• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri Di Kota Pekanbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap Pada Bangunan SMP Negeri Di Kota Pekanbaru"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ciri Umum dan Kondisi FisikKota Pekanbaru

Kota Pekanbaru merupakan Ibukota provinsi Riau dengan luas

632,26 km 2 . Secara geografis Kota Pekanbaru terletak anatara 101’14’-101’34’ bujur Timur dan 0’25’ -0’45 Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut

berkisar 5-50 meter. Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara

maksimum berkisar antara 32,4oC-33,8oC dengan suhu udara minimum berkisar antara 23,0oC-24,2oC. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm perbulan. Kelembaban maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban maksimum berkisar

antara 68,0%-83%. Struktur tanah pada umumnya terdiri dari jenis alluvial dan

berpasir, sedangkan untuk pinggiran kota pada umumnya terdiri dari jenis tanah

organol dan humus yang merupakan rawa-rawa yang bersifat asam, sangat kerosif

untuk besi (BPS Kota Pekanbaru, 2013).

Kota Pekanbaru mempunyai 96 sekolah menegah pertama dengan

perincian 36 gedung sekolah milik pemerintah dan 60 gedung sekolah milik

swasta. Rincian sebaran SMP di Kota Pekanbaru akan di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Sekolah Menengah Pertama di Kota Pekanbaru.

No Kecamatan SMP Negeri SMP Swasta

(2)

Lahan Gambut

Tanah gambut selalu terbentuk di tempat yang kondisinya jenuh air, atau

tergenang. Misalnya di cekungan-cekungan daerah pelembahan, rawa bekas

danau, atau di daerahdepresi/basin di dataran pantai di antara dua sungai besar,

dimana bahan organik dalamjumlah banyak dihasilkan oleh tumbuhan alami yang

telah beradaptasi dengan lingkunganjenuh air. Lingkungan jenuh air dan

tergenang mencegah penghancuran dan mineralisasi bahan organik, yang pada

waktunya membentuk timbunan bahan organik yang merupakangambut topogen,

atau gambut air tanah. Oleh karena tempatnya rendah, gambut ini sering

menerima banjir dari terrain di sekitarnya yang lebih tinggi. Bahan mineral yang

terbawa air tanah dan banjir musiman, serta unsur hara tanaman ikut memperkaya

gambut topogen ini(wahyunto,2003).

Sifat dan karakteristik fisika lahan gambut ditentukan oleh dekomposisi

bahan itu sendiri. Kerapatan lindak atau bobot isi (bulk density : BD) gambut

umumnya berkisar antara 0,05 sampai 0,40 gram/cm3. Nilai kerapatan lindak ini

sangat ditentukan oleh tingkatpelapukan/ dekomposisi bahan organik, dan

kandungan mineralnya (Kyuma, 1987). Hasil kajian porositas gambut yang

dihitung berdasarkan kerapatan lindak dan bobot jenis adalah berkisar antara

75-95%. Oleh karena lahan gambut jenuh air dan ’longgar’ dengan BD rendah

(0,05–0,40 g/cm3), gambut mempunyai daya dukung beban atau daya tumpu

(bearing capacity) yang rendah. Akibat dari sifat ini jika tanah gambut dibuka dan

mengalami pengeringan karena drainase, gambut akan ’kempes’ dan diwujudkan

(3)

Gambut mempunyai daya menahan air yang sangat besar. Dalam keadaan

jenuh, kandungan air tanah gambut dapat mencapai 4,5–30 kali bobot keringnya.

Sifat lain yang merugikan adalah bila tanah gambut mengalami pengeringan yang

berlebihan, oleh karena terlampau kering, koloid gambut menjadi rusak. Terjadi

gejala kering tak balik (irreversible drying), gambut berubah seperti arang, dan

tak mampu lagi untuk menyerap hara dan menahan air yaitu sifat-sifat yang

merugikan untuk pertumbuhan tanaman dan vegetasi. Sebagai akibat pembukaan,

lahan gambut dapat mengalami penurunan ketebalannya. Kedalaman muka air

berpengaruh terhadap kandungan air di lapisan gambut permukaan. Semakin

dalam muka air maka kandungan air dalam lapisan ini cenderung lebih rendah

(Robet et al., 2011). Bagi makrofauna yang hidup di bawah permukaan tanah,

penurunan kejenuhan air umumnya justru menguntungkan karena hal ini berarti

meningkatnya porositas tanah dan sirkulasi udara di bawah permukaan tanah

(Banas & Gos, 2004).

