• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BENALU TEH (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK BENALU TEH (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

IKHA BHEKTI YULIANTI K 100 050 234

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta

Oleh :

IKHA BHEKTI YULIANTI K 100 050 234

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

(3)

iii

(Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI BAHAN PENGISI SORBITOL-LAKTOSA

Oleh :

IKHA BHEKTI YULIANTI K 100 050 234

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada tanggal : Mengetahui, Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan,

Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt

Pembimbing Utama

Dra. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt.

Pembimbing Pendamping

Suprapto S.Si., Apt.

Penguji:

1. T. N. Saifulah, M.Si., Apt. ____________

2. Rosita Melannisa, M.Si., Apt. ___________ 3. Dra. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt. ____________

(4)

iv

“ Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu; Jagalah Allah, niscaya engkau mendapati-Nya bersamamu;

Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah; Jika engkau minta tolong, minta tolonglah kepada Allah; Ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberi suatu manfaat

kepadamu,

Mereka pasti tidak dapat melakukannya kecuali suatu manfaat itu telah Allah tetapkan untukmu.

Jika mereka bersatu untuk mencelakakanmu dengan sesuatu, mereka tidak akan dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang

telah Allah tetapkan atasmu.

Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.“ (HR. Tirmidzi)

“Sebesar kengerian dan kesulitan dalam mencapai sesuatu, sebesar itulah kesenangan dan kelezatan yang dirasakan.”

(5)

v

betapa kecil diriku ini.. Dan ilmu yang kami miliki benar-benar tiada lebih dari setetes air di samudra nan luas yang Engkau miliki....

Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar………. Kupersembahkan karya terbaik sepanjang 22 tahun ini untuk,

™ Ayahanda dan Ibunda tercinta untuk perjuangan, dedikasi dan kasih sayang yang tak pernah luntur dihati kalian…

™ Nenekku yang dengan sabar selalu menasehatiku.

™ Almarhum Mak Dar, budeku yang belum sempat melihatku menjadi Sarjana Farmasi. Terima kasih atas kasih sayangnya selama ini.

™ Sigit Setiyawan yang senantiasa mendukung, menemani, memberikan semangat dan membantuku menyelesaikan skripsi ini.

™ Semua keluarga besar atas semua dukungan yang yang telah diberikan. ™ Teman-teman yang membantuku bangkit : ita, chen-chen, fitri, yanita, dan

angga. Makasih atas semangat dan dukungannya.

™ Teman-teman baikku: Reiza, Fifi, Kun, SidiQ, Adhe, Ervan, Ajix, Fajar, Januar, dan Wawan atas kebersamaan dan semangatnya.

™ Semua teman-teman kelas SAINS OA ’05 dan semua teman-teman kelas E ’05 serta teman-teman angkatan 2005.

™ Semua teman-teman kost Khasanah lantai 3 yang selalu saling membantu dan memberi semangat.

™ Almamater UMS.

(6)

vi

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Agustus 2009

Peneliti,

(7)

vii

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah sehinga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul: “Formulasi Tablet Kunyah Ekstrak Benalu Teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) Dengan Variasi Konsentrasi Bahan Pengisi Sorbitol-Laktosa” sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Dalam penyusunan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Ibu Dra. Mimiek Murrukmihadi, SU., Apt. selaku pembimbing utama yang telah memberikan banyak bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Suprapto S.Si., Apt. selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan banyak bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama penelitian maupun penyusunan skripsi ini.

4. Bapak T. N. Saifulah, M.Si., Apt. selaku penguji I dan Ibu Rosita Melannisa, M.Si., Apt. selaku penguji II atas koreksi, kritik dan saran yang menyempurnakan karya ini.

(8)

viii bantuan selama penelitian.

7. Orang tuaku tercinta yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan dukungan serta memanjatkan do’a untuk ananda.

8. Segenap pihak yang telah banyak membantu dan memberi dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya dan muncul kritik dan saran untuk perbaikan penulis selanjutnya.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Surakarta, Oktober 2009

Penulis

(9)

ix

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

DEKLARASI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv INTISARI... xvi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 3 B. Perumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penelitian ... 3 D. Tinjauan Pustaka ... 3

1. Tanaman Benalu Teh (Scurrula atropurpurea [BL]. Dans.) ... 3

2. Ekstrak ... 5

3. Tablet ... 8

(10)

x

BAB II METODE PENELITIAN ... 19

A. Kategori Penelitian, Rancangan Percobaan, dan Variabel... 19

B. Bahan dan Alat... 19

1. Bahan ... 19

2. Alat... 20

C. Jalannya Penelitian... 20

1. Penyiapan Simplisia ... 20

2. Pembuatan Ekstrak Kental ... 21

3. Pengujian Ekstrak ... 21

4. Pembuatan Ekstrak kering ... 22

5. Perhitungan Dosis ... 22

6. Formulasi Tablet Kunyah... 23

7. Pembuatan Granul... 24

8. Uji Sifat Alir Granul ... 24

9. Pembuatan Tablet Kunyah ... 25

10. Uji Sifat Fisik Tablet Kunyah ... 26

D. Analisis Data ... 27

E. Tempat Penelitian ... 28

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

(11)

xi

3. Pengetapan granul ... 34

C. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Kunyah Benalu Teh... 35

1. Keseragaman bobot tablet ... 35

2. Kekerasan Tablet... 37

3. Kerapuhan Tablet ... 39

4. Uji Tanggapan Rasa ... 40

5. Pemilihan Formula Tablet Kunyah yang Terbaik……... 43

BAB IV KESIMPULAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Saran... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

(12)

xii

RI, 1979)... 15 Tabel 2. Rancangan formula tablet kunyah ekstrak benalu teh (Scurrula

artopurpurea [BI]. Dans.) ... 23 Tabel 3. Perbandingan sorbitol-laktosa tiap formula... 24 Tabel 4. Rendemen Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Benalu Teh ... 29

(13)

xiii

Gambar 2. Histogram Nilai Rata-Rata Sudut Diam (º) ... 32

Gambar 3. Histogram Rata-Rata Pengetapan (%) ... 34

Gambar 4. Histogram CV Keseragaman Bobot Tablet Kunyah Benalu Teh (%) ... 36

Gambar 5. Histogram Bobot Tablet Kunyah Benalu Teh ... 36

Gambar 6. Histogram Kekerasan Tablet Kunyah Benalu Teh ... 38

Gambar 7. Histogram Nilai Rata-Rata Kerapuhan Tablet Kunyah Benalu Teh (%) ... 39

Gambar 8. Histogram Tanggapan Responden Terhadap Rasa Tablet Kunyah... 41

Gambar 9. Histogram Tanggapan Responden Terhadap Formula Tablet Kunyah Benalu Teh Yang Dapat Diterima (%)... 42

Gambar 10. Foto Tanaman Benalu Teh... 52

Gambar 11. Foto Ekstrak Kental Benalu Teh... 53

(14)

xiv

Dans.) ... 50

Lampiran 2. Foto Tanaman Benalu Teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) 52 Lampiran 3. Foto Ekstrak Kental Benalu Teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) ... 53

Lampiran 4. Foto Tablet Kunyah Benalu Teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) ... 54

Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Daya Lekat ekstrak kental dan Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Ekstrak Kental Benalu Teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.)... 55

Lampiran 6. Hasil Pemeriksaan Sifat Alir Granul ... 56

Lampiran 7. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Kunyah... 64

Lampiran 8. Blanko Angket untuk Uji Tanggapan Rasa ... 70

Lampiran 9. Hasil Analisis Formula Tablet Kunyah Benalu Teh Dengan Program Design-Expert 7.1.6... 72

(15)

xv

sehingga dibuat dalam bentuk tablet kunyah yang akan meningkatkan daya terima pasien dan keamanan serta mempercepat efeknya. Benalu teh berasa pahit sehingga perlu diformulasi dengan bahan pengisi yang manis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa terhadap sifat fisik dan rasa tablet kunyah ekstrak benalu teh.

Pembuatan ekstrak benalu teh dengan cara infusidasi menggunakan pelarut akuadest dan pengeringan dengan aerosil. Tablet kunyah ekstrak benalu teh dibuat sebanyak 5 formula dengan variasi kombinasi sorbitol-laktosa Formula I (100% sorbitol: 0% laktosa); Formula II (75% sorbitol: 25% laktosa); Formula III (50% sorbitol: 50% laktosa); Formula IV (25% sorbitol: 75% laktosa); Formula V (0% sorbitol: 100% laktosa). Metode pembuatan tablet kunyah dengan cara granulasi basah. Pengujian sifat fisik granul (waktu alir, sudut diam, pengetapan) dan sifat fisik tablet (keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan) serta uji rasa oleh responden analisis data dilakukan secara teoritis dan statistik oleh responden. Analisis data dilakukan secara teoritis dan statistik menggunakan uji kolmogorof-Smirnov dan ANAVA serta dilanjutkan dengan uji scheffe dengan taraf kepercayaan 95% serta pemilihan formula tablet kunyah yang terbaik dengan program Design- Expert 7.1.6

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan konsentrasi sorbitol menyebabkan penurunan waktu alir granul, penurunan sudut diam granul, kenaikan indeks pengetapan granul, penurunan kandungan lembab granul, penurunan kekerasan tablet dan kenaikan kerapuhan tablet serta sebaliknya. Formula tablet kunyah benalu teh yang terbaik adalah formula yang mengandung sorbitol 92,36% : laktosa 7,64%.

Kata kunci: Benalu teh (Scurula atropurpurea [Bl.] Dans), Sorbitol, Laktosa, Tablet Kunyah.

(16)

1

A. Latar Belakang

Benalu teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) merupakan tumbuhan yang

hidup menumpang pada tumbuhan teh (Thea sinensis L) dan menghisap makanan

dari tumbuhan inang untuk kelangsungan hidupnya. Tanaman ini mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, triterpen, saponin, dan tannin. Senyawa golongan terpenoid, alkaloid, dan polifenol mempunyai sifat imunostimulator. Dari penelitian yang dilakukan oleh Winarno et al. menunjukkan bahwa benalu teh

(Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) bersifat imunostimulator, dimana infusa benalu

teh meningkatkan sistem imun mencit melalui peningkatan kadar Imunoglobulin G pada dosis efektif 150 mg/100 g BB (Winarno et al., 2000). Alkaloid yang berperan

sebagai imunomodulator pada benalu teh adalah kuersetrin (Gusviani et al., 2002).

Benalu teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) umumnya digunakan dengan

cara direbus atau diseduh. Cara ini kurang praktis, kurang efektif, mempunyai dosis yang tidak seragam dan keamanannya kurang jelas. Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman obat tersebut agar lebih praktis dan efektif dalam penggunaan adalah dengan membuatnya dalam bentuk ekstrak yang diformulasi dalam sediaan tablet kunyah.

(17)

Keunggulan dari ekstrak yang dibuat dalam sediaan tablet kunyah antara lain lebih mudah diserap tubuh dan mudah dilepaskan sebagai bahan aktif pada jaringan tubuh. Pembuatan tablet kunyah ditujukan untuk memberikan suatu bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orang tua yang sukar menelan obat utuh (Banker and Anderson, 1986), serta dapat menutupi

rasa tidak enak atau pahit dari obat (Voigt, 1984). Sediaan ini memiliki rasa aromatik yang menyenangkan, tidak mengandung bahan penghancur, dan lebih disukai oleh pasien yang kesulitan dalam menelan obat (Voigt, 1984).

Upaya memperbaiki rasa tablet kunyah ekstrak benalu teh (Scurulla

atropurpurea [BL] Dans.) dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pengisi yang

memiliki rasa manis. Bahan pengisi pada tablet kunyah antara lain manitol, sorbitol, laktosa, dekstrosa, dan glukosa. Penggunaan sorbitol sebagai bahan pengisi tablet kunyah cukup ideal karena sorbitol memiliki kompresibilitas cukup baik, berasa manis dan dingin, rendah kalori, tidak menyebabkan karies gigi sehingga aman untuk dikonsumsi (Edge et al, 2006) serta dapat menutupi rasa tidak enak dari zat aktif pada

formulasi tablet kunyah. Sorbitol berupa serbuk, granul atau lempengan, warna putih (Anonim, 1995). Sorbitol merupakan gula yang mahal (dua kali dari harga laktosa) sehingga perlu dikombinasi dengan laktosa untuk mengurangi biaya produksi karena mudah diperoleh dan murah (Banker and Anderson, 1986). Laktosa merupakan bahan

pengisi yang sering digunakan karena tidak berbau, rasa sedikit manis, stabil diudara dan tidak bereaksi dengan hampir semua obat (Anonim, 1995). Kombinasi bahan

(18)

pengisi ini diharapkan menghasilkan tablet kunyah yang baik dan dapat memenuhi persyaratan.

Berdasarkan ulasan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa terhadap sifat fisik dan tanggapan rasa dari tablet kunyah ekstrak benalu teh (Scurulla atropurpurea

[BL] Dans.) yang dihasilkan.

B. Perumusan Masalah

Bagaimanakah pengaruh kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa pada pembuatan tablet kunyah ekstrak benalu teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.)

terhadap sifat fisik dan tanggapan rasa dari tablet kunyah tersebut ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa pada pembuatan tablet kunyah ekstrak benalu teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.)

terhadap sifat fisik dan tanggapan rasa dari tablet kunyah tersebut.

D. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Benalu Teh (Scurrula atropurpurea [BL]. Dans.)

a. Nama Tanaman

(19)

Nama daerah : Pasilan (Melayu), Mangandeuh (Sunda), Kemladean (Jawa) dan Benalu (Indonesia)

b. Sistematika Tanaman

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Santalales Suku : Loranthaceae Marga : Scurrula

Jenis : Scurrula artopurpurea (BL). Dans.

(Anonim, 1997) c. Deskripsi Tanaman

Tanaman benalu teh merupakan tanaman parasit obligat dengan batang menggantung, berkayu, silindris, berbintik-bintik, coklat. Memiliki daun

tunggal, berhadapan, berbentuk lonjong, ujung agak meruncing, pangkal membulat, tepi rata, panjang 5-9 cm, lebar 2-4 cm, dengan permukaan atas daun berwarna hijau sedangkan permukaan bawah berwarna coklat. Bunganya tergolong bunga majemuk, berbentuk payung, terdiri dari 4-6 bunga, terdapat di ketiak daun atau di ruas batang, tangkai pendek, kelopak berbentuk kerucut terbalik dengan panjang ± 3 mm, bergigi empat, panjang benang sari 2-3 mm, kepala putik berbentuk tombol, dengan panjang tabung mahkota 1-2 cm, taju mahkota melengkung ke dalam dan berwarna merah.

(20)

Buah berbentuk kerucut terbalik, dengan panjang ± 8 mm, berwarna coklat. Akarnya menempel pada pohon inang, berwarna kuning kecoklatan dan berfungsi sebagai penghisap (Anonim, 1997).

d. Kandungan Kimia

Daun dan batang mengandung saponin, tannin, alkaloid, flavonoid, glikosida, dan triterpen (Anonim, 1997; Winarno et al., 2000).

e. Khasiat

Benalu teh berkhasiat sebagai obat sakit kuning (Anonim, 1997), antikanker (Nugroho et al., 2000), mengobati tumor, amandel dan campak (Thomas, 1989), dan

dapat meningkatkan sistem imun (Winarno, et al., 2000; Gusviani et al., 2002).

2. Ekstrak

Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat menggunakan pelarut yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel, 1995).

Atas dasar sifatnya, ekstrak dapat dikelompokkan menjadi : a. Ekstrak encer (Extractum tenue)

Memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang. b. Ekstrak kental (Extractum spissum)

Dalam keadaan dingin liat dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya mencapai 30%.

(21)

Memiliki konsistensi kering dan dapat digosokkan. Kandungan airnya tidak lebih dari 5%.

d. Ekstrak cair (Extractum liquidum)

Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadang-kadang satu bagian) ekstrak cair (Voigt, 1984)

Metode ektraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti sifat dari bahan mentah dan daya penyesuaiannya dengan tiap macam metode ekstraksi serta kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat dari bahan mentah obat merupakan factor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi (Ansel, 1989). Cara penyarian dapat dibedakan menjadi infundasi, maserasi, perkolasi, dan penyarian berkesinambungan (Anonim, 1986).

a. Infundasi

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit (Anonim, 1986).

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986)

(22)

b. Maserasi

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel atau masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif tersebut akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel. Larutan yang lebih pekat (di dalam sel) didesak keluar sel, masuk ke dalam larutan di luar sel. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang sempurna (Anonim, 1986).

c. Perkolasi

Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawah diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, kemudian melarutkan zat aktif dari sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh (Anonim, 1986).

d. Penyarian berkesinambungan

Penyarian berkesinambungan menggabungkan proses untuk menghasilkan ekstrak cair dan proses penguapan (Anonim, 1986). Penyarian ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi jumlah pelarut dan dirancang untuk bahan dalam jumlah besar yang terbagi dalam beberapa bejana ekstraksi (Anonim, 2000).

(23)

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dengan pelarut yang sesuai. Kriteria cairan penyari yang baik antara lain murah, mudah didapat, stabil secara kimia dan fisika, bereaksi netral, tidak mudah menguap, tidak mudah terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1986). Cairan penyari yang dapat digunakan adalah air, etanol, etanol-air atau eter (Anonim, 1979).

3. Tablet

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim, 1979).

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung satu unit dosis lazim, dengan satu macam bahan aktif atau lebih tergantung tujuan terapi yang ingin dicapai (Sulaiman, 2007).

Bentuk sediaan tablet mempunyai keuntungan antara lain: (1) merupakan bentuk sediaan yang utuh dan mempunyai ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah daripada bentuk yang lain; (2) merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan kompak; (3) merupakan bentuk sediaan yang mudah dan murah dalam pembuatan, pengemasan dan pengiriman; (4) merupakan sediaan oral yang paling mudah pemakaiannya (Banker and Anderson, 1986).

4. Tablet Kunyah

Tablet kunyah adalah tablet yang dimaksudkan untuk hancur perlahan-lahan dalam mulut dengan kecepatan yang wajar dengan atau tanpa mengunyah dengan

(24)

sesungguhnya. Karakteristik tablet kunyah memiliki bentuk yang halus setelah hancur, mempunyai rasa yang enak dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak (Ansel, 1995).

Tablet kunyah digunakan untuk pasien yang kesulitan dalam menelan tablet, atau untuk anak-anak yang tidak bisa menelan tablet dengan air, tablet kunyah merupakan alternatif yang baik. Manitol biasanya digunakan dalam tablet kunyah sebagai pengisi, memberikan rasa yang enak, rasa yang dingin di mulut dan dapat melapisi rasa dari beberapa macam bahan dalam formula (Aulton, 2002).

Tablet kunyah dibuat dengan granulasi basah. Granul yang digunakan tidak begitu keras dan biasanya mengandung rasa dengan jumlah yang banyak. Bahan penghancur tidak dibutuhkan dalam tablet kunyah, karena di sini gigi melakukan fungsinya (Aulton, 1994). Disamping memiliki jumlah pengikat yang relatif tinggi, juga mengandung gula, serbuk coklat, dan bahan aroma (Voigt, 1984).

Formula tablet kunyah kebanyakan jumlah manitolnya 50% atau lebih dari berat formula itu sendiri. Kadang-kadang bahan pemanis lainnya seperti sorbitol, laktosa, dekstrosa, dan glukosa dapat sebagai pengganti sebagian atau seluruh manitol (Ansel, 1995).

Pada proses penabletan sering terjadi permasalahan yang mengakibatkan rusaknya atau kurang sempurnanya bentuk tablet. Permasalahan dalam pembuatan tablet meliputi :

(25)

Capping adalah keadaan suatu tablet dimana bagian atas atau bawahnya

terpisah secara horizontal, baik sebagian atau seluruhnya dari bagian utamanya pada saat tablet dikeluarkan dari die atau setelah tablet dikempa (Sulaiman, 2007).

b. Lamination

Lamination adalah tablet pecah atau terbagi menjadi dua atau lebih bagian

secara horizontal (Sulaiman, 2007).

c. Chipping

Chipping adalah pecahnya tepi tablet, baik setelah dikeluarkan dari cetakan,

selama penanganan lanjutan maupun yang terjadi saat penyalutan (Sulaiman, 2007).

d. Cracking

Cracking adalah tablet mengalami retakan kecil dibagian atas, bawah, maupun

di dinding samping (Sulaiman, 2007).

e. Sticking

Sticking adalah melekatnya material yang dikempa pada dinding die

(Sulaiman, 2007).

f. Picking

Picking adalah tablet yang permukaannya hilang karena sejumlah kecil

material yang dikempa melekat pada permukaan punch (Sulaiman, 2007).

g. Binding

Binding adalah keadaan dimana terjadi perlekatan antara tablet dengan

(26)

h. Motling

Motling adalah keadaan dimana distribusi warna yang tidak merata

dipermukaan tablet, berbintik terang atau gelap (Sulaiman, 2007).

Dalam pembuatan tablet kompresi ada 3 metode yang berlaku, yaitu: a. Metode granulasi basah

Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayaan adonan lembab menjadi pelet atau granul, pengeringan granul, penyaringan kering, lubrikasi atau pelinciran, pencetakan tablet (Ansel, 2005).

b. Metode granulasi kering

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembaban atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan masa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk, dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam granul yang lebih kecil. Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya masa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 2005).

(27)

c. Metode kempa langsung

Kempa langsung merupakan pencetakan bahan obat dan bahan tambahan yang berbentuk serbuk tanpa proses pengolahan awal atau granulasi. Pada proses ini, bahan yang digunakan mempunyai fluiditas dan kompresibilitas yang baik (Lachman

et al.,1994).

Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodida, amonium klorida dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir sebagai mana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering. Jumlah bahan obat yang dapat dijadikan tablet tanpa melalui granulasi lebih dahulu sangat sedikit (Voigt, 1984).

Parameter sifat fisik granul, meliputi: a. Waktu alir

Salah satu parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam corong alat uji waktu alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk melalui corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong per detik (Juheini et al, 2004).

Pada campuran serbuk atau granul, sifat alirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah rapat jenis, porositas, bentuk partikel, kondisi percobaan dan kandungan lembab (Parrott, 1971). Partikel yang mempunyai permukaan halus atau licin mempunyai sifat alir yang baik dikarenakan gaya gesek dan luas kontak antar partikel kecil. Sifat alir dipengaruhi oleh gaya yang bekerja diantara

(28)

partikel-partikel padat, antara lain gaya gesekan, gaya tegangan permukaan, gaya mekanik yang disebabkan oleh saling menguncinya partikel yang bentuknya tidak teratur, gaya elektrostatistik, dan gaya kohesi atau Van der Waals. Sifat-sifat granul seperti ukuran

partikel, bentuk partikel, kekerasan atau tekstur permukaan, penurunan energy permukaan, dan luas permukaan juga dapat mempengaruhi (Banker dan Anderson, 1994). Sifat alir granul yang baik bila mempunyai waktu alir tidak lebih dari 10 detik (Gunawan et al., 2003).

b. Sudut diam

Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 300 menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 400 biasanya daya mengalirnya kurang baik (Lachman dkk, 1994).

c. Pengetapan

Pengetapan menunjukkan penerapan volume sejumlah granul, serbuk akibat hentakan atau tap dan getaran (vibrating). Granul atau serbuk dengan indeks

pengetapan diatas 20% menunjukkan kemampuan mengalir yang buruk (Fashihi dan Kanfer, 1986). Ditimbang serbuk sebanyak 100,0 gram (B) dimasukkan kedalam

gelas ukur, volumenya dicatat (V1), lalu di ”tapped” dengan ”motorized tapping

device”, diamati volumenya dan dicatat sebagai (V2). Uji sifat fisik tablet kunyah, meliputi:

(29)

a. Keseragaman bobot tablet

Keseragaman bobot obat tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan dengan menimbang secara seksama 20 tablet, menghitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1979). Seperti yang terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Departemen Kesehatan RI, 1979)

Penyimpangan bobot rata-rata Bobot rata-rata A B 25 mg atau kurang 26 mg-150 mg 151 mg-300 mg lebih dari 300 mg 15 % 10 % 7,5 % 5 % 30 % 20 % 15 % 10 b. Kekerasan tablet

Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan teknis seperti guncangan, pengikisan, dan terjadinya keretakan tablet, selama pembungkusan, pengangkutan dan distribusinya kepada konsumen. Kekerasan tablet dipengaruhi oleh tekanan kompresi, porositas, sifat dari bahan yang

(30)

dikempa, banyaknya bahan pengikat dan metode pembuatan tablet (Lachman dkk, 1994). Kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah sebesar 4 kg (Ansel, 2005).

c. Kerapuhan tablet

Kerapuhan tablet menunjukkan ketahanan tablet terhadap goncangan selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Pengujian kerapuhan dilakukan dengan alat

friabiliator. Batas kerapuhan tablet yang masih diterima kurang dari 0,8 %.

Kerapuhan di atas 0,8% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap kurang kuat (Lachman dkk, 1994; Voigt, 1984).

5. Monografi bahan

a. Aerosil

Silisium dioksida terdispersi tinggi (aerosil) memiliki permukaan spesifik dan terbukti sebagai bahan pengatur aliran yang menjadi keuntungan utamanya, dapat mengurangi lengketnya partikel satu sama lain, dengan demikian gesekan antar partikel sangat kurang. Aerosil mengikat lembab melalui gugus silanol (dapat menarik air 40% dari massanya) dan meskipun demikian sebagai serbuk masih dapat mempertahankan daya alirnya (Voigt, 1984). Penggunaannya sebagai bahan pengering.

(31)

Sorbitol mengandung tidak kurang dari 91,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H14O6 dihitung terhadap zat anhidrat. Dapat mengandung sejumlah kecil alkohol polihidrik lain. Sorbitol merupakan serbuk, granul atau lempengan, higroskopis, warna putih dan rasa manis. Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, metanol dan asam asetat (Anonim, 1995). Manisnya sorbitol 0,5-0,6 manisnya sukrosa (Daruwala, 1989).

c. Laktosa

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung molekul air. Laktosa merupakan serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara tetapi mudah menyerap bau. Kelarutan mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih. Sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam koroform dan dalam eter (Anonim, 1995). Manisnya laktosa 0,16 manisnya sukrosa (Daruwala, 1989). Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

d. Amilum manihot

Amilum yang digunakan adalah amilum manihot atau disebut juga pati singkong. Pati singkong adalah pati yang diperoleh dari umbi akar Manihot utilissima.

Pemeriannya berupa serbuk sangat halus, putih, kelarutannya praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (Anonim, 1995)

e. Talk

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Pameriannya berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih

(32)

kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran (Anonim, 1995). Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat dan pengggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979).

f. Magnesium stearat

Magnesium stearat merupakan serbuk halus, putih, licin, dan mudah melekat dalam kulit, bau lemah khas, praktis tidak larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan eter P. Magnesium stearat mengandung tidak kurang 6,5% dan tidak lebih dari 8,5% MgO, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Penggunaannya sebagai bahan pelicin dalam pembuatan tablet (Anonim, 1979).

E. Landasan Teori

Hasil penelitian menunjukkan bahwa infus benalu teh dapat meningkatkan sistem imun pada mencit dengan dosis efektif 150 mg/100 g BB. Senyawa yang bertanggung jawab adalah polifenol, alkaloid dan terpenoid karena senyawa tersebut bersifat imunostimulan (Winarno et al, 2000).

Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman obat tersebut agar lebih praktis dan efektif dalam penggunaan adalah dengan membuatnya dalam bentuk ekstrak yang diformulasi dalam sediaan tablet kunyah. Keunggulan dari ekstrak yang dibuat dalam sediaan tablet kunyah antara lain lebih mudah diserap tubuh dan mudah dilepaskan sebagai bahan aktif pada jaringan tubuh (Banker and Anderson, 1986).

Kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa diperlukan untuk menutup rasa tidak enak dari ekstrak benalu teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans.), karena

(33)

kombinasi tersebut merupakan kombinasi bahan pengisi yang ideal. Sorbitol memiliki kompresibilitas cukup baik, berasa manis dan dingin, rendah kalori, tidak menyebabkan karies gigi sehingga aman untuk dikonsumsi (Edge et al, 2006) serta

dapat menutupi rasa tidak enak dari zat aktif pada formulasi tablet kunyah. Tetapi sorbitol merupakan gula yang mahal sehingga perlu dikombinasi dengan laktosa yang lebih ekonomis untuk mengurangi biaya produksi (Banker and Anderson, 1986),

sehingga tetap menghasilkan tablet kunyah yang baik dan dapat memenuhi persyaratan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2008), kombinasi sorbitol-laktosa dalam berbagai seri konsentrasi memberikan pengaruh pada sifat fisik dan tanggapan rasa tablet kunyah ekstrak rimpang temu putih. Kenaikan kadar sorbitol dalam tablet, meningkatkan rasa manis dan kekerasan tablet kunyah serta menurunkan kerapuhan tablet disertai dengan tingginya biaya produksi. Untuk itu diperlukan kombinasi sorbitol-laktosa dengan perbandingan yang masih bisa menghasilkan tablet kunyah yang baik.

F. Hipotesis

Penggunaan kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa akan berpengaruh terhadap sifat fisik dan rasa tablet kunyah ekstrak benalu teh yang dihasilkan. Kenaikan kadar sorbitol dalam tablet, meningkatkan rasa manis dan kekerasan tablet kunyah serta menurunkan kerapuhan tablet.

(34)

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Kategori Penelitian, Rancangan Percobaan, dan Variabel

Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak pola searah. Variabel penelitian meliputi :

1. Variabel bebas : konsentrasi sorbitol-laktosa

2. Variabel tergantung : sifat fisik granul, yaitu kecepatan alir granul, sudut diam granul, dan prosentase pengetapan granul serta sifat fisik tablet meliputi keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet, kerapuhan tablet dan respon rasa tablet kunyah.

3. Variabel kendali : umur tanaman benalu teh, jenis tanaman benalu teh, lama dan kecepatan pencampuran serbuk, suhu dan lama pengeringan granul, tekanan kompresi dalam pembuatan tablet.

B. Bahan dan Alat 1. Bahan

Herba benalu teh dari daerah Kemuning, akua destilata (kualitas farmasi PT Agung Jaya), sorbitol (kualitas farmasi PT Bratako), laktosa (kualitas farmasi PT Bratako), amilum manihot (kualitas farmasi PT Bratako), magnesium stearat (kualitas farmasi PT Bratako), talk (kualitas farmasi PT Bratako), aerosil (kualitas farmasi PT Bratako).

(35)

2. Alat

Timbangan listrik tipe L. S. EDT (Ohauss), neraca analitik (XT 120A), oven (Memert), vaccum rotary evaporator, alat uji kekentalan (viscometer VT 04), alat uji

daya lekat, ayakan No.12 mesh, ayakan No.16 mesh, ayakan No. 40, mikser, alat pengamatan sudut diam, alat pengamatan waktu alir, alat pengetapan, friability tester

(Hanyoung, GX4), hardness tester (Vanguard Pharmaceutical Machinery Inc., YD1),

mesin tablet single punch (Korsh), stopwatch (Quartz, China), dan vaccum oven.

C. Jalannya Penelitian 1. Penyiapan Simplisia

Untuk mendapatkan simplisia yang baik, dilakukan proses sebagai berikut: a. Determinasi tumbuhan

Determinasi merupakan suatu tahap awal yang dilakukan sebelum penelitian. Tahap ini bertujuan untuk menetapkan kebenaran sampel benalu teh yang berkaitan dengan ciri-ciri morfologis. Determinasi tanaman dilakukan di BPTO Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.

b. Pembuatan serbuk

Simplisia dibersihkan dari bahan organik asing dan pengotoran lain secara mekanik ayak atau dengan cara lain yang cocok, dikeringkan pada suhu yang cocok, dihaluskan dan diayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan menjadi serbuk (5/8) (Anonim, 1986).

(36)

2. Pembuatan Ekstrak Kental

Serbuk benalu teh sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam panci infus dituangi aqua destilata sebanyak 10 L. Kemudian direbus pada suhu 900C selama 15 menit (waktu dihitung mulai suhu mencapai 900C) dan sesekali diaduk. Lalu diserkai selagi panas dengan kain flanel, ampas diperas dan maserat dikumpulkan. Kemudian maserat yang diperoleh dipekatkan dengan alat evaporator pada suhu 50oC hingga diperoleh ekstrak kental dan dilakukan uji kualitas terhadap ekstrak yang diperoleh.

3. Pengujian Ekstrak

a. Pemeriksaan organoleptis ekstrak kental

Pemeriksaan organoleptis ekstrak kental meliputi bentuk, bau, warna, dan rasa.

b. Susut pengeringan ekstrak kental

Ditimbang seksama 2,0 gram ekstrak dalam krus yang sebelumnya dipanaskan pada suhu penetapan 1050C selama 30 menit dan telah ditara. Ekstrak dalam krus diratakan dengan menggoyangkan krus hingga merupakan lapisan yang rata kemudian dimasukkan ke dalam oven, dibuka tutupnya, dikeringkan bersama tutupnya pada suhu 105ºC selama 1 jam. Krus harus segera ditutup jika oven dibuka. Krus dimasukkan eksikator selama 30 menit dan dibiarkan dingin, kemudian ditimbang, pengeringan dilanjutkan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap (Anonim, 2000).

(37)

c. Uji daya lekat

Obyek gelas ditandai seluas 2,5 cm x 2,5 cm, kemudian dicari titik tengahnya. Kurang lebih 50 mg ekstrak diletakkan di tengah luasan tersebut, ditutup dengan obyek gelas lain, kemudian diberi beban 1 kg selama 5 menit. Kedua obyek gelas yang telah melekat satu sama lain dipasang pada alat uji dengan beban 80 gram. Dicatat waktu yang diperoleh sampai terpisahnya kedua obyek gelas tersebut (Anonim, 2000).

4. Pembuatan Ekstrak kering

Ekstrak kering dibuat dari ekstrak kental yang dikeringkan dengan aerosil dengan perbandingan ekstrak kental : aerosil (2 : 1).

5. Perhitungan Dosis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Winarno et al. (2000), dosis

efektif untuk meningkatkan sistem imun pada mencit adalah 150 mg/100 g BB infus benalu teh. Pembuatan infus dalam penelitian Winarno et al. (2000) sesuai dengan

Farmakope Indonesia yaitu kecuali dinyatakan lain infus yang mengandung bukan bahan khasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Sehingga simplisia yang dibutuhkan = 150mg/ 100gBB 15mg/ 100gBB

100 10

= ×

Dosis untuk mencit = 15 mg/100g BB = 3 mg/20 g BB Faktor konversi mencit 20 g ke manusia adalah 387,9

(38)

Dosis simplisia untuk manusia (70 kg) = 3 mg x 387,9 = 1163,7 mg

Diasumsikan berat badan manusia Indonesia 50 kg sehingga simplisia kering yang dibutuhkan adalah mg mg kg kg 214 , 831 7 , 163 . 1 70 50 × = .

Rendemen ekstrak kental dari simplisia kering benalu teh adalah 12,54%, sehingga ekstrak yang didapatkan adalah : 831,214mg 104,23mg

100 54 ,

12 × =

Hasil konversi dari ekstrak kental menjadi ekstrak kering benalu teh adalah : 104,23 mg ekstrak kental~151,03 mg(151 mg) ekstrak kering benalu teh. Sediaan digunakan 1 kali sehari 1 tablet.

6. Formulasi Tablet Kunyah

Sediaan tablet kunyah ekstrak benalu teh dibuat dalam 5 rancangan formula sebagai berikut :

Tabel 2. Rancangan formula tablet kunyah ekstrak benalu teh (Scurrula artopurpurea [BI]. Dans.) Formula I Formula II Formula III Formula IV Formula V Komposisi (dalam mg)

Ekstrak kering benalu teh 151 151 151 151 151

Amylum manihot* 4,1 4,1 4,1 4,1 4,1

Sorbitol 339 254,25 169,5 84,75 0

Laktosa 0 84,75 169,5 254,25 339

Talk 9 9 9 9 9

Mg stearat 1 1 1 1 1

Bobot per tablet 504,1 504,1 504,1 504,1 504,1

(39)

Tabel 3. Perbandingan sorbitol-laktosa tiap formula Sorbitol Laktosa Formula (dalam %) I 100 0 II 75 25 III 50 50 IV 25 75 V 0 100 7. Pembuatan Granul

Ekstrak kering benalu teh, sorbitol dan laktosa dicampur sampai homogen kemudian ditambah dengan mucilago amili 10% (sedikit demi sedikit dan terkontrol) sampai homogen dan terbentuk massa granul yang baik. Kemudian diayak dengan ayakan no. 12 dan granul yang dihasilkan disimpan dalam oven pada suhu 600C. Granul kering yang diperoleh diayak dengan ayakan no. 14, kemudian diuji sifat fisiknya.

8. Uji Sifat Alir Granul

a. Uji waktu alir

Ditimbang 100 g granul, kemudian dimasukkan ke dalam corong yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Diukur waktu alir granul.

b. Sudut diam

Granul sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam alat penguji yang ujung tangkainya tertutup, penutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir keluar. Diukur

(40)

tinggi kerucut dan diameter granul yang terbentuk. Sudut diam dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Rosanske et al, 1980) :

r h = β tan ... (1) Keterangan: h : tinggi kerucut r : jari-jari kerucut c. Pengetapan

Campuran serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur dengan volume 100 ml. Pasang gelas ukur tersebut dengan skala pengetapan 50 kali ketukan tiap menitnya. Indeks volume pengetapan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% 100 % = − × Vo Vt Vo volume indeks ……….. (2) Keterangan :

Vo = volume awal granul Vt = volume akhir granul

9. Pembuatan Tablet Kunyah

Granul yang telah diperiksa sifat fisiknya, ditambahkan bahan pelicin yaitu talk dan magnesium stearat. Kemudian dicampur sampai homogen dan dicetak dengan mesin pencetak tablet single punch, dengan bobot per tabletnya ±504 mg.

(41)

10.Uji Sifat Fisik Tablet Kunyah

a. Keseragaman bobot

Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata- rata tiap tablet. Bobot tablet tidak boleh menyimpang dari ketentuan Farmakope Indonesia (Tabel 1). Dihitung SD (Standar Deviation) dan CV (Coeffisien of Variation) dari tiap formula.

X SD CV = ... (3) Keterangan: CV = koefisien variasi SD = simpangan baku

X = rata-rata bobot tablet

b. Kekerasan

Suatu alat Hardness Tester YD-1 dihidupkan dan skala dipastikan pada posisi

00,00. Satu tablet diletakkan pada tempat uji dengan posisi tablet mendatar di tengah dan pengatur kekerasan diputar berlawanan arah jarum jam sampai tablet pecah. Skala yang muncul pada display alat dibaca sebagai kekerasan tablet dalam satuan

kilogram. c. Kerapuhan

Sejumlah 20 tablet dibebasdebukan dengan aspirator. Ditimbang seksama

dengan neraca analitik kemudian dimasukkan ke dalam friability tester, diputar

selama 4 menit atau dengan kecepatan 25 putaran per menit. Tablet dibersihkan dan ditimbang lagi. Kerapuhan tablet dihitung dengan rumus:

(42)

Kerapuhan =

(

)

100% 1 2 1 × − M M M ... (4) Keterangan:

M1 = bobot tablet sebelum diuji M2 = bobot tablet setelah diuji d. Uji respon rasa

Uji respon rasa dilakukan dengan teknik accidental sampling, dengan

populasi heterogen sejumlah 20 responden dengan cara sebagai berikut: responden diminta untuk memberikan tanggapan tentang rasa kelima formula tablet kunyah dengan mengisi angket yang disediakan. Setiap responden mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan sampel dari formulasi tablet kunyah tersebut. Tanggapan rasa dikelompokkan dari tingkat sangat manis, manis, cukup manis, kurang manis dan tidak manis. Kemudian data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik menurut jumlah atau prosentase responden dengan tanggapan yang diberikan.

D. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Pendekatan secara teoritis

Data yang diperoleh dari pengujian susut pengeringan, kecepatan alir granul, sudut diam granul, indeks pengetapan granul, keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet, dan kerapuhan tablet dibandingkan terhadap parameter dari Farmakope Indonesia dan pustaka yang lain.

(43)

a. Pendekatan statistik

Data yang diperoleh dari kecepatan alir granul, sudut diam granul, pengetapan granul, keseragaman bobot tablet, kekerasan tablet, dan kerapuhan tablet dilakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik ANAVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji t apabila terjadi perbedaan yang signifikan.

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(44)

29

A. Ekstrak Benalu Teh (Scurulla atropurpurea [BL] Dans)

Tanaman benalu teh yang digunakan telah dilakukan determinasi di B2P2TO2T Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah (Lampiran 1). Determinasi benalu teh bertujuan untuk memastikan kebenaran tanaman yang digunakan dalam penelitian.

Ekstrak kental benalu teh dibuat secara infundasi dan sari yang diperoleh dipekatkan sampai terbentuk ekstrak kental. Berdasarkan hasil pembuatan ekstrak tersebut diperoleh rendemen 12,54% (Tabel 4).

Tabel 4. Rendemen Hasil Pembuatan Ekstrak Kental Benalu Teh

Berat simplisia (gram) Berat ekstrak kental (gram)

Rendemen (%)

1500 188,1 12,54 Ekstrak kental yang dihasilkan dilakukan pemeriksaan ekstrak, meliputi:

1. Pemeriksaan Organoleptis

Ekstrak kental benalu teh yang dihasilkan berbentuk kental, berwarna coklat kehitaman, berasa pahit, dan berbau khas aromatik.

2. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar konsistensi suatu ekstrak. Ekstrak kental benalu teh memiliki waktu lekat yang singkat sehingga

(45)

daya lekatnya juga relatif kecil. Ekstrak benalu teh mempunyai waktu lekat rata-rata 4,7±0,4 detik (lampiran 5).

3. Uji susut pengeringan ekstrak kental

Hasil pemeriksaan susut pengeringan ekstrak kental benalu teh diperoleh nilai rata-rata sebesar 27,46±1,32 % (lampiran 5). Hasil pemeriksaan sudah memenuhi persyaratan yaitu susut pengeringan tidak lebih dari 30% (Voigt, 1984). Ekstrak yang memiliki kadar air yang tinggi akan mudah ditumbuhi bakteri dan jamur sehingga mengakibatkan kerusakan sediaan tersebut.

Ekstrak kental yang dihasilkan kemudian dibuat ekstrak kering dengan cara dikeringkan dengan aerosil. Ekstrak kental sebanyak 1 gram menghasilkan 1,449 gram ekstrak kering.

B. Hasil Pemeriksaan Sifat Alir Granul

Pemeriksaan sifat fisik granul meliputi waktu alir, sudut diam dan pengetapan yang bertujuan untuk mengetahui apakah granul yang diperoleh memenuhi persyaratan sehingga akan menghasilkan tablet yang baik. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap granul yang sudah dikeringkan.

(46)

1. Waktu alir granul

Gambar 1. Histogram nilai rata-rata waktu alir granul

Berdasarkan histogram diatas menunjukkan bahwa waktu alir yang diperoleh memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 10 detik ( gambar 1 ).

Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data waktu alir granul untuk tablet kunyah benalu teh merupakan data yang terdistribusi normal. Dari uji statistik ANAVA diperoleh hasil signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti ada perbedaan bermakna pada kelima formula. Dilanjutkan dengan uji t didapatkan hasil signifikansi (0,000-0,001) < 0,005 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara formula I-II, I-III, I-IV, I-V, II-III, II-IV, II-V, III-IV, III-V, IV-V (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengisi yaitu konsentrasi sorbitol-laktosa berpengaruh terhadap kecepatan alir untuk masing-masing antar formula. Mudah tidaknya granul mengalir dipengaruhi antara lain bentuk, ukuran, keadaan permukaan, kerapatan dan kelembaban granul. Kandungan lembab granul dari formula I (2,72%±0,3), formula II (2,21%±0,08), formula III (2,0%±0,09), formula IV (1,8%±0,05), formula V (1,28%±0,08). Kandungan lembab granul

(47)

menurun dari FI sampai FV berbanding terbalik dengan meningkatnya kecepatan waktu alir (lampiran 6). Semakin tinggi kandungan lembab granul (MC), ikatan antar partikel akan lebih kuat karena luas kontak antar permukaan serbuk naik. Apabila gaya tarik antar partikel serbuk semakin kuat, maka serbuk akan semakin sukar mengalir dan waktu alir yang dihasilkan juga semakin lama.

Kandungan lembab semakin menurun sejalan dengan menurunnya konsentrasi sorbitol sebagai bahan pengisi sehingga waktu alir yang dibutuhkan semakin lama. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya konsentrasi sorbitol yang bersifat higroskopis (Anonim, 1995) akan menyebabkan granul mudah menyerap uap air di udara yang akan menaikkan harga kandungan lembab granul sehingga waktu alirnya pun semakin lama.

2. Sudut diam granul

(48)

Berdasarkan histogram di atas menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan sudut diam yaitu tidak melebihi 40º sehingga granul mudah mengalir dan memberikan kemudahan pada saat penabletan (Gambar 2).

Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data sudut diam granul merupakan data yang terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji statistik ANAVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% dan diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada kelima formula. Selanjutnya dilakukan uji t (Scheffe) dan diperoleh nilai signifikansi

antara 0,000-0,006 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara formula I-II, I-III, I-IV, I-V, II-III, II-IV, II-V, III-IV, III-V, IV-V (Lampiran 6). Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengisi yaitu konsentrasi sorbitol-laktosa berpengaruh terhadap sudut diam granul untuk masing-masing antar formula.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa konsentrasi sorbitol semakin menurun menyebabkan semakin kecilnya sudut diam granul. Sudut diam dipengaruhi oleh banyaknya granul, ukuran granul, kelembaban granul, besar kecilnya gaya tarik dan gaya gesek antar partikel (Wadke dan Jacobson, 1980). Semakin kecil gaya tarik maka sudut diamnya akan kecil pula dan menyebabkan campuran serbuk atau granul lebih cepat mengalir sehingga terdapat korelasi antara waktu alir dengan sudut diam granul. Semakin cepat waktu alirnya akan semakin kecil pula sudut diamnya. Sifat sorbitol yang higroskopis menyebabkan massa yang basah sehingga kandungan lembabnya semakin tinggi. Kondisi tersebut akan mengurangi kelicinan granul

(49)

sehingga ikatan antar partikel semakin kuat dan berakibat granul sukar mengalir dan sudut diamnya semakin tinggi.

3. Pengetapan granul

Gambar 3. Histogram Nilai Pengetapan (%)

Hasil pengetapan ini menunjukkan bahwa semua formula memenuhi persyaratan indeks pengetapan yaitu kurang dari 20% (Gambar 3).

Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data nilai pengetapan merupakan data yang terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji statistik ANAVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% dan diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada kelima formula. Selanjutnya dilakukan uji t (Scheffe) dan diperoleh nilai signifikansi

antara 0,000-0,003 < 0,05 antara formula I-II, I-III, I-IV, I-V, II-III, II-IV, II-V, III-V, IV-V yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antar formula tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi bahan pengisi yaitu konsentrasi sorbitol-laktosa berpengaruh terhadap nilai pengetapan granul untuk masing-masing antar formula tersebut. Selain nilai signifikansi di atas juga diperoleh nilai signifikansi

(50)

0,670 > 0,05 antara formula III-IV yang berarti bahwa perbedaan konsentrasi bahan pengisi antara formula III dengan formula IV tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai pengetapan granul (Lampiran 6).

Nilai pengetapan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bentuk, kerapatan, dan distribusi ukuran partikel. Bentuk partikel yang sferis biasanya akan lebih mudah menata diri dan memampat lebih rapat. Kenaikan konsentrasi sorbitol menyebabkan massa granul yang lebih lembab sehingga menghasilkan ukuran granul yang lebih seragam. Kondisi ini menyebabkan kemungkinan terbentuknya celah lebih banyak, pemampatan granul semakin sedikit sehingga penurunan volume juga semakin sedikit.

C. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Tablet Kunyah Benalu Teh

Pemeriksaan sifat fisik tablet kunyah ekstrak benalu teh meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan respon rasa tablet kunyah.

1. Keseragaman bobot tablet

Keseragaman bobot tablet merupakan salah satu faktor penentu keseragaman kandungan zat aktif tablet. Kadar zat aktif yang sama menentukan sifat terapetik yang sama. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh fluiditas granul, jika fluiditas granul baik maka granul mengisi ke ruang kompresi selalu konstan sehingga diperoleh bobot tablet dan kandungan zat aktif yang seragam. Berdasarkan data yang diperoleh pada uji waktu alir granul, Formula I sampai Formula V memenuhi persyaratan waktu alir

(51)

yang baik sehingga granul akan lebih mudah masuk dalam cetakan dan tablet yang dihasilkan akan memiliki bobot yang seragam.

0.967 0.824 0.780 0.999 0.867 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 F I F II F III F IV F V Form ula Nila i CV k e s e ra ga m a n bo bot

Gambar 4. Histogram CV Keseragaman Bobot Tablet Kunyah Benalu Teh (%)

Menurut Banker and Anderson (1956), tablet yang baik mempunyai koefisien variasi (CV) bobot kurang dari 5%. Berdasarkan histogram di atas menunjukkan bahwa keseragaman bobot yang baik karena nilai koefisien variasi kurang dari 5% sehingga memenuhi persyaratan koefisien variasi bobot tablet (Gambar 4).

Gambar 5. Histogram CV Bobot Tablet Kunyah Benalu Teh (mg)

Hasil pemeriksaan keseragaman bobot tablet dengan kombinasi sorbitol-laktosa menghasilkan bobot tablet rata-rata seperti yang tertera pada gambar 5.

(52)

Berdasarkan hasil perhitungan keseragaman bobot tablet pada semua formula menunjukkan tidak ada satupun tablet yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya sehingga kelima formula tersebut mempunyai keseragaman bobot yang memenuhi persyaratan dalam Farmakope Indonesia (Lampiran 7).

Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data keseragaman bobot tablet merupakan data yang terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji statistik ANAVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% dan diperoleh nilai signifikansi 0,796 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada kelima formula yang berarti bahwa konsentrasi bahan pengisi yaitu konsentrasi sorbitol-laktosa tidak berpengaruh signifikan terhadap keseragaman bobot tablet untuk semua formula (Lampiran 7).

2. Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet untuk menggambarkan ketahanan tablet terhadap tekanan mekanik seperti goncangan, abrasi, dan terjadinya keretakan selama pengemasan atau distribusi sediaan tersebut. Tablet umumnya mempunyai kekerasan antara 4-8 kg (Parrott, 1971). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh tekanan kompresi, sifat bahan yang dikempa, dan konsentrasi bahan pengikat yang digunakan. Pada proses penabletan tekanan kompresi dibuat sama agar perbedaan yang terlihat benar-benar disebabkan karena pengaruh perbedaan konsentrasi bahan pengisi bukan karena perbedaan tekanan kompresi.

(53)

Gambar 6. Histogram Kekerasan Tablet Kunyah Benalu Teh

Berdasarkan histogram di atas menunjukkan bahwa formula I-IV memenuhi persyaratan yaitu antara 4-8 kilogram. Sedangkan untuk formula V menunjukkan hasil yang tidak memenuhi persyaratan yaitu 3,160±0,031 kilogram < 4 kilogram. Hal ini disebabkan karena pada formula ini tidak mengandung bahan pengisi sorbitol, dimana sorbitol dapat meningkatkan kekerasan tablet.

Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data kekerasan tablet merupakan data yang terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji statistik ANAVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% dan diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada kelima formula. Selanjutnya dilakukan uji t (Scheffe) dan diperoleh nilai signifikansi

antara 0,000-0,031 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara formula I-II, I-III, I-IV, I-V, II-III, II-IV, II-V, III-IV, III-V, IV-V. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengisi yaitu konsentrasi sorbitol-laktosa berpengaruh terhadap kekerasan tablet untuk masing-masing antar formula (Lampiran 7).

(54)

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin kecil konsentrasi sorbitol akan menurunkan kekerasan tablet. Hal ini disebabkan karena sorbitol bersifat higroskopis (Anonim, 1995) sehingga kerapatan granul meningkat,ikatan antar partikel semakin kuat, dan tablet semakin keras. Untuk tablet kunyah, kekerasannya harus tidak menciptakan kesukaran pada saat dikunyah.

3. Kerapuhan Tablet 

Gambar 7. Histogram Nilai Rata-Rata Kerapuhan Tablet Kunyah Benalu Teh (%)

Berdasarkan histogram di atas menunjukkan bahwa formula I-IV memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 1%. Sedangkan untuk formula V menunjukkan hasil yang tidak memenuhi persyaratan yaitu 2,09%±0,020 > 1%. Hal ini disebabkan karena pada formula ini tidak mengandung bahan pengisi sorbitol, dimana sorbitol dapat meningkatkan kekerasan tablet dan menurunkan kerapuhan tablet.

Berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa data kerapuhan tablet merupakan data yang terdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji statistik ANAVA satu jalan dengan tingkat kepercayaan 95% dan diperoleh nilai

(55)

signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna pada kelima formula. Selanjutnya dilakukan uji t (Scheffe) dan diperoleh nilai signifikansi

antara 0,000-0,002 < 0,05 antara formula I-III, I-IV, I-V, II-IV, II-V, III-V, IV-V yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antar formula tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi bahan pengisi yaitu konsentrasi sorbitol-laktosa berpengaruh terhadap nilai pengetapan granul untuk masing-masing antar formula tersebut. Selain nilai signifikansi di atas juga diperoleh nilai signifikansi 0,063 > 0,05 antara formula I-II, II-III, III-IV yang berarti bahwa perbedaan konsentrasi bahan pengisi tidak berpengaruh antara formula I dengan II, II dengan III, dan III dengan IV pada kerapuhan tablet (Lampiran 7).

4. Uji Tanggapan Rasa

Uji tanggapan rasa dilakukan untuk menguji cita rasa tablet kunyah. Parameter ini memegang peranan penting karena berkaitan langsung dengan kenyamanan dan keamanan bagi konsumen.

Uji respon rasa dilakukan dengan teknik accidental sampling, dengan

populasi heterogen sejumlah 20 responden. Responden diminta untuk memberikan tanggapan tentang rasa kelima formula tablet kunyah dengan mengisi angket yang disediakan. Setiap responden mendapatkan kesempatan yang sama untuk merasakan sampel dari formulasi tablet kunyah tersebut. Pada uji tanggapan rasa dikelompokkan menjadi 2 pertanyaan yang tercantum dalam angket yaitu uji terhadap rasa tablet kunyah dan formula yang dapat diterima oleh responden.

(56)

a. Rasa tablet kunyah 25 10 0 0 0 65 55 20 0 0 10 35 60 15 0 0 0 20 60 35 0 0 0 25 65 0 10 20 30 40 50 60 70

FI FII FIII FIV FV

Form ula Ta ng ga p a n r e s p on de n ( % )

Sangat manis Manis Cukup manis Kurang manis Tidak Manis

Gambar 8. Histogram Tanggapan Responden Terhadap Rasa Tablet Kunyah Benalu Teh

Rasa dikelompokkan dari tingkat sangat manis, manis, cukup manis, kurang manis, dan tidak manis serta menggunakan responden sebanyak 20 orang. Pendapat 20 responden berbeda-beda terhadap rasa tablet kunyah yang dihasilkan. Pada formula I (100% sorbitol : 0% laktosa), 25% responden menyatakan rasa sangat manis, 65% responden menyatakan rasa manis, 10% responden menyatakan rasa cukup manis terhadap tablet yang dihasilkan. Pada formula II (75% sorbitol : 25% laktosa), 10% responden menyatakan rasa sangat manis, 55% responden menyatakan rasa manis, 35% responden menyatakan rasa cukup manis terhadap tablet yang dihasilkan. Pada formula III (50% sorbitol : 50% laktosa), 20% responden menyatakan rasa manis, 60% menyatakan rasa cukup manis, 20% menyatakan rasa kurang manis. Pada formula IV (25% sorbitol :75% laktosa), 15% responden

(57)

menyatakan rasa cukup manis, 60% menyatakan rasa kurang manis, 25% menyatakan rasa tidak manis. Pada formula V (0% sorbitol : 100% laktosa), 35% responden menyatakan rasa kurang manis dan 65% menyatakan rasa tidak manis. Hal ini menunjukkan semakin tingginya konsentrasi sorbitol yang digunakan maka rasa tablet kunyah yang dihasilkan akan semakin manis.

Berdasarkan data uji sampling yang dilakukan pada 20 responden, diperoleh hasil bahwa tablet kunyah formula I dan II merupakan tablet yang manis. Hal ini terjadi karena pada kedua formula tersebut konsentrasi sorbitol cukup tinggi. Sedangkan untuk tablet kunyah formula V merupakan tablet yang tidak manis. Hal ini terjadi karena laktosa yang digunakan sebagai bahan pengisi merupakan gula yang diperoleh dari susu dan memiliki rasa manis yang sangat rendah.

b. Evaluasi Penerimaan Rasa oleh Responden

80 10 0 0 0 20 75 10 0 0 0 15 90 100 100 0 20 40 60 80 100 120

FI FII FIII FIV FV

Form ula Ta ng ga p a n r e s p on de n ( % )

Paling diterima Diterima Kurang diterima

Gambar 9. Histogram Tanggapan Responden Terhadap Formula Tablet Kunyah Benalu Teh Yang Dapat Diterima (%)

(58)

Pada uji ini setelah responden merasakan rasa dari tablet kunyah, responden diminta untuk memberikan kategori terhadap semua formula tablet kunyah mulai dari paling diterima, diterima, dan kurang diterima. Dari hasil penelitian diketahui bahwa formula I merupakan formula tablet kunyah yang paling diterima dan formula II merupakan formula tablet kunyah yang diterima. Sedangkan untuk formula III, IV, dan V merupakan formula tablet yang kurang diterima. Hasil penilaian dari responden ini berhubungan dengan rasa tablet kunyah yang dihasilkan pada semua formula,dimana formula yang memiliki rasa sangat manis dan manis merupakan formula tablet kunyah yang dapat diterima oleh responden.

5. Pemilihan Formula Tablet Kunyah yang Terbaik

Untuk pemilihan formula tablet kunyah yang terbaik, digunakan program

Design-Expert 7.1.6 dengan memasukkan semua data yang diperoleh dari uji sifat

alir granul, uji sifat fisik tablet, harga tablet, rasa tablet kunyah dan evaluasi penerimaan tablet kunyah oleh responden (Lampiran 9).

Untuk data yang diperoleh dari uji responden, perlu diolah kembali agar dapat dimasukkan dalam program tersebut, yaitu dengan memberi nilai untuk masing-masing data. Untuk uji rasa tablet kunyah, rasa sangat manis diberi nilai 4, rasa manis diberi nilai 3, rasa cukup manis diberi nilai 2, rasa kurang manis diberi nilai 1 dan rasa tidak manis diberi nilai 0. Dari data yang diperoleh menunjukkan nilai total 63 untuk formula I, 55 untuk formula II, 40 untuk formula III, 17 untuk formula IV dan 7 untuk formula V. Sedangkan untuk data evaluasi penerimaan tablet kunyah juga

(59)

diberi nilai 2 untuk paling diterima, nilai 1 untuk diterima dan nilai 0 untuk kurang diterima. Hasilnya menunjukkan nilai total 36 untuk formula I, 19 untuk formula II, 2 untuk formula III dan 0 untuk formula IV dan V.

Design-Expert® Software Desirability Design Points X1 = A: sorbitol X2 = B: laktosa 0.000 0.088 0.175 0.263 0.350 0 339 84.75 254.25 169.5 169.5 254.25 84.75 339 0 Actual sorbitol Actual laktosa De s ir a b ili ty

Two Component Mix

2 2

Gambar 10. Histogram FormulaTerbaik Tablet Kunyah Benalu Teh

Dari hasil keseluruhan diperoleh bahwa untuk formula terbaik adalah formula dengan konsentrasi sorbitol 313,11 mg (92,36%) dan laktosa 25,89 mg (7,64%) (Lampiran 9).

(60)

45

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan :

1. Penggunaan kombinasi bahan pengisi sorbitol-laktosa menghasilkan tablet kunyah yang memenuhi persyaratan sifat fisik granul dan sifat fisik tablet kunyah kecuali untuk formula V dengan perbandingan bahan pengisi sorbitol-laktosa (0% :100 %)

2. Penggunaan bahan pengisi sorbitol menurunkan nilai waktu alir granul dan nilai pengetapan,serta meningkatkan nilai sudut diam granul.

3. Penggunaan bahan pengisi sorbitol-laktosa tidak mempengaruhi keseragaman bobot tablet dari semua formula.

4. Penggunaan bahan pengisi sorbitol dapat meningkatkan nilai kekerasan tablet dan menurunkan nilai kerapuhan tablet.

5. Dari semua data yang diperoleh menunjukkan bahwa formula tablet kunyah yang terbaik adalah formula yang mengandung sorbitol 92,36% : laktosa 7,64%.

(61)

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian terhadap stabilitas fisik dari tablet kunyah benalu teh

(Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) dalam penyimpanan.

2. Perlu dilakukan penelitian terhadap perbaikan formulasi tablet kunyah benalu teh

(Scurulla atropurpurea [BL] Dans.) dengan penambahan bahan pemanis yang

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C., Popovich, N.G., and Allen, L.V.,1995, Pharmaceutical Dosage Form

and Drug Delivery System, Sixth Edition, 165, Williams and Wilkins, USA.

Ansel, H.C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Ibrahim,

F., Edisi IV, 244-246, 281-283, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Aulton, M.E., 2002, Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design, 2nd edition,

36, Churcill, Living Stone.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, 6, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 9-25, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 4-6, 7, 48, 53, 423, 488, 515, 601,

718, 771, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1997, Inventaris Tanaman Obat Indonesia IV, 167-168, Departemen

Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan I, 10-13,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Banker, G. S., and Anderson, N. R., 1986, Tablet in : Lachman, L., Lieberman, H. A., and Kanig, J.L., Teori dan Praktek Farmasi Industri II, diterjemahkan oleh

Suyatmi., Kawira., Aisyah, I., Edisi Ketiga, 645-646, 673-677, 690, 715-716, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Daruwala, J.B., 1989, Chewable Tablets in Pharmaceutical Dosage Forms Tablet,

Volume I, Lieberman, H.A., dan Lachman, (Editor), 367-406, Marcel Dekker Inc., New York.

Edge, S., Kibbe, A., Kussendrager, K., 2006, Lactouse Monohydrate in : Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Weller, P.J., (Eds.) Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5th Edition, 72, Pharmaceutical Press London, Chicago.

Gambar

Tabel 1. Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Departemen Kesehatan RI, 1979)
Tabel 2. Rancangan formula tablet kunyah ekstrak benalu teh (Scurrula artopurpurea  [BI]
Tabel 3. Perbandingan sorbitol-laktosa tiap formula  Sorbitol Laktosa Formula  (dalam %)  I 100  0  II 75  25  III 50  50  IV 25  75  V 0  100  7
Gambar 1. Histogram nilai rata-rata waktu alir granul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data menunjukkan bahwa hampir semua responden belum ada yang mempunyai pengalaman kerja khusus yang diperlukan untuk jabatan/posisi di Tahap Pengoperasian dan Perawatan

Berdasarkan wawancara dengan guru dan siswa-siswi kelas X SMA Negeri 3 Bontang, kebanyakan siswa-siswi melakukan hal menyontek secara berkelompok dari pada melakukan dengan cara

Oleh karena itu, bahan pangan mudah sekali diserang mikroba jika berada pada lingkungan yang kotor.. Cemaran mikroba patogen dan mikroba penghasil racun ini

Landis Bahmil the current translator of Basho ’s Haiku, wrote the introduction for the understanding of Basho’s poems, and said that Basho is almost too

Dijelaskan bahwa mahasiswa yang menyontek pada saat ujian adalah mahasiswa yang memiliki self efficacy rendah dan merasa takut gagal dalam ujiannya sehingga mahasiswa tersebut akan

Asuhan yang diberikan adalah menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan

Prinsip zimogram hampir sama dengan teknik elektroforesis, namun yang membedakannya yaitu penggunaan substrat yang disertakan dalam separating gel , penggunaan buffer

1 metode Maximum Likelihood dapat digunakan untuk melakukan pendugaan parameter terhadap fungsi Survival bila dapat memilih sebaran yang tepat, 2 model tabel hayat dapat