• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI KAYU CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TIMUR. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI KAYU CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TIMUR. Oleh :"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

CHRISTION YOEL SEPTIAN

NIM. 110 500 029

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

(2)

dengan 25 April 2014 di KBM Industri Kayu Cepu Unit I Jawa Timur yang bergerak dalam bidang penggergajian kayu jati sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda bidang kehutanan.

Mengetahui, Pembimbing

Ir. Wartomo, MP NIP. 196310281988031003

Penguji I

Erina Hertianti, S.Hut, MP NIP.197005031995122002

Penguji II

Ir. Syafi’i, MP

NIP. 196806101995121001

Menyetujui / mengesahkan,

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Syafi’i, MP

NIP. 196806101995121001

Lulus ujian pada tanggal : 20 Mei 2014

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan laporan praktek kerja lapang (PKL) ini.

Laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini berdasarkan praktek yang dilaksanakan di KBM Industri Kayu Cepu Unit I Jawa Timur sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan Prakek Kerja Lapang (PKL) ini dan selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Ibu Erina Hertianti, S.Hut, MP dan Bapak Ir. Syafi’i, MP selaku dosen penguji Praktek Kerja Lapangan (PKL).

3. Bapak Ir. Syafi’i, MP selaku ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Hutan.

4. Bapak Heriad Daud Salusu, S.Hut, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Hutan.

5. Bapak Dr. Ir. F. Joko Priyono, MP selaku Dosen pengantar Praktek Kerja Lapangan (PKL).

6. Para staf pengajar, administrasi dan teknisi di Program Studi Teknologi Hasil Hutan.

(4)

iii

7. Bapak Hengki Herwanto selaku sebagai salah satu Manager produksi cepu dan Bapak Warlim selalu membimbing dan mengarahkan kami serta memberi pengalaman-pengalaman yang sangat berharga bagi kami.

8. Ayahanda, Ibunda tercinta dan seluruh keluarga telah banyak membantu baik moril maupun material.

9. Teman-teman, karyawan yang ada di KBM Industri Kayu Cepu Unit I Jawa Timur yang telah banyak membantu PKL kami.

10. Teman-teman mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya angkatan 2011 serta teman-teman setim satu tempat PKL dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga amal dan kebaikan yang diberikan dalam bantuan penyelesaian penyusunan laporan ini mendapat balasan dari ALLAH SWT.

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan. Namun demikian penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca yang memerlukanya nanti.

Samarinda, Mei 2014 Penyusun

(5)

iv

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR GAMBAR ... vi I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ... 2

C. Hasil Yang Diharapkan ... 3

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN ... 4

A. Tujuan Umum Perusahaan ... 4

B. Manajemen Perusahaan... 8

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL ... 10

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN ... 12

A. Persiapan Bahan Baku ... 12

B. Penggergajian ... 15

C. Pengeringan (kiln dryer) ... 24

D. Moulding ... 27

E. Pembuatan Vinir ... 32

F. Pembuatan Pintu dan Kusen ... 38

(6)

v

H. Pengemasan dan penggudangan ... 53

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan... 58

B. Saran... 59 LAMPIRAN

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Penurunan bahan baku dari truk ... 13

2. Pemeriksaan log ... 14

3. Penyusunan BBI berdasarkan asal log / kayu ... 14

4. Pemilihan log di TPK input oleh petugas dari penggergajian ... 18

5. Pengangkutan BBI dari TPK input ke pabrik penggergajian ... 18

6. Lot I penggergajian mesin (PGM) ... 19

7. Alat log carriage ... 19

8. Mesin LBS (log band saw) ... 20

9. Mesin DRS (double reguller saw) primer ... 20

10. Mesin DRS (double reguller saw) sekunder ... 21

11. Mesin pemotong / cross cut ... 21

12. Hasil penggergajian berbentuk sortimen ... 22

13. Pengangkutan hasil penggergajian untuk dipindahkan ke gudang ... 22

14. Penyusunan kayu ... 25

15. Pengangkutan penyusunan sortimen kedalam ruang oven ... 26

16. Gudang penumpukan pengeringan kayu ... 26

17. Persiapan BBI ... 29

18. Mesin FMS I ... 30

19. Mesin FMS II ... 30

20. Penyotiran sortimen ... 31

(8)

vii

22. Persiapan perebusan ... 34

23. Proses penyayatan / sliceing ... 35

24. Mesin slice ... 35

25. Pengepakan vinir ... 36

26. Persiapan bahan baku ... 40

27. Mesin FSM ... 41

28. Mesin T planer ... 41

29. Mesin S planer ... 42

30. Pemberian pen dan perekat ... 42

31. Pengepresan bahan baku ... 43

32. Pendempulan dan pengamplasan ... 43

33. Pengemasan produk ... 44

34. Sortasi bahan baku ... 46

35. Proses dimesin FSM ... 47

36. Sortasi warna kayu ... 47

37. Proses dimesin sharper ... 48

38. Proses dimesin jointing ... 49

39. Proses dimesin rotary clamp / hidrolik ... 50

40. Proses dimesin double tenon ... 50

41. Penalian vinir ... 54

42. Pengikatan bahan baku ... 55

(9)

viii

LAMPIRAN

No. Teks Halaman

44. Struktur organisasi divisi industri kayu cepu unit I jawa timur ... 61

45. Prosedur kerja penggergajian mesin (PGM) ... 62

46. Prosedur kerja mesin pengeringan kayu (kiln dryer) ... 63

47. Prosedur kerja moulding ... 64

48. Prosedur kerja pembuatan vinir ... 65

49. Prosedur kerja pembuatan pintu dan kusen ... 66

50. Prosedur kerja dipabrik FJL (finger join lami lating) ... 67

51. Proses pengemasan dan penggudangan ... 67

52. TPK input ... 68

53. Hasil penggergajian mesin ... 68

54. Proses memasukan sortimen ke dalam ruang oven ... 69

55. Hasil dari proses moulding ... 69

56. Proses penyayatan / sliceing ... 70

57. Hasil penyayatan / sliceing berbentuk vinir ... 70

58. Produk jadi berupa pintu ... 71

59. Hasil pembuatan FJL berupa papan ... 71

60. Pengemasan produk ... 72

(10)

berbagai sebuah sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang termasuk terbesar yaitu sumber daya hutan, karena hutan di negara kita termasuk yang terbesar di dunia. Berbagai hasil yang dapat diperoleh dari hutan, misalnya rotan dan terutama kayu. Seiring dengan berkembang teknologi dan pertambahan penduduk, penggunaan kayu juga semakin bertambah, sehingga turut memicu kelahiran dan perkembangan industri pengolahan kayu di Indonesia, salah satunya adalah industri kayu jati seperti flooring, decking, pintu, kusen, jendela, vinir, FJL (finger join lami lating).

Peranan sumber daya manusia dalam rangka mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri-industri yang ada memiliki peranan yang sangat penting, dimana hal ini dikarenakan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi semakin berteknologi tinggi sehingga target produksi dan hasil yang maksimum dapat dicapai.

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sebagai salah satu lembaga pendidikan, mempunyai program dalam rangka mewujudkan dan menunjang peningkatan sumber daya manusia yaitu melalui kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih dua bulan untuk menambah pengalaman di dunia kerja secara langsung yang dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda bidang studi Kehutanan merupakan kurikulum yang sudah ditentukan. Kegiatan ini

(11)

merupakan lanjutan dari perkuliahan yang ditempuh selama di bangku kuliah, dan mempunyai acuan kepada mahasiswa yang bersangkutan sehingga mempunyai koordinasi antara Mahasiswa, Akademik dan perusahaan yang ditempati, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan dari PKL ini secara umum adalah meluaskan wawasan dan meningkatkan pengetahuan mengenai kegiatan perusahaan dan juga meningkatkan keterampilan fisik.

Adapun tujuan dari PKL secara khusus adalah sebagai berikut : 1. Memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan untuk

menambah kepercayaan diri serta meningkatkan keterampilan dalam dunia kerja.

