• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

43

Penelitian ini akan dilakukan di SDN 1Tambirejo dengan jumlah siswa 23 pada mata pelajaran IPA, terletak di antara lingkungan rumah warga dan persawahan sehingga suasananya masih terasa tenang dan nyaman, disekitar sekolah masih terdapat udaranya masih sangat panas dan sejuk. Di SDN 1Tambirejo memiliki 11 ruang kelas yang terdiri dari setiap kelas 1 ada 2 kelas diantaranya 1A dan 1B sampai dengan kelas 6, Tetapi ada 1 kelas yang terdapat 1 ruang kelas yaitu kelas 4, selain itu ada ruang kepala sekolah, ruang guru dan karyawan, perpustakaan, kamar mandi dan ruang UKS. Sebelum melaksanakan siklus I (Pra siklus) masih terbilang rendah. Dari 23 siswa yang mencapai nilai tuntas 78 yang dicapai oleh 1 (4, 35%) siswa yang mendapatkan nilai terendah 30 yang dicapai oleh 1 (4,35%) siswa. Siswa kelas 5 SDN 1 Tambirejo yang mendapatkan nilai ≥75 hanya 4 siswa (17,39%). Sedangkan yang belum tuntas atau yang mendapatkan nilai <75 ada 18 siswa (78,26%).sementara KKM yang harus dicapai yaitu 75.

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Pra Siklus

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri 1 Tambirejo, pada mata pelajaran IPA yang merupakan kondisi awal sebelum diberi tindakan, menunjukkan hasil belajar yang belum optimal. Hasil belajar pada pra siklus diperoleh dari nilai ulangan harian.

Hasil belajar IPA yang rendah membuat peneliti berpikir untuk melakukan penelitian. Peneliti mulai merencanakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model yang lain dari pembelajaran sehari-hari untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan materi proses terjadinya pelapukan tanah.

(2)

Hasil belajar siswa yang masih rendah ditunjukkan pada perolehan hasil belajar siswa yang kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPA yaitu ≥ 75 Data hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA yang diperoleh dari nilai Ulangan harian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Table 4.1

Skor Hasil Belajar IPA Pra Siklus Siswa Kelas V No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa

Frekuensi Presentase(%)

1 Tuntas ≥ 75 5 21,74

2 Tidak Tuntas < 75 18 78,26

Jumlah 23 100

Berdasarkan dari data di atas, terlihat ketuntasan belajar pada kondisi awal, maka dapat dianalisis bahwa jumlah siswa tuntas adalah 5 siswa atau mencapai 21,74%. Sedangkan untuk siswa yang belum tuntas adalah 18 siswa atau mencapai 78,26. Ketuntasan belajar dapat dilihat pada gambar diagram sebagai berikut:

Gambar 4.1

Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 SDN 1 Tambirejo

Tahun Pelajaran 2015/2016 22%

78%

Tuntas Tidak Tuntas

(3)

Berdasarkan hasil observasi, dalam kegiatan pembelajaran IPA yang dilaksanakan, guru masih banyak mengunakan metode ceramah, sedangkan siswa banyak diam memperhatikan penjelasan guru dan hanya menyimak materi saja. Sedangkan guru lebih aktif daripada siswanya. Dalam potensi siswa belum dikembangkan secara maksimal, siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam aktivitas siswa pembelajarannya monoton atau biasa-biasa saja, duduk diam memperhatikan penjelasan dari guru. Pada saat pelaksanaan pembelajaran IPA, guru menjelaskan uraian materi di depan kelas dengan berpegangan buku sumber yang juga dimiliki oleh siswa. Dari penjelasan materi yang diberikan pada siswa, guru juga menambahkan hal-hal yang penting yang tidak terdapat dalam buku sumber dan menuliskannya di papan tulis. Dan disaat yang bersamaan, siswa mencatat apa yang dicatat oleh guru di buku catatan masing-masing. Tidak ada kerja kelompok atau diskusi, sesekali beberapa siswa bergurau dengan temannya. Setelah guru memberikan penjelasan materi pembelajaran, siswa diminta untuk mengerjakan soal latihan yang ada di buku pegangan siswa di akhir pembelajaran. Guru belum menerapkan pendekatan yang tepat untuk membantu kesulitan belajar siswa, hal ini yang memperkuat siswa, bahwa pembelajaran IPA itu sulit. Guru hanya melakukan penilaian hasil belajar atas dasar hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal latihan dan tugas rumah. Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh guru dapat diketahui bahwa guru perlu memperhatikan penilaian proses, yang hendaknya menuntut siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, cara berfikir, ide atau gagasan ilmiah. Sehingga hasil belajar siswa di kelas 5 SDN 1 Tambirejo dapat meningkat. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) yang akan dilaksanakan dalam II siklus.