Lahan Gambut Provinsi Riau

Luas seluruh lahan gambut di propinsi Riau adalah seluas 4.043.602 hektar

terdapat hampir di semua wilayah propinsi. Namun yang paling dominan, terdapat

pada wilayah kabupaten yang berada di pantai timur propinsi. Lahan gambut

umumnya menempati landform kubah gambut (peat dome), yaitumengisi

cekungan/ depresi di sepanjang dan di antara sungai-sungai besar seperti

sungaiIndragiri, Kampar, Siak, dan Rokan, dengan sungai lain yang lebih kecil.

Penggunaan lahanpada saat itu umumnya hutan rawa, sedangkan yang dipakai

(4)

Pada kondisi tahun 2002, telah terjadi perubahan komposisi lahan gambut.

Lahan gambut-sangat dalam yang semula (tahun 1990) sangat luas sekitar 2,07 juta

ha (51,1 %), dewasa ini (tahun 2002) masih tetap paling luas, namun luasnya telah

menyusut menjadi sekitar 1,61 juta ha (39,7 %). Wilayah lahan gambut-sedang yang

semula masih 32,8 % (1,32 juta ha), kini tinggal menjadi 23,5 % (0,952 juta ha).

Sebaliknya gambut-dalam yang semula 14,2 % (0,575 juta ha), dewasa ini telah

bertambah luas menjadi 20,5 % (0,827 juta ha). Wilayah gambut-dangkal menjadi

bertambah sangat luas, yaitu semula hanya 1,9 % (0,076 juta ha), dewasa ini telah

bertambah menjadi 14,2 % (0,573 juta ha). Disamping itu, telah teridentifikasi lahan

gambut-sangat dangkal (dengan ketebalan lapisan gambut < 0,5 meter), seluas 2,1 %

atau 85, 6 ribu ha.(wahyunto,2003).

Famili Termitidae dijumpai dengan proporsi yang jauh lebih kecil (17%).

Anggota-anggota famili ini merupakan kelompok rayap pemakan kayu, tanah dan

serasah (Donovan et al., 2007). Sebagian besar anggota famili ini bersarang di

dalam tanah atau membuat gundukan (busut) di atas permukaan tanah dan

sebagian kecil membuat sarang arboreal (Collins, 1984).

Rayap

Rayap merupakan serangga sosial dengan sistem kasta polimorfik,

pemakan selulosa dan tinggal di dalam sarang atau termitarium yang

dibangunanya. Serangga ini memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil (Borror,

Triplehorn & Johnson, 1992), sepintas mirip semut, dijumpai di banyak tempat,

dihutan, pekarangan, kebun, dan bahkan di dalam batang kayu basah, tetapi ada

juga yang hidup di dalam kayu kering. Makanan utamanya adalah kayu dan

(5)

Rayap merupakan serangga yang termasuk ordo isoptera. Serangga

inibersifat sosial dengan sistem kasta yang berkembang baik. Ciri-ciri kelompok

iniadalah memiliki dua pasang sayap mirip membran berukuran sama,

yangmenempel pada bagian toraks dan bagian mulut pengunyah (Nicholas, 1987).

Rayap dalam aktivitas dan distribusinya dipengaruhi oleh beberapa faktor

lingkungan diantaranya suhu, kelembaban dan curah hujan. Suhu memiliki

peranan penting dalam aktivitas dan perkembangan rayap. Sebagian besar

serangga memiliki suhu optimum berkisar antara 15–38%. Kelembaban cukup

memiliki peranan dalam aktivitas jelajah rayap. Rayap tanah seperti Coptotermes,

Macrotermes, Odontotermes memerlukan kelembaban yang tinggi (75–90%).

Curah hujan memiliki peran dalam hal perkembangbiakan eksternal dan

merangsang keluarnya kasta reproduksi keluar dari tanah. Laron tidak akan keluar

bila curah hujan rendah (Nandika et al. 2003).

Pola perilaku adalah kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri,

mereka hidup di dalam tanah dan bila akan invasi mencari objek makanan juga

menerobos di bagian dalam, dan bila terpaksa harus berjalan di permukaan yang

terbuka mereka membentuk pipa pelindung dari bahan atau humus. Sifat

trofalaksis merupakan ciri khas diantara individu-individu dalam koloni rayap.