2. Memiliki pengetahuan teknis dan keterampilan dalam pengolahan bahan baku kayu jati menjadi produk siap pakai.

3. Mampu memahami dan mengoperasikan alat, bahan, sarana dan urutan kerja yang tepat serta efisien dalam proses pengolahan kayu jati.

4. Agar lebih kritis dan tanggap terhadap perbedaaan yang dijumpai di lapangan dan apa yang di dapatkan dibangku kuliah.

5. Memantapkan keterampilan dan pengetahuan untuk menambah kepercayaan dan pengembangan kematangan dirinya dalam menghadapi dunia kerja nyata kedepannya.

(12)

C. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :

1. Setelah mahasiswa melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan memperluas ilmu pengetahuan.

2. Mahasiswa diharapkan pula dapat membandingkan antara teori yang diterima dari bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan sewaktu praktek.

3. Dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini mahasiswa dapat melihat langsung kegiatan di lapangan.

4. Dengan adanya kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini mahasiswa mampu untuk melaksanakan kerja di dunia nyata kedepannya.

(13)

II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya KBM Industri Kayu CEPU

Perum Perhutani KBM Industri Kayu (KBMIK) Cepu adalah penggabungan dari kesatuan industri pengolahan kayu jati (KIPKJ) cepu dan penggergajian mesin (PGM) Randublatung. Penggabungan tersebut merupakan kebijakan Direksi Perum Perhutani sesuai surat keputusan Direksi nomor. 554/KPTS/DIR/2005 tanggal 26 September 2005, tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani.

Industry kayu cepu pada saat pertama dibangun merupakan bagian dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu, sejak tahun 1976 berdiri sendiri menjadi Kesatuan Industri Pengolahan Kayu Jati (KIPKJ) cepu, dengan izin dari BKPN sesuai surat nomor. B79/A/SP/01/XI/1975, tanggal 2 Nopember 1975 dengan fasilitas PMDN yang dibiayai dari sumber keuangan Perum Perhutani dengan inverstasi sebesar ± Rp. 1,5 milyar.

Terhitung mulai tanggal 2 Januari 2006 sesuai dengan surat keputusan Direksi Perum Perhutani NO. 554/KPTS/DIR/2005 tanggal 26 September 2005, KIPKJ Cepu dan penggergajian mesin (PGM) Randublatung digabung dan diganti nama menjadi Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu (KBMIK) Cepu.

(14)

1. Lokasi terletak di Desa Batokan, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur yang mencapai areal seluas ± 23 hektar.

2. Tujuan pendirian industri kayu antara lain :

a. Mengolah kayu jati berupa log menjadi bahan baku setengah jadi, dan penyelesaian akhir produk, sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam menghentikan ekspor kayu kasar / log secara bertahap.

b. Melaksanakan program pemerintah dalam pembangunan sektor industri.

c. Menciptakan lapangan pekerjaan.

d. Mendapat nilai tambah dari hasil produksi. 3. Pertimbangan pemilihan lokasi antara lain :

a. Dekat dengan lokasi tersedianya bahan baku berupa log khususnya kayu jati.

b. Prasarana angkutan yang mudah. c. Tersedianya tenaga kerja.

d. Prasarana listrik dan air yang cukup. 4. Perkembangan industri kayu cepu :

a. Tahun 1950 : Dibangun unit penggergajian mesin (PGM). b. Tahun 1975 : Dibangun unit pabrik vinir.

c. Tahun 1976 : Berdiri sendiri menjadi Kesatuan Industri Pengolahan Kayu Jati (KIPKJ) Cepu.

(15)

d. Tahun 1978 : Dibangun satu unit PGM, satu unit Moulding dan parquet, dan unit pengeringan (Kiln Dryer).

e. Tahun 1987 : Dibangun satu unit mesin penggergajian (PGM).

f. Tahun 1999 : pemisahan unit moulding menjadi : - Unit pabrik Garden Furniture (GF I).

- Unit pabrik Garden Furniture (GF II).

- Unit pabrik Garden Furniture III (GF III) / pembuatan pintu dan kusen.

- Unit pabrik FJL (finer join lami lating). KBM Industri Kayu Cepu memiliki Visi dan Misi : VISI :

Menjadi penyedia produk-produk furniture dan komponen rumah berbahan dasar kayu jati yang terbaik di indonesia, dapat dipercaya, berorientasi pada pasar dan peduli pada lingkungan.

MISI :

Membuat dan memasarkan produk yang terbaik sesuai permintaan pasar dalam hal design, konstruksi, mutu kayu dan harga.

Selalu memperbaharui proses produksi untuk menjamin mutu produk dan ketepatan waktu serta mendapatkansistem produksi yang paling efisien dan paling nyaman buat kerja.

(16)

Mendengarkan keluhan, kebutuhan dan keinginan pelanggan serta mempelajari para pesaing untuk kemudian merumuskan strategi pelayanan yang terbaik pada pelanggan.

Menggunakan bahan baku yang tidak merusak lingkungan dengan membangun rantai lacak balak dalam proses produksi yang dapat dipertanggung jawawbkan.

2. Ketenagakerjaan

KBM Industri Kayu Cepu memiliki komitmen terhadap peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dapat menjamin bahwa setiap karyawan mampu melakukan tugas mereka dengan efesien dan selamat serta bertanggung jawab.

Seluruh karyawan KBM Industri Kayu Cepu yang eksis dalam perusahaan tersebut berjumlah kurang lebih 408 orang. Seluruh karyawan memiliki tanggung jawab pada tiap satu unit bagian dan menggunakan sistem kerja berupa shift atau rolling.

Kelanjutan dan keberhasilan pabrik tersebut akan tergantung kepada kemampuan dan semangat para pekerja yang terlibat didalam industri itu sendiri. Dalam hal ini manajemen KBM Industri Kayu Cepu telah mempersiapkan sistem pelatihan yang menyeluruh, baik menager maupun keahlian untuk menunjang karyawan menjadi profesional dalam bidang masing - masing.

(17)

Tabel 1. Daftar Jumlah Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan dan Status :

3. Struktur Organisasi

KBM Industri Kayu Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Timur, struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada lampiran gambar:

B. Manajemen Perusahaan 1. Bahan Baku

KBM (Kesatuan Bisnis Mandiri) Cepu Bahan Baku Industri (BBI) dipasok dari Cepu, Randublatung, Blora, Mantingan, Kebonharjo, Purwodadi sebagai penyuplai yang menentukan produk dengan jaminan mutu kayu Jati produksi KPH (Kesatuan Pemangku Hutan) sabagai pengolahaan berbagai jenis produk jadi maupun setengah jadi. Pendidikan

Karyawan Perum Pekerja Pelaksana Jumlah

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

SD 18 - 77 - 95 - SMP 47 3 41 - 88 3 SMA 118 10 69 11 187 21 Diploma 4 - - 1 4 1 S1 Non Kehutanan 5 - - - 5 - S1 Kehutanan 1 - - - 1 - S2 3 - - - 3 - Jumlah 198 13 187 12 383 25

(18)

Semua bahan baku yang akan diproses menjadi moulding, harus memenuhi Standar Nasional Indonesia Mutu Kayu Gergajian Jati (SNI-MKGJ) sesuai dengan spesifikasi dan sortimen yang diinginkan, dengan terlebih dahulu menentukan permukaan atas dan permukaan bawah.

2. Produk yang Dihasilkan

Produk kayu jati yang di hasilkan dari gergajian (RST) :

a. Maxi listoni dengan ukuran 22 cm x 148 cm x 100 - 240 cm. b. Decking dengan ukuran 19 cm x 100 cm x 105 - 240 cm.

c. Flooring dengan ukuran 12 / 15 cm x 77 / 85 cm x 300 - 100 cm. d. Lam parquet dengan ukuran 14 cm x 72 cm x 300 - 600 cm.

e. Parquet blok dengan ukuran 12 / 15 / 18 cm x 52 cm x 205 / 255 / 305 cm.

f. Parquet stock dengan ukuran 12 / 15 / 18 cm x 52 cm x 155 cm. g. Reng dengan ukuran 15 / 20 cm x 200 cm - Up – 25 / 30 cm x 200

cm - Up.

h. Vinir dengan ukuran 0,60 mm x 90 / 110 mm Up x 1500 mm - Up. Produk kayu jati yang dihasilkan berupa Moulding :

a. Pintu 36 cm x 720 / 820 cm x 211 cm. b. Kusen.

c. Jendela.

