LOKAL DI KAWASAN WISATA
(Studi Kasus Pada Masyarakat Sekitar Wisata Taman Raja Batu MADINA)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Disusun Oleh :
KHOBIRUDDIN RANGKUTI 150907050
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Hasil skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:
Nama : Khobiruddin Rangkuti
NIM : 150907050
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis
Judul : DAMPAK PENGEMBANGAN PARIWISATA TAMAN
RAJA BATU MADINA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL DI KAWASAN WISATA (Studi Kasus Pada Masyarakat Sekitar Wisata Taman Raja Batu MADINA)
MEDAN, 25 Juni 2019
Menyetujui, Mengetahui, Dosen Pembimbing Skripsi Ketua Program Studi
Prof. Dr Marlon Sihombing, MA Prof. Dr Marlon Sihombing, MA NIP. 19590816 198611 1 003 NIP. 19590816 198611 1 003
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Khobiruddin Rangkuti NIM : 150907050
Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
“Dampak Pengembangan Pariwisata Taman Raja Batu MADINA Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Di Kawasan Wisata ( Studi Kasus Pada Masyarakat Sekitar Wisata Taman Raja Batu MADINA)”.
Merupakan hasil karya dan pekerjaan saya sendiri serta seluruh sumber yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar dan sesuai ketentuan. Apabila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.
Medan, 25 Juni 2019
Khobiruddin Rangkuti
BATU MADINA TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT LOKAL DI KAWASAN WISATA
(Studi Kasus Pada Masyarakat Sekitar Wisata Taman Raja Batu MADINA)
Nama : Khobiruddin Rangkuti
NIM : 150907050
Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Prof. Dr Marlon Sihombing, MA
Penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari pengembangan Taman Raja Batu MADINA terhadap kehidupan masyarakat lokal di kawasan wisata, juga untuk mengetahui sampai mana pengaruhnya terhadap aktivitas ekonomi, pendapatan masyarakat lokal di sekitar kawasan wisata tersebut.
Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dari proses penelitian yang disajikan ke dalam bentuk-bentuk kalimat. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan beberapa pihak tekait dengan Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan masyarakat sekitar lokasi wisata. Dan data sekunder yang diambil adalah laporan pengunjung Taman Raja Batu juga data tentang masyarakat yang kemudian diolah oleh peneliti agar bisa dikembangkan.
Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan bahwa dampak dari pengembangan pariwisata Taman Raja Batu masih belum dikatakan berhasil, karena pengelolaan belum maksimal dan masih perlu dibenahi lagi baik dari segi penambahan beberapa fasilitas, perawatan dan promosinya sehingga dampaknya dapat dirasakan masyarakat lokal di kawasan wisata khususnya dan masyarakat Panyabungan umunya.
Kata Kunci: Dampak, Pengembangan, Pariwisata, Masyarakat
TAMAN RAJA BATU MADINA ON THE LIVES OF LOCAL COMMUNITIES IN TOURIST AREAS
(Case Study On The Public Tour Around The Taman Raja Batu MADINA)
Name : Khobiruddin Rangkuti
NIM : 150907050
Study Program : Business Administration Faculty : Social and Political Science Advisor : Prof. Dr Marlon Sihombing, MA
This research is to know the impact of the development of the Taman Raja Batu MADINA on the lives of local communities in tourist areas, also to find out to which its effect on economic activity, income of local communities around the tourist area.
This research usesa descriptive qualitative approach, i.e. data obtained and collected from a research process that is presented into the forms of sentence.The data source used is the prime datar and secondary. Primary data are obtained through direct interviews with some tekait with Tourism, Office of culture and community around tourist sites. And secondary data taken is the Taman Raja Batu visitors report also data about communities which are then processed by the researchers to be developed.
The overall results of the study show that the impact of the development of tourism the Taman Raja Batu still hasn't said is successful, because management has not been fullest and still need to be addressed again both in terms of the addition of some facilities, care and promotion so that its impact can be felt in the local community tourism in particular and society Panyabungan.
Keywords: Impact, development, tourism, Community
Puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini setelah selesai melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Pengembangan Pariwisata Taman Raja Batu Madina Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Di Kawasan Wisata (Studi Kasus Pada Masyarakat Sekitar Wisata Taman Raja Batu Madina)”. Shalawat dan salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi yang telah penulis buat ini, penulis harapkan dapat bermanfaat untuk para pembaca guna menambah ilmu pengetahuan dan mengembangkan wawasan berfikir dalam pengembangan pariwisata, penulis menyadari banyak kesulitan yang penulis alami namun dengan adanya perhatian, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara beserta para staff dan jajarannya.
2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA, selaku Ketua Program Studi S-1 Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan serta arahan dan memotivasi kepada penulis selama di perkuliahan.
Sumatera Utara, dan selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.
4. Bapak Faisal Eriza, S.Sos, MSP, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Siswati Saragi S.Sos, M.SP dan Bapak Ahmad Farid S.H selaku pegawai pendidikan Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis serta kak Sally Meuthia Febrian, S.AB yang telah banyak membantu selama perkuliahan dan juga dalam pengurusan surat-surat kelengkapan yang dibutuhkan selama proses Skripsi.
6. Bapak Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si, Bapak Umar Hamdan Nasution, S.E, M.Si dan Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis dan Staff di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat, motivasi dan bimbingan selama perkuliahan.
7. Orang Tua saya Ibu Aslinda Lubis, S.E, yang telah mencurahkan segenap kasih sayang dan kemampuan yang dimiliki, baik ilmu, materi, dukungan serta doa yang tak pernah berhenti diberikan sehingga penulis bisa berdiri sampai detik ini.
8. Bapak Sharing, S.H selaku Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mandailing Natal.
9. Bapak Miswar Husin, S.Pi, M. Si. selaku KABID Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Mandailing Natal.
11. Bapak Syahrial Harahap, S.P selaku KASUBBAG Program dan Keuangan Dinas Pariwisata Kabupaten Mandailing Natal.
12. Bapak Fahrul Rahman selaku Kepala Desa Parbangunan yang sudah membantu saya mendapatkan data penduduk
13. Dan masyarakat Parbangunan umumnya dan responden yang diwawancarai pada khususnya
14. Seluruh teman seperjuangan saya di Ilmu Administrasi Bisnis 2015 terkhusus kelas B.
15. Dan orang-orang yang telah membantu saya selama ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca skripsi ini dan untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan hidayah, rahmat dan karunia-Nya.
