13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih
dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, petanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi,
transportasi dan lain-lain. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit di masyarakat (Chandra, 2006).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain
menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara
seksama.
14
Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri. Pemerintah juga telah mencanangkan program-program penataan lingkungan yang pada dasarnya berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber daya air dan sumber
daya alam lainnya, dalam rangka pengendalian dampak lingkungan.
Pengelolaan sumber daya air sangat penting, agar dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengelolaan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia, dan biologi.
Ion renik (trace) adalah ion yang terdapat di perairan dalam jumlah yang sangat sedikit, biasanya dinyatakan dalam satuan nanogram/liter – microgram/liter.
Ion-ion renk di perairan meliputi : tembaga (Cu), seng (Zn), boron (B), flour (F), brom (Br), kobalt (Co), air raksa (Hg), kadmium (Cd), perak (Ag), kromium (Cr), vanadium (V), arsen (As), antimonium (Sb), timah (Sn), dan lain-lain. Beberapa dari
ion renik tersebut dibutuhkan oleh organisme akuatik. Pada perairan alami, ion-ion tersebut terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dan dinyatakan dalam satuan
nanogram/liter atau lebih kecil.
Kadar nikel pada perairan tawar alami adalah 0,001 – 0,003 mg/liter; sedangkan pada perairan laut berkisar antara 0,005 – 0,007 mg/liter. Kontak langsung
dengan larutan yang mengandung garam-garam nikel dapat mengakibatkan dermatitis, sedangkan mengisap nikel terus-menerus dapat mengakibatkan kanker
paru-paru (Effendi, 2003).
15
1.2. Permasalahan
Ketelitian prosedur analisis memberikan kepuasan pada hasil analisis tetapi sering
suatu prosedur sulit dilakukan karena keterbatasan sarana peralatan, karena itu permasalahan tersebut diangkat yaitu, aplikasi analisis nikel dapat dikerjakan dengan metode ICP (Inductively Coupled Plasma) dan metode titrasi kompleksiometri.
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui kadar nikel pada air minum, apakah masih memenuhi syarat Baku Mutu Air berdasarkan kelas menurut PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/2010.
1.4. Manfaat
Dapat memberikan informasi kadar kandungan nikel yang terdapat dalam air minum yang dihubungkan dengan syarat Baku Mutu Air berdasarkan kelas menurut
PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/2010.
1.5. Metodologi
Air minum sebagai sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer, kemudian diisapkan kedalam alat ICP melalui selang pengisap, maka sampel akan dianalisa dengan alat
ICP, lalu akan muncul hasil dilayar komputer.
16
Air minum sebagai sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan EDTA berlebih, ditambahkan aquadest, ditambahkan larutan buffer pH 10, ditambahkan
indikator, dititrasi dengan MgSO4 hingga terjadi perubahan warna, dilakukan
perlakuan yang sam sebanyak 3 kali, lalu dicatat hasilnya.