• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Pencegahan Hipertensi Pada Usia 25-45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Pencegahan Hipertensi Pada Usia 25-45 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 Chapter III VI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei analitik dan bersifat cross sectional atau sekat lintang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan angka penderita hipertensi di Kabupaten Deli Serdang cukup tinggi. Namun dari 33 puskesmas yang ada di Kabupaten Deli Serdang Puskesmas Pakam Pekan yang penderita hipertensi yang cukup tinggi yaitu 1028 orang ini dapat mewakili persolan penyakit hipertensi di Kabupaten Deli Serdang, karena masih tingginya angka penderita hipertensi berdampak negatif pada kesehatan masyarakat, dan memberi peluang terjadinya komplikasi penyakit jantung dan stroke.

3.2.2. Waktu Penelitian

(2)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria usia 25 sampai 45 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang, dengan asumsi bahwa umur dewasa muda prevalensinya adalah 20 – 25 % dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap status kesehatannya. Pada tahap pertama dibentuk klaster sebanyak 30 klaster yang disusun secara proposional sample to size (PPS) yaitu pada kelurahan dengan jumlah penduduk lebih besar maka kemungkinan untuk menjadi klaster yang terjadi lebih banyak, misalnya desa dengan penduduk kecil kemungkinan hanya terjadi 1 klaster, sedangkan penduduk yang jumlah banyak bisa menjadi beberapa klaster sesuai dengan proporsi besar klaster. Kelurahan terdiri 94 Dusun, dari satu kelurahan diambil 2-4 dusun sebagai klaster. Selanjutnya pada tahap kedua, di masing-masing klaster diambil subyek survey perorangan sebanyak 7 responden. Sehingga total sampel adalah 30 x 7 = 210 responden yang diperkirakan mencukupi untuk mengestimasi proporsi kejadian pada kisaran 15 % - 85%. Dari satu kelurahan diambil 2-4 dusun sebagai sampel.

Pengambilan sampel ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Pria usia 25-45 tahun yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang

b. Tidak menderita hipertensi c. Tidak Keadaan sakit

(3)

Cara pengambilan sampel dimulai dari rumah kepala lingkungan sebagai pusat klaster. Peneliti berjalan sesuai dengan arah jarum jam. Kemudian peneliti berjalan dari rumah ke rumah sampai batas klaster. Pengambilan sampel diambil sesuai dengan kriteria penelitian, bila tidak sesuai dengan kriteria penelitian maka peneliti pindah kerumah berikutnya. Jika ada 2 responden yang memenuhi kriteria pada satu rumah maka dapat dilakukan wawancara pada keduanya.

Tabel 3.1. Rincian Kluster Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang

No Kelurahan/Desa Jumlah Populasi Jumlah Klaster

Sumber : data statistik kelurahan tahun 2010

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

(4)

responden. Peneliti menggunakan kuesioner penelitian yang dibuat sendiri oleh peneliti. Kuesioner yang dibuat dalam bentuk pertanyaan kombinasi tertutup dan semi terbuka yaitu jawaban semula tertutup, kemudian diberi jawaban singkat guna mengklarifikasi jawaban yang diberikan responden. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh 6 orang mahasiswa S-1 Keperawatan STIKes Medistra Lubuk Pakam. Sebelum dilakukan pengambilan data dikerjakan, dilakukan coaching kepada ke 6 mahasiswa. Responden terlebih dahulu diukur tekanan darahnya jika tekanan darah responden ≥ 140/80 mmHg maka responden dikeluarkan. Sebelum kuesioner digunakan maka untuk melihat tingkat validitas dan relibialitas kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap 30 orang diluar Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang dan kelurahan Lubuk Pakam.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

(5)

pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah (Azwar, 2001).

Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah korelasi product moment angka kasar dari pearson. Perhitungan selengkapnya di gunakan komputer program analisa butir (anabut). Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila nilai koefisien korelasi > 0,3 (Sugiono, 2003).