Medan, 25 Juni 2019 Penulis
Khobiruddin Rangkuti
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KERANGKA TEORI ... 7
2.1 Pengertian Pariwisata Sebagai Usaha Bisnis ... 7
2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 7
2.1.2 Sejarah Pariwisata ... 8
2.1.3 Dasar Hukum Pariwisata ... 10
2.1.4 Bisnis Pariwisata ... 10
2.1.5 Jenis dan Macam Pariwisata ... 11
2.2 Komponen Pariwisata ... 13
2.3 Pelaku Pariwisata ... 16
2.3.1 Wisatawan ... 16
2.3.2 Industri Pariwisata/ Penyedia Jasa ... 16
2.3.3 Pendukung Jasa Wisata ... 17
2.3.4 Pemerintah... 17
2.3.5 Masyarakat Lokal ... 17
2.4 Manfaat Pariwisata ... 18
2.5 Obyek Wisata ... 18
2.6 Pengembangan Pariwisata ... 18
2.7 Dampak Pariwisata ... 19
2.8 Dampak Pariwisata Dalam Bidang Ekonomi ... 20
2.8.1 Aspek Ekonomi ... 21
2.8.2 Dampak Positif Pariwisata Bagi Ekonomi ... 22
2.8.3 Dampak Negatif Pariwisata Bagi Ekonomi ... 22
2.9 Penelitian Terdahulu ... 22
3.3 Informan Penelitian ... 26
3.4 Definisi Konsep ... 27
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.6 Teknik Analisis Data ... 29
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 31
4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Mandailing Natal ... 31
4.1.2 Kondisi Ekonomi Mayarakat Desa Parbangunan ... 33
4.1.2.1 Kondisi Umum Demografis Daerah ... 33
4.1.2.2 Kondisi Ekonomi ... 33
4.1.3 Kondisi Sosial Masyarakat Desa Parbangunan ... 35
4.1.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 35
4.1.3.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 36
4.1.3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 37
4.1.4 Perencanaan Pengembangan Obyek Wisata TRB... 38
4.1.4.1 Pendekatan Perencanaan Pengembangan Pariwisata ... 43
4.1.5 Karakteristik Responden ... 43
4.2 Kondisi/ Gambaran Umum Taman Raja Batu ... 45
4.3 Potensi Taman Raja Batu ... 46
4.4 Kondisi Perokonomian Responden disekitar Taman Raja Batu sebelum adanya Pengembangan Taman Raja Batu ... 47
4.4.1 Aktivitas Ekonomi Resonden ... 47
4.4.2 Pendapatan Responden... 49
4.5 Kondisi Perokonomian Responden disekitar Taman Raja Batu sesudah adanya Pengembangan Taman Raja Batu ... 50
4.5.1 Aktivitas Ekonomi Resonden ... 50
4.5.2 Pendapatan Responden... 51
4.6 Dampak Pengembangan Taman Raja Batu Terhadap Perekonomian Masyarakat ... 53
4.7 Pembahasan ... 54
BAB V PENUTUP ... 60
5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Halaman
Tabel 1.1 Kondisi Industri Pariwisata Indonesia ... 2
Tabel 4.1 Keadaan Ekonomi Masyarakat... 33
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Masyarakat ... 34
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 36
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 37
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Parbangunan... 38
Tabel 4.6 Keadaan Umur Responden di Taman Raja Batu ... 44
Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Responden di Taman Raja Batu ... 44
Tabel 4.8 Aktivitas Ekonomi Responden di Sekitar Taman Raja Batu Sebelum Adanya Pengembangan Taman Raja Batu ... 48
Tabel 4.9 Rata-Rata Pendapatan Responden di Sekitar Taman Raja Batu Sebelum Adanya Pengembangan Taman Raja Batu ... 49
Tabel 4.10 Jenis Aktivitas Ekonomi Responden di Sekitar Taman Raja Batu Sesudah Adanya Pengembangan Taman Raja Batu ... 51
Tabel 4.11 Rata-Rata Pendapatan Responden di Sekitar Taman Raja Batu Sesudah Adanya Pengembangan Taman Raja Batu ... 52
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 25
Gambar 4.1 Taman Raja Batu, Aek Godang... 40
Gambar 4.2 Panatapan, Kantor Bupati ... 40
Gambar 4.3 Bukit Muhasabah, Aek Godang ... 40
Gambar 4.4 Sampuraga Aek Milas ... 40
Gambar 4.5 Danau Marambe ... 40
Gambar 4.6 Water Boom, Sipaga-paga... 40
Gambar 4.7 Situs Bagas Godang Panyabungan ... 41
Gambar 4.8 Pesantren Purba Baru ... 41
Gambar 4.9 Candi Simangambat ... 41
Gambar 4.10 Wisata Aek Milas ... 41
Gambar 4.11 Wisata Alam Sopotinjak... 41
Gambar 4.12 Pantai Natal, Natal... 41
Gambar 4.13 Masjid Agung Nur Alannur... 41
Gambar 4.14 Air Terjun Sigala-Gala ... 41
Gambar 4.15 Dampak Pengembangan Pariwisata ... 56
Lampiran 1 Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Balasan Rekomendasi Penelitian
Lampiran 3 Dokumentasi Wawancara Dengan Pihak Dinas Pariwisata
1. Wawancara dengan KABID Pengembangan Destinasi Pariwisata
2. Wawancara dengan KABID Kebudayaan Dinas Pendidikan Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian
Wawancara dengan Informan
Taman Raja Batu MADINA Dilihat Dari Beranda MADINA
Beranda MADINA
Gordang Sambilan Di Taman Raja Batu
Susunan Batu Di Taman Raja Batu
Lapangan Volly
Kamar Mandi & Surau Untuk Sholat
Batu Disusun Berbentuk Goa
Sport Panjat Tebing
Stand Pemerintah MADINA
Rumah Makan Sabar Menanti Anugrah
Es Kelapa Di Aek Godang
1.1 Latar Belakang
Dizaman modern ini pariwisata bukanlah hal yang asing lagi, bahkan generasi milenial saat ini dengan sengaja mencari tempat-tempat baru yang indah untuk diabadikan di dinding sosial medianya. Setiap daerah juga pasti memiliki kekayaan alamnya masing-masing yang bisa dijadikan untuk tempat wisata guna menarik para wisatawan untuk berkunjung. Kekayaan alam tiap daerah pasti berbeda-beda dan memiliki ciri khasnya masing-masing tergantung situasi kondisi wilayah tersebut. Dengan perbadaan tersebut dapat menjadikan daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan akan memberikan banyak pemasukan bagi daerah yang sadar akan potensinya terhadap sektor pariwisata.
Penting bagi industri pariwisata Indonesia untuk meningkatkan kontribusinya pada produk domestik bruto (PDB) karena hal ini akan memicu lebih banyak pendapatan devisa (karena setiap turis asing menghabiskan rata-rata antara 1.100 dollar AS sampai 1.200 dollar AS per kunjungan) dan juga menyediakan kesempatan kerja untuk masyarakat Indonesia (berdasarkan data terakhir dari Badan Pusat Statistik, tingkat pengangguran di negara ini mencapai 5,81% di Februari 2015). Diperkirakan bahwa hampir 9% dari total angkatan kerja nasional dipekerjakan di sektor pariwisata. Untuk mengetahui data lebih jelas, penulis menyajikan data dibawah ini yang diambil dari BADAN PUSAT STATISTIK tentang Kondisi Industri Pariwisata dari tahun 2016-2019 terbaru:
Tabel. 1.1
Kondisi Industri Pariwisata Indonesia
2016 2017 2018 2019 Kontribusi terhadap PDB
(%)
11 13 14 15
Penerimaan Devisa (Rp trillion)
172.8 182.0 223.0 275.0
Penyerapan Tenaga Kerja (juta orang)
11.7 12.4 12.7 13.0
Indeks Daya Saing (WEF)
n.a. 40 n.a. 30
Kunjungan Wisman (juta)
12 15 17 20
Perjalanan Wisnus (juta)
260 265 270 275
Sumber Data: Badan Pusat Statistik 2019
Keterangan: (n.a. artinya ukuran sampel terbatas)
Dengan adanya otonomi daerah menjadikan masing-masing daerahnya berupaya untuk menggali terus sebesar-besarnya potensi daerah yang dimiliki.