(19)

3. Pemasaran

KBM Industri Kayu Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Timur memproduksi kayu jati dan kayu gergajian dengan kualitas ekspor, namun tidak bisa langsung diekspor dari industri sendiri harus melalui perusahaan swasta atau PT sebagai pengekspor. Panjang log yang akan digergaji adalah 1 - 4 meter. Tapi ukuran log yang panjangnya 4 meter jarang sekali diproduksi tergantung pesanaan atau order dan umumnya log yang di Perum Perhutani adalah 1 - 2 meter dengan diameter rata - rata 30 - 50 cm.

Pemasaran ekspor dari hasil industri KBM Industri Kayu Cepu menembus kawasan Asia (Singapore, Jepang, Taiwan, Hongkong, Cina), Eropa (Italy), Amerika, Australia dan Timur Tengah. Untuk pemasaran lokal / dalam Negeri melayani berbagai pesanan (Order) diberbagai daerah indonesia tanpa melalui perusahaan swasta atau PT, penjualan dapat dilaksanakan lewat penjualan kontrak maupun penjualan langsung berhubungan dengan Perum Perhutani KBM Industri Kayu Cepu. Sedangkan untuk penjualan stock dapat dilakukan lewat lelang.

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL 1. Lokasi

Kompleks industri pabrik dengan luas areal kurang lebih 23 hektar berlokasi di Desa Batokan komlek Perum Perhutani, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur Jarak yang

(20)

ditempuh dari Surabaya ke KBM Industri Kayu Cepu menggunakan mobil melalui jalan darat memakan waktu ± 6 jam atau ± 148 KM. 2. Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KBM Industri Kayu Cepu Unit I Jawa Timur ini dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2014 sampai dengan tanggal 25 April 2014 dengan waktu kerja mulai pukul 07.00 WIB sampai jam 13.30 WIB dengan jumlah hari kerja 6 hari dalam 1 minggu.

(21)

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Persiapan Bahan Baku

Persiapan bahan baku dimulai dari pengangkutan log yang di datangkan dari unit – unit Tepat Penumpukan Kayu (TPK) yang ada di Jawa Timur dengan menggunakan truk kemudian di tumpuk di TPK input. Setiap pengiriman kayu bulat dari TPK ke industri dibuatkan Pembuatan Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAK-B). Jangka waktu berlakunya FAK-B tergantung tujuan dan lamanya pengiriman.

Adapun log yang di datangkan mempunyai ukuran panjang 100 – 400 cm dengan diameter rata – rata 30 – 50 cm.

1. Tujuan

Tujuan persiapan bahan baku adalah memudahkan dalam proses penggergajian dapat berjalan lancar dan tidak ada suatu kendala apapun selama produksi berjalan karena bahan bakunya sudah tersedia.

2. Dasar Teori

Bahan baku adalah bahan yang membentuk bagian integral produk jadi. Tempat Penumpukan Kayu (TPK) input adalah tempat untuk menumpuk kayu / log dari suplyer sebelum diangkut kepabrik. Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAK-B) adalah merupakan surat keterangan sahnya hasil hutan yang digunakan untuk mengangkut kayu bulat. Isi FAK-B antara lain : Identitas pengiriman, identitas alat angkut, tujuan pengangkutan, jenis sortimen, rekapitulasi kayu bulat yang di angkut, penerbit FAK-B.

(22)

3. Alat dan Bahan a. Log. b. Truk. c. Seleng. d. Fork Lift. e. Alat tulis. f. Meteran. 4. Prosedur Kerja

Kayu jati yang dipasok dari daerah Jawa timur sendiri diangkut ke pabrik menggunakan kendaraan truk. Setelah truk sampai kepabrik log satu persatu diturunkan dari truk di TKP input. Kemudian menggunakan fork lift untuk menyusun dengan rapi berdasarkan asal log itu sendiri, dan dilakukan pemeriksaan oleh petugas penerima untuk menyesuaikan dengan data yang ada, dari setiap jumlah penerimaan, pemeriksaan ukuran panjang, diameter dan mutu log.

a. Truk yang membawa bahan baku dari KPH samapai di TPK input akan menurunkan bahan bakunya.

(23)

b. Pengikatan seleng di pohon kayu kemudian seleng di masukan diselah – selah log yang ada di dalam bak truk.

c. Setelah selesai truk akan maju, dan log yang ada di dalam bak akan keluar dari dalam bak truk.

Gambar 2. Pemeriksaan log.

d. Log / kayu yang sudah keluar dari bak truk akan dilakukan pendataan oleh petugas penerima.

(24)

e. Pendataan berupa jumlah penerimaan log / kayu, pemeriksaan ukuran panjang, dan diameter dan mutu log / kayu.

f. Setelah pendataan log / kayu oleh petugas penerima maka log / kayu akan disusun berdasarkan asal pengangkutan log / kayu tersebut menggunakan Fork lift.

5. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai dari persiapan bahan baku ini adalah dapat memudahkan dalam proses produksi dan dapat meningkatkan produktifitas, lebih efisien dan meminimalkan kerugian.

6 Pembahasan

Dengan adanya persiapan bahan baku, maka kelangsungan proses produksi akan berjalan terus menerus dan terjamin kelancarannya. Persiapan bahan baku ini merupakan langkah awal sebelum produksi sehingga keberadaannya sangat menentukan proses produksi selanjutnya.

B. Penggergajian 1. Tujuan

Penggergajian merupakan proses membelah log menjadi beberapa bagian denga ukuran berbeda – beda sesuai dengan prosedur yang ditentukan di penggergajian. Kayu gergajian adalah kayu persegi empat dengan ukuran tertentu yang diperoleh dengan cara menggergaji kayu bundar jati.

(25)

2. Dasar Teori

Penggergajian mesin adalah kegiatan merubah log menjadi ukuran – ukuran sortimen kayu tertentu dengan cara menggergaji log searah panjang log dengan menggunakan log berupa bilah gergaji. Berdasarkan cara kerjanya, mengunakan 2 mesin utama yaitu mesin LBS (log band saw) dan mesin DRS (double reguller saw). sedangkan gergaji mesin merupakan suatu pengembangan dari gergaji konvesional, dimana gergaji mesin memiliki pengertian sebagai mesin yang memiliki tingkat kepadatan operasi yang relatif lebih tinggi pada bengkel produksi dan serta dapat menentukan proses lebih lanju pada produksi itu sendiri.

KBM Industri Kayu Cepu dalam proses penggergajian selalu menggunakan landasan teori. Log yang akan di gerggaji biasanya merupakan kayu jati yang sudah dipilih oleh petugas dari penggergajian itu sendiri, petugas dari penggergajian akan memilih langsung log yang ada di TPK input. Panjang log yang akan digergaji adalah 1 - 3 meter. Tapi ukuran log yang panjangnya 3 meter jarang sekali diproduksi tergantung pesanaan atau order dan umumnya log yang di Perum Perhutani adalah 1 - 2 meter dengan diameter rata - rata 30 - 50 cm. mata gergaji yang dipakai di Perum Perhutani cepu adalah 3 mili beda dengan perusahaan swasta menggunakan mata gergaji 4,6 mili.

3. Alat dan Bahan a. Log. b. Fork lift.

(26)

c. Mesin catroll. d. Mesin LBS. e. Mesin DRS. f. Alat log carriage.

g. Mesin pemotong / cross cut. h. Alat tulis.

4. Prosedur Kerja

Menerima Surat Perintah Kerja (SPK) dan membuat Rencana Kerja PGM (KBM-IKC) meliputi : membuat rencana kerja penggergajian mesin, Jenis produk yang akan dikerjakan dan jumlah order pesanan.

Dalam seluruh rangkaian produksi mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi sampai dengan menghasilkan output harus dapat mengkatagorikan, memisahkan dan menandai proses dan hasil proses dengan status mutu produk yang dibuat.

a. Petugas dari penggergajian akan memilih langsung log yang ada di TPK input.

b. Pemilihan log di TPK input akan dipilih oleh petugas dari penggergajian sesuai dengan ukuran log sesuai dengan target produksi.

