• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. A Gangguan Penglihatan (katarak) di Lingkungan III Kel. Harjosari Kec. Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman pada Ny. A Gangguan Penglihatan (katarak) di Lingkungan III Kel. Harjosari Kec. Medan Amplas"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman

Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa

juga keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006). Perubahan kenyamanan

adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan

dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual,

2000). Sedangkan kenyamanan/ rasa nyaman adalah suatu keadaan telah

terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman /suatu

kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari, kelegaan/ kebutuhan telah

terpenuhi, dan transenden/ keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan

nyeri (Potter & Perry, 2005). Jadi kebutuhan keamanan dan kenyamanan sangat

dibutuhkan untuk membantu melindungi klien dari bahaya (Potter & Perry, 2005).

2.2. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman dan Nyaman

2.2.1.Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Tahap pengkajian

merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan,

kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan

dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu

(Muttaqin. Arif, 2010)

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian adalah

menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang

berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien

(Potter & Perry, 2005).

(2)

Adapun pengkajian kebutuhan dasar rasa aman dan nyaman meliputi :

a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya

perubahan status mental, tingkat keracunan, keletihan, usia, kematangan,

dan defisit motorik/ sensorik (misalnya berjalan dan keseimbangan).

b. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh (lantai

licin, karpet yang sobek, anak tangga yang berlubang, jendela dan kolam

renang).

c. Periksa klien apakah mengalami/ terkena konstriksi karena bekuan darah,

tersayat, luka bakar atau memar (Judith M, 2007).

2.2.2.Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian

tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar

perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus

inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,

simetris. Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu

dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma

dileher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain..

b. Palpasi

Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan

jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data,

misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi dan ukuran.

c. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan

tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan)

dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi

lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua

(3)

d. Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara

mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat

yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung,

suara nafas dan bising usus.

e. Head to toe (kepala ke kaki)

Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke

kaki. Mulai dari: keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,

hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,

punggung, genetalia, rectum dan ektremitas.

f. Neurosensori

Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gangguan penglihatan

kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap

penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa

diruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi

disekitar sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,

fotophobia (glukoma akut). Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak

kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau

mata keras dan kornea berawan (glukoma berat dan peningkatan air mata).

2.2.3.Analisa Data

Selama pengkajian, data dikumpulkan dari berbagai sumber, divalidasi dan

diurut ke dalam kelompok yang membentuk pola. Data dasar secara kontiniu

direvisi sejalan dengan perubahan dalam fisik status dan emosi klien. Hal ini juga

mencakup hasil laboratorium dan diagnostik. Selama langkah ini, perawat

menggunakan pengetahuan dan pengalaman, menganalisis dan menginterpretasi

dan menarik konklusi tentang kelompok dan pola data (Benner, 1994; Carneasli et

al, 1984; Carlson et al, 1991; Bandman & Bandman, 1995). Analisis data

(4)

pola kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respon klien (Potter &

Perry, 2005).

Tabel 1. Analisa Data Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

No Analisa data

1. a. Data Subjektif : adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan mereka (Potter & Perry, 2005). Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan malu.

b. Data Objektif : adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh pengumpul data (Potter & Perry, 2005). Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat kesadaran.

2.2.4.Masalah Keperawatan

Sebelum merumuskan diagnosa keperawatan, perawat mengidentifikasi

masalah perawatan kesehatan umum klien. Namun, sebelum memberikan

perawatan masalah harus ditetapkan secara lebih spesifik (Potter & Perry, 2005).

Untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, perawat harus lebih dulu menentukan

apa masalah kesehatan klien dan apakah masalah tersebut potensial atau aktual

(Potter & Perry, 2005). Adapun masalah yang sering muncul pada gangguan rasa

aman dan nyaman ialah :

1. Gangguan persepsi sensorik (visual).

2. Resiko cedera (jatuh).

Resiko cedera fisik berhubungan dengan perubahan penglihatan/

(5)

2.2.5.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual

atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin

dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter & Perry, 2005). Diagnosa

keperawatan biasanya terdiri dari tiga kompenen yaitu respon manusia (atau

masalah), faktor yang berhubungan, serta tanda dan gejala (Lyer & Camp,2004).