Sektor pariwisata merupakan sektor yang sangat penting dalam upaya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup potensial. Dalam upaya pengembangan pariwisata ini menimbulkan beberapa dampak bisa positif maupun negatif bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ternyata mempunyai
dampak terhadap lingkungan sekitar baik secara langsung maupun tidak langsung dan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Perkembangan obyek wisata di tanah air bukan lagi hal yang baru, bahkan sampai sekarang ini pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan bagi negara dari para wisatawan domestik maupun manca negara. Disisi lain obyek wisata juga menjadi ajang untuk berbisnis atau media bertemunya para pelaku bisnis. Saat ini, sektor pariwisata Indonesia berkontribusi untuk kira-kira 4% dari total perekonomian. Pada tahun 2019, Pemerintah Indonesia ingin meningkatkan angka ini dua kali lipat menjadi 8% dari PDB, sebuah target yang ambisius (mungkin terlalu ambisius) yang mengimplikasikan bahwa dalam waktu 4 tahun mendatang, jumlah pengunjung perlu ditingkatkan dua kali lipat menjadi kira-kira 20 juta.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil salah satu pariwisata yang lagi booming di Mandailing Natal yaitu Taman Raja Batu MADINA (Mandailing Natal) terletak di Desa Parbangunan Aek Godang, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, sekitar 7 Km dari pusat Kota Panyabungan dan berlokasi disamping kantor Bupati Mandailing Natal. Taman Raja Batu MADINA sekarang menjadi obyek wisata yang banyak dikunjungi masyarakat sekitar Mandailing Natal maupun luar daerah.Taman Raja Batu merupakan sebuah taman buatan yang berada di pinggir sungai singolot. Ada 8 buah batu yang disusun seperti mengelilingi satu buah batu besar yang merupakan meja, jadi kalau beberapa orang duduk pada kursi-kursi yang terbuat dari batu sungai tersebut seolah seperti sedang mengadakan rapat.
Selain keindahan batunya disana kita bisa melihat bentuk gordang sambilan, Bulang (Pakaian Adat MADINA), Kopi Mandailing yang sudah mendunia, serta pepohonanyang memberikan kesan sejuk. Taman Raja Batu ini dulunya adalah daerah yang di tumbuhi pohon-pohon dan dekat dengan sungai seperti hutan kecil, dengan melihat lokasi yang kosong ini Bupati Mandailing Natal Bapak Dahlan Hasan Nasution melihat peluang yang cocok dari lokasi ini untuk dijadikan tempat wisata. Menurut informasi yang didapat dari beberapa masyarakat sewaktu pembangunan obyek wisata, Bupati langsung turun tangan dan bahkan tidur di lokasi.
Dengan keindahan lokasi yang begitu indah Taman Raja Batu pada hari- hari biasa sangat rame dikunjungi para wisatawan baik orang sekitar Panyabungan, Padang Sidempuan, Batang Natal maupun Medan dan Padang. Dari penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh informasi bahwa pada hari-hari biasa jumlah pengunjung dalam satu hari berkisar antara 500 - 1.000 orang/hari dan pada hari-hari besar jumlahnya bisa 2X – 3X lipat dibanding hari-hari biasa.
Dengan jumlah yang segitu besar dampak yang diberikan pada keadaan masyarakat setempat tentu pasti ada salah satunya membuka peluang pada 2.134 Jiwa yang tinggal disekitar lokasi Taman Raja Batu ini untuk mendirikan usaha disekitar lokasi wisata dan menjadi solusi bagi para pengangguran yang dulunya tidak punya pekerjaan sekarang bisa membuka peluang usaha seperti tambal ban, buka warung, rumah makan dan juga ojek disekitar lokasi wisata.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini nantinya akan fokus pada dampak pengembangan tempat wisata ini dan apa pengaruhnya bagi perekonomian masyarakat sekitar setelah di kembangkannya pembangunan ini.
Oleh karena itu, Peneliti sangat ingin mengetahui dampak pengembangan pariwisata ini terhadap kehidupan masyarakat lokal di sekitar kawasan wisata dan peneliti juga ingin mengembangkan sektor pariwisata di tempat kelahiran penulis ini agar daerah penulis ini menjadi daerah yang maju baik dari sektor pariwisata dan ekonomi masyarakatnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah dampak dari pengembangan pariwisata Taman Raja Batu MADINA terhadap kehidupan masyarakat lokal di kawasan sekitar wisata?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak dari pengembangan pariwisata Taman Raja Batu MADINA terhadap kehidupan masyarakat lokal di kawasan sekitar wisata.
1.4 Manfaat Penelitian
Setiap Penelitian dilakukan guna memperoleh manfaat yang berguna bagi seluruh pihak-pihak yang bersangkutan. Manfaat yang diharapkan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk penulis dalam melihat dampak yang didapat dari pengembangan pariwisata ini dan melihat peluang bisnis apa yang dapat dibuat dalam mendukung kemajuan sektor pariwisata dan kemajuan ekonomi masyarakat sekitar, serta menjadi bacaan bagi mahasiswa pada umumnya, khususunya bagi mahasiswa yang sedang mempelajari dampak
pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal di sekitar tempat wisata.
2. Bagi Pemerintah
Sebagai masukan pada pemerintah berupa pemikiran sebagai evaluasi dalam pengembangan pariwisata kedepannya dan mengetahui dampaknya bagi kehidupan masyarakat sekitar.
3. Bagi Program Studi Administrasi Bisnis
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi program studi dan memberikan informasi tambahan yang berguna bagi mahasiswa/i dalam melakukan penelitian dengan objek maupun masalah yang sama dan mengembangkan dimasa yang akan datang atau ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Pengertian Pariwisata Sebagai Usaha Bisnis 2.1.1 Pengertian Pariwisata
Secara etimologis, pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “pari”
berarti „banyak, berkali-kali, berputar-putar‟ dan “wisata” berarti „perjalanan atau berpergian‟. Berdasarkan arti kata ini, pariwisata didefinisikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud dan tujuan tertentu. Sementar itu, seorang ahli turisme asing terkenal bernama G.A. Schmoll menyatakan bahwa “tourism is a highly decentralized industry consisting of enterprises different in size, location,function type organization, range of service provided and method used to market and sell them.” Schmoll menyatakan bahwa usaha turisme itu tergolong industri yang dibedakan atas tipe-tipe: besarnya, tempatnya yang tersebar, dan luas pelayanannya.
Sedangkan menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada Bab 1 Pasal 1 bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Pariwisata merupakan salah satu industri baru yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan
Pariwisata menurut Prof. Salah Wahab adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar negeri (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain) untuk mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap. Koen Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh semntarawaktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.
