena Cekungan Bandung memiliki daerah imbuhan air tanah yang cukup luas. Namun, lama kelamaan upaya memperoleh air menjadi sulit karena muka air tanah semakin turun seiring meningkatnya jumlah penduduk dan industri.”

(30)

mendatang, akan terjadi ancaman krisis air tanah. Untuk beberapa daerah tertentu, krisis air ini bisa terjadi sekitar 10 tahun lagi. Berdasarkan kondisi ini, Pemprov Jawa Barat telah menetapkan zona air bawah tanah kritis dan rawan.

Fenomena menarik dari hasil pengamatan Dinas Pertambangan dan Energi Jabar ketika krisis moneter tahun 1998, muka air tanah Kota Bandung justru naik sekitar 2 meter. Kenaikan muka air tanah ini diduga banyak pabrik berhenti produksi hingga penggunaan air tanah berkurang. Pengambilan air tanah dan jumlah sumur sejak 1900–2003 menunjukkan awalnya perbandingan antara jumlah sumur dan jumlah air yang diperoleh cukup tinggi. Kemudian, perbandingan ini terus menurun Sejak awal 1990-an, untuk mendapatkan jumlah air yang sama diperlukan lebih banyak sumur. Dengan demikian, produktivitas air tanah terus menurun karena jumlah sumur bor dan persediaan air tanah ini tidak seimbang. Dari 550 pabrik yang tersebar di cekungan Bandung, 80% di antaranya

merupakan industri tekstil yang mengambil kebutuhan airnya dari tanah.

Berdasarkan data Direktorat Geologi Tata Lingkungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jabar, total kebutuhan air bersih di cekungan Bandung pada 2000 sekitar 1.265.204 juta m3/tahun. Sedangkan, PDAM hanya

(31)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Pemanfaatan air tanah di Bandung dengan metode konservasi sangat penting untuk mendukung produktivitas dan kualitas air untuk masyarakat, khususnya petani. Pemompaan air tanah hanya dapat diizinkan sesuai dengan kecepatan sirkulasinya. Pemanfaatan air tanah bebas dalam lapisan yang dangkal di daerah persawahan padi dapat dilaksanakan terdahulu karena tidak akan terjadi

penerobosan air asin, kecuali daerah pantai. Pemanfaatan air tanah bebas di lapisan yang dalam tidak perlu dikhawatirkan karena jenis air tanah ini merupakan air tanah celah. Pemanfaatan air tanah terkekang di lapisan yang dalam terdapat di dataran aluvium dengan lapisan-lapisan endapan yang dalam sangat banyak dilakukan maka penurunan tanah sering terjadi karena pemompaan. Konservasi air tanah di daerah pertanian dengan pembuatan sistem pengamatan permukaan air tanah dan neraca air. Metode lainnya adalah dengan melakukan pengisian kembali secara buatan (recharge) dengan membuat lubang-lubang biopori.

4.2 Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2002. “Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”. Yogyakarta: Penerbit Universitas Gadjah Mada.

Alam, M. Fahmi Iskandar. 2012. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PEMAKAMAN DI KOTA BANDUNG.

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/587/jbptunikompp-gdl-mfahmiiska-29301-9-unikom_m-i.pdf. Dikunjungi pada 14 November 2015. Asmirawati, A.F. 2005. Perencanaan Jembatan Cable Stayed Pasupati –

Bandung. http://eprints.undip.ac.id/34565/5/1593_chapter_II.pdf. Dikunjungi pada 14 November 2015.

Bubs. 2013. Kota Bandung Mengalami Krisis.

http://www.kaskus.co.id/lastpost/525aa95859cb17a46c000009. Dikunjungi pada 17 November 2015.

Chow, Ven te. 1978. Advances in Hydroscience. London: Academic Press. Chow, Ven te, et al. 1988. Applied Hydrology. New York: McGraw-Hill. Dinas Kesehatan Kota Bandung. 2013. Profil Kesehatan Kota Bandung Tahun

2012.

http://dinkes.bandung.go.id/wp-content/uploads/2013/10/BAB-II-PROFIL-KESEHATAN-KOTA-BANDUNG-TAHUN-12.pdf. Dikunjungi 14 November 2015.

Ekajati, Edi Suhardi et al. 1985. Sejarah Kota Bandung, 1945-1979. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Invetarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Fetter, C. W. 1994. Applied Hydrogeology. New Jersey: Prentice Hall. Firman, Muhammad dan Amal Nur Ngazis. 2011. Air Tanah Jakarta dan

Bandung Mengkhawatirkan.

(33)

Hadipurwo, Satriyo dan Danaryanto. 2006. “Konservasi Sebagai Upaya Penyelamatan Air Tanah di Indonesia”.Direktorat Pembinaan

Pengusahaan Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Hendrayana, Heru.2002.”Dampak Pemanfaatan Air Tanah”.Yogyakarta: Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada.

