• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Modified Graeb Score Dengan Kematian Dalam 14 Hari Pertama Pada Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Modified Graeb Score Dengan Kematian Dalam 14 Hari Pertama Pada Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Chapter III V"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. TEMPAT DAN WAKTU

Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK USU/RSUP H.

Adam Malik Medan dan RS jejaring (RS Kesdam Bukit Barisan Medan &

RS Haji Mina Medan) dari tanggal 01 Oktober 2014 sampai dengan 30

November 2016.

3.2. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari populasi penderita rumah sakit.

Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non

random secara konsekutif.

3.2.1. Populasi Sasaran

Semua penderita stroke perdarahan intraventrikular yang

telah ditegakkan dengan pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan

CT Scan kepala.

3.2.2. Populasi Terjangkau

Semua penderita stroke perdarahan intraventrikular yang

dirawat di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik

Medan dan RS jejaring (RS Kesdam Bukit Barisan Medan & RS Haji

(2)

3.2.3. Besar Sampel

n1= n2 = ( Zα + Zβ )2π

( P1- P2)2

Zα = derivate baku α, (α = 0,005) → Zα = 1,96

Zβ = derivate baku β, (β = 0,10) → Zβ = 1,28

P1= Proporsi perdarahan intraventrikular → 37%

P2 = Proporsi yang ditentukan peneliti (Po – 25% = 0,37 – 0,25

= 0,12)

Maka n = 29,6 ∞ 30 orang (untuk tiap kelompok)

3.2.4. Kriteria Inklusi

1. Penderita stroke perdarahan intraventrikular primer

atau sekunder yang telah ditegakkan dengan

pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan CT Scan

kepala.

2. Penderita stroke perdarahan intraventrikular yang

melakukan pemeriksaan CT Scan kepala pada saat onset

sampai hari ke-enam onset.

3. Penderita stroke perdarahan intraventrikular yang

mendapatkan penatalaksanaan konservatif dan/atau

operatif selama perawatan di RS.

4. Penderita stroke perdarahan intraventrikular yang

mengalami kematian dalam 14 hari pertama onset.

(3)

3.2.5. Kriteria Eksklusi

1. Penderita stroke yang berulang.

2. Penderita stroke perdarahan intraventrikular yang disertai

dengan trauma kapitis.

3. Penderita stroke perdarahan intraventrikular yang disertai

dengan tumor otak.

4. Penderita stroke perdarahan intraventrikular yang disertai

dengan infeksi pada otak.

3.3. BATASAN OPERASIONAL

3.3.1. Stroke perdarahan adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat yang disebabkan oleh kumpulan darah

setempat pada parenkim otak atau sistem ventrikular yang

tidak disebabkan oleh trauma. (Sacco dkk, 2013)

3.3.2. Perdarahan Intraventrikular adalah perdarahan pada sistem ventrikel, primer bila terbatas pada sistem ventrikel

sedangkan sekunder muncul akibat perdarahan yang

berasal dari parenkim maupun rongga subarakhnoid yang

meluas ke sistem ventrikel. (Hameed dkk, 2005; Tucker dkk,

2011)

3.3.3. Modified Graeb Score (mGS) adalah alat untuk menilai

(4)

keparahannya berdasarkan jumlah darah yang terdapat

dalam ventrikel lateral, ke-tiga dan ke-empat dengan nilai

dari 0 sampai 32 (Morgan dkk, 2013)

3.3.4. Kematian adalah hilangnya kapasitas kesadaran secara permanen dan hilangnya semua fungsi-fungsi batang otak

yang disebabkan oleh berhentinya sirkulasi secara

permanen dan/ setelah terjadinya cedera otak. (WHO, 2012)

3.3.5. Penatalaksanaan konservatif pada perdarahan intraventrikular merupakan suatu terapi konvensional yang

berpusat pada tatalaksana hipertensi dan peningkatan

tekanan intrakranial bersamaan dengan koreksi koagulopati

dan mencegah komplikasi seperti perdarahan ulang dan

hidrosefalus. (Misbach dkk, 2011)

3.3.6. Penatalaksanaan operatif pada perdarahan intraventrikular merupakan suatu tindakan intervensi secara pembedahan

guna evakuasi perdarahan pada sistem ventrikel dan

mengatasi peningkatan tekanan intrakranial (Hinson dkk,

2010)

3.3.7. Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan

gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif,

fungsi psikososial baik temporer maupun permanen.