Masing-masing individu sering mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat,

mencium dan menggosokkan tubuhnya satu dengan yang lainnya. Sifat ini

diinterpretasikan sebagai cara untuk memperoleh protozoa flagellata bagi

individu yang baru saja berganti kulit (eksidis).Sifat ini juga diperlukan agar

(6)

Setiap koloni rayap mengembangkan karakteristik tersendiri berupa bau yang

khas untuk membedakannya dengan koloni yang lain. Rayap dapat menemukan

sumber makanan karena mereka mampu untuk menerima dan menafsirkan setiap

rangsangan bau yang esensial bagi kehidupannya. Bau yang dapat dideteksi rayap

berhubungan dengan sifat kimiawi feromonnya sendiri. Sifat kanibal terutama

menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga

hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan, yaitu dengan membunuh serta

memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga

mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja. Kanibalisme

berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan

berperan dalam pengaturan homoestatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap

(Tarumingkeng, 2000).

Koloni Rayap

Masyarakat rayap terdiri atas kelompok-kelompok yang disebut kasta.

Masing-masing kasta mempunyai tugas sendiri-sendiri yang dilakukan dengan

tekun selama hidup mereka, demi untuk kepentingan kesejahteraan, keamanan dan

kelangsungan hidup seluruh masyarakat (Hasan, 1984). Setiap koloni rayap

terdapat tiga kasta yang menurut fungsinya masing-masing diberi nama kasta

pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (reproduktif primer dan reproduktif

suplementer). Pembentukan kasta pekerja, serdadu, ratu atau raja dari nimfa muda

dikendalikan secara alami oleh bahan kimia yang disebut feromon

(Nandika et al.,2003). Feromon adalah hormon yang dikeluarkan dari kelenjar

endrokrin, tetapi berbeda dengan hormon, feromon menyebar ke luar tubuh dan

(7)

Pembentukan Koloni rayap secara isolasi dapat terjadi dimana system

sarang Kalotermitidae (rayap kayu kering) tidak tertur dan tidak memiliki bilik

khusus buat ratu yang merupakan poros komunikasi. Lorong-lorong maupun

sel-sel yang terdapat di dalam sarang terpencar-pencar sehingga memungkin

terisolasinya sebagian dari penduduk. Penduduk yang terisolasi ini kemudian

membentuk koloni baru dengan menjadikan reproduktif ssuplementer sebagai ratu

baru (Hasan, 1984).

Kasta pekerja merupakan inti dari koloni, tidak kurang dari 80% populasi

dalam koloni merupakan individu –individu pekerja. Bentuknya seperti serangga

muda (nimfa), bewarna pucat dengan kepala hypognath tanpa mata facet.

Fungsinya mencari makanan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan

prajurit, merawat telur, membuat sarang dan memeliharanya serta membunuh dan

memakan rayap yang tidak produktif lagi baik reproduktif, prajurit ataupun kasta

pekerja sendiri (Nandika et al.,2003). Sifat kanibalismeberfungsi untuk

mempertahakan prinsip efisiensi dan konservasi energy, dan berperan dalam

mengatur keseimbangan koloni (Taruningkeng,1993). Menurut Hurt dan Garratt

(1967), rayap pekerja ini mandul, tanpa sayap, buta dengan warna tubuh lebih

muda dan sedikit lebih pendek.

Kasta prajurit mudah dikenal karena ukuran kepalanya besar dengan

sklerotisasi yang nyata. Anggota –anggotanya mempunyai mendibel atau rostum

yang besar dan kuat berbentuk gunting sesuai dengan fungsinya sebagai pelindung

koloni dari gangguan luar. Sekali mendibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan

tidak akan terlepas walaupun rayap harus mati (Pranggodo et al., 1983). Kasta

(8)

koloni (raja dan ratu). Fungsi kasta ini adalah menghasilkan telur. Seekor ratu

menghasilkan 100 telur setiap hari bila koloninya sudah berumur lima tahun

(Pearce 1997 ) dan mampu hidup selama enam sampai dua puluh tahun (Nandika

et al.,1991).