(27)

Gambar 4. Pemilihan log di TPK input oleh petugas dari penggergajian.

c. Setelah pemilihan log di TPK input selesai oleh petugas penggergajian maka hasil yang sudah dicatat akan di kasih ke kantor TPK input.

d. Kantor TPK input akan memberikan DK 342 (pengiriman) ke penggergajian (PGM).

Gambar 5. Pengangkutan BBI dari TPK input ke pabrik penggergajian.

(28)

e. Log / kayu yang sudah dipilih di TPK input akan dikirim ke penggergajian mesin (PGM) menggunakan Fork lift.

f. Log di tumpuk pada Lot 1 penggergajian dan didata ulang oleh petugas penggergajian untuk mencocokan jumlah log sesuai dengan DK 342 (pengiriman).

Gambar 6. Lot 1 penggergajian mesin (PGM). g. Log yang sudah ada di Lot 1 akan diproses ketahap selanjutnya. h. Log diangkat menggunakan mesin catroll untuk di tarok ke alat

log carriage.

(29)

i. Log yang sudah diangkat menggunakan mesin catroll, akan diletakan di alat log carriage.

j. Kemudian log akan dikunci agar pada saat proses pembelahan log tidak goyang.

Gambar 8. Mesin LBS (log band saw).

k. Proses pembelahan log menggunakan mesin LBS (log band saw).

l. Hasil belahan log akan diproses di mesin penggergajian selanjutnya.

(30)

m. Hasil pembelahan akan diproses dimesin DRS (double reguller saw) primer untuk mengasilkan sortimen ukuran flooring dan decking.

n. Sisa ukuran sortimen dari pembentukan flooring dan decking akan diproses kemesin selanjutnya.

Gambar 10. Mesin DRS (double reguller saw) sekunder. o. Mesin DRS (double reguller saw) sekunder ini untuk membuat

sortimen ukuran reng dan list.

(31)

p. Mesin pemotong / cross cut untuk memotong sortimen sesuai ukuran yang sudah ditentukan oleh pihak penggergajian.

Gambar 12. Hasil penggergajian berbentuk sortimen. q. Hasil dari pengergajian akan dikemas menggunakan tali rafia

berdasarkan ukuran sortimen masing – masing.

Gambar 13. Pengangkutan hasil penggergajian untuk dipindahkan ke gudang.

r. Sortimen yang sudah dikemas diangkut menggunakan gerobak untuk dipindahkan ke gudang penumpukan.

(32)

5. Hasil Yang Dicapai

Dari proses penggergajian log diperoleh RST (re sawn timber) berupa : a. Maxi listoni. b. Decking. c. Flooring. d. Lam parquet. e. Parquet block. f. Parquet stock. g. Reng. h. List. 6. Pembahasan

Dalam produk penggergajian, Selanjutnya hasil penggergajian RST (re sawn timber), yaitu berupa Maxi listoni, Decking, Flooring, Lam parket, Parket block, Parket stock, Reng, dan List. Sisa penggergajian yang tidak masuk ukuran RST digunakan untuk bahan bakar boiler atau di Kiln Dryer. Dengan demikian rendemen yang dihasilkan bisa lebih tinggi karena sedikit kayu yang terbuang.

Di Perum Perhutani ini operator penggergajian dalam menggergaji log tidak memperhatikan arah radial dan tangensial, karena lebih mementingkan hasil produksi untuk memanfaatkan log sebisa mungkin agar tak banyak membuang limbah kayu. Padahal jika dalam menggergaji log memperhatikan arah radial dan tangensial maka serat yang dihasilkan bisa sesuai dengan yang diinginkan.

(33)

C. Pengeringan (Kiln Dryer) 1. Tujuan

Pengeringan adalah untuk mengeluarkan air yang terdapat didalam kayu. Kadar air kayu memberikan pengaruh besar terhadap pemakaian kayu.

2. Dasar Teori

Pengertian dari pengeringan adalah mengeluarkan Kadar Air yang terdapat didalam kayu untuk menambah daya kuat kayu dan pemakaian kayu itu sendiri dengan jangka panjang. Komponen yang akan dikeringkan dihitung dan dicek kesesuaiannya dan kemudian diregister pada buku penerimaan dan direkapitulasi.

3. Alat dan Bahan

a. Chamber (kamar) oven. b. Blower pengatur suhu. c. Fork lift.

d. Sortimen. e. Moisture meter. f. Alat tuis.

4. Prosedur Kerja

Sortimen hasil penggergajian di PGM (penggergajian mesin) dikirim ke TPK di pengeringan. Sortimen di pengeringan sebelum dimasukan ke dalam oven dilakukan proses penyusunan sortimen berdasarkan ukuran masing - masing sortimen. Penumpukan sortimen dengan cara disusun searah atau memanjang dan diberi batasan atau

(34)

bantalan kayu kecil pada setiap baris sortimen agar memiliki ruang udara dan selama pengeringannya rata pada setiap sortimen dan tinggi penumpukan 1 ? ?. Setelah selesai proses penyusunan maka akan diangkat menggunakan fork lift ke ruang oven.

Proses pengeringan kayu – kayu gergajian (RST) berupa : a. Penyusunan kayu perpalet sesuai dengan ketebalan kayu yang

sama.

b. Penentuan ukuran masing – masing soertimen dengan kelompok ketebalan 12 cm – 20 cm, 22 cm – 30 cm, 32 cm – 40 cm, dan 42 cm – 60 cm.

Gambar 14. Penyusunan kayu. c. Tinggi penumpukan penyusunan 1 ? ?.

d. Setelah selesai penyusunan sortimen diangkut menggunakan fork lift ke satu chamber (kamar) oven penuh ± 45 ? ?.

(35)

Gambar 15. Pengangkutan penyusunan sortimen ke dalam ruang oven.

e. Setelah ruang oven penuh, pintu besar ditutup. f. Alat kontrol chamber dinyalakan.

g. Proses pengeringan sortimen jati tergantung pada ukuran ketebalannya. Contoh, tebal :

12 cm – 20 cm = 7 hari dengan kadar air 8 – 12 %. 22 cm – 30 cm = 14 hari dengan kadar air 10 -14 %. 32 cm – 40 cm = 30 hari dengan kadar air 12 – 14 %. 42 cm – 60 cm = 45 hari dengan kadar air 12 – 16 %.

(36)

h. Setelah proses pengeringan selesai, kemudian dilakukan pembongkaran yaitu kayu dikeluarkan dari chamber (kamar) oven ditumpuk di gudang penyimpanan.

5. Hasil Yang Dicapai

Setiap sortimen dengan ketebalan bermacam – macam pada saat pengeringan kadar air menurun dan mencapai standar yang sudah ditentukan, dan mampu melakukan pengeringan dalam sekali pengeringan atau satu chamber (kamar) oven sebanyak ± 45 ? ? dengan kadar air 8 – 12 %.

6. Pembahasan

Setiap produk yang masuk kedalam ruang oven / pengeringan selalu dicek kadar airnya, Setelah waktu yang ditentukan bila kadar air mencapai standar 8 – 12 % menggunakan alat ukur kadar air Moisture Meter maka produk siap dikeluarkan dari ruang oven untuk dipindahkan ke gudang penyimpanan.

D. Moulding 1. Tujuan

Dalam pabrik moulding akan mengolah produk sortimen berupa decking dan flooring untuk menjadi E2E, E4E dan S4 yang biasa digunakan untuk pasar ekspor khususnya.

2. Dasar Teori

Pengertian dari moulding adalah proses atau hasil olahan lanjutan dari BBI (bahan baku industri) dan RST (re sawn timber) untuk kemudian di proses untuk dijadikan E2E, E4E dan S4. Berdasarkan

(37)

cara kerjanya menggunakan beberapa mesin untuk membentuk setiap bagiannya, diantaranya : mesin FMS, Band saw, dan Round tenon.