(5)

3.3.8. Tumor otak adalah massa dari jaringan lunak yang abnormal, dimana sel-sel tumbuh dan berkembang secara

tidak terkontrol. (American Association of Neurological

Surgeons (AANS), 2006)

3.3.9. Infeksi otak adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme (bakteri, virus, spiroketa, fungi, protozoa dan metazoa) pada

selaput otak dan/ pada jaringan otak. (Mardjono dan

Sidharta, 2009)

3.4. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan sumber

data primer yang diperoleh dari pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan

CT Scan kepala penderita stroke perdarahan intraventrikular yang dirawat di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan dan RS

jejaring (RS Kesdam Bukit Barisan Medan & RS Haji Mina Medan).

3.5. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.5.1. Instrumen Penelitian

1. Computed Tomography Scan yang digunakan adalah

X-Ray CT System, merek Hitachi seri W 450.

2. Modified Graeb Score dinilai berdasarkan jumlah

perdarahan yang tampak pada gambaran CT Scan kepala,

(6)

3.5.2. Pengambilan Sampel

Semua penderita stroke perdarahan intraventrikular yang dirawat di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP H.

Adam Malik Medan dan RS jejaring (RS Kesdam Bukit

Barisan Medan & RS Haji Mina Medan) yang telah

ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan CT Scan kepala

yang diambil secara konsekutif dan yang memenuhi kriteria

inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi, menilai mGS

berdasarkan hasil CT Scan kepala dan kemudian dinilai

apakah terjadi kematian dalam 14 hari pertama setelah

(7)

PENDERITA STROKE

PERDARAHAN INTRAVENTRIKULAR

3.5.3. Kerangka Operasional

3.5.4. Variabel Yang Diamati

- Variabel bebas : Modified Graeb Score, stroke perdarahan

intraventrikular dengan tatalaksana

konservatif dan operatif.

- Variabel terikat :Kematian dalam 14 hari pertama.

ANAMNESA, PEMERIKSAAN FISIK &

NEUROLOGIS, CT-SCAN KEPALA

KRITERIA INKLUSI KRITERIA EKSKLUSI

NILAI MODIFIED GRAEB

SCORE (mGS)

ANALISA HASIL

OPERATIF KONSERVATIF

(8)

3.5.5. Analisa Statistik

Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan

bantuan komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service).

Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan antara Modified Graeb

Score penderita stroke perdarahan intraventrikular yang mendapatkan tatalaksana konservatif dengan kematian

dalam 14 hari pertama digunakan analisa uji korelasi

Spearman.

2. Untuk mengetahui hubungan antara Modified Graeb

Score penderita stroke perdarahan intraventrikular yang mendapatkan tatalaksana operatif dengan kematian

dalam 14 hari pertama digunakan analisa uji korelasi

Spearman.

3. Untuk mengetahui nilai rerata Modified Graeb Score

pada penderita stroke perdarahan intraventrikular yang

dirawat di RSUP H. Adam Malik Medan dan RS

jejaring digunakan analisa deskriptif.

4. Untuk mengetahui karakteristik demografis penderita

stroke perdarahan intraventrikular yang dirawat di RS

Umum Pusat H. Adam Malik Medan dan RS jejaring

(9)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari 62 penderita stroke perdarahan

intraventrikular yang dirawat di Departemen FK USU/RSUP H.

Adam Malik Medan dan RS jejaring (RS Kesdam Bukit Barisan

Medan & RS Haji Mina Medan) pada periode Oktober 2014 sampai

November 2016. Dari 62 subjek yang dianalisa, 30 orang (48,3%)

dengan penatalaksanaan konservatif dan 32 orang (51,7%) dengan

penatalaksanaan operatif. Jenis kelamin terbanyak pada subjek

dengan tatalaksana konservatif adalah laki-laki, yaitu sebesar 20

orang (66,7%) sedangkan yang mendapatkan tatalaksana operatif

laki-laki : perempuan adalah 1 : 1. Kelompok usia terbanyak pada

subjek dengan tatalaksana konservatif adalah 65-74 tahun, yaitu

sebesar 14 orang (46,7%) sedangkan yang mendapatkan

tatalaksana operatif adalah kelompok usia 55-64 tahun, yaitu

sebesar 11 orang (34,4%).