4.2.2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Dengan adanya data yang diperoleh pada kegiatan pra siklus, kegiatan selanjutnya yaitu merancang rencana pembelajaran dalam mata pelajaran IPA

(4)

tentang energi panas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together).

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP IPA dengan SK 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. dan KD 7.1. Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. model pembelajaran kooperatif tipe model NHT (Numbered Heads Together). Dengan indikator: Menjelaskan pengertian pelapukan Faktor-faktor penyebab pelapukan tanah, Cara- cara mengatasi terjadinya pelapukan tanah, Menjelaskan proses terbentuknya pelapukan tanah, Menyebutkan jenis-jenis batuan berdasarkan terjadinya pelapukan, Mengelompokan jenis-jenis batuan berdasarkan ciri-cirinya.

Selain menyiapkan RPP, hal yang dilakukan adalah menyiapkan sumber belajar berupa buku pegangan wajib dan buku-buku tambahan, menyiapkan alat penilaian, soal evaluasi dan diskusi RPP bersama guru kelas 5.

b. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Pelaksanaan Tindakan

Pada Siklus I dilaksanakan dalam 3 pertemuan yaitu pada tanggal 31-2 Maret dengan alokasi waktu (2x35 menit) tiap pertemuan. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, yaitu:

Pertemuan Pertama 1) Kegiatan awal Pelajaran.

Mengucap salam, berdoa, presensi kelas, dan memeriksa kesiapan siswa. 2) Apersepsi dan Tujuan Pembelajaran.

Pada tahap ini guru melaksanakan tanya jawab dengan memberikan pertanyaan tentang penggunaan benda kendi dalam kehidupan sehari-hari “siswa diminta untuk merasakan benda yang dibawa kendi, jika kalian membuat kerajinan kendi (guru menunjukan kendi), apa yang akan kalian rasakan. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa. 3) Pembentukan kelompok.

(5)

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang proses terbentuknya tanah karena pelapukan dalam kehidupan sehari hari, melakukan permainan “polisi-polisi”untuk mengetahui kemampuan siswa, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok harus menunjuk salah satu temannya untuk menjadi ketua kelompok, ketua kelompok mengatur pembagian tugas dalam melaksanakan diskusi kelompok untuk menentukan topik yang sudah disiapkan oleh guru, siswa dan guru merencanakan prosedur/peraturan dalam kegiatan diskusi kelompok), semua kelompok berdiskusi dan bekerja sama dalam mengerjakan LKS, setiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi semua topik secara keseluruhan.

4) Penutup.

Siswa menulis refleksi dari kegiatan pembelajaran yang sudah didapatkan selama pembelajaran dan mengucapkan salam penutup.

Pertemuan kedua

Pertemuan kedua ini pada siklus I merupakan lanjutan dari pertemuan pertama dengan melanjutkan materi dan diskusi kelompok. Pertemuan I ini dilaksanakan pada tanggal 21 April 2016 pada mata pelajaran IPA dengan menyampaikan dua indikator pembelajaran yaitu menjelaskan proses terbentuknya pelapukan tanah, menyebutkan jenis-jenis batuan berdasarkan terjadinya pelakukan, dan menelompokan jenis-jenis batuan berdasarkan ciri-cirinya.

1) Kegiatan awal Pelajaran.

Mengucapkan salam, berdoa, presensi kelas dan memeriksa kesiapan siswa. 2) Apersepsi dan Tujuan Pembelajaran

Pada tahap ini guru melakukan tanya jawab dengan memberikan pertanyaan tentang batu batakau “Anak-anak pernahkah kalian melihat ayah mu membeli batu batakau ?, kenapa batu batakau yang digunakan sebagai bahan bangunan bisa disebut jenis batuan?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.

(6)

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang proses terbentuknya tanah karena pelapukan dalam kehidupan sehari hari, melakukan permainan “lempar pertanyaan”untuk mengetahui kemampuan siswa, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok harus menunjuk salah satu temannya untuk menjadi ketua kelompok, ketua kelompok mengatur pembagian tugas dalam melaksanakan diskusi kelompok. untuk menentukan topik yang sudah disiapkan oleh guru, siswa dan guru merencanakan prosedur/peraturan dalam kegiatan diskusi kelompok), semua kelompok berdiskusi dan bekerja sama dalam mengerjakan LKS, setiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi semua topik secara keseluruhan.