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dari kebutuhan dasar rasa aman

dan nyaman adalah :

a. Resiko jatuh (cedera)

Defenisi : beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan

yang berinteraksi dengan sumber adaftif dan sumber defisit individu.

Kemungkinan berhubungan dengan :

1. Penurunan ketajaman penglihatan.

2. Keterbatasan penglihatan.

3. Perubahan/keterbatasan mobilisasi.

4. Penataan lingkungan fisik.

5. Nyeri.

Kemungkinan data yang ditemukan :

1. Gangguan dalam pergerakan.

2. Keterbatasan dalam pergerakan.

3. Kerusakan Mobilitas Fisik.

4. Intoleran aktivitas.

5. Kurang Perawatan Diri (total atau sebagian).

6. Perubahan Pemeliharaan Kesehatan.

Tujuan yang diharapkan :

a. Meningkatkan perasaan nyaman dan aman individu.

b. Meningkatkan kemampuan individu untuk dapat melakukan aktifitas fisik

yang diperlukan untuk penyembuhan (misal; berjalan, batuk, nafas dalam,

ambulasi).

(6)

2.2.6.Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuannya

berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi

keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk

membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang

diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2005). Rencana asuhan

keperawatan adalah pedoman tertulis untuk perawatan klien (Potter & Perry,

2005).

Tabel 2. Rencana Tindakan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Rencana Tindakan Rasional

1. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.

1. Mengurangi potensi yang berbahaya dari lingkungan klien.

2. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

2. Menurunkan tekanan pada mata yang sakit.

3. Sarankan klien untuk tidak menyentuh matanya / menggaruknya.

3. Menurunkan stress pada mata/ menurunkan TIO.

4. Berikan pencahayaan yang paling sesuai dengan klien.

4. Meningkatkan penglihatan klien lokasi katarak akan memengaruhi apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik.

5. Ingatkan pasien menggunakan kacamata yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin

5. Perubahan ketajaman

penglihatan dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan

(7)

ada. sampai pasien belajar untuk mengkompensasi.

6. Dorong klien menggunanakan alat-alat adaftif seperti tongkat berjalan jika diperlukan.

6. Memberi keamanan yang sesuai sehingga masalah tidak aktual.

7. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

7. Digunakan untuk

melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

Kolaborasi:

8. Berikan obat sesuai indikasi:

Antiemetic, contoh proklorperazin (Compazine),

Asetazolamid.

Kolaborasi:

8. Mual/muntah dapat

meningkatkan TIO. Memerlukan tindakan segera untuk mencegah cedera okuler. Diberikan untuk menurunkan TIO bila

terjadi peningkatan. Membatasi kerja enzim pada produksi akueus humor.

2.2.7.Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat

dari klien (Budi Anna, 1994).

a. Mencakup intervensi yang sepesifik untuk mengurangi resiko pada setiap

kelompok perkembangan usia.

b. Intervensi lingkungan untuk memodifikasi lingkungan, sehingga dapat

(8)

2.2.8.Evaluasi

Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan (Budi Anna,

1994). Evaluasi dapat dibedakan atas evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi

proses dievaluasi setiap selesai melakukan perawatan dan evaluasi hasil

berdasarkan rumusan tujuan terutama kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan

acuan tentang perencanaan lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh

pasien.

a. Hasil yang diharapkan meliputi lingkungan fisik yang aman.

b. Pengetahuan klien bertambah tentang faktor-faktor yang menunjukan

keamanan dan tindakan pencegahan.

(9)

FORMAT KELOLAAN PRIMER Pengkajian Keperawatan Gerontik

2.3. Asuhan Keperawatan Kasus

---

2.3.1. Pengkajian

I. Identitas

a. Nama : Ny. A

b. Tempat/tanggal lahir : 73 tahun (tidak ingat tanggal lahir)

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Status perkawinan : Menikah (janda)

e. Agama : Islam

f. Suku : Jawa

g. Pendidikan : SMP

h. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

i. Alamat : Jln. Garu III, Gg. Jabrik No. 45

Kelurahan Harjosari

Kec. Medan Amplas

Sumatera Utara

Komposisi keluarga lansia

Klien memiliki 5 (lima) orang anak, 2 (dua) orang anak laki-laki dan 3 (tiga)

orang anak perempuan. Suami klien sudah meninggal 6 (enam) tahun yang

(10)

