• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos )"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN TOKOH MASYARAKAT DESA PETANI TERHADAP KEWAJIBAN MEMBAYAR ZAKAT MAL

PADA LEMBAGA BAZNAS PELALAWAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos )

Oleh :

EGY SAGARIA NIM. 11840413954

PROGRAM STRATA 1 (S1)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2022

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i ABSTRAK Nama : Egy Sagaria

NIM : 11840413954

Judul : Pemahaman Tokoh Masyarakat Desa Petani terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal pada Lembaga Baznas Pelalawan

Penelitian ini di latar belakangi permasalahan kekayaan yang wajib di keluarkan zakatnya itu adalah emas, perak, uang, barang dagangan, binatang ternak, barang dagangan, hasil bumi dan hasil laut, serta hasil jasa seseorang dan barang hasil temuan, khususnya pada masyarakat Pelalawan sebagian masyarakat dalam mengeluarkan zakat lebih mengeluarkan zakat Fitrah di banding zakat Mal padahal zakat Mal wajib di keluarkan bagi orang yang mempunyai harta yang sudah mencapai nisabnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pemahaman tokoh masyarakat desa petani terhadap kewajiban membayar zakat Mal pada lembaga Baznas pelalawan. Subjek penelitian ini adalah Desa Petani.

Objek penelitian ini adalah pemahaman tokoh masyarakat melalui menafsirkan, menjelaskan, merangkum. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi serta dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Peneliti menyimpulkan bahwa pemahaman masyarakat Islam Desa Petani pada umumnya belum memahahami apa arti dan tujuan zakat, berapa banyak zakat yang harus dikeluarkan setiap tahunnya, zakat dianggap sebagai sarana penyempurnaan ibadah di bulan suci ramadhan sebagai kewajiban yang apabila ditunaikan maka lepas sudah kewajibannya. Padahal, zakat adalah sunnatullah yang mampu melepaskan umat dari problematika kemiskinan.

Kata Kunci: Pemahaman, Tokoh Masyarakat, Kewajiban, Zakat Mal

(8)

ii ABSTRAK Name : Egy Sagaria

ID : 11840413954

Title : Understanding of Farmer Village Community Leaders Regarding the Obligation to Pay Zakat Mal at the Pelalawan Baznas Insituation

This research is based on the background of the problem of wealth that must be issued zakat, namely gold, silver, money, merchandise, livestock, merchandise, agricultural and marine products, as well as the results of someone's services and goods found, especially in the Pelalawan community, some of the community. In issuing zakat, zakat Fitrah is more issued compared to zakat Mal, even though Mal zakat must be issued for people who have assets that have reached their nisab. The purpose of this study is to find out how the farmers' village community understands the obligation to pay zakat Mal at the Baznas Pelalawan institution. The subject of this research is the Village of Farmers. The object of this research is people's understanding through interpreting, explaining, summarizing. Data were collected through interviews, observations, and documentation and were analyzed using qualitative descriptive methods. The researcher concludes that the understanding of the Islamic community in the Farmer Village in general does not understand what the meaning and purpose of zakat is, how much zakat must be issued each year, zakat is considered a means of perfecting worship in the holy month of Ramadhan as an obligation which, if fulfilled, is released from its obligations. In fact, zakat is a sunnatullah that is able to free people from the problems of poverty

Keywords : Understanding, Community, Obligation, Zakat Mal

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam untuk Nabi besar Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi dengan judul “Pemahaman Tokoh Masyarakat Desa Petani terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal pada Lembaga Baznas Pelalawan” ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelas sarjana sosial (S.Sos) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada Jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negri Syarif Kasim Riau.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis mengucapkan banyak terimahkasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya dan terkhusus untuk kedua orang tua penulis yaitu, Ayahanda Nasron dan Ibunda Dasrowati yang telah membimbing, memberikan semangat, memberikan dorongan, dan menasehati penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sesuai yang telah diharapkan. Kemudian tidak lupa juga penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negri Syarif Kasim Riau.

2. Bapak Imron Rosidi, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

3. Bapak Dr. Masduki, M. Ag, Bapak Toni Hartono, S. Ag., M.Si, dan Bapak Dr.

H. Arwan, M.Ag selaku wakil Dekan I, II dan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Khairuddin, M.Ag selaku Ketua Prodi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

5. Bapak Muhlasin, M.Pd.I selaku Sekretaris Prodi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(10)

iv

6. Bapak Dr. Masduki, M.Ag selaku Penasehat Akademik (PA) yang telah setia tanpa bosan memberikan motivasi dan bimbingan serta memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Imron Rosidi, MA., Ph.D selaku pembimbing skripsi yang telah membantu penulis dengan memberikan motivasi dan membimbing penulis dengan baik sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

9. Karyawan/i Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah memberikan pelayanan yang baik dan kemudahan dalam administrasi.

10. Yang teristimewa adik yaitu Rara Wirdatullivia Serta seluruh keluarga besar atas dorongan dan motivasi baik secara moril maupun material sehingga penulis dapat menyelesakan pendidikan ini.

11. Wira Nugraha teman terbaik yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

12. Teman-teman kampung terbaik dan seperjuangan Mahasiswa-Mahasiswi Jurusan Manajemen Dakwah angkatan tahun 2018.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga semua bantuan baik disengaja atau tidak menjadi amal ibadah dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda disisi Allah SWT, Aminn.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sebagai perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat kepada yang membacanya. Amin Ya Rabbal

„Alamin.

Wassalamualaikum Warahmatullai Wabarakatuh

(11)

v

Pekanbaru, 03 Desember 2022 Penulis

Egy Sagaria NIM. 1184041395

(12)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Penegasan Istilah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Terdahulu ... 7

B. Kajian Teori ... 9

C. Kerangka Pikir ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 31

D. Informan Penelitan ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data 32 F. Validitas Data ... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Desa Petani ... 37

B. Keadaan Geografis ... 37

C. Visi dan Misi Desa Petani ... 38

D. Program Unggulan Kepala Desa ... 38

E. Kondisi Willayah ... 39

F. Keadaan Alam ... 40

(13)

vii

G. Sosial Budaya ... 41

H. Jarak Geografis ... 41

I. Jumlah Penduduk Desa Petani ... 41

J. Data Kependudukan Berdasarkan Agama ... 42

K. Data Kependudukan Berdasarkan Rukun Tetangga ... 43

L. Sarana Pendidikan dan Kesehatan ... 43

M. Kesehatan Masyarakat ... 44

N. Perekonomian ... 44

O. Partisipasi Masyarakat dalam Keamanan Swakarsa ... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 51

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

viii

DAFTAR TABEL

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 30 Gambar 4.1 Kondisi Wilayah ... 40

