• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERIODE SKRIPSI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh MISWANTO NIM. 105711104716

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(2)

ii

SKRIPSI

MISWANTO NIM.1057111047176

Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir penyelesaian studi Mahasiswa pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2021

(3)

iii

Pendidikan itu penting untuk sebuah kemajuan, kemajuan dari segi berfikir, kemajuan dari segi etika dan kemajuan dari segi spritual.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh”

(HR. Muslim no. 1631) .

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kupersembahkan untuk keluarga terutama kedua orang tua saya yang telah mendukung dan memberikan motivasi sehingga penulis bisa sampai

ke titik ini, serta penulis juga berterima kasih kepada kedua dosen pembimbing saya yang senantiasa membimbing, memberikan dukungan dan motivasi

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “ Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015- 2019”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Eknomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua penulis Bapak Rais dan ibu Mira yang senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, dukungan kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan saudaraku tercinta Juwita Manda Sari yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini. Serta seluruh keluarga besar dari Alm. H. Tonci dan Almh.Hj. Becce atas segala pengorbanan, dukungan dari doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu.

Semoga apa yang telah merekaa berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan

(8)

vii Makassar

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an. SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar

3. Ibu Hj. Naidah, SE,.M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Dr. Muhammad Rusydi M.Si, selaku Pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Asdar SE, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya kepda penulis selam mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016 (Cartel) yang memberikan bantuan dan dorongannya dalam aktivitas studi penulis.

9. Semua anggota grup Crocodile Institut dan konsultasi tokoh yang senantiasa menjadi pendorong dan penyemangat dalam menyusun skripsi ini

viii

(9)

vii

bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skrpisi yang sederhana ini dapat bermanfaaat bagi semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabili Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Makassar, Desember 2021

Penulis

ix

(10)

x

ABSTRAK

MISWANTO, 2021. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019. Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Bapak Muhammad Rusydi dan Bapak Asdar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapitan, tingkat suku bunga, dan indeks harga konsumen (IHK) terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi selatan. Pada penelitian ini menggunakan metode kuntitatif, dalam penelitian ini, lokasi yang diambil adalah di Provinsi Sulawesi Selatan secara keseluruhan, Badan Pusat Statistik (BPS). Penulis juga melakukan studi kepustakaan melalui beberapa jurnal, artikel, dan literatur lainnya yang relevan dengan pokok penelitian ini.

Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa Pendapatan Perkapita dan Indeks Harga Konsumen berpangaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan Tingkat Suku Bunga berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi Selatan, Hal ini dibuktikan dari nilai koefisien variable sebesar -0,141 dengan nilai signifikan sebesar 0,189 lebih besar dari 0,05 (0,189 > 0,05). Sejalan dengan itu, hal ini dikarenakan ketika suku bunga meningkat, jumlah dari uang tunai yang dipegang untuk transaksi akan turun, karena orang akan lebih memilih saving untuk mendapatkan pendapatan bunga.

Kata kunci : Pendapatan Perkapita, Tingkat Suka Bunga, dan Indeks Harga Konsumen (IHK)

(11)

x

ABSTRACT

MISWANTO, 2021. Factors Affecting Money Demand in South Sulawesi Province for the 2015-2019 Period. Thesis of Development Economics Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised by Mr. Muhammad Rusyidi and Mr. Asdar.

This study aims to determine the effect of per capita income, interest rates, and the consumer price index (CPI) on the demand for money in South Sulawesi Province. In this study using a quantitative method, in this study, the location taken is in the province of South Sulawesi as a whole, the Central Statistics Agency (BPS). The author also conducted a literature study through several journals, articles, and other literature relevant to the subject of this research.

From this research, it is concluded that Per capita Income and Consumer Price Index have a positive and significant influence on the demand for money in South Sulawesi Province. While the interest rate has a negative and insignificant effect on money demand in South Sulawesi Province, this is evidenced by the variable coefficient value of -0.141 with a significant value of 0.189 greater than 0.05 (0.189 > 0.05). Correspondingly, this is because when interest rates increase, the amount of cash held for transactions will decrease, because people will prefer saving to earn interest income.

Keywords : Capita Income, Interest Rate, and Consumer Price Index (CPI)

xi

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan Teori ... 10

1. Definisi Uang ... 10

2. Teori Permintaan ... 13

3. Teori Permintaan Uang ... 14

4. Teori Permintaan Uang dari Keynes... 18

5. Model Manajemen Kas Baumol-Tobin ... 22

6. Teori Portofolio dari Permintaan Uang ... 24

7. Pendapatan Perkapita ... 25

8. Tingkat Suku Bunga ... 26

9. Indek Harga Konsumen ... 26

(13)

xii

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 35

D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Gambaran Umum Provinsi Sulawesi Selatan ... 45

B. Hasil Penelitian ... 46

C. Pembahasan ... 65

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

DAFTAR LAMPIRAN ... 74

BIOGRAFI PENULIS ... 76

xiii

(14)

xiv

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Uang Beredar dan Pendapatan Perkapita

di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019 ... 5

Tabel 1.2 Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019 (%) ... 7

Tabel 1.3 Perkembangan Indeks Harga Konsumen di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015-2019 (%) ... 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 28

Tabel 3.1 Definisi Operasinal Varibel dan Pengukuran ... 36

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019 ... 43

Tabel 4.2 Perkembangan PDRB Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019 ... 46

Tabel 4.3 Perkembangan Pendapatan Perkapita di Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019 ... 47

Tabel 4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019 ... 49

Tabel 4.5 Perkembangan Indeks Harga Konsumen di Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019 ... 50

Tabel 4.6 Perkembangan Permintaan Uang di Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019 ... 52

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas ... 55

Tabel 4.8 Analisi Regresi Linear Berganda ... 58

Tabel 4.9 Koefisien Determinasi R2 ... 59

Tabel 4.10 Uji Simultan (Uji-f) ... 60

(15)

xv

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... ... 33 Gambar 4.1 Uji Normalitas ... ... 54 Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisidas ... ... 56

(16)

BAB I PANDAHULUAN

A. Latar Belakang

Uang merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, karena uang merupakan salah satu sendi dalam kehidupan manusia. Mulai dari anak-anak sampai orang tua mereka membutuhkan uang dalam kegiatan mereka baik itu bersifat konsumtif misalnya membeli keperluan sehari-hari. Dalam teori moneter Keynesian menyatakan bahwa perilaku masyarakat untuk memilih memegang uang tunai atau surat-surat berharga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Penekanan faktor tingkat suku bunga terhadap keinginan masyarakat memegang uang inilah yang memungkinkan analisis permintaan uang sebagai alat untuk memperoleh keuntungan (Mandala dan Pratama:

2004).

Dalam perekonomian suatu negara atau wilayah uang mempunyai peranan yang sangat penting khususnya dalam bidang perekonomian. Bagi perekonomian uang seperti darah yang mengalir dalam tubuh manusia ketika terhambat maka fungsi organ tubuh tidak akan berjalan sebagai mana mestinya dan manusia akan menjadi sakit karenanya. Sama halnya dengan uang, posisinya harus selalu berputar dalam suatu roda perekonomian apabila terhambat maka perekonomian akan menjadi sakit.