Kasta reproduktif terdiri dari individu-individu seksual yaitu betina (ratu)

dan jantan (raja). Kasta ini terbagi atas dua bagian yaitu kasta reproduktif

suplemen (sekunder) dan kasta reproduktif primer (laron). Kasta reproduktif

supleman (sekunder) terdiri atas jantan dan betina yang keduanya tidak memiliki

sayap, bilapun ada sayap berukuran kecil dan relatif tidak berfungsi. Kasta

reproduktif sekunder ini terbentuk dengan tujuan sebagai cadangan ratu primer

bila suatu saat ratu primer mati atau sakit. Kasta reproduktif primer (laron)

memiliki ciri khusus diantaranya memilki sayap . Ukuran dan bentuk pada bagian

sayap depan dan belakang sama. Ratu rayap dapat berumur mencapai 20 tahun

bahkan 50 tahun lebih lama dibandingkan dengan umur raja. Ukuran badan sang

Ratu lebih besar dibandingkan Raja pada bagian abdomen (Prasetyo & Yusuf

2005), hal ini karena pertumbuhan ovari, usus, dan penambahan lemak tubuh

akibat kapasitas telur yan meningkat (Borror 1992).

Rayap Pada Lahan Gambut

Pembukaan hutan rawa gambut dan pengalihgunaan lahannya umumnya

didahului dengan pembuatan parit-parit. Keberadaan parit-parit ini dapat

memberikan dampak yang signifikan terhadap karakteristik hidrologis lahan

gambut, yaitu antara lain terjadinya penurunan muka air. Hal ini menyebabkan

lahan gambut tidak lagi tergenang dan lapisan permukaan menjadi lebih berpori

(9)

menjadi lebih sesuai sebagai habitat makrofauna tanah, seperti antara lain rayap

tanah (subterranean termites), yaitu rayap yang bersarang di bawah permukaan

tanah (Fazzly et al., 2005).

Kehadiran rayap pada lahan gambut dapat memberikan dampak

lingkungan yang patut diperhitungkan. Hal ini mengingat rayap memainkan

peranan kunci dalam eksosistem, yaitu sebagai pembentuk struktur tanah, vegetasi

serta daur materi melalui proses dekomposisi (Bignell & Eggleton, 2000).Pada

penelitian (Purnasari, 2013) famili Rhinotermitidae merupakan famili yang paling

banyak dijumpai dalam (83%) baik pada kebun kelapa sawit maupun pada kebun

pekarangan. Wang et al. (2003) menyebutkan bahwa spesies-spesies anggota

Rhinotermitidae memang lebih sering dijumpai di luar hutan alam atau di kawasan

hutan alam yang telah dialihfungsikan menjadi areal perkebunan dan pemukiman.

Famili Rhinotermitidae merupakan kelompok rayap pemakan kayu (Eggleton,

2000) dan mempunyai habitat di dalam tanah atau di dalam kayu mati (Collins,

1983). Subfamili dari Rhinotermitidae yang ditemukan dalam penelitian ini adalah

Rhinotermitinae dan Coptotermitinae.Menurut Lavelle et al. (1997), cara

penggunaan lahan akan mempengaruhi keanekaragaman dan biomassa

makrofauna tanah secara umum. Sedangkan Jones et al. (2003), misalnya,

menyebutkan bahwa tipe dan intensitas penggunaan lahan sangat berpengaruh

terhadap keanekaragaman dan biomassa rayap

Rayap Perusak Gedung

Rayap merupakan faktor perusak kayu dan bangunan yang paling

mengganggu. Rayap mampu merusak komponen bangunan gedung, bahkan juga

(10)

serta barang-barang yang disimpan. Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat

menembus tembok yang tebalnya beberapa centimeter, menghancurkan plastik,

kabel bahkan bentuk konstruksi bangunan seperti : slab dan basement serta

penghalang fisik lainnya (Nandika et al. 2003).

Tarumingkeng (2003) menyatakan jenis-jens rayap perusak kayu di

Indonesia termasuk dalam family Kalotermitidae, Rhinotermitidae dan termitidae:

1. Famili Kalotermitidae

Jenis –jenis rayap ini merupakan jenis rayap yang paling primitif

koloninya tidak terdapat kasta pekerja. Tugas mengumpulkan makanan dan

merawat saranng dilakukana oleh larva dan nimfa yang telah tua. Cara hidupnya

dibagi atas tiga golongan :

a. Rayap kayu lembab (Glyptotermes spp).

b. Rayap pohon (Neotermes spp).

c. Rayap kayu kering (Cryptotermes spp).