(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

Tabel 4.2 Jarak Geografis ... 41

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Petani ... 42

Tabel 4.4 Data Kependudukan Berdasarkan Agama ... 42

Tabel 4.5 Data Kependudukan Berdasarkan Rukun Tetangga ... 43

Tabel 4.6 Kelahiran dan Kematian Bayi ... 44

Table 4.7 Partisipasi Masyarakat Dalam Keamanan Swakarsa ... 45

Tabel 4.8 Data Pos Kamling Desa Petani Tahun 2022 ... 46

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Zakat salah satu kewajiban dari Rukun Islam yang ke lima merupakan tiang dari agama, dimana dalam diri manusia sebenarnya dibebani oleh dua macam zakat, namun yang pasti ada dalam tiap diri seseorang adalah zakat fitrah sedangkan zakat mal hanya diwajibkan kepada orang-orang yang memiliki harta dan harta tersebut telah sampai nisab dan haulnya.1

Zakat merupakan rukun Islam ketiga setelah syahadat dan sholat, sehingga zakat menjadi ibadah yang sangat penting bagi umat Islam. Bila saat ini, kebanyakan dari umat Islam sudah sangat paham dengan kewajiban sholat dan manfaatnya dalam membentuk kesolehan dan keimanan pribadi. Namun tidak demikian dengan pemahaman tentang zakat yang sangat berfungsi dalam membentuk kesolehan sosial. Pemahaman masyarakat akan sholat sudah cukup meluas dikalangan kaum muslimin, namun belum demikian terhadap zakat. 2

Zakat merupakan ibadah pokok menyucikan diri. Secara teknis, zakat berarti menyucikan harta milik seseorang dengan cara pendistribusiannya kepada kaum miskin sebagai hak mereka dan bukan derma. Membayar zakat, seseorang memperoleh penyucian hati dan dirinya serta telah melakukan tindakan yang benar dan memperoleh rahmat selain hartanya akan bertambah.3 Firman Allah berfirman dalam Q.S. At-Taubah/9: 103.



































1 Asnani, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 20

2 Ibid, hlm. 34

3 Yasin Ibrahim al-Syaikh, Mudah Menunaikan Zakat, Membersihkan Kekayaan, Menyempurnakan Puasa Ramadhan, (Bandung: Pustaka Madani, 1997), hlm. 35.

1

(17)

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Syariat zakat itu dimulai sejak Rasulullah SAW masih tinggal di Mekah. Akan tetapi, sejak tahun kedua Hijriah zakat ini dilaksanakan disamping pungutan lain, dan hasilnya hanya digunakan dan dibagikan untuk tujuan-tujuan dan penerima yang ditetapkan oleh surah At-Taubah/9: 103.

Para sahabat Nabi juga melaksanakan hal ini menurut petunjuknya, mereka mengumpulkan zakat dengan cara mengangkat seorang wali dan menugaskan mereka untuk mengambil zakat ini dan membagikannya kepada yang berhak menerimanya. karena imam yang memimpin pengumpulan zakat maka memenuhi dan menunaikan zakat dianggap sebagai bukti loyalitas dan intergrasi berjamaah. Itulah sebabnya, mengapa khalifah pertama Abu Bakar R.A bertekad memerangi orang yang tidak menegeluarkan zakat sampai mereka mau menunaikan zakat. Zakat adalah hak yang telah ditentukan dalam harta si kaya untuk si fakir. Maka jumlah harta yang mencapai nisabnya wajib dizakati kepada orang-orang fakir.4

Adapun kegiatan yang di lakukan oleh Baznas Pelalawan ini seperti memberikan bantuan kepada masyarakat yang kurang mampu, membantu masyarakat yang terkena bencana alam misalnya banjir, dan Baznas Pelalawan ini juga memberikan kepada ibu yang sudah tidak ada lagi suaminya (janda), dan juga mengadakan sunat masal perkecamatan, serta memberikan bantuan kepada mahasiswa yang kurang mampu (beasiswa), bantuan yang di berikan kepada masyarakat berupa, sembako, mesin jahid, dan juga memberikan bantuan kepada guru honor uang berupa 1 jt.

Allah tidak melarang umatnya untuk menjadi kaya dan berharta banyak. Bahkan Allah memerintahkan umatnya untuk menjadi kaya dan

4 Muhammad Ahmad Al-Assal, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, (Jakarta:

Gema Insani, 2013), hlm. 109.

(18)

mencari rezeki sebanyak-banyaknya sebagai upaya mengetahui kebesaran dan kemurahan Allah SWT. Allah perintahkan hambanya untuk berjalan di bumi untuk bekerja dan mencari rezeki. Dari bekerjalah Allah SWT turunkan rezeki kepada hambanya. Namun, harta yang diperoleh ketika sudah mencapai batasannya, ada hak seseorang muslim lainnya.

Saat ini sebagian masyarakat memahami zakat hanya sebatas pada zakat fitrah, padahal masih banyak harta-harta lain yang merupakan obyek zakat, namun belum di pahami oleh masyarakat. pemahaman masyarakat tentang zakat khususnya zakat mal masih kurang sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Zulfani selaku masyarakat setempat masih belum memahami kewajiban membayar zakat Mal, sehingga sebagian masyarakat tidak memenuhi kewajibannya untuk membayar zakat. Adapula masyarakat yang membayar zakat namun tidak sesuai dengan ketentuan syariat Islam baik mengenai nishab maupun haulnya.5 Sehingga dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang pemahaman mengenai zakat mal ini.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berudul Pemahaman Tokoh Masyarakat terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal pada Lembaga Baznas Pelalawan.

B. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas maksud dan tujuan penelitian ini agar tidak bermakna ganda dan menghindari terjadinya kesalahpahaman, maka penulis membuat penegasan istilah guna memberikan penjelasan tentang makna istilah yang penulis maksud. Berikut beberapa istilah yang akan penulis jelaskan.