Adapun sampel untuk uji validitas ini adalah pria ≤ 40 tahun yang tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang yaitu Puskesmas Tanjung Morawa yang berjumlah 30 orang.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan penterjermahan dari kata reliability yang berasal dari kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang realibel. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terdapat kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek belum berubah (Azwar, 2001).

(6)

(Sugiyono, 2004). Nilai r Tabel dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 30 orang yang diuji nilai r-Tabelnya adalah sebesar 0,630

Adapun hasil uji validitas variabel ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut: Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Riliabilitas

Variabel Butir Nilai CIIT Status Alpha crombach Status Pengetahuan 1 0,518 Valid 0,864 Reliable

(7)

Berdasarkan tabel 3.1 diatas dapat diketahui bahwa seluruh variabel pengetahuan sebanyak 10 soal masing–masing indikator mempunyai nilai r-hitung >0,361 (r-tabel), maka dapat disimpulkan variabel pengetahuan valid dan seluruh variabel motivasi sebanyak 10 soal masing-masing indikator mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel), maka dapat disimpulkan variabel motivasi valid serta variabel pencegahan hipertensi sebanyak 10 soal masing-masing indikator mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel), maka dapat disimpulkan variabel pencegahan hipertensi valid.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian Hidayat, (2009). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent variable) yaitu pengetahuan dan motivasi sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah pencegahan hipertensi.

3.5.2. Definisi Operasional

Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu sesuai dengan definisi operasional antara lain:

(8)

2. Motivasi adalah motivasi yang ada dalam diri individu (pria usia 25 - 45 tahun) untuk melakukan pencegahan penyakit hipertensi meliputi tidak merokok, tidak minum alkohol, pola makan yang sehat, manajemen stres dan melakukan pemeriksaan kesehatan.

3. Pencegahan hipertensi adalah tingkat perilaku pria usia 25 - 45 tahun dalam melakukan aturan hidup sehat

a. Melakukan pencegahan adalah pria usia 25 - 45 tahun yang melakukan hidup sehat meliputi tidak merokok, tidak minum alkohol, pola makan yang sehat, manajemen stres dan melakukan pemeriksaan kesehatan.

b. Tidak melakukan pencegahan adalah pria usia 25 - 45 tahun yang tidak melakukan hidup sehat meliputi tidak merokok, tidak minum alkohol, pola makan yang sehat, manajemen stres dan melakukan pemeriksaan kesehatan. 3.6. Metode Pengukuran

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah daftar pertanyaan (kuesioner) untuk wawancara langsung dengan responden. Metode pengukuran yang berpedoman kepada: variabel, cara ukur, skala ukur, katagori pengukuran dan hasil ukur, seperti tabel 3.2. dan 3.3. berikut ini:

(9)

Tabel 3.3. (Lanjutan)

Tabel 3.4. Aspek Pengukuran Variabel Dependen (Pencegahan hipertensi pada pria usia 25 – 45 tahun)

(10)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Deli Serdang secara geografis terletak pada posisi 2°57° Lintang Utara 3° 16° Lintang Selatan dan 98°27° Bujur Timur, dengan luas wilayah 2,497,72Km², yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa, letaknya diatas permukaan laut 0-500 meter. Ada pun batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Berbatas dengan Kabupaten langkat dan Selat Sumatera b. Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kabupaten Karo dan Simalungun c. Sebelah Barat : Berbatas dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

Kabupaten Deli Serdang memiliki 31 (tiga puluh satu) Puskesmas dan luas wilayah kerja Puskesmas Pakam Pekan ± 40.33 km², yang terdiri dari 10 desa, dengan jumlah penduduk 55,995 jiwa. Puskesmas Pakam Pekan terdiri 1 unit Puskesmas Induk, 3 unit Puskesmas Pembantu, dan 34 unit Posyandu aktif. Jumlah pegawai Puskesmas Lubuk Pakam 37 orang, Puskesmas Pembantu Desa Sekip 9 orang, Puskesmas Pembantu Bakaran Batu 9 orang, Puskesmas Pembantu Pagar Merbau III 9 orang, Bidan Desa PNS 4 orang dan Bidan PTT 4 orang.