2. Famili Rhinotermitidae

Famili ini mempunyai sarang dibawah atau diatas tanah. Jenis –jenis

yang terpenting adalah Coptotermes curvignatus dan Coptotermes travian.

Organisasi dari family ini sedikit lebih maju dari family Kalotermitidae.

3. Famili Termitidae

Famili ini memiliki organisasi yang lebih sempurna dari family

kalotermitidae. Rayap ini kebanyakan hidup di dalam tanah. Genus yang terkenal

antara lain Ondototermes, Microtermes, macrotermes. Namun diantara rayap –

rayap itu yang paling penting menimbulkan masalah pada bangunan gedung

(11)

bangunan sangat ditunjang oleh daya jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah

horizontal maupun vertikal; mampu membuat sarang antara (secondary nest) pada

tempat-tempat yang secara tidak langsung bersinggungan dengan tanah, dan

ukuran populasinya tinggi. Namun beruntung, dibandingkan dengan rayap lain

misalnya Schedorhinotermes javanicus, Macrotermes gilvus maupun Microtermes

inspiratus, sebarab rayap C. curvignathus jauh lebih terbatas dan diduga pola

spasialnya berbeda (Rismayadi,1999). Menurut Rismayadi (2003) rayap tanah

Coptotermes juga dapat menyerang kayu sasaranya sejauh 90 meter dari

sarangnya yang terdapat di kedalaman tanah 30-60 cm dibawah permukaan tanah

bahkan lebih dalam lagi dengan liang-liang selebar 6 cm.

Perinsipnya makanan dari golongan rayap ini adalah bahan-bahan yang

mengandung selulosa seperti bamabu, kertas kain dan berbagai jaringan tanaman

lainya . kerusakan uang timbul akibat serangan rayap disebut sarang lebah (honey

com demage) yaitu berupa saluran yang berlapis-lapis dan tidak beraturan

(Harris,1971).

Cara Penyerangan

Rayap juga dapat membuat lubang di atas pondasi, terus ke atas hingga

mencapai kuda-kuda dan di seluruh permukaan tembok. Adapun mekanisme

rayap menyerang bangunan antara lain :

1. Menyerang melalui kayu yang berhubungan langsung dengan tanah.

2. Masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan pondasi.

3. Membuat liang-liang kembara di atas permukaan kayu, beton, pipa dan

(12)

4. Menembus objek-objek penghalang seperti plastik, logam tipis, dan

lain-lainwalaupun objek tersebut bukan makanannya.

(Jusmalinda,1994)

Rayap kayu kering mempunyai kemampuan hidup pada kayu-kayu kering

dalam rumah, bangunan atau gedung-gedung, mereka tidak membangun sarang -

sarang atau terowongan-terowongan pada tempat terbuka sehingga sulit untuk

diketahui. Pada kayu yang diserang terjadi lubang dan lorong-lorong yang saling

berhubungan. Kayu yang diserang menjadi keropos dan menyebabkan

ronggarongga tak teratur dalam kayu, dengan meninggalkan lapisan yang tipis

pada permukaan kayu sehingga dari luar tidak nampak serangannya, tetapi dengan

tekanan sedikit saja kayu akan rusak. Tanda serangan yang kelihatan adalah

keluarnya ekskremen berupa butir-butir kecil berdiameter 0,6 - 0,8 mm, berwarna

kecoklatan yang dikeluarkan dari lubang serangan dalam jumlah yang besar

(Nandika et al. 2003).

Rayap kayu kering mampu menyerang bangunan melalui laron (kasta

reproduktif) yang terbang keluar dari sarangnya dan hinggap di kayu yang tidak

terlindungi. Di kayu tersebut, laron akan menetap dan berkembang biak untuk

membangun koloni baru. Serangan rayap kayu kering umumnya tidak terbatas

pada kayu struktur bangunan (kuda-kuda, kaso, gording, reng dan lain-lain) tetapi

juga seringkali menyerang barang-barang mebel (meja, kursi, dipan, kitchen set,

dan lain-lain), kusen, jendela dan pintu, tetapi tidak menyerang barang

berlignoselulosa lainnya seperti kertas atau buku, kain karpet, dan lain-lain

(13)

Apabila rayap mampu mencapai sasarannya, serta faktor biotik dan abiotik

mendukung perkembangannya maka rayap akan dengan mudah memperluas

serangannnya. Jangkauan serangan sampai bagian-bagian yang tinggi dengan

membuat sarang di dalam bangunan yang jauh dari tanah dan memanfaatkan

sumber-sumber kelembaban yang tersedia dalam bangunan tersebut. Kondisi ini

berlaku pada rayap tanah Coptotermes curvignathus yang hidupnya mutlak

tergantung dari adanya air dan tanah sebagai kebutuhan penting untuk kehidupan

rayap (Nandika et al. 2003).