Oleh karena itu untuk menjalankan fungsi uang sebagaimana mestinya diperlukan suatu kebijakan oleh Bank Indonesia dengan otoritas moneternya.

Dalam perputaran uang di suatu wilayah selain variabel makro, lembaga tersebut juga mempunyai peranan yang kuat untuk masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi. Lembaga yang dimaksud dalam hal ini

1

(17)

seperti Bank Indonesia (BI) yang mempunyai otoritas moneter untuk menentukan kebijakan dalam kondisi ekonomi suatu wilayah, ada juga bank umum yang menjalankan perannya dalam tingkat suku bunga untuk ditawarkan kepada masyarakat dimana masyarkat yang tergolong dalam lembaga masyarakat nantinya yang juga akan ikut menentukan kondisi perputaran uang dengan ekspektasi dan konsumsi yang mereka lakukan.

Salah seorang pemikir besar yang menyumbangkan pemikirannya dalam teori moneter adalah Keynes yang berpandangan tentang uang sebagai alat penyimpan nilai. Pandangan ini menyebabkan perlunya analisis tentang pasar uang dengan penawaran uang. Pasar uang, memberikan gambaran tentang perkembangan kelangkaan uang.

Perkembangan tingkat kelangkaan uang ditunjukkan dari perkembangan tingkat harga yang terbentuk melalui mekanisme pasar, sedangkan harga dari uang adalah tingkat bunga. Jika tingkat bunga semakin tinggi, maka uang semakin mahal, berarti uang semakin langka, begitu juga sebaliknya (Nopirin: 1992).

Dari teori ini dapat dilihat suatu hubungan antara sektor moneter dengan sektor riil. Tingkat bunga yang terbentuk disektor moneter (pasar uang) akan mempengaruhi perilaku disektor riil, khususnya investasi.

Dimana Suku bunga merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam perekonomian suatu wilayah karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan perekonomian. Hal ini tidak hanya mempengaruhi keinginan konsumen untuk membelanjakan ataupun menabungkan uangnya tetapi juga mempengaruhi dunia usaha dalam mengambil keputusan. Oleh kerena itu tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang sangat luas, baik pada

(18)

sektor moneter maupun juga pada sektor riil. Sebagai contoh, bila tingkat bunga makin tinggi, permintaan investasi akan menurun, yang juga akan menurunkan tingkat output keseimbangan. Jadi keseimbangan di pasar uang berkaitan dengan pasar barang dan jasa tingkat suku bunga juga sangat berpengaruh terhadap permintaan uang.

Pada saat pendapatan perkapita bertambah banyak, maka permintaan akan uang untuk kebutuhan transaksi juga akan meningkat.

Masyarakat cenderung untuk menjaga nilai beli dari uang yang dipegangnya, agar uang yang dipegang cukup memadai untuk menyelesaikan transaksi- transaksi yang dilakukannya.

Transaksi harta dibahas begitu rinci dalam Islam, karena 1) sebagaimana kita ketahui, harta adalah ruh kehidupan bagi siapapun dan kapanpun. Kalau tidak dibuat aturan main dengan benar, pasti akan timbul permusuhan, padahal Islam tidak menginginkan pertumpahan darah hanya karena harta. Karena itu dalam perdagangan ini Islam mengaturnya agar satu sama lain bisa hidup berdampingan secara rukun. 2) hakekat harta ini pada dasarnya adalah hak bersama. Sehingga setiap individu punya hak untuk mendapatkannya dan mengelolanya. Asal dengan landasan adil dan kerelaan, jauh dari kedhaliman, manipulasi, kebohongan, kecurangan dan paksaan.

Islam adalah sebuah sistem, manhaj, jalan kehidupan yang sangat lengkap, komprehensif, universal. Artinya Islam tidak hanya mengatur hubungan kita dengan Allah (ibadah atau ritual) tapi juga mengatur hubungan antarmanusia bahkan antara manusia dengan alam semesta ini, termasuk di dalamnya sistem perekonomian Islam. Mungkin baru sekarang ini kita dapat

(19)

melihat munculnya banyak perbankan syariah. Itu adalah baru bagian kecil dari sistem Islam dalam perekonomian.

Pada umumnya individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membelanjai transaksi karena mereka pikir bahwa pengeluaran ini sering terjadi lebih dahulu dari uang masuk (dari pendapatannya). Motif transaksi permintaan uang bermacam-macam, tergantung bagaimana orang memodelkan proses menghasilkan uang untuk melakukan transaksi.

Seluruh teori ini mengasumsikan bahwa uang mempunyai biaya dari menerima tingkat pengambilan yang rendah dan manfaat yang membuat transaksi lebih aman. Orang-orang memutuskan berapa banyak uang yang akan dipegang dalam men-trade-off-kan biaya dan manfaat ini.

Permintaan uang oleh masyarakat Sulawesi Selatan tentu saja dipengaruhi oleh motif-motif tersebut, selain dengan bekerja dan mendapatkan upah atau gaji yang diperoleh masyarakat juga dapat memenuhi kebutuhan uangnya dengan cara melakukan kredit. Ketika pendapatan masyarakat tidak mencukupi untuk menutupi kebutuhannya maka masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya dengan cara melakukan kredit. Kredit itu sendiri dapat diperoleh melalui Bank dan Lembaga Keuangan non Bank dimana pemberi persyaratan peminjaman yang sedikit rumit, namun tidak memberatkan dalam hal pembayaran, sampai kepada rentenir yang memberi kemudahan dalam peminjaman namun syarat pengembaliannya begitu memberatkan. Namun perlu juga diketahui dalam teori Keynes juga dijelaskan bahwa permintaan uang juda dipengaruhi oleh tingkat harga. Ketika harga mengalami kenaikan maka hal ini akan

(20)

menyebabkan kenaikan permintaan uang oleh masyarakat Sulawesi Selatan pada umunya.

Tabel 1.1

Perkembangan Uang Beredar Jumlah Uang Beredar di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019

Jumlah Uang Beredar (Milyar Rupiah) (jumlah rupiah)

Tahun

M1 (Uang Kartal+Uang Giral)

(Rp)

M2 (M1+Uang Kuasai) (Rp)

Pendapatan Perkapita (Rp)

2015 Rp.191939 Rp. 883908 Rp. 7544407

2016 Rp.223799 Rp. 955692 Rp. 8106453

2017 Rp. 253818 Rp. 1033528 Rp. 9189280

2018 Rp. 271140 Rp. 1202762 Rp. 11010477

2019 Rp. 347013 Rp. 1382493 Rp. 13008853

Sumber : Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik Tahun 2020

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa ada kesamaan pola hubungan antara sektor riil dengan sektor moneter. Dalam artian ada hubungan searah antara penambahan jumlah uang beredar dengan pendapatan perkapita, ketika pendapatan perkapita cenderung tumbuh maka jumlah uang beredar bertambah. Dari pandangan Klasik, pertumbuhan ekonomi searah dengan penambahan jumlah uang beredar. Hal ini dapat dipandang sebagai peningkatan uang sebagai alat transaksi (M1) memang semakin meningkat saat perekonomian tumbuh.