Dalam proses di pabrik moulding menggunakan kayu jati yang telah melalui proses sebelumnya. Untuk produk yang dihasilkan sendiri harus dipisahkan sesuai kualitas mutu dari produk tersebut dan di pabrik ini ditugaskan seorang penguji yang akan menentukan kualitas mutu suatu produk, dan dikapling berbeda menurut jenis, ukuran dan mutunya. untuk kualitas mutu terdiri dari mutu :

a. Mutu A : Mempunyai serat lurus. b. Mutu B : Memiliki mahkota.

c. Mutu C : Memiliki serat keputihan, gubal, dan warna.

Kualitas mutu sangat diperhatikan , karena order produk untuk ekspor memiliki persyratan khusus. Seperti di Italy menginginkan produk jadi dengan kualitas mutu A ,sehingga sangat diperhatikan secara detail dalam pengujian mutu kualitasnya.

3. Alat dan Bahan

a. Dongkrak dorong.

b. Mesin FMS I dan FMS II. c. Band saw.

d. Mesin Round tenon.

e. Mesin pengepakkan / packing. f. Alat tulis.

(38)

4. Prosedur Kerja

Proses pada pabrik moulding akan menerima BBI dari pengeringan dan dicatat dalam DK 340 (pengerjaan) serta membuat laporan gudang komponen masuk. Dilanjutkan pengecekan BBI yang datang dilampiri daftar kitir penyerahan agar dicocokkan dengan BBI yang datang ke pabrik moulding dan berlanjut proses ke mesin moulding.

Proses moulding untuk membuat E2E, E4E dan S4 :

a. Persiapan Bahan Baku Industri (BBI) yang sudah melalui proses pengeringan.

Gambar 17. Persiapan BBI.

b. Bahan baku yang siap dikerjakan akan menggunakan mesin FMS I.

c. Proses mesin FMS I ini akan membuat produk decking dan flooring berupa S4 tongue dan grove.

(39)

Gambar 18. Mesin FMS I.

d. Hasil proses dari mesin FMS I akan dikirim ke tempat pernyotiran produk untuk pemisahan kelas mutu.

e. Sedangkan mesin FMS II untuk membuat E2E, E4E.

f. Pembuatan E2E, E4E menggunakan mesin FMS ini untuk membuang bagian pinggir sortimen, menjadi profil.

Gambar 19. Mesin FMS II.

g. Hasil proses dari mesin FMS II akan dikirim ke tempat pernyotiran produk untuk pemisahan kelas mutu.

(40)

h. Dalam proses penyotiran ini pekerja harus jeli dalam menentukan kualitas mutu setiap sortimen.

Gambar 20. Penyotiran sortimen.

i. Sortimen yang sudah dipisahkan berdasarkan kelas mutu masing – masing akan dikemas berdasarkan mutu A, B, dan C.

Gambar 21. Packing / pengemasan.

j. Sortimen yang sudah di kemas akan dikirim ke gudang penyimpana (werehouse).

(41)

5. Hasil Yang Dicapai

Dari proses moulding dapat dihasilkan produk berupa : a. E2E / E4E Flooring dan Decking.

b. S4 Flooring dan Decking. 6. Pembahasan

Dalam produk yang dihasilkan di pabrik moulding memiliki peminat lebih banyak untuk penjualan ekspor karena hasil di pabrik ini memiliki persyaratan khusus untuk permintaan pasar luar negeri, dan dengan kualitas mutu yang sangat diperhatikan. Oleh sebab itu untuk permintaan dalam negeri masih sangat kurang untuk produk moulding ini.

Untuk pemesanan tambahan atau permintaan bentuk dan ukuran dari pihak pembeli akan dikonfirmasikan ke pabrik dan dapat dilanjutkan pembuatannya ketika pihak industri dan pembeli telah menyepakati harga dan produk, barulah pabrik akan melakukan proses moulding sesuai Surat Perintah Kerja (SPK) dan order.

E. Pembuatan Vinir

Vinir sayat adalah produk olahan berupa lembaran – lembaran kayu tipis yang memiliki ukuran tebal 0,60 mm.

1. Tujuan

Mempelajari proses pembuatan vinir yang menggunakan metode penyayatan. Pembuatan vinir sendiri dilakukan jika ada

(42)

pesanan dari pembeli karena dalam Industri Kayu Cepu vinir bukan termasuk produk utama yang akan dihasilkan.

2. Dasar Teori

Vinir jati adalah lembaran tipis kayu jati yang diperoleh dengan cara mengupas atau menyayat kayu bundar jati atau kayu persegian jati lainnya. Vinir adalah lembaran – lembaran kayu yang tipis yang memiliki ukuran tebal antara 0,60 mm yang diperoleh dari penyayatan. 3. Alat dan Bahan

a. Vistock (Balok/Belambangan). b. Fork lift. c. Bak Perebusan. d. Mesin Slice. e. Alat tulis. f. Mesin catroll. g. Gerobak dorong.

h. Mesin Dryer (Pengering). 4. Prosedur Kerja

a. Penerimaan Surat Perintah Kerja (SPK) dari general manager. b. Membuat rencana kerja pabrik dengan merencanakan

kebutuhan bahan baku dan merencanakan tata waktu penyelesaian order vinir.

c. Membuat permintaan kebutuhan bahan baku.

d. Penerimaan bahan baku vistock (Balok) dari PGM dicatat dalam buku persediaan vistock.

(43)

e. Proses produksi vinir sayat. Persiapan Slicesing :

1) Membersikan bak rebus (Cooking Vat). 2) Memeriksa semua peralatan mesin-mesin. 3) Memeriksa pisau slicer dan pisau guillotine. 4) Empersiapkan alat - alat kerja yang diperlukan. 5) Pengasahan pisau slicer dan guillotine.

6) Membersikan pisau slice dari kotoran kayu dengan solar. 7) Memasang atau menyetel pisau pada mesin asah. 8) Mengasah pisau.

f. Proses perebusan

1) Bahan baku vistock (Balok) yang akan direbus dicatat dalam daftar kayu vistock direbus.

2) Lamanya perebusan minimal 72 jam atau tiga hari tiga malam dengan temperatur 80 - 100 OC.

(44)

g. Proses penyayatan vinir stock (Slicer).

Gambar 23. Proses penyayatan / sliceing. h. Dryer veneer

Melakukan pengeringan pada vinir sehingga kadar air pada vinir sesuai yang dipersyaratkan dalam order.

i. Mesin Slice

1) Memasang pisau goilutine. 2) Menghidupkan mesin.

3) Memotong vinir dan hasilnya dicatat dalam daftar harian.

.

(45)

j. Quality control

Menguji pemotongan vinir dari hasi slice sesuai dari persyaratan mutu order. Pengujian dilakukan secara visual meliputi : 1) Warna : a) Terang. b) Semi gelap. c) Gelap. 2) Alur : a) Lurus. b) Semi lurus. c) Mahkota. k. Pengepakan (Packing)

1) Vinir yang sudah sesuai persyaratan order, dibendel dan di ditali atau penalian sesuai dengan jumlah permintaannya. 2) Masing - masing pallet dibuatkan packing list.

(46)

l. Penyerahan vinir

Vinir setelah dipallet dan sisa slice diserahkan ke werehouse / penyimpanan untuk dipasarkan / dijual.

m. Administrasi

Persyaratan dicatat dalam daftar produksi harian finished produk vinir sayat dikantor pemasaran.

n. Penanganan ketidaksesuaian

Apabila terjadi ketidaksesuaian, perubahan atau pembatalan klaim komplain dari pembeli, pemesan akan diinformasikan ke pihak pemasaran atau bagian terkait. Apabila ada ketidak sesuaian yang ditemukan oleh Direksi, Assesor dan General Manager penanganannya adalah :

1) Melaporkan hasil temuan kepada General Manager. 2) Melakukan perbaikan temuan.

3) Melaporkan hasil perbaikan temuan kepada General Manager.

