• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LEVERAGE, INTENSITAS ASET TETAP, UKURAN PERUSAHAAN, KONEKSI POLITIK DAN

PROFITABILITAS TERHADAP TAX AVOIDANCE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Disusun oleh:

FAJAR PERTIWI

142150037

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2019

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Pada kesempatan ini, atas segala bantuan, bimbingan dan dukungan yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan karya ini kepada :

1. Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan ridho-NYA sehingga selalu diberikan kemudahan, kesehatan, serta kekuatan sehingga skripsi ini dapat selesai.

2. Babe dan Mamah saya yang selalu memberikan dukungan yang berupa moril dan materil, kasih sayang, perhatian, dan kerja sama untuk membantu ku mengurus baby ku demi pendidikan serta doa yang tiada henti hentinya yang beliau berikan. Terima kasih untuk segala nasihat dan dukungan yang membuat saya dipermudahkan dan membuat saya selalu semangat dalam mengerjakan skripsi.

3. Kepada kakak saya Mbak Noviana Eka Kusuma Dewi yang telah memberikan nasehatnya setiap hari, partner bisnis ku, partner kerja ku, yang selalu mendukung ku dalam mengerjakan skripsi ini dan terima kasih atas doanya dalam mengerjakan skripsi.

4. Kepada suami saya Muhammad Zainal Ardani yang tersayang, yang cuek, egois dan menyebalkan yang selalu menemani ku setiap hari, mengingatkan, memberikan motivasi, dan selalu berbagi kelu kesah disaat saya didalam kesibukan dengan skripsi sampai lupa menyediakan sarapan dsb.

Terimakasih kepada suami saya atas doanya dan dukungan sehingga saya bisa mengerjakan skripsi.

(7)

vii

5. Kepada anak saya Muhammad Iqbal Ardani yang saya sayangi, cintai, yang selalu menemani saya dirumah disela-sela kesibukan sehingga selalu menghibur dikala saya mengerjakan skripsi. Sebelumnya Ibu minta maaf buat anak saya yang sudah saya tinggal-tinggal terus buat mengejar pendidikan hingga saat ini dan terimakasih buat anak saya yang selalu mendukung bu dan mendoakan Ibu dalam mengerjakan skripsi.

6. Kepada Bapak dan Ibu Mertua saya yang selalu mendoakan dan turut memberikan dukungan sehingga saya bisa mengerjakan skripsi.

7. Teman-teman saya yangd dirumah (Alifa, Siti, Sari dan Rio) yang selalu mendukung saya, mendoakan saya sehingga saya bisa mengerjakan skripsi.

8. Teman-teman Wisudawan 2019 (Ika mendes, Linda, Isni, dan Lisna preman batak) yang selalu mendukung, teman dari awal masuk maba hingga saat ini, dan selalu berbagi keluh kesah disaat pengerjaan skripsi.

9. Kepada Teman-Teman Akuntansi 2015 yang menjadi motivasi ku dan memberikan dukungan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Koneksi Politik dan Profitabilitas terhadap Tax Avoidance yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

ini dengan baik. Skripsi ini juga tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Irhas Effendy selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Winarno, MM., selaku Dekan Fakuktas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Hiras Pasaribu, M.Si., Ak., CA., selaku Ketua Prodi Program Studi Akuntansi.

4. Bapak Dr. Noto Pamungkas M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan skripsi.

5. Ibu Marita, SE., M.Si., Ak. Selaku Dosen Pembimbing II dalama penyusunan skripsi.

6. Ibu Dr. Dian Indri Purnamasari., SE., M.Si., Ak., CA. selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia menguji skripsi.

7. Bapak Drs. Alp Yuwidiantoro., M.Si. selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia menguji skripsi.

8. Para staff dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

(9)

ix

9. Teman-teman Program Studi Akuntansi angkatan 2015, khususnya kelas EA-A yang telah menjadi sahabat dan keluarga selama duduk di bangku perkuliahan.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Dalam skripsi ini saya bermaksud menuturkan hasil penelitian yang penulis lakukan. Skripsi ini bukalah skripsi yang sempurna, sehingga tidak lepas dari kesalahan. Oleh karena itu saya memohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengharap semoga penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 05 Maret 2019 Penulis

Fajar Pertiwi

(10)

x ABSTRACT

This study aimed to examine the effect of leverage, the intensity of fixed assets, the size of the company, and the political connections against tax avoidance.

Measurement of tax avoidance in this study using the effective tax rate (ETR). This study was performed on companies listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) 2015-2017. The number of observations of 152 sample obtained by the method nonprobability sampling purposive sampling technique. This study aimed to examine the effect of leverage, the intensity of fixed assets, the size of the company, and the political connections against tax avoidance. Measurement of tax avoidance in this study using the effective tax rate (ETR). The analysis technique used in this research is multiple linear regression analysis. The analysis showed that the intensity of a fixed asset leverage and negative effect on tax avoidance. This shows that the higher leverage and intensity of fixed assets will lead to reduced levels of tax avoidance. Company size has positive influence on tax avoidance. This means that the higher the size of the company, the tax avoidance measures will be high.

While political connections did not affect the tax avoidance measures.

Keywords: Tax Avoidance, Leverage, Intensity Fixed Assets, Company Size, Political Connections

(11)

xi ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh leverage, intensitas aset tetap, ukuran perusahaan, dan koneksi politik terhadap tax avoidance. Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan effective tax rate (ETR). Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017. Jumlah pengamatan sebanyak 152 sampel penelitian yang diperoleh dengan metode nonprobability sampling yaitu teknik purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa leverage dan intensitas aset tetap berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi leverage dan intensitas aset tetap akan menyebabkan menurunnya tingkat tax avoidance. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan maka tindakan tax avoidance akan tinggi. Sementara koneksi politik tidak berpengaruh terhadap tindakan tax avoidance.