Pendapatan perkapita di Provinsi Sulawesi Selatan pada Periode 2015-2019 mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun hal ini disebabkan karena tingkat konsumsi masyarakat juga tiap tahunnya mengalami peningkatan. Begitupun dengan jumlah uang beredar di Sulawesi Selatan Bukan hanya itu penggunaan akan uang yang dimiliki masyarakat juga sudah

(21)

mulai bervariasi bukan hanya untuk bertransaksi, tapi juga untuk investasi, tabungan dan belanja modal lainnya.

Perilaku ini secara langsung berpengaruh pada tingkat pendapatan Provinsi Selawesi Selatan. Sehingga, berdasarkan sumber data yang didapat permintaan uang dan pendapatan perkapita dapat dikatakan signifikan karena pertumbuhannya saling beriringan ke atas.

Peningkatan dari pendapatan masyarakat menimbulkan pola berpikir yang tadinya memandang penggunaan uang hanya untuk memenuhi kehidupan sehari- hari menjadi pola berpikir yag semakin maju bagaimana dengan uang yang mereka miliki, mereka dapat mempergunakan uang tersebut bukan hanya sekedar untuk makan ataupun untuk biaya kesehatan tapi juga bagaimana mereka berpikir untuk mengolah uang untuk meraih keuntungan dengan cara membuka lapangan usaha sendiri atau berperan serta di pasar modal. Seorang pemilik kekayaan akan selalu berusaha untuk memilih bentuk-bentuk kekayaan. Sehingga mencapai kepuasan yang maksimun. Hal ini dapat dicapai apabila tingkat substitusi antara satu bentuk kekayaan dengan bentuk kekayaan yang lain sama dengan tingkat substitusi yang dia inginkan. Karena satu bentuk kekayaan itu berbeda dengan bentuk yang lain dalam hal adanya aliran pendapatan misalnya obligasi akan mendatangkan bunga, sedangkan uang kas tidak maka perbedaan inilah yang mendasari kepuasaan seorang pemilik kekayaan.

(22)

Tabel 1.2

Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tahun 2015-2019 (%)

No. Tahun Tingkat Suku Bunga

1 2015 12.75

2 2016 12.75

3 2017 12.75

4 2018 12.75

5 2019 9.75

Sumber Data : Bank Indonesia Tahun 2020

Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa tingkat suku bunga di Sulawesi Selatan tingkat suku sebesar pada tahun 2015-2018 sama yaitu sebesar 12.75%, dan mengalami penurunan pada tahun 2019 menjadi 9.75%, Dengan demikian memperkuat alasan tingkat suku bunga memang mempunyai hubungan negatif dan tidak berpengaruh signifikan terh adap permintaan uang di Sulawesi Selatan.

Tabel 1.3

Perkembangan Indeks Harga Konsumen di Sulawesi Selatan Tahun 2015-2019 (%)

No. Tahun Indeks Harga Konsumen (%)

1 2015 255.46

2 2016 270.71

3 2017 109.91

4 2018 120.99

5 2019 137.84

Sumber data: Badan Pusat Statistik Tahun 2020

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa indeks harga konsumen dari tahun ke tahun menunjukkan indeks harga tidak menentu.

Kadang naik dan kadang turun. Sedangkan permintaan uang berdasarkan jumlah uang beredar (M2) di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan Sehingga jika dibandingkan dengan permintaan uang maka dapat dilihat bahwa keduanya membentuk pola yang berbeda. Namun

(23)

berbeda dengan data yang diperoleh dimana pada tabel indeks harga konsumen menunjukkan ada beberapa tahun mengalami penurunan harga yang seharusnya berpengaruh pada penurunan permintaan uang. Sedangkan berbicara dengan teori yang mengatakan bahwa kenaikan harga searah dengan permintaan uang.

Sehingga dari beberapa uraian di atas, membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang permintaan uang melalui penulisan skripsi yang di beri judul. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan Periode 2015 – 2019”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019 ?

2. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019 ?

3. Apakah indeks harga konsumen berpengaruh terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019 ?

C. Tujuan Penilitian

Berdasarkan Latar Belakang dan Perumusan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan perkapita terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019.

(24)

3. Untuk mengetahui pengaruh indeks harga konsumen terhadap permintaan uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan pemikiran dan perkembangan ekonomi pembangunan tentang Pengaruh Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015 – 2019.

2. Manfaat Praktis

Upaya untuk memperluas pengetauan bagi penulis dibidang ekonomi pembangunan khususnya tentang Pengaruh Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015 – 2019 dapat dijadikan sebagai bahan referensi ilmiah sesuai kaidah-kaidah metodologi penelitian yang digunakan.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Definisi Uang

Berbicara tentang definisi uang itu sendiri, sebenarnya masih banyak perbedaan paham dari para ahli ekonomi. Dimana A. C. Pigou mengemukakan bahwa definisi uang adalah segala sesuatu yang diterima umum untuk dapat dipergunakan sebagai alat tukar. Menurut robertson bahwa definisi uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat pembayaran barang. R. S. Sayers mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang diterima umum untuk membayar utang. N. Gregory Mankiw juga mendefinisikan bahwa uang adalah persediaan aset yang digunakan untuk transaksi. Uang bertindak sebagai penyimpan nilai, alat hitung, dan media pertukaran. Dari beberapa definisi mengenai uang yang dikemukakan para ahli di atas dengan demikian dapat di ambil kesimpulan bahwa uang adalah segala sesuatu yang diterima oleh umum sebagai alat tukar, sebagai alat pembayaran barang, sebagai alat untuk membayar hutang, dan bertindak sebagai penyimpan nilai.

a. Jenis-jenis uang

1) Jenis-jenis uang berdasarkan materialnya (Nopirin: 1992) yaitu:

a) Uang logam

Dimana uang logam ini dapat dibuat dari emas, perak, perunggu, tembaga, dan sebagainya

10

(26)

b) Uang kertas

Berdasarkan perkembangan perekonomian uang kertas memiliki diversivikasi yaitu sebagai uang kartal dan juga sebagai uang giral, dimana masing-masing diciptakan oeh lembaga sebagai alat pembayaran yang sah dan harus diterima oleh keuangan yang berbeda Uang kertas biasa (kartal) oleh bank sentral sedangkan uang kertas giral oleh bank-bank umum. Uang kartal adalah uang yang berdasarkan undang-undang dinyatakan umum.

2) Jenis-jenis uang berdasarkan nilainya yaitu:

a) Uang bernilai penuh (full bodied money)

Yang dimaksud dengan uang bernilai penuh adalah uang yang nilai kandungan fisiknya (nilai intrinsiknya) sama dengan nilai nominalnya, yaitu nilai yang tercantum dalam uang tersebut.

b) Uang bernilai tidak penuh (Representative full bodied money) Yang dimaksud dengan uang yang tidak bernilai penuh adalah uang yang nilai fisiknya (intrinsiknya) lebih kecil dari nilai normalnya.

b. Fungsi Uang

Uang yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembayaran memiliki beberapa fungsi yang memainkan peran dalam kegiatan perekonomian (Nopirin: 1992).