1. Pemahaman Tokoh Masyarakat

Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang di ketahui. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan,

5 Wawancara dengan bapak Zulfani selaku masyarakat setempat

(19)

operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menentukan dan mengambil keputusan.6

2. Zakat Mal

Zakat dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Zakat Mal adalah hak Allah berupa harta yang diberikan oleh (yang kaya) kepada orang-orang fakir. Harta itu disebut dengan zakat kerena didalamnya terkandung penyucian jiwa, pengembangannya dengan kebaikan-kebaikan, dan harapan untuk mendapat berkah.7 Jadi Zakat Mal yang di maksud dalam pembahasan ini adalah harta yang telah memenuhi syarat tertentu yang dikeluarkan oleh pemiliknya kepada orang yang berhak menerimanya.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian in adalah Bagaimana Pemahaman Tokoh Masyarakat Desa Petani terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal pada Lembaga Baznas Pelalawan?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan oleh penulis tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Pemahaman Tokoh Masyarakat Desa Petani terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal pada Lembaga Baznas Pelalawan.

2. Kegunaan Penelitan a. Kegunaan Teoritis

6 Ngalim Purwanto, Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Jakarta: Rosda Karya, 1997), hlm. 44

7Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hlm. 7

(20)

1) Penelitian ini dapat memberikan sumber tambahan keilmuan dibidang persepsi masyarakat, khususnya pemahaman tokoh masyarakat desa petani terhadap kewajiban membayar zakat mal.

Sehingga penelitian ini diharapkan akan memberikan kemudahan bagi pembaca untuk mencari literatur tentang pemahaman masyarakat terhadap kewajiban membayar zakat Mal.

2) Sebagai bahan bacaan Program Studi Manajemen Dakwah Pada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

b. Kegunaan praktis

1) Hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi bagi pengkajian dan pembelajaran pada Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi.

2) Sebagai syarat menyelesaikan program Sarjana Strata Satu (S1) dan sebagai syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami serta menelaah penelitian ini maka penulis sendiri menyusun laporan penulisan ini dalam tiga hal :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan serta sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

Bab ini menguraikan kajian terdahulu yang relavan dengan penelitian, kajian teori dan kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian.

(21)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjabarkan tentang jenis dan pendekatan penelitan, lokasi dan waktu penelitan, sumber data, informan penelitian, teknik pengumpulan data,validasi data, serta teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM

Pada bab ini penulis mengemukakan mengenai gambaran umumfocus penelitian yang berkaitan dengan subyek penelitian.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mengemukakan hal ini tentang hasil penelitian dan pembahasan.

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini penulis mengemukakan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(22)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Terdahulu

Pertama, penelitian yang berudul “Pengaruh Pemahaman Zakat Terhadap Kepatuhan Membayar Zakat Dikalangan Guru PNS di SMA Muhammadiyah Kota Yogyakarta” tahun 2017 yang di teliti oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta oleh Fateh Ali Sulthoni.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman tentang zakat berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kepatuhan membayar zakat.

Persamaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu sama-sama meneliti variabel pemahaman zakat. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada tempat penelitian dan penelitian sebelumnya meneliti tentang Pemahaman Zakat Terhadap Kepatuhan Membayar Zakat Dikalangan Guru PNS di SMA Muhammadiyah Kota Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini yaitu tentang Pemahaman Tokoh Masyarakat terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal pada Lembaga Baznas Pelalawan.

Kedua, penelitian yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Penyaluran Zakat Oleh Badan Amil Zakat Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu” tahun 2016 yang diteliti oleh mahasiswa program studi Bimbigan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah oleh Ria Riwayan penelitian ini menggunakan deskriftif kualitatif, hasil penelitian ini:

1. Efektivitas pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu meliputi: a. Penghimpunan, b. Sosialisasi, c.

Komunikasi, d. Motivasi dan kontrol. 2. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap efektivitas pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu terdiri dari tiga pandangan yaitu muzakki yang setuju membayar zakat melalui Badan Amil Zakat, masyarakat yang tidak setuju membayar zakat melalui Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu yang menyalurkan zakatnya secara tradisional, dan pandangan para mustahiq selaku penerima bantuan zakat.

Implikasi penelitian ini adalah diharapkan kepada kepala BAZ Kecamatan 7

(23)

Suli Barat Kabupaten Luwu agar mengupayakan bantuan gedung untuk kantor sendiri karena selama ini hanya menumpang di kantor KUA Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu. Kepada muzakki agar membayar zakat hanya kepada Badan Amil Zakat (BAZ) Kecamatan Suli Barat Kabupaten Luwu agar proses penyaluran zakat dapat dilaksanakan secarat terstruktur.

Persamaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu mengenai tentang masyarakat membayar zakat hanya saja penelitian sebelumnya Persepsi Masyarakat Terhadap Penyaluran Zakat Oleh Badan Amil Zakat Sedangkan dalam penelitian ini Pemahaman Tokoh Masyarakat terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal.

Ketiga, Penelitian yang berjudul, “Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Penyaluran Zakat Kepada Mustahik Pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Pinrang” tahun 2019 yang diteliti oleh mahasiswa program studi manajemen dakwah fakultas dakwah dan komunikasi oleh Muliana penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, hasil penelitian terkait dengan penerapan fungsi manajemen penyaluran zakat kepada mustahik pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Pinrang. Secara umum penerapan fungsi manajemen dalam penyaluran zakat pada BAZNAS Kabupaten Pinrang berjalan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dibuktikan penerapan fungsi manajemen yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Pinrang yaitu menggunakan beberapa fungsi manajemen BAZNAS meliputi Perencanaan (planning) yaitu seperti pembentukan struktural, rencana penghimpunan, dan rencana pendistribusian, pengorganisasian (organizing) yang meliputi, pembagian struktur ketua, wakil ketua dan staf lainnya, pergerakann (actuating) yang meliputi, langkah operasioanal dengan menjalin kerjasama dengan instansi lain dan mesjid, pengawasan (controling) berupa laporan pertanggung jawaban, evaluasi (evaluation) dilakukan setiap 6 bulan sekali. Adapun hasil penerapan fungsi manajemen yaitu peningkatan jumlah zakat setiap tahunnya. Adapun faktor pendukung BAZNAS yaitu respon masyarakat sangat tinggi dalam berzakat, kerjasama pemerintah, keinginan masyarakat miskin untuk berubah, kesadaran masyarakat

(24)

mengembalikan dana bantuan. Sedangkan faktor penghambat yaitu, minimnya ketersediaan sumber daya manusia (SDM), minimnya fasilitas, tidak adanya kantor resmi BAZNAS.

Persamaan dengan penelitian sebelumnya, yaitu mengenai tentang zakat hanya saja penelitian sebelumnya penerapan fungsi manajemen dalam penyaluran zakat kepada mustahik pada badan amil zakat nasional (baznas).

