BAB III
RUANG MUAT
(CARGO SPACES)
KOMPETENSI PROGRAM STUDI
Mampu merancang kapal yang optimal secara teknis dan ekonomis(U1).
Mampu mengaplikasikan ilmu dasar keteknikan dalam perancangan kapal dan perencanaan sistem transportasi laut (P1).
Mampu menggunakan program aplikasi komputer untuk pengolahan data, analisis numerik dan menggambar teknik(P2).
Mampu mengapresiasikan seni, budaya dan olahraga yang bermoral dan beretika baik(L2).
Mampu bekerja mandiri, bermitra dan bersinergi dengan berbagai pihak (L5).
Deskripsi:
Bab ini menjelaskan tentang penataan ruang muat yang merupakan bagian integral desain rencana umum. penataan ini sangat dipengaruhi oleh jenis muatan yang diangkut, sistem penanganan muatan dan fasilitas penanganan muatan baik di kapal maupun dipelabuhan. Hal ini berarti pemahaman penataan ruang muat bermuara pada kemampuan mahasiswa bekerja secara mandiri dan ataupun bermitra untuk merancang kapal yang optimal secara teknis dan ekonomis serta bercita rasa tinggi atau berseni.
SASARAN BELAJAR
Deskripsi :
Sasaran belajar mata kuliah ini adalah mahasiswa dapat merancang tata letak ruang dan peralatan/perlengkapan kapal serta menentukan ukuran tonase kotor
(GT) dan tonase bersih (NT) kapal, hal ini berarti mahasiswa diharapkan mampu mendesain rencana umum serta mengukur tonase kapal dengan terlebih dahulu memahami penataan ruang muat.
SASARAN PEMBELAJARAN
Mampu menata ruang muat kapal sesuai dengan regulasi atau standar nasional & internasional.
Deskripsi:
Sasaran pembelajaran pada bab ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan penataan ruang muat, hal ini berarti untuk mampu mendesain rencana umum dengan baik dan sistematis mahasiswa harus mempunyai pengetahuan tentang ruang muat mencakup letak, jenis muatan yang diangkut, sistem penanganan dan penyimpanan muatan, fasilitas penanganan muatan, konstruksi kapal dan lain-lain.
Pertemuan : III atau minggu III
STRATEGI/METODE PEMBELAJARAN
Kuliah + Project Based Learning
Deskripsi :
menjelaskan sistematika pengerjaan tugas dan cara atau teknik penggambaran ruang muat.
INDIKATOR PENILAIAN
Kriteria atau indikator penilaian ditetapkan sebagai patokan dalam mengevaluasi proses belajar mengajar terutama kemampuan mahasiswa dalam menyerap materi pembelajaran. Indikator penilaian pada bab ini adalah sebagai berikut:
Penataan atau tata letak ruang muat sesuai dengan regulasi atau standar nasional & internasional
Ketepatan waktu penyelesaian tugas.
PEMBAHASAN MATERI PERKULIAHAN
PENDAHULUAN
Penataan ruang muat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rancangan rencana umum, dengan demikian agar dapat melakukan mendesain rencana umum dengan baik mahasiswa terlebih dahulu mampu menata ruang muat sesuai dengan regulasi atau standar nasional maupun internasional.
Kemampuan menata ruang muat sangat membantu mahasiswa dalam memahami konstruksi, kekuatan, stabilitas kapal serta estetika desain yang berimplikasi posistif dalam memasuki dunia kerja.
MUATAN
Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari pengangkutan dalam sistem transportasi laut, dengan mengangkut muatan sebuah perusahaan pelayaran niaga dapat memperoleh pendapatan dalam bentuk uang tambang (freight) yang sangat menentukan dalam kelangsungan hidup perusahaan dan membiayai
kegiatan dipelabuhan.
diangkut ke tempat lain baik berupa bahan baku atau hasil produksi dari suatu proses pengolahan.