Adapun fungsi dari uang itu sendiri yaitu:

(27)

1) Alat tukar menukar (medium of exchange)

Uang sebagai alat tukar menukar sangat berfungsi untuk mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, uang paling efisien dipakai untuk transfer barang dan jasa, dan memberikan kebebasan memilih dalam hal pemilikan barang dan jasa

2) Sebagai satuan hitung (unit of account)

Uang memberikan kemudahan bagi pengambilan keputusan ekonomi dalam ukuran rupiah sampai ke pecehan, lebih lanjut disebut sebagai harga (prices), penerimaan (reveneus), biaya (cost), dan pendapatan (incomes) sebagai satuan pengukur nilai, nilai suatu barang dapat diukur dan diperbandingkan.

3) Sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value)

Uang memberikan kemungkinan untuk menunda konsumsi (saving) untuk jangka waktu tertentu, artinya uang dapat dipakai dalam konsumsi di masa yang akan datang. Uang sebagai alat simpan dimaksud dalam bentuk liquid (cair), walaupun uang itu dapat menjadi barang dan jasa.

4) Sebagai standar pembayaran yang ditanggguhkan (standart of deffered payment)

Uang memberikan kemudahan untuk memperluas pemberian kredit (pinjaman) tergantung dari sistem pembayaran yang akan datang.

(28)

2. Teori Permintaan

a. Pengertian Permintaan

Permintaan adalah suatu proses dalam meminta sesuatu atau sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Permintaan berkaitan dengan keinginan konsumen akan suatu barang dan jasa yang ingin dipenuhi dan kecenderungan permintaan konsumen akan barang jasa dan tak terbatas.

b. Permintaan para ahli

Permintaan menurut bebrapa para ahli adalah:

1) Pendapat Gilarso (2007)

Dalam ilmu ekonomi istilah permintaan (demand) mempunyai arti tertentu yaitu selalu menunjuk pada suatu hubungan tertentu antara jumlah suatu barang yang akan dibeli orang dan harga barang tersebut. Permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (cateris paribus).

2) Pendapat Sadono Sukimo (2005)

Teori Permintaan adalah teori yang menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga dapat dibuat grafik kurva permintaan.

(29)

3) Pendapat Adiwarman A. Karim (2007)

Permintaan barang yaitu bahwa factor harga dan komoditas merupakan variable dependen yang akan menentukan beberapa jumlah komoditas yang bersangkutan diminta oleh konsumen.

3. Teori Permintaan Uang

Pada umunya pandangan teori permintaan uang dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu teori-teori yang didasarkan pada ; (1) pandangan klasik, (2) teori permintaan uang Keynes, dan (3) teori kuantitas modern.

Pendekatan teori klasik oleh para ekonom beraliran klasik yang beranggapan bahwa permintaan uang murni didasarkan pada kebutuhan untuk melakukan transaksi (transaction view of money demand). Dari teori ini melahirkan kesimpulan bahwa permintaan uang untuk kebutuhan transaksi sangat tergantung pada tingkat pendapatan. Kemudian, oleh John Maynard Keynes mengatakan bahwa terdapat biaya yang ditanggung oleh masyarakat dalam memegang uang. Biaya yang dimaksud dapat berupa biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).

Dijelaskan di dalamnya bahwa biaya langsung dari memegang uang adalah pembayaran dengan nominal atau persentase tertentu dari nilai durable deposits yang dimiliki oleh seseorang sedangkan biaya tidak langsung merupakan opportunity cost dari memegang uang. Opportunity cost itu sendiri adalah biaya yang timbul dari berbagai alternatif pengalokasian aset, atau dengan kata lain terdapat potensi kehilangan pendapatan bunga jika seseorang menetapkan salah satu bentuk

(30)

kekayaan (Asset). Fakta di atas yang kemudian mendasari pandangan Keynes bahwa semakin tinggi tingkat bunga maka semakin rendah permintaan uang. Adapun teori permintaan uang menurut para ahli sebagai berikut:

a. Teori Permintaan Uang Menurut Irving Fisher.

Pada dasarnya teori Irving Fisher menjelaskan teori kuantitas. Menurut Irving Fisher dalam setiap transaksi selalu ada penjual dan pembeli. Jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli harus sama dengan uang yang diterima oleh penjual. Hal ini berlaku juga untuk seluruh perekonomian dalam periode tertentu nilai dari barang-barang atau jasa-jasa yang dibeli harus sama dengan nilai dari barang yang dijual. Nilai dari barang yang dijual sama dengan volume transaksi (Transaction) dikalikan dengan harga rata-rata dari barang tersebut penggunaan uang dalam proses transaksi, dimana setiap perekonomian ketika sesuai tahap pertumbuhannya akan memiliki sistem kelembagaan tersendiri yang menentukan sifat proses transaksi tersebut. Sistem ini mencakup beberapa faktor misalnya tingkat dari sektor-sektor ekonomi, kredit perdagangan, perbaikan dalam komunikasi, dan sistem jaringan perbankan.

Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang (Sadono Sukirno: 2011) Dilain pihak nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus sama dengan volume uang yang ada dimasyarakat (M) dikalikan berapa kali rat-rata uang bertukar dari tangan satu ke tangan yang lain, atau rata-rata perputaran uang dalam periode tersebut (Vt). Vt atau transaction velocity of sirculation adalah suatu

(31)

variabel yang ditentukan oleh faktor-faktor kelembagaan yang ada di dalam suatu masyarakat, dan dalam periode tertentu ditentukan oleh tingkat output masyarakat (pendapatan nasional). Fisher berpendapat bahwa permintaan uang akan timbul dari penggunaan uang dalam proses transaksi, dimana setiap perekonomian ketika sesuai tahap pertumbuhannya akan memiliki sistem kelembagaan tersendiri yang menentukan sifat proses transaksi tersebut. Sistem ini mencakup beberapa faktor misalnya tingkat dari sektor-sektor ekonomi, kredit perdagangan, perbaikan dalam komunikasi, dan sistem jaringan perbankan.

Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang (Sadono Sukirno:

2011) sebagai berikut:

M. V = P.T

Keterangan: M = Jumlah Uang Beredar

V = Perputaran uang suatu tangan lain dalan satu periode

P = Harga barang

T = Volume barang yang diperdagangkan b. Teori Kuantitas Sederhana Menurut Pandangan Klasik

Teori kuantitas sederhana (The Simple Quantity Theory) beranggapan bahwa motivasi utama masyarakat dalam memegang uang yaitu untuk keperluan transaksi. Teori ini didasarkan pada equation of exchange, identitas yang menghubungkan antara pengeluaran agregat dengan persediaan uang (Jansen: 2002).

(32)

Menurut David Hume perubahan harga barang akan berbanding lurus secara proporsional dengan perubahan jumlah uang yang beredar. Misalnya jika diasumsikan jumlah barang tetap, jika jumlah uang beredar naik 20% maka harga akan naik 20% juga.