Keywords: Tax Avoidance, Leverage, Intensity Fixed Assets, Company Size, Political Connections

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JULDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

BERITA ACARA SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR ISI TABEL ... xiii

DAFTAR ISI GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Batasan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.6 Sistematik Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Teori ... 11

2.1.1 Teori Agency ... 11

2.1.2 Tax Avoidance ... 12

2.1.3 Leverage ... 14

2.1.4 Intensitas Aset Tetap... 15

2.1.5 Ukuran Perusahaan ... 16

2.1.6 Koneksi Politik ... 17

2.1.7 Profitabilitas ... 19

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

2.3 Kerangka Konseptual ... 23

2.4 Perumusan Hipotesis ... 24

2.4.1 Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance ... 24

(13)

xiii

2.4.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap Terhadap Tax Avoidance ... 26

2.4.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance ... 27

2.4.4 Pengaruh Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance ... 28

2.4.5 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Rancangan Penelitian ... 30

3.2 Populasi dan Sampel ... 30

3.2.1 Populasi ... 30

3.2.2 Sampel ... 31

3.3 Variabel Penelitian ... 32

3.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian ... 32

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 32

3.3.3 Variabel Dependen ... 32

3.3.3.1 Tax Avoidance ... 32

3.3.4 Variabel Independen ... 33

3.3.4.1 Leverage ... 33

3.3.4.2 Intensitas Aset Tetap ... 34

3.3.4.3 Ukuran Perusahaan... 34

3.3.4.4 Koneksi Politik ... 35

3.3.4.5 Profitabilitas ... 36

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.5 Prosedur Pengambilan Data ... 37

3.6 Model Penelitian Penelitian ... 37

3.6.1 Analisis Deskriptif ... 37

3.6.2 Uji Analisis Regresi Linear Berganda ... 38

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 39

3.6.3.1 Uji Normalitas ... 39

3.6.3.2 Uji Multikolinearitas ... 39

3.6.3.3 Uji Autokorelasi ... 39

3.6.3.4 Uji Heterokedasitas ... 41

3.6.3.5 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 41

3.7 Pengujian Hipotesis ... 42

3.7.1 Uji Signifikasi Simultan (Overall Model Fit Test) ... 42

(14)

xiv

3.7.2 Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji t) ... 42

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA ... 43

4.1 Data Penelitian ... 43

4.1.1 Hasil Pemilihan Sampel ... 43

4.2 Analisis dan Hasil Penelitian ... 46

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 47

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 49

4.3.1 Uji Normalitas ... 49

4.3.2 Uji Mulrikolinearitas ... 51

4.3.3 Uji Autokorelasi... 52

4.3.4 Uji Heterokedasitas ... 53

4.3.5 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ... 54

4.4 Analisis Regresi Linear Berganda ... 55

4.5 Uji Hipotesis ... 58

4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Overall Model Fit Test) ... 58

4.5.2 Uji Regresi Parsial/uji t ... 59

4.6 Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 61

4.6.1 Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance ... 61

4.6.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Tax Avoidance ... 62

4.6.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance ... 64

4.6.4 Pengaruh Koneksi Politik terhadap Tax Avoidance... 65

4.6.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Keterbatasan ... 68

5.3 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN I ... 77

LAMPIRAN II ... 78

LAMPIRAN III ... 80

LAMPIRAN IV ... 94

(15)

xv

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

4.1 Tabel Ringkasan Pemilihan Sampel ... 44

4.2 Tabel Nama Perusahaan ... 45

4.3 Tabel Hasil Statistik Deskriptif ... 47

4.4 Tabel Hasil Uji Normalitas ... 50

4.5 Tabel Hasil Uji Multikolinearitas ... 51

4.6 Tabel Hasil Uji Autokorelasi ... 52

4.7 Tabel Hasil Uji Heterokedasitas ... 54

4.8 Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 55

4.9 Tabel Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 56

4.10 Tabel Hasil Uji Signifikansi Simultan (Overall Model Fit Test) ... 58

4.11 Tabel Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 59

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

2.2 Kerangka Konseptual ... 20

(17)

ii

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rasio pajak yang dimiliki Indonesia berada kisaran 11% yang menempatkan Indonesia pada jajaran rasio pajak rendah dunia. Rasio ini jauh tertinggal di barisan negara menengah yaitu sebesar 14-15% dan negara maju yaitu sebesar 24-26%. Apabila masalah penghindaran pajak dapat teratasi dan penguatan institusi pajak bisa terlaksana maka rasio pajak akan terus meningkat. Awal tahun sampai 31 Agustus 2017, realisasi penerimaan pajak telah mencapai 53,5% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 sebesar Rp 1.283,57 triliun. Penerimaan pajak Agustus 2017 mencapai Rp 685,6 triliun dengan angka pertumbuhan 10,23% dibandingkan tahun lalu. Rincian penerimaan pajak pada Agustus di antaranya PPh non migas Rp 378 triliun, PPN dan PPNBM sebesar Rp 267 triliun, PPh Migas Rp 35 triliun, pajak lainnya Rp 4,3 triliun, dan PBB Rp 1,2 triliun. Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) memperkirakan, penerimaan pajak tahun ini bisa mencapai 96% dari target atau Rp 1.232 triliun (Direktorat Jenderal Pajak, 2017).

Penanam Modal Asing (PMA) di Indonesia yang selama 10 tahun terakhir tidak membayar pajak. Akibatnya, Indonesia mengalami kerugian hingga Rp 500 triliun dalam 10 tahun, para pengusaha asing tersebut tidak membayar pajak dengan klaim bahwa perusahaannya selalu mengalami kerugian. Padahal, jika

(19)

2

dihitung seharusnya perusahaan tersebut membayar rata-rata Rp25 miliar dalam satu tahun (Sindonews, 2016).Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan. Wajib pajak dalam hal ini badan merupakan sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara/daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. Penghasilan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan akan dikenakan pajak sebagaimana diatur dalam undang-undang perpajakan.

Pajak adalah salah satu kewajiban masyarakat kepada negara dan sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan suatu negara.Definisi pajak menurut Undang- Undang Nomor 16 tahun2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(20)

3

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial dan menempati persentase tertinggi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dibandingkan penerimaan lainnya.

Terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dan pemerintah, wajib pajak berusaha agar membayar pajak sekecil-kecilnya karena membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis wajib pajak. Dana untuk penyelenggaraan pemerintahan sebagian berasal dari penerimaan pajak.