2.1.2 Sejarah Pariwisata
Sesungguhnya pariwisata telah dimulainya pada peradaban manusia itu sendiri, yang ditandai oleh adanya pergerakan manusia yang melakukan ziarah atau perjalanan agama lainnya. Namun demikian tonggak-tonggak sejarah dalam pariwisata sebagai fenomena modern dapat ditelusuri dari perjalanan Marcopolo (1254-1324) yang menjelajahi Eropa, sampai ke Tiongkok, untuk kemudian kembali ke Venesia, yang kemudian disusul perjalanan Pengeran Henry (1394-1460), Christoper Colombus (1451-1506), dan Vasco da Gama (akhir abad XV). Sedangkan sebagai kegiatan ekonomi, pariwisata baru berkembang pada awal abad ke-19 dan sebagai industri internasional, pariwisata dimulai tahun 1869.
Pada zaman prasejarah, manusia hidup berpindah-pindah (nomadism ) sehingga perjalanan yang jauh merupakan gaya dan cara untuk bertahan hidup.
Seiring perjalanan waktu orang dengan sengaja melakukannya karena aktivitas
tersebut menyenangkan. Di abad 11 sampai abad 15 dalam sejarah peradaban barat, terjadi model baru perjalanan manusia untuk melakukan ziarah ke tempat khusu untuk alasan religius.
Selanjutnya, pada abad 17 sampai abad 20 merupakan era perpindahan dan perjalanan manusia melintasi negara (internasioanal) dan benua (interkontinental). Beberapa orang yang telah mencapai tingkat kesejahteraan dan mempunyai waktu luang mulai melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat bermukim baru, tetapi untuk kesenangan dan untuk mengisi waktu luang, atau alasan budaya. Fenomena inilah yang menjadi poteret awal lahirnya pariwisata.
Istilah tour yang berarti “perjalanan” baru secara luas dikenal dan dipakai setelah abad ke-16. Sekitar tahun 1740-an di Inggris Raya dan di Eropa dikenal istilah Grand Tour yang berarti perjalanan yang cukup panjang tetapi bersifat menyenangkan untuk tujuan pendidikan dan tujuan lain yang bersifat budaya oleh orang muda dari kelas atas.
Tahun 1840-an Thomas Cook mulai memberangkatkan sekelompok orang (group) dalam paket modern atau tur inklusif. Mula-mula dalam wilayah England dan kemudian berkembang ke daratan Eropa. Tahun 1840-an merupakan awal dilakukannya perjalanan jauh dengan menggunakan sistem transportasi masal. Pada abad ke-20, khususnya periode tahun 1960 ke 1980, tampak adanya peningkatan pesat pada jumlah orang yang melakukan perjalanan wisata. Lebih dari 300 juta wisatawan internasional tercatat tiap tahunnya dibeberapa negara tujuan wisata.
Bagi Indonesia, jejak pariwisata dapat ditelusuri kembali ke daswarsa 1910-an, yang ditandai dengan dibentuknya VTV (Vereeneging Toeristen Vekeer), sebuah badan pariwisata Belanda, di Batavia. Badan pemerintah ini sekaligus juga bertindak sebagai tour operator dan travel agent, yang secara gencar mempromosikan Indonesia, khususnya Jawa dan Bali. Pada 1926 berubah menjadi Nitour (Nederlandsche indische Touriten Bureau), sebagai anak perusahaan pelayanan Belanda (KPM). KPM secara rutin melayani pelayanan yang menghubungkan Batavia, Surabaya, Bali, dan Makasar, dengan mengangkut wisatawan.
2.1.3 Dasar Hukum Pariwisata
Dasar hukum pariwisata diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan. Dalam Undang- Undang nomor 10 tahun 2009 dijelaskan tentang ketentuan umum tentang pariwisata, asas, fungsi, dan tujuan pariwisata, prinsip penyelenggaraan pariwisata, pembangunan kepariwisataan, kawasan strategis, usaha pariwisata, hak, kewajiban dan larangan, kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah, koordinasi, Badan Promosi Pariwisata Indonesia, gabungan industri pariwisata Indonesia, pelatihan sumber daya manusia, standarisasi sertifikasi, dan tenaga kerja, pendanaan, sanksi administratif, ketentuan pidana, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.
2.1.4 Bisnis Pariwisata
Bisnis Pariwisata adalah aspek kegiatan kepariwisataan yang berorientasi pada penyediaan jasa pariwisata. Bisnis pariwisata meliputi seluruh kegiatan penyediaan jasa (services) yang dibutuhkan wisatawan. Kegiatan ini meliputi
jasa perjalanan(travel)dan transportasi (transportation), penginapan (accommodation), jasa boga (restaurant), rekreasi (recreation), dan jasa-jasa lain yang terkait, seperti informasi, telekomunikasi, penyediaan tempat dan fasilitas untuk kegiatan tertentu, penukaran uang (money changer), dan jasa hiburan (entertainment) (Ida, Putu, dkk, 2003:17).
Proses Bisnis Pariwisata, dalam arti prosedur dan mekanisme tidak berbeda dengan bisnis pada umunya. Perbedaannya terletak pada substansi format, mekanisme dan proses bisnis tersebut. Sebagai suatu bentuk bisnis yang didominasi unsur asing, bisnis pariwisata seharusnya mengikuti kelaziman-kelaziman yang berlaku dalam tradisi bisnis internasional.
2.1.5 Jenis dan Macam Pariwisata Terwujud Dalam Bentuk Antara Lain:
1. Menurut Letak Geografis , Dimana Kegiatan Itu Berlangsung:
a. Pariwisata Lokal (Local Tourism) yaitu jenis kepariwisataan yang ruang lingkupnya lebih sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja. Misal, kepariwisataan Jakarta, kepariwisataan Manado, Kepariwisataan Denpasar dll.
b. Pariwisata Regional (Regional Tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional dalam lingkup nasional maupun internasional.
Misalnya Kepariwisataan Bali, Jakarta, Manado dan lain-lain.
c. Pariwisata Nasional (National Tourism) yaitu jenis pariwisata yang dikembangkan dalam wilayah suatu negara, dimana pesertanya tidak hanya terdiri warganegaranya itu sendiri melainkan dari
manca negara atau orang asing yang datang ke negara tersebut.
Misalnya, kepariwisataan yang ada di daerah Indonesia.
d. Pariwisata Regional-Internasional yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut. Misal, kepariwisataan ASEAN.
e. Pariwisata Internasional (International Tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang terdapat atau dikembangkan di banyak negara di dunia.
2. Menurut Pengaruhnya Terhadap Neraca Pembayaran:
a. Pariwisata Aktif (In Bound Tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu. Hal ini tentu akan mendapatkan masukan devisa bagi negara yang dikunjungi dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara yang dikunjungi wisatawan.
b. Pariwisata Pasif (Out–Going Tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang ditandai dengan gejala keluarnya warga negara itu sendiri bepergian ke luar negeri sebagai wisatan. Karena ditinjau dari segi pemasukan, negara asal wisatawan akan dirugikan, karena uangnnya akan dibelanjakan di luar negeri.