Seperti yang dijelaskan di atas besar kecilnya perputaran uang transaksi ditentukan dari proses transaksi yang berlaku di masyarakat.

Faktor kelembagaan, utamanya mekanisme pembayaran yang digunakan (tunai atau cek) akan mengalami perubahan secara gradual dalam jangka panjang, sedangakan dalam jangka pendek kebutuhan akan uang relatif terhadap volume transaksi bisa dianggap konstan. Demikian pula volume transaksi relatif terhadap output masyarakat bisa dianggap mempunyai proporsi yang konstan dalam jangka pendek.

c. Teori Cambridge (Marshall-Pigou)

Teori Cambridge befokus pada fungsi uang sebagai alat tukar umum. Oleh karena itu, teori-teori klasik ini melihat permintaan uang dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat likuid untuk tujuan transaksi.

Ketika Fisher mengatakan permintaan uang semata-mata merupakan proporsi konstan dari volume transaksi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan yang konstan. Cambridge justru berpendapat faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung rugi) yang menghubungkan antara permintaan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Atau dengan kata lain, Fisher

(33)

memandang velocity uang konstan sedangkan Cambridge tidak (Nopirin: 1992).

Menurut teori Cambridge, permintaan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor-faktor kelembagaan, juga dipengaruhi oleh bunga, dan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang seseorang dengan demikian juga akan mempengaruhi permintaan uang masyarakat secara keseluruhan. Kemudian Pigou melakukan berbagai penyederhanaan dimana variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan uang dalam jangka pendek dianggap konstan.

Teori Cambridge menganggap bahwa permintaan uang adalah proporsional dengan tingkat pendapatan nasional (ceteris paribus).

Dalam hal ini dia tidak menutup kemungkinan bahwa faktor-faktor seperti tingkat suku bunga dan ekspektasi berubah walaupun dalam jangka pendek.

4. Teori Permintaan Uang dari Keynes

Ketika ekonomi klasik cenderung menekankan penggunaan uang dalam melakukan transaksi, Keynes mengidentifikasikan tiga motif memegang uang yaitu : motif bertransaksi, motif berjaga-jaga, dan motif berspekulasi. Seperti ekonom klasik, Keynes memandang memegang uang untuk transaksi proporsional dengan pendapatan (Nopirin: 1992).

a. Motif Transaksi

Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk membelanjai transaksi karena mereka pikir bahwa pengeluaran ini

(34)

sering terjadi lebih dahulu dari uang masuk (dari pendapatannya).

Pengeluaran ini seringkali tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu, sehingga sangat diperlukannya adanya uang kas di tangan.

Meskipun seandainya pengeluaran dan penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di tangan tetap diperlukan. Sebab, penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi diterima, atau pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting perlu dilakukan sebelum penerimaan datang, atau mungkin suatu transaksi yang memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukannya sebelum penerimaan datang dan sebagainya.

Keynes menyatakan, bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi tergantung dari pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin besar keinginan akan uang kas untuk bertransaksi. Seseorang atau masyarakat yang tingkat pendapatannya tinggi, biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding seseorang atau masyarakat yang pendapatannya rendah. Penduduk yang tinggal di kota besar cenderung melakukan transaksi yang lebih besar dari penduduk yang tinggal di kota kecil atau pedesaan. Motif transaksi permintaan uang bermacam-macam, bergantung bagaimana orang memodelkan proses menghasilkan uang untuk melakukan transaksi. Seluruh teori ini mengasumsikan bahwa uang mempunyai biaya dari menerima tingkat pengambilan yang rendah dan manfaat yang membuat transaksi lebih aman.

(35)

Orang-orang memutuskan berapa banyak uang yang akan dipegang dalam men-trade-off-kan biaya dan manfaat ini.

b. Motif Berjaga-jaga

Uang digunakan sebagai alat untuk menghadapi ketidakpastian akan kebutuhan di masa mendatang. Keynes menyatakan bahwa jumlah uang yang dijadikan alat untuk berjaga- jaga ditentukan oleh banyaknya transaksi yang diekspektasikan di masa mendatang. Motif ini juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional . Semakin tinggi pendapatan seseorang, maka tingkat kesadaran terhadap masa depan akan semakin tinggi. Kondisi masa depan yang tidak menentu akan mendorong orang untuk melakukan motif ini. Hal tersebut akan membawa kebutuhan yang semakin tinggi akan perlunya uang untuk berjaga-jaga. Secara aggregate semakin tinggi pendapatan nasional, maka kebutuhan

masyarakat terhadap uang untuk berjaga-jaga juga akan semakin tinggi.

c. Motif Spekulasi

Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah uang kas yang melebihi untuk keperluan transaksi, karena keinginan untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang kas). Uang kas yang disimpan ini memenuhi fungsi sebagai alat penimbun kekayaan (store of value). Dalam istilah yang lebih modern sering disebut permintaan uang untuk penimbun kekayaan (asset demand for money).

(36)

Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes ditentukan oleh tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk tujuan spekulasi. Alasannya, pertama apabila tingkat suku bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money) semakin besar, sehingga keinginan masyarakat akan uang

kas akan semakin kecil. Sebaliknya, semakin rendah tingkat bunga semakin besar keinginan masyarakat untuk menyimpan uang kas.

Kedua, hipotesa Keynes bahwa masyarakat menganggap akan adanya tingkat bunga normal berdasarkan pengalaman, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru-baru terjadi.

Tingkat bunga normal artinya suatu tingkat bunga yang diharapkan akan kembali ke tingkat bunga normal ini manakala terjadi perubahan. Jadi, apabila tingkat bunga kenyataannya berada di atas tingkat normal ini, bahkan masyarakat akan mengharapkan tingkat bunga tidak akan naik lagi, bahkan diperkirakan akan turun ke tingkat bunga normal tersebut, sehingga harga surat-surat berharga diperkirakan akan naik (kemunginan adanya capital losses lebih dari pada capital gain).

Akibatnya masyarakat akan membeli surat berharga lebih banyak dan dengan demikian permintaan uang kas semakin kecil.

Sebaliknya, apabila tingkat bunga kenyataannya di bawah normal, masyarakat akan memperkirakan tingkat bunga akan naik kembali pada tingkat bunga normal tersebut. Harga surat berharga diperkirakan turun (sebab tingkat bunga naik) sehingga mereka akan

(37)

menjual surat berharga dan dengan demikian keinginan memegang uang kas naik.

Pengembangan lebih lanjut dari teori transaksi dari permintaan uang adalah model manajemen kas Baumol-Tobin (the inventory approach to money demand), teori portofolio dari permintaan

uang dari James Tobin (the portofolio approach to money demand) dan teori kuantitas modern dari Friedman.