4.2. Karakteristik Responden

(11)

Tabel 4.1. Distribusi Proporsi responden Berdasarkan Karakteristik Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Keadaan social keluarga, di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

No Karakteristik Jumlah Persentase (%)

1 Umur

Mahasiswa/Pelajar 2 1,0

Tidak Bekerja 1 0.5

(12)

dan 40-45 tahun. Pendidikan responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang dominan SMA yaitu 112 orang (53,3%) selebihnya SMP, SD dan akademik/PT. Pekerjaan responden bervariasi, namun umumnya wiraswasta 52,9%, selebihnya responden bekerja sebagai petani, pegawai swasta, PNS, buruh, mahasiswa dan tidak bekerja. Suku responden dominan suku jawa yaitu 118 orang (56,7%), selebihnya suku batak, suku melayu dan suku minang.

Keadaan riwayat keluarga dan menerima informasi/penyuluhan kesehatan tentang hipertensi responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan, Riwayat Keluarga, Menerima Informasi/Penyuluhan Kesehatan Tentang Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

2 Menerima Informasi/Penyuluhan Kesehatan tentang Hipertensi

(13)

informasi/penyuluhan kesehatan lebih banyak dari puskesmas, selebihnya dari Koran, TV dan rumah sakit.

4.3. Pengetahuan

Pengetahuan tentang hipertensi yang diperoleh dari responden meliputi: pengetahuan tentang hipertensi, cara timbulnya penyakit, faktor resiko, komplikasi hipertensi dan pencegahan hipertensi. Untuk melihat pengetahuan responden disusun sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dijabarkan pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pengetahuan Tentang Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Tahun 2011

(14)

berapa kali setahun memeriksakan tekanan darah Mayoritas responden menyatakan mengetahui guna dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan mengetahui usia berapa terkena hipertensi serta mengetahui bahwa hipertensi dapat dicegah. Mayoritas responden mengetahui penyakit hipertensi adalah penyakit yang menakutkan, dan mengetahui gejala hipertensi serta mengetahui jenis makanan apa saja yang dapat mencegah hipertensi. Selanjutnya mayoritas responden mengetahui olah raga dapat mencegah hipertensi, dan mengetahui stress dapat menyebabkan hipertensi.

Distribusi responden berdasarkan kategori pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Katagorik Pengetahuan Tentang Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

No Pengetahuan Jumlah Persen (%)

1. Baik 66 26,4

2. Cukup 83 33,2

3. Kurang 61 24,4

Total 210 100

(15)

4.4. Motivasi

Motivasi tentang pencegahan hipertensi yang diperoleh dari respoden meliputi: tidak merokok, tidak minum alkohol, pola makan yang sehat, manajemen stress dan pemeriksaan kesehatan. Untuk melihat motivasi responden disusun sebanyak 10 pernyataan dan dapat dijabarkan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Motivasi tentang Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

(16)

Tabel 4.5 (Lanjutan)

(17)

berat badan terlalu gemuk, dan sebagian besar responden menyatakan setuju melakukan pemeriksaan tekanan darah bila sudah menderita hipertensi.

Distribusi responden berdasarkan kategori motivasi dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Motivasi Tentang

Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

No Motivasi Jumlah Persen (%)

1. Positif 114 54,3

2. Negatif 96 45,7

Total 210 100

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada indikator motivasi maka variabel motivasi dapat di kategorikan menjadi positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi kategori positif yaitu sebanyak 114 orang (54,3%), selebihnya responden memiliki motivasi negatif yaitu sebanyak 96 orang (45,7%).

