• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pasien Epistaksis di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Pasien Epistaksis di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2014"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Epistaksis merupakan kondisi kegawatdaruratan yang umum ditemukan di

bagian Telinga Hidung Tenggorokan. Epistaksis merupakan kondisi klinis yang dapat

terjadi pada semua umur dengan berbagai penyebab.

Epistaksis bisa disebabkan karena kelainan lokal maupun sistemik. Kelainan

lokal misalnya trauma, kelainan anatomi, benda asing, tumor, dan pengaruh udara

lingkungan. Kelainan sistemik seperti penyakit kardiovaskular, kelainan darah,

infeksi sistemik, kelainan hormonal, kelainan kongenital, dan perubahan tekanan

atmosfir (Mangunkusumo & Wardhani, 2007).

Epistaksis merupakan masalah medis umum, dimana sekitar 60% penduduk

akan mengalami setidaknya satu kali episode epistaksis seumur hidup dan hanya

sekitar 6% dari penderita epistaksis yang mencari bantuan medis. Epistaksis bukanlah

suatu penyakit, melainkan suatu tanda atau gejala. Kebanyakan ringan dan dapat

berhenti sendiri tanpa bantuan medis. Epistaksis biasanya terjadi spontan dengan

perdarahan yang sedikit, mungkin juga banyak, sehingga pederita ketakutan dan

merasa perlu menemui dokter untuk mendapatkan bantuan medis.

Prevalensi epistaksis tidak banyak diketahui oleh karena episode epistaksis

dapat berhenti sendiri sehingga tidak banyak orang yang melaporkan kejadian ini ke

rumah sakit ataupun pelayanan kesehatan yang lainnya.

Menurut Nash & Simon (2008), prevalensi epistaksis pada pria dan wanita

umumnya sama, dan distribusi umur penderita epistaksis biasanya terjadi pada usia

(2)

<20 tahun dan >40 tahun. Menurut Nguyen (2011), epistaksis kebanyakan terjadi

pada laki-laki (58%) dibandingkan dengan perempuan (42%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Etnic Comitte of Hospital Clinicals,

Faculty of Medicine in Brazil, tercatat 40 pasien yang di diagnosis epistaksis, 23

pasien perempuan (67,5%) dan 13 pasien laki-laki (32,5%). Usia berkisar 4-78 tahun,

tetapi rata-rata terjadi pada usia 20-40 tahun dan usia anak SD.

Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan dari hidung, yaitu dari bagian

anterior dan bagian posterior. Pada epistaksis anterior, perdarahan terjadi pada

pleksus Kiesselbach, biasanya perdarahan dapat berhenti spontan dan mudah diatasi.

Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri

etmoidalis posterior, perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri.

Epistaksis anterior lebih sering dijumpai pada anak-anak, sedangkan

epistaksis posterior lebih sering dijumpai pada orang tua dengan riwayat penyakit

hipertensi, arteriosklerosis, atau penyakit kardiovaskular lainnya.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

Bagaimana karakteristik pasien epistaksis di RSUP Haji Adam Malik Medan

pada tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik pasien epistaksis di RSUP Haji Adam Malik

Medan pada tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

(3)

Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien epistaksis berdasarkan

usia.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien epistaksis berdasarkan

jenis kelamin.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien epistaksis berdasarkan

etiologinya.

Untuk mengetahui distribusi frekuensi pasien epistaksis berdasarkan

lokasi perdarahan.

1.3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi peneliti.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

peneliti dalam melakukan penelitian secara baik dan benar.

2. Bagi keilmuan.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam

bidang pendidikan khususnya di bidangkedokteran.

3. Bagi masyarakat.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan

masyarakat tentang epistaksis.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian : Proporsi tertinggi penderita Tonsilitis Kronis terdapat pada kelompok umur 36-47 tahun sebanyak 26,3% penderita, jenis kelamin perempuan sebanyak 52,7%, suku

Hasil Penelitian: Proporsi penderita rinosinusitis kronis tertinggi pada kelompok umur 28–35 tahun 20,61%, umur diatas 18 tahun 88,18%, dengan proporsi laki-laki 42,91% dan

Penelitian secara epidemiologi, leukorea patologis dapat menyerang wanita mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan,

Sebanyak 140 sampel yaitu penderita mioma uteri yang telah dirawat di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 20141. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang kelompok umur

inap di RSUP H Adam Malik Medan tahun 2012. Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan. sosiodemografi antara lain umur dan jenis kelamin, suku,

Gambar 5.11 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Riwayat Keluarga Penderita Asma Bronkial Dewasa Yang Dirawat Inap di RSUP H. 60 Gambar 5.12 Diagram Bar

Mengetahui distribusi proporsi penderita stroke hemoragik pada usia ≤ 40 tahun berdasarkan lokasi perdarahan. Mengetahui distribusi proporsi pende rita stroke hemoragik

Usia penderita cenderung lebih muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penderita di negara-negara Barat dan Eropa (berusia &gt; 50 tahun sebanyak 63,9% dan berusia