3. Menurut Alasan/Tujuan Perjalanan
a. Business Tourism yaitu pariwisata dimana pengunjung datang untuk tujuan dinas, usaha dagang yang berhubungan dengan pekerjaannya, kongres, seminar dan lain-lain.
b. Vacational Tourism yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti dan lain-lain.
c. Educational Tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan perjalanan bertujuan untuk belajar.
d. Familiarzation Tourism yaitu perjalanan yang dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya.
e. Scientific Tourism yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap suatu bidang ilmu pengetahuan.
f. Special Mission Tourism yaitu perjalanan wisata yang dilakukan dengan suatu maksud khusus, misalnya misi kesenian dll.
g. Hunting Tourism yaitu perjalanan yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinnkann oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata-mata.
2.2 Komponen Pariwisata
Komponen Pariwisata Berdasarkan klasifikasi Leiper (1990) dalam Pitana (2009:63), sistem pariwisata terdiri dari tujuh komponen besar, dimana komponen tersebut merupakan sektor utama dalam kepariwisatan yang memerlukan keterkaitan, ketergantungan, dan keterpaduan, yaitu:
a. Sektor pemasaran (The Marketing Sector)
Mencakup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata, misalnya, kantor biro perjalanan dengan jaringan cabangnya, kantor pemasaran
maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah tujuan wisata tertentu, dan sebagainya.
b. Sektor perhubungan (The Carrier Sector)
Mencakup semua bentuk dan macam transportasi publik, khususnya yang beroperasi sepanjang jalur transit yang menghubungkan tempat asal wisatawan (traveller generating region) dengan tempat tujuan wisatawan (tourist destination region). Misalnya, perusahaan penerbangan (airlines), bus (coachline), penyewaan mobil, kereta api dan sebagainya.
c. Sektor akomodasi (The Accommodation Sector)
Sebagai penyedia tempat tinggal sementara (penginapan) dan pelayanan yang berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya berada di daerah tujuan wisata dan tempat transit.
d. Sektor daya tarik/atraksi wisata (The Attraction Sector)
Sektor ini terfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan. Lokasi utamanya terutama pada daerah tujuan wisata tetapi dalam beberapa kasus juga terletak pada daerah transit.
Misalnya, taman budaya, hiburan (entertainment), event olah raga dan budaya, tempat dan daya tarik wisata alam, peninggalan budaya, dan sebagainya. Jika suatu daerah tujuan wisata tidak memiliki sumber daya atau daya tarik wisata alam yang menarik, biasanya akan dikompensasi dengan memaksimalkan daya tarik atraksi wisata lain.
e. Sektor tour operator (The Tour Operator Sector)
Mencakup perusahaan penyelenggara dan penyedia paket wisata.
Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata) dan memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat harga tertentu yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen dalam paketnya.
f. Sektor pendukung/ rupa-rupa (The Miscellaneous Sector)
Sektor ini mencakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata baik di negara/ tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara/ tempat tujuan wisata. Misalnya, toko oleh-oleh (souvenir) atau took bebas bea (duty free shops), restoran, asuransi perjalanan wisata, travel cek (traveller cheque), bank dengan kartu kredit, dan sebagainya.
g. Sektor pengkoordinasi/ regulator (The Coordinating Sector)
Mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik di tingkat lokal, regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi antara seluruh sektor dalam industri pariwisata. Misalnya, di tingkat lokal dan nasional seperti Departemen Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi 10 (Disparda), Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI), dan sebagainya. Di tingkat regional dan Internasional seperti World
Tourism Organization (WTO), Pacific Asia Travel Association (PATA), dan sebagainya.
2.3 Pelaku Pariwisata
Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat dalam kegiatan pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut Damanik dan Weber (2006: 19) adalah:
2.3.1 Wisatawan
Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.
Wisatawan memiliki beragam motif dan latar belakang (minat, ekspektasi, karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya) yangberbeda-beda dalam melakukan kegiatan wisata. Dengan perbedaan tersebut, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata.
2.3.2 Industri Pariwisata/ Penyedia Jasa
Industri Pariwisata / Penyedia Jasa adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Mereka dapat digolongkan ke dalam dua golongan utama, yaitu:
1. Pelaku Langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan lain-lain.
2. Pelaku Tidak Langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembaran panduan wisata, dan sebagainya.
2.3.3 Pendukung Jasa Wisata
Pendukung Jasa Wisata adalah usaha yang tidak secara khusus menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu. Termasuk di dalamnya adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, penjualan BBM, dan sebagainya.
2.3.4 Pemerintah
Pemerintah sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan, penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah juga bertanggung jawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan peran masing-masing.
2.3.5 Masyarakat Lokal
Masyarakat Lokal adalah masyarakat yang bermukim di kawasan wisata.
Mereka merupakan salah satu aktor penting dalam pariwisata karena sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat lokasi merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada di tangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu, perubahan
perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka.
2.4 Manfaat Pariwisata
Adapun yang menjadi manfaat pariwisata adalah:
a. Meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara.
b. Membuka kesempatan kerja serta perluaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
c. Menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat
d. Meperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan.
e. Membantu dan menunjang gerak pembangunan, seperti penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan.
f. Menjaga kelestarian flora, fauna, dan lingkungan.
2.5 Obyek Wisata
Objek Wisata atau “Tourist Atracction” adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Dalam Ilmu Kepariwisataan, Objek Wisata merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pasal 1 ayat 5, Objek Wisata atau disebut Daya TarikWisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keaneka ragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
2.6 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pada pengembangan obyek dan daya tarik wisata menurut Yoeti (1997:2) syarat dari suatu obyek wisata yaitu something to see, something to do dan something to buy. Pengembangan sarana dan prasarana menurut Yoeti (1997:179) jenis sarana ada tiga yaitu sarana pokok kepariwisataan, sarana perlengkapan kepariwisataan dan sarana penunjang pariwisata. Fandeli (1995) mengemukakan bahwa pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada:
1. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan tradisi lokal.
2. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan secara merata kepada penduduk lokal.
3. Berorientasi kepada pengembangan wisata berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi kooperatif.
4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
Dalam Undang-Undang R1 No 10 Tahun 2009 Pasal 6 dan 7, tentang pembangunan pariwisata disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Pembangunan pariwisata meliputi industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata.
2.7 Dampak Pariwisata
Dampak pariwisata adalah perubahan-perubahan yang terjadi terhadap masyarakat sebagai komponen dalam lingkungan hidup sebelum dan setelah ada
kegiatan pariwisata. Identifikasi tersebut diartikan sebagai suatu proses penetapan mengenai pengaruh dari perubahan sosial ekonomi, budaya, tradisi dan perilaku untuk meningkatkan kualitas hidup.
Secara teoritis, Cohen (1984) dalam Pitana (2009:194) mengelompokkan dampak sosial budaya pariwisata ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu:
1) Dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya.
2) Dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat.
3) Dampak terhadap dasar-dasar organisasi/ kelembagaan sosial.
4) Dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata.
5) Dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat.
6) Dampak terhadap pola pembagian kerja.
7) Dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial.
8) Dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan.
9) Dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial.
10) Dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat.
2.8 Dampak Pariwisata dalam Bidang Ekonomi
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dalam ketersediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan penduduk, standar hidup serta adanya keterkaitan dengan sektor-sektor produktivitas lainnya. Di samping itu, pariwisata juga berpengaruh terhadap pendapatan bagi pemerintah dalam hal penarikan pajak Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada pengelolaan pariwisata itu sendiri, sebagai dampak dari
pengembangannya dimana pajak diperoleh akan mampu memberikan manfaat pada pembangunan ke depan, guna menjadi sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat dan pemerintah.
Selain itu, para wisatawan juga membutuhkan konsumsi selama melakukan kegiatan wisata, hal ini bisa menjadi sarana dalam mengenalkan jenis makanan khas pada daerah masing-masing. Dibukanya rumah makan atau tempat- tempat yang menyediakan kuliner bagi wisatawan, dapat membuka peluang lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja yang berasal dari penduduk sekitar. Dengan demikian, artinya pengembangan industri pariwisata ini memiliki dampak-dampak yang ditimbulkan bagi pemerintah maupun masyarakat sekitar lokasi wisata.
2.8.1 Aspek Ekonomi
Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata dapat bersifat positif dan negatif. Cohen (1984) menyebutkan bahwa dampak kegiatan pariwisata dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Dampak terhadap penerimaan devisa 2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat 3. Dampak terhadap kesempatan kerja 4. Dampak terhadap harga-harga
5. Dampak terhadap distribusi manfaat/ keuntungan 6. Dampak terhadap kepemilikan dan kontrol 7. Dampak terhadap pembangunan pada umumnya 8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah
2.8.2 Dampak Positif Pariwisata Bagi Ekonomi
Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian, diantaranya adalah sebagai berikut (Leiper, 1990 dalam Pitana dan Diarta 2009):
1. Pendapatan dari penukaran valuta asing 2. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri 3. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata 4. Pendapatan pemerintah
5. Penyerapan tenaga kerja
6. Multiplier effects (efek ekonomi)
7. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal 2.8.3 Dampak Negatif Pariwisata Bagi Ekonomi
Dampak negatif pariwisata diantaranya adalah sebagai berikut (Mathieson dan wall, 1992 dalam Pitana dan Diarta 2009):
1. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
2. Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah
3. Meningkatnya kecendrungan untuk mengimpor bahan-bahan yang diperlukan dalam pariwisata
4. Sifat pariwisata yang musiman
5. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat 2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain:
1. Akhmad Bories, dkk 2016 (Universitas Brawijaya) melakukan penelitian berjudul, “Dampak Pengembangan Pariwisata Teradap Kehidupan
Masyarakat Lokal Di Kawasan Wisata (Studi Pada Masyarakat Sekitar Wisata Wendit, Kabupaten Malang)” menunjukkan bahwa pengembangan pariwisata memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat sekitar khususnya masyarakat sekitar Taman Wisata Air Wendit.
Pemerintah Kabupaten Malang telah melakukan banyak perubahan mulai dari penambahan fasilitas wisata serta wahana-wahana permainan yang menjadi daya tarik wisata. Saat ini promosi yang dilakukan masih kurang maksimal dengan melihat tingkat kunjungan wisata Wendit yang dari tahun ke tahun menurun. Dampak lain yang ditimbulkan dari pengembangan Taman Wisata Air Wendit dari aspek sosial diantaranya meningkatnya keterampilan penduduk dengan membuat cinderamata, transformasi mata pencaharian ke pekerjaan yang lebih baik, transformasi norma dari norma negatif ke norma positif.
2. Rusdin, 2016 (Universitas Halu Oleo Kendari) melakukan penelitian berjudul, “Dampak Pengembangan Wisata Bahari Pantai Toronipa Terhadap Perekonomian Masyarakat Di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe” menunjukkan bahwa dampak pengembangan wisata bahari pantai Toronipa terhadap perekonomian masyarakat di Kelurahan Toronipa Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengembangan obyek wisata pantai Toronipa memberikan dampak positif terhadap aktivitas perekonomian masyarakat.
Sebelum pengembangan wisata pantai Toronipa, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani dan nelayan, namun sesudah pengembangan obyek wisata pantai aktivitas ekonomi meningkat. Masyarakat mendapat pekerjaan
tambahan sebagai pedagang makanan dan minuman serta penyedia jasa berupa fasilitas yang di sewakan untuk wisatawan seperti gazebo, ruang bilas, ban pelampung, banana boat dan penginapan. 2. Pengembangan obyek wisata pantai juga berdampak pada pendapatan masyarakat, dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai tingkat pendapatan responden masih tergolong rendah.
3. Rani Puspita, 2016 (Universitas Lampung) melakukan penelitian berjudul,
“Dampak Pengembangan Industri Pariwisata Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Di Pantai Embe Desa Merak Belantung Kalianda Lampung Selatan)” menunjukkan bahwa pengembangan obyek wisata pantai Embe memberikan dampak positif terhadap aktivitas perekonomian masyarakat. Sebelum pengembangan wisata pantai Embe, sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani dan nelayan, namun sesudah pengembangan obyek wisata pantai aktivitas ekonomi meningkat. Masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata mendapat pekerjaan tambahan sebagai pedagang makanan dan minuman serta penyedia jasa berupa fasilitas yang di sewakan untuk wisatawan seperti pondok, perahu, ban pelampung, serta juru parkir. Sedangkan yang berada di luar lokasi wisata yang sebelumnya hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga, buruh cuci, dan peternak, mendapatkan aktivitas tambahan seperti membuka toko oleh-oleh, menjual perlengkapan renang, serta penyewaan homestay. Harga yang ditawarkan, relatif lebih murah dibandingkan harga di lokasi wisata.
2.10 Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka kerangka berfikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Sumber: Diolah oleh Penulis, 2019 1. Kunjungan
Wisata 2. Pengenalan
Budaya Pengembangan Pariwisata Taman Raja Batu
MADINA
Dampak Ekonomi
Dampak Bagi Masyarakat
1. Pendapatan Penduduk 2. Meningkatkan
Pendidikan
Dampak Sosial
Rekomendasi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dari proses penelitian yang disajikan ke dalam bentuk-bentuk kalimat. Hasil penelitian kualitatif deskriptif berisi kutipan-kutipan dari data-data. Data-data tersebut mencakup transkrip wawancara, dokumen pribadi dan resmi, gambar dan rekaman-rekaman resmi lainnya (Emzir, 2012).
Jenis penelitian ini digunakan agar dapat memberikan pemahaman dan penafsiran secara mendalam mengenai dampak pengembangan pariwisata Taman Raja Batu MADINA terhadap kehidupan masyarakat lokal di kawasan wisata ini.
Hasil penelitian didapat melalui observation (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan dari ketiganya (triangulasi) (Sugiyono, 2014:62-63). Dan dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai (Sugiyono, 2016: 205).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Taman Raja Batu MADINA, Desa Parbangunan Aek Godang, Kecamatan Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.