4.5. Pencegahan Hipertensi

(18)

Distribusi responden menurut indikator pencegahan hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Indikator Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Ikut serta dalam aktivitas grup (misalnya organisasi)

103 49 107 51 210 100

Melakukan pemeriksaan kesehatan atau general cek up dalam tahun terakhir ini

102 48,6 108 51,4 210 100

(19)

responden menkonsumsi garam. Sedangkan pada indikator keempat sebagian kecil responden tidak makan makanan gorengan 43 orang (20,5%), selebihnya responden makan makanan gorengan. Pada indikator kelima sebagian kecil tidak makan gulai bersantan 68 orang (3,4) selebihnya responden makan gulai bersnatan. Pada indikator keenam sebagian kecil responden melakukan olah raga 98 orang (46,7%), selebihnya responden tidak melakukan olah raga. Pada indikator kedelapan sebagian besar responden tidak menghadapi masalah yang sulit dihadapi 112 orang (53,3%), selebihnya responden menghadapi masalah yang sulit dihadapi. Pada indikator kesembilan sebagian kecil responden ikut serta dalam aktivitas grup 103 (49%), selebihnya responden tidak ikut serta dalam aktivitas grup dan terakhir pada indikator sepuluh sebagian kecil responden melakukan pemeriksaan kesehatan atau general cek

up dalam tahun terakhir ini 102 (48,6%), selebihnya responden tidak melakukan

pemeriksaan kesehatan atau general cek up dalam tahun terakhir.

Distribusi responden berdasarkan kategori pencegahan hipertensi dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

No Pencegahan Hipertensi Jumlah Persen (%)

1. Tidak dilakukan 157 62,8

2. Dilakukan 53 21,2

Total 210 100

(20)

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada indikator pencegahan hipertensi maka variabel pencegahan hipertensi dapat di kategorikan menjadi tidak dilakukan dan dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden kategori tidak melakukan pencegahan hipertensi yaitu sebanyak 157 orang (62,8%), selebihnya responden melakukan pencegahan hipertensi yaitu sebanyak 53 orang (21,2%)

4.6. Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Hipertensi

Variabel pengetahuan pada awalnya dibagi dalam 3 katagori yaitu baik (>76%), cukup (56-75%) dan kurang (<55%), dikemudian diubah menjadi 2 katagori yaitu baik (≥56%) dan kurang (< 55%) untuk mengetahui Ratio Prevalensi dan

Confidence Interval.

Variabel pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan, hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Pengetahuan

Pencegahan Hipertensi

Jumlah

(21)

pengetahuan baik terdapat sebanyak 81,9% responden tidak melakukan pencegahan hipertensi, dan 18,1% responden yang melakukan pencegahan hipertensi. Dari 61 responden memiliki pengetahuan kurang terdapat sebanyak 57,4% responden tidak melakukan pencegahan hipertensi dan 42,6% responden yang melakukan pencegahan hipertensi.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pencegahan hipertensi.

4.7. Hubungan Motivasi dengan pencegahan Hipertensi

Variabel motivasi terdiri dari 10 pernyataan, hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hubungan Motivasi dengan pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

Motivasi

Pencegahan Hipertensi

Jumlah Dilakukan Tidak

Dilakukan

Nilai p RP CI 95%

n % n % n %

Positif 33 28,9 81 71,1 114 100 0,178 0,646 0,341-1,222 Negatif 20 20,8 76 79,2 96 100

(22)

yang memiliki motivasi negatif terdapat sebanyak 79,2% responden tidak melakukan pencegahan hipertensi, dan 20,8% responden melakukan pencegahan hipertensi.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,178 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara motivasi dengan pencegahan hipertensi.

(23)

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik dan Riwayat Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 25-29 tahun (34,14%), pendidikan SMA (53%), pekerjaan wiraswasta (53%) dan suku jawa (57%). Sementara itu berdasarkan riwayat keluarga sebagian besar responden tidak ada riwayat hipertensi dan responden yang mendapat informasi/penyuluhan kesehatan tentang hipertensi sebagian besar dari puskesmas responden mendapat informasi/penyuluhan kesehatan tentang hipertensi selebihnya dari koran, TV dan rumah sakit.

Secara umum terlihat responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang berpendidikan menengah yaitu SMU dan mendapat informasi kesehatan/penyuluhan kesehatan tentang hipertensi.

(24)

Menurut Cohen. dkk (1995), informasi meliputi memberikan nasehat, petunjuk, masukan, atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap dan bertindak menghadapi situasi yang dianggap membebani. Sejalan dengan pendapat Newman (1987) yang dikutip Salfina (2003), bahwa bantuan informasi adalah komunikasi tentang opini atau kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan agar dapat menjadikan individu lebih mampu mengatasi sesuatu.