5. Hasil Yang Dicapai

Perum Perhutani Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu cepu dalam satu hari mampu memproduksi Vinir 25.000 ? ? atau 30.000 ? ?. 6. Pembahasan

Biasanya pembuatan vinir dengan mesin kupas (peel / rotary) terutama pada pabrik plywood, namun di Perum Perhutani dalam membuat vinir menggunakan sliceing atau penyayatan. Sehingga kayu yang akan di slice harus berbentuk balok / blambangan. Terlebih

(47)

dahulu blambangan yang akan disayat direbus agar menjadi lunak dan tidak mudah pecah saat disayat. Dalam sistem ini rendemen yang dihasilkan tinggi pada produksi sliceing.

F. Pemuatan Pintu dan Kusen 1. Tujuan

Mempelajari tentang cara – cara menghasilkan produk komponen rumah seperti kusen, pintu, jendela, dan lain-lain. Jenis dan ukuran produk pun dibuat sesuai permintaan dari pemesan dan memahami setiap proses yang dilakukan di pabrik pembuatan pintu dan kusen sehingga dapat mengerti proses awal sampai akhir.

2. Dasar Teori

Pengertian dari moulding pembuatan pintu dan kusen adalah proses lanjutan / hasil olahan dari BBI (bahan baku industri) untuk kemudian akan diproses menjadi produk rumah seperti: kusen, pintu, jendela, dan lain - lain. Berdasarkan cara kerjanya membentuk setiap bagian dalam prosesnya terdiri dari beberapa mesin diantaranya: Mesin S Planer, Mesin T Planer, Mesin Cross Cut, mesin FSM, Press hidrolik, Mesin Sanding / pengamlasan.

Dalam proses di pabrik moulding pembuatan pintu dan kusen, BBI (bahan baku industri) yang dikirim telah melalui proses pengeringan sebelumnya. Proses tambahan juga akan dilakukan jika ada permintaan khusus dari pembeli seperti ukuran dan motif yang diinginkan. Komponen yang akan di buat seperti pintu, kusen, jendela harus di setting agar serasi menurut motif kayu, serat kayu, dan warna

(48)

kayu agar serasi. Komponen yang sudah di setting harus di beri tanda agar dalam prosesnya tidak terjadi kekeliruan.

3. Alat dan Bahan a. Alat tulis.

b. BBI (bahan baku industri). c. Mesin S Planer. d. Mesin T Planer. e. Cross Cut. f. Mesin FSM. g. Press Hidrolik. h. Sanding / pengamplasan. 4. Prosedur Kerja

Proses moulding pembuatan pintu dan kusen yang pertama produk BBI (Bahan Baku Industri) dari pengeringan dikirim ke pabrik moulding dengan melampirkan DK 304 (penyerahan). Kemudian di cocokkan dengan kitir penyerahan agar BBI (bahan baku industri) yang dikirim tidak terjadi kekeliruan atau salah jumlah dan ukuran.

Pabrik akan memproses BBI (bahan baku industri) yang dikirim sesuai dengan SPK (surat printah kerja) yang telah dibuat. Sebelumnya dilakukan pengujian atau pemisahan BBI (bahan baku industri) menurut motif, serat, dan warna agar produk yang dihasilkan sesuai dengan SPK (surat perintah kerja) yang diajukan.

Proses moulding untuk membuat pintu dan kusen : a. Persiapan bahan baku sebelum produksi.

(49)

b. Sortasi bahan baku sebelum diproses.

c. Kelompokan bahan baku perukuran bahan baku.

Gambar 26. Persiapan bahan baku.

d. Selanjutnya pemisahan kayu – kayu yang cacat seperti lubang, pecah.

e. Dan pemberian tanda potong pada kayu yang rusak.

f. Pemotongan kayu menggunakan mesin pemotong / cross cut. g. Kemudian diproses di mesin FSM.

h. Pengecekan fisik kayu sebelum diserut. i. Tentukan ukuran kayu produk yang dibuat.

(50)

Gambar 27. Mesin FSM. j. Cek ukuran tebal dan lebar kayu.

k. Hasil serutan harus rata.

l. Setelah itu diproses di mesin T planer untuk meratakan kedua permukaan kayu.

Gambar 28. Mesin T planer. m. Tentukan ukuran produk yang akan dibuat.

n. Hasil serutan harus lurus, halus, dan rata.

o. Setelah selesai di mesin T planer kemudian diproses di mesin S planer.

(51)

Gambar 29. Mesin S planer. p. Dimesin S planer ini untuk membuat profil / lubang alur.

q. Setelah selesai pembuatan profil / alur kemudian pemberian pen dan perekat pada lubang alur.

Gambar 30. Pemberian pen dan perekat.

r. Setelah selesai pemberian pen dan perekat kemudian proses penggabungan kedua permukaan di mesin hidrolik selama ± 15 menit.

(52)

Gambar 31. Pengepresan bahan baku.

s. Komponen pintu yang akan diproduksi harus di setting agar serasi dari segi motif kayu, serat kayu, warna kayu, harus serasi.

Gambar 32. Pendempulan dan pengamlasan. t. Pendempulan dan pengamplasan pada bagian akhir produk

yang dibuat.

u. Setelah selesai proses pendempulan dan pengamplasan kemudian proses pengemasan produk.

(53)

Gambar 33. Pengemasan produk.

v. Pengemasan produk sudah selesai dan siap dikirim di gudang / werehouse.

5. Hasil Yang Dicapa a. Kusen. b. Pintu. 6. Pembahasan

Produk yang dihasilkan di pabrik moulding pembuatan pintu dan kusen ini memiliki tingkat kesulitan yang sangat sulit karena semakin banyak motif / profil yang di inginkan pembeli semakin lama proses pembuatan pintu dan kusennya.

Produk yang akan dirakit motif kayunya, serat kayunya, warna kayunya harus serasi agar produk nantinya memiliki nilai lebih dari hasil pembuatan produk itu sendiri. Setelah proses terakhir pengamplasan pun harus ada pengecekkan ulang sudut - sudut profil, sambungan - sambungan agar memperoleh hasil yang presisi dan agar ukuran tepat sesuai dengan ketentuan dan permintaan dari konsumen.

(54)

G. FJL (Finger Join Lami lating) 1. Tujuan

Mempelajari cara pembuatan Finger Join Lamilating (FJL) yang nantinya bisa diaplikasikan untuk sebagai jenis produk. Karena dalam proses ini bahan baku industri menggunakan sortimen dari reng - reng untuk dibuat menjadi papan yang panjang yang dapat digunakan untuk dinding, meja, kursi, lemari dan masih banyak lagi kegunaannya.

2. Dasar Teori

Dalam pembuatan papan FJL menggunakan prosedur teori agar produk yang dihasilkan sesuai dengan apan yang diharapkan dan mengurangi kegagalan produk dalam proses - proses produksi.

3. Alat dan Bahan a. Alat tulis. b. Perekat / lem.

c. Mesin FSM (four side moulder). d. Cross cut / mesin potong. e. Mesin Sharper.

f. Mesin Jointing Presser. g. Dimesin Rotari / hidrolik. h. Mesin Double Tenon. i. Mesin Planer.

j. Finishing produk. 4. Prosedur Kerja

a. Sortasi bahan baku

(55)

2) Pisahkan ukuran yang berbeda.

3) Pisahkan kayu - kayu yang cacat (lapuk, pecah, lubang). 4) Beri tanda potong pada kayu yang cacat.

Gambar 34. Sortasi bahan baku. b. Proses dimesin Four Side Moulder (FSM)

1) Cek pisik kayu sebelum diserut.

2) Tentukan ukuran kayu produk yang dibuat. 3) Cek ukuran tebal dan lebar kayu.

4) Hasil serutan harus lurus dan rata.

(56)

c. Proses sortasi warna kayu

1) Sortasi bahan baku sebelum diproses

2) Pisahkan warna terang / putih (dengan kapur warna putih), warna sedang (dengan kapur warna merah) dan warna gelap / doreng (dengan kapur warna kapur biru).

3) Member tanda posisi kayu.

4) Member tanda potong pada cacat kayu.

Gambar 36. Sortasi warna kayu.

d. Proses dimesin potong / Cross Cut 1) Cek pisik kayu sebelum dipotong.

2) Tentukan panjang kayu yang akan dipotong. 3) Hasil potongan harus lurus, halus dan siku. e. Proses dimesin Sharper

1) Cek pisik kayu sebelum diproses.