Subjek pada penelitian ini berasal dari agama dan suku yang

(10)

tatalaksana baik konservatif dan operatif, masing-masing sebesar

21 orang (70,0%) dan 21 orang (65,6%). Suku terbanyak adalah

suku batak pada kedua tatalaksana baik konservatif dan operatif,

masing-masing sebesar 13 orang (43,3%) dan 23 orang (71,9%).

Pendidikan terakhir yang terbanyak pada subjek dengan

tatalaksana konservatif adalah sekolah menengah atas (SMA), yaitu

sebesar 9 orang (30,0%) sedangkan pada subjek dengan

tatalaksana operatif adalah sekolah menengah pertama (SMP),

yaitu sebesar 11 orang (34,4%). Pekerjaan terbanyak adalah ibu

rumah tangga pada kedua tatalaksana baik konservatif dan operatif,

masing-masing sebesar 13 orang (43,3%) dan 15 orang (46,9%)

dengan status pernikahan yang terbanyak adalah menikah pada

kedua tatalaksana baik konservatif dan operatif, masing-masing

sebesar 25 orang (83,3%) dan 24 orang (75,0%).

Nilai GCS terbanyak pada subjek dengan tatalaksana

konservatif adalah 10-11, yaitu sebesar 11 orang (36,7%)

sedangkan pada subjek dengan tatalaksana operatif adalah 7-9,

yaitu sebesar 11 orang (34,4%). Tekanan darah sistolik terbanyak

adalah ≥ 160 mmHg pada kedua tatalaksana baik konservatif dan

operatif, masing-masing sebesar 25 orang (83,3%) dan 24 orang

(11)

pada kedua tatalaksana baik konservatif dan operatif,

masing-masing sebesar 20 orang (66,7%) dan 18 orang (56,3%).

Nilai mGS terbanyak pada subjek dengan tatalaksana

konservatif adalah 4-12, yaitu sebesar 18 orang (60,0%) sedangan

pada subjek dengan tatalaksana operatif adalah ≥ 21, yaitu sebesar

14 orang (43,8%). Kematian dalam 14 hari pertama pada subjek

dengan tatalaksana konservatif dijumpai sebesar 20 orang (66,7%)

dan pada subjek dengan tatalaksana operatif sebesar 6 orang

(18,8%). Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini

(12)

Tabel 7. Karakteristik Subjek Penelitian

Kematian dalam 14 hari

(13)

4.1.2. Rerata Nilai Modified Graeb Score

Nilai rerata mGS (SD) pada subjek dengan tatalaksana konservatif adalah 8,93 ± 6,73 dengan nilai terendah adalah 1

dan tertinggi adalah 27. Nilai rerata mGS (SD) pada subjek dengan tatalaksana operatif adalah 17,19 ± 6,63 dengan nilai

terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 28 (Tabel 8).

Tabel 8. Rerata nilai Modified Graeb Score

Penatalaksanaan

Konservatif Operatif

4.1.3. Hubungan Antara Modified Graeb Score Pada

Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Yang Mendapatkan Tatalaksana Konservatif dengan Kematian dalam 14 Hari Pertama

Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan yang signifikan antara nilai mGS pada penderita stroke perdarahan yang mendapatkan tatalaksana

konservatif dengan kematian dalam 14 hari pertama (p = 0,000)

dan terdapat korelasi yang positif antara nilai mGS dengan

kematian dalam 14 hari pertama, dengan kekuatan korelasi yang

kuat (r = 0,669).