Salah satu cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah dengan berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman ini merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Demikian juga pendapat Kuncoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) bahwa pendidikan seseorang berpengaruh pada pengetahuannya, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang rendah/kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan sehingga pengetahuan kurang.

5.2. Pengetahuan Tentang Pencegahan Hipertensi

(25)

pencegahan hipertensi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa sebagian besar responden pengetahuan cukup terdapat sebanyak 75,9% responden tidak melakukan pencegahan hipertensi. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang terdapat sebanyak 57,4% responden tidak melakukan pencegahan hipertensi, dan 42,6% responden yang melakukan pencegahan hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang adalah cukup karena mayoritas responden mengetahui hipertensi dan cara pencegahan hipertensi. Ada kecenderungan responden tidak melakukan pencegahan hipertensi walaupun memiliki pengetahuan yang memadai. Hal ini diasumsikan bahwa responden kurang merasakan manfaat dari melakukan pencegahan hipertensi. Dimana pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut.

(26)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Dalyoka (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pengendalian hipertensi pada lansia di posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Mojosongo Bayolali dengan desain penelitian observasional, dan bersifat cross-sectional diketahui bahwa sebanyak 47% responden mengetahui buah semangka, melon, dan mentimun dapat menurunkan hipertensi dan 76% responden mengetahui gejala hipertensi. Didukung hasil penelitian Marpaung (2005) tentang perilaku pegawai di Deli Serdang dengan desain deskriptif analitik dan bersifat cross-sectional diketahui bahwa persentase pegawai yang pengetahuannya rendah atau kurang dan menderita hipertensi sebesar 42,56%. Sejalan dengan penelitian Rasmaliah (2005) tentang gambaran epidemiologi penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan dengan desain deskriptif analitik dan bersifat cross-sectional bahwa persentase masyarakat di kecamatan medan Belawan yang menderita hipertensi umumnya berpendidikan rendah (SD). Tingginya kasus hipertensi yang terjadi pada masyarakat yang berpendidikan rendah menunjukkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam mengatur pola hidup, pola makan, serta mengantisipasi faktor resiko hipertensi lebih rendah dibandingkan masyarakat yang berpendidikan tinggi.

5.3. Motivasi Tentang Pencegahan Hipertensi

(27)

Kabupaten Deli Serdang adalah positif karena mayoritas responden setuju mengurangi konsumsi makanan yang terlalu asin dalam menu sehari-hari, melakukan olah raga, senang tidak merokok, melakukan pemeriksaan tekanan darah, mengisi waktu libur untuk rekreasi dan menghindari berat badan terlalu gemuk, hanya beberapa responden memeriksakan kolesterol bila biaya murah dan melakukan pemeriksaan tekanan darah bila sudah menderita hipertensi melakukan pemeriksaan tekanan darah jika tergolong resiko hipertensi. Ada kecenderungan respoden memiliki motivasi positif namun tidak melakukan pencegahan hipertensi. Hal ini diasumsikan kurangnya motivator dukungan dari keluarga dan manfaat dari melakukan pencegahan kurang dirasakan pada saat itu.

(28)

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Hick & Gullet (2002), mengatakan bahwa berbagai kebutuhan keinginan dan harapan yang terdapat didalam pribadi seseorang dapat menyusun motivasi orang tersebut. Selain motivasi diperlukan motivator sebagai orang yang mampu mendorong orang lain melakukan sesuatu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan studi Lubis & Hendro (2009), yang meneliti tentang pengaruh psikososial terhadap pola makan dengan desain survey dan bersifat cross-sectional diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai motivasi diri kategori kurang (63%), sedangkan motivasi diri yang baik sebanyak 37%. Demikian juga hasil penelitian Juleka (2005) tentang hubungan pola makan dengan pengendalian kadar glukosa darah pengidap diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSU Gunung Jati Cirebon yogjakarta dengan desain observasional analitik dan bersifat cross-sectional bahwa 40% penderita DM yang terkendali kadar glukosanya mempunyai motivasi yang tinggi untuk menggunakan obat sesuai resep yang dianjurkan, da 31 % penderita DM dengan jadwal makan yang sesuai mempunyai kadar gula darah yang terkendali.

