• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN BAHASA NONVERBAL PADA ACARA TELEVISI INI TALK SHOW PERIODE MEI 2020: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGGUNAAN BAHASA NONVERBAL PADA ACARA TELEVISI INI TALK SHOW PERIODE MEI 2020: KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat"

Copied!
263
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN BAHASA NONVERBAL PADA ACARA TELEVISI INI TALK SHOW PERIODE MEI 2020: KAJIAN PRAGMATIK

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh:

Bernadet Alexandra Priliandari 161224066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2020 i

(2)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria, yang selalu menguatkan dan melancarkan saya

dalam proses penyusunan skripsi ini.

2. Kedua orang tua tersayang Bapak Donatus Jhon dan Ibu Yustina Wahyu

Wulandari, yang selalu mendoakan, memberi dukungan, mengingatkan saya, dan

mengantarkan saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. yang telah membimbing dan

memberikan dukungan kepada saya dalam proses penyusunan skripsi ini, dari awal

hingga akhir pengerjaan skripsi ini.

4. Para dosen dan staf program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Pacar saya Paulus Robert Junior Ambarita yang selalu ada buat saya,

memberikan semangat, dukungan, dan bantuannya sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat perjuangan saya terutama Aurachicka Meyrashella, Flavia

Paretha Yannanda Putri, Rangga Herdyawan, Cornelius Afrian Pascario, dan

teman-teman PBSI Angkatan 2016 kelas B yang sudah membantu saya, memberi

dukungan dan semangat kepada saya.

7. Sahabat SMA yang berada di Yogyakarta Natalia Dinda dan Willy Douglas

yang sudah memberikan dukungan dan semangat mengerjakan skripsi ini.

8. Sahabat perjuangan radio Masdha FM Grace Shintia Welson dan Rashelly

iv

(3)

MOTO

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang

terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

“Akan selalu ada rasa sakit sebelum kau merasakan kesenangan dan kemenangan, jadi nikmatilah perjalanannya.”

(Kim Hanbin – ex iKon)

Segala sesuatu akan tiba pada waktunya. Ada waktu untuk menabur, ada waktu

untuk menuai.

(Bernadet Alexandra Priliandari)

vi

(4)

ABSTRAK

Priliandari, Bernadet Alexandra. 2020. Penggunaan Bahasa Nonverbal pada Acara Televisi Ini Talk Show Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas tentang pemakaian bahasa nonverbal yang dilakukan oleh para pengisi acara Ini Talk Show. Karena umumnya, gelar wicara identik dengan bahasa verbal saja. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membahas bagaimana wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal dan makna pragmatik yang dilakukan oleh pengisi acara saat terjadinya proses komunikasi itu berlangsung. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data simak dan catat. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang merupakan alat pengumpul data utama. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada empat tahap yaitu, (1) identifikasi data, (2) klasifikasi, (3) interpretasi, dan (4) pelaporan dalam bentuk skripsi. Hasil analisis dan pembahasan yang telah peneliti lakukan menghasilkan tiga hal penting yaitu pertama, peneliti menemukan wujud bahasa nonverbal yang diantaranya wujud bahasa nonverbal kinesik, wujud bahasa nonverbal proksemik, wujud bahasa nonverbal paralinguistik, dan wujud bahasa nonverbal artifaktual.

Kedua, peneliti menemukan lima fungsi bahasa nonverbal yang diantaranya fungsi

repetisi, fungsi subtitusi, fungsi kontradiksi, fungsi komplemen, dan fungsi aksentuasi. Ketiga, peneliti menemukan maksud bahasa nonverbal yang dilakukan oleh para pengisi acara Ini Talk Show seperti, mempermudah penutur dan mitra tutur menerima pesan yang disampaikan, menghibur para penonton yang menikmati acara ini, mempertegas ungkapan secara verbal, dan penutur dapat mengekspresikan diri dalam berkomunikasi.

Kata kunci: Bahasa nonverbal, wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal, maksud bahasa nonverbal.

ix

(5)

ABSTRACT

Priliandari, Bernadet Alexandra. 2020. The Use of Nonverbal Language in

Television Program Ini Talk Show for the Period of May 2020: A Pragmatic Study. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education,

Department of Language and Arts Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research discusses the use of nonverbal language by the performers of Ini Talk Show. Because generally the talkshow is identical with verbal language only. This study aims to discuss how nonverbal language forms, nonverbal language functions and pragmatic meanings performed by the performers during the communication process. This research uses descriptive qualitative research, with the observation and note taking data collection technique. The instrument in this research is the researcher herself who is the main collector data tool. The data analysis used in this research consists of four phases, namely, (1) data identification, (2) classification, (3) interpretation, and (4) reporting in the form of a thesis.

The results of the analysis and study that the researchers have done generated in three important things, first, the researcher found four forms of nonverbal language, including the form of kinesic nonverbal language, the proxemic nonverbal language, language form nonverbal paralinguistic, and the artificial nonverbal language. Second, the researcher found five nonverbal language functions, including the repetition function, the substitution function, the contradiction function, the complement function, and the accentuation function. Third, the researcher found the meaning of nonverbal language carried out by the performers of Ini Talk Show, such as, making it easier for speakers and speech partners to receive the messages delivered, entertaining the audience who enjoyed this event, emphasizing verbal expressions, and speakers can express themselves in communicating.