JENIS - JENIS MUATAN
Menurut Tapscott R.J (1980), Pada industri maritim, transportasi muatan/barang melintasi samudera sejauh ini perananannya masih lebih dominan dibandingkan dengan membawa penumpang, apalagi sejak industri penerbangan telah melakukan penerbangan melintasi samudera membawa penumpang. Beberapa tahun terakhir jenis-jenis dan metode penanganan serta penyimpanan muatan mengikuti kecenderungan munculnya jenis kapal baru dan secara umum menjadi masalah sekaligus tantangan dalam merancang rencana umum (GA-
general arrangement).
Jenis-jenis muatan yang diangkut kapal banyak sekali dan dapat diklasifikasi dalam berbagai macam. Terdapat dua klasifikasi utama jenis-jenis muatan yaitu:
1. Muatan atau barang curah (bulk cargo) 2. Muatan atau barang umum (general cargo)
Muatan curah terdiri dari material/bahan yang sejenis atau sama (Homogenous Cargo) dapat berupa bendah cair atau padat atau gas dan ukurannya umumnya kecil. Muatan umum terdiri dari berbagai macam jenis barang (Heterogenous Cargo) yang dikemas dalam bentuk kotak, dos, peti kayu, karung dan ikatan
serta dapat pula tidak dikemas sama sekali.
Muatan dapat juga dikelompokkan berdasarkan sifatnya, antara lain: 1. Muatan Sensitif.
Jenis kapal barang umum, mengangkut dan mengantar berbagai macam komoditas ke sejumlah pelabuhan. seperti yang dinyatakan sebelumnya, tujuan
utama dari pengaturan/penataan sebuah kapal termasuk sistem-sistemnya berdasarkan fungsinya masing-masing adalah menata dengan biaya yang
paling murah/rendah.. Biaya-biaya itu mungkin dapat dikurangi dengan memperbaiki metode penanganan dan penyimpanan muatan yang mempunyai dampak utama terhadap penghematan biaya tenaga kerja dan waktu bongkar muat kapal.
Agar dapat melaksanakan/melakukan metode pengurangan biaya penanganan bahan terhadap kapal barang umum haruslah dirancang GA yang baik dengan memperhatikan faktor-faktor berikut:
a. Efesiensi rancangan ruangan penyimpanan muatan
Hal ini mencakup bagaimana membuat ruang muat yang lapang dengan mempertimbangan sejumlah gangguan seperti tiang-tiang (pillar), penonjolan braket, saluran ventilasi dan instalasi perpipaan. Kapal dengan pembujur dan pelintang geladak yang mempunyai ketinggian yang sama (bentuk sama) ini jauh menguntungkan bila dibandingkan dengan gading besar dan kecil yang pemasangannya didalam ruang muat menjadi gangguan karena dapat menyebabkan kurang efisiennya penyimpanan muatan. Kasus seperti ini dinamakan broken stow (pengurangan ruang penyimpanan). Pada gambar 20 diperlihatkan sketsa ruang muat kapal
barang dan gambar 21 sketsa ruang muat kapal curah. b. Pelayanan cepat penangan muatan di Pelabuhan
c. Pengurangan tenaga kerja untuk penanganan muatan di pelabuhan.
Tujuannya adalah untuk menangani ber-ton-ton muatan dengan sedikit
Jam-orang (JO), dan ini secara umum dapat dilakukan dengan menyediakan sarana yang sistematis untuk penanganan muatan menggunakan peralatan
mekanik (mekanisasi).
d. Pengurangan jumlah penanganan muatan.
Tujuannya adalah untuk menurunkan kargo dari kapal langsung ke pengangkut (moda) berikutnya, yang akan membawanya ke titik pedalaman, sedemikian rupa sehingga dapat ditransfer tanpa penyimpanan ulang muatan (restowing). Prinsip ini, tentu saja, juga berlaku secara terbalik, dengan muatan yang tiba juga di terminal tidak memerlukan restowage
sebelum dipindahkan ke kapal atau dengan kata lain barang yang tiba diterminal bisa langsung diangkat ke kapal..