(57)

3) Hasil jointed harus halus dan presisi dan harus tepat rapat bila disambung.

Gambar 37. Proses dimesin sharper. f. Proses dimesin Jointing Presser

1) Cek pisik kayu sebelum diproses.

2) Tentukan panjang kayu yang akan dihasilkan.

3) Masukan finger satu persatu dengan diberi lem pada ujungnya.

4) Sambungan harus rapat.

5) Penumpukan hasil produksi jointing finger agar diberi sticker.

(58)

Gambar 38. Proses dimesin jointing. g. Proses dimesin Rotari Clamp / Hidrolik

1) Cek pisik kayu dan tentukan permukaan yang akan dilem. 2) Oleskan lem secukupnya dan merata.

3) Tempelkan sesuaikan ukuran yang dikehendaki. 4) Press sesuai tekananan yang sesuai.

5) Dilepas setelah lem kering, hasil sambungan harus tepat dan rapat.

6) Tumpuk dan diberi sticker.

(59)

h. Proses dimesin Double Tennon

1) Cek pisik kayu dan tentukan arah tebal. 2) Ratakan dan haluskan pada kedua sisi tebal. 3) Hasil tennoner harus halus dan rata.

4) Cek ketebalan hasil tennoner.

Gambar 40. Proses dimesin double tenon. i. Proses dimesin Planer

1) Cek pisik tentukan permukaan tebal yang akan diproses. 2) Ratakan dan haluskan pada kedua sisi lebar.

3) Tumpuk hasilnya diatas falet. 4) Hasil planer harus halus dan rata. 5) Cek tebal hasil planer.

j. Proses dimesin potong / Cros Cut 1) Cek pisik kayu sebelum dipotong.

2) Tentukan panjang kayu yang akan dipotong. 3) Hasil potongan harus lurus, halus dan siku. 4) Ukuran panjang tepat dan sama.

(60)

5. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai dalam pembuatan papan FJL ini sangat memuaskan karena, kegunaannya dapat memenuhi kebutuhan pembangunan rumah, dinding, meja, kursi, lemari dan masih banyak lagi kegunaannya dalam kebutuhan manusia khususnya dalam pembangunan rumah.

6. Pembahasan

Dalam pembuatan papan FJL ini yang harus diperhatikan adalah perekat yang digunakan serta lamanya proses pengepresan pada mesin rotary / hidrolik.

Dalam pabrik FJL adalah salah satu bagian dari perusahaan perum perhutani yang sangat memberi keuntungan, karena bahan baku yang digunakan dalam pembuatan FJL adalah bahan baku yang tidak dapat digunakan lagi yaitu berupa reng atau potongan - potongan kecil yang kemudian di proses menjadi lembaran yang bisa terpakai lagi. Ukuran dari FJL sendiri bermacam - macam diantaranya :

a. 25 cm x 50 cm x 400 cm. b. 22 cm x 50 cm x 400 cm. c. 20 cm x 50 cm x 400 cm. d. 18 cm x 50 cm x 400 cm. e. 15 cm x 50 cm x 400 cm. f. 13 cm x 50 cm x 400 cm.

Untuk pengujian FJL hanya ada dua kelas mutu yaitu mutu B dan C , pengujiannya dilihat dari warna permukaannya jika warna

(61)

cenderung gelap masuk mutu B dan jika cenderung cerah atau ada bagian berwarna putih akan masuk kelas C.

Perbandingan campuran antara bahan perekat dan bahan baku pengeras harus tepat dengan perbandingan: Lem Yona Bond 4700= 1000 Gr/(85) % dan hardener 47= 150 Gr/(15) % dan jumlah tekanan mesin Press: untuk kayu lunak 5 - 7 Kg/?? ?, kayu sedang 7 - 10 Kg/?? ?, dan kayu keras 10 - 12 Kg/?? ?. Sedangkan untuk lama pengepressannya kurang lebih 15 - 20 menit dan untuk cuaca dingin kurang lebih 25 - 30 menit, tergantung dari cuaca, suhu ruangan, semakin tinggi temperature ruangan semakin cepat lem akan kering. Setelah dikeluarkan dari Press Hidrolik dibiarkan selama satu hari sebelum di proses selanjutnya.

H. Pengemasan dan Penggudangan 1. Tujuan

Tujuan dari pengemasan dan penggudangan adalah untuk melindungi produk dari kerusakan seperti kelembaban lantai, air hujan dan kerusakan akibat faktor alam.

2. Dasar Teori

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk untukditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu melindungi dari bahaya gangguan fisik (gesekan, benturan, dan getaran). Penggudangan adalah suatu

(62)

kegiatan menyimpan produk yang sudah dikemas ke tempat gudang penyimpanan.

3. Alat dan Bahan a. Alat tulis. b. Vinir.

c. E2E, E4E, S4 (decking dan flooring). d. FJL (finger join lami lating).

e. Pintu. f. Kusen. g. Jendela. h. Gerobak dorong. i. Fork lift. j. Kardus. k. Tali rapia. l. Kater. 4. Prosedur Kerja

a. Prosedur kerja pengemasan (Packing).

1) Vinir yang sudah sesuai persyaratan order, dibendel dan atau bila mana pembeli menghendaki untuk ditali, diadakan penalian sesuai dengan jumlah permintaannya.

(63)

Gambar 41. Penalian vinir.

b. Sedangkan untuk kayu gergajian RST (re sawn timber) tidak dilakukan pengemasan, hanya dilakukan pengikatan.

Gambar 42. Pengikatan bahan baku. c. Prosedur kerja penggudangan.

1) Prosedur penerimaan finish produk.

a) Hasil produksi dari pabrik yang siap untuk dijual dalam negeri maupun untuk eksport, pada saat masih dipabrik sudah dinyatakan LULUS Quality Control (QC) oleh tim

(64)

QC KBM Industri Kayu Cepu, kemudian produk tersebut dikirim ke Warehouse (gudang penyimpanan).

b) Didalam inspeksi penerimaan barang yang meliputi : (1) Kemasan harus dalam keadaan baik dan utuh. (2) Penulisan pada label dikemasan harus jelas terbaca

dan tertera pada tempat yang sudah ditentukan dan cocok dengan surat bukti pengirimannya.

2) Prosedur penyimpanan finish produk.

Finish produk baik milik perhutani maupun milik pihak ketiga (yang sudah dibayar) namun belum diangkut / diambil, selanjutnya ditumpuk perjenis produk, diberi ganjal agar rata, sehingga terhindar dari kelembaban lantai, air hujan dan kerusakan akibat factor alam.

a) Penumpukan untuk pelayanan eksport : (1) Ditumpuk per jenis finis produk.

(2) Produk yang akan di eksport ditata kedalam palet yang meliputi : Mutu, Nomor palet, Jumlah lembar, Volume.

(3) Diinformasikan kepada bagian pemasaran bahwa barang siap eksport, agar segera dilakukan staffing kedalam countainer.

b) Penumpukan untuk order dalam negeri : (1) Ditumpuk per jenis finish produk, per order.

(65)

(3) Pada tumpukan yang sudah terkapling diberi label status.

Gambar 43. Pengangkutan produk yang dijual.

5. Hasil Yang Dicapai

Setiap produk yang disimpan pada gudang penyimpanan dapat terkontrol kondisi produk tersebut.

6. Pembahasan

Dengan adanya pengemasan produk maka akan tercipta suatu produk yang siap untuk dikirim kepada pelanggan dalam bentuk yang rapi dan terhindar dari bahaya kerusakan saat pengangkutan. Adanya kemasan yang baik akan memudahkan dalam penyusunan dalam pengangkutan.

Demikian juga dengan penyimpanan produk, dengan penyimpanan yang baik dan terkontrol akan menghindarkan dari kerusakan akibat faktor alam dari perusak kayu.

(66)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Cepu Perum Perhutani Unit I jawa timur maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Alat-alat yang digunakan dalam proses pengolahan kayu jati meliputi Gergaji mesin: LBS (Log Band Saw), DRS (Double Reguller Saw), mesin catroll, log carriage, cross cut.