Sedangkan dalam penelitian ini Pemahaman Tokoh Masyarakat Terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal.

Keempat, penelitian yang berjudul, “Pengaruh Pemahaman Zakat Terhadap Kepatuhan Membayar Zakat Dikalangan Guru PNS di SMA Muhammadiyah Kota Yogyakarta”. Tahun 2017 yang diteliti oleh mahasiswa Fateh Ali Sulthoni universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Menggunakan penelitian kualitatif, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman tentang zakat berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap kepatuhan membayar zakat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sama-sama meneliti variabel pemahaman zakat. Perbedaannya terletak pada tempat penelitian, peneliti meneliti pemahaman masyarakat desa petani terhadap kewajiban membayar zakal mal pada lembaga baznas pelalawan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sulthoni 2017 di SMA Muhammadiyah Kota Yogyakarta. Selain itu perbedaannya terletak pada subjek penelitian, peneliti meneliti pada tokoh masyarakat desa petani, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sulthoni dilakukan pada Guru PNS.

B. Kajian Teori

1. Pemahaman Tokoh Masyarakat a. Pemahaman

Secara etimologi kata pemahaman berasal dari kata “paham”

yang berarti mengerti benar atau memahami benar.8 Pemahaman merupakan proses berfikir dan belajar. Dikatakan demikian karena

8 Peter Salim, Kamus Populer Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1998), hlm. 75

(25)

untuk menuju kearah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berfikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahamai.9 Sedangkan secara termonologi, para ahli pendidikan memberikan definisi pemahaman, diantaranya:

1) Menurut Anas Sudjono pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang singkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan.10

2) Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, mengeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.11 3) Menurut Ngalim Purwanto pemahaman adalah tingkat kemampuan

yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta pakta yang diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbatilitas tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterprestasikan, mendemonstrasikan, memberi contoh memperkirakan, menentukan dan mengambil keputusan.12

Pemahaman adalah mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.

Dalam hal ini ia hanya hafal secara verbalitas, tetapi memahamai konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka operasionalnya

9 W J S. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 636.

10 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hlm, 50.

11 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm, 118.

12 Ngalim Purwanto, Ibid, hlm. 44

(26)

dapat membedakan mengubah, mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterprestasikan menentukan dan mengambil keputusan. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan. Dari teori-teori yang telah dijelaskan diatas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemahaman zakat adalah pemahaman atas konsep yang dipelajari yaitu konsep zakat.

Dalam konsep pemahaman terdapat tiga diantaranya ada pengertian kognitif, afektif, psikomotorik, adanya 3 domain, ranah atau potensi manusia belajar. Dalam setiap ranah ini juga terbagi lagi ke dalam beberapa tingkatan yang lebih detail. Ketiga ranah itu meliputi:

1) Ranah Afektif (Affective Domain), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, nilai- nilai, apresepsi, dan cara menyesuaikan diri.

2) Ranah Kognitif (Cognitive Domain), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual. Pengolongan ranah kognitif ada enam tingkatan yaitu pengetahuan (knowladge), pemahaman (comprehension), aplikasi (pplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).

3) Ranah Psikomotor (Psychomotor Domain), berisi prilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang dan mengoperasikan mesin.

Dari ketiga ranah tersebut, peneliti lebih mengacu pada ranah kognitif, karena dalam ranah kognitif terdapat aspek pemahaman. Pada dasarnya kognitif adalah kemampuan intelektual seseorang dalam berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah koognitif beerhubungan dengan kemamuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaflikasikan, menganallisis

(27)

dan kemampuan mengevaluasi. Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah itu diketahui dan di ingat.

Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. pemahaman yaitu kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas, merangkum suatu pengertian.13

pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan. Pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori, yaitu:

a) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip

b) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok.

c) Tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi.

Seseorang yang mampu melihat dibalik yang tertulis, serta dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya berarti telah memiliki pemahaman tingkat ektrapolasi.

Sejalan dengan pendapat diatas, Suke Silversius berpendapatbahwa pemahaman dapat dikembangkan menjadi tiga,14 yaitu:

1. Menerjemahkan (translation),menerjemahkan disini diartikan bukan saja pengalihaan (translation), terjemahansuatu bahasa kedalam bahasa yang lain, akan tetapi dapat juga diartikan konsepsi

13 Sukmadinata Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2009), 76-80

14 Suke Silversius, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik (Jakarta : Grasindo, 1991), hlm.45

(28)

abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk yang mempermudah seseorang dalam mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan menggunakan katakata menjadi suatu bentuk berupa gambar atau grafik dapat dimasukkan pada kategori menerjemahkan.

2. Menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi.

3. Mengekstrapolasi (extrapolation) agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan. Tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari, menurut W.S Winkel mengambil dari taksonomi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan kedalam 3 kategori, yaitu termasuk aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan evaluasi. Nana Sudjana juga menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu yang pertama tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai menerjemahkan dalam artii yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, yang kedua tingkat pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok, yang ketiga tingkat pemahaman yang ektrapolasi yaitu seseorang yang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.15

15 Purwanti, Bab II Kajian Teori Tentang Pemahaman ’Skripsi.(Universitas Islam Negri Malang, 2012), hlm.6-9

(29)

Tingkatan-tingkatan dalam pemahaman menurut Anderson terdiri dari 7 kategori berdasarkan revisi Bloom, yaitu:

a) Interpreting (interpretasi) merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk dapat menerima pengetahuan/informasi dari objek tertentu serta mampu menjelaskan kedalam bentuk lain. Misalnya menjelaskan dari kata terhadap kata, gambar terhadap kata, kata terhadap gambar, angka terhadap kata, kata terhadap angka, notasi terhadap nada, dan seterusnya. Istilah lain dari interpretung (interpretasi) adalah menerjemahkan, menguraikan kata-kata, menggambarkan dan mengklarifikasikan suatu materi tertentu.

b) Exemplifying (Memberikan Contoh) merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk memberikan contuh suatu konsep yang sudah dipelajari dalam proses pembelajaran. Pemberian contoh terjadi ketika seseorang memberikan contoh yang spesifik dari objek yang masih umum. Pemberian contoh meliputi 24 identifikasi definisi, ciri-ciri dari objek general. Nama lain dari Exemplying adalah ilustrasing (mengilustrasikan).

c) Clasification (Klasifikasi) merupakan suatu kemampuan yang ada pada seseorang untuk mengelompokkan sesuatu yang berawal dari kegiatan seseorang yang dikenal pada suatu objek tertentu, kemudian seseorang tersebut mampu menjelaskan ciriciri dari konsep tersebut, dan menglompokkan sesuatu berdasarkan ciri-ciri yang sudah ditemukan oleh seseorang tersebut. Klasifikasi meliputi bagian kegiatan mencari ciri-ciri yang relevan atau mencari sebuah pola. Klasifikasi merupakan sebuah pelengkap proses exemplying. Bentuk alternatif dari mengklasifikasikan ini adalah menggolongkan dan mengkategorikan.