3.3 Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
populasi dan sampel. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian (Suyanto dan Sutinah, 2011:171). Informan penelitian diharapkan mempunyai banyak pengalaman mengenai latar dari penelitian yang dilakukan.
Ada tiga kategori informan menurut Suyanto dan Sutinah (2011:172) yaitu:
1. Informan Kunci (Key Informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang di perlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Dinas Pariwisata yang diwakili oleh Bapak Miswar Husin, S. Pi, M. Si selaku KABID Pengembangan Destinasi Pariwisata Kabupaten Mandailing Natal dan Bapak Zulkhairi, S.E selaku KABID Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal.
2. Informan Utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat di sekitar lokasi wisata Taman Raja Batu berjumlah 15 orang.
3. Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah perangkat desa yang diwakili oleh Kepala Desa Parbangunan Bapak Fahrul Rahman (Usia 56 Tahun).
3.4 Definisi Konsep
Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka definisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, Adapun yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah
1. Dampak Pengembangan Pariwisata adalah perubahan-perubahan yang terjadi terhadap masyarakat sebagai komponen dalam lingkungan hidup sebelum dan setelah ada kegiatan pariwisata. Identifikasi tersebut diartikan sebagai suatu proses penetapan mengenai pengaruh dari perubahan sosial ekonomi, budaya, tradisi dan perilaku untuk meningkatkan kualitas hidup.
2. Kehidupan Masyarakat adalah hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri atau masih memnutuhkan bantuan dari pihak lain.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan cara tanya jawab langsung kepada informan yang tinggal di sekitar pariwisata Taman Raja Batu MADINA dan beberapa pengunjung.
b. Observasi
Teknik observasi yang dilakukan peneliti dengan cara melihat dan mengamati langsung obyek penelitian, yaitu kegiatan apa saja yang dilakukan masyarakat sekitar untuk memajukan pariwisata Taman Raja Batu MADINA dan melihat langsung kondisi rumah maupun ekonomi masyarakat sekitar.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang dilakukan peneliti yaitu dengan beberapa foto, video, rekaman wawancara, dan mengambil data ekonomi masyarakat sekitar kepada pemerintah yang berkaitan.
d. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pegumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2014:83).
3.6 Teknik Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah di analisis dengan menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini untuk mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data (Ramli, 2009). Analisisnya adalah membandingkan secara deskriptif keadaan responden sebelum dan sesudah pengembangan obyek wisata. Faktor yang dibandingkan adalah aktivitas ekonomi dan pendapatan. Sehingga dapat memberikan penjelasan tentang bagaimana dampak pengembangan pariwisata Taman Raja Batu MADINA terhadap kehidupan masyarakat lokal di kawasan sekitar wisata.
1. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dijumpai selama penelitian.
2. Penyajian Data
Dengan penyajian data akan dipahami apa yang terjadi, apa yang dilakukan, dan lebih lanjut lagi menganalisis mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang dapat dari penyajian data tersebut.
3. Penerikan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam pembuatan suatu laporan.
Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna keteraturan pola-pola, kejelasan, alur sebab akibat atau proposisi. Hal ini perlu dilakukan agar data yang diperoleh data memiliki validitas sehingga kesimpulan yang ditarik akan semakin kokoh dan jelas.
atas permukaan laut. Luas Wilayah Kabupaten Mandailing Natal ±6.620,70 km² atau 9,23 persen dari wilayah Sumatera Utara.
Kabupaten Mandailing Natal sendiri terdiri dari 23 Kecamatan, 27 Kelurahan, dan 377 desa dengan luas wilayah mencapai 6.134,00 km² dan jumlah penduduk sekitar 480.911 jiwa (2017) dengan kepadatan penduduk 78 jiwa/km².
Kabupaten Mandailing Natal khususnya di Kecamatan Panyabungan memiliki potensi Bisnis Pariwisata yang sangat besar ke depannya, dimana dengan kekayaan alamnya yang sangat melimpah. Apabila pengelolaan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terencana maka bisa jadi kabupaten Mandailing Natal menjadi pusat Pariwisata di daerah Sumatera Utara yang memiliki daya saing yang patut di pertimbangkan oleh wisatawan dibanding daerah-daerah lain. Salah satu pariwisata yang sangat terkenal saat ini khususnya dikalangan anak Milenial untuk dijadikan tempat rekreasi dan spot untuk foto Instagram adalah Taman Raja Batu.
Taman Raja Batu MADINA ini terletak di Kecamatan Panyabungan tepatnya di Desa Parbangunan Aek Godang. Desa Parbangunan adalah nama suatu wilayah yang berada di Kecamatan Panyabungan dimana menurut beberapa tokoh masyarakat Desa Parbangunan dahulunya bernama Desa Ujung Padang yang terletak di sebelah Kota Panyabungan. Desa Parbangunan memiliki luas wilayah sebesar 1.011 Ha dimana 65% wilayah berupa Daratan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian/perkebunan dan 35% daratan dimanfaatkan sebagai permukiman penduduk, yang mana Desa Parbangunan berbatasan dengan Desa dan Kelurahan di Kecamatan Panyabungan, dengan
titik koordinat long. 0'48'13.0”N Lat. 99'34'13.3”E. Iklim di Desa Parbangunan sebagaimana desa/wilayah lain di Indonesia mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut berpengaruh langsung terhadap pola tanam pada lahan perkebunan dan pertanian masyarakat di Desa Parbangunan.
4.1.2 Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Parbangunan 4.1.2.1 Kondisi Umum Demografis Daerah
Jumlah penduduk Desa Parbangunan sebanyak 1.330 Jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 677 Jiwa, sedangkan penduduk perempuan 653 Jiwa yang terdiri dari 2 (dua) banjar di daerah Desa Parbangunan.
4.1.2.2 Kondisi Ekonomi
Desa Parbangunan memiliki berbagai potensi yang baik. Potensi tersebut dapat meningkatkan taraf perekonomian dan pendapatan masyarakat. Disamping itu, lokasi yang relatif dekat dengan Ibu Kota Kabupaten dan pusat perekonomian memberikan peluang kehidupan yang maju dalam sektor formal maupun non Formal. Tabel berikut menyampaikan data keadaan ekonomi masyarakat Desa Parbangunan.
Tabel 4.1
Keadaan Ekonomi Masyarakat
NO KESEJAHTERAAN SOSIAL KK
1 Keluarga Pra Sejahtera I 80 KK
2 Keluarga Pra Sejahtera II 120 KK 3 Keluarga Pra Sejahtera III 77 KK
4 Keluarga Miskin 218 KK
5 Keluarga Kaya 30 KK
JUMLAH 525 KK
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Parbangunan, 2018
Data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial pada masyarakat Desa Parbangunan sudah dikatakan Sejahtera, karna 307 KK berada di atas garis kemiskinan, tidak menutup kemungkinan dengan pengembangan pariwisata Taman Raja Batu ini kedepan dapat meningkatkan kualitas hidup mayarakat Desa Parbangunan khususnya dan masyarakat Mandailing Natal umunya, sebab sektor Pariwisata sangatlah berpengaruh besar terhadap kehidupan suatu daerah.