5.4. Pencegahan Hipertensi

(29)

dirasakan pada saat itu juga. Hasil penelitian di atas tentunya perlu mendapat perhatian serius dari Dinas Kesehatan melalui petugas kesehatan Kabupaten Deli Serdang, untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi.

Menurut Tara, E (1999) upaya pencegahan hipertensi dilakukukan melalui pendekatan, seperti penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko hipertensi serta kiat agar terhindar dari hipertensi dengan cara menghindari rokok, konsumsi alkohol, obesitas, stress. Demikian pendapat Dalimartha (2008), dalam bukunya Care Your

Self hipertensi mengatakan perlu perubahan gaya hidup yang positif meliputi

mengontrol makan, tingkatkan aktivitas, sertakan bantuan dari kelompok pendukung, berhenti merokok dan hindari konsumsi alkohol. Demikian juga berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 Tahun 2005 dalam melaksanakan pencegahan dan penangulangan penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi melalui gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor resiko.

Menurut Asngari (2001), mengatakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang dapat dilakukan dengan megubah salah satu ranah perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) atau ketiga-tiganya. Perubahan masing-masing ranah itu akan saling memengaruhi.

(30)

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa proses perubahan perilaku tidak selalu melalui pengetahuan, karena dalam praktek sehari-hari sering terjadi sebaliknya yaitu kadang-kadang seseorang tidak sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku seseorang antara lain: pendapatan, sosial budaya (suku, agama, kepercayaan), psikologi (faktor pribadi) karakteristik pribadi.

Keadaan ini sesuai dengan teori perilaku yang dikemukan oleh Adjen dan Fishbein (1991), tentang perilaku terencana yang mengarah pada kepatuhan untuk melakukan anjuran. Ada 3 (tiga) konsep yang saling berkaitan sebagai determinan dari kepatuhan atau keinginan. Pertama adalah sikap terhadap perilaku (attitude

toward the behavior), yang dimaksud pada penelitian ini adalah merujuk pada

(31)

adalah merujuk pada kemudahan atau kesulitan untuk menampilkan perilaku pola makan, tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak konsumsi garam, manajemen stress dan pemeriksaan kesehatan. Kesulitan menampilkan perilaku pola makan, tidak merokok, tidak minum alkohol, manajemen stress, melakukan olah raga ini erat kaitanya dengan kepercayaan diri dan dukungan keluarga responden.

5.5. Hubungan Pengetahuan dengan Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah keseluruhan informasi yang diketahui oleh responden tentang hipertensi, cara timbulnya penyakit, faktor resiko, komplikasi dan pencegahan hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentase responden sebagian besar memiliki pengetahuan baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pencegahan. Mengacu pada hasil penelitian ini, pengetahuan tentang pencegahan hipertensi pada masyarakat secara nyata menunjukkan hubungan dengan pencegahan hipertensi (p < 0,05).

(32)

menyimpulkan ada hubungan pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam pencegahan hipertensi (p < 0,05 dan nilai Exp (β) sebesar 16,546).

Penelitian yang lainnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah yang dilakukan Handoko (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pengendalian hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja puskesmas mojosongo bayolali dengan desain deskriptif analitik dan bersifat cross-sectional menyimpulkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pengendalian hipertensi pada lansia (p = 0,003).

(33)

Misalnya responden yang memiliki pengetahuan baik dan cukup dalam pencegahan hipertensi maka akan memiliki sikap yang positif pula yang diikuti dengan perilaku positif. Setelah mengetahui dan mendapat informasi tentang pencegahan hipertensi selanjutnya individu akan mengevaluasi informasi yang diperoleh, apakah dapat bermanfaat bagi dirinya atau tidak, apabila informasi itu tidak bermanfaat bagi dirinya maka ia akan meninggalkan dan tidak mengadopsi pengetahuan tersebut, tetapi sebaliknya apabila informasi tersebut dianggap menguntungkan, maka selanjutnya ia akan mengadopsi pengetahuan tersebut yang diikuti oleh munculnya pengetahuan, kesadaran dan sikap positif.