II. Riwayat Kesehatan Keluarga / genogram

Gambar 1. Bagan Genogram

Ny. A (73 Tahun)

Keterangan :

: laki-laki

: laki-laki meninggal

: laki-laki klien

: perempuan

: perempuan meninggal

: perempuan klien

--- : tinggal serumah

______ : bercerai

III. Riwayat Kesehatan saat ini

Klien mengatakan penglihatannya semangkin kabur dan tidak jelas seperti

berasap. Jika beraktivitas klien sering meraba-raba agar tidak menabrak

(11)

IV. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit. Biasanya kalau klien sakit

hanya berobat ke puskesmas atau hanya membeli obat diwarung.

V. Riwayat sehari-hari

a. Persepsi lansia terhadap sehat sakit

Klien menyatakan dirinya sehat apabila klien dapat melihat secara jelas,

tidak kabur dan klien mengatakan sakit itu disaat sekarang dimana

matanya yang tidak dapat melihat secara jelas dan rabun.

b. Kebiasaan

Kebiasaan klien setiap hari hanya dirumah saja sambil menonton televisi

dan melakukan kegiatan rumah yaitu memasak, membersihkan rumah.

c. Pola nutrisi

Dalam kebutuhan nutrisi klien makan 3x sehari (pagi, siang dan malam)

dengan nasi, sayur serta lauk yang cukup dan nafsu makan baik. Klien

memiliki kebiasaan berdoa sebelum makan. Klien tidak memiliki riwayat

alergi terhadap makanan dan tidak ada pantangan makan. Pada saat makan

klien tidak memiliki keluhan-keluhan. Klien selalu menghabiskan porsi

makan dan minum air putih sekitar 2-3 liter perhari.

d. Pola istirahat / tidur

Klien tidur pada malam hari jam 22.00 WIB dan bangun jam 05.00 WIB.

Klien tidur malam selama 7 jam, dan tidur siang tidak tentu bisa 1-2 jam.

e. Pola eliminasi

Klien BAK sehari ± 7x dengan BAK pada malam hari sebanyak 3x.

Klien tidak memiliki keluhan yang berhubungan dengan BAK, warna

(12)

Klien BAB sehari 1x (biasanya di pagi hari) dengan konsistensi semi

padat, warna kuning dan tidak ada keluhan yang berhubungan dengan

BAB.

f. Kebiasaan olah raga

Klien tidak pernah melakukan kegiatan olahraga lagi semenjak

penglihatannya tidak jelas. Klien takut terjatuh saat melakukan olahraga

karna penglihatannya tidak jelas lagi.

g. Kemampuan melakukan aktivitas

Klien setiap harinya melakukan aktivitas sebagaimana biasanya, seperti

membersihkan rumah, memasak, mencuci semuanya masih dilakukan

klien.

h. Rekreasi

Klien mengatakan jarang berpergian atau rekreasi, klien lebih senang

berkumpul dengan keluarga di rumah.

VI. Riwayat psikologi

Klien selalu merasa sedih dan cemas dengan keadaan dirinya. Klien belum

aepenuhnya menerima keadaan sakitnya. Karena penyakit yang dialaminya

sangat mengganggu aktivitas klien sehari-hari.

VII. Riwayat sosial

Klien mengikuti perwiritan yang ada didaerah sekitar rumahnya. Klien juga

masih sering ikut berkumpul kerumah tetangganya meski hanya sekedar

bercerita.

VIII. Riwayat spiritual & kultural

Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama islam, ajaran agama

dijalankan setiap saat. Klien sangat aktif menjalankan ibadah sholat 5(lima)

(13)

diselenggarakan oleh masjid di sekitar rumah tempat tinggalnya maupun

oleh masyarakat setempat.

IX. Kondisi lingkungan tempat tinggal

a. Pencahayaan ruangan redup / gelap karna kurangnya ventilasi dirumah.

b. Lantai yang tak rata,banyak terdapat gelombang pada lantai dan lubang.

X. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Wajah klien tampak segar, penampilan rapi, kulit putih bersih, berbicara

lancar dan jelas, kuku tangan dan kuku kaki bersih, penglihatan kabur

dan tidak jelas.

b. Tanda-tanda vital

TD : 130/80 mmHg Nadi : 96 x/i

RR : 22 x/i T : 370C

c. Pemeriksaan head to toe

1. Kepala dan rambut

a. Kepala

o Bentuk : simetris

o Kulit kepala : kulit kepala tampak bersih

b. Rambut

o Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran rata dan rambut

tampak sudah beruban.

o Bau : rambut terasa bau keringat

2. Mata

(14)

o Ketajaman penglihatan : kurang baik, penglihatan

kabur dan tidak jelas

o Konjungtiva : anemia (-)

o Skela : tidak ikterus

o Pupil : isokor (kanan dan kiri)

o Pemakai alat bantu : tidak memakai alat bantu

penglihatan

3. Hidung

o Bentuk : simetris

o Fungsi penciuman : baik, dapat membedakan

bau

o Perdarahan : tidak ada perdarahan

4. Telinga

o Bentuk : simetris antara kanan dan

kiri

o Lubang telinga : terdapat serumen (dalam

batas normal)

o Ketajaman pendengaran : kurang baik karena proses

penuaan

5. Mulut dan faring

o Keadaan bibir : lembab

o Keadaan gigi dan gusi : tidak ada perdarahan gigi

dan gusi, gigi tampak

bersih dan tidak lengkap

o Keadaan lidah : tidak ada tanda

perdarahan

6. Leher

o Tyroid : tidak tampak perbesaran

(15)

o Suara : jelas

o Nadi : teraba

d. Pemeriksaan integumen

o Kebersihan klien : klien tampak bersih dan

rapi

o Warna : kulit kuning langsat

o Turgor : turgor kulit cepat kembali

o Kelembaban : kulit lembab sedikit

keriput

e. Pemeriksaan payudara dan ketiak

Tidak dilakukan pemeriksaan.

f. Sistem pernafasan

o Frekuensi : 22 x/i

o Irama nafas : teratur

o Tanda kesulitan bernafas : tidak ada

o Palpasi getaran suara : terdengar dan teratur

o Perkusi : resonan

o Auskultasi : suara nafas teratur

g. Sistem kardiovaskuler

o Tekanan darah : 130/80 mmHg

o Nadi : 96 x/i

o Inspeksi : kulit normal (tidak pucat)

o Palpasi : -

o Perkusi : dulness

(16)

h. Sistem gastrointestinal

o Inspeksi : bentuk abdomen normal,

simetris, tidak terdapat

tanda-tanda asietas dan

distensi

o Palpasi : nyeri tekan (-), benjolan /

massa (-), asietas (-),

pembesaran hepar (-)

o Perkusi : terdengar suara tymphani

o Auskultasi : peristaltik usus 8-15 x/i

i. Sistem genitourinary

Klien sudah menoupause, klien mempunyai 5 orang anak, sumbatan pada

saluran perkemihan (-), warna dan bau (normal).

j. Sistem muskuloskeletal

Klien masih dapat menggerakkan kedua tangan dan kakinya walau kaki

klien sering kram/ kesemutan.

o Kesimetrian otot : simetris kanan dan kiri

o Pemeriksaan edema : tidak ada edema

o Kekuatan otot : kekuatan otot berkurang

o Kelainan ektremitas : tidak ada

k. Sistem neurologi

1. Tingkat kesadaran

a. GCS : 15 ( E : 4, V : 5, M : 6 )

2. Status mental

o Kondisi emosi/perasaan : Stabil

o Orientasi : orientasi waktu, tempat

(17)

o Proses berpikir : ingatan klien masih kuat,

klien masih ingat akan

kejadian masalalunya.

o Motivasi : klien iingin cepat sembuh

dan dapat melihat secara

jelas lagi

o Persepsi : klien tidak yakin akan

kesembuhan penyakitnya

secara total

o Bahasa : klien menggunaankan

bahasa indonesia dan

bahasa jawa.