Key words: nonverbal language, nonverbal language form, nonverbal language

function, meaning of nonverbal language.

x

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkat, kasih, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul Penggunaan Bahasa Nonverbal pada Acara Televisi Ini Talk Show

Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik

tanpa adanya doa, bantuan, dukungan, bimbingan, dan kerja sama dari banyak

pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak tersebut yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan,

dorongan, dan pastinya kerjasama yang sangat berarti bagi penulis. Sehubungan

dengan itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah mengesahkan

skripsi penulis.

2. Dr. R Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Seni Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini dan sebagai triangulator

untuk penelitian ini.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

xiii

(7)

Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang

telah memberikan izin terkait segala kebutuhan penelitian.

4. A. Danang Satria Nugraha, M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta yang telah memverifikasi poin kegiatan kemahasiswaan penulis.

5. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pimbimbing yang selalu membimbing,

mengarahkan, dan memberikan berbagai masukan positif kepada penulis

dengan penuh kesabaran dari proses awal sampai akhir penulisan.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan membekali ilmu kepada

penulis dengan sabar, dan penuh dedikasi.

7. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan urusan

administrasi.

8. Kedua orang tua, Bapak Donatus Jhon dan Ibu Yustina Wahyu Wulandari,

yang selalu mendoakan, memberi dukungan, mengingatkan saya, dan

mengantarkan saya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan penulis Aurachicka Meyrashella, Flavia Paretha

Yannanda Putri, Rangga Herdyawan, Cornelius Afrian Pascario, dan teman-

teman PBSI Angkatan 2016 kelas B yang sudah membantu saya, memberi

dukungan dan semangat kepada penulis.

10. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam proses menyelesaikan skripsi

xiv

(8)

ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat

memberikan manfaat terkhusus di bidang akademis dan dapat digunakan dengan

sebaik-baiknya.

Yogyakarta, 15 Desember 2020

Bernadet Alexandra Priliandari

xv

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... vi

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ...x

KATA PENGANTAR ...13

DAFTAR ISI ...14

BAB I PENDAHULUAN ...1

10.1 Latar Belakang Masalah ...1

10.2 Rumusan Masalah ...6

10.3 Tujuan Penelitian ...6

10.4 Manfaat Penelitian ...6

10.5 Batasan Istilah ...7

10.6 Sistematika Penyajian ...8

BAB II LANDASAN TEORI ...10

2.1 Penelitian yang Relevan ...10

2.2 Landasan Teori ...15

2.2.1. Bahasa ...15

xiv

(10)

2.2.2. Bahasa Nonverbal ...16

2.2.3. Wujud Bahasa Nonverbal ...18

2.2.4. Fungsi Bahasa Nonverbal ...24

2.2.5. Pragmatik ...26

2.2.6. Konteks Pragmatik dalam Bahasa Nonverbal...27

2.2.7. Acara Ini Talk Show ...30

2.3 Kerangka Berpikir ...32

BAB III METODE PENELITIAN ...34

3.1 Jenis Penelitian ...34

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ...35

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...35

3.4 Instrumen Data Penelitian ...36

3.5 Teknik Analisis Data ...37

3.6 Triangulasi Data ...39

BAB IV HASIL PENELITIAN ...41

4.1 Deskripsi Data ...41

4.2 Hasil Penelitian ...43

4.2.1 Wujud Bahasa Nonverbal ...44

1. Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik ...45

2. Wujud Bahasa Nonverbal Proksemik ...66

3. Wujud Bahasa Nonverbal Paralinguistik ...79

4. Wujud Bahasa Nonverbal Artifaktual ...89

xv

(11)

4.2.2 Fungsi Bahasa Nonverbal ...94

1. Fungsi Bahasa Nonverbal Repetisi ...95

2. Fungsi Bahasa Nonverbal Subtitusi ...98

3. Fungsi Bahasa Nonverbal Kontradiksi ...100

4. Fungsi Bahasa Nonverbal Komplemen ...105

5. Fungsi Bahasa Nonverbal Aksentuasi ...106

4.2.3 Maksud (Makna Pragmatik) ...109

4.3 Pembahasan ...201

BAB V PENUTUP ...211

5.1 Kesimpulan ...211

5.2 Saran ...213

DAFTAR PUSTAKA ...214

TRIANGULASI DATA PENELITIAN ...217

BIOGRAFI PENULIS ...253

xvi

(12)

DAFTAR TABEL Tabel 1.1

Instrumen Data Wujud Bahasa Nonverbal Kerangka Berpikir Penelitian ... 37

Tabel 1.2

Instrumen Data Fungsi Bahasa Nonverbal ... 43

Tabel 1.3

Instrumen Data Maksud (Makna Pragmatik) ... 43

xvi

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan, manusia tidak dapat lepas dari komunikasi. Dengan

adanya komunikasi ini, manusia saling berinteraksi satu sama lain. Menurut Setiadi

dkk (2013) pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

hubungan satu dengan yang lain, dimana kelakuan antar individu saling

mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau

sebaliknya. Setelah menjalin interaksi, tentunya ada sebuah bahasa didalamnya.

Manusia menjalin interaksi satu sama lain dengan bahasa yang masing-masingnya

dapat memahami, agar terbentuknya komunikasi dua arah yang sesuai dengan

harapan masing-masing individu.

Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sesama manusia dalam

berinteraksi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik baik verbal maupun

nonverbal (Chaer, 2006). Dari pendapat yang diungkapkan oleh beberapa para

ahli dapat disimpulkan bahwa bahasa sangat penting untuk menciptakan

komunikasi dua arah yang maksimal untuk saling berintekasi. Selain berinteraksi,

bahasa juga menjadi sarana untuk mengetahui atau mendapatkan informasi

tertentu. Pada umumnya, bahasa adalah sesuatu yang diucapkan atau dituturkan

sehari-hari oleh manusia. Akan tetapi, bahasa tidak hanya melalui ucapan lisan dan

tertulis saja. Banyak hal yang kurang diketahui oleh manusia, bahwa setiap

gerakan dalam ucapan sehari-hari dapat dikatakan sebagai bahasa. Gerakan pada

ucapan itu disebut bahasa nonverbal yang tidak kalah penting dari bahasa verbal.

Pada dasarnya bahasa nonverbal didefinisikan sebagai penciptaan dan

1

(14)

2

pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi

yang menggunakan gerakan tubuh, sikap, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan

jarak, dan sentuhan (Hardjana, 2003). Bahasa nonverbal berbeda dengan bahasa

verbal. Bahasa verbal diungkapkan dengan kata-kata ataupun tulisan, sedangkan

bahasa nonverbal diungkapkan dalam bentuk selain kata, seperti mimik, gerak-

gerik tubuh, sikap atau perilaku (Pranowo, 2009). Melalui pengertian ini, dapat

dikatakan bahwa nonverbal merupakan bahasa pendamping verbal yang juga tidak

dapat dipisahkan satu sama lain. Umumnya, setiap ucapan verbal akan ada

gerakan nonverbal didalamnya. Hal ini dibuktikkan melalui teori yang

dikemukakan oleh Mehrabian (dalam Mulyana, 2000) menyatakan bahwa 93%

dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-

isyarat nonverbal. Kehadiran bahasa nonverbal menjadi sesuatu yang penting.

Fakta bahwa 93% dari komunikasi langsung adalah isyarat nonverbal, dalam

pembagiannya 7 % pesan verbal, 38% pesan suara, dan 55% dari pesan facial atau

mimik wajah. Maka dari itu, dalam setiap komunikasi tentunya bahasa nonverbal

mempunyai peran yang sangat penting. Bahasa nonverbal juga menjadi hal yang

utama untuk terciptanya sebuah komunikasi yang optimal dalam berinteraksi.

Berdasarkan pembuktiaan tersebut, belum banyak diketahui oleh masyarakat

luas tentang bahasa nonverbal ini. Sebagiam besar masyarakat masih menganggap

bahwa bahasa sehari-hari yang dilakukan hanya bahasa verbal biasa. Padahal jika

dilakukan dalam komunikasi sehari-hari bahasa nonverbal sering dilakukan oleh

manusia secara tidak sadar. Sebagai contohnya, saat acara gelar wicara Ini Talk

Show yang mewawancarai salah satu bintang tamu dengan bertanya mengenai

(15)

3

perasaannya tentang kehilangan sosok seorang ayah dalam hidupnya. Bintang tamu tersebut menceritakan dengan ekspresi wajah ‘menangis’ yang secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal tersebut

merupakan wujud penyampaiannya sebagai kinesik ekspresi wajah.

Bahasa nonverbal mempunyai banyak jenisnya. Nonverbal tidak hanya

dilihat dari bentuk sebuah gerakan tubuh saja. Akan tetapi, bahasa nonverbal bisa

dilihat melalui pakaian, jarak ketika melakukan komunikasi, dan intonasi suara juga

dapat dikatakan sebagai bentuk bahasa nonverbal. Secara umum, jenis bahasa

nonverbal menurut John Condon (dalam Wang, 2009) yang mengatakan “...

summarizes twenty-four types of nonverbal behaviors, which already drew scholars attention: including : gestures, facial expressions, posture, costume, and hair style, walking posture, proxemics, touching behavior, eye gaze, and contact, architectural design and home decoration, signs and symbols, body odor, paralanguage, color make-up, conception about time, silence, etc”. Jenis bahasa

nonverbal yang dinyatakan oleh pakar tersebut menerangkan bahwa, jenis bahasa

nonverbal berjumlah dua puluh empat bahasa nonverbal yang belum diklasifikan

menjadi tiga sub bagian jenis bahasa nonverbal. Penelitian ini hanya mengambil

tiga sub-bagian, yaitu: komunikasi nonverbal kinesik, komunikasi nonverbal

proksemik, dan komunikasi nonverbal artifaktual.

Bahasa nonverbal bisa terjadi dimana saja saat melakukan interaksi terhadap

orang lain. Salah satunya media elektronik televisi yang menampilkan gelar wicara

Ini Talk Show di NET TV. Melalui gelar wicara tersebut, pengisi acara dan bintang

tamu banyak melakukan pembicaraan yang secara tidak sadar menghasilkan banyak

bahasa nonverbal didalamnya. Acara Ini Talk Show merupakan acara keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(16)

4

genre menghibur, dengan pembawa acara ternama yaitu Sule dan Andre Taulany

sebagai pendamping pembawa acara. Dalam acara tersebut berisikan pengisi acara

lainnya seperti Nunung, Komeng, Sahila Hisyam, Haji Bolot, Bopak Catello, dan

Opie Kumis. Acara Ini Talk Show memiliki tema acara yang berbeda-beda. Sebagai

pembawa acara utama tugas Sule memandu acara tersebut sesuai dengan tema dan

mewawancarai bintang tamu bersama pendampingnya, yaitu Andre dan Sahila

Hisyam. Ini Talk Show juga masuk ke dalam kategori acara hiburan yang telah

banyak diketahui oleh banyak masyarakat. Acara Ini Talk Show merupakan acara

yang ditayangkan melalui televisi nasional dan dapat dilihat oleh masyarakat luas.