5.6. Hubungan Motivasi dengan Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar motivasi kategori positif yaitu sebanyak 114 orang (54,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai

p = 0,178 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

motivasi dengan pencegahan hipertensi. Mengacu pada hasil penelitian, motivasi tentang pencegahan hipertensi pada masyarakat secara nyata menunjukkan tidak ada hubungan dengan pencegahan hipertensi ( p > 0,05).

(34)

yang sudah termotivasi untuk bertindak, maka rangsangan sedikit saja sudah cukup untuk menimbulkan respon tersebut.

Responden yang memiliki motivasi positif akan terlihat dari perilakunya dalam upaya melakukan pencegahan hipertensi. Motivasi adalah bagian dari psikologis individu yang terdapat dari dalam diri individu untuk melakukan pencegahan hipertensi, artinya semakin baik motivasi masyarakat, maka akan melakukan pencegahan hipertensi. Hal ini sesuai dengan pendapat

(35)

dorong atau motivasi responden untuk melakukan pencegahan hipertensi yang baik tanpa adanya paksaan.

Hasil studi Kusumawardhani (2007) tentang hubungan antara tanggapan pasien dan kepatuhan pasien terhadap pencegahan sekunder hipertensi di kelurahan Abadijaya Depok Jawa Barat dengan desain deskriptif analitik dan bersifat

cross-sectional menyimpulkan sikap penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas Abadi

Jaya mengenai penyakit hipertensi sudah baik, tetapi masih belum ditunjang oleh perilaku mereka, antara lain seperti takut untuk rutin periksa tensi, minum obat hanya jika ada keluhan. Dari hasil studi Kusumawardhani tersebut telihat kurang adanya motivasi dari responden pada hal sudah menderita hipertensi.

Menurut Rowley (1999), karakteristik masyarakat termasuk keinginan (motivasi) untuk sembuh merupakan faktor penting yang diperlukan dari individu untuk mengikuti seluruh anjuran yang dianjurkan dalam proses pengobatan penyakit.

Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa tindakan merupakan wujud nyata dari pengetahuan dan sikap, meskipun suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain.

(36)

tentang pencegahan hipertensi sangat penting dilakukan sebagai upaya meningkatkan pelayanan kesehatan. Metode penyuluhan yang digunakan juga harus sesuai dengan kemampuan masyarakat, sehingga apa yang menjadi tujuan penyuluhan dapat tercapai, misalnya dengan menampilkan gambar tentang komplikasi hipertensi karena tidak melakukan pencegahan hipertensi.

Peningkatan pengetahuan saja belum tentu dapat merubah sikap atau motivasi responden tentang pencegahan hipertensi, oleh karena itu harus dirumuskan suatu pendekatan yang lebih baik, misalnya melibatkan keluarga, dan tempat kerja untuk mensosialisasikan pemeriksaan berkala dan gaya hidup sehat.

Menurut Rogers E.M (1983) perlu menumbuhkan kesadaran sangat dalam rangka perubahan perilaku. Menumbuhkan kesadaran dapat dilakukan dengan memberikan sosialisasi tentang pentingnya pemeriksaan berkala. Sosialisasi tentang pentingnya pencegahan kesehatan untuk kegiatan preventif memang sudah banyak dilakukan namun yang memanfaatkan untuk pemeriksaan masih rendah.

Menurut pendapat Girois dkk (2001) secara garis besar tujuan dari pencegahan adalah supaya mereka yang memiliki resiko dianjurkan untuk memakan makanan yang lebih bervariasi, mengkomsumsi lebih sedikit lemak, secara khusus yang mengadung kolesterol dan jenuh lemak, mengkonsumsi lebih banyak sayuran dan buah, lebih sedikit mengkonsumsi garam, mengurangi konsumsi alkohol dan rokok, meningkatkan aktifitas fisik dan mengendalikan berat badan.