3. Nervus Cranialis

a. Nervus Olfaktorius/ N1

Klien dapat membedakan bau-bauan.

b. Nervus Optikus/ N II

Lapangan pandang klien mengalami gangguan Visus mata

terganggu pada jarak jauh.

c. Nervus Okulomotoris/ N III, Trochealis/ N IV, Abdusen/ N VI

Terdapat glaukoma/katarak, edema kelopak mata (-), heperemi

konjungtiva (-), reaksi pupil terhadap cahaya (lambat), ukuran

mata kanan dan kiri normal, tidak ada tanda perdarahan, gerakan

bola mata normal.

d. Nervus Trigeminus/ N V

Klien dapat merasakan dengan baik rasa raba di kulit wajah pada

bagian maxila dan mandibulla kanan dan kiri. Klien dapat

merasakan nyeri, sentuhan panas dan dingin serta getaran yang

(18)

normal, kekuatan otot masester dan temporalis kanan dan kiri

serta gerakan mandibulla simetris.

e. Nervus Fasialis/ N VII

Identifikasi terhadap rasa asam, pahit, manis dan asin baik.

Kekuatan otot wajah atas dan bawah baik.

f. Nervus Vestibulocochlearis/ N VIII

Klien dapat berdiri tegak.

g. Nervus Glossopharingeus/ N IX, Vagus/ N X

Gerakan palatum dan vulva normal, palatum normal, palatum

lunak dan sedikit terangkat, letak uvula ditengah. Gerakan

menelan klien baik dan vokal suara jelas.

h. Nervus Assesorius/ N XI

Gerakan bahu kanan dan kiri simetris, rentang gerak sendi

servikal normal, kekuatan daya dorong disisi bahu klien baik,

kekuatan otot sternokledomastoideus klien baik.

i. Nervus Hipoglosus/ N XII

Gerakan lidah klien normal dan baik. Kekuattan otot lidah baik.

4. Fungsi motorik

a. Cara berjalan

Klien sulit berjalan karena pandangan rabun.

b. Romberg test

Klien dapat berdiri tegak.

c. Tes jari-jari

(19)

d. Pronasi-supinasi test

Klien mampu melakukan gerakan pronasi dan supinasi di atas

tempat tidur dengan baik.

e. Heel to shin test

Heel to shin test klien normal dan baik.

5. Fungsi sensorik

a. Identifikasi sentuhan ringan

Klien dapat mengetahui area kulit tubuh yang disentuh oleh

perawat.

b. Test tajam tumpul

Klien dapat mengidentifikasi barang yang tajam dan tumpul yang

disentuhkan ke kulitnya.

c. Test panas dingin

Klien dapat mengidentifkasi rasa panas dan dingin yang disentuh

ke kulitnya.

d. Test getaran

Klien dapat merasakan getaran dengan baik yang disentuhkan di

area wajahnya.

e. Streognosis test

Kurang baik.

f. Graphestesia test

Kurang baik.

g. Membedakan dua titik

Klien mampu membedakan dua titik bagian yang disentuh ke

kulitnya.

h. Topognosis test

(20)

6. Reflek

a. Reflek bisep

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

b. Reflek trisep

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

c. Reflek brachioradialis

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

d. Reflek patelar

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

e. Reflek tendon achiles

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

f. Reflek plantar

Terangsang dengan baik pada motorik atas kanan dan kiri.

XI. Pemeriksaan penunjang

Tidak pernah dilakukan pemeriksaan.

XII. Riwayat terapi

Klien mengatakan tidak pernah melakukan pengobatan untuk memperbaiki

(21)

2.3.2. Analisa data

Tabel 3. Analisa Data Asuhan Keperawatan

No Data Etiologi Masalah

terhalang asap yang makin lama semangkin menebal

Data objektif

 Pupil dilatasi

 Pengembunan pada pupil

 Lensa bewarna putih

 Retina tidak tampak

 Konsentrasi buruk

Katarak

Primer, Komplikata

Kekeruhan Lensa

Blocking sinar yang masuk ke kornea

Pandangan Kabur

Gangguan sensori perceptual (visual)

Gangguan persepsi

sensorik :

(22)

2 Data subjektif

 Klien mengatakan tidak memahami penyebab resiko cedera

 klien mengatakan matanya terasa kabur dan tidak jelas seperti berasap sejak beberapa tahun yang lalu.

 Pandangan ganda

Data objektif

 Ditemukannya glaukoma/ katarak

 Klien berjalan agak

membungkuk dan ragu-ragu

 Klien dapat

melihat dalam jarak pandang (-) 5 m.