Adanya perbedaan kepentingan ini menyebabkan wajib pajak cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajaknya, baik secara legal maupun illegal. Hal ini dimungkinkan jika ada peluang untuk melakukan Tax Avoidance.

Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam ketentuan perpajakan (Pohan, 2016).

Leverage merupakan rasio yang menandakan besarnya modal eksternal yang digunakan perusahaan untuk melakukan aktivitas operasinya. Hasil perhitungan rasio leverage menandakan seberapa besar aset yang dimiliki perusahaan berasal dari modal pinjaman perusahaan tersebut. Apabila perusahaan memiliki sumber dana pinjamantinggi, maka perusahaanakan membayar beban bungatinggi kepada kreditur. Beban bunga akan mengurangi laba, sehingga dengan berkurangnya laba maka mengurangi beban pajak dalam

(21)

4

satu periodeberjalan.Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai investasi (Sartono, 2002) dalam Tommy Kurniasih & Maria M.

Ratna Sari (2013). Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang. Leverage menggambar kan hubungan antara total assets dengan modal saham biasa atau menunjukkan penggunaan utang untuk meningkatkan laba (Husnan, 2002) dalam Tommy Kurniasih & Maria M.

Ratna Sari (2013).

Intensitas kepemilikan aset tetap dapat memengaruhi pembayaran pajak perusahaan. Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Pemilihan investasi dalam bentuk aset tetap mengenai perpajakan adalah dalam hal depresiasi. Beban depresiasi yang melekat pada kepemilikan aset tetap akan memengaruhi pajak perusahaan, hal ini dikarenakan beban depresiasi akan bertindak sebagai pengurang pajak. Laba kena pajak perusahaan yang semakin berkurang akan mengurangi pajak terutang perusahaan (Mulyani, 2014).

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengelompokkan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti contoh, ukuran perusahaan bisa kita lihat melalui total aset perusahaan yang dimiliki, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan.Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya perusahaan.Kamila (2013) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan yang positif dengan agresivitas pajak. hal tersebut menggambarkan bahwa perusahaan besar memiliki jumlah laba sebelum pajak yang besar dan memiliki insentif serta sumber daya yang lebih besar untuk melakukan manajemen pajak.

(22)

5

Kim dan Zhang (2013) menghubungkan koneksi politik perusahaan terhadap tindakan pajak agresif dan menemukan hasil penelitian yang kurang lebih sama. Perusahaan yang memiliki koneksi politik akan mendapat perlindungan dari pemerintah, memiliki akses mudah untuk memperoleh pinjaman modal, resiko pemeriksaaan pajak rendah sehingga membuat perusahaan makin agresif melakukan tax planning yang berakibat pada keburaman transparansi keuangan. Berbagai macam hak-hak istimewa dapat diperoleh perusahaan dengan koneksi politik bahkan saat terjadi krisis keuangan perusahaan akan mudah mendapat dana talangan dari pemerintah (bailout).

ROA berguna untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimilikinya (Siahan, 2004) dalam Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari (2013). Dendawijaya (2003) dalam Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari (2013) menyatakan bahwa ROA menggambarkan kemampuan manajemen untuk memperoleh keuntungan (laba). Semakin tinggi ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) dalam Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari(2013), ROA merupakan pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu.

Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adala return on assets.

(23)

6

Return on Assets (ROA) adalah suatu indikator yang mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang mampu diraih oleh perusahaan maka performa keuangan perusahaan tersebut dapat dikategorikan baik.

Penelitian ini memodifikasi penelitianI Made Surya Dharma Putu dan Agus Ardiana (2016) yang menggunakan variabel pengaruh leverage, intensitas aset tetap, ukuran perusahaan, dan koneksi politik terhadap tax avoidance.

Sedangakan penelitian Amanda Dhinari Permata, Siti Nurlaela, Endang Masitoh W (2018) yang menggunakan variabel pengaruh Size, Age,Profitability, Leverage dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance.

Peneliti ini memodifikasi kedua penelitian tersebut dengan menambahkan satu variabel bebas yaitu Profitabilitas sehingga berbeda dengan penelitian sebelumnya. Alasan penelitian menambah variabel profitabilitas karena terdapat perbedaan dari Hasil penelitian Rosalia & Sapari (Rosalia & Sapari, 2017), Nursari, Diamonalisa, & Sukarmanto (2017), Diawati (Diawati, 2017), Rosalia & Sapari (2017), Ambarukmi & Diana (2017), Cahyono, Andini, &

Raharjo (2016), yang menyatakan bahwa hasil penelitian variabel ROA yang tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak akan tetapi menurut Kurniasih (2013) yang menyatakan bahwa profitabiltas perusahaan yang diukur dengan ROA, berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan menganalisis “Pengaruh leverage,intensitas aset tetap, ukuran perusahaan, koneksi politik dan Profitabilitas terhadap tax avoidance.

(24)

7 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan secara spesifik permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Apakah Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance?

2. Apakah Intensitas Aset Tetap berpengaruh terhadap tax avoidance?

3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance?

4. Apakah Koneksi Politik berpengaruh terhadap tax avoidance?

5. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris adanya pengaruh laverage terhadap tax avoidance.

2. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris adanya pengaruh intensitas aset tetap terhadap tax avoidance.

3. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance.

4. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris adanya pengaruh koneksi politik terhadap tax avoidance.

5. Untuk menguji dan menemukan bukti empiris adanya pengaruh profitabilitas terhadap tax avoidance.

(25)

8 1.4 Batasan Penelitian

Penelitian ini hanya menguji empat faktor yang mempengaruhi Tax Avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Koneksi Politik, dan Profitabilitas.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan leverage, intensitas aset tetap, ukuran perusahaan, koneksi politik, profitabilitas terhadap tax avoiodance.

2. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan bacaan bagi pihak yang membutuhkan dan diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bahan pembanding bagi peneliti lain yang berkaitan dengan masalah ini.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan penulis serta menjadi sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani kuliah.