Herlambang, A. 1996. “Kualitas Air Tanah Dangkal di Kabupaten Bekasi”. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Johnson, Gerald. 1972. Geology of the Yorktown, Poquoson West, and Poquoson East Quadrangles, Virginia.Charlottesville: Virginia Division of Mineral Resources.

Kalsum, Umi. 2010. Bandung Terancam Krisis Air, Tahura Ditambah.

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/143221-bandung_terancam_krisis_air__tahura_ditambah. Dikunjungi pada 22 November 2015.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi. 2010. Kandungan Unsur Air Tanah. http://www.pag.bgl.esdm.go.id/siat/?

q=content/kandungan-unsur-dalam-air-tanah. Dikunjungi 3 November 2015.

Kodoatie, J. Robert. 1996. Pengantar Hidrogeologi. Yogyakarta: Andi Offset. Pamungkas, Putra. 2008. Dari Mana Asal Air Tanah?.

https://klastik.wordpress.com/2008/03/27/dari-mana-asal-air-tanah/. Dikunjungi pada 3 November 2015.

(34)

Putra, Kiagus Rachmadi Eka. 2011. Kondisi Air Tanah Kota Bandung.

http://kiagusrachmadi-kaem.blogspot.co.id/2011/09/kondisi-air-tanah-kota-bandung.html. Dikunjungi pada 22 November 2015. Roel. 2007. Air Tanah? Apa dan Bagaimana Mencarinya?.

http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/9689-airtanah-apa-dan-bagaimana-mencarinya.html. Dikunjungi pada 3 November 2015.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Jakarta: Sekretariat Negara.

Sariyun, Y. dan H. S. Martodirdjo. 1993. Pembinaan Disiplin di Lingkungan Masyarakat Kota di Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Invetarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Sinta, Dwi Ari. 2010. Air Tanah Proses.

http://arisinta.blogspot.co.id/p/air-tanah-proses.html. Dikunjungi pada 3 November 2015.

Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional.

Suganda, Her. 2007. Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

(35)

RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS

Nama : Keithcar Llang Mayo Nama panggilan : Kicar

Tempat, tanggal lahir : Kotabumi, 12 November 1997 Jenis kelamin : Pria

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum Menikah Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat asal : Jl. Kapten Mustofa No.36 Kotabumi, Lampung Alamat di Bandung : Jl. Dago Pojok No.22a

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SDN 4 Tanjungaman, Kotabumi, Lampung Utara (2003-2009) SMP : SMPN 7 Kotabumi, Lampung Utara (2009-2012)

SMA : SMAN 2 Bandarlampung, Lampung (2012-2015) PT : Institut Teknologi Bandung, FTTM (2015-sekarang)

(36)

Nama : Vicky Aji Pangestu Nama panggilan : Aji

Tempat, tanggal lahir : Pringsewu, 25 April 1997 Jenis kelamin : Pria

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum Menikah Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat asal : Gading Rejo, Lampung

Alamat di Bandung : Asrama ITB Kidang Pananjung

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD : SDN 1 Karangsari, Padangratu, Lampung Tengah (2003-2009) SMP : SMPN 1 Gadingrejo, Gadingrejo, Pringsewu (2009-2012) SMA : SMAN 1 Gadingrejo, Gadingrejo, Pringsewu (2012-2015) PT : Institut Teknologi Bandung, FTTM (2015-sekarang)

(37)

Nama : Gabriel Powericho Luo Daely Nama panggilan : Gabriel/Pow/Erich

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 12 Februari 1998 Jenis kelamin : Pria

Agama : Kristen Protestan Status perkawinan : Belum Menikah Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat asal : Jln. Purnawairawan Perum Taman Gunter Blok E11, Tanjungkarang Barat, Bandarlampung

Alamat di Bandung : Jln. Sangkuriang Gg. Mamah Ating No. 37/154E, Bandung

RIWAYAT PENDIDIKAN

Gambar

Gambar 1Penampang Artesis
Gambar 2Peta Geografis Kota Bandung
Gambar 3Kondisi Permukiman di Kota Bandung
Gambar 4Peta Persebaran Penduduk di Jawa Barat
+2

Referensi

Dokumen terkait

Mental Organik yang dirawat di Ruang Bima Instalasi Jiwa RSUD. Banyumas

Enter a All requested variables entered... Enter a All requested

Teknik steganografi yang baik memiliki prinsip bahwa informasi tersebut dapat diakses oleh orang lain (seperti tidak terjadi apa-apa pada file tersebut), sehingga dengan

Penelitian ini yang menyatakan terdapat pengaruh Information quality terhadap User Satisfaction menginformasikan dengan semakin lengkapnya informasi yang ada, mudahnya

Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan

Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental.Gejala-gejala yang timbul

If you're anything like me, you really don't want to type out that long directory path again!. Sure, you could pick it out of your history, but chances are you originally navigated

Pola korelasi hasil penelitian di atas sesuai dengan hasil penelitian Singh dan Acharya (1969) yang menduga korelasi genetik produksi kumulatif bulanan dengan produksi 305