Nilai x (SD) Rentang x (SD) Rentang

(14)

Tabel 9. Hubungan Antara Modified Graeb Score Pada

Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Yang Mendapatkan Tatalaksana Konservatif dengan Kematian dalam 14 Hari Pertama

Kematian Dalam 14 Hari Pertama

mGS r 0,669

p 0,000

n 30

Uji korelasi Spearman signifikan (p<0,05)

4.1.4. Hubungan Antara Nilai Modified Graeb Score

Pada Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Yang Mendapatkan Tatalaksana Operatif dengan Kematian dalam 14 Hari Pertama

Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi

Spearman menunjukkan hubungan yang signifikan antara

nilai mGS pada penderita stroke perdarahan yang

mendapatkan tatalaksana operatif dengan kematian dalam

14 hari pertama (p = 0,030) dan terdapat korelasi yang

positif antara nilai mGS dengan kematian dalam 14 hari

(15)

Tabel 10. Hubungan Antara Modified Graeb Score Pada

Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Yang Mendapatkan Tatalaksana Operatif dengan Kematian dalam 14 Hari Pertama

Kematian Dalam 14 Hari Pertama

mGS r 0,383

p 0,030

n 32

Uji korelasi Spearman signifikan (p<0,05)

4.2. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang bertujuan

untuk melihat hubungan antara nilai mGS dengan kematian dalam 14 hari

pertama pada penderita stroke perdarahan intraventrikular.

Pada penelitian ini subjek penelitian berjumlah 62 orang, yaitu

penderita stroke perdarahan intraventrikular yang dirawat di Departemen

Neurologi RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi sehingga diikutkan dalam penelitian.

4.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Hasil penelitian dari 62 subjek yang dianalisa, 30 orang

(48,3%) dengan penatalaksanaan konservatif dan 32 orang

(51,7%) dengan penatalaksanaan operatif. Menurut Chiewvit,

dkk (2009) tindakan operatif dan konservatif masing-masing

(16)

(2012) dijumpai frekuensi pemasangan EVD pada penderita stroke perdarahan intraventrikular sebesar 19-33%.

Jenis kelamin terbanyak pada subjek dengan tatalaksana

konservatif adalah laki-laki, yaitu sebesar 20 orang (66,7%)

sedangkan yang mendapatkan tatalaksana operatif laki-laki :

perempuan adalah 1 : 1. Kelompok usia terbanyak pada subjek

dengan tatalaksana konservatif adalah 65-74 tahun, yaitu

sebesar 14 orang (46,7%) sedangkan yang mendapatkan

tatalaksana operatif adalah kelompok usia 55-64 tahun, yaitu

sebesar 11 orang (34,4%). Hasil penelitian ini hampir sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Giray, dkk (2009) dimana

rasio angka kejadian stroke perdarahan intraventrikular pada pria

: wanita adalah 1,4 : 1 dengan puncak usia antara 40-60 tahun.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chiewvit, dkk (2009)

didapatkan rata-rata usia penderita stroke perdarahan

intraventrikular adalah 52±24 (15-89) tahun dengan

perbandingan antara wanita : pria adalah 1 : 3.

Agama yang terbanyak adalah Islam pada kedua tatalaksana

baik konservatif dan operatif, masing-masing sebesar 21 orang

(70,0%) dan 21 orang (65,6%). Suku terbanyak adalah suku

batak pada kedua tatalaksana baik konservatif dan operatif,

masing-masing sebesar 13 orang (43,3%) dan 23 orang (71,9%).

Pendidikan terakhir yang terbanyak pada subjek dengan

(17)

yaitu sebesar 9 orang (30,0) sedangkan pada subjek dengan

tatalaksana operatif adalah sekolah menengah pertama (SMP),

yaitu sebesar 11 orang (34,4%). Pekerjaan terbanyak adalah ibu

rumah tangga pada kedua tatalaksana baik konservatif dan

operatif, masing-masing sebesar 13 orang (43,3%) dan 15 orang

(46,9%) dengan status pernikahan yang terbanyak adalah

menikah pada kedua tatalaksana baik konservatif dan operatif,

masing-masing sebesar 25 orang (83,3%) dan 24 orang (75,0%).