(30)

d) Summarizing (Resume/Ringkasan) merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk mengembangkan pernyataan yang mampu menggambarkan isi informasi secara keselurahan berupa ringkasan/resuman atau abstrak. Meringkas meliputi kegiatan penyusunan gambaran informasi, seperti arti pengertian dari suatu adegan dan menyimpulkan dari bentuk tersebut seperti menemukan tema.

e) Infering (Menyimpulkan) merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seeorang untuk menemukan sebuah pola dari suatu gambaran materi yang diberikan. Infering merupakan aktivitas lanjutan dari kegiatan mmembuat resume atau abstraksi dari materi tertentu dengan ciri-ciri yang relevan serta terdapat hubungan yang jelas antara keduanya. Pengambilan 25 keputusan terjadi ketika seseorang mampu mengihtisarkan suatu objek.

f) Comparing (membandingkan) merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk mendeteksi persamaan dan perbedan antara dua objek atau lebih, kejadian, ide, masalah, atau situasi seperti menentukan bagaimana kejadian itu dapat terjadi dengan baik. Mencari satu persatu hubungan antara satu elemen dengan pola dalam satu obyek, peristiwa atau ide dilain objek, peristiwa atau ide juga termasuk di dalam tahap membandingkan.

g) Explaining (Menjelaskan) merupakan suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang agar seseoraang tersebut dapat mengembangkan dan menggunakan sebuah penyebab atau pengaruh dari objek yang diberikan. Nama lain dari Explaining adalah menjelaskan pengembangan sebuah objek model pembelajaran. Menjelaskan terjadi ketika seseorang

(31)

mampu membangun dan menggunakan model sebab akibat dalam suatu system.16

Pemahaman sama hal nya akan memahami. Memahami merupakan membangun makna dari pesan, lisan, tulisan, dan gambar melalui interpretasi, pemberian contoh, inferensi, mengelompokkan, meringkas, membandingkan, merangkum, dan menjelaskan.

b. Tokoh Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa inggris adalah society yang berasal dari kata latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu musyarak yang memiliki arti sekelompok orang yang membentuk sebuah system semi tertutup atau terbuka. Masyarakat terdiri atas individu-individu yang saling berinteraksi dan tergantung satu sama lain. Masyarakat yang berarti pergaulan hidup manusia sehimpun orang yang hidup bersama dalam sesuatu tempat dengan ikatan aturan tertentu, juga berarti orang khalayak ramai. Masyarakat itu sendiri adalah kelompok manusia yang anggotanya satu sama lain berhubungan erat dan memiliki hubungan timbal balik.17

Masyarakat atau society merupakan manusia sebagai satuan sosial dan suatu keteraturan yang ditemukan secara berulang-ulang, sedangkan menurut Dannerius Sinaga masyarakat merupakan orang yang menempati suatu wilayah baik langsung maupun tidak langsung saling berhubungan sebagai usaha pemenuhan kebutuhan, terkait sebagai satuan sosial melalui perasaan solidaritas karena latar belakang sejarah, politik ataupun kebudayaan yang sama.18

Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari individu-individu

16 Nur fitrah Muttaqin, Analisis Tingkat Pemahaman Masyarakat Terhadap Fasilitas Sms Bankingdikota Medan (Skripsi: Universitas Sumatra Utara Medan, 2014) hlm.35

17 WJS Poerwodaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994), hlm. 86

18 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), hlm. 309

(32)

yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai sekumpulan manusia di dalamnya ada beberapa unsur yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:

1) Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama.

2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama

3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan 4) Mereka merupakan suatu system hidup bersama.

Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang terdiri di dalamnya ada keluarga, masyarakat dan adat kebiasaan yang terikat dalam satu kesatuan aturan tertentu. Suatu kajian yang merupakan masalah sosial belum tentu mendapat perhatian yang sepenuhnya dari masyarakat. Sebaliknya, suatu kejadian yang menjadi sorotan masyarakat, yang belum tentu merupakan masalah sosial. Angka tinggi pelanggaran lalu lintas, mungkin tidak perlu diperhatikan masyarakat.

Akan tetapi, suatu kecelakaan kereta api yang meminta korban lebih banyak mendapat sorotan masyarakat. Suatu problem yang merupakan manifestasi sosial problem adalah kepincangan-kepincangan yang menuntut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki, dibatasi atau bahkan dihilangkan.19

2. Zakat Mal

Secara etimologi, zakat memiliki arti berkembang, bertambah, banyak, dan berkah. Zakat juga bermakna mensucikan. Hal ini sebagai mana tercermin dalam firman Allah SWT.











Artinya “Sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.”

(QS.Asy-Syams [91]: 9)

Oleh karenanya, zakat dapat mensucikan jiwa dan harta orang yang menunaikannya. Sedangkan menurut syariat, zakat adalah pengambilan

19 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 59-61

(33)

dari harta tertentu, berdasarkan tata cara tertentu, dan diberikan kepada orang-orang tertentu.20

Mazhab Maliki mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian harta yang khusus yang telah mencapai nishab (Batas kuantitas minimal yang diwajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya.21

Mazhab Hanfi mendefinisikan zakat dengan menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syariat karena Allah.22

Para Pemikir ekonomi Islam kontenporer mendefinisikan zakat sebagai harta yang telah ditetapkan oleh perintah atau pejabat yang berwenang, kepada masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kemampuan pemilik harta, yang dalokasikan untuk memenuhi kebutuhan delapan orang golongan yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an, serta untuk memenuhi tuntutan polotik bagi keuangan Islam.23

Zakat mal adalah zakat yang wajib dibayarkan atas harta yang dimilliki jika harta tersebut telah mencapai batas wajib dikeluarkan zakatnya atau nishab.24

a. Syarat-syarat Wajib Zakat

1) Bagi orang yang berzakat wajib beragama Islam. Dan zakat itu adalah tidak wajib bagi orang kafir asli, dan adapun orang murtad, maka menurut pendapat yang shalih, bahwa harta bendanya di berhentikan (dibekukan dahulu), maka jika ia kembali ke agama