5. Model Manajemen Kas Baumol-Tobin

Seperti teori kuantitas dan teori Cambridge, model ini juga menekankan pentingnya penggunaan uang untuk keperluan transaksi. Teori model ini juga memandang adanya direct dan inderect cost (biaya langsung dan biaya tidak langsung) memegang uang untuk

tujuan transaksi dan bagaimana perubahan kedua biaya ini akan mempengaruhi permintaan uang (Jansen: 2002). Biaya langsung yaitu biaya perjalanan atau biaya mentransfer aset non moneter menjadi aset moneter sedangkan biaya tidak langsung yaitu jumlah bunga yang hilang.

Baumol-Tobin mengatakan bahwa pendekatan teori penentuan persediaan barang yang biasa dipakai dalam dunia usaha untuk menganalis tingkah laku individu, dan menganggap bahwa pendapatan mereka diterima sekali dalam sebulan. Namun individu harus membelanjakannya dalam satu bulannya itu untuk sebagai penyederhanaan penghasilan dibelanjakan secara merata dalam satu bulannya. Namun yang menjadi permasalahannya yaitu penentuan besarnya uang kas yang harus dipegang setiap saat dimana ongkos atau biayanya paling rendah.

(38)

Kekayaan seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk uang kas dan obligasi. Uang kas tidak menghasilkan apa-apa, sedangkan obligasi dapat menghasilkan pendapatan yang berupa bunga serta perubahan tingkat bunga. Adapun rumusnya yaitu:

P = A/r Dimana:

P = Harga obligasi

A = Nilai dari bunga yang diterima pemegang obligasi r = Tingkat bunga

Baumol dan Tobin mencapai kesimpulan yang serupa mengenai permintaan uang untuk transaksi. Baumol melihat bahwa kebutuhan akan uang untuk transaksi pada hakekatnya adalah sama dengan kebutuhan stok uang yang akan dipegang dengan pertimbangan biaya dengan memilih jumlah dan pola waktu untuk stok yang tepat agar biaya yang membebaninya minimal.

Model Baumol-Tobin menganalisa biaya dan manfaat dari memegang uang. Manfaatnya adalah kenyamanan; orang memegang uang agar mereka tidak perlu lagi ke bank setiap kali ingin membeli sesuatu. Biaya kenyamanan ini adalah hilangnya bunga yang akan mereka terima jika uang tersebut mereka simpan di bank.

Model ini bertitik tolak dari anggapan bahwa seseorang menerima pendapatan tertentu secara reguler setiap waktu, dan untuk penyederhanaan orang tersebut selalu membelanjakan sejumlah tertentu (tetap) setiap harinya. Dengan kata lain kebutuhuan uang tunai setiap persatuan waktu adalah konstan. Pemilik pendapatan tersebut juga

(39)

dapat memilih memegang hasil pendapatannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi.

Uang tunai dianggap tidak menghasilkan apapun, tapi dipegang karena bisa digunakan untuk transaksi. Sedangkan obligasi menghasilkan tingkat bunga, tapi bila ingin digunakan untuk transaksi harus terlebih dahulu ditukarkan kedalam bentuk uang tunai. Selanjutnya dianggap bahwa setiap kali menjual obligasi, ada biaya (tetap) yang dibebankan. Karena uang tunai tidak menghasilkan apapun, maka orang akan cenderung memegang pendapatan totalnya sebanyak mungkin dalam bentuk obligasi. Keputusan ini dilakukan dengan mempertimbangkan biaya yang paling menguntungkan. Biaya yang paling menguntungkan ini adalah dengan memilih nilai atau jumlah obligasi yang akan dijual dengan tujuan memenuhi kebutuhan uang tunai untuk transaksi dalam jangka waktu tertentu yang akan menimbulkan biaya total dari pemegangan stok (Mankiw: 2006).

6. Teori Portofolio dari Permintaan Uang

Teori portofolio menekankan peran uang sebagai penyimpan nilai. Menurut teori ini, orang-orang memegang uang sebagai aset portofolio mereka Teori portofolio memperdiksi bahwa permintaan uang seharusnya tergantung pada resiko dan hasil yang diberikan oleh uang dan oleh berbagai aset selain uang. Selain itu, permintaan uang seharusnya bergantung pada kekayaan total, karena kekayaan mengukur besarnya portofolio yang dialokasikan diantara uang dan aset alternatif. Fungsi permintaan uang dalam teori portofolio mengasumsikan permintaan uang bergantung pada pengembalian saham

(40)

riil, pengembalian obligasi riil yang diharapkan, tingkat inflasi yang diharapkan, dan kekayaan riil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, kenaikan dalam pengembalian saham riil dan pengembalian obligasi riil yang diharapakan menurunkan permintaan uang, kerena uang menjadi kurang menarik. Kenaikan dalam kekayaan riil meningkatkan permintaan uang, karena kekayaan yang lebih tinggi berarti portofolio yang lebih besar.

Teori p o r t of o li o bermanfaat untuk mempelajari permintaan uang bergantung pada ukuran uang manakah yang kita gunakan. Ukuran uang yang paling sempit (M1) adalah aset yang didominasi (dominated assets); sebagai penyimpan nilai, uang eksis sepanjang aset-aset lain

dalam kondisi lebih baik. Jadi, tidak optimal bagi orang-orang untuk memegang uang sebagai bagian dari portofolio mereka, dan teori portofolio tidak dapat menjelaskan permintaan terhadap bentuk uang yang didominasi ini. Ukuran uang yang lebih luas mencakup banyak aset yang mendominasi mata uang dan rekening cek, sehingga pendekatan portofolio terhadap permintaan uang merupakan teori yang baik untuk menjelaskan permintaan terhadap M2 atau M3 (Mankiw: 2006).

7. Pendapatan Perkapita

Pengertian umum pendapatan perkapita atau PPK adalah suatu indikator kesejahteraan dan juga tingkat kemakmuran pada suatu negara karena nilainya diperoleh dari pendapatan rata-rata masyarakat di negara tersebut.

Pendapatan rata-rata penduduk ini juga bisa dijadikan gambaran umum untuk mendapatkan nilai Produk Domestik Bruto atau PDB

(41)

perkapita. Dalam dunia ekonomi, PDB adalah suatu nilai pasar pada semua barang dan jasa yang diterapkan pada suatu negara dalam periode waktu tertentu. Oleh karena itu, pendapatan nasional dan perkapita sangat erat sekali kaitan antara keduanya.

8. Tingkat Suku Bunga

Suku bunga adalah nilai, tingkat, harga atau keuntungan yang diberikan kepada investor dari penggunaan dana investasi atas dasar perhitungan nilai ekonomis dalam periode waktu tertentu. Tingkat suku bunga digunakan untuk mengontrol perekonomian suatu Negara.

Tingkat suku bunga diatur dan ditetapkan pemerintah yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perekonomian suatu negara.

Suku bunga ini penting untuk diperhitungkan karena rata–rata para investor yang selalu mengharapkan hasil investasi yang lebih besar.

Penetapan tingkat suku bunga dilakukan oleh Bank Indonesia sesuai dengar UU nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Suku Bungan dengan tenor 1 bulan yang diumumkan Bank Indonesia secara periodic untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal atau stance kebijakan moneter (Puspopranoto 2004. 60).

9. Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen adalah nomor indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household). IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu Negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa depan, ekonom

(42)

menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Untuk mengukur tingkat harga secara makro, biasanya menggunakan pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI). Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diartikan sebagai indeks harga dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut proporsi belanja masyarakat untuk komoditas yang bersangkutan. IHK mengukur harga sekumpulan barang tertentu (sepertti bahan makanan pokok, sandang, perumahan, dan aneka barang dan jasa) yang dibeli konsumen.

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. IHK digunakan untuk mengamati perubahan dalam biayahidup sepanjang waktu.

Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.

Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah Badan Pusat Statistik (BPS).

Penghitungan IHK dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika PDB mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur sseluruh tingkat harga.

Badan Pusat Statistik menimbang jenis-jenis produk berbeda dengan menghitung harga sekelompok barang dan jasa yang dibeli oleh

(43)

28

konsumen tertentu. IHK adalah harga sekelompok barang dan jasa relatif terhadap harga sekelompok barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.

B. Tinjauan Empiris

Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan penelitian terdahulu atau disebut juga dengan tinjauan empiris sebagai pelengkap dari proposal tersebut. Berikut adalah uraian tabel dibawah ini ;

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

No Nama

Penelitian Judul Penelitian Metode

Analisis Hasil Penelitian 1. Risma Flora

Iriani Sirait (2012)

“Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Sumatra Utara Tahun 2002-2010”

Regresi Linear Berganda

Hasil dari penelitiannya adalah variabel suku bunga berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap permintaan uang di Sumatra Utara tahun 2002-2010. Sedangkan variabel pendapatan berdasarkan produk domestik regional bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang di Sumatra Utara tahun 2002-2010.

2. Agung Riyardi.

M. Si (2014)

“Analisis Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia Tahun 2004-2014”

Regresi Linear Berganda

Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap permintaan uang (JUB) adalah GDP, tingkat suku bunga deposito, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan kebijakan

(44)

deregulasi 2008.

variabel sertifikat bank Indonesia dan inflasi tidak berpengaruh terhadap permintaan uang (JUB). Untuk uji asumsi klasik yang

meliputi uji

multikoliniearitas dalam ujinya variabel GDP terdapat masalah, sedangkan variabel sertifikat bank Indonesia, tingkat suku deposito, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, inflasi dan kebijakan deregulasi 2008 tidak ada masalah. Untuk uji heteroskedastisitas tidak

ada masalah

heteroskedastisitas

sedangkan uji

autokorelasi ada masalah autokorelasi positif. Untuk uji F hitung sebesar 24,355 dan F tabel α = 0,01 sebesar 2,95 ini berarti F hitung lebih besar dari F tabel yang berarti secara bersama-sama variabel GDP, SBI, deposito, nilai tukar dollar AS terhadap rupiah, inflasi dan paket deregulasi 1988 sebagai variabel independen berpengaruh terhadap permintaan uang (JUB) di Indonesia. Uji koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,706 atau 70,6 % artinya variasi permintaan uang (JUB)

(45)

di Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel GDP, SBI, deposito, nilai tukar dollar AS terhadap rupiah, inflasi dan paket deregulasi 1988 dan sisa

sebesar 29,4%

dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.

3. Sari Batama (2015)

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Indonesia”

Regresi Linear Berganda

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa Constant -5.727, PDB (0,690), suku bunga (- 0,002), inflasi (0,002). Uji t menunjukan bahwa secara individual variabel-variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat (M1) dengan derajat kepercayaan PDB, R, dan INF 1%. Uji F menunjukkan angka yang signifikan sebesar 3092,259 dengan taraf signifikan 99%. Uji R2

juga mendukung

penelitian ini, dimana 99,0%, keragaman nilai variabel tidak bebas dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas (PDB, suku bunga dan inflasi).

4. Saparuddin Mukhtar (2018)

“Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di Indonesia periode 2001-2015”

Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil analisis data yang menunjukan bahwa hasil estimasi dalam jangka pendek variable inflasi berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap permintaan

(46)

uang sehingga perubahan inflasi 1%

akan mnyebabkan perubahan permintaan uang sebesar 0,2504%.

Variabel suku bunga berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap permintaan uang. Dalam jangka panjang variable inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang.

Peribahan yang terjadi pada variable inflasi sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan permintaan uang sebesar 0,3276%.

5. Arif Widodo (2015)

“Faktor-faktor makroekonomi yang

mempengaruhi permintaan uang di Indonesia”

Regresi Linear Berganda

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable Produk Domestik Bruto (PDB) tidak signifikan mempengaruhi

permintaan uang.

Variabel nilai tukar rupiah terhadap dolla AS Kurs dan tingkat harga berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi permintaan uang (M1) dalam jangka pendek.

Sedangkan tingkat suku bunga deposito 3 bulan berpengaruh negative dan signifikan terhadap permintaan uang (M1) Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa dalam jangka panjang permintaan uang (M1) di Indonesia dipengaruhi

(47)

Pendapatan Perkapita (X1)

secara positif dan signifikan oleh variable Produk Domestik Bruto (PDB) dan tingkat harga sedangkan varibel kurs dan suku bunga berpengaruh negative.

D. Kerangka Fikir

Untuk memudahkan kegiatan penelitian serta memperjelas akar pemikiran dalam penelitian, digambarkan suatu kerangka pemikiran yang skematis. Adapun kerangka konsep, yang dimaksud adalah gambar yang didalamnya terdapat beberapa variable yang digunakan dalam peneletian yang mempengaruhinya. Dengan menuggunakan analisis pengaruh sebagai variable yang mempengaruhi permintaan uang di Sulawesi selatan periode 2015 – 2019 yang hal ini berlanjut sampai sekarang. Kerangka yang dimaksud adalah untuk melihat secara kasar kontribusi antara variable bebas terhadap variable terikat adapun kerangka konsep yang dimaksud adalah sebagaimana yang tergambar pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Fikir

Permintaan Uang (Y)

Suku Bunga (X2)

Indeks Harga Konsumen (X3)

(48)

E. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015-2019.

2. Diduga bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015- 2019.

3. Diduga bahwa indeks harga konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan periode 2015- 2019.

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang penyajian datanya didominasi dalam bentuk angka dan analisis data yang digunakan bersifat statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis. Data kuantitatif terdiri dari data kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan data Indeks Pembangunan Kota Makassar. Menggunakan metode panel data yaitu penggabungan data time series selama kurun waktu lima tahun yaitu tahun 2015 – 2019.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, Lokasi yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini yaitu Kota Makassar tepatnya di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar. Alasan pemilihan Kota Makassar karena Kota Makassar dikenal sebagai gerbang Indonesia Timur sekaligus kota terbesar kedua yang berada diluar pulau Jawa setelah Kota Medan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 2 bulan, yakni dimulai sejak diterbitkannya surat izin penelitian oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh Makassar, yaitu pada tanggal 16 Agustus 2021 sampai tanggal 16 Oktober 2021.

34

(50)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya.