4) Penutup.

Guru memberikan kesimpulan pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan mengucapkan salam penutup.

Pertemuan Ketiga 1) Membuka Pelajaran.

mengucapkan salam, berdoa, presensi kelas dan memeriksa kesiapan siswa. 2) Lembar Evaluasi.

Setelah guru mengingatkan kembali tentang materi pertemuan 1 dan 2, guru membagikan soal evaluasi, kemudian siswa mulai mengerjakan soal evaluasi secara individu.

3) Penutup.

Guru mengucapkan salam untuk menutup pembelajaran. Lembar Observasi hasil analisis

Kegiatan observasi bertujuan untuk mengamati terlaksananya model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together). Observasi ini dilakukan oleh peneliti kelas 5 dengan mengisi lembar observasi keiatan guru dan kegiatan siswa dengan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).

(7)

Hasil dari analisis lembar observasi kegiatan guru dan siswa dengan model Numbered Heads Together secara rinci disajikan dalam Tabel 4.2

Tabel 4.2

Hasil observasi kegiatan guru siklus 1 Pertemuan pertama No Standar Proses Tahap NHT Keterlaksanaan

guru Siswa 1 Kegiatan awal Apersepsi 75% 75% 2 Kegiatan Inti Penyampaian

Materi Pembentukan kelompok Diskusi kelompok Melaporkan hasil kerja kelompok 50% 100% 50% 75% 50% 50% 50% 75% 3 Kegiatan Penutup Kesimpulan 50% 50%

Jumlah 67% 58,33%

Berdasarkan Tabel 4.3 Tentang hasil observasi kegiatan guru pada pertemuan pertama terdapat kegiatan yang sudah dilaksanakan dan ada beberapa kegiatan yang masih belum dilaksanakan oleh guru. Dari 13 butir pengamatan ada 8 butir pengamatan yang telah terlaksana dan 5 butir pengamatan yang belum terlaksana.

Hasil observasi aktifitas yang dilakukan siswa pada siklus I belum berjalan dengan baik, karena siswa belum melaksanakan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat saat kegiatan pendahuluan, presentasi kelas dan kelompok.

Hasil kegiatan guru pada pertemuan pertama siklus pertama ini sudah sesuai dengan model pembelajaran Numbered Heads Together. Hanya saja ada beberapa kegiatan yang belum terlaksana yang sudah terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(8)

Pada pertemuan pertama terdapat kegiatan yang belum dilaksanakan oleh guru, diantaranya pada kegiatan awal guru belum mengabsen kehadiran siswa, mengecek kesiapan siswa dan guru tidak bertanya apersepsi dalam mengikuti pelajaran.

Pada kegiatan inti, tahap 2 (menganalisa gambar) guru belum bertanya kepada siswa tentang batuan yang dapat dipelapukan. Dan pada kegiatan penutup guru juga belum melakukan tindak lanjut terhadap siswa. Guru langsung menutup kegiatan pembelajaran dengan salam dan meminta siswa untuk istirahat.

Siswa masih kurang terarahkan dalam kelompok dan siswa masih belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru masih merasa canggung saat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together karena biasanya yang digunakan guru hanya memberikan ceramah dan pemberian tugas.

Tabel 4.3

Hasil observasi kegiatan guru siklus 1 Pertemuan kedua No Standar Proses Tahap NHT Keterlaksanaan

guru Siswa 1 Kegiatan awal Apersepsi 100% 100% 2 Kegiatan Inti Penyampaian

Materi Pembentukan kelompok Diskusi kelompok Melaporkan hasil kerja kelompok 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 3 Kegiatan Penutup Kesimpulan 50% 50%

Jumlah 92% 91,67%

Berdasarkan Tabel 4.3 Tentang hasil observasi kegiatan siswa pada pertama terdapat kegiatan yang sudah dilaksanakan dan ada beberapa kegiatan yang masih belum dilaksanakan oleh siswa bersama guru. Dari 13 butir pengamatan ada 11 butir pengamatan yang telah terlaksana dan 2 butir pengamatan yang belum terlaksana.

(9)

Tabel 4.4

Hasil observasi kegiatan guru siklus 1 Pertemuan ketiga No Standar Proses Tahap NHT Keterlaksanaan

guru Siswa 1 Kegiatan awal Apersepsi 100% 100% 2 Kegiatan Inti Penyampaian

Materi Pembentukan kelompok Diskusi kelompok Melaporkan hasil kerja kelompok 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 3 Kegiatan Penutup Kesimpulan 100% 100%

Jumlah 100% 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 Tentang hasil observasi kegiatan siswa pada pertama terdapat kegiatan yang sudah dilaksanakan dan ada beberapa kegiatan yang masih belum dilaksanakan oleh siswa bersama guru. Dari 13 butir yang telah terlaksana.