20 El-Madani, Fiqih Zakat Lengkap, (Jakarta : Diva Press 2013), hlm. 14.

21 Wahbah Zuhayliy, Zakat Kajian Beberapa Mazhab (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000) hlm.83

22 Ibid, hlm. 84

23 Gazi Inayah, Teori Komprehensif tentang Zakat dan Pajak, (Yogyakart : Tiara Wacana, 2003) hlm. 3

24 Hikmah Kurnia dan A. Hidayat, panduan Zakat Pintar, (Jakarta: Kultum Media, 2008), hlm. 256.

(34)

Islam (seperti sedia kala), maka wajib baginya mengeluarkan zakat, dan jika tidak kembali lagi Islam, maka tidak wajib zakat.

2) Baligh dan berakal, maka anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan membayar zakat, tetapi dibayarkan oleh wali yang menanggungnya. Begitu juga dengan anak yatim yang masih kecil.Karena keduanya tidak termasuk golongan orang yang wajib beribadah seperti puasa dan shalat. Sedangkan menurut jumhur, keduanya bukan merupakan syarat. Oleh karena itu, zakat wajib dikeluarkan dari harta anak kecil dan orang gila. Zakat tersebut dikeluarkan oleh walinya.

3) Merdeka, zakat itu tidak wajib bagi budak. Dan adapun budak muba’ah (budak yang separuh dirinya sudah merdeka), maka wajib baginya mengeluarkan zakat pada harta benda yang dia miliki, sebab sebagian dirinya merdeka.

4) Milik Penuh (Milik Sempurna), harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat Islam, seperti: usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah.

Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.

5) Sudah mencapai 1 nishab, harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara'. sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari Zakat.Nishab adalah ukuran atau batas terendah yang telah ditetapkan oleh syar’i (agama) untuk menjadi pedoman menentukan kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memilikinya, jika telah sampai ukuran tersebut. Orang yang

(35)

memiliki harta dan telah mencapai nishab atau lebih, diwajibkan mengeluarkan zakat.25

b. Orang-orang yang berhak menerima zakat 1) Orang fakir

Fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai harta dan pekerjaan, atau ia memiliki harta dan pekerjaan, namun tidak dapat mencukupi kebutuhannya yang meliputi makanan, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya, juga kebutuhan orang-orang yang menjadi tanggungannya.26

Orang-orang yang dapat menerima zakat dari kelompok faqir, diantaranya adalah anak yatim, anak pungut, janda, orang yang berpemasukan rendah, pelajar, para pengangguran, tahanan, orang-orang yang kehilangan keluarga, dan tawanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam penyaluran zakat.27

2) Miskin

Dalam bahasa Arab, al-masakin merupakan bentuk plural dari kata miskin, yakni orang mampu bekerja dengan suatu pekerjaan yang layak, akan tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan yang meliputi makanan, pakaian, tempat tinggaal, dan keperluan-keperluan lainnya, serta keperluan orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggung jawabnya.28

Atasan miskin menurut Pemerintah Indonesia dapat diketahui dengan berbagai aspek, yaitu aspek konsumsi, aspek sekonomi, aspek non ekonomi.29

25 Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Madzhab, (Jakarta: lentera, 2004), hlm.

182

26 El-Madani, opcit, hlm. 157

27 Hikmat Kurnia dan A. Hidayat, Panduan Pintar Zakat Harta Berkah, Pahala Bertambah Plus Cara Tepat dan Mudah Menghitung Zakat, (Jakarta: Qultum Media, 2008), hlm.

141

28 El-Madani, opcit, hlm. 160

29 M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat Mengkomunikasikan Kesadaran Membangun Jaringan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 178

(36)

3) Amil

Amil zakat adalah para pekerja keras, petugas, pengumpul, penjaga, dan pencatat zakat yang telah ditunjuk oleh pemerintah untuk menghimpun dana zakat, mencatat, mengumpulkan, menjaga,hingga mendistribusikannya kepada para mustahik zakat.

Oleh karena itu, syarat amil zakat adalah baliqh, berakal, beragama Islam, amanah, dan mengerti hukum zakat. Dalam hal ini, seorang perempuan dibolehkan menjadi amil zakat, sebagaimana ia dibolehkan mengurus harta anak-anak yatim.30

4) Muallaf

Dalam bahasa Arab, Kata al-mu'allafah merupakan bentuk plural dari kata muallaf, diambil dari kata ta’alluf yang berarti menyatukan hati. Golongan ini dinamakan muallaf dengan harapan kecenderungan hati mereka bertambah kuat terhadap Islam, karena mendapat sokongan berupa materi. Muallaf adalah orang-orang yang masih lemah niatnya dalam memeluk Islam, maka seorang pemimpin perlu membujuk hatinya dengan sesuatu pemberian untuk menguatkan keislamannya, dengan pemberian sebagian zakat itu di harapkan orang-orang yang setaraf dengannya ikut masuk Islam.31

5) Riqab

Pada dasarnya, budak ini telah melakukan perjanjian dengan tuannya untuk menebus dirinya. Namun pada perkembangannya, ruang lingkup kelompok riqab tidak hanya meliputi para budak melainkan juga termasuk orang-orang dengan kriteria sebagai berikut:

30 El-Madani, opcit, hlm. 165

31 Abdul Rachim dan Fathoni, Syariat Islam: Tafsir Ayat-Ayat Ibadah, (Jakarta : Rajawali, Cet. ke-1, 1987), hlm. 225

(37)

a) Pembantu rumah tangga b) Orang yang terjajah

c) Pegawai yang memiliki gaji yang rendah.32 6) Gharim

Al-Gharimun (orang-orang yang berutang) adalah bentuk jamak dari kata gharim, yaitu orang yang memilki hutang.33

7) Sabilillah

Menurut jumhur ulama sabilillah adalah membelanjakan dana zakat untuk orang-orang yang berperang dan petugas-petugas jaga perbatasan untuk jihad. Sebagian ulama madzhab Syafi‟i dan Hanbali mengatakan, dana zakat tidak boleh dibagikan kecuali kepada orang-orang yang berperang dan orang-orang yang berjihad yang fakir. Pendapat ini didasarkan pada pertimbangan bahwa orang kaya yang berperang itu sudah dapat mempersiapkan diri dan menyiapkan perlengkapannya. Sedangkan orang fakir yang ikut perang, dibiayai negara tidak termasuk dalam kelompok sabilillah.34

8) Ibnu Sabil

Dalam bahasa Arab, sabil berarti thariq (jalan). Sedangkan ibnu sabil dapat diartikan dengan musafir (orang yang sedang bepergian). Menurut Ahmad Azhar Basyir, Ibnu Sabil adalah orang yang sedang dalam perantauan atau perjalanan. Kekurangan atau kehabisan bekal, untuk biaya hidup atau pulang ketempat asalnya.