 Lensa berwarna putih

Katarak

Primer, Komplikata

Kekeruhan Lensa

Blocking sinar yang masuk ke kornea

Pandangan kabur

Gangguan sensori perceptual (visual)

Penurunan ketajaman penglihatan

Resiko tinggi cedera (jatuh)

Resiko cedera

(23)

2.3.3. Rumusan Masalah / Diagnosa Keperawatan

I. Gangguan sensorik perseptual (visual) b/d katarak d/d lensa tampak

keruh, lensa berwarna putih susu, klien mengatakan pandangan kabur

sulit mengenali sesuatu, hasil pengkajian visus terdapat penurunan

yang signifikan, konsentrasi buruk.

II. Resiko cedera (jatuh) b/d penurunan ketajaman penglihatan d/d

pandangan berkabut dan kabur, klien tidak memakai alat bantu

penglihatan (kacamata) dalam melakukan aktivitas, klien tampak

berjalan dengan perlahan, meraba saat berjalan, kondisi penerangan

dirumah klien cukup baik, kondisi lingkungan tampak kurang baik

(pencahayaan kurang/redup, lantai yang tidak rata, bergelombang dan

(24)

2.3.4. Perencanaan

Tabel 4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional

Hari / tanggal

No. Dx

a. Tujuan:

Respon klien terhadap rangsang meningkat sehingga disorientasi klien dapat dikurangi

b. Kriteria Hasil :

1. klien mampu mendemonstrasikan perbaikan terhadap rangsang visual dan mengkomunikasian keterbatasan visual.

2. klien mampu mengidentifikasi faaktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatannya. 3. klien mampu mengidentifikasi faktor-faktor

atau sumber alternatif stimuli.

Rabu, 19/6/2013

1 Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji dan

dokumentasikan ketajaman

penglihatan (visus) dasar.

1. Menentukan seberapa bagus visus klien.

2. Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

2. Kehilangan

pengihatan terjadi lambat dan progresif, tetapi biasanya hanya satu mata yang diperbaiki per prosedur.

3. Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.

3. Memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut memengaruhi

(25)

4. Adaptasikan

lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara orientasikan klien pada lingkungan.

4. Memfasilitasi

kebebasan bergerak dengan aman.

5. Letakkan barang

yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan klien.

5. Memungkinkan

pasien melihat objek lebih mudah.

6. Cegah glare (sinar yang menyilaukan).

6. Mencegah distres. Katarak akan memecah sinar lampu

yang akan menyebabkan distres.

7. Perhatikan tentang penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata.

7. Gangguan

penglihatan iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.

Hari / tanggal

No. Dx

a. Tujuan:

Masalah resiko tidak menjadi aktual.

b. Kriteria Hasil :

1. Klien tidak mengalami cedera.

2. Klien mampu mengidentifikasi dan menghilangkan bahaya lingkungan.

3. Klien melaporkan tidak jatuh.

(26)

Rabu, 19/6/2013

2 Rencana Tindakan Rasional

9. Ciptakan

lingkungan yang aman dan nyaman.

9. Mengurangi potensi yang berbahaya dari lingkungan klien.

10.Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak

sakit sesuai keinginan.

10.Menurunkan

tekanan pada mata yang sakit.

11.Sarankan klien untuk tidak menyentuh matanya

/ menggaruknya.

11.Menurunkan stress

pada mata/

menurunkan TIO.

12.Berikan

pencahayaan yang paling sesuai dengan klien.

12.Meningkatkan

penglihatan klien lokasi katarak akan memengaruhi

apakah cahaya gelap atau terang yang lebih baik.

13.Ingatkan pasien menggunakan

kacamata yang tujuannya

memperbesar

kurang lebih 25%, penglihatan ferifer hilang. Dan buta titik mungkin ada.

13.Perubahan ketajaman

penglihatan dan kedalaman persepsi dapat menyebabkan bingung

penglihatan/ meningkatkan

resiko cedera sampai pasien

(27)

14.Dorong klien menggunanakan

alat-alat adaftif seperti tongkat berjalan jika diperlukan.

14.Memberi keamanan

yang sesuai sehingga masalah tidak aktual.

15.Pertahankan

perlindungan mata sesuai indikasi.

15.Digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan mata.