Menurut Kuncoro, Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari atau menjadikannya objek penelitian. Objek penelitian yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan dan diambil melalui data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karekteristik yang dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan sampel 5 tahun terakhir yaitu tahun 2015 – 2019.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik yang menentukan sampel dalam pertimbangan atau kriteria tertentu.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan penulis dalam mencari data dan menentukan variable penelitian sekaligus untuk menyematkan persepsi tentang istilah- istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka batasan variabelnya yaitu:

(51)

Tebel 3.1

DefinisI Operasional Varibel dan Pengukuran No

.

Variable Definisi Operasional Pengukuran 1. Pendapatan

Perkapita (X1)

Pendapatan perkapita menurut Sukirno (2004) mengatakan bawa pendapatan rata-rata penduduk suatu negara atau daerah pada suatu periode tertentu yang biasanya satu tahun.

pendapatan perkapita dihitung berdasrkan pendapatan daerah dibagi dengan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai ukuran kemakmuran dan tingkat pembangunan suatu negara maupun daerah.

2. Suku Bunga (X2) Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2013:80) adalah “harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu.

Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur.

3. Indeks Harga Konsumen (X3)

Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa

depan, ekonom

menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan

mentah yang

dibutuhkan produsen

untuk membuat

produknya.[1] Untuk mengukur tingkat harga secara makro, biasanya menggunakan

pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI).

IHK sering digunakan

untuk mengukur

tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, u ang pensiun, dan kontrak lainnya.

4. Permintaan Uang (Y)

Teori permintaan uang menurut Keynes dikenal

Artinya, seseorang perlu menyediakan uang khusu

(52)

dengan teori Liquidity of Preference

menjelaskan perilaku masyarakat dalam mem egang uang.

s untuk berjaga-jaga dan mengantisipasi

seandainya terjadi sesuatu di luar apa yang direncanakan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian memerlukan teknik atau metode tertentu agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang dapat diartikan sebagai barang-barang yang tertulis atau tercetak. Studi dokumenter (documentary study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2013). Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data arsip terkait lokasi penelitian.

Adapun jenis data yang digunakan serta dimanfaatkan dokumentasinya yaitu data sekunder yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik. Data bebrbentuk time series selama periode 2015-2019 sehingga hasil penelitian ini merupakan hasil penggunaan dari seri waktu selama periode tersebut. Beberapa jenis data yang digunakan yaitu:

1. Data Permintaan Uang di peroleh dari website Badan Pusat Statistik 2. Data tingkat Suku Bunga di peroleh dari website Badan Pusat Statistik 3. Data Pendapatan Perkapita di peroleh dari website Badan Pusat Statistik 4. Data Indeks Harga Konsumen (IHK) di peroleh dari website Badan Pusat

Statistik.

(53)

F. Teknik Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi berganda (multiple regression). Model ini memperlihatkan hubungan antara variabel bebas dalam hal ini:

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian linear regresi berganda dapat dilakukan setelah model model dari penelitian ini memenuhi syarat lulus dari asumsi klasik. Syarat yang perlu dipenuhi yaitu harus terdistribusi normal, tidak mengandung multikolineritas dan heterokedasitas. Sebelum melakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari :

a) Uji Normalitas

Pengujian ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki destribusi normal.

Dapat diketahui bahwa uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis grafik probability plot.

b) Uji Multikoloniearitas

Memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi variabel bebas. Model regresi yang baik tidak terjadi kolerasi diantara variabel bebas, jika variabel terikat sama dengan nol. Uji ini dapat dilihat dengan nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Kedua urutan ini menunjukkan setiap variabel bebas lainnya. Dalam arti bahwa setiap variabel bebas menjadi variabel

(54)

terikat dan diregresi terhadap variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena (VIF = 1 / Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoloniaritas adalah nilai tolerance 10.

c) Uji Autokolerasi

Bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t – 1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi dinamakan problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Salah satu untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokolerasi yaitu uji Durbin Watson (DW tes). Uji Durbin Watson digunakan untuk autokoleasi tingkat satu (first orderautocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (kontanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel bebas.

d) Uji Heterokedasitas

Tujuannya untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual suatu pengamatan yang lain atau untuk melihat penyebaran data. Jika variance dari residual pengamatan yang lain tetap maka disebut sebagai homokedasitas.

2. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Persamaan regresi dapat diliat dari abwl le hasil uji coefisient berdasarkan output SPSS versi 23. Melalui ketiga variabel bebas yaitu tingkat suku bunga, pendapatan

(55)

perkapita, dan indeks harga konsumen, terhadap Permintaan Uang di Provinsi Sulawesi Selatan.

Untuk menyederhanakan perhitungan dengan menggunakan metode ekonomitrika, maka variabel terikat yang merupakan Permintaan Uang dengan lambang (Y). Variabel bebas adalah tingkat suku bunga kredit (𝑋1), pendapatan perkapita (𝑋2), indeks harga konsumen (𝑋3),

selanjutnya akan di analisis dengan cara sebagai berikut:

Y= f (𝑋1 𝑋2 𝑋3)……… (3.1)

Fungsi kemudian diestimasi ke dalam bentuk persamaan linear sebagai berikut :

Y = α + β1 𝑋1 + β2 𝑋2 + β3 𝑋3 + μ ……….. (3.2) Dimana :

Y = Permintaan Uang α = Konstanta

β1 β2 β3 = Koefesien Variabel X1 = Tingkat Suku Bunga X2 = Pendapatan Perkapita X3 = Indeks Harga Konsumen μ = Error Term

3. Uji Hipotesis

a) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji Koefisien Determinasi R – Squared (R²) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variabel dependen. Nilain koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang mendekati

Gambar

Tabel 2.1  Penelitian terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Fikir
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi  Selatan Tahun 2015-2019
Tabel 4.2 Perkembangan PDRB Provinsi Sulawesi Selatan  Tahun 2015-2019
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa pada saat Terdakwa sudah berada diatas kendaraan seluruh anggota diperintahkan turun kembali oleh Dandenpal karena masih ada senjata laras panjang FNC yang

Objek yang akan diteliti dalam penulisan ini adalah strategi Public Relations PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya dalam mempertahankan

Dengan melihat uraian latar belakang di atas, maka peneliti mencoba mengangkat beberapa kondisi yang terjadi pada remaja usia sekolah dan menjadi suatu permasalahan.

Faktor yang dapat menyebabkan rendahnya rendemen yang dihasilkan selama proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit ( crude palm kernel oil) berasal dari

an lebih dewasa perlu diwaspadai karena Gambaran fluktuasi kasus per bulan selama ini penelitian lain menunjukkan tidak menunjukkan karakteristik musim bahwa anak

Mulai dari kebutuhan ruang yang sesuai dengan aktivitas yang terjadi pada PAUD Al –Kautsar, penggunaan furniture yang sesuai dengan standard keamanan bagi anak

Umpassa bahasa Batak Toba: Kajian Semiotik Budaya :.. Seminar Nasional: Postgraduate Linguistics Study

Masalahnya tidak hanya terbatas pada software yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tetapi krisis software ini terdiri dari masalah yang berhubungan dengan :.