(26)

9 1.6 Sistematika Penelitian

Untuk memperoleh gambaran secara bagian-bagian yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka penulis menguraikan secara ringkas isi masing-masing bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar pemikiran dan acuan dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang desain penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, serta model dan teknik analisis data.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan gambaran objek penelitian secara singkat, data dari hasil penelitian dan analisi data serta pembahasan dari hasil analisis tersebut.

(27)

10

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, saran yang dikemukakan berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan dan keterbatasan penelitian.

(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Teori Agency

Hendriksen dan Breda (1992) dalam Kurniasih dan Maria (2013) menyatakan teori agensi adalah hubungan kontrak antara agen (manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Agent melakukan tugas-tugas tertentu untuk prinsipal, prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberi imbalan kepada agen berupa kompensasi bonus. Menurut Jensen and Meckling (1976) dalam Wahyudi (2014) menjelaskan teori agensi adalah kontrak antara satu atau beberapa prinsipal yang mendelegasikan wewenang kepada orang lain agent untuk mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan. Dalam pelaksanaan kontrak akan timbul biaya agensi (agency cost), yaitu biaya yang timbul agar manajer bertindak selaras dengan tujuan pemilik, seperti pembuatan kontrak ataupun melakukan pengawasan (Masri dan Martani, 2012 dalam Darmadi, 2013). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajerdan pemegang saham atau biasanya disebut konflik kepentingan (agency conflict), konflik yang timbul sebagai akibat dari keinginan manajemen (agent) untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan kepentingan pemegang saham (principal) guna memperoleh return dan nilai perusahaan di masa mendatang. Keputusan manajer untuk melakukan tax avoidance adalah salah satu masalah keagenan. Penghematan pajak dari tax avoidance

(29)

12

merupakan sumber pendanaan murah bagi perusahaan dan manfaat tax avoidance secara ekonomi cukup besar, akan tetapi tindakan tax avoidance yang agresif dapat diikuti dengan biaya baik yang terlihat seperti denda atau biaya legal maupun biaya yang tidak terlihat seperti risiko yang besar dan reputasi perusahaan (C. S.Armstrong et.al, 2012 dalam Wahyudi, 2014).

2.1.2 Tax Avoidance

Gusti Maya Sari (2014) mengemukakan tax avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan ketentuan perpajakan suatu negara.

Menurut Pohan (2013) pengertian penghindaran pajak atau tax avoidance adalah: “Upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan, dimana metode dan teknik yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan- kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan perpajakan itu sendiri, untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.”Sedangkan menurut Suandy (2011), pengindaran pajak atau tax avoidance adalah: “Rekayasa (tax affairs) yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan. Penghindaran pajak dapat terjadi di dalam bunyi ketentuan atau tertulis di undang-undang dan berada dalam jiwa dari undang- undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang-undang.” Budiman dan Setiyono (2012) menyatakan bahwa penghindaran pajak merupakan usaha yang dilakukan wajib pajak untuk mengurangi beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang atau aturan lain yang berlaku. Tax avoidance dapat diukur menggunakan ETR yaitu dengan membagi kas yang dikeluarkan untuk biaya

(30)

13

pajak dibagi dengan laba sebelum pajak. Hanlon dan Heitzman (2010) dalam Pradnyadari (2015) mendefinisikan agresivitas pajak penghasilan badan (sering disebut sebagai penghindaran pajak) sebagai tingkat yang paling akhir dari spektrum serangkaian perilaku perencanaan pajak. Zuber (2007) dalam Pradnyadari (2015) menyatakan: “Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of aggressiveness. This gray area exists because there are tax shelters beyond what is specifically allowed by the tax law and the tax law does notspecifically address all possible tax transaction. A bright line does not exist between tax avoidance and tax evasion because neither term adequately describes all transactions. Therefore, aggressive transactions and decision-making may potentially become either tax avoidance or tax evasion issues”. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa transaksi dan pengambilan keputusan yang agresif mungkin secara potensial dapat menjadi masalah penghindaran pajak maupun penggelapan pajak. Dari definisi di atas dapat di simpulkan bahwa tax avoidance merupakan upaya penghidaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak secara legal yang tidak melanggar hukum perpajakan dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam undang- undang perpajakan dengan tujuan untuk memperkecil jumlah pajak terutang.

Dalam arti lain, perusahaan dengan sengaja melakukan penghindaran pajak untuk memperkecil pembayaran yang harus dilbayarkan kepada negara, dengan dilakukannya penghindaran pajak akan dapat meningkatkan cash flow perusahaan.

(31)

14 2.1.3 Leverage

Menurut Harahap (2013) leverage adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal, rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Sedangkan menurut Fahmi (2012) leverage merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor. Menurut Fahmi (2012) rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Sedangkan dalam arti luas Kasmir (2012) mengatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka panjang maupun jangka pendek apabila perusahaan dilikuidasi. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh suatu perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva, modal serta menanggung beban tetap melainkan juga untuk memperbesar penghasilan.

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang (Waluyo, Basri, & Rusli, 2014).

Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya. Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap (fixed rate of return) yang disebut dengan bunga. Beban bunga yang ditanggung peusahaan dapat dimanfaatkan sebagai pengurang penghasilan kena pajak perusahaan untuk menekan beban pajaknya.

Dengan begitu bahwa semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin

(32)

15

tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar (Darmawan &

Sukartha, 2014). Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan. Hasil penelitian Waluyo, Basri, & Rusli (2014), Nursari, Diamonalisa & Sukarmanto (2017) menunjukkan leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

2.1.4 Intensitas Aset Tetap

Intensitas aset tetap perusahaan adalah menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap. Aset tetap dalam hal ini mencakup bangunan, pabrik, peralatan, mesin, dan berbagi properti lainnya (Noor et al., 2010 dalam Dharma dan Agus, 2015). Kepemilikan aset tetap berhubungan dengan tax avoidance yaitu dapat mengurangi pembayaran pajak yang dibayarkan perusahaan karena adanya biaya depresiasi yang bersifat deductible expense yaitu biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak bagi wajib pajak. Deductible expense dalam perpajakan diatur dalam pasal 6 Undang-undang pajak Penghasilan. Biaya depresiasi yang melekat dalam aset tetap dapat dimanfaatkan oleh manajer (agent) untuk meminimumkan pajak yang dibayarkan perusahaan. Manajemen akan melakukan investasi dalam aset tetap dengan menggunakan dana mengganggur perusahaan untuk mendapatkan keuntungan berupa biaya depresiasi yang berguna sebagai pengurang pajak penghasilan perusahaan

