• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP HIPERTERMI.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP HIPERTERMI.doc"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN

STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA STASE KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTERMI HIPERTERMI DI RUANG KENANGA

DI RUANG KENANGA RSUD GOETHENG TARUNADIBRATARSUD GOETHENG TARUNADIBRATA PURBALINGGA

PURBALINGGA

Oleh Oleh

EVI DWI INDRIYANI EVI DWI INDRIYANI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANSOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMILMU-ILMU KESEHATANU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS PENDIDIKAN PROFESI NERS

PURWOKERTO PURWOKERTO

2013 2013

(2)

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Seperti banyak fungsi biologis lainnya, suhu tubuh manusia memperlihatkan irama sirkadian. Mengenai batasan “normal”, terdapat  beberapa pendapat. Umumnya berkisar antara 36,10C atau lebih rendah pada

dini hari sampai 37,40 C pada sore hari. Atau 36,5 + 0,70 C (Benneth, et al, 1996; Gelfand, et al, 1998).

Lebih lanjut dijelaskan, suhu tubuh rata-rata orang sehat 36,8+0,40 C, dengan titik terendah pada jam 06.00 pagi dan tertinggi pada jam 16.00. Suhu normal maksimum (oral) pada jam 06.00 adalah 37,20 C dan suhu normal maksimum pada jam 16.00 adalah 37,70 C. Dengan demikian, suhu tubuh > 37,20 C pada pagi hari dan > 37,70 C pada sore hari disebut demam (Gelfand, et al, 1998; Andreoli, et al, 1993; Lardo, 1999). Sebaliknya Bennet & Plum (1996) mengatakan, demam (hipertemi) bila suhu > 37,2 0 C.

Walaupun tidak ada batasan yang tegas, namun dikatakan bahwa apabila terdapat variasi suhu tubuh harian yang lebih 1-1,50 C adalah abnormal. Suhu tubuh dapat diukur melalui rektal, oral atau aksila, dengan perbedaan kurang lebih 0,5- 0,60 C, serta suhu rektal biasanya lebih tinggi (Andreoli, et al, 1993; Gelfand, et al, 1998).

 Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat  pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point (Busto, et al, 1987; Lukmanto, 1990; Lardo, 1999).

(3)

Peningkatan suhu tubuh secara abnormal dapat terjadi dalam bentuk  hipertermi dan demam. Pada hipertermi, mekanisme pengaturan suhu gagal, sehingga produksi panas melebihi pengeluaran panas.

2. Tujuan

Tujuan umum :

Mahasiswa dapata mengelola pasien dengan diagnosa hipertermi di ruang Kenanga RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Tujuan khusus :

1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian 2. Mahasiswa dapat melakukan intervensi

3. Mahasiswa dapat mendiagnosa keperawatan hipertermi

4. Mahasiswa dapat membuat rencana asuhan keperawatan kekurangan volume cairan

5. Mahasiswa dapat melakukan implementasi 6. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi 7. Mahasiswa mampu mendokumentasikan

B. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian

Keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas rentang normalnya(nic noc.2007). Keadaan dimana seorang individu mengalami  peningkatan suhu tubuh di atas 37,80C peroral atau 38,80C perrektal karena

factor eksternal (Carpenito, 1995)

Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan mekanisme termorgulasi.(ensiklopedia keperawatan)

(4)

2. Etiologi

Beberapa yang dapat menyebabkan kondisi hipertermi yaitu  penyakit/trauma, peningkatan metabolisme, aktivitas yang berlebihan,  pengaruh medikasi, terpapar lingkunagn panas, dehidrasi dan pakaian yang

tidak tepat (Nanda, 2012).

3. Faktor predisposisi

Hipertermi dapat disectuskan oleh beberapa faktor antara lain aktivitas yang  berlebih dicauaca yang panas, jenis-jenis obat tertentu seperti ekstasi.

4. Patofisiologi

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang  berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain

IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN.

Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen  jika terstimulasi (Dinarello & Gelfand, 2005).

(5)

limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator  inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN).

Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin (Dinarello & Gelfand, 2005). Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan  penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan

suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Sherwood, 2001).

Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan  peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan

(6)

vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk  menghilangkan panas sehingga tubuh akan bewarna kemerahan.

5. Tanda dan gejala

Beberapa tanda dan gejala pada hipertermi menurut NANDA (2012): 1. Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal

2. Konvulsi (kejang) 3. Kulit kemerahan 4. Pertambahan RR  5. Takikardi

6. Saat disentuh tangan terasa hangat Fase – fase terjadinya hipertermi Fase I : awal

 Peningkatan denyut jantung .

 Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan .  Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat .  Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi .  Merasakan sensasi dingin .

 Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi .  Rambut kulit berdiri .

 Pengeluaran keringat berlebih .  Peningkatan suhu tubuh .

(7)

 Proses menggigil lenyap .  Kulit terasa hangat / panas .  Merasa tidak panas / dingin .

 Peningkatan nadi & laju pernapasan .  Peningkatan rasa haus .

 Dehidrasi ringan sampai berat .

 Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf .  Lesi mulut herpetik .

 Kehilangan nafsu makan .

 Kelemahan , keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme

 protein

Fase III : pemulihan

 Kulit tampak merah dan hangat .  Berkeringat .

 Menggigil ringan .

 Kemungkinan mengalami dehidrasi .

6. Pemeriksaan penunjang

Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir, yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu scanning, masih pdapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.

(8)

7. Pathway

Infeksi ↓

Pirogen eksogen dan pirogen endogen ↓

Pirogen eksogen menstimulasi monosit, limfosit, dan neutrofil ↓

Sel darah putih mengeluarkan zat kimia yg dinamakan pirogen endogen ↓

hipotalamus anterior dirangsang oleh pirogen eksogen dan pirogen endogen ↓

Prostaglandin ↓

Terjadi mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut.

↓ hipertermi

(9)

8. Pengkajian

a. Identitas ( nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, no. Rm, diagnosa medis)

 b. Riwayat kesehatan ( keluhan utama, riwayat peyakit dahulu, riwayat  penyakit keluarga)

c. Pola kesehatan fungsional

d. Pemeriksaan Fisik ( kesadaran umum, BB, TD, N, S, RR) d 9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

(10)

10. Rencana asuhan keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi

Hiperterm i  berhubun gan dengan  proses  penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan keseimbangan cairan klien terpenuhi dengan criteria hasil: Indicator awa l Akh ir  1. Temperatur  kulit seuai yang diharapkan 2. Tidak ada sakit kepala 3. Tidak ada  perubahan warna kulit 4. Denyut nadi sesuai yang diharapkan 5. Hidrai adekuat 6. Melaporka n kenyamana n suhu tubuh 1: keluhan ekstrim 2: keluhan berat 3: keluhan sedang 4: keluhan ringan 5: tak ada keluhan

1. Monitor suhu tubuh 2. Monitor TD, RR, N 3. Monitor intake dan

output setiap 8 jam 4. Monitor warna dan

suhu tubuh 5. Selimuti pasien

(11)

DAFTAR PUSTAKA

 NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2. Jakarta : EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Otot berperan dalam menjaga suhu tubuh secara keseluruhan, karena sistem otot dapat merespon jika tubuh mengalami penurunan dan peningkatan suhu tubuh, misalnya

*erdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bah-a stroke hemoragik (CVA bleeding ) merupakan pecahnya pembuluh darah otak yang mengakibatkan peningkatan volume

Tulang merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak, Tempat melekatnya otot-otot sehingga memungkinkan jalannya pembuluh darah, tempat sumsum tulang dan

Pada keadaan ini sebagian pembuluh darah jantung (koroner) yang memberikan pasokan oksigen dan nutrisi ke jantung terganggu Sehingga otot-otot jantung berusaha

cairan sehingga menyebabkan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot, ditandai dengan edema, tidak adanya denyut, nyeri terutama

Penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh arterikoroner dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.. alam kondisi yang aliran darah ke

Demam adalah suatu kondisi tubuh yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas 37C. Ukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer jika tidak ada rasakan suhu

Hipertensi Pulmonal (HP) adalah suatu kelainan pembuluh darah paru yang bersifat kronik yang ditandai dengan peningkatan resistensi pembuluh darah paru yang