Termasuk golongan ini adalah pengungsi-pengungsi yang meninggalkan kampung halamannya untuk menyelamatkan diri atau agamanya dari tindakan penguasa yang sewenang-wenang.35

32 Syukir Ghazali dan Amidhan, Pedoman Zakat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1985), hlm.123

33 Ibid, hlm. 89

34 Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Perspektif Sosial, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), hlm. 146

35 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Zakat, (Yogyakarta: Lukman Offset, 1997) ,hlm. 84

(38)

c. Syarat harta yang di zakatkan 1) Kepemilikan sempurna

Artinya cara perolehan harta harus halal dan baik, misalnya dengan bekerja. Kalau caranya Haram seperti merampok dan korupsi tidak boleh dikeluarkan zakatnya, Bahkan, Anda wajib mengembalikan harta tersebut yang berhak.

2) Mencapai nishab

Nishab adalah syarat jumlah minimum harta yang dapat dikategorikan sebagai harta wajib. Untuk nishab setiap harta bias berbeda-beda, namun umumnya setaradengan 85 gram emas murni.

3) Produktif atau potensi produktif

Harta tersebut memiliki potensi pertambahan nilai.

Contohnya hasil pertanian, emas, property, tanah, dan juga uang.

4) Sudah melebihi standard hidup layak

Artinya, kalau harta yang dimiliki dibawah pemenuhan kebutuhan pokok, belum layak untuk dikeluarkan zakatnya.

5) Telah dimiliki selama satu tahun

Untuk harta seperti emas, uang, property, dan barang dagang kepemilikan harus minimal 1 tahun. Biasanya patokan tutup buku adalah awal tahun Hijriyah, yaitu ditanggal 1 muharram. Kalau penghasilan dari profesi (gaji, honor, komisi) tidak berlaku aturan satu tahun bekerja.

6) Bebas dari utang

Untuk porsi harta yang masih terkena utang, belum wajib dikeluarkan wajib zakat. Tapi, porsi yang sudah lunas menjadi wajib zakat.

d. Pembagian Zakat

Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua macam antaranya adalah:36

36 Elsi Kartika, Pedoman Pengelolaan Zakat, (Semarang : UNNES Press, 2006), hlm. 21

(39)

1) Zakat Fitrah

Zakat Fitrah merupakan zakat yang wajib dikeluarkan menjelang hari raya idul fitri oleh setiap muslimin baik tua, muda, ataupun bayi yang baru lahir. Zakat ini biasanya dibentuk sebagai makanan pokok seperti beras. Besaran dari zakat ini adalah 2,5 kg atai 3,5 Liter beras yang biasanya dikonsumsi, pembayaran zakat fitrah ini biasa dilakukan dengan membayarkan harga makanan pokok daerah tersebut.

Zakat ini dikeluarkan sebagai tanda syukur kita kepada Allah SWT karena terlah menyelesaikan ibadah puasa. Selain itu zakat Fitrah juga dapat menggembirakan hati para fakir miskin dihari raya idul fitri. Zakat Fitrah juga dimaksudkan untuk membersihkan dosa yang mungkin ada ketika seseorang melakukan puasa ramadhan.

2) Zakat Mal

Zakat mal merupakan bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan tertentu, setelah dimiliki dalam jangka waktu tertentu, dan jumlah minimal tertentu. Dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pada Pasal 4 Ayat 2 menyebutkan bahwa harta yang dikenai zakat maal berupa emas, perak, uang, hasil pertanian, dan perusahaan, hasil pertambangan, hasil peternakan, hasil pendapatan dan jasa, serta rikaz

Sedangkan dalam referensi lain menyebutkan terdapat zakat Mal dalam lingkungan ekonomi klasik, zakat berdasarkan nash yang disampaiakan oleh Rasulullah SAW, yaitu zakat yang terkait dengan hewan ternak, zakat emas, perak, zakat perdagangan, zakat hasil pertanian dan zakat temuan dan hasil tambang. Sedangkan zakat yang bersumber dari ekonomi kontenporer dari zakat zakat profesi, zakat surat-surat berharga, zakat industry, zakat polis Asuransi, dan Lainya.

(40)

e. Hikmah dan Manfaat Zakat

1) Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.

2) Karena zakat merupakan hak Mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama fakir miskin, kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta cukup banyak. Zakat sesungguhnya bukanlah sekedar memenuhi kebutuhan para mustahiq, terutama fakir miskin, yang bersifat konsumtif dalam waktu sesaat, akan tetapi memberikan kecukupakan dan memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita.

Dalam berzakat, terdapat hikmah yang dapat dipetik. Hikmah tersebut ada yang dimaksudkan untuk hal yang besifat personal (perseorangan) baik muzzaki maupun mustahik itu sendiri. Dan hal yang bersifat sosial kemasyarakatan, dimana zakat berperan penting dalam pembentukan tatanan masyarakat yang sejahtera, yakni hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun, damai dan harmonis yang pada akhirnya dapat menciptakan situasi yang aman, tentram lahir dan batin. Selain itu, dikarenakan zakat merupakan ibadah yang dua dimensi yaitu vertikal (Habulumminallah) dan Horizontal (Habluminannas).

(41)

f. Tujuan dan Manfaat zakat

Dalam hal ini, menurut Syaefudin zuhri tujuan zakat adalah untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.37

1) Mengangkat derajat fakir miskin dan membntunya keluar dari kesulitan hidup serta penderitaan.

2) Membantu pemecahan permasalahannya yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu sabil, dan mustahik lainnya.

3) Membentangkan dan membina tali persaudaraan umat Islam dan manusia pada umumnya.

4) Menghilangkan sifat kikir.

5) Membersihkan sifat dengki dan iri hati dari orang-orang miskin.

6) Menjembatani jurang pemisah antara orang yang kaya denga orang yang miskin dalam suatu masyarakat.

7) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta.

8) Memdidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

9) Sarana pemerataan pendapatan (rizki) untuk mencapai keadilan sosial.36

Adapun manfaat mengeluarkan zakat adalah:

1) Melatih diri bersifat dermawan.

2) Mengembangkan harta yang menyebabkannya terjaga dan terpelihara.

3) Mewujudkan solidaritas dalam hidup.

4) Meghilangkan kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.

5) Mendapatkan pahala dari Allah SWT.

6) Meredam amarah Allah SWT.

7) Menolak musibah dan bahaya.

8) Pelakunya akan mendapat surga yang abadi.38

37 Syaefudin Zuhri, Zakat Kontekstual, (Semarang: Bina Sejati, 2000),hlm.43

(42)

g. Hikmah Diwajibkannya Zakat

1) Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah swt, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yag dimiliki.

2) Karena zakat adalah hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dn membna mereka, terutama fakir miskin, ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah swt, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang kaya yang memiliki harta yang cukup banyak.

3) Sebagai pilar amal bersama (jama‟i) antara oarang-orang kaya yang berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk di jalan Allah swt, yang karena kesibukannya tersebut,ia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan beikhtiar bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya.

4) Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kuaitas sumberdaya manusia muslim.

5) Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukanlah membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

38 Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, Pedoman Zakat (4), (Jakarta :Departemen Agama, 1982), hlm.27-28.

(43)

6) Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupkan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan.

7) Dorongan ajara Islam yang begitu kuat kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat, berinfak, dan bersedeja menunjukkan bahwa ajaran Islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan yang disamping dapat mmenuhi kebutuhan hidup untuk diri dan keluarganya, juga berlomba-lomba menjadi muzakkin dan munafik.39

h. Undang-Undang Zakat

Pada masa awal reformasi yaitu masa pemerintahan BJ Habibie, tepatnya tanggal 23 September 1999 disahkan Undang- Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Menurut Din Syamsuddin, lahirnya UU tersebut tidak terlepas dari politik umat Islam yang disertai adanya kesadaran agama yang tinggi.38 Undang-Undang Pengelolaan Zakat tersebut ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No.38 tahun 1999 dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Sebelumnya, pada tahun 1997 juga keluar Keputusan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 1998, yang memberi wewenang kepada masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan ZIS.

Namun hukum zakat yang digunakan sekarang adalah Undang- Undang No 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Sebagai pengganti dari Undang-Undang No 38 Tahun 1999. Sebagai negara

39 Didin Hafiidhuddin, Zakat dalamPerekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hlm.9-15.

(44)

hukum, Undang-Undang menjadi aturan hukum tertulis yang kuat.40 Sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tantang pengelolaan zakat disebutkan zakat mal Sebagaimana pada ayat 1 meliputi:

1) Emas, perak dan logam mulia lainnya 2) Uang dan surat berharga lainnya 3) Perniagaan

4) Pertanian, perkebunan dan kehutanan 5) Perternakan dan perikanan

6) Pertambangan 7) Perindustrian

8) Pendapatan dan jasa, dan 9) Rikaz

Pada peraturan Undang-Undang No 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat tersebut, bahwa zakat pertanian/perkebunan dimasukan ke dalam salah satu zakat mal yang harus dikeluarkan zakatnya. Dengan demikian, maka negara sebenarnya telah mewajibkan pada umat Islam yang telah mencukupi persyaratan, hanya saja belum begitu tegas seperti halnya pajak, sehingga masyarkat belum terlalu mengindahkan peraturan tersebut bahkan, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui peraturan perundang-undangan tersebut.

C. Kerangka Pikir

Kerangka berfikir dapat berupa kerangka teori dan dapat pula berbentuk kerangka penalaran logis. Kerangka teori itu merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan, kerangka penalaran logis merupakan urutan berfikir logis, sebagai cara fikir ilmiah yang dapat digunakan dan cara menggunakannya dalam memcahkan masalah. Kerangka fikir itu bersifat

40 Ahmad Dakhoir, Hukum Zakat, (Surabaya: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 29

(45)

operasional yang satu teori.41 Adapun kerangka berpikir dapat diliat dari berbagai tahapan dibawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

41 Cik Hasan Bisri, Penuntunan Penulisan Rencana Penelitian Dan Penyusunan Skripsi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 44

Pemahaman Masyarakat Desa Petani Terhadap Kewajiban Membayar Zakat Mal

Menjelaskan Merangkum

Pada Lembaga Baznas Pelalawan Menafsirkan

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif karena dalam penelitian ini menghasilkan kesimpulan berupa data yang menggambarkan secara rinci, bukan data yang berupa angka- angka. Hal ini karena pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistk atau cara-cara lain dari pengukuran.42

Deskriptif yaitu suatu rumusan masalah yang memandu penelitian untuk memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam, metode ini bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Penelitian ini lebih menitik beratkan pada observasi lapangan.43

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di lembaga Baznas Pelalawan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli-September 2022.

C. Sumber Data

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Data Primer

Sumber data primer ialah sumber data dari hasil informasi tertentu mengenai suatu data dari seseorang atau lebih tentang masalah yang

42 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 3-4

43 Dewi Saidah, Metodologi Penelitian Dakwah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 19

31

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Keberadaan CSSN bertujuan untuk menjadikan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi kampus inklusif yang ditandai dengan sudah melakukanm beberapa kegiatan

1) Sebagai perwujudan keimanann kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir,

mengolah minyak jelantah yang dikumpulkan menjadi sabun, yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, sabun tersebut bahan utamanya terbuat dari minyak jelantah dan

Karena disadari oleh JICT bahwa untuk merubah pola pikir masyarakat wilayah Jakarta Utara khususnya adalah usaha yang dijalankan terus menerus, hal ini sesuai

Bank Syariah Indonesia KCP Bogor Cileungsi Metland merupakan bank yang turun ikut serta atas pengembangan pela- yanan digital banknya (BSI Mobile) demi masa

1) Identifikasi donator adalah ketika organisasi menentukan siapa dan bagaimana profil dari potensial donator yang akan digalangnya. Berdasarkan jenis sumber

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, Untuk dapat mengetahui lebih jauh mengenai nilai-nilai keislaman dalam film tersebut dalam sudut pandang

Seorang tour leader harus memiliki pengetahuan yang bagus ter- hadap suatu perjalanan dan lokasi-lokasi yang akan manjadi tempat tujuan wisatawan yang di tawarkan.