(33)

16

(Darmadi, 2013).Menurut Mulyani (2014) Intensitas aset tetap merupakan proporsi dimana dalam aset tetap terdapat pos bagi perusahaan untuk menambahkan beban yaitu beban penyusutan yang ditimbulkan oleh aset tetap sebagai pengurang penghasilan, jika aset tetap semakin besar maka laba yang dihasilkan akan semakin kecil, karena adanya beban penyusutan yang terdapat dalam aset tetap yang dapat mengurangi laba. Pemilihan investasi dalam aset tetap terkait perpajakan adalah dalam haldepresiasi. Perusahaan yang memutuskan untuk berinvestasi dalam bentuk aset tetap dapat menjadikan biaya penyusutan sebagai biaya yang dapat dikurangkandari penghasilan atau bersifat deductible expense. Biaya penyusutan yang bersifat deductible akan menyebabkan laba kena pajak perusahaan menjadi berkurangyang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan Menurut Agoes dan Trisnawati (2013) aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas untuk mendapat sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk memperoleh pinjaman akan menjadi lebih mudah karena dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar memiliki kesempatan lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri (Lisa dan Jogi, 2013). Menurut Hasibuan, ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size,

(34)

17

penjualan dan kapitalisasi pasar, dan lain-lain (Sari, Kalbuana, & Jumadi, 2016). Ukuran Perusahaan sebagai skala atau nilai yang dapat mengklasifikasikan suatu perusahaan kedalam kategori besar atau kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan dan jumlah penjualan. Ukuran perusahaan umunya dibagi menjadi 3 kategori yaitu large firm, medium firm and small firm.

Tahap kedewasaan perusahaan ditentuakan berdasarkan total aktiva, semakin besar total aktiva menunjukan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yanng relatif panjang.

2.1.6 Koneksi Politik

Purwoto (2011) dalam Sri Ayu Lestari (2018) menyatakan bahwa negara Indonesia dan Presiden Soeharto telah menjadi populer dalam pengembangan awal literatur koneksi politis (political connection). Perusahaan berkoneksi politik ialah perusahaan yang dengan cara–cara tertentu mempunyai ikatan secara politik atau mengusahakan adanya kedekatan dengan politisi atau pemerintah (Purwoto, 2011). Koneksi politik dipercaya sebagai suatu sumber yang sangat berharga bagi banyak perusahaan (Fisman, 2001 dalam Leuz and Gee, 2006) dan dalam Sri Ayu Lestari (2018).

Faccio (2006) dalam Sri Mulyani dkk (2012) menjelaskan bahwa perusahaan dianggap memiliki koneksi secara politik jika setidaknya salah satu pemegang saham yang besar (seseorang yang mengendalikan setidaknya 10%

dari total saham dengan hak suara) atau salah satu pimpinan perusahaan (CEO, presiden, wakil presiden, ketua atau sekretaris) adalah anggota parlemen, menteri, atau orang yang berkaitan erat dengan politikus atas atau partai politik.

(35)

18

Koneksi politik juga dapat dilihat dari ada atau tidaknya kepemilikan langsung oleh pemerintah pada perusahaan (Adhikari et al., 2006 dalam Sri Rahayu Letari 2018).Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa koneksi politik adalah hubungan yang dapat membantu memudahkan aktivitas pemerintahan dalam membuat keputusan untuk kepentingan masyarakat bersama suatu negara.

Perusahaan yang memiliki koneksi politik arti perusahaan yang memiliki hubungan pemerintahaan atau politisi, sehingga memudahkan perusahaan tersebut dalam kegiatan dan urusan yang berkaitan dengan kenegaraan.

Gomez dan Jomo (1997); Johnson dan Mitton (2003) dalam Faccio (2006) menjelaskan hubungan dekat yang dimaksud meliputi :

1. Perusahaan yang top eksekutif atau pemegang saham utama memiliki hubungan pertemanan dengan kepala negara, menteri atau anggota parlemen.

2. Koneksi dengan pejabat yang pernah menjabat sebagai kepala negara atau perdana menteri pada periode sebelumnya.

3. Perusahaan yang top eksekutif atau pemegang saham utama terlibat secara langsung dalam dunia politik.

Koneksi politik akan semakin nampak di negara yang memiliki tingkat korupsi tinggi. Walaupun pada kenyataannya korupsi memiliki efek negatif terhadap perekonomian dan tingkat pertumbuhan suatu negara, hal yang sama tidak berlaku bagi koneksi politik yang dianggap bermanfaat oleh banyak perusahaan (Faccio, 2009). Indonesia berada di peringkat 107 dari 175 negara pada tahun 2014

(36)

19

berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) yang dinilai oleh Lembaga Transparasi Internasional.

2.1.7 Profitabilitas

Pofitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba yang hubungannya dengan aktivitas penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Berikut ini adalah pengertian profitabilitas menurut beberapa ahli, yaitu:

Menurut Kasmir (2015) rasio profitabilitas adalah: “Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.

Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan.” Menurut Agus Sartono (2012) rasio profitabilitas adalah:

“Kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.” Menurut Irham Fahmi (2015) rasio profitabilitas adalah: “Rasio yang mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik perusahaan menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.” Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, serta mengukur kemampuan keseluruhan manajemen secara efektif yang ditunjukkan oleh besar kecilnya keuntungan yang dihasilkan dari aktivitas penjualan maupun investasi.

(37)

20 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NO PENELITIAN DAN TAHUN

JUDUL VARIABEL HASIL

PENELITIAN 1. Sri Mulyani

Darminto M.G Windang N.P (2012)

Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Koneksi Politik Dan Reformasi Perpajakan Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun (2008- 2012)

Dependen

 Penghindaran pajak

Independen

 Karakterisitik

 Koneksi Politik

Reformasi Perpajakan

1. Karakteristik Perusahaan Berpengaruh Terhadap Peghindaran Pajak

2. Koneksi Politik Berpengaruh Terhadap Penghindaran Pajak.

3. Reformasi Perpajakan Berpengaruh Terhadap Penghindaran Pajak.

2. Tommy Kurniasih &

Maria M.