Aktivitas makan rayap pada suatu jenis kayu tergantung faktor luar yaitu

jenis kayu. Pada tahap awal, kompenen kimia kayu merangsang saraf perasa

gustatory rayap yaitu pada waktu rayap mulai makan. Kedua adalah tingkat

ambang rasa rayap itu sendiri. Dengan demikian tingkat kesukaan makan rayap

pada beberapa jenis kayu tergantung pada jenis-jenis kayu dan jenis rayap itu

sendiri. Perbedaan sifat kayu dan ambang rasa rayap menimbulkan perbedaan

aktivitas makan setiap jenis rayap pada berbagai jenis kayu (Supriana,1983).

Kerugian Serangan Rayap di Indonesia

Indonesiamengenal rayap sebagai serangga perusak kayu dan bangunan

gedung yang paling penting. Seranganya pada kayu kontruksi bangunan dan

bahan lignoselulosa lainnya telah dilaporkan hampir di seluruh provinsi di

Indonesia. Bahkan kerugian ekonomis yang terjadi akibat seranganya pada

bangunan gedung terus meningkatkan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000

kerugian tersebut dipekirakan mencapai Rp. 3,73 trilyun (Nandika et al. 2003).

Sejalan dengan meluasnya pembukaan wilayah hutan, reklamasi lahan,

(14)

serangan rayap pada bangunan gedung, tanaman pertanian, perkebunan dan

kehutanan cenderung terus meningkat.

Penelitian tentang kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Indonesia

telah banyak dilakukan. Penelitian tentang dampak kerugian yang disebabkan

rayap dan intensitas seranganya telah dilakukan sejak tahun 1980-an. Seperti yang

diungkapkan Rudi (1999) dalam Romaida (2002) bahwa kerugian untuk

kotamadya Bandung mencapai 1,35 milyar pertahun. Menurut Safaruddin (1994)

kerugian ekonomis akibat serangan rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur berkisar

Rp 67,57 milyar.

Organisme yang paling banyak ditemukan menimbulkan keruskana pada kayu

khususnya bangunan adalah rayap tanah . genus Coptotermes merupakan hama

isopteran yang sangat destruktif menyerang kayu dan bahan berkayu di dunia

(Takematset al., 2006) dan berbagai spesies rayap ini di temukan di Indonesia seperti

di Pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera. Kerugian akibat serangan rayap pada

bangunan/ rumah masyarakat di Indonesia diperkirakan telah mencapai 1.67 triliyun

per tahun (Rakhmawati,1996). Di samping itu, data yang dikemukan oleh

Supriana (1983) menunjukkan bahwa kerugian dengan adanya serangan rayap

Gambar

Tabel 1. Data Jumlah Sekolah Menengah Pertama di Kota Pekanbaru.

Referensi

Dokumen terkait

The choice of the search radius is optional, but it is advisable to use a radius that can help detecting the behaviour of the points in the neighbourhood

DIREKSI DIREKTUR. TTD

Results of the proposed segmentation method on circuit breakers using down-sampled Faro subset The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

Angkasa Pura I (Persero) Aviation Security Officer, Airport Rescue &amp; Fire Fighting Officer, Serta Airport Operation Officer Tahun 2017, mengumumkan nama-nama terlampir yang

Aktivitas yang Dilakukan agar Siswa Memperoleh Kompetensi Penilaian Autentik (Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen) mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Figure 3: Host and intruder aircraft used for airborne near- collision flight tests.. positives from the scene clutter have a

Dengan melakukan kegiatan pengamatan langsung, siswa mampu mempresentasikan perbandingan akar pada tumbuhan yang berbeda dengan mandiri.. Dengan melakukan kegiatan pengamatan