Pertimbangan tersebut di atas menyebabkan penghematan keseluruhan, baik secara lansung terhadap biaya tenaga kerja pada penanganan kargo, atau mengurangi waktu kapal di pelabuhan dan dengan demikian menghemat biaya kapal. Pertimbangan ini juga membuat perbaikan desain pada kapal muatan umum (general cargo or break bulk ships) serta telah mendorong pengembangan kapal muatan unitisasi (unitized cargo ship), seperti kapal kontainer dan kapal pallets (yang menangani muatan dengan ukuran standar).
Aspek-aspek penataan ruang muat kapal barang umum antara lain: a. Penyimpanan Muatan
Keberhasilan dalam melakukan penyimpanan muatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Keselamatan kapal dan awak (safety of ship and crew).
Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga dapat meminimalkan bahaya kebakaran, penghancuran/peremukan atau kerusakan muatan oleh
kelembaban dan atau pencemaran.
3. Bongkar muat yang tertib dan cepat (ordely and rapid loading and unloading)
Persentase total biaya pengoperasian kapal secara signifikan dipengaruhi oleh kegiatan penanganan muatan. Ketika sebuah kapal ditambat untuk penanganan muatan, hampir semua biaya–biaya pengoperasian dikeluar-kan kecuali biaya untuk bahan bakar.
4. Kapasitas produktif kapal harus digunakan untuk memperoleh keuntungan terbaik (ship’s earning capacity should be used to be best advantage).
Salah satu faktor utama untuk menguntungkan pengoperasian kapal adalah kemampuan operator untuk membuat kapal berlayar pada kapasitas penuh, (baik secara volume atau berat) dengan biaya muatan yang menguntungkan.Kapal harus dirancang dengan memperhatikan keterkaitan antara ketersediaan angkutan barang dipasaran dengan daya angkut (volume/ bobot mati).
Untuk kapal muatan umum, dianjurkan untuk dapat menambah volume di luar kapasitas muat penuh teoritis kapal dengan cara melakukan penanganan cepat muatan dan mendapatkan beberapa tempat muatan tambahan tanpa melakukan penyimpanan ulang (restow).
Untuk semua jenis kapal, biasanya juga diinginkan untuk menyediakan
kapasitas bobot mati tambahan, karena ini dapat dilakukan dengan sedikit biaya tambahan, yaitu scantling dibuat lebih dalam daripada garis muat.
b. Faktor penyimpanan, bobot mati, dan pengukuran
Kapasistas ruang muat bergantung pada spesifik volume muatan atau
stowage factor jenis muatan yang diangkut. Setiap muatan yang diangkut mempuyai standar nilai spesifik volume masing-masing, spesifik volume atau
stowage factor adalah besarnya ruangan dalam volume m3 yang diperlukan untuk menyimpan suatu jenis muatan tertentu seberat 1 metric ton. Pada tabel 4, diperlihatkan stowage factor untuk berbagai jenis muatan.
Tabel 4. Stowage factor muatan
No. Jenis Muatan Stowage factor Bentuk
No. Jenis Muatan Stowage factor Bentuk
Sumber: http://www.harisglobal.com/en/stowage-factor-list.html, diunduh Oktober 2013.
c. Ketinggian geladak antara (tween deck)
Pembagian ketinggian yang tepat di atas dasar ganda antara penyimpanan (hold) dengan geladak (deck) tergantung pada kondisi perdagangan (volume
dan jenis muatan). Perbedaan sangat ekstrim terlihat untuk kapal curah yang mengunakan semua ruang penyimpanan, sementara pada kapal lainnya seperti kapal pengangkut pisang dilengkapi dengan geladak antara. Pada kapal muatan umum panjang normal berkisar antara 107 dan 183 m, kedalaman atau ketinggian ruang dibagi menjadi geladak antara atas, geladak antaar bawah dan dasar ruang.