Ratna Sari (2013)

Pengaruh Return On

Aset.Leverage, Corporate Governance, Ukuran

Perusahaan, dan Kompensasi Kerugian Fiskal Pada Tax Avoidance

Dependen

 Tax Avoidance Independen

 Return On Asset

 Leverage

 Corporate Governance

 Ukuran Perusahaan

 Kompensasi Rugi Fiskal;

1. ROA berpengaruh negatif pada tax avoidance perusahaan manufaktur.

2. Leverage berpengaruh negatif pada tax avoidance.

3. Komposisi Komisaris Independen berpengaruh negatif pada tax avoidance.

(38)

21

Keberadaan Komite Audit berpengaruh negatif pada tax avoidance.

3. Stella Butje dan Elisa Tjondro (2014)

Pengaruh Karakter Eksekutif Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance

Dependen

 Tax Avoidance Independen

 Karakter Eksekutif

 Koneksi Politik

1. karakter eksekutif berpengaruh terhadap tax avoidance

2. Koneksi Politik berpengaruh terhadap tax avoidance 4. I Made Surya

Dharma Putu Agus Ardiana (2016)

Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Dan

Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance

Dependen

 Tax Avoidance Independen

 Leverage

 Intensitas Aset Tetap

 Ukuran Perusahaa

 Koneksi Politik

1.Leverage berpengaruh terhadap tax avoidance.

2. Intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tax avoidance 3. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance.

4. Koneksi politik berpengaruh terhadap tax avoidance

5. Shinta Meilina Purwanti Listya Sugiyarti (2017)

Pengaruh Intensitas Aset Tetap, Pertumbuhan Penjualan dan Koneksi Politik

Dependen

 Tax Avoidance Independen

 Intensitas Aset Tetap

1. Intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tax avoidance.

2. Pertumbuhan

(39)

22 Terhadap Tax Avoidance

 Pertumbuhan Penjualan Koneksi Politik

penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance.

3. Koneksi politik berpengaruh terhadap tax avoidance.

6. Novi Sundari Vita Aprilina (2017)

Pengaruh Konservatisme Akuntansi, Intensitas Aset Tetap, Kompensasi Rugi Fiskal Dan Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance

Dependen

 Tax Avoidance Independen

 Konservatime Akuntansi

 Intensitas Aset Tetap

 Kompensasi Rugi Fiskal Corporate Governance

1. Konservatisme Akuntansi

berpengaruh terhadap tax Avoidance 2. Intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tax avoidance 3. Kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap tax avoidance 4. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap tax avoidance 5. Kualitas auditor berpengaruh terhadap tax avoidance.

7. Amanda Dhinari Permata,

Siti Nurlaela, Endang Masitoh W (2018)

Pengaruh Size, Age,Profitabilit y, Leverage dan Sales Growth Terhadap Tax Avoidance

Dependen

 Tax Avoidance Independen

 Size

 Age

 Profitability

1. Size berpengaruh terhadap Tax Avoidance 2. Age berpengaruh terhadap Tax

(40)

23

 Leverage Sale Growth

Avoidance 3. Profitability berpengaruh terhadap Tax Avoidance 4. Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance 5. Sales Growth berpengaruh terhadap Tax Avoidance

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya berikut merupakan kerangka pemikiran teoritis yang dapat menunjukan hubungan antar variabel seperti tampak dalam gambar 2.2

(41)

24 Gambar 2.2

Kerangka Konseptual

2.4 Perumusan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance

Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai investasi (Sartono, 2012:120). Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang, leverage menggambarkan hubungan antara total assets denganmodal saham biasa atau menunjukkan penggunaan utang

Leverage

Intensitas Aset Tetap

Koneksi Politik Ukuran Perusahaan

Tax Avoidance

Profitabilitas

(42)

25

untuk meningkatkan laba. Suyanto (2012) Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap (Fixed rate of return) bagi perusahaan yang disebut dengan bunga. Menurut Richardson dan Lanis (2007) dalam Siregar dan Dini (2016) leverage yang tinggi mengindikasikan bahwa sumber pendanaan yang berasal dari pihak ketiga berupa hutang juga tinggi. Ketika perusahaan lebih banyak mengandalkan pembiayaan dari hutang daripada pembiayaan yang berasal dari ekuitas untuk operasinya, maka perusahaan akan memiliki CETR yang lebih rendah. Hal ini karena perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi, akan membayar bunga pajak yang lebih tinggi sehingga membuat nilai CETR menjadi lebih rendah.Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai dengan utang (Waluyo, Basri,

& Rusli, 2014). Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan asetnya. Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap (fixed rate of return) yang disebut dengan bunga. Beban bunga yang ditanggung peusahaan dapat dimanfaatkansebagai pengurang penghasilan kena pajak perusahaan untuk menekan beban pajaknya.

Dengan begitu bahwa semakin tinggi nilai dari rasio leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi

(43)

26

lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar (Darmawan &

Sukartha, 2014). Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan. Hasil penelitian Waluyo, Basri, & Rusli (2014), Nursari, Diamonalisa & Sukarmanto (2017) menunjukkan leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

H1 : Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance

2.4.2 Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Tax Avoidance

Pengaruh Intensitas Aset Tetap terhadap Tax Avoidance Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap. Intensitas aset tetap merupakan proporsi dimana dalam aset tetap terdapat pos bagi perusahaan untuk menambahkan beban depresiasi yang ditimbulkan oleh aset tetap (Mulyani, 2014). Intensitas aset tetap perusahaan yang besar tentu akan mengakibatkan beban depresiasi atas aset tetap yang besar juga. Dalam manajemen pajak intensitas aset tetap berpotensi menekan beban pajak perusahan, hal tersebut terjadi karena beban depresiasi yang bersifat deductible expense akan berperan sebagai pengurang laba perusahaan yang dijadikan dasar pengenaan pajak. Oleh karenanya, intensitas aset tetap yang tinggi dalam konflik agensi sengaja dimanfaatkan oleh manajer untuk menghindari beban pajak dengan memperbesar investasi dalam aset tetap sehingga dapat memaksimalkan laba perusahaan dan tercapainya kompensasi kinerja manajer yang diinginkan. Dari penelitian yang dilakukan oleh Darmadi (2013) intensitas aset tetap berpengaruh positif signifikan