2. Ketersediaan bahan baku dipasok dari KPH (Kesatuan Pemangku Hutan) KBM-IKC Randublatung, Cepu, Blora, Mantingan, Kebonharjo, Purwodadi.

3. Target produksi yang direncanakan dapat tercapai apa bila ketersediaan dan suplai bahan baku terpenuhi, kondisi mesin yang baik juga sumber daya manusia yang mampu menyelesaikan masalah dan melakukan pekerjaan dengan baik.

4. Pada proses produksi, bahan baku yang dapat dimaksimalkan oleh perusahaan dengan diolah menjadi FJL (finger join lami lating) melalui reng, sehingga bahan baku yang tidak dapat dijadikan decking dan flooring dapat menjadi produk lain.

5. Dalam kegiatan produksi vinir Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Cepu terbagi dalam beberapa seksi, yaitu : TPK input, penggergajian, perebusan, penyayatan / sliceing, pengeringan, packing dan penggudangan.

(67)

B. Saran

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Cepu Perum Perhutani Unit I jawa timur ini ada beberapa saran yang penulis sampaikan antara lain :

1. Sebaiknya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) diterapkan dengan baik kepada karyawan untuk keselamatan para karyawan, seperti menggunakan masker penutup mulut dan hidung saat bekerja dan alat safety yang lainnya.

2. Sebaiknya pula kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) berikutnya para mahasiswa dibimbingi langsung oleh Departemen Quality Control dilapangan, karena mereka lebih menguasai segala hal dan dapat menjelaskan sedetail mungkin hal - hal yang berhubungan dengan proses produksi.

3. Perlunya dukungan dari perusahaan kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian guna memperlancar proses produksi dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi.

4. Sebaiknya memperhatikan arah radial dan tangensial saat proses penggergajian, hal ini agar diperoleh arah serat sesuai yang diinginkan agar menghasilkan serat lurus / mahkota.

(68)
(69)

ASMAN PGM CEPU SUJADI ASMAN PGM RDB MARGONO ASMAN PPIC SUYOKO *)

KAUR REN PROD SUBIJANTO KAUR SIM SUHARYANTO *) KAUR R DAN D EKO SEMBODO KAUR QC

KAUR PROD CEPU RUSDIONO *) KAUR PENGERINGAN JUMARI KAUR PROD RDB LEGIONO KAUR TEKNIK SUPARTO ASMAN MOULDING PARDI S KAUR GF I/MOULDING SUNOTO YUWONO KAUR VINEER ZAINAL ARIFIN ASMAN GF I SUHERMANTO KAUR GF II SAGITO KAUR GF III NGUDI WALUYO KAUR FJL WARLIM PENGUJI TK I GUNAWAN PENGUJI TK II JOKO WALUYO WINARTO TEGUH IMAM N SUKARTIKO DS SUYONO ABDUL ROHIM

ASMEN INTAKE BBI

KAUR INTAKE BBI CEPU SUKAR SUGENG UTOMO

KAUR INTAKE BBI RDB MARKUM ASMAN MAINTENANCE SUWONO KAUR TEKNIK SUYANTO KAUR PEMELIHARAAN BUDI UTOMO KAUR PENGASAHAN AGUS MARTONO ASMAN SDM, UM,KEU PRIYONO KAUR SDM RANU *) KAUR UMUM SUGIANTO KAUR KEUANGAN KURI

KET : *) NAIK JENJANG JABATAN DARI IV MENJADI IIIB

(70)

Mesin DRS (double reguller

saw) skunder

PROSEDUR KERJA PGM (Penggergajian Mesin)

Gambar 45. Prosedur kerja penggergajian mesin (PGM). TPK INPUT

Penerimaan SPK (Surat Perintah Kerja)

Rencana Kerja PGM (Penggergajian Mesin)

Tempat penumpukan

di LOT I dan LOT II

Mesin Catroll Mesin log

Careage

Pencatat

Produksi TPK Out Put

Permintaan BBI (Bahan Baku Industri)

Mesin LBS (log band saw) Mesin DRS (double reguller saw) primer Cross cut Quality control

(71)

PROSEDUR KERJA DI PENGERINGAN KAYU (kiln dryer)

Gambar 46. Prosedur kerja mesin pengeringan kayu (kiln dryer). PGM

(penggergajian mesin)

Penerimaan SPK (surat perintah kerja)

Rencana kerja pengeringan

Permintaan BBI (bahan baku industri)

penyusunan

Chamber/Oven

Quality Control

(72)

PROSEDUR KERJA DI MOULDING

Gambar 47. Prosedur kerja moulding. Pengeringan kayu

(Kiln dryer)

Penerimaan SPK (surat perintah kerja)

Rencana kerja Moulding GF

Permintaan BBI (bahan baku industri)

Band Saw FMS I FMS II Round Tenon Quality Control Pengemasan

(73)

PROSEDUR KERJA PEMBUATAN VINIR (Sliceing)

1)

2)

Gambar 48. Prosedur kerja pembuatan vinir.

PGM Rencana Kerja

Penentuan arah serat kayu

Sliceing Sortasi vinir

Quality Control

Packing Cooking

vat/Perebusan Surat Perintah Kerja (SPK)

Band Dryer

Penyerahan

Ware House

Pemasaran

Persiapan BBI berupa balok/belambangan

(74)

PROSEDUR KERJA PEMBUATAN PINTU DAN KUSEN

Gambar 49. Prosedur kerja pembuatan pintu dan kusen. Pengeringan

kayu / Kiln dryer Penerimaan SPK (surat perintah kerja)

Rencana kerja Moulding GF

Mesin As Planer Mesin T Planer

Cross Cut

Mesin sanding

Pengemasan

Mesin Spindel Press Hidrolik

(75)

PROSEDUR KERJA DI PABRIK FJL (FINGER JOIN LAMINATING)

Gambar 50. Prosedur kerja di pabrik FJL (finger join lami lating)

PROSES PENGEMASAN DAN PENGGUDANGAN

Gambar 51. Proses pengemasan dan penggudangan.

TPK RST Persediaan Rencana Kerja Pabrik FJL

Mesin FMS Moulder Mesin Shapper Mesin Jointing Press Hidrolik Mesin Planner Pinising

Mesin Double Tenon Cross Cut

Pengiriman ke ware house

Pabrik GF Pabrik Vinir Pabrik HC Pabrik FJL

(76)

Gambar 52. TPK input.

(77)

Gambar 54. Proses memasukan sortimen kedalam ruang oven.

(78)

Gambar 56. Proses penyayatan / sliceing.

(79)

Gambar 58. Produk jadi berupa pintu.

(80)

Gambar 60. Pengemasan produk.

Gambar

Gambar 3. Penyusunan BBI berdasarkan asal Log / kayu.
Gambar 5. Pengangkutan BBI dari TPK input ke pabrik                       penggergajian
Gambar 16. Gudang penumpukan pengeringan.
Gambar 18. Mesin FMS I.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA UNTUK KEGIATAN PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA DAN PASAR DESA

Berkenaan dengan hal tersebut  dimengundang para Ketua Pelaksana Program Pengabdian kepada Masyarakat Mono Tahun Pelaksanaan Tahun 2016 untuk mengikuti Seminar Hasil sesuai lokasi

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang memerlukan solusi pengembangan produk. Analisis kebutuhan dilaksanakan melalui observasi, angket dan

Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizid. Bila anak kurang gizi

Timing belt juga perlu untuk diperiksa apakah kondisi karet bagus, apakah ada bagian yang apakah kondisi karet bagus, apakah ada bagian yang muali terlihat getas, retak- muali

Magkadaop ang mga kamay ng pari sa pabulong na pagdarasal: Panginoong Hesukristo, Anak ng Diyos na buhay, sa kalooban ng Ama kasama ng Espiritu Santo, binuhay mo sa iyong pagkamatay

(4) Dalam hal rumah sakit memiliki keterbatasan sumber Dalam hal rumah sakit memiliki keterbatasan sumber daya manusia, penyusunan Panduan Etik dan Perilaku daya

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan yang terkait yaitu; kemampuan mengapresiasi drama sinetron keluarga