Hasil belajar siklus I pertemuan kedua dengan kompetensi dasar 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Hasil belajar siswa pada siklus 1 diperoleh dari nilai soal evaluasi yang dikerjakan siswa pada pertemuan kedua.

Berdarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥75) maka dapat dilaksanakan analisis untuk menentukan jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas. Analisis ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat disajikan dalam Tabel 4.5.

(10)

Table 4.5

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa Kelas V

Dari tabel 4.5 ketuntasan belajar pada siklus I, maka dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas adalah 12 siswa atau mencapai 52,17%. Sedangkan untuk siswa yang belum tuntas adalah 11 siswa atau mencapai 47,83%. Dan dapat dilihat pada diagram lingkaran.

Gambar 4.2

Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 SDN 1 Tambirejo

Tahun Pelajaran 2015/2016

Evaluasi dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh pada siklus I dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN 1 Tambirejo pada mata pelajaran IPA tentang proses terbentuknya tanah karena pelapukan

52%

48% Tuntas

Tidak Tuntas

No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa

Frekuensi Presentase (%)

1 Tuntas ≥ 75 12 52,17

2 Tidak Tuntas < 75 11 47,83

(11)

Refleksi dilaksanakan setelah melakuakan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan I sampai pertemuan III sehingga dapat dibahas kekurangan dan kendala apa saja yang masih dihadapi. Hal ini dapat berfungsi untuk merencanaan siklus berikutnya sehingga permasalahan-permasalahan tersebut dapat teratasi dengan mendiskusikan bersama.

Kegiatan refleksi dilakukan dengan membahas hasil analisis data dari observasi dan hasil belajar yang diperoleh siswa melalui tes evaluasi pada siklus 1. Hasil dari refleksi akan dijadikan acuan dalam perbaikan dan perencanaan siklus 2 sehingga indikator kinerja hasil belajar IPA yang ditentukan oleh peneliti dapat tercapai.

Berdasarkan hasil tindakan yang diperoleh dari observasi yang dilakukan oleh guru pada siklus 1 pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together sudah cukup baik dengan langkah-langkah yang terdapat pada indikator pencapaian pembelajaran.

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75) pada pelaksanaan tindakan siklus 1 terdapat 12 siswa yang tuntas atau ketuntasan klasikal mencapai 55%. Aritnya hasil dari tindakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang peneliti tentukan sebesar 80%. Berdasarkan hasil analisis, masih terdapat 11 siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75).

.

Berdasarkan refleksi pada siklus I akan dijadikan bahan perbaikan pada siklus II, berikut ini merupakan perbaikan dari siklus I:

a) Guru memberikan pengarahan dan pemahaman kepada siswa agar dalam pembagian kelompok dan diskusi kelompok tidak gaduh sehingga pembelajaran dapat berjalan baik dan kompak.

b) Guru menjelaskan kembali tentang pembagian tugas dalam diskusi kelompok.

c) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa, supaya siswa aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.

(12)

4.2.3 Siklus II

a. Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II merupakan perbaikan pembelajaran siklus I. Pada dasarnya siklus II memiliki prinsip kerja yang sama dengan pelaksanaan tindakan siklus I, dengan langkah pembelajaran yang juga hampir sama dengan siklus I. Perbedaan hanya terdapat dalam hal materi pembelajarannya saja yaitu tentang proses terjadinya pelapukan. Dengan adanya data yang diperoleh pada kegiatan siklus I, kegiatan selanjutnya yaitu merancang rencana pembelajaran dalam mata pelajaran IPA tentang jenis-jenis tanah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together). Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP PKn dengan SK 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. dan KD 7.2 Mengidentifikasi Jenis-jenis Tanah yang juga didesain menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Dengan indikator: Menjelaskan pengertian tanah, Faktor-faktor penyebab terbentuknya tanah, Menjelaskan susunan tanah, Menyebutkan jenis-jenis tanah, Menjelaskan manfaat tanah, dan Mengidentifikasi penyerapan air oleh tanah.