(44)

27

terhadap tarif pajak efektif perusahaan, seperti yang dijelaskan oleh Blocher (2007) dalam Darmadi (2013) yaitu beban depresiasi memiliki pengaruh pajakdengan bertindak sebagai pengurang pajak. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis sebagai berikut:

H2: Intensitas aset tetap berpengaruh terhadap tax avoidance

2.4.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance

Menurut Hasibuan, ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aset, log size, penjualan dan kapitalisasi pasar, dan lain-lain (Sari, Kalbuana, &

Jumadi, 2016). Semakin besar perusahaan maka semakin besar total aset yang dimilikinya. Dalam melakukan tax planning untuk upaya menekan beban pajak seminimal mungkin, perusahaan dapat mengelola total aset perusahaan untuk mengurangi penghasilan kena pajak yaitu dengan memanfaatkan beban penyusutan dan amortisasi yang timbul dari pengeluaran untuk memperoleh aset tersebut karena beban penyusutan dan amortisasi dapat digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak perusahaan. Hasil penelitian Sari, Kalbuana,

& Jumadi (2016) menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

H3 : Size berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

2.4.4 Pengaruh Koneksi Politik terhadap Tax Avoidance

Koneksi politik yang dimiliki membuat perusahaan memperoleh perlakuan khusus, seperti kemudahan dalam memperoleh pinjaman modal, resiko pemeriksaan pajak rendah yang membuat perusahaan makin agresif dalam

(45)

28

menerapkan tax planning yang berakibat pada menurunnya transparansi laporan keuangan. Kehilangan investorakibat penurunan transparansi laporan keuangan dapat digantikan dengan peran pemerintah sebagai penyandang dana utama. Selain itu, perusahaan yang memiliki koneksi politik dengan pemerintah yang sedang berkuasa terbukti memiliki tingkat tax avoidanceyang signifikan tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis yang tidak memilikikoneksi politik (Francis et al.,2012;). Kim dan Zhang,2013; Leuz dan Gee, 2013; Christensen et al., 2014). Penelitian yang dilakukan Adhikari (2006), Christensenet al. (2013) dan Hardianti (2014) menyimpulkan koneksi politik berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Sedangkan penelitian yang dilakukan Nugroho (2011) dan Fatharani (2012) menyimpulkan koneksi politik tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Berdasarkan uraian diatas dapat dibentuk hipotesis:

H4: Koneksi politik berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

2.4.5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance

Chen et al (2010) dalam Tommy dan Maria (2013) ROA merupakan pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset dalam memperoleh keuntungan bersih. Semakintinggi nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai dari laba bersih perusahaan dan semakin tinggi pula profitabilitasnya. Dewi dan Setiawan (2016) Ketika laba yang diperoleh membesar, maka jumlah beban pajak peghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba perusahaan sehingga perusahaan kemungkinan melakukan tax avoidance untuk menghindari jumlah beban pajaknya. Darmadi (2013) perusahaan dengan tingkat efisiensi yang tinggi dan memiliki pendapatan tinggi cenderung menghadapi beban pajak yang rendah.

(46)

29

Rendahnya beban pajak dikarenakan perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain. Menurut Husnan dalam Kurniasih dan Sari (2013), menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Demikian tingginya profitabilitas perusahaan akan dilakukan perencanaan pajak yang matang sehingga menghasilkan pajak yang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih dan Sari (2013) menunjukkan bahwa Return on Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak, hal tersebut dikarenakan perusahaan mampu mengelola asetnya dengan baik sehingga memperoleh keuntungan dari insentif pajak dan kelonggaran pajak lainnya sehingga perusahaan tersebut terlihat melakukan penghindaran pajak.

H5 = Profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance.

(47)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan beberapa variabel antara lain : Leverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Koneksi Politik, dan Profitabilitas. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian penjelasan (explanatory research) dengan menggunakan metode kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa catatan yang ada pada perusahaan seperti laporan keuangan dan laporan tahunan (annual report) yang berasa dari semuaperusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017. Data-data tersebut diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id 2015-2017.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2015) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi berkaitan dengan data-data. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(48)

31 3.2.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2015) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling, yakni metode penentuan sampel dari populasi yang ada berdasarkan kriteria yang dikehendaki oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian dan relative dapat dibanbdingkan dengan hasil penelitian sebelumnya. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel dalam penelitian ini, yaitu:

a) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut selama periode 2015-2017.

b) Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian secara berturu-turut selama

periode 2015-2017

c) Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan per

31 desember secara berturu-turu periode 2015-2017.

d) Perusahaan yang mengalami delisting dalam periode 2015-2017

e) Perusahaan yang memperoleh laba bersih selama periode 2015-2017 f) Pengamatan selama 3 tahun.

(49)

32 3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Klasifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi : (1) variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain, dan (2) variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel independen.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2016), definisi operasional variabel adalah penentuan konstrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional variabel menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik.

3.3.3 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Tax Avoidance.

3.3.3.1 Tax Avoidance

Model estimasi pengukuran Tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan model Effective Tax Rate (ETR) yang diharapkan mampu

(50)

33

mengidentifikasi keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen et al. 2010) dengan rumus sebagai berikut.

ETR = Beban Pajak Penghasilan Pendapatan sebelum pajak

3.3.4 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi variabel dependen.Variabel independen dalam penelitian ini adalahLeverage, Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, Koneksi Politik, dan Profitabilitas.