Mata pencaharian masyarakat di Desa Parbangunan berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian, penduduk yang bekerja dan tidak bekerja dapat di sajikan pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Mata Pencaharian Masyarakat
NO PENCAHARIAN JIWA PERSENTASE(%)
1 BURUH TANI 210 55,55
2 PETANI/PEKEBUN 32 8,46
3 PEDAGANG 30 7,93
4 TUKANG 20 5,30
5 PEGAWAI NEGERI SIPIL 47 12,43
6 TNI/POLRI 30 7,93
7 TUKANG KAYU 1 0,28
8 TUKANG BATU 5 1,32
9 PENJAHIT 2 0,52
10 PENGRAJIN/PEKERJA SENI 1 0,28
Jumlah 378 100
Tabel 4.2 menunjukkan penduduk kelompok berdasarkan mata pencaharian yang bekerja pada berbagai bidang pekerjaan berjumlah 378 orang. Dari data diatas dapat dilihat bahwa masyarakat memiliki mata pencaharian umum yang berbeda-beda, dengan pengembangan pariwisata ini diharapkan masyarakat yang mata pencahariannya masih serabutan atau belum tetap nantinya memiliki usaha sendiri yang dikelolanya dengan harapan dapat meningkatkan kualitas kehidupannya.
4.1.3 Kondisi Sosial Masyarakat Desa Parbangunan
Berdasarkan hasil pendataan penduduk pada tahun Desember 2018 gunan penyusunan Buku Profil Desa yaitu berjumlah 2.134 jiwa yang tersebar di 2 (dua) dusun, yaitu Dusun Lombang dengan Jumlah penduduk 814 jiwa dan Dusun Dolok 1.320 Jiwa.
4.1.3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Dusun
Informasi mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin penting diketahui terutama untuk mengetahui banyaknya orang yang tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu. Di bawah ini tersaji tabel informasi jumlah dan proporsi penduduk Desa Parbangunan menurut jenis kelamin yang tinggal di wilayah Dusun tertentu.
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
NO DUSUN
JUMLAH PENDUDUK
PRIA WANITA JUMLAH
1 DUSUN LOMBANG 412 402 814
2 DUSUN DOLOK 672 648 1.320
JUMLAH 2.134
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Parbangunan, 2018
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Desa Parbangunan adalah 2.134 jiwa, yang terbagi atas 412 jiwa berjenis kelamin pria dan 402 jiwa berjenis kelamin wanita di Dusun Lombang dan 672 jiwa berjenis kelamin pria dan 648 jiwa berjenis kelamin wanita di Dusun Dolok.
4.1.3.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia
Informasi mengenai jumlah penduduk menurut Usia penting diketahui terutama untuk mengetahui banyaknya orang yang tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu sehingga dapat digunakan untuk mengetahui grafik usia masyarakat. Di bawah ini tersaji informasi jumlah dan proporsi penduduk Desa Parbangunan menurut usia yang tinggal di wilayah Desa Parbangunan
.
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Menurut Usia
NO UMUR/USIA
DUSUN
JUMLAH
DOLOK LOMBANG
1 0-17 Tahun 682 354 1.036
2 18-56 Tahun 582 418 1.000
3 56 Keatas 56 42 98
JUMLAH 1.320 814 2.134
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Parbangunan, 2018
Tabel 4.4 menunjukkan distribusi penduduk menurut kelompok usia dan produktivitas kerja. Masyarakat yang tergolong belum produktif adalah mereka berada pada kelompok usia 0-17 Tahun yang berjumlah 682 jiwa di Dusun Dolok dan 354 jiwa di Dusun Lombang dengan jumlah 1.036 jiwa, sementara itu penduduk yang tergolong produktif adalah mereka yang berusia 18-56 Tahun yang berjumlah 582 jiwa di Dusun Dolok dan 418 jiwa di Dusun Lombang dengan jumlah 1.000 jiwa, sedangkan yang tidak produktif adalah mereka yang berusia 56 Keatas yang berjumlah 56 jiwa di Dusun Dolok dan 42 jiwa di Dusun Lombang dengan jumlah 98 jiwa di Desa Parbangunan
4.1.3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada tabel 4.5 di bawah ini menunjukkan jumlah penduduk Desa Parbangunan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang di ikuti:
Tabel 4.5
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Parbangunan
NO TINGKAT PENDIDIKAN ORANG/JIWA
1 TAMAN KANAK-KANAK -
2 SEKOLAH DASAR/SEDERAJAT 228
3 SMP/SEDERAJAT 161
4 SMA/SEDERAJAT 192
5 AKADEMI/D1-D3 25
6 SARJANA S-1 102
7 SARJANA S-2 5
8 SARJANA S-3 1
JUMLAH 714
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Parbangunan, 2018
Dilihat dari tabel tersebut di atas, bahwa sebagian besar masyarakat Desa Parbangunan kebanyakan hanya mengenyam pendidikan pada tingkatan SD sebesar 228 jiwa dan SMA sebesar 192 jiwa. Bahkan, hanya 1 jiwa yang sampe ke tingkat S-3. Dengan demikian tingkat pendidikan masyarakata Desa Parbangunan masih sangat rendah, dengan perbaikan keadaan ekonomi ini nantinya baik dari sektor pariwisata ini generasi selanjutnya dapat mengenyam pendidikan tertinggi agar memiliki ilmu yang luas untuk memajukan keluarganya dan daerahnya.
4.1.4 Perencanaan Pengembangan Obyek Wisata Taman Raja Batu
Ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan perumusan perencanaan pengembangan pariwisata yaitu:
1. Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah merupakan suatu kesatuan dengan pembangunan regional atau nasional dari pembangunan perekonomian, sosial dan budaya.
2. Perencanaan pengembangan pariwisata haruslah dilakukan secara terpadu dengan sektor-sektor lainnya yang berkaitan dengan bidang pariwisata.
3. Perencanaan pengembangan pariwisata daerah haruslah dibawah koordinasi perencanaan fisik daerah sacara keseluruhan.
4. Perencanaan fisik pengembangan pariwisata harus didasarkan suatu studi atau penelitian dan memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya disekitar wilayah pengembangan.
5. Perencanaan fisik pengembangan pariwisata tidak hanya dilihat dari segi administrasi, tetapi harus sesuai dengan lingkungan alam sekitar dengan memperhatikan faktor geografis yang lebih luas.
6. Perencanaan pengembangan pariwisata tidak hanya memperhatikan masalah dari segi ekonomi saja, tetapi juga harus memperhatikan masalah dari segi sosial dan budaya yang ditimbulkannya.
7. Perencanaan pengembangan pariwisata salah satu tujuannya adalah untuk memberikan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu perencanaan pengembangan pariwisata harus memperhatikan peningkatan kerjasama dengan negara-negara lain yang saling menguntungkan khususnya dibidang pariwisata.
Selain itu dalam menarik para wisatawan dan menimbulkan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat lokal tidak hanya berfokus pada satu tempat saja, tetapi juga perlu mengembangkan beberapa lokasi wisata yang lain agar