Tinggi geladak antara bisa berkisar antara 2,4 dan 3,0, geladak antara bawah berkisar 2,7 dan 4,6 m dan dasar ruang antara 3,0 dan 6,1m. umumnya dasar ruang kargo ketinggian terbatas sekitar 5,5 m atau kurang guna meminimalkan kerusakan muatan atau peremukan muatan. Contoh gambar geladak antara dapat dilihat pada gambar 20.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa karakteristik lambung lebih penting, termasuk kedalaman/ketinggian dan jumlah geladak antara, yang saling berkaitan dalam beberapa cara, tidak langsung menggunakan peraturan/regulasi atau secara langsung oleh pertimbangan ekonomi dan
d. Pertimbangan desain lainnya untuk ruang muat kapal muatan umum, semuanya bertujuan untuk efesiensi penyimpanan dan penangan cepat
muatan, diuraikan sebagai berikut;
1. Volume (m3) per ruang muat. Umumnya jumlah volume mauatan per set peralatan penanganan muatan tidak boleh lebih dari 1700 m3. Ukuran palka yang dilayani oleh dua set MHE (material handling equipment) yang digunakan secara bersamaan tidak boleh lebih kecil dari 6,1 dengan 9,1 m dan sebaiknya lebih besar.
2. Ukuran palka harus didasarkan pada analisa tentang standar layanan tertentu dan layanan keseluruhan kapal. Palka besar berarti penanganan muatan cepat, karena sebagian umumnya muatn tepat berada di bawah pengait muatan.
3. Jenis peralatan penanganan muatan (MHE), dikembangkan untuk penanganan muatan yang lebih efisien dan lebih cepat. Jenis-jenis peralatan penanganan muatan konvensional termasuk derek (derrick) dikembangkan menjadi peralatan modern misalnya menggunakan crane.
4. Fitur lainnya. pada kapal barang modern sudah menjadi lumrah atau sudah dipraktekkan menggunakan truk forklift dalam penanganan muatan di
geladak antara . Untuk operasi ini , semua geladak antara harus dibuat rata (flush) dan sehalus (smoothing) mungkin. Ambang palka harus dihilangkan sehingga memungkinkan truk dapat beroperasi antara dasar ruang penyimpanan dan setiap bagian dari geladak antara.
Meluasnya penggunaan truk forklift telah menyebabkan, perhatian terutama pada ventilasi ruang muat, apa lagi jika forklift yang digunakan dari jenis pembakaran dalam (bahan bakar fosil), hal ini dapat di antisipasi menggunakan kipas pengisapan yang dapat dipindah-pindahkan(blower portable) . Beberapa kapal barang membawa forklift bertenaga listrik yang digunakan di ruang penyimpanan dilengkapi dengan peralatan pengisian baterai. Forklift bertenaga listrik, tentu saja , tidak ada masalah dengan ventilasi.
ban berjalan) berbagai jenis, dengan sistem penggerak elektrik. Umumnya disimpan di lokasi jika tidak digunakan yang digunakan di geladak antara
atau menahan.
20.a
Gambar 20 Kapal general cargo a).Ruang muat geladak tunggal (single decker vessel) b). Ruang muat dengan geladak antara (tween decker vessel) c). Sketsa 3D (Sumber: Shama Mohamed,2013, halaman 10-11., http://forshipbuilding.com/types-ships/., di unduh 19 Nopember 2013)
Kapal Curah (Bulk Carrier)
Muatan curah adalah salah satu komoditas yang tidak berada dalam suatu
kemasan,seperti biji-bijian,biji besi,pupuk,dsb.muatan tersebut diangkut pada kapal-kapal yang dirancang khusus dalam palka-palka yang telah dibagi
kedalam kompartemen-kompartemen,dengan menggunakan sekat-sekat melintang dan membujur,sehingga stabilitas kapal tidak dipengaruhi oleh penuhnya muatan.
Gambar 21. Kapal Curah a).Ruang muat b). Sketsa melintang dan memanjang (Sumber: Shama Mohamed,2013, halaman 9., Tupper.E.C.,2004, halaman 323)
a
Palka-palka dari kapal jenis ini dibangun sedemikian rupa,sehingga peralatan muatan biji-bijian akan selalu berada sama tinggi.memuat dan membongkar muatan curah menggunakan batang pemuat yang dilengkapi dengan grab (alat penyeduk).