3.3.4.1 Leverage

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan yang berasal dari utang atau modal sehingga dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya. Perusahaan yang memiliki kriteria baik memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan hutang, Fahmi dan Irfan (2012). Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan, karena perusahaan yang termasuk dalam kategori extreme leverage (utang extreme) yaitu perusahaan yang terjebak dalam tingkat hutang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban hutang tersebut. Menurut Syamsudin (2009) leverage biasanya digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan untuk pengguna aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi pemilik perusahaan. Variabel leverage menggunakan rasio Debt to Asset, yaitu perbandingan total kewajiban (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang)

(51)

34

dengan total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun, Gibson (2001) dalam Agustia (2013).

Rumus Debt to Asset sebagai berikut:

𝐿𝑒𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 =Total Hutang 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

3.3.4.2 Intensitas Aset Tetap

Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset tetap perusahaan. Size atau ukuran perusahaan merupakan tingkat ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Intensitas Aset Tetap menunjukkan proporsi aset tetap di dalam perusahaan dibandingkan dengan total aset yang dimiliki. Intensitas Aset Tetap diperoleh dengan membandingkan total aset tetap dan total asset (Darmadi, 2013). Intensitas aset tetap adalah gambaran besarnya aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Intensitas aset tetap dalam penelitian ini dapat dihitung dengan cara total aset tetap yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total aset perusahaan (Noor et al., 2010 dalam Dharma dan Agus, 2015).

𝐼𝑛𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥100%

3.3.4.3 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menurut Riyanto (2008:313) dalam Ida Ayu Rosa Dewinta dan Putu Ery Setiawan (2016) adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan maupun nilai aset. Ukuran perusahaan ditunjukkan melalui log total aset, karena dinilai bahwa ukuran ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan proksi-proksi yang lainnya dan

(52)

35

berkesinambungan antar periode (Yogiyanto 2007:282). Menurut Widiastuti (2002) dalam Rahmawati (2012:187), ukuran perusahaan perusahaan menunjukkan seberapa perusahaan untuk tetap eksis dan mampu bersaing di dalam dunia usaha.

Ukuran perusahaan harus diukur dari tanggal pendiriannya maupun dari tanggal terdaftar di BEI. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini menggunakan umur perusahaan dari tanggal perusahaan terdaftar di BEI (Ulum 2009:203). Ukuran perusahaan diukur dengan total aset yang ada dsalam perusahaan. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam. Log Of Total Assets ini digunakan untuk mengurangi perbedaan signifikan antara ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil, maka nilai total asset dibentuk menjadi logaritma natural, konversi kebentuk logaritma natural ini bertujuan untuk membuat data total asset terdistribusi normal. Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log natural dari total asset :

SIZE = LN Of Total Asset

3.3.4.4 Koneksi Politik

Perusahaan berkoneksi politik ialah perusahaan yang dengan cara-cara tertentu mempunyai ikatan secara politik atau mengusahakan adanya kedekatan dengan politisi atau pemerintah (Purwoto, 2011). Pada penelitian ini, dalam menilai ada tidaknya koneksi politik suatu perusahaan menggunakan proksi ada atau tidaknya kepemilikan langsung oleh pemerintah pada perusahaan. Perusahaan yang dimiliki pemerintah dapat diketahui dengan melihat kepemilikan saham atas perusahaan diatas 50%. Koneksi politik diukur dengan variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel buatan atau variabel boneka yang dibuat untuk mengkuantitatifkan data kualitatif dengan memberi kode 0 (nol) atau 1 (satu)

(53)

36

(Utama, 2007:97). Variabel koneksi politik diukur dengan memberikan nilai 1 untuk perusahaan yang salah satu pemegang sahamnya adalah pemerintah (BUMN) dan 0 jika tidak ada kepemilikan pemerintah.

3.3.4.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan. Profitabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan perseorangan atau badan untuk menghasilkan laba dengan memperhatikan modal yang digunakan.

Return On Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang dapat membandingkan laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA digunakan karena dapat memberikan pengukuran yang memadai atas keseluruhan efektifitas perusahaan dan dapat memperhitungkan profitabilitas.Return on Assest adalah perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ROA mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, daya untuk menghasilkan laba dari modal yang di investasikan.

Menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva (Halim, 2009 dalam Annisa Fadilla, 2015).

ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

(54)

37 3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Ditetapkannya Bursa Efek Indonesia sebagai tempat penelitian dengan mempertimbangkan bahwa Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu pusat penjualan yang go public di Indonesia. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2019.

3.5 Prosedur Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang tidak dikumpulkan sendiri oleh peneliti misalnya data dari Biro Pusat Statistik, majalah, keterangan-keterangan atau publikasi lainnya. Data penelitian ini berupa laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan manufaktur yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan (annual report) selama tahun 2015 sampai 2017 selama periode pengamatan yang dikeluarkan oleh perusahaan sampel. Pada penelitian ini, peneliti mengambil data dari laporan tahunan (annual report) yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia yang dapat diakses melalui www.idx.co.id untuk tahun 2016 dan 2017 sedangkan untuk tahun 2015 diperoleh dari web lama BEI yang dapat diakses melalui www.idx.co.

3.6 Model Penelitian 3.6.1 Analisis Deskriptif

Statistik Deskriptif salah satu pengolahan data dalam penelitian adalah dengan statistik deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan apa adanya dari suatu data. Analisis deskriptif merupakan bidang ilmu pengetahuan

Referensi

Dokumen terkait

Profitabilitas, Leverage, Komite Audit, Manajemen Laba, dan Intensitas Aset Tetap Terhadap Tax Avoidance Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

penelitian ini menolak hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariantini (2014) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Marem (2015), menunjukkan hasil bahwa ukuran dewan komisaris, latar belakang pendidikan presiden komisaris tidak dapat

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Widowati (2015) “Pengaruh Rasio Keungan terhadap profitabiliyas Perbankan di Indonesia” Capital Edequacy Ratio (CAR) berpengaruh

Hasil uji secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa Current Ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, sedangkan Net Profit Margin, Debt

Tujuan penelitian ini adalah menguji kembali penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara variabel-variabel independen

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Motivasi dan Pengetahuan Tentang Profesi Auditor secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Menjadi

Mengingat separuh lebih responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa di semester awal sem 1-4, maka hal ini menjadi suatu tantangan bagi prodi menajemen untuk tetap menjaga komitmen