Kolaborasi:

16.Berikan obat sesuai indikasi:

Antiemetic, contoh proklorperazin

(Compazine), Asetazolamid.

Kolaborasi:

16.Mual/muntah dapat meningkatkan TIO. Memerlukan

tindakan segera untuk mencegah cedera okuler. Diberikan untuk menurunkan TIO bila terjadi peningkatan.

(28)

2.3.5. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 5. Pelaksanaan Keperawatan

Hari/tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Rabu, 19/6/2013

1 1. Mengkaji dan

mendokumentasikan ketajaman

penglihatan (visus) dasar.

2. Menentukan ketajaman

penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

3. Mendapatkan

deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.

4. Mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara mengorientasikan

klien pada lingkungan.

5. Meletakkkan alat-alat yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan klien.

6. Mencegah glare

(sinar yang menyilaukan).

7. Memperhatikan tentang penglihatan kabur dan iritasi mata dengan obat tetes mata.

S : Pasien mengatakan kedua mata tidak mampu melihat dengan jelas.

O :Pasien tampak kesulitan melihat pada tes tajam penglihatan

A :Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi

a. Pantau status tajam

penglihatan pasien. b. Mengurangi

pencahayaan yang

menyilaukan. c. Mengorientas

ikan pasien terhadap

(29)

Rabu, 19/6/2013

2 1. Menciptakan

lingkungan yang aman dan nyaman.

2. Memberi pasien

posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

3. Menyarankan klien

untuk tidak menyentuh matanya

/ menggaruk matanya.

4. Memberikan

pencahayaan yang paling sesuai dengan klien.

5. Mengingatkan

pasien menggunakan kacamata yang tujuannya

memperbesar kurang

lebih 25%, penglihatan ferifer

hilang. Dan buta titik mungkin ada.

6. Mendorong klien menggunakan alat-alat adaptif seprti tongkat berjalan jika diperlukan.

7. Mempertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

S :a. klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab cedera (jatuh)

b. klien mampu mengidentifikasi

bahaya dari lingkungan

O : Klien memahami

penjelasan

tentang penyebab cedera

A : Teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

(30)

Hari/tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

penglihatan (visus) dasar.

2. Menentukan ketajaman

penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata terlibat.

3. Mendapatkan

deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.

4. Mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan visual klien dengan cara mengorientasikan

klien pada lingkungan.

5. Meletakkkan alat-alat yang dibutuhkan dalam jangkauan dan pandangan klien.

6. Mencegah glare

(sinar yang menyilaukan).

7. Memperhatikan

tentang penglihatan kabur dan iritasi mata dengan obat tetes mata.

S :a. klien mampu mengenali

faktor-faktor atau sumber stimulis.

b. klien sudah mengenali lingkungan dan orang yang disekitar

lingkungan yang aman dan nyaman.

S : -a. Klien

(31)

2. Memberi pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

3. Menyarankan klien

untuk tidak menyentuh matanya

/ menggaruk matanya.

4. Memberikan

pencahayaan yang paling sesuai dengan klien.

5. Mengingatkan

pasien menggunakan kacamata yang tujuannya

memperbesar kurang

lebih 25%, penglihatan ferifer

hilang. Dan buta titik mungkin ada.

6. Mendorong klien menggunakan alat-alat adaptif seprti tongkat berjalan jika diperlukan.

7. Mempertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

(jatuh)

b. klien mampu mengenali dan menghilangkan bahaya lingkungan

O : Tidak terdapat luka Cedera (jatuh)

A : Masalah teratasi

Gambar

Tabel 1. Analisa Data Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Tabel 2. Rencana Tindakan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Gambar 1. Bagan Genogram
Tabel 3. Analisa Data Asuhan Keperawatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bedasarkan uraian diatas, maka penulis tetarik untuk mengangkat masalah keperawatan pada Klien penderita batu ginjal dengan prioritas masalah pemenuhan kebutuhan dasar gangguan

Suharyanto, Am, 2013, Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem. Perkemihan, Jakarta: Trans

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda gejala dari gangguan kesehatan dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera

istirahat dan ada juga masalah yang belum teratasi seperti klien banyak bertanya. tentang kehamilannya dan keadaan klien tampak lemah,maka

E mengatakan tidak ada anggota keluarga yang meninggal.. Persepsi pasien