Berdasarkan hasil data dan refleksi pada siklus I guru mulai berdiskusi memperbaiki kekurangan dari siklus sebelumnya untuk melaksanakan pada siklus II untuk menyempurnakan pada tujuan pembelajaran yang dapat tercapai secara optimal. Peneliti ini dapat mempersiapkan dan menyusun RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) dengan materi tentang jenis-jenis tanah, menyusun lembar observasi guru dan siswa, lembar LKS, soal evaluasi dan diskusi RPP bersama guru kelas 5.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Tindakan

Siklus II dilaksanakan dalam 3 pertemuan yaitu pada tanggal 25-27 April 2016 dengan alokasi waktu (2x35 menit) pada tiap pertemuan. Tindakan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, yaitu:

(13)

Pertemuan Pertama 1) Membuka Pelajaran.

Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, presensi kelas dan memeriksa kesiapan siswa.

2) Apersepsi dan Tujuan Pembelajaran.

Pada tahap ini guru melakukan tanya jawab dengan memberikan pertanyaan tentang “anak-anak coba dibuka kembali pembelajaran sebelumnya bahwa sudah membahas tentang proses terbentuknya tanah karena pelapukan”?. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.

3) Pembentukan kelompok.

Setelah guru selesai menyampaikan materi tentang pengertian, jenis-jenis tanh, faktor pengaruh tanah, dan susunan tanah dalam kehidupan sehari hari, guru membagi siswa menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok dapat menunjuk salah satu temannya untuk menjadi ketua kelompok, ketua kelompok mengambil undian untuk menentukan topik yang sudah disiapkan oleh guru, siswa dan guru merencanakan prosedur/peraturan dalam kegiatan diskusi kelompok, ketua kelompok mengatur pembagian tugas dalam melaksanakan diskusi kelompok, untuk menentukan topik yang sudah disiapkan oleh guru, siswa dan guru merencanakan prosedur/peraturan dalam kegiatan diskusi kelompok), semua kelompok berdiskusi dan bekerja sama dalam mengerjakan LKS, setiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi semua topik secara keseluruhan.

4) Penutup.

Guru melakukan refleksi pembelajaran dengan bertanya kepada siswa tentang pembelajaran yang sudah didapatkan dan mengucapkan salam penutup.

Pertemuan kedua 1) Membuka Pelajaran.

Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, presensi kelas dan memeriksa kesiapan siswa.

(14)

Pada tahap ini guru dapat melakukan tanya jawab dengan memberikan pertanyaan tentang jenis-jenis tanah “ pernahkah kalian melihat tanah yang basah karena terkena air hujan?”. “ kenapa tanah bisa menyerap air hujan?”. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.

3) Pembentukan kelompok.

Setelah guru selesai menyampaikan materi dan melakukan percobaan tentang susunan tanah, guru dapat membagi siswa menjadi 5 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap kelompok harus menunjuk salah satu temannya untuk menjadi ketua kelompok, ketua kelompok mengatur pembagian tugas dalam melaksanakan diskusi kelompok. untuk menentukan topik yang sudah disiapkan oleh guru, siswa dan guru merencanakan prosedur/peraturan dalam kegiatan diskusi kelompok), semua kelompok berdiskusi dan bekerja sama dalam mengerjakan LKS, setiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa dan guru bersama-sama mengevaluasi semua topik secara keseluruhan.

4) Penutup.

Guru memberikan kesimpulan pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan mengucapkan salam penutup.

Pertemuan Ketiga 1) Membuka Pelajaran.

Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, presensi kelas dan memeriksa kesiapan siswa.

2) Lembar Evaluasi.

Setelah guru meningatkan kembali tentang materi pertemuan 1 dan 2, guru membagikan soal evaluasi, kemudian siswa mulai mengerjakan soal evaluasi secara individu.

3) Penutup.

(15)

Lembar Observasi hasil analisis

kegiatan observasi yang bertujuan untuk mengamati terlaksananya model pembelajaran Numbered Heads Together. Observasi ini dilaksanakan oleh peneliti guru kelas 5 dengan mengisi lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa dengan model pembelajaran Numbered Heads Together.

Tabel 4.6

Hasil observasi kegiatan guru siklus 1I Pertemuan pertama

No Standar Proses Tahap NHT Keterlaksanaan guru Siswa 1 Kegiatan awal Apersepsi 100% 100% 2 Kegiatan Inti Penyampaian

Materi Pembentukan kelompok Diskusi kelompok Melaporkan hasil kerja kelompok 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 3 Kegiatan Penutup Kesimpulan 100% 100%

Jumlah 100% 100%

Berdasarkan Tabel 4.6 Tentang hasil observasi kegiatan guru pada pertemuan pertama semua kegiatan telah terlaksana dengan baik. guru telah melakukan semua langkah-langkah pembelajaran sesuai yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Pada pembelajaran siklus 2 pertemuan pertama ini guru lebih cermat dan aktif dalam menerapkan model Numbered Heads Together. Dalam proses pembelajaranya sehingga dapat berjalan dengan baik, karena guru telah dapat menguasai kelas dan menyesuaikan dengan model pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif selama pembelajaran berlangsung dan siswa tidak merasa jenuh.