(37)

pada masa dekat (dibawah 10 tahun). Keadaan ini ditujukan bagi populasi yang memiliki kemungkinan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah tinggi untuk itu diperlukan intervensi yang lebih intensif. Perubahan pola hidup tetap menjadi elemen penting dari penurunan resiko jangka panjang, Pencegahan seumur hidup memprioritaskan perubahan pola hidup yang menjadi penyebab utama faktor resiko, seperti kegemukan, kurang aktifitas dan pola makan

Pendekatan perubahan juga bisa ditempuh pada lokasi spesifik, sebagaimana dianjurkan oleh Brownson dkk (2001). Pendekatan perubahan melalui komunitas tertentu akan lebih efektif jika dilakukan dengan baik, misalnya melalui promosi kesehatan mengingat ada faktor pengaruh faktor kultural di dalam faktor resiko ini (Hesketh dkk, 2001).

(38)

5.7. Keterbatasan Penelitian

Pada saat melakukan penelitian, penulis mengalami kesulitan saat melakukan pengumpulan data. Sebagian responden sulit ditemui karena sebagian dari mereka bekerja di luar rumah sehingga penulis harus menuggu mereka sampai pulang kerja dan pengumpulan data pada mereka hanya bisa dilakukan sore hari. Sebagian responden ditunggu 10 menit untuk mandi karena baru tiba dirumah dan ada juga responden tidak bersedia menjadi responden dengan alasan mau istirahat.

Dalam pembahasan peneliti mengalami kesulitan karena keterbatasan referensi dalam hasil penelitian tentang pengetahuan dan motivasi dalam pencegahan hipertensi. Sehingga pada saat pembahasan peneliti menggunakan referensi hasil penelitian yang responden sudah menderita hipertensi untuk memperkuat/ mendukung hasil penelitian.

(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan masyarakat tentang pencegahan hipertensi sebagian besar kategori baik. Secara statistik pengetahuan berhubungan dengan pencegahan hipertensi. 2. Motivasi masyarakat sebagian besar kategori positif. Secara statistik motivasi

tidak berhubungan dengan pencegahan hipertensi

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, makan dapat diberikan saran atau rekomendasi sebagai berikut:

1. Kepada Dinas Kesehatan Deli Serdang melalui Puskesmas Pakam Pekan perlu meningkakatkan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang jumlah pemeriksaan tekanan darah, sehingga masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan tentang jumlah melakukan pemeriksaan tekanan darah dan pentingnya melakukan olah raga setiap minggu serta bebas rokok.

2. Kepada petugas kesehatan untuk melakukan medical cek up khususnya tekanan darah dan pemeriksaan kolesterol secara gratis minimal 6 bulan sekali.

(40)

natrium/garam, mengurangi makanan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi, melakukan olah raga serta pemeriksaan tekanan darah minimal 6 bulan sekali.

Gambar

Tabel 3.1. Rincian Kluster Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Riliabilitas
Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Independen (Pengetahuan, dan Motivasi pria usia 25 – 45 tahun)
Tabel 3.3. (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

To be able to deliver this information the Norwegian Forest and Land- scape Institute (Skog og landskap) produces, among others, land resource statistics for all municipalities

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 54 Tahun 2015 tentang Standardisasi Biaya Kegiatan Dan Honorarium, Biaya Pemeliharaan, Dan

Pengembangan bahan ajar tentang perubahan materi dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik, dalam ini adalah mahasiswa, jika (1) dalam pembuatannya didasarkan

JST digunakan untuk pelatihan sistem terhadap pola tanda tangan yang kemudian data tersebut disimpan ke dalam basis data untuk dibandingkan dengan citra tanda

Kesimpulan dari beberapa definisi tersebut adalah bahwa kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang

Florindo Makmur yaitu ketidakmampuan perusahaan mendistribusikan permintaan produk kepada konsumen tepat waktu, dan tepat jumlah dikarenakan adanya selisih pada jumlah persediaan

Singkong yang telah ditumpuk di gudang bahan baku kemudian diangkut dengan belt conveyor menuju ke rangkaian mesin root peeler dan root washer.. Singkong diangkut ke mesin