Muatan curah cair seperti minyak mentah, minyak hasil olahan dan sebagainya, diangkut pada kapal-kapal tanker atau seperti bahan kimia oleh chenical tanker. Muatan curah gas seperti gas bumi diangkut oleh kapal LNG dan LPG.
Pada gambar 21 diperlihatkan penampang melintang dan ruang muat kapal curah kering, dan gambar 22. chemical tanker. .
Kontainer (container ship)
Muatan yang telah dikemas dalam container,diangkut oleh kapal peti kemas.peti-peti kemas sebagian berukuran 20 kaki dan 40 kaki,dan dipadatkan menurut system penyusunan melintang (rows), membujur (bays), dan meninggi (tier). kapal-kapal peti kemas biasanya dilengkapi dengan derek dan atau crane dan dapat mengangkut muatan-muatan umum, muatan cair dan sebagainya.
CONTOH SOAL Pertanyaan
Salah satu aspek yang pening dalam penataan ruang muatan kapal yaitu jenis muatan yang diangkut, jelaskan 2 (dua) klasifikasi utama
muatan.
Jawaban :
1. Muatan umum
Muatan umum terdiri dari berbagai macam jenis barang (Heterogenous Cargo) yang dikemas dalam bentuk kotak, dos, peti kayu, karung dan ikatan serta dapat pula tidak dikemas sama sekali. 2. Muatan curah
Muatan curah terdiri dari material/bahan yang sejenis atau sama (Homogenous Cargo) dapat berupa bendah cair atau padat atau gas dan ukurannya umumnya kecil.
SOAL-SOAL LATIHAN MANDIRI
1. Apa yang dimaksud dengan muatan ?
2. Sebutkan jenis muatan berdasarkan sifatnya?.
3. Penataan ruang muat dimaksudkan adalah untuk meminimalkan biaya
penanganan dan waktu bongkar-muat, jelaskan pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan biaya bongkar muat ?
4. Mengapa stowage factor sangat penting dalam penataan ruang muat?
SOAL TUGAS PROYEK
1. Tujuan Tugas Menata/merancang ruang muat kapal barang umum (general cargo ship)
2. Menentukan besaran volume muatan yang akan diangkut.
3. desain letak/posisi ruang muat dan konstruksi ruang muat kapal sesuai dengan regulasi nasional dan internasional..
3. Menentukan besaran volume muatan yang tersedia.
4. Buat grafik besaran volume yang akan diangkut dengan volume ruang tersedia.
c. Metode/Cara
pengerjaan dan Acuan yang digunakan
Project based learning
Teori-teori dasar desain kapal.
Teori muatan dan pemuatan.
Regulasi nasional dan internasional
3. Kriteria Penilaian Ketepatan waktu penyelesain
Sistematika sajian
Kemutahiran literatur.
PEDOMAN PENILAIAN
NAMA MATA KULIAH : Rencana Umum dan Tonase KODE/NAMA DOSEN : 311D3103/...
JUMLAH PESERTA : ...
EVALUASI KOMPETENSI AKHIR SESI PEMBELAJARAN
No. NIM NAMA MAHASISWA
Mampu menata ruang muat sesuai dengan regulasi atau standar nasional & internasional (10 %)
Ketepatan waktu penyelesain
(2%)
Penataan Ruang Muat berdasarkan regulasi nasional dan
internasional
(8 %)
1 2 3 4 5
1
2
DAFTAR PUSTAKA
Tupper.E.C.,2004, Introduction to Naval Architecture ;Third Edition. Butterworth & Heinemann, Oxford
Tapscott R.J., ed. Taggart R.,1980, Ship Design And Construction: Chapter 3 General Arrangement, SNAME, One World Trade Center, Suite 1369, New York.
Shama Mohamed’,2013, Buckling of Ship Structures, Springer Heidelberg
New York.
http://www.harisglobal.com/en/stowage-factor-list.html
http://forshipbuilding.com/types-ships/