(16)

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Siswa telah melakukan semua kegiatan pembelajaran sesuai yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Berdasarkan hasil lembar observasi kegiatan siswa, terdapat catatan yang dituliskan oleh observer yaitu antusias siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan lebih meningkat. Perhatian siswa sudah terfokus kepada gurunya dan kegiatan berbicara sendiri serta bergurau sudah tidak ada lagi.

Siswa ketika pembelajaran di kelas sudah mengalami peningkatan, yaitu dengan keberanian siswa untuk bertanya. Dengan adanya peningkatan perilaku siswa ketika proses pembelajran berlangsung maka dapat diniliai adanya perubahan yang positif perilaku siswa dan hal ini dapat berdampak pada minat dan hasil belajar.

Tabel 4.7

Hasil observasi kegiatan guru siklus 1I Pertemuan kedua No Standar Proses Tahap NHT Keterlaksanaan

guru Siswa 1 Kegiatan awal Apersepsi 100% 100% 2 Kegiatan Inti Penyampaian

Materi Pembentukan kelompok Diskusi kelompok Melaporkan hasil kerja kelompok 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 3 Kegiatan Penutup Kesimpulan 100% 100%

Jumlah 100% 100%

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Guru telah melakukan semua langkah-langkah pembelajaran sesuai yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(17)

Tabel 4.8

Hasil observasi kegiatan guru siklus 1I Pertemuan ketiga No Standar Proses Tahap NHT Keterlaksanaan

guru Siswa 1 Kegiatan awal Apersepsi 100% 100% 2 Kegiatan Inti Penyampaian

Materi Pembentukan kelompok Diskusi kelompok Melaporkan hasil kerja kelompok 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 3 Kegiatan Penutup Kesimpulan 100% 100%

Jumlah 100% 100%

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Guru telah melakukan semua langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dan siswa telah melakukan semua kegiatan pembelajaran sesuai yang tertulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Tabel 4.9

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa Kelas V

Berdasarkan tabel 4.5 analisis ketuntasan belajar Siklus 2, maka dapat dianalisis bahwa jumlah siswa yang tuntas mencapai 91.3% artinya 21 dari 2 siswa telah tuntas dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥ 75). Ketutasan belajar disajikan dalam diagram lingkaran pada Gambar 4.3.

No Ketuntasan Belajar Nilai Jumlah Siswa

Frekuensi Presentase (%)

1 Tuntas ≥ 75 21 91.3

2 Tidak Tuntas < 75 2 8.70

(18)

Gambar 4.3

Diagram Lingkaran Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SDN 1 Tambirejo

Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus 2

c. Evaluasi dan Refleksi

Setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus 2 dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga maka dapat diadakan refleksi dari kegiatan dalam proses pembelajaran.

Refleksi ini digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan dalam proses pembelajaran yang sudah sesuai dengan indikator kinerja.

Berdasarkan lembar observasi siswa pada siklus 2 ini siswa terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran dan saling membantu saat bekerja kelompok sehingga dapat hasil yang maksimal. Selain itu juga, siswa juga merasa lebih tertarik dan senang dengan materi yang dipelajari dengan gambar-gambar yang ditampilkan oleh guru.

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM ≥ 75) maka diperoleh data sebanyak 21 siswa dari 2 siswa tuntas dalam pembelajaran dengan presentase 80,83% tuntas.

94.50% 5.50%

Tuntas Tidak Tuntas

(19)

Berdasarkan indikator keberhasilan ketuntasan belajar yang telah ditentukan oleh peneliti yaitu 80%, maka dapat dinyatakan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai karena presentase ketuntasan telah mencapai 80,83%.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan yang ada pada siklus 1 dapat diselesaikan dengan baik melalui upaya yang direncanakan pada refleksi siklus 1 dan dilakukan pada Siklus 2. Hasil tindakan yang diperoleh pada Siklus 2 juga telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.

4.3 Hasil Analisa Data

Pada bagian ini, dapat dipaparkan hasil analisis data penelitian tentang hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together). Untuk lebih jelasnya paparan hasil belajar PKn kelas 5 dari setiap siklus dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.10

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kelas V Pasiklus, Siklus I, dan Siklus II

No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase

1 Tuntas ( ≥ 75) 5 22% 12 52% 21 87% 2 Tidak Tuntas (˂ 75) 18 78% 11 48% 2 13% Jumlah 23 100% 23 23 Rata-rata 67,3 75,5 80,83 Maksimum 85 90 100 Minimum 30 60 60

Berdasarkan tabel di atas sebelum dilakukan tindakan atau dikatakan dengan pra siklus jumlah siswa yang tuntas 5 siswa dengan persentase 22% sedangkan yang tidak tuntas 18 siswa dengan persentase 78%. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode pembelejaran kooperatif tipe NHT

(20)

(numbered head together) pada Siklus I siswa yang tuntas 12 dengan persentase 52% sedangkan yang tidak tuntas adalah 11 siswa dengan persentase 48%, dan pada siklus II yang tuntas 20 dengan persentase 87% sedangkan yang tidak tuntas adalah 3 siswa dengan persentase 13%. Pada pra siklus rata-rata yang diperoleh 67,3 , nilai maksimum 85 dan nilai minimum 30. Pada siklus I Rata-rata yang diperoleh 75,5 , nilai maksimum 90 dan nilai minimum 60. Dan pada siklus II rata-rata yang diperoleh 78,6 , nilai maksimum 100 dan nilai minimum 60. Berdasarkan tabel di atas maka perbandingan antara tuntas dan tidak tuntas ditunjukan pada diagram 4.4 dibawah ini :

Gambar 4.4

Diagam Batang Ketuntasan Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus 1 dan Siklus 2

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SDN 1 Tambirejo , karena pada model pembelajaran ini siswa saling bekerja dalam kelompok dimana dapat dilakukan sampai semua kelompok, sehingga menguasai materi yang sedang dipelajari. Pada saat pembagian kepala bernomor siswa merasa senang dan tidak bosan untuk

Tuntas Tidak Tuntas

Pra Siklus Frekuensi 5 18

Siklus I Frekuensi 12 11 Siklus II Frekuensi 21 2 0 5 10 15 20 25

(21)

pembagian kelompoknya. Adapun dalam mengunakan model pembelajaran NHT setiap siswa mempunyai rasa ingin tahu untuk meningkatkan suatu prestasi belajar, sehingga dalam pembelajaran berlangsung siswa dapat memahami sikap rasa percaya diri, serta mengembangkan keterampilan yang dimiliki siswa. Ketika sudah berkelompok siswa mengerjakan tugas yang diberikannya dan siswa diberi waktu untuk saling berkerja sama, ketika jalanya diskusi ada kelompok siswa bertukar jawaban dan saling membantu satu sama yang lain,

Dengan adanya penghargaan kelompok ,siswa akan lebih teliti dan semangat dalam menjawab pertanyaan. Jika ada siswa yang lebih aktif maka siswa lebih keinginan untuk maju, bukan karena prestasi yang lebih baik dari teman lain. Pada tanggung jawab perseorangan dapat difokuskan pada aktivitas siswa dalam diskusi kelompok dan berani untuk memaparkan hasil diskusinya, sehingga pada aktifitas siswa kelompok mereka jalani tanpa bantuan dari kelompok lain mereka ingin berusaha semaksimal mungkin. pada mata pelajaran IPA dari pra siklus, siswa tidak respons selama proses pembelajaran berlangsung, siswa merasa bosan karena metode yang digunakan guru hanya ceramah dan penugasan sehingga siswa tidak merasa senang, didalam pembelajaran guru jarang melakukan kegiatan diskusi kelompok selama proses pembelajaran, media yang digunakan guru hanya buku paket IPA dan LKS, sehingga siswa pasif selama proses pembelajaran berlangsung, dari 23 siswa yang belum tuntas ada 78,26%/ belum mencapai kreteria ketuntasan minimal (KKM) 75. Dari hasil tes Pra siklus yang diperoleh dari guru kelas terdapat 5 siswa atau 21,74% yang tuntas. Sehingga rata-rata yang dicapai adalah 67,93%menunjukan bahwa hasil belajar siswa kurang meningkat atau kurang efisien.

Pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) yang dilaksanakan dalam 2 siklus, yang masing-masing siklus terdapat 3 pertemuan.

Pada siklus I terdapat kekurangan pada siswa yang masih malu-malu jika ditunjuk kedepan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui. Pada saat guru menyampaikan materi pembelajaran masih kurang memperhatikan siswa yang bikin olah sendiri. Dengan adanya kesesuaian pada langkah-langkah

(22)

pembelajaran siswa dapat memperhatikan penjelasan materi dengan baik, sehingga dalam menggunakan model pembelajaran yang sama guru sudah memperbaiki kekurangan pada pertemuan sebelumnya. Dalam pembagian kelompok dengan menggunakan kepala bernomor siswa tidak membuat gaduh dalam berkelompok dan saling bekerja sama dengan baik.

Kegiatan setelah melaksanakan diskusi kelompok, siswa bersama guru melakukan evaluasi dan refleksi pada pembelajaran yang dipelajari bersama. Pada pertemuan pertama siswa hanya diberikan pertanyaan-pertanyaan secara lisan saja, tetapi pertemuan kedua siswa diberikan soal sebanyak 20 nomor untuk mengetahui hasil belajar pada siklus 1.

Guru harus lebih bisa memahami langkah-langkah model pembelajaran sehingga dalam penerapanya semua kegiatan dapat terlaksana dengan baik. Guru dapat mengingatkan siswa agar dapat bekerjasama dengan baik dalam melaksanakan tugas kelompok. Hal ini ditujukan agar dapat terciptanya interaksi yang baik antar siswa maupun guru dengan siswa.

Pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) sudah berjalan dengan baik. pada siklus II ini membahas pada kekurangan dan kesalahan pada siklus I. Berdasarkan observasi siswa lebih semangat dibandingkan pada saat pembelajaran I. Baik pada pertemuan I maupun pada pertemuan ke2. Keaktifan pada siswa lebih meningkat dan sudah ada keberanian untuk memberikan pendapat yang diberikan pada guru. Siswa pun sekarang tidak merasa jenuh dan bosan selama proses belajar mengajar berlangsung.

Guru mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaan dengan baik dan benar. Siswa sudah terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa juga sudah tidak bingung dengan model pembelajaran NHT. Siswa aktif untuk bertanya jawab dengan guru tentang materi yang dipelajari bersama, sehingga pembelajaran sudah berpusat pada siswa.

(23)

Berdasarkan hasil evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) pada siswa kelas 5 SDN 1 Tambirejo mengalami peningkatan pada hasil belajar IPA. Setelah mengetahui perbandingan setiap siklus terjadi suatu peningkatan pada hasil belajar siswa, sehingga diketahui bahwa pada pra siklus atau kondisi awal terdapat 5 siswa yang mencapai ketuntasan 21,74% dan yang tidak tuntas 18 siswa yang mencapai ketuntasan 78,26% dari 23 siswa mempunyai rata-rata kelas yang dicapainya 67,93%. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I terjadi peningkatan yang sudah baik yaitu jumlah siswa yang tuntas 12 siswa atau 52,17% dan ada 11 siswa yang tidak tuntas atau 47,83% dengan rata-rata kelas yang dicapai 75,4%. Sedangkan hasil belajar pada siklus II sangat baik karena dari 23 siswa yang tuntas ada 20 siswa atau 86,96% dan ada 3 siswa yang tidak tuntas atau 13,04% dengan rata-rata kelas yang dicapainya 78,6%. Dengan hasil belajar pada mata pelajaran IPA diatas sudah mencapai suatu indikator keberhasilan yaitu apabila ketuntasan yang dicapai oleh siswa sudah mencapai 80% dari KKM 75.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini sebagai kota yang telah ditetapkan sebagai kota berbasis desain, kota Solo belum memiliki pusat kegiatan desain seperti di kota-kota besar yaitu seperti di

Jadi dapat dikemukakan bahwa tingkat efektivitas penerimaan dan pengelolaan pajak bumi dan bangunan yang semakin baik akan memberikan pendapatan daerah yang baik pula dan

Rendahnya nilai matematika siswa harus ditinjau dari lima aspek pembelajaran umum matematika yang dirumuskan oleh National Council of Teachers of Mathematic (NCTM , 2000)

Kegiatan yang dimaksud berupa pembuatan percontohan budi daya rumput laut dengan teknik/metode long line , restorasi terumbu karang melalui pembuatan artificial reef /terumbu

Data sekunder, yaitu data dalam bentuk jadi yang telah dimiliki oleh Hotel Swiss belinn ska Pekanbaru yang digunakan sebagai pelengkap didalam

Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia. Masalah-masalah tema tingkat divine tersebut tergambar dari setiap perilaku atau sikap tokoh yang terdapat dalam novel

Tokoh kultural dan terbuka untuk anggota komunitas Adapun syarat terjadinya hibridisasi sebagaimana pada Tabel 3, yaitu: (1) pola bercocok tanam yang relatif seragam

Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha kepada mustahiq secara langsung maupun tidak langusng, yang pengelolaannya bisa melibatkan