Maka dari itu, penelitian ini ditulis berguna untuk mengetahui banyak hal

tentang bahasa nonverbal saat melakukan komunikasi. Secara tidak sadar, manusia

hanya mengetahui bahwa gelar wicara tersebut berisikan bahasa verbal saja.

Padahal jika dikaji lebih dalam, banyak sekali bahasa nonverbal yang dilakukan

penutur dan mitra tutut saat melakukan komunikasi di acara tersebut. Acara Ini Talk

Show menampilkan tema yang berbeda setiap harinya dan memunculkan topik-

topik pembahasan yang banyak dibicarakan oleh masyarakat. Melalui tema yang

beragam serta wawancara bersama bintang tamu, saat berkomunikasi penutur

maupun mitra tutur menghasilkan banyak bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal

yang ditunjukkan bukan hanya sekedar gerakan, akan tetapi melalui wujud

penampilan, dialek, intonasi suara, maupun jarak berbicara sudah dapat dikatakan

sebagai bahasa nonverbal. Banyak hal yang belum diketahui oleh masyarakat

mengenai berbagai wujud bahasa nonverbal.

Melalui acara televisi Ini Talk Show yang dapat ditonton oleh berbagai

kalangan, seperti usia remaja, dewasa, dan orang tua, peneliti sangat tertarik untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(17)

5

memberi pengetahuan tentang deskripsi bahasa nonverbal melalui acara-acara yang

dikemas secara menghibur dan tidak membosankan. Acara ini membahas topik-

topik yang sedang ramai dibicarakan dikalangan masyarakat. Topik-topik yang

sedang dibicarakan itu memberikan keuntungan untuk para penonton agar tidak

kehilangan informasi dan berita yang sedang terjadi. Melalui acara hiburan, peneliti

dapat memberikan manfaat penelitian yang berguna untuk diketahui oleh banyak

orang, tentang bahasa nonverbal yang tidak pernah lepas dari interaksi dan

komunikasi antar manusia.

Penelitian yang dibahas tidak hanya membicarakan wujud bahasa nonverbal,

peneliti juga membahas tentang fungsi bahasa nonverbal itu sendiri. Mark L.

Knapp dalam (Nina Syam, 2011) menyebutkan lima fungsi bahasa nonverbal,

yaitu repetisi, subtitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi. Setelah

mengetahui wujud dan fungsi bahasa nonverbal, peneliti juga meneliti maksud

(makna pragmatik) yang disampaikan oleh para pengisi acara Ini Talk Show.

Setelah menyimak dan menonton acara tersebut peneliti sangat tertarik, karena

acara ini dikemas secara modern serta memberikan nilai-nilai budaya yang dapat

disanding bahasa nonverbal.

Acara Ini Talk Show tayang setiap hari Senin – Jumat, pukul 19.00 - 21.00

WIB di NET TV yang dapat ditonton bersama keluarga. Melalui acara ini,

diharapkan dapat meningkatkan fenomena tentang interaksi dan komunikasi

manusia yang umumnya setiap hari dilakukan. Hal yang membedakan adalah

interaksi dan komunikasi lebih dalam memperlihatkan perilaku bahasa nonverbal

ketika pembawa acara, pengisi acara, dan bintang tamu mengisi acara dengan tujuan

menghibur para penontonnya. Secara tidak sadar, kebanyakan penonton masih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(18)

6

melihat bahasa verbal saja yang dilakukan oleh pengisi acara. Padahal, bahasa

nonverbal banyak sekali ditemukan disetiap komunikasi itu berlangsung. Hal ini

membuat, bahasa nonverbal tak kalah pentingnya. Oleh karena itu, peneliti

mengharapkan menjadi pengetahuan yang berguna dan bermanfaat untukdiketahui

oleh masyarakat luas melalui acara yang menghibur yaitu Ini Talk Show.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, ada beberapa permasalahan yang

ingin diteliti dalam penelitian ini:

a. Bagaimana wujud penyampaian bahasa nonverbal pada acara Ini Talk Show?

b. Fungsi bahasa nonverbal apa saja yang ada pada acara Ini Talk Show?

c. Makna pragmatik apa sajakah yang disampaikan pada acara Ini Talkhsow?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

a. Mendeskripsikan wujud penyampaian bahasa nonverbal dalam pada acara

Ini Talk Show.

b. Mendeskripsikan fungsi bahasa nonverbal yang disampaikan pada acara Ini

Talk Show.

c. Mendeskripsikan makna pragmatik yang disampaikan pada acara Ini Talk

Show.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun

bagi para pembaca dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan.

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(19)

7

memperkaya bahan referensi, bahan penelitian, serta sumber bacaan di lingkungan

FKIP Universitas Sanata Dharma khususnya di jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai wujud, fungsi, dan makna pragmatik yang ada pada acara Ini

Talk Show dan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, FKIP Universitas Sanata Dharma.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan sarana referensi

bacaan, menambah pengetahuan penulis dan manusia luas tentang wujud, fungsi

dan makna bahasa nonverbal.

