• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Hetty Gultom, S.Sos. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Hetty Gultom, S.Sos. PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

P

P

E

E

N

N

G

G

A

A

T

T

A

A

L

L

O

O

G

G

A

A

N

N

B

B

A

A

H

H

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

P

P

U

U

S

S

T

T

A

A

K

K

A

A

A

A

N

N

Oleh:

Hetty Gultom, S.Sos.

PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

P

P

E

E

N

N

G

G

A

A

T

T

A

A

L

L

O

O

G

G

A

A

N

N

B

B

A

A

H

H

A

A

N

N

P

P

E

E

R

R

P

P

U

U

S

S

T

T

A

A

K

K

A

A

A

A

N

N

PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 2

oleh:

Hetty Gultom, S.Sos.

(3)

Kata Pengantar i

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufiq dan hidayahNya sehingga penulis dapat mempersembahkan karya tulis ini kepada para pembaca yang budiman. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW.

Karya tulis ini dibuat dengan tujuan menambah khasanah perbendaharaan keilmuan perpustakaan yang tergolong masih sedikit di negeri kita terutama di Sumatera Utara. Semoga dapat bermanfaat untuk mempermudah pekerjaan para rekan pustakawan dan para mahasiswa bidang studi perpustakaan. Karya ini juga sekaligus dapat penulis manfaatkan untuk kenaikan pangkat.

Khusus kepada para guru saya selama mengikuti pendidikan formal demikian juga kepada para senior yang menambah kemapanan dan semua pihak yang telah menanamkan kebaikan, saya mengucapkan terima kasih, seraya berdoa agar Allah SWT segera memberikan limpahan rakhmat kepada kalian, …. Amin.

Sebagai penutup pengantar ini, penulis mengutip pepatah tiada gading yang tak retak, yang berarti bahwa karya ini pun tidak luput dari kekurangan. Karena itu penulis mengharapkan kritik membangun untuk penyempurnaan karya ini.

Medan, 22 Juni 2012.

Hetty Gultom, S.Sos.

(4)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page i

Daftar Isi

Halaman

I. GARIS-GARIS BESAR PENGKATALOGAN BAHAN PUSTAKA ……….. 1

II. PENGKATALOGAN DESKRIPTIF ………. 1

A. Susunan Deskripsi ……….. 1

B. Sumber Informasi Utama ……….. 2

C. Singkatan ……….. 2

D. Tanda Baca ………. 3

E. Pola Deskripsi Bibliografi ……….. 4

F. Daerah Deskripsi ………. 5

1. Daerah Judul dan Penanggung jawab karya ………. 5

2. Daerah Edisi ………. 7

3. Daerah Impresum ……… 8

4. Daerah Kolasi/Deskripsi Fisik ……….. 9

5. Daerah Seri ……….. 11

6. Daerah Catatan ………. 12

7. Daerah ISBN ……… 13

III. PENGKATALOGAN SUBYEK ……… 14

A. Analisis Subyek ……… 14

B. Urutan Sitasi ……….. 16

C. Cara Menentukan Subyek ……… 17

D. Deskripsi Indeks ……….. 17

E. Dewey Decimal Classification (DDC) ……… 18

F. Penggunaan DDC ……… 22

G. Prosedur Penentuan Notasi ……… 23

DAFTAR PUSTAKA ……… 26

(5)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 1

PENGKATALOGAN BAHAN PERPUSTAKAAN I. GARIS BESAR PROSES PENGKATALOGAN

Kegiatan pengatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan:

1) Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang, impresum, kolasi, catatan, dll), kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR dan ISBD; 2) Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topik yang

dibahas), mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara lain bagan klasifikasi, daftar tajuk subyek dan tesaurus. Kedua kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka.

Dalam pe

II. PENGKATALOGAN DESKRIPTIF A. SUSUNAN DESKRIPSI

Dalam proses katalogisasi bagian-bagian pada suatu bahan pustaka dideskripsikan/diuraikan menjadi 7 daerah yaitu:

(6)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 2

1. Judul dan pernyataan kepengarangan 2. Edisi

3. Penerbitan atau impresum 4. Deskripsi fisik

5. Seri 6. Catatan

7. Nomor standar (ISBN) B. SUMBER INFORMASI UTAMA

Deskripsi bibliografi suatu bahan pustaka seperti judul, pengarang, penerbit, dan sebagainya merupakan bagian yang akan tercantum dalam katalog. Sumber informasi utama mengenai deskripsi bibliografi itu diambil dari bahan pustaka yang bersangkutan, misalnya pada buku, brosur atau bahan pustaka tercetak lainnya, informasi tersebut terdapat di halaman judul dan halaman lain dari dokumen tersebut. Apabila informasi mengenai deskripsi bahan pustaka tidak tercantum dalam dokumen, atau diambil dari luar dokumen, atau pun dibuat sendiri oleh pembuat katalog, maka informasi tersebut dicantumkan dalam tanda kurung siku.

Daerah Unsur Informasi Sumber Informasi Utama 1 Judul dan Kepengarangan Halaman Judul

2 Edisi Halaman Judul dan Halaman

Permulaan Lainnya

3 Impresum Halaman Judul dan Halaman

Permulaan Lainnya

4 Kolasi Terbitan itu sendiri (Dari halaman

mana saja pada terbitan tersebut 5 Seri monograf Terbitan itu sendiri (Dari halaman

mana saja pada terbitan tersebut

6 Catatan Terbitan itu sendiri atau dari luar

terbitan

7 ISBN Terbitan itu sendiri

C. SINGKATAN

Beberapa informasi dalam deskripsi bibliografi dapat ditulis dalam bentuk singkatan. Singkatan yang digunakan dalam deskripsi bibliografi harus konsisten, berikut adalah singkatan yang sering digunakan:

Daerah Singkatan Arti

1 et al. dkk. Ed. Eds.

et alli (dan lainnya) dan kawan-kawan editor

editor lebih dari satu

2 ed. rev. edisi revisi 3 s.l. s.n.

sine loco (tempat terbit/cetak tidak diketahui) sine nomine (nama penerbit/percetakan tidak diketahui

(7)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 3

s.a. sine anno (tahun terbit/cetak tidak diketahui 4 ill. ilus. cm. hlm. p. illustrasi ilustrasi sentimeter halaman pagina/page D. TANDA BACA

Penulisan setiap daerah deskripsi bibliografi didahului oleh tanda baca yaitu: titik, spasi, tanda pisah, tanda pisah (. --), dan di dalam setiap daerah terdapat pula tanda baca yang telah

ditentukan. Berikut ini uraian susunan deskripsi dan tanda bacanya: 1. Daerah judul dan pernyataan kepengarangan

Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi Judul Utama / Judul Pokok : Anak judul

= Judul sejajar

/ Pernyataan kepengarangan yang pertama , Pernyataan kepengarangan yang kedua dan

selanjutnya yang sama peran dan kontribusinya ; Pernyataan kepengarangan berikutnya yang

berbeda peran dan kontribusinya 2. Daerah edisi

Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi . -- Tempat terbit

/ Pernyataan kepengarangan sehubungan dengan edisi tersebut

3. Daerah impresum

Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi . -- Tempat terbit

: Nama penerbit , Tahun terbit 4. Daerah kolasi

Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi . -- Jumlah halaman

: Pernyataan ilustrasi

; Ukuran

(8)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 4

5. Daerah seri

Tanda Baca Unsur Deskripsi Bibliografi . -- (Pernyataan seri/judul seri)

: Pernyataan anak seri

ISSN

; Nomor seri

6. Daerah catatan

Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru. 7. Daerah ISBN dan harga

Tanpa tanda baca, penulisan pada paragraf baru. E. POLA DESKRIPSI

Uraian deskripsi bibliografi disajikan dalam berbagai macam pola, yaitu cara penulisan bagian-bagian daerah deskripsi bibliografi yang berkaitan dengan pengaturan dan pembagian

paragraf. Umumnya terdapat dua pola, yaitu:

1) Pola berparagraf yang digunakan untuk penulisan katalog dengan tajuk entri utama pada pengarang atau badan korporasi, dan

2) Pola indensi menggantung, yang digunakan untuk penulisan katalog dengan judul sebagai tajuk entri utama.

Dua pola tersebut banyak digunakan oleh perpustakaan-perpustakaan di Indonesia, yaitu seperti contoh berikut:

1) Pola berparagraf

Pengarang sebagai tajuk entri utama

Tajuk entri utama

Judul utama : anak judul = Judul sejajar : anak judul sejajar / Pernyataan kepengarangan pertama, pernyataan kepengarangan kedua, dst. dengan kontribusi sama ; kepengarangan pertama dengan kontribusi berbeda, kepengarangan kedua, dst. dengan kontribusi berbeda. -- Edisi / Pernyataan kepengarangan sehubungan dengan edisi. -- Tempat terbit : Nama penerbit, Tahun terbit.

Jumlah halaman : pernyataan ilustrasi ; ukuran buku + Lampiran. -- (Pernyataan seri : anak seri, ISSN ; nomor seri) Catatan

ISBN Subjek Jejakan

(9)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 5

2) Pola indensi menggantung

Judul sebagai tajuk entri utama

Tajuk entri utama

Judul utama : anak judul = Judul sejajar : anak judul sejajar / Pernyataan kepengarangan pertama, pernyataan kepengarangan kedua, dst. dengan kontribusi sama ; kepengarangan pertama dengan kontribusi berbeda, kepengarangan kedua, dst. dengan kontribusi berbeda. -- Edisi / Pernyataan kepengarangan sehubungan dengan edisi. -- Tempat terbit : Nama penerbit, Tahun terbit.

Jumlah halaman : pernyataan ilustrasi ; ukuran buku + Lampiran. -- (Pernyataan seri : anak seri, ISSN ; nomor seri) Catatan

ISBN Subjek Jejakan

F. DAERAH DESKRIPSI BAHAN PUSTAKA

1. Daerah Judul dan Pernyataan Penanggungjawab/Kepengarangan

Daerah ini memuat informasi tentang judul utama/judul pokok dari suatu karya, judul sejajar/paralel yang merupakan judul terjemahan dan anak judul (apabila ada pada halaman judul).

a. Judul utama / judul pokok

a.1. Cantumkan judul utama seperti apa yang tercantum pada sumber informasi utama, kecuali tanda baca dan huruf kapital disesuaikan dengan yang berlaku

Contoh:

The big money

Sensus penduduk 1971 Pemberantasan hama padi

a.2. Jika judul utama terdiri dari nama orang atau badan korporasi yang bertanggung jawab atas karya tersebut, maka cantumkan nama tersebut sebagai judul utama Contoh:

Byron (suatu buku puisi)

a.3. Jika bahan pustaka yang sedang dikatalog merupakan volume, atau bagian yang terpisah atau suplemen dari suatu penerbitan yang lebih besar, maka cantumkan judul utama sebagai judul dari karya yang lebih besar diikuti oleh bagian yang lebih kecil

Contoh:

(10)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 6

a.4. Judul utama yang panjang dapat dipersingkat hanya bila tidak menghilangkan informasi yang penting didalamnya. Jangan menghilangkan lima kata pertama dalam judul utama. Nyatakan penghilangan tersebut dengan tanda penghilangan ( … ) Contoh:

Prosiding seminar nasional klinik teknologi pertanian sebagai basis …, Manado, 9-10 Juni

2004

a.5. Jika pada sumber informasi utama (halaman judul) suatu bahan pustaka tidak terdapat judul utama, maka beri judul utama dari halaman lain atau dibuat sendiri yang dicantumkan dalam kurung siku

Contoh:

[Petunjuk teknis jagung]

b. Judul Sejajar / Paralel

Jika pada halaman judul suatu bahan pustaka muncul judul dalam dua atau lebih bahasa, maka tetapkan salah satu sebagai judul utama dan lainnya sebagai judul sejajar. Penulisan judul sejajar didahului oleh spasi, sama dengan, spasi ( = )

Contoh:

Pemberantasan hama padi = Pest control on rice

(Catatan: Pest control on rice adalah judul sejajar) c. Anak judul

c.1. Cantumkan informasi judul lain yang ada pada sumber informasi utama sebagai anak judul. Apabila anak judul terlalu panjang dapat diabaikan, tetapi dinyatakan dalam daerah catatan. Penulisan anak judul didahului dengan spasi, titik dua, spasi ( : ) Contoh:

AGROVOC : multilingual agricultural thesaurus

(Catatan: multilingual agricultural thesaurus adalah anak judul)

c.2. Jika judul memerlukan penjelasan, maka buat informasi tambahan ringkas sebagai anak judul yang dituliskan sama dengan bahasa judul utamanya dan dicantumkan dalam kurung siku

Contoh:

Lokakarya hasil penelitian Badan Litbang Pertanian : [prosiding]

(Catatan: kata prosiding dalam kurung siku adalah informasi tambahan) d. Pernyataan penanggungjawab / kepengarangan

d.1. Cantumkan nama orang atau badan korporasi yang bertanggung jawab atas suatu karya baik sebagai penulis, editor, penyusun, penterjemah dan sebagainya, sesuai dengan bentuk dan urutan yang dituliskan/tercantum di sumber informasinya, didahului dengan spasi, garis miring, spasi ( / )

Contoh:

Angka kemiskinan di Indonesia / Biro Pusat Statistik

Pertumbuhan tanaman tebu di daerah Cirebon / Oleh Anto Sugiarto

Pemanfaatan lahan sawah / Penyusun Ahmad Ginanjar, Suhaemi; Editor Edi Suwandi, Marzuki

(11)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 7

d.2. Jika nama pengarang, penerbit dan sebagainya merupakan bagian integral dari judul, maka cantumkan apa adanya dan tidak perlu diulang pada pernyataan penanggung jawab/kepengarangan.

Contoh:

Lima tahun perjalanan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Laporan Penelitian Balai Penelitian Tanaman Padi.

(Catatan: Contoh diatas adalah judul buku, sedangkan nama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, serta Balai Penelitian Padi yang juga merupakan nama pengarang tidak dicantumkan lagi di daerah penanggung jawab)

d.3. Jika pernyataan penanggung jawab tunggal mencantumkan nama lebih dari tiga orang atau badan korporasi yang mempunyai kontribusi yang sama, maka tuliskan nama yang pertama dan hilangkan nama kedua dan seterusnya, diikuti dengan tanda penghilangan dan keterangan tambahan yang sesuai ( ... [et al.] )

Contoh:

Potensi tebu konsumsi rakyat di Kepulauan Mentawai / oleh Yusri Gondok ... [et al.]

(Catatan: Buku ditulis oleh Yusri Gondok, Achmad Baihaki, Solehuddin, dan Samijan)

Anthurium reproduction technique with tissue culture / Harry Smith ... [et al.] ; edited by Nicole.

(Catatan: Buku ditulis oleh Harry Smith, Barry, Samuel dan Nirrine serta diedit oleh Nicole)

d.4. Gelar, kualifikasi dan sebagainya yang dihubungkan dengan nama perorangan seperti Prof., Dr., Drs., Ir., M.B.A., M.Si. dan sebagainya dihilangkan.

Contoh:

Petunjuk teknis pengembangan koleksi perpustakaan / oleh Surya Mansyur dan Sulastuti Sophia.

(Catatan: dalam halaman judul tercantum pengarang buku ini adalah Drs. Surya Mansyur, MLS. dan Dra. Sulastuti Sophia, MS.)

2. Daerah Edisi

Pernyataan edisi dicantumkan seperti yang ada pada sumber informasi utama, biasanya pada halaman balik judul. Kalau tidak ada edisi maka cetakan terakhir dapat digunakan. a. Kata-kata pernyataan edisi diganti dengan singkatan.

Singkatan baku yang digunakan adalah: Pernyataan edisi yang

tercantum

Singkatan yang digunakan

New edition New ed.

Revised edition Rev. ed.

Edited by Ed. by

Third edition 3rd ed.

Edisi kelima Ed. 5

(12)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 8

b. Pernyataan penanggung jawab yang sehubungan dengan edisi, tetapi tidak semua buku yang dikatalogisasi harus ada penanggung jawab edisi tersebut

Contoh:

Pengantar klasifikasi persepuluhan Dewey / oleh Towa P. Homakonda. -- Ed. 5

A dictionary of modern English usage / by H.W. Fowler. -- 2nd ed. / revised by Ernest

Gowers

3. Daerah Publikasi / Impresum

Daerah ini memuat informasi tentang tempat terbit, nama penerbit atau distributor dan sebagainya, dan tahun buku tersebut diterbitkan.

a. Tempat penerbitan, distribusi dan sebagainya

a.1. Cantumkan nama tempat penerbit sebagaimana yang tertera pada terbitan tersebut. Contoh: Jakarta London Soerabaja Batavia

a.2. Jika suatu penerbit mempunyai lebih dari 2 tempat, maka cantumkan nama tempat yang pertama saja, atau boleh juga ditulis nama tempat yang lainnya apabila diperlukan, ditulis dengan menggunakan tanda baca titik koma ( ; )

Contoh:

New York ; London Jakarta ; Semarang

a.3. Apabila nama tempat penerbit tidak tercantum pada buku yang dikatalogisasi, tetapi dapat diperkirakan, maka cantumkan tempat penerbit yang diperkirakan tersebut diikuti dengan tanda tanya dalam kurung siku.

Contoh:

[Surabaya ?] [Canberra ?]

a.4. Jika tempat penerbit sama sekali tidak diketahui, maka cantumkan s.l. (sine loco) dalam kurung siku

Contoh: [s.l.]

b. Nama Penerbit, distributor dan sebagainya

b.1. Cantumkan nama penerbit, distributor dan sebagainya seperti yang tercantum dalam sumber informasi didahului oleh tanda spasi, titik dua, spasi ( : )

Contoh: : Balai Pustaka

b.2. Jika suatu penerbit mempunyai lebih dari 2 tempat, maka cantumkan nama tempat yang pertama saja, atau boleh juga ditulis yang lainnya apabila diperlukan Contoh:

: MacGraw-Hill

: Penebar Swadaya ; Sumur Bandung

b.3. Cantumkan nama penerbit, distributor dan sebagainya dalam bentuk singkatan yang sudah baku, dapat dimengerti dan mudah untuk diidentifikasi

Contoh:

(13)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 9

: FAO

b.4. Hilangkan kata yang menunjukkan fungsi bentuk perusahaan Contoh:

Nama yang tertera pada sumber informasi

Nama yang dicantumkan CV. Sumur Bandung Sumur Bandung

Da Capo, Inc. Da Capo

UI Press UI Press

b.5. Jika nama penerbit sama sekali tidak diketahui, maka cantumkan s.n. (sine nomine)

Contoh: : [s.n.]

c. Tahun terbit, tahun distribusi dan sebagainya

c.1. Cantumkan tahun penerbitan, distribusi dan sebagainya dari edisi ke dalam daerah edisi pada katalog. Jika tidak ada pernyataan edisi, maka cantumkan tahun penerbitan pertama dari karya yang sedang dikatalog, dan cantumkan dalam huruf Arab. Penulisan tahun terbit didahului tanda koma dan spasi (, )

Contoh:

, 2005 , 1990

c.2. Apabila tahun terbit tidak diketahui, maka cantumkan tahun cetak terakhir atau kalau tidak ada tahun cetak maka cantumkan tahun copy right yang didahului dengan “c”

Contoh:

, 2006 , c 2003

c.3. Apabila tahun terbit, cetak dan copy right tidak diketahui, maka cantumkan tahun terbit perkiraan diikuti tanda tanya ( ? ), atau didahului oleh circa (ca.) dan ditulis dalam kurung siku.

Contoh:

, [2000 ?] , [ca. 2000]

Contoh penulisan pada daerah publikasi / impresum secara lengkap:

Jakarta : Gramedia, 2005 Rome : FAO, 2004? Surabaya : [s.n.], 1999

New York ; London : MacGraw-Hill, c 1989

Jakarta ; Bandung : Penebar Swadaya ; Sumur Bandung, 2000

4. Daerah kolasi / deskripsi fisik

Daerah ini memuat informasi tentang jumlah halaman, ilustrasi, ukuran buku dan keterangan lampiran. Pilih singkatan yang akan digunakan secara konsisten.

a. Jumlah volume / halaman

(14)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 10

Contoh:

324 hal. 27 p. vii, 57 p.

Hal. A – K (Catatan: penulisan nomor halaman pada dokumen aslinya memakai

huruf)

a.2. Untuk karya yang terdiri dari beberapa jilid dan setiap jilid bernomor halaman secara berkesinambungan, misalnya jilid I terdiri dari halaman 1 - 254, jilid II halaman 255 - 523, dan jilid III terdiri dari halaman 524 – 765.

- Apabila perpustakaan memiliki volume lengkap, maka penulisannya sebagai berikut:

3 jil. (765 p.)

- Apabila perpustakaan tidak memiliki volume lengkap, dan misalnya hanya memilik volume II saja, penulisannya sebagai berikut: p. 255 - 523

a.3. Untuk karya yang terdiri dari beberapa jilid dan masing-masing jilid dimulai dengan nomor baru, misalnya jilid I terdiri dari halaman 1 - 54, jilid II halaman 1 - 34, dan jilid III terdiri dari halaman 1 – 35, maka penulisannya sebagai berikut:

3 jil. (54, 34, 35 p.)

a.4. Jika halaman dari suatu volume tidak bernomor tetapi jumlahnya mudah diketahui, maka berikan nomor dalam kurung siku, tetapi jika nomor tidak dapat diketahui, maka cantumkan perkiraan nomor halaman tanpa kurung siku dan diawali dengan “ ca.“

Contoh:

[205] p. ca. 200 p.

b. Keterangan Ilustrasi

b.1. Gambar, photo, grafik, dan sebagainya, dimasukkan ke dalam ilustrasi, didahului spasi, titik dua, spasi

Contoh:

: ill. : ilus.

b.2. Apabila diperlukan dan dianggap penting, berikan singkatan dari jenis ilustrasi yang terdapat dalam karya tersebut dengan susunan alfabet dipisahkan oleh koma

Contoh:

: ill., map, photo

b.3. Cantumkan jumlah ilustrasi apabila jumlah ilustrasi tersebut dapat diketahui dengan mudah/cepat atau apabila ilustrasi tersebut didaftar dan ditetapkan nomornya/jumlahnya pada bahan pustaka yang bersangkutan.

Contoh:

: 48 ill. : ill., 12 map

b.4. Apabila dokumen tersebut semuanya/didominasi oleh ilustrasi Contoh:

: semua ill.

(15)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 11

c.1. Cantumkan ukuran buku dengan mengukur tinggi dari jilid buku tersebut dalam sentimeter (cm.). Penulisan didahului tanda spasi, titik koma, spasi ( ; )

c.2. Apabila buku berukuran konvensional, maka lakukan pembulatan hasil pengukuran dalam satuan sentimeter terdekat ke atas (misalnya tinggi buku 20,3 cm., maka cantumkan 21 cm.).

Contoh:

; 21 cm. ; 32 cm.

c.3. Apabila lebar buku kurang dari setengah tinggi buku atau lebih besar dari tinggi buku, maka cantumkan tinggi x lebar buku tersebut

Contoh:

; 20 x 8 cm. ; 20 x 34 cm.

c.4. Apabila buku terdiri dari beberapa volume/jilid dengan ukuran yang berbeda, maka cantumkan ukuran buku yang terkecil sampai yang terbesar

Contoh:

; 23 - 28 cm. ; 20 - 25 cm.

d. Bahan yang disertakan

d.1. Apabila dokumen dilengkapi dengan bahan yang disertakan, maka penulisannya didahului oleh spasi, tanda tambah, spasi ( + )

Contoh:

+ lampiran

d.2. Apabila buku disertai oleh bahan dalam bentuk fisik yang berbeda, misalnya suatu buku disertai satu set CD atau peta sebagai pelengkap dari buku tersebut

Contoh:

+ 1 CD + 2 peta

Contoh penulisan pada daerah kolasi / deskripsi fisik secara lengkap:

xii , 256 p. : ill. ; 45 cm.

3 jil. (54, 34, 35 p.) : ill. ; 24-28 cm. + 1 CD

5. Daerah Seri

Daerah ini memuat informasi tentang judul seri, judul sejajar, anak judul seri, pernyataan penanggung jawab sehubungan dengan seri tersebut, ISSN yang berhubungan dengan seri tersebut, dan penomoran seri. Daerah ini dicantumkan dalam tanda kurung biasa.

a. Judul Seri

Apabila dokumen merupakan salah satu seri dan judul seri tertera dalam dokumen tersebut, maka cantumkan judul seri tersebut yang diawali dengan tanda kurung buka Contoh:

(Seri Pengembangan Pertanian) b. Judul sejajar/paralel

Cantumkan judul sejajar/paralel apabila judul tersebut tertera pada dokumen, penulisannya didahului oleh spasi, sama dengan, spasi ( = )

(16)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 12

= Agriculture Developmental Series

= Biology Series

c. Anak Judul Seri

Cantumkan anak judul seri, apabila tertera pada dokumen. Penulisannya didahului oleh spasi, titik dua, spasi ( : )

Contoh: : Buah-buahan

: Binatang

d. Pernyataan Penanggung Jawab

Cantumkan pernyataan penanggung jawab baik orang atau badan korporasi yang berhubungan dengan seri, yang tertera pada dokumen. Penulisannya didahului oleh spasi, garis miring, spasi ( /)

Contoh: / Surachmat

/ John Smith

e. International Standard Serial Number (ISSN)

Nomor ISSN dicantumkan apabila tertera pada dokumen. Penulisan diawali oleh koma, spasi (, ) dan singkatan huruf ISSN disertakan

Contoh:

, ISSN 0306 1108

, ISSN 1410-637X

f. Nomor Seri

Cantumkan nomor seri dari dokumen apabila nomor tersebut tertera pada dokumen yang dikatalogisasi. Gunakan singkatan baku, seperti “no” untuk nomor atau “jil.” untuk jilid, dan

cantumkan penomoran dalam angka arab. Penulisan didahului dengan spasi, titik koma, spasi dan akhiri dengan kurung tutup.

Contoh: ; 6)

; no. 12)

Contoh penulisan pada daerah seri secara lengkap: (Seri Biologi : Binatang ; no. 12)

(Seri pengembangan pertanian = Agriculture Developmental Series : Buah- buahan / Surachmat, ISSN 0306 1108 ; 6)

6. Daerah Catatan

Daerah ini memuat informasi yang dianggap perlu dikemukakan untuk memperjelas atau menambah keterangan tentang setiap daerah deskripsi bibliografis, dan susunan informasi

mengikuti urutan daerah. Informasi yang biasa diberikan dalam daerah catatan adalah: a. Judul dan kepengarangan

Contoh:

Judul asli : Three notable stories Terjemahan dari: Three notable stories

(17)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 13

b. Edisi Contoh:

Edisi revisi dari: The portable Dorothy Parker Cetak ulang dari Ekonomi dan keuangan

c. Kolasi Contoh:

Terdiri dari 2 jilid, Jilid 1 : Botani, Jilid 2 : Zoology Dilengkapi dengan 1 CD yang dikemas terpisah

d. Impresum/penerbitan Contoh:

Terbit juga di Bandung oleh Sumur Bandung tahun 1999

e. Isi dokumen / Catatan tambahan Contoh:

Bibliografi : hal. 25 - 30 Termasuk bibliografi

256/Ref/2005 (Catatan : Nomor ini menunjukkan nomor induk buku) 633.18 (Catatan : Nomor ini menunjukkan notasi klasifikasi)

7. Daerah ISBN dan Harga

International Standard Book Number (ISBN) tidak selalu dimiliki oleh setiap dokumen. Cantumkan nomor standard tersebut apabila terdapat pada dokumen. Apabila dalam dokumen tersebut terdapat satu atau lebih ISBN, cantumkan salah satu ISBN yang khusus untuk dokumen yang sedang dikatalogisasi sesuai dengan yang tertulis.

a. ISBN Contoh:

ISBN 0853-7654-00 ISBN 0543-7890-00

b. Harga

Informasi tentang harga dokumen boleh dicantumkan, namun apabila tidak diperlukan pencantumkan juga tidak menjadi masalah

Contoh:

ISBN 0853-7654-00 : Rp. 55.000 ISBN 0543-7890-00 : Rp. 74.500

(18)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 14

III. PENGATALOGAN SUBYEK

Dalam penentuan subyek buku atau bahan pustaka lainnya diperlukan analisis subyek yang akurat dengan dibantu sarana daftar tajuk subyek komprehensif, sedangkan dalam katalogisasi proses pembuatan tajuk subyek disebut mengkatalog subyek.

Pengatalogan subjek bertujuan menggunakan kata-kata (istilah) yang seragam untuk bahan pustaka perpustakaan mengenai subyek tertentu. Subyek adalah topik yang merupakan kandungan informasi (content) dalam buku, pita video, dan bentuk rekaman lainnya yang terdapat pada koleksi perpustakaan. Sedangkan tajuk subjek adalah kata (-kata) yang digunakan dalam katalog perpustakaan untuk meringkas kandungan informasi tersebut.

Istilah tajuk subyek dapat juga diartikan sebagai suatu istilah atau kosa kata yang terkendali dan berstruktur untuk menyatakan suatu konsep subyek bahan pustaka.

Sebagai kosa kata atau frase, karena tidak selalu terdiri atas satu suku kata, melainkan dapat berbentuk dua atau lebih suku kata, tetapi bukan suatu kalimat. Dikatakan terkendali karena diarahkan untuk menggunakan istilah yang tetap untuk menyatakan konsep yang sama, meskipun banyak istilah padanannya. Sedangkan berstruktur karena ada kaitan antara tajuk yang satu dengan tajuk yang lain, sesuai dengan struktur ilmu dan pengetahuan. Tajuk subjek biasanya dicantumkan pada bagian awal entri katalog yang disusun dalam katalog subyek berabjad, baik dalam katalog bentuk kartu, bentuk buku, bentuk mikro, maupun OPAC (Online Public Access Katalog).

Pada makalah ini akan di bahas bagaimana cara analisis subyek dan bagaiman cara menggunakan tajuk subyek.

A. Analisis Subyek

Kegiatan analisis subyek memerlukan kemampuan yang memadai, sebab di sinilah pengindeks dituntut kemampuannya untuk menentukan subyek apa yang dikandung dalam bahan pustaka yang diolah. Ada tiga hal yang mendasar perlu dikenali pengindeks dalam menganalisis subyek yakni jenis konsep dan jenis subyek. Dengan mengenali ketiga hal tersebut akan membantu dalam menetapkan pada atau dalam subyek apa suatu dokumen ditempatkan. Berikut akan dibahas ketiga hal tersebut secara ringkas.

1. Jenis Konsep

Dalam satu bahan pustaka dapat dibedakan tiga jenis konsep yaitu:

a. Disiplin Ilmu, yaitu istilah yang digunakan untuk satu bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Disiplin ilmu dapat dibedakan menjadi 2 kategori:

1) Disiplin Fundamental. Meliputi bagian-bagian utama ilmu pengetahuan. Oleh para ahli disiplin fundamental dikelompokkan menjadi 3 yakni ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu pengetahuan alam, dan ilmu-ilmu kemanusiaan.

2) Sub disiplin, merupakan bidang spesial dalam satu disiplin fundamental.

Misalnya dalam disiplin ilmu fundamental alam, sub disiplinnya terdiri atas fisika, kimia, biologi, dsb.

b. Fenomena (topik yang dibahas), merupakan wujud/benda yang menjadi objek kajian dari disiplin ilmu.

(19)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 15

Misalnya pendidikan remaja. “Pendidikan” merupakan konsep disiplin ilmu, sedangkan “remaja” adalah fenomena yang menjadi objek atau sasarannya.

c. Bentuk, ialah cara bagaimana suatu subyek dasajikan. Dibedakan menjadi 3 jenis: 1) Bentuk Fisik, yakni medium atau sarana yang digunakan dalam menyajikan suatu

subyek. Misalnya dalam bentuk buku, majalah, pita rekaman, dsb.

2) Bentuk Penyajian, yang menunjukkan pengaturan atau organisasi isi bahan pustaka. Ada tiga bentuk penyajian, yaitu:

a) Menggunakan lambang-lambang dalam penyajiannya seperti bahasa, gambar, dll. b) Memperhatikan tata susunan tertentu misalnya abjad, kronologis, sistematis, dsb. c) Menyajikannya untuk kelimpok tertentu, misalnya bahasa Inggris untuk pemula, Psikologi untuk ibu rumah tangga.

3) Bentuk intelektual, yaitu aspek yang ditekankan dalam pembahasan suatu subyek. Misalnya “Filsafat Sejarah” disini yang menjadi subyeknya adalah sejarah sedangkan

filsafat adalah bentuk intelektual. 2. Jenis Subyek

Dalam kegiatan analisis subyek dokumen terdapat dalam bermacam-macam jenis subyek. Secara umum digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu:

a. Subyek Dasar, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu disiplin ilmu atau sub disiplin ilmu saja.

Misalnya: “Pengantar Ekonomi”, yaitu menjadi subyek dasaranya “Ekonomi”. b. Subyek Sederhana, yaitu subyek yang hanya terdiri dari satu faset yang berasal dari satu

subyek dasar (Faset ialah sub kelompok klas yang terjadi disebabkan oleh satu ciri pembagian. Tiap bidang ilmu mempunyai faset yang khas sedangkan fokus ialah anggota dari satu faset).

Misalnya “Pengantar ekonomi Pancasila” terdiri dari “subyek dasar ekonomi” dan faset “Pancasila”.

c. Subyek Majemuk, yaitu subyek yang teridiri dari subyek dasar disertai fokus dari dua atau lebih fasaet.

Misalnya: “Hukum adat di Indonesia”. Subyek dasarnya yaitu “Hukum” dan dua fasetnya yaitu” Hukum Adat” (faset jenis) dan “Indonesia” (faset tempat).

d. Subyek Kompleks, yaitu subyek yang terdiri dari dua atau lebih subyek dasar dan saling berinteraksi antara satu sama lain.

Misalnya “Pengaruh agama Hindu terhadap agama Islam”. Disini terdapat dua subyek dasar yaitu “Agama Hindu” dan Agama Islam”.

Untuk menentukan subyek yang diutamakan dalam subyek kompleks terdapat 4 (empat)

fase, yaitu:

1) Fase Bias, yaitu suatu subyek yang disajikan untuk kelompok tertentu. Dalam hal ini subyek yang diutamakan ialah subyek yang disajikan.

(20)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 16

Misalnya “Statistik untuk wartawan” subyek yang diutamakan ialah “Statistik” bukan “wartawan”.

2) Fase Pengaruh, yaitu bila dua atau lebih subyek dasar saling mempengaruhi antara satu sama lain. Dalam hal ini subyek yang diutamakan adalah subyek yang dipengaruhi.

Misalnya “pengaruh Abu Merapi terhadap Pertanian di D.I Yogyakarta”. Disini subyek yang diutamakan ialah “Pertanian” bukan “Abu Merapi”.

3) Fase Alat, yaitu subyek yang digunakan sebagai alat untuk menjelaskan atau membahas subyek lain. Disini subyek yang diutamakan ialah subyek yang dibahas atau dijelaskan.

Misalnya: “Penggunaan alat kimia dalam analisis darah”. Disini yang diutamakan adalah “Darah” bukan “Kimia”.

4) Fase Perbandingan, yaitu dalam satu dokumen/bahan pustaka terdapat berbagai subyek tanpa ada hubungannya antara satu sama lain. Untuk menentukan subyek mana yang akan diutamakan, ketentuannya sebagai berikut:

• Pada subyek yang dibahas lebih banyak.

Misalnya: “Islam dan Ilmu Pengetahuan”. Jika Islam lebih banyak dibahas, utamakan subyek “Islam” dan sebaliknya.

• Pada subyek yang disebut pertama kali.

Misalnya “Perpustakaan dan Masyarakat” ditetapkan pada subyek “Perpustakaan” • Pada subyek yang erat kaitannya dengan jenis perpustakaan atau pemakai

perpustakaan.

Misalnya “Hukum dan Kedokteran”. Di Fakultas Hukum akan ditetapkan subyek “Hukum” dan bila di perpustakaan kedokteran akan ditempatkan dalam subyek “Kedokteran”.

B. Urutan Sitasi

Agar diperoleh suatu urutan yang baku dan taat azas/konsistensi dalam penentuan subyek dan (nomor kelas) maka Ranganathan menggunakan konsep yang dikenal “Urutan Sitasi”. Menurutnya ada 5 (lima) faset yang mendasar yang dikenal dengan akronim P-M-E-S-T, yakni: P - Personality (Wujud) M - Matter (Benda) E - Energy (Kegiatan) S - Space (Tempat) T - Time (Waktu) Contoh:

“Konstruksi Jembatan Beton Tahun 20-an di Indonesia”. Jembatan - Personality (P)

Beton - Matter (M) Konstruksi - Energy (E) Indonesia - Space (S)

(21)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 17

Tahun 20-an - Time (T) C. Cara Menentukan Subyek

Sebelum pustakawan atau pengindeks dapat menempatkan suatu bahan pustaka pada kelas atau penggolongan yang sesuai, pustakawan perlu mengetahui lebih dahulu subyek apa yang dibahas dalam buku tersebut, sudut pandangan yang dianut penulis serta bentuk penyajiannya. Untuk itu pengindeks perlu mengetahui bagaimana membaca buku secara “teknis” untuk mengetahui isi buku. Beberapa langkah untuk mengetahui isi buku secara cepat adalah sebagai berikut:

1. Judul buku tidak selalu mencerminkan isi yang dibahasnya, bahkan kadang-kadang membingungkan. Untuk itu perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut.

Sebagai contoh buku dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang, Si Hijau Yang Cantik, Gema Tanah Air, tidak dapat ditentukan subyeknya begitu saja. Untuk memperoleh keterangan atau petunjuk lebih jauh perlu dilihat anak judul (judul tambahan), serta judul seri (kalau ada). Namun demikian kadang-kadang judul buku dengan mudah memberikan petunjuk tentang isinya, seperti Ekonomi, Matematika, Bahasa Indonesia dan sebagainya. 2. Kata pengantar sebuah buku dapat memberikan petunjuk kepada pengklasir, tentang,

maksud dan ide suatu bahan pustaka yang disampaikan kepada pembaca, dan sasaran masyrakat pembaca. Kata pengantar biasanya dibuat oleh pengarang. Tetapi ada kalanya dibuat oleh ahli dalam bidangnya atas pemintaan pengarang.

3. Daftar isi sebuah buku merupakan petunjuk yang dapat dipercaya tentang subyek buku tersebut, karena memuat secara terperinci tentang pokok bahasan perbab, serta subbab. 4. Bibliografi atau sumber yang dipakai sebagai acuan untuk menyusun buku dapat

memberikan petunjuk tentang subyek suatu buku.

5. Pendahuluan suatu buku biasanya memberikan informasi tentang sudut pandang pengarang tentang subyek, dan ruang lingkup pembahasan.

6. Apabila dari langkah di atas pengklasir belum bisa menemukan subyek buku maka langkah yang perlu dilakukan adalah membaca teks buku secara keseluruhan atau sebagian, atau mencari smber informasi dari timbangan bku pada koran atau majalah ilmiah terpercaya, serta bisa juga dari katalog penerbit.

7. Meminta pertolongan dari orang yang ahli dalam bidangnya. Ini merupakan jalan keluar terakhir apabila pengklasir mengalami kesulitan dalam menentukan subyek buku yang tepat.

D. Deskripsi Indeks

Setelah mengetahui “subyek” suatu bahan pustaka melalui analisis subyek, selanjutnya menerjemahkan ke dalam kata-kata atau lambang-lambang yang terdapat

(22)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 18

dalam Bahasa Indeks (Index Language). Bahasa Indeks merupakan Bahasa yang terawasi (Control

Language) sedangkan hasil dari analisis subyek disebut dengan Bahasa Alamiah (Natural Language). Kegiatan menerjemahkan ini merupakan “Deskripsi Indeks” untuk bahan pustaka tersebut. Beberapa sistem Bahasa Indeks adalah sebagai berikut:

1. Daftar Tajuk Subyek

Yaitu mendaftarkan sejumlah istilah atau kata-kata dengan memberikan acuan atau penunjukan seperti istilah see, see also, dsb. Tajuk subyek yaitu frase (kosakata) yang terkendali dan berstruktur yang digunakan untuk menyatakan topik bahan pustaka. Daftar Tajuk Subyek misalnya Sears List Subject Headings edited by Barbara M. Wesby (1997), Pedoman tajuk subyek untuk Perpustakaan (PTSP) oleh Perpustakaan Nasional RI (1994), Daftar Tajuk Subyek untuk Perpustakaan, Edisi Ringkas oleh J.N.B. Tairas dan Soekarman K. (1990), dll.

3. Skema Klasifikasi

Klasifikasi adalah pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan yang dibahas dalam suatu bahan pustaka. Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan sistem ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:

• bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan.

• dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimiliki dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.

• menudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya. • memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.

• untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi. Beberapa Skema Klasifikasi yang terkenal:

a. Dewey Decimal Classifications (DDC) oleh Melvil Dewey (1875) b. Colon Classifications (CC) oleh S.R Ranganathan (1933)

c. Universal Decimal Classifications (UDC) oleh Paul Otlet (1905) d. A Bibliographic Classifications oleh H. E. Bliss (1935)

e. Library of Congress Classifications (1899) f. Subject Classifications oleh J. D. Brown (1906) g. Readers International Classifications (1961) E. Dewey Decimal Classification (DDC)

DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya. Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab sebagai simbol notasinya. Dalam klasifikasi Persepuluhan Dewey ini terdapat 3 komponen, yaitu Bagan, indeks Relatif, dan Tabel-tabel. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada uraian berikut ini.

a. Bagan (Schedules)

Klasifikasi Dewey adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip “desimal” untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi ke dalam 9 kelas utama, yang diberi kode/lambang angka (selanjutnya disebut notasi). Dalam

(23)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 19

DDC ini semakin khusus suatu subyek, semakin panjang notasinya. Karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya. Pembagiannya dari umum ke khusus.

Ada beberapa istilah penting dalam bagan, seperti: 1) Summary, yaitu tajuk yang agak terbatas pembagiannya.

Contoh dalam subyek Insecta (insecta) 595.7 terdapat “summary”. Pembagian yang lebih rinci untuk masing-masing tajuk yang terdapat dalam ‘summary’ tersebut diperinci lebih lanjut dalam bagan.

2) Formerly also

Istilah ini terdapat dalam kurung siku, yang artinya menunjukkan bahwa subyek tersebut notasinya dulu pada .... Misal, pada notasi 297.211 terdapat subyek “Tawhid” [formerly also 297.14]. ini berarti dulu notasinya pada 297.14 tetapi sekarang pada 297.211 (lihat bagan hal. 229). Istilah Formerly pada prinsipnya sama dengan Istilah formerly also. Ini berarti terdapat pemindahan lokasi notasi untuk subyek dimaksud.

Contoh notasi 003.52 Perception theory [formerly 001.534]. 3) Class here

Merupakan instruksi yang berarti tempatkan di sini. Hal ini sebagai penuntun untuk menentukan notasi suatu subyek yang mungkin tidak diduga berada di bawah tajuk tersebut. Contoh “advertising and public relations” mendapat notasi 659. Di bawahnya diikuti dengan istilah ‘class here publicity’, ini berarti karya tentang ‘publicity’ ditempatkan sama pada subyek Advertising and public relation (lihat bagan hal. 352). 4) Relocated to

DDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, maka kemungkinan terdapat perubahan-perubahan dalam menempatkan notasi untuk suatu subyek sangat besar sekali. Relokasi ini dinyatakan dengan petunjuk formely also dan formerly yang notasinya ditempatkan dalam tanda kurung siku. Contoh 729[.9] Built-in church furniture. Kemudian diikuti dengan instruksi Relocated to 726.529, ini berarti notasi 729.9 untuk subyek ‘built-in church furniture’ sekarang sudah tidak digunakan lagi dan dipindahkan pada notasi 726.529 (lihat bagan).

5) Centered heading

Adakalanya suatu konsep tidak bisa dinyatakan dalam satu notasi, maka dinyatakan dalam sederetan notasi. Contoh untuk menyatakan subyek ‘Biography of specific classes of perseons’ dalam bagan dinyatakan pada notasi 920.1-929.9. Pada kasus seperti ini akan terdapat tanda segitiga(>) mendahului notasi tersebut, (lihat bagan).

6) Optional number, prefer.

Merupakan pilihan atau alternatif yang dikehendaki oleh DDC. Contoh untuk konsep ‘riwayat hidup para ahli dalam disiplin ilmu tertentu’, DDC menyarankan agar ditempatkan pada subyeknya dengan menambahkan notasi ‘subdivisi standard’ -092 dari tabel 1 (lihat ... 702).

7) If prefered

Istilah ini merupakan penuntun bagi pemakai DDC bila menghendaki dapat memilih salah satu alternatif. Contoh untuk konsep ‘bibliografi subyek’ notasinya 016. Bila pemakai DDC menghendaki, dapat menempatkan bibliografi tersebut pada subyeknya.

Misal ‘Bibliografi kedokteran’ pada notasi 016.61, tetapi pemakai DDC dapat juga menempatkan pada notasi 610.61 (lihat bagan).

8) Acuan “see”

Merupakan penuntun untuk mempertimbangkan notasi lain. Contoh subyek ‘rubber’ mendapat notasi 678.2, sedang untuk subyek ‘rubber products’ see 678.3 (lihat bagan)

(24)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 20

9) Instruksi “Add to”

Instruksi ini menyuruh untuk memperluas notasi suatu subyek dengan mengambil pembagian dari subyek lain. Biasanya pada instruksi ini terdapat contohnya. Misal pada notasi 025.218 ‘Collection development ini specific types of institutions’ diikuti dengan perintah Add to base number 025.218 the number following 02 in 026-027. Contoh Pengembangan koleksi di perputakaan perguruan tinggi 025.21877. Notasi 77 diambilkan dari notasi subyek ‘college and university library’ 027.7. Bila notasi tersebut diperinci adalah sebagai berikut: 025.218 notasi dasar ‘Collection development in specific types of institutions’. 027.7 Collection development in academic libraries’ (lihat bagan).

10) Dan lain-lain.

b. Indeks Relatif (Relative Index)

Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam DDC terdapat ‘Indeks Relatif’. Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun berabjad. Istilahistilah tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan.

Dalam indeks ini didaftar sinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subyek lainnya. Bila suatu subyek telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut aspek dari subyek yang bersangkutan.

Cara yang paling cepat untuk menentukan notasi suatu subyek adalah melalui indeks relatif. Tetapi menentukan notasi hanya melalui dan berdasarkan indeks relatif saja tidak dapat dibenarkan. Setelah suatu subyek diperoleh notasinya dalam indeks relatif, harus diadakan pengecekan dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan demikian dapat diketahui apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yang sedang diklasifikasikan.

c. Tabel-Tabel

Kecuali pembagian kelas secara desimal dengan notasi yang terdaftar dalam bagan, DDC juga mempunyai sarana lain. Untuk membagi/memperluas subyek lebih lanjut, yaitu dengan menyediakan sejumlah tabel pembantu atau auxiliary tables. Notasi pada tabeltabel tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan kata lain, notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri, selalu dirangkaikan dengan notasi dalam bagan. Dalam klasifikasi DDC edisi 22 terdapat 7 tabel pembantu/pelengkap, yakni:

1) Tabel 1: Subdivisi Standar (Standard Subdivisions)

Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya dalam bagan, adakalanya perlu dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan “bentuk” yang diambil dari notasi yang terdapat dalam tabel 1 (standard subdivision, hal.3-24). Tabel 1 ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedi. -05 adalah bentuk terbitan berkala atau majalah. Adakalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajian intelektual, misal -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat filsafat dan teori, -09 sejarah dan geografi.

Dalam bagan terdapat 5 cara untuk penggunaan tabel 1 ini, yakni: a) Tidak ada instruksi

b) Terdapat dalam bagan (lengkap) c) Terdaftar sebagian

(25)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 21

e) Instruksi penggunaan tiga nol (000)

2) Tabel 2: Wilayah (Geographic Areas, Historical Periods, Persons)

Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayah), missal “Angkatan Laut Indonesia”. Dalam hal ini notasi subyek itu perlu ditambahkan notasi wilayah “Indonesia” yang diambilkan dari Tabel 2. Cara penambahan tabel 2 ini aalah sebagai berikut:

a) Tidak ada instruksi, dengan menggunakan notasi -09 (aspek geografi dari Tabel 1). b) Ada instruksi, adakalanya dalam bagan terdapat instruksi, biasanya berupa instruksi

from Tabel 2. Kadangkala didahului dengan kata-kata ‘Geographical, treatment, treatment by specific continents, countries”, dan sebagainya. Untuk geografi suatu wilayah. Dalam bagan ini hanya untuk ‘geografi’ suatu wilayah. Misalnya “Geografi Jepang, Geografi Indonesia” dan sebagainya. Cara pembentukannya, anka dasar geografi suatu wilayah 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang diambil dari Tabel 2.

3) Tabel 3: Subdivisi Sastra (Subdivision for Individual Literatur, for Specific Literary Forms). Dalam klas 800 (kesusasteraan)dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut “subdivisi masing-masing sastra”. Misal bentuk-bentuk sastra, -1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi, dan sebagainya. Notasi yang terdapat alam Tabel 3 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar sastra. Untuk notasi dasar suatu sastra yang berakhiran dengan angka 0 (nol), notasi dasarnya adalah dua angka pertama saja. Notasi dasar sastra Inggris 82 bukan 820, dan seterusnya. Cara penggunaan tabel 3 ini adalah:

a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap b) Tidak terdaftar dalam bagan

4) Tabel 4: Subdivisi bahasa (Subdivisions of Individual Languages)

Dalam 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut “masing bahasa” (Subdivisions of Individual Languages). Notasi yang terdapat dalam tabel 4 ini hanya dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam klas 400. Bila notasi suatu bahasa terdiri dari 3 angka dan berakhiran dengan 0 (nol), notasi dasarnya hanya 2 angka pertama. Misal notasi dasar bahasa Perancis 44- bukan 440, bahasa Itali 47- bukan 470.

Cara penambahan Tabel 4 ini:

a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap b) Belum terdaftar dalam bagan

c) Kamus dua bahasa. Urutan sitirannya dengan mengutamakan bahasa yang kurang dikenal kemudian tambahkan -3 (dari Tabel 4), menyusul notasi bahasa yang lebih dikenal

d) Kamus banyak bahasa. Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih dimasukkan ke dalam kamus poliglot (polyglot dictionaries).

5) Tabel 5: Ras, Etnik, dan Kebangsaan (Racial, Ethnic, National Groups).

Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras tertentu. Misal -951 Chinese - 992.1 Philipines. Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya, lalu tambahkan dengan notasi di tabel 5, ini dilakukan bila dirasa perlu untuk memperluas subyek yang bersangkutan. Adapun cara penambahannya, adalah:

(26)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 22

b) Tidak ada perintah. Maka tambahkan notasi -089 (dari Tabel 1) kemudian cantumkan notasi

6) Bahasa (Languages)

Suatu subyek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misal Bibel dalam bahasa Belanda. Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Cina, dan sebagainya. Terlebih dahulu harus ditentukan notasi untuk subyek Bibel dan Al-Qur’an kemudian ditambahkan dari notasi bahasa Belanda atau Cina yang diambilkan dari Tabel 6.

Cara penggunaan Tabel 6 ini adalah: a) Ada perintah

b) Tidak ada perintah. Tambahkan notasi -175 (aspek wilayah di mana suatu bahasa sangat dominan, dari Tabel 2). Lalu tambahkan notasi bahasa dari Tabel 6 ini. Contoh untuk karya Bibel di Argentina dalam bahasa Spanyol (bahasa Spanyol sangat dominan di Argentina) mendapat notasi 220.517661.

7) Orang (Groups of Persons).

Suatu subyek adakalanya perlu diperluas notasinya dengan kelompok orang tertentu, misal ahli kimia, penyandang cacat, dan sebagainya. Untuk itu pada notasi subyek yang bersangkutan dapat diperluas dengan menambahkan notasi yang terapat pada Tabel 7. Penggunaan Tabel 7 ini adalah sebagai berikut:

a) Ditambahkan langsung

b) Tidak langsung. Tambahkan dengan notasi -088 yang diambil dari Tabel 1. F. Penggunaan DDC

Setiap petugas perpustakaan yang hendak menggunakan klasifikasi DDC atau menggolongkan suatu bahan pustaka, perlu melalukan langkah-langkah ini, diantaranya: • Pelajari pola umum bagan klasifikasi, seperti ringkasan pertama (10 kelas utama), ringkasan kedua (divisi), ringkasan ketiga (seksi), dan seterusnya.

• Pelajari bagan lengkap secara teratur dan sistematis, agar memperoleh gambaran yang lebih jelas.

• Pelajari tabel-tabel pembantu serta petunjuk penggunaannya. • Pahami indeks relatif dan penyusunannya.

Prinsip Klasifikasi DDC

 Klasifikasikan bahan pustaka sesuai dengan maksud dan tujuan pengarangnya.  Klasifikasikan pada subyek yang lebih spesifik, jangan pada subyek yang luas.

 Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek, tetapi bobot pembahasannya tidak seimbang klasifikasikan pada subyek yang banyak dibahas.

 Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek dan keduanya memiliki nilai bobot yang sama dalam pembahasannya, klasifikasikan pada subyek yang pertama diuraikan atau dibahas. Misal “Pengantar sosiologi dan ekonomi”.

Rangkuman : Sosiologi / ekonomi Sosiologi : Disiplin ilmu

Ekonomi : Disiplin ilmu

(27)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 23

 Apabila menemukan bahan pustaka yang membahas 3 subyek atau lebih, maka klasifikasikan pada subyek yang lebih luas. Misal “Pelajaran matematika, Kimia, dan Fisika” klasifikasikan pada nomor 500 (eksakta).

 Bila menemukan suatu bahan pustaka yang subyeknya belum atau tidak terdapat nomor klasifikasinya, maka klasifikasikan pada nomor yang paling dekat dengan subyek itu dan tidak diperkenankan membuat nomor baru sendiri.

G. Prosedur penentuan notasi

Setiap bagan klasifikasi menggunakan sistem simbol untuk menetapkan kelas. Simbol yang berfungsi untuk menunjukkan subyek serta hubungan antar subyek disebut dengan notasi. Biasanya notasi berupa angka atau huruf atau gabungan keduanya yaitu angka dan huruf. Contohnya, klasifikasi Persepuluhan Dewey menggunakan angka arab. Sedangkan Library of Congres Classification menggunakan kombinasi antara huruf dan angka.

Notasi yang menggunakan gabungan, antara angka dan huruf disebut notasi campuran. Notasi haruslah bersifat hirarkis karena harus mencerminkan urutan structural sebuah klasifikasi. Dengan sifat herarkis sistem notasi dapat dikembangkan sampai detail sesuai dengan truktur hirarkis suatu disiplin ilmu. Dengan demikian setiap hirarki disiplin ilmu dapat diambil notasinya dalam bagan klasifikasi.

Pemilihan nomor klasifikasi yang tepat hendaknya dilakukan melalui indeks relative karena dalam indeks tersebut memuat aspek-aspek lengkap yang dimiliki subyek. Kemudian diadakan pengecekan pada bagan. Bila diperlukan bisa dilengkapi dengan tabeltabel pembantu untuk memperluas notasinya.

Pemilihan notasi dapat dilakukan melalui indeks atau langsung pada bagan, untuk itu perhatikan uraian berikut ini.

a. Melalui indeks relatif

Indeks relatif adalah sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspek yang disusun secara sismatis berikut notasinya untuk memudahkan menentukan tajuk yang tercantum dalam indeks yang tersebar dalam bagan maupun pada tabel-tabel pembantu, langkah-langkahnya:

 Tentukan subyek bahan pustaka yang hendak diproses melalui analisis subyek.  Carilah subyek itu, berikut aspek-aspeknya dalam indeks.

 Bila aspek yang dianggap tepat ditemukan, periksa bagan lengkap untuk melihat dan menguji kebenarannya. _ Teliti tajuk untuk nomor itu, yang memungkinkan ada keterangan dalam bagan.

b. Melalui bagan

Bagan atau schedule adalah serangkaian bilangan (nomor kelas) yang disusun menurut prinsip-prinsip DDC dan memuat semua subyek ilmu pengetahuan secara universal. Secara umum Melvin Dewey membagi ilmu pengetahuan dalam 10 kelas utama. Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi 10 sub divisi yang disebut seksi. Begitu seterusnya.

Pemilihan notasi langsung pada bagan ini langkah-langkahnya sebagai berikut:  Tentukan subyek bahan pustaka melalui proses analisis.

 Tentukan disiplin ilmunya untuk memudahkan penelusuran selanjutnya.  Golongkan subyek tersebut pada kelas utama.

(28)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 24

KEGIATAN PENGATALOGAN BUKU DALAM DIAGRAM ALIR

Selesai

Pisahkan kartu shelflist dan kartu lainnya

Masukkan kartu shelflist ke buku

Keluarkan lembar kerja

Serahkan buku ke Pasca-pengatalogan

Susun lembar kerja menurut no. induk Cetak satu set kartu katalog Tidak

Simpan sementara kartu katalog lainnya

Benar ?

Ya Mulai

Terima buku baru

Lengkapi deskripsi bibligrafi pada lembar kerja

Tentukan nomor kelas

Tentukan nomor panggil Buat analisis subjek

Tentukan tajuk subjek

Masukkan slip sementara no. panggil ke daftar pengrakan Lengkap ?

(29)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 25

KEGIATAN PASCA-PENGATALOGAN DALAM DIAGRAM ALIR

Selesai

Pasang barkod buku (optional)

Kirim buku siap layan ke Bagian Pengatalogan Ketik no. panggil di kantong

buku dan slip tgl. kembali Terima buku dari Pengatalogan

Ketik data pada kartu buku dan masukkan ke kantong buku

Tempelkan pada buku

Tulis label dan tempelkan pada punggung buku

(30)

Pengkatalogan Bahan Pustaka Page 26

DAFTAR PUSTAKA

Andriaty, Etty dan Nunung Faenusah. 2006. Petunjuk Teknis Katalogisasi Majalah. Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian No. 37. Bogor : Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Departemen Pertanian RI.

Miswan. 2003. Katalogisasi dan Klasifikasi: Sebuah Pengantar. Semarang : UPT Perpustakaan IAIN Walisongo.

Perpustakaan Nasional RI. [S. a.]. Klasifikasi dan Tajuk Subyek Modul 2: Analisis Subyek

<http://pusdiklat.pnri.go.id/elearning/klasifikasi/frameset02.html.> 15 Nopember

2010

Perpustakaan Nasional RI. 2006. Daftar Tajuk Subyek Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Somadikarta, Lili K. 1991. Dasar-dasar Analisis Subyek Untuk Pengindeksan Dokumen. Jakarta : JIP-FSUI

Sundari, Tuti Sri dan Suni Triani. 2006. Petunjuk Teknis Katalogisasi Bahan Pustaka

Monograf. Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian No. 38. Bogor : Pusat

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan dari aplikasi ini adalah : Sebagai sumber informasi mengenai kebudayaan jepang, Mempermudah pengguna dalam meningkatkan pengetahuan tentang kebudayaan melalui

1) Penerima kuasa asuransi jiwa syariah mengisi daftar pertanyaan pada Formulir klaim meninggal dunia/kematian dan surat keterangan dokter dengan benar sesuai dengan

Dari uraian yang telah disebutkan di atas, maka jelaslah bahwa peralihan hak milik (penyerahan) dalam perjanjian beli sewa baru dapat beralih atau sudah diserahkannya oleh

Mounting itu sendiri adalah menempelkan specimen herbarium pada kertas mounting atau merekatkan dengan menggunakan lem khusus yang telah diawetkan, adapun kertas

INTOSAI menyepakati empat pendekatan dalam pemeriksaan SDGs yang tertuang dalam tema pertama INCOSAI XXII (International Congress of Supreme Audit Institution), yaitu: (1)

Franky Harryanto : Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Pengukuran Waktu Dengan Menggunakan Metode Stopwatch Time Study Pada Bagian Packing Glycerine di PT.. Sinar

31 Chadidjah Dalimunthe, Pelaksanaan Landreform Indonesia dan Permasalahannya, Universitas Sumatera, Medan, cetakan ketiga, edisi revisi, Februari 2005, hal. 32 Hasan

Pemilihan forum arbitrase (choice of forum) dan hukum yang berlaku (choice of law). Para pihak bebas untuk menentukan sendiri pemilihan forum arbitrase dalam