Hasil penelitian ini hampir sama dengan prevalensi stroke

secara keseluruhan berdasarkan data dari Kementrian

Kesehatan RI (2013) dimana paling banyak dijumpai pada yang

tidak bekerja (11,4%) dengan tingkat pendidikan rendah

(16,5%). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rambe, dkk (2012) dari data yang diambil dari 25

RS di Sumatera Utara, prevalensi stroke secara keseluruhan

dijumpai paling banyak dengan pekerjaan ibu rumah tangga yaitu

sebesar 35,6%.

Nilai GCS terbanyak pada subjek dengan tatalaksana konservatif adalah 10-11, yaitu sebesar 11 orang (36,7%)

sedangkan pada subjek dengan tatalaksana operatif adalah 7-9,

yaitu sebesar 11 orang (34,4%). Menurut Chiewvit, dkk (2009)

GCS 3-8 dijumpai sebesar 25%, GCS 9-12 sebesar 25% dan

(18)

Hipertensi merupakan faktor resiko yang paling banyak

dijumpai pada penderita stroke perdarahan intraventrikular.

Menurut Arboix dkk (2012) hipertensi dijumpai sebesar 8 (66,7%)

dan menurut Zai, dkk (2012) frekuensi hipertensi dijumpai

sebesar 44-80%. Hal ini sesuai dengan penelitian ini, dimana

tekanan darah sistolik terbanyak adalah ≥ 160 mmHg pada

kedua tatalaksana baik konservatif dan operatif, masing-masing

sebesar 25 orang (83,3%) dan 24 orang (75,0%). Tekanan darah

diastolik terbanyak adalah >100 mmHg pada kedua tatalaksana

baik konservatif dan operatif, masing-masing sebesar 20 orang

(66,7%) dan 18 orang (56,3%).

Kematian dalam 14 hari pertama pada subjek dengan

tatalaksana konservatif dijumpai sebesar 20 orang (66,7%) dan

pada subjek dengan tatalaksana operatif sebesar 6 orang

(18,8%). Penelitian yang dilakukan oleh Hallevi, dkk (2008)

dimana mortalitas dijumpai sebesar 30,4% dan menurut Giray,

dkk (2009) mortalitas dijumpai sebesar 20%-46%. Penelitian

yang dilakukan oleh Hameed, dkk (2009) angka mortalitas

dijumpai lebih tinggi yaitu sebesar 41,7% dan meningkat menjadi

60% pada pasien dengan usia ≥ 85 tahun dengan rata-rata

waktu onset gejala menuju kematian adalah 11 hari (6 – 13,5

hari). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bhattathiri, dkk

(2008), pasien dengan perdarahan intraventrikular yang

(19)

yang lebih baik (17,8%) dibandingkan dengan yang

mendapatkan tindakan konservatif (12,4 %) (p = 0.141).

4.2.2. Rerata Nilai Modified Graeb Score

Nilai rerata mGS (SD) pada subjek dengan tatalaksana konservatif adalah 8,93 ± 6,73 dengan nilai terendah adalah 1

dan tertinggi adalah 27. Nilai rerata mGS (SD) pada subjek dengan tatalaksana operatif adalah 17,19 ± 6,63 dengan nilai

terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 28. Penelitian yang

dilakukan oleh Morgan, dkk (2009) yang mengambil data dari

CLEAR B Trial menunjukkan bahwa nilai rata-rata mGS adalah

20 (16-32). Hasil penelitian yang mengambil data dari VISTA

Analysis menunjukkan nilai rata-rata mGS yang lebih rendah yaitu 6 (3-11), karena pada penelitian tersebut pemeriksaan CT Scan kepala dilakukan dalam waktu kurang dari 6 jam onset sehingga akan mempengaruhi peningkatan volume perdarahan

(20)

Tabel 11. Hasil Penelitian Rerata Modified Graeb Score

Peneliti Rerata mGS Rentang

Penelitian ini

Tatalaksana Konservatif Tatalaksana Operatif

Morgan, dkk 2009

The Cloth Lysis : Evaluation Accelerated Resolution Of Hemorrhage With rTPA B (CLEAR B)

Virtual International Stroke Trials Archive (VISTA)

6

3-11

4.2.3. Hubungan Antara Nilai Modified Graeb Score Pada

Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Yang Mendapatkan Tatalaksana Konservatif dengan Kematian dalam 14 Hari Pertama

Hasil analisa statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara nilai mGS pada penderita stroke perdarahan yang mendapatkan tatalaksana konservatif dengan kematian

dalam 14 hari pertama dan terdapat korelasi yang positif antara

nilai mGS dengan kematian dalam 14 hari pertama. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar nilai mGS pada penderita

stroke perdarahan intraventrikular yang mendapatkan

tatalaksana konservatif maka semakin besar terjadinya kematian

(21)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Morgan dkk (2013),

data dari CLEAR B Trial menunjukkan nilai AUC pada mGS

dalam memprediksi outcome yang buruk adalah sebesar 0,98

dan data yang diambil dari VISTA Analysis menunjukkan ada

hubungan yang signifikan antara skor mGS dengan outcome

buruk, dimana setiap kenaikan skor meningkatkan sampai 12%

terhadap terjadinya outcome yang buruk.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hwang dkk

(2011) dimana hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan atau

penurunan volume perdarahan perdarahan intraventrikular dalam

6 hari onset tidak berhubungan dengan outcome jika kondisi

pasien selama mendapatkan perawatan stabil dan tekanan

intrakranial maupun hidrosefalus diatasi secara optimal.

Penurunan volume perdarahan intraventrikular juga tidak

menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap outcome.

Perdarahan intraventrikular merupakan suatu kondisi yang

dinamis dan sangat tergantung dengan banyak faktor salah satu

diantaranya adalah penatalaksanaan yang diberikan. Hampir

separuh penelitian yang menilai tingkat keparahan IVH

menyatakan adanya perkembangan volume perdarahan dalam

24 jam pertama, dimana 17% perkembangan volume

perdarahan intraventrikular dalam 24 jam pertama menunjukkan

(22)

kematian (Hwang dkk, 2011). Pada penelitian ini tidak menilai

perkembangan volume perdarahan dalam 24 jam pertama

onset, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap

patofisiologi perdarahan intraventrikular guna dapat

mengidentifikasi waktu yang optimal dalam menilai volume

perdarahan dan derajat intervensi yang dibutuhkan.

Tabel 12. Hasil-hasil Penelitian Tentang Hubungan Modified Graeb Score Pada Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Yang

Mendapatkan Tatalaksana Konservatif Dengan Outcome

Peneliti Hasil

Penelitian ini Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai mGS

pada penderita stroke perdarahan yang

mendapatkan tatalaksana konservatif dengan

kematian dalam 14 hari pertama (p = 0,000) dan

terdapat korelasi yang positif antara nilai mGS

dengan kematian dalam 14 hari pertama, dengan kekuatan korelasi yang kuat (r = 0,669)

Morgan dkk, 2013 Data dari CLEAR B Trial menunjukkan nilai AUC

pada mGS dalam memprediksi outcome yang buruk

adalah sebesar 0,98 (95% CI, 0,98-0,98)

Data yang diambil dari VISTA Analysis menunjukkan

setiap kenaikan skor meningkatkan sampai 12%

terhadap terjadinya outcome yang buruk (OR = 1,12,

95% CI 1,05-1,19)

Hwang dkk, 2011 Peningkatan atau penurunan volume perdarahan selama 6 hari onset tidak berhubungan dengan

outcome jika kondisi pasien selama mendapatkan perawatan stabil dan tekanan intrakranial maupun hidrosefalus diatasi secara optimal. Penurunan

volume perdarahan juga tidak menunjukkan

(23)

4.2.4. Hubungan Antara Nilai Modified Graeb Score Pada

Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Yang Mendapatkan Tatalaksana Operatif dengan Kematian dalam 14 Hari Pertama

Hasil analisa statistik menunjukkan hubungan yang

signifikan antara nilai mGS pada penderita stroke perdarahan yang mendapatkan tatalaksana operatif dengan kematian dalam

14 hari pertama dan terdapat korelasi yang positif antara nilai

mGS dengan kematian dalam 14 hari pertama. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar nilai mGS pada penderita

stroke perdarahan intraventrikular yang mendapatkan

tatalaksana operatif maka semakin besar terjadinya kematian

dalam 14 hari pertama dengan kekuatan korelasi yang lemah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Husni dan

Arifin (2013) yang dilakukan di Departemen Bedah Saraf

Universitas Padjajaran Bandung, dari 16 sampel yang diteliti

didapatkan bahwa mGS memiliki hubungan yang signifikan

terhadap outcome pada perdarahan intraventrikular.

Penelitian yang dilakukan oleh Hwang, dkk (2011)

menunjukkan bahwa tingkat keparahan suatu perdarahan yang

dinilai menggunakan Graeb Score pada kelompok yang

menggunakan EVD lebih buruk dibandingkan dengan kelompok

(24)

signifikan antara kelompok EVD dan non-EVD terhadap insiden

outcome yang buruk. Hal ini disebabkan oleh karena pada penelitian ini tidak menyingkirkan faktor-faktor lain pada

pemasangan EVD itu sendiri yang juga dapat mempengaruhi

outcome.

Tabel 13. Hasil-hasil Penelitian Tentang Hubungan Modifed Graeb Score Pada Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular Yang

Mendapatkan Tatalaksana Operatif Dengan Outcome

Peneliti Hasil

Penelitian ini Menunjukkan hubungan yang signifikan antara

nilai mGS pada penderita stroke perdarahan

yang mendapatkan tatalaksana operatif dengan kematian dalam 14 hari pertama (p = 0,030) dan terdapat korelasi yang positif antara nilai

mGS dengan kematian dalam 14 hari pertama,

dengan kekuatan korelasi yang lemah (r =

0,383).

Husni dan Arifin (2013) mGS memiliki hubungan yang signifikan

terhadap outcome pada perdarahan

intraventrikular (r= 0,921, p = 0.000)

Hwang, dkk (2011) Tingkat keparahan suatu perdarahan yang

dinilai menggunakan Graeb score pada

kelompok yang menggunakan EVD lebih buruk

dibandingkan dengan kelompok yang non-EVD

(11 vs 3, p < 0,001).

Terdapat perbedaan yang tidak signifikan

antara kelompok EVD dan non-EVD terhadap

insiden outcome yang buruk (79,5% vs 70,6%,

(25)

4.3. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini hanya melihat hubungan antara nilai mGS pada

penderita stroke perdarahan intraventrikular yang mendapatkan

tatalaksana konservatif maupun operatif dengan kematian dalam 14 hari

pertama selama perawatan di Departemen Neurologi RSUP. HAM dan RS

jejaring tanpa membedakan faktor risiko dan faktor pemberat yang didapat

selama perawatan pada masing-masing subjek penelitian, dimana hal-hal

tersebut bisa menjadi salah satu faktor yang juga akan meningkatkan

risiko kematian. Penilaian mGS hanya dilakukan sebanyak satu kali

selama perawatan sehingga perkembangan volume perdarahan selama

perawatan dan pasca operasi tidak tergambarkan secara menyeluruh.

Selain itu, penilaian mGS dilakukan secara manual dengan menghitung

jumlah persentase volume darah pada setiap ventrikel sehingga

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini

disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai mGS pada

penderita stroke perdarahan yang mendapatkan tatalaksana

konservatif dengan kematian dalam 14 hari pertama (p = 0,000)

dan terdapat korelasi yang positif antara nilai mGS dengan

kematian dalam 14 hari pertama, dengan kekuatan korelasi yang

kuat (r = 0,669).

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai mGS pada

penderita stroke perdarahan yang mendapatkan tatalaksana

operatif dengan kematian dalam 14 hari pertama (p = 0,030) dan

terdapat korelasi yang positif antara nilai mGS dengan kematian

dalam 14 hari pertama, dengan kekuatan korelasi yang lemah (r

= 0,383).

3. Nilai rerata mGS (SD) pada subjek dengan tatalaksana

konservatif adalah 8,93 ± 6,73 dengan nilai terendah adalah 1

dan tertinggi adalah 27. Nilai rerata mGS (SD) pada subjek dengan tatalaksana operatif adalah 17,19 ± 6,63 dengan nilai

(27)

4. Dari 62 subjek yang dianalisa, 30 orang (48,3%) dengan

penatalaksanaan konservatif dan 32 orang (51,7%) dengan

penatalaksanaan operatif. Jenis kelamin terbanyak pada subjek

dengan tatalaksana konservatif adalah laki-laki, yaitu sebesar 20

orang (66,7%) sedangkan yang mendapatkan tatalaksana

operatif laki-laki : perempuan adalah 1 : 1. Kelompok usia

terbanyak pada subjek dengan tatalaksana konservatif adalah

65-74 tahun, yaitu sebesar 14 orang (46,7%) sedangkan yang

mendapatkan tatalaksana operatif adalah kelompok usia 55-64

tahun, yaitu sebesar 11 orang (34,4%). Agama yang terbanyak

adalah Islam pada kedua tatalaksana baik konservatif dan

operatif, masing-masing sebesar 21 orang (70,0%) dan 21 orang

(65,6%) sedangkan suku terbanyak adalah batak masing-masing

sebesar 13 orang (43,3%) dan 23 orang (71,9%). Pendidikan

terakhir yang terbanyak pada subjek dengan tatalaksana

konservatif adalah sekolah menengah atas (SMA), yaitu sebesar

9 orang (30,0%) sedangkan pada subjek dengan tatalaksana

operatif adalah sekolah menengah pertama (SMP), yaitu sebesar

11 orang (34,4%). Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah

tangga masing-masing sebesar 13

orang (43,3%) dan 15 orang (46,9%) dengan status pernikahan

yang terbanyak adalah menikah, masing-masing sebesar 25

(28)

subjek dengan tatalaksana konservatif adalah 10-11, yaitu

sebesar 11 orang (36,7%) sedangkan pada subjek dengan

tatalaksana operatif adalah 7-9, yaitu sebesar 11 orang (34,4%).

Tekanan darah sistolik terbanyak adalah ≥ 160 mmHg masing

-masing sebesar 25 orang (83,3%) dan 24 orang (75,0%).

Tekanan darah diastolik terbanyak adalah >100 mmHg,

masing-masing sebesar 20 orang (66,7%) dan 18 orang (56,3%). Nilai

mGS terbanyak pada subjek dengan tatalaksana konservatif

adalah 4-12, yaitu sebesar 18 orang (60,0%) sedangan pada

subjek dengan tatalaksana operatif adalah ≥ 21, yaitu sebesar 14

orang (43,8%). Kematian dalam 14 hari pertama pada subjek

dengan tatalaksana konservatif dijumpai sebesar 20 orang

(66,7%) dan pada subjek dengan tatalaksana operatif sebesar 6

orang (18,8%).

5.2. SARAN

1. Perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala ulangan sebagai

follow up baik pada penderita stroke perdarahan intraventrikular dengan tatalaksana konservatif maupun operatif guna melihat

perkembangan volume perdarahan intraventrikular (nilai mGS)

yang akan mempengaruhi outcome.

2. Perlu dilakukan penilaian mGS dari hasil pemeriksaan CT Scan

kepala dalam periode rentang waktu yang lebih singkat dari

(29)

intraventrikular (nilai mGS) dengan outcome lebih memberikan hasil yang representatif.

3. Perlu mempertimbangkan faktor-faktor risiko dan pemberat lain

yang didapat selama perawatan pada masing-masing subjek

penelitian yang juga dapat mempengaruhi outcome, sehingga

hasil penelitian lebih representatif.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang

lebih besar sehingga hasil penelitian lebih representatif.

5. Para klinisi kesehatan disarankan agar melakukan penilaian

volume perdarahan secara rutin pada setiap pasien stroke

perdarahan intraventrikular, sehingga dapat menentukan

Gambar

Tabel 7. Karakteristik Subjek Penelitian
Tabel 9. Hubungan Antara Modified Graeb Score Pada
Tabel 11. Hasil Penelitian Rerata Modified Graeb Score

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini juga ditemukannya hubungan yang signifikan antara kadar albumin dengan skor CURB-65 pada pasien pneumonia komunitas saat awal masuk rumah sakit.

Dengan mengetahui adanya hubungan antara penggunaan manitol 20% dengan fungsi ginjal pada penderita stroke perdarahan intraserebral dengan peningkatan TIK dapat dijadikan