1.5 Batasan Istilah a. Pragmatik

Pragmatik menurut (Yule 2006) mengatakan bahwa pragmatik adalah studi

tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh

pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan

dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya

daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan

itu sendiri.

b. Bahasa

Bahasa menurut Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sesama

manusia dalam berinteraksi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik baik

verbal maupun nonverbal (Chaer, 2006).

c. Bahasa Nonverbal

(20)

8

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (Mulyana 2012)

mendefinisikan komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali

rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu

dan penggunaan lingkungan oleh individu. Sehingga, mempunyai nilai pesan

potensial bagi pengirim atau penerima. Pada intinya, definisi ini mencakup perilaku

yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi

secara keseluruhan.

d. Ini Talk Show

Ini Talk Show merupakan acara gelar wicara dengan genre menghibur. Acara

Ini Talk Show menghadirkan bintang tamu dan biasanya memiliki tema yang

berbeda-beda setiap harinya. Bintang tamu juga biasanya ditanyakan tentang

persoalan-persoalan yang sedang terjadi di tengah manusia luas. Menurut Morisson

(2010:28) berpendapat bahwa biasanya mereka yang diundang adalah orang-orang

yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan

atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas.

1.6 Sistematika Penyajian

Pada sistematika penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I berisikan

pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat hasil penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II berisikan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis masalah-

masalah yang ada dalam penelitian. Landasan teori terdiri dari penelitian terdahulu

yang relevan yang sesuai dengan penelitian ini, menyajikan teori seperti pragmatik, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(21)

9

bahasa, bahasa nonverbal, wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal dan

kerangka berpikir.

Bab III memaparkan metodelogi penelitian, yang berisikan jenis penelitian,

sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik

analisis data dan triangulasi data.

Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan, yang nantinya

berisikan seluruh hasil analisis dan temuannya selama penelitian. Setelah itu,

dideskripsikan temuannya tersebut sesuai dengan rumusan masalah.

Bab V memaparkan penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran. Setelah

itu, hasil dari penelitian dituliskan dalam daftar pustaka yang menjadi refrensi atau

rujukan peneliti selama proses penelitian ini berlangsung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini memaparkan kajian-kajian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan

kerangka berpikir. Kajian terdahulu yang relevan berisikan topik yang sama dan

sebelumnya telah diteliti oleh peniliti lain. Landasan teori berisikan tentang teori-

teori yang sesuai dengan topik peneliti, yaitu pragmatik, nonverbal, bahasa, acara

televisi dan televisi. Kerangka berpikir berisikan tentang jawaban teori berdasarkan

dengan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah yang telah disusun. Dalam

Penelitian ini tidak terlepas dari referensi penelitian terdahulu yang sudah

melakukanya secara relevan. Berikut ini paparan penelitian yang relevan.

2.1 Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan beberapa persamaan dan perbedaan yang ada di dalam

Penelitian/jurnal yang dilakukan oleh Devi Novita Sari (2016) yang berjudul Teknik

Komunikasi Najwa Shihab dalam Acara Mata Najwa di Metro Tv (Deskriptif Kualitatif pada Bahasa Verbal dan Nonverbal yang Digunakan Najwa Shihab),

penelitian kedua dilakukan oleh Istijabatis Sanati (2016) yang berjudul Pola

Komunikasi Verbal dan Nonverbal Antara Mahasiswa Asing dan Mahasiswa Lokal, penelitian ketiga dilakukan oleh Widyadmaka Raden Gregorius Agung

Aristrimurti Widyadmaka (2018)) yang berjudul Maksud Bahasa Nonverbal Jenis

Kinestetik Pada Manusia Etnis Jawa Dalam Upacara Pernikahan di Wonosari 30 November 2017-08 Maret 2018: Suatu Kajian Pragmatik, penelitian

10

(23)

11

keempat dilakukan oleh Yohanes Giovanni Krisna Widuprasetya (2019) yang

berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal Guru dan Siswa SMA Negeri 8

Yogyakarta pada

Proses Pembelajaran: Suatu Kajian Pragmatik, dan terakhir penelitian dilakukan

Eriyanty Noberta Sihaloho (2019) Eriyanty Noberta Sihaloho (2019) yang berjudul

Pemakaian Bahasa Nonverbal Guru-Siswa dalam Pembelajaran di Kelas: Suatu

Kajian Pragmatik.

Penelitian pertama dilakukan oleh Devi Novita Sari (2016) pada

penelitiannya yang berjudul Teknik Komunikasi Najwa Shihab dalam Acara Mata

Najwa di Metro Tv (Deskriptif Kualitatif pada Bahasa Verbal dan Nonverbal yang Digunakan Najwa Shihab). Penelitian ini memiliki satu rumusan masalah yaitu,

bagaimana teknik komunikasi dengan menyertai bahasa verbal dan nonverbal yang

digunakan Najwa Shihab di Metro TV. Dari rumusan masalah tersebut, Devi Novita

Sari mendapatkan hasil analilisnya berupa gerakan bahasa nonverbal sepergi

menompang dagu, menyondongkan badan, dan menggerakkan tangan. Penelitian

ini hanya fokus kepada satu orang saja, yaitu pembawa acara Najwa Shihab.

Penelitian ini tidak membahas fungsi bahasa nonverbal yang hanya terfokus pada

penelitian bahasa verbal dan nonverbal. Persamaan dari penelitian ini, yaitu sama-

sama mengkaji bahasa nonverbal, walaupun menggunakan teori yang berbeda.

Penelitian kedua dilakukan oleh Istijabatis Sannati (2016) yang berjudul Pola

Komunikasi Verbal dan Nonverbal Antara Mahasiswa Asing dan Mahasiswa Lokal. Penelitian ini memiliki satu rumusan masalah yaitu, bagaimana pola

komunikasi mahasiswa asing di Wisma UNS dalam berkomunikasi dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(24)

12

mahasiswa lokal. Dari rumusan masalah yang dijabarkan tersebut, Istijabatis

Sannati mendapatkan hasil analisis yang menyimpulkan bahwa mahasiswa Asing

di Wisma UNS lebih banyak menggunakan pola komunikasi verbal dibandingkan

menggunakan bahasa atau lambang nonverbal dalam berkomunikasi dengan

mahasiswa lokal. Mahasiswa asing yang tinggal di Wisma Universitas Negeri

Sebelas Maret Surakarta menggunakan lebih banyak bahasa verbal (dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Inggris, serta sedikit bahasa daerah masing-masing).

Penelitian ketiga dilakukan oleh Raden Gregorius Agung Aristrimuti

Widyadmaka (2018) yang berjudul Maksud Bahasa Nonverbal Jenis Kinestetik

Pada Manusia Etnis Jawa Dalam Upacara Pernikahan di Wonosari 30 November 2017-08 Maret 2018: Suatu Kajian Pragmatik. Penelitian ini memiliki dua rumusan

masalah, yaitu (1) wujud bahasa nonverbal apa saja yang sering digunakan

masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan pada saat berkomunikasi, (2)

maksud dan fungsi apa saja yang ingin disampaikan melalui bahasa nonverbal jenis

kinesik masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan. Dari rumusan

masalah yang dijabarkan tersebut, Raden Gregorius Agung Aristrimuti

Widyadmaka mendapatkan hasil analisisnya yang disimpulkan bahwa wujud

bahasa nonverbal kinesik kontak mata dalam upacara adat pernikahan masyarakat

etnis Jawa berjumlah tujuh data. Data (1) ijab bersalaman, (2) balangan tindakan

saling melempar daun sirih sebanyak tiga kali, (3) wiji dadi membasuh kaki

suami dan menempelkan telur didahi masing-masing pengantin, 4) sinduran

mertua perempuan membalutkan kain merah dan putih dipundak

pengantin dan mengantarkannya ke kursi pengantin, (5) kacar kucur suami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(25)

13

menuangkan beras dan istri menampung beras yang dituangkan oleh suami, (6)

dahar kembul makan bersama sambil bersuapan satu sama lain, dan (7)

sungkeman duduk bersimpu pada lutut orang tua mirip posisi menyembah secara

bergantian.

Penelitian keempat dilakukan oleh Yohanes Giovanni Krisna Widiprasetya

yang berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal Guru dan Siswa SMA Negeri 8

Yogyakarta pada Proses Pembelajaran: Suatu Kajian Pragmatik. Penelitian ini

memiliki tiga rumusan masalah yaitu, (1) wujud bahasa nonverbal apa saja yang

dipergunakan oleh guru dan siswa dalam kelas XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta,

(2) fungsi komunikatif bahasa nonverbal apa saja yang digunakan guru dan siswa

di dalam pembelajaran di kelas, dan (3) maksud bahasa nonverbal apa saja yang

digunakan guru dan siswa di dalam pembelajaran di kelas. Dari rumusan masalah

yang dijabarkan tersebut, Yohanes Giovanni Krisna Widiprasetya mendapatkan

hasil analisisnya yang disimpulkan, rincian wujud bahasa nonverbal berupa kinesik,

proksemik, paralinguisik, artifaktual. Sedangkan untuk fungsi mendapatkan data

berupa repetisi, subtitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.

Penelitian kelima dilakukan oleh Eriyanthy Noberta Sihaloho (2019) yang

berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal Guru-Siswa dalam Pembelajaran di Kelas:

Suatu Kajian Pragmatik. Penelitian ini memiliki tiga rumusan masalah yaitu, (1)

wujud bahasa nonverbal apa saja yang biasa dipakai oleh guru dan siswa dalam

proses pembelajaran kelas X di SMA Negeri 8 Yogyakarta, (2) ciri-ciri bahasa

nonverbal apa saja yang biasa dipakai oleh guru-siswa dalam pembelajaran di kelas

X di SMA Negeri 8 Yogyakarya, dan (3) maksud pemakaian bahasa nonverbal guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(26)

14

saat berkomunikasi dengan siswa kelas X SMA Negeri 8 Yogyakarta, dan (4) faktor

apa saja yang menyebabkan guru menggunakan bahasa nonverbal ketika berbicara

saat di kelas X SMA Negeri 8 Yogyakarta. Dari rumusan masalah yang dijabarkan

tersebut, Eriyanthy Noberta Sihaloho mendapatkan hasil analisisnya berdasarkan

ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan mata, dan sentuhan.

Seluruh wujud bahasa nonverbal tersebut, memiliki masing-masing maksud dan

tujuan saat digunakan. Dengan yang menyebabkan guru-siswa menggunakan

bahasa nonverbal. 1) Bahasa nonverbal sangat menentukan makna saat

berkomunikasi 2) Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan melalui pesan

nonverbal daripada pesan verbal, 3) Pesan nonverbal menyampaikan makna

kejujuran, 4) kebutuhan, 5) Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif

yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi dan 6)

Pesan nonverbal dapat menjadi kode rahasia.

Berdasarkan kelima penelitian relevan di atas, peneliti memberikan

kesimpulan. Peneliti melihat adanya persamaan dengan penelitian yang lain,

dengan judul penelitian ini “Penggunaan Bahasa Nonverbal pada Acara Televisi

Ini Talk Show Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik”. Persamaan topik penelitian

yang dilakukan oleh peneliti adalah pada objek substansial penelitian, yaitu

pemakaian bahasa nonverbal untuk berkomunikasi. Sementara itu, perbedaan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan

sebelumnya adalah difokuskan pada objek penelitian. Peneliti mengambil objek

sebuah acara televisi Ini Talk Show yang dapat ditonton oleh masyarakat dalam

penggunaan bahasa nonverbal untuk berkomunikasi. Selain itu subyek yang diteliti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(27)

15

juga berbeda, dalam penelitian ini subyek penelitian adalah pengisi acara Ini Talk

Show. Peneliti berharap hasil penelitian dapat memberikan dan memperluas

pengetahuan terkait bahasa nonverbal dalam berkomunikasi.

2.2 Landasan Teori 2.2.1. Bahasa

Bahasa merupakan hal terpenting dalam melakukan komunikasi

antarmanusia. Adanya bahasa dalam kehidupan ini, dapat memudahkan manusia

untuk saling berinteraksi. Penggunaan bahasa berfungsi sebagai ungkapan maksud

dan tujuan tertentu oleh penutur kepada mitra tuturnya. Bahasa adalah alat

komunikasi yang digunakan sesama manusia dalam berinteraksi melalui

pertukaran simbol-simbol linguistik baik verbal maupun nonverbal (Chaer, 2006).

Parera (2004:11), berpendapat bahasa merupakan suatu gejala sosial yang

digunakan untuk berkomunikasi antar sesama manusia.

Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk

menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh

pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui

bahasa yang diungkapkan. Bahasa mempunyai fungsi utama yaitu sebagai alat

komunikasi. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sesama manusia dalam

berinteraksi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik baik verbal maupun

nonverbal (Chaer, 2006). Bahasa sebagai media komunikasi agar lebih mudah

dipahami oleh pihak lain karena dapat mentransmisikan informasi dengan

menggunakan simbol-simbol bahasa (Amri, 2015).

Melalui teori bahasa yang diungkapkan oleh ketiga pakar tersebut, peneliti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(28)

16

dapat menarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat untuk membuat

kesepakatan dalam berkomunikasi antara penutur dan mitra tuturnya. Fungsi bahasa

bukan hanya untuk berkomunikasi saja. Akan tetapi, bahasa juga membuat manusia

dapat mewujudkan ekspresinya. Ekspresi tersebut bisa dengan ungkapan bahagia,

sedih, marah, dan kecewa. Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi

membuat penutur dan mitra tuturnya bisa saling tukar pikiran untuk

mengungkapkan tujuan dan opini dalam berdiskusi. Ungkapan bahasa tidak hanya

melalui bahasa verbal, tetapi ada juga ungkapan bahasa nonverbal yang tidak lepas

untuk komunikasi sehari-hari. Maka dari itu, bahasa sangat penting dalam

kehidupan. Bahasa seharusnya dipelajari dan dilatih, agar setiap orang dapat

berkomunikasi dengan masyarakat dikehidupan sehari-hari.

2.2.2. Bahasa Nonverbal

Bahasa nonverbal seringkali disebut sebagai bahasa yang tidak

menggunakkan kata-kata. Walaupun tidak menggunakan kata-kata, bahasa

nonverbal bisa disampaikan melalui gestur-gestur tertentu. Bahasa nonverbal juga

merupakan sebuah isyarat yang diungkapkan tanpa kata-kata baik disengaja

ataupun tidak disengaja. Hal ini tergantung pada konteks antara penutur dan mita

tuturnya. Konteks itu bertujuan agar pesan bahasa nonverbal lebih mudah dipahami

oleh mitra tuturnya.

Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam Mulyana (2012:343)

mendefinisikan komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali

rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu

dan penggunaan lingkungan oleh individu. Sehingga, mempunyai nilai pesan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(29)

17

potensial bagi pengirim atau penerima. Pada intinya, definisi ini mencakup perilaku

yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi

secara keseluruhan.

Pakar selanjutnya yang mendefinisikan bahasa nonverbal, yaitu Adler dan

Rodman dalam Sendjaja (1994: 227) bahasa nonverbal merupakan batasan yang

sederhana tentang komunikasi nonverbal merupakan langkah awal untuk

membedakan apa yang disebut dengan vocal communication yaitu tindakan

komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal communication yaitu tindak

komunikasi yang menggunakan kata-kata. West & Turner (2006:121)

mengungkapkan pesan komunikasi nonverbal ini meliputi seluruh aspek perilaku

manusia, seperti: cara berpakaian, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerakan tangan, dan

sebagainya.

Bahasa nonverbal merupakan komunikasi nonverbal sebagai penciptaan dan

pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang

menggunakan gerakan tubuh, sikap, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak,

dan sentuhan. Pendapat lain diungkapkan oleh (Hudjana, 2003). Teori lain

dikemukakan oleh Mulyana (2008:158) menyatakan bahasa tubuh adalah salah satu

aspek komunikasi nonverbal di samping aspek-aspek komunikasi nonverbal

laiinnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan waktu. Bahasa nonverbal

merupakan makna pragmatik metaforis dapat menggambarkan status sosial

seseorang, seperti kedudukan dalam manusia, asal keturunan, atau jumlah

kekayaan. Semua itu menggambarkan bahasa nonverbal (Pranowo, 2019).

Klasifikasi bahasa nonverbal menjadi beberapa bagian yaitu (1) body PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(30)

18

behavior (sikap tubuh), (2) general appearance and dress (asesoris umum dan

pakaian), (3) body movement (gerak tubuh), posture (postur), (4) space and distance

(jarak dan spasial), silence (kesunyian), (5) signs and symbols (tanda dan simbol)

(Haiyang Wang, 2009). Pendapat pakar lain juga berpendapat sama yang

menyatakan bahwa bahasa nonverbal disampaikan bukan dengan kata-kata tetapi

melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa

isyarat atau body language (Solihin, 2010). Selain itu, penggunaan bahasa

nonverbal dapat melalui kontak mata, pakaian, potongan rambut dan lain

sebagainya.

Melalui teori bahasa nonverbal yang diungkapkan oleh para pakar di atas,

peneliti menyimpulkan bahwa bahasa nonverbal secara garis besar ditunjukkan

melalui sikap tubuh dan gerakan-gerakan ekspresi lainnya. Sebagian besar pakar

mengatakan bahwa bahasa nonverbal memang tidak diungkapkan dengan kata-kata,

melainkan dari penampilan bahkan status sosial seseorang dapat dikatakan

sebagai bahasa nonverbal. Maka dari itu, peneliti menyatakan bahwa bahasa

nonverbal dapat dilihat melalui gerakan-gerakan tubuh saja, termaksud penampilan

seseorang.

2.2.3. Wujud Bahasa Nonverbal

Wujud merupakan keadaan yang dapat terlihat dari luar, dapat dirasakan

bentuknya maupun diraba. Wujud bahasa nonverbal ini tentunya dapat dilihat dan

dirasakan oleh penutur maupun mitra tuturnya. Melalui wujud bahasa nonverbal,

mempermudah mitra tutur untuk memahami konteks yang dibicarakan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(31)

19

penutur. Gerakan nonverbal agar dapat disebut sebagai bahasa nonverbal harus

memenuhi dua syarat, yaitu (1) gerakan itu harus dikaitkan dengan beberapa makna

pragmatik, dan (2) hubungan gerakan itu harus dapat dipahami oleh mitra tutur

(Krauss, Chen, & Chawla, 1996).

Bahasa nonverbal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dinamis dan statis (Hu,

2014). Bahasa nonverbal dinamis adalah bahasa tubuh beserta anggota tubuh

disertai gerakannya, seperti kontak mata, gerakan anggota badan (misalnya ekspresi

wajah, gerakan mata, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan badan), atau

kombinasi yang satu dengan yang lain untuk mengungkapkan makna pragmatik

penutur. Sementara itu, wujud bahasa nonverbal statis adalah bagian tubuh yang

mengandung makna pragmatik, seperti postur tubuh, raut muka, warna kulit, warna

rambut, dan lain-lain yang dimiliki oleh penutur (Botting, 2005; Lapakko, 2007;

Zhou, 2009).

Teori lainnya ditulis oleh (Sendjaja, 1994:617) yang mengkategorikanwujud

bahasa nonverbal yaitu vocalics atau paralanguage, kinesic, mencakup gerakan

tubuh, lengan, dan kaki serta ekspresi wajah (facial expression), perilaku mata (eye

behavior), lingkungan yang mencakup objek benda dan artefak, proxemics yang

merupakan ruang pribadi, sentuhan (haptics), penampilan fisik (tubuh dan cara

berpakaian), chronomics (waktu) dan olfaction (bau). Agar sesuai dengan penelitian

ini, maka dari itu peneliti memilih empat bagian teori wujud bahasa nonverbal yang

ditulis oleh Sasa Djuarsa Sendjaja, yaitu:

2.2.3.1 Kinesik

Kinesik menjadi bagian yang utama dari bahasa nonverbal. Gerakan kinesik pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(32)

20

umumnya seperti gerakan jari tangan, gerak tubuh, sikap tubuh, ekspresi wajah

dan lain sebagainya. Menurut Hidayatullah Syarif (2016:6) mengemukakan

kinesik merupakan bahasa tubuh. Hampir semua kebudayaan di dunia bertumpu

pada kinesik dalam menyampaikan informasi dan pesan. Dalam komunikasi

nonverbal, kinesik meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh.

a. Gerak tubuh (kepala, tangan, kaki)

Gerak tubuh mencakup semua gerakan-gerakan yang menjadi tanda bahasa

nonverbal. Misalnya yang sesuai pada budaya kita saat ini, ketika penutur

menyetujui perkataan mitra tuturnya dengan mengatakan ‘iya’ penutur dengan reflek menggerakkan kepala ‘mengangguk’ tanda setuju, atau jika menolak dengan

mengatakan ‘tidak’ penutur ‘menggelengkan kepala’.

Begitu juga dengan gerakan tangan. Gerakan tangan sering sekali dilakukan

saat berbicara bahasa nonverbal, misalnya ketika penutur sedang menceritakan

tentang luasnya sebuah rumah penutur melebarkan tangannya yang menjelaskan

seolah-olah rumah itu sangat luas.

Gerakan kaki juga menjadi simbol bahasa nonverbal. Misalnya, penutur

sedang mempraktikan cara-cara menendang bola kepada mitra tuturnya. Dengan

jelas penutur memberikan gestur kaki yang sedang menendang bola.

b. Ekspresi wajah

Manusia sesungguhnya tidak dapat lepas melalui ekspresi wajah. Pada

kenyataanya, manusia juga sulit menyembunyikan ekspresi wajah yang

dirasakannya. Ekspresi wajah dapat menunjukkan sebuah pesan melalui rasa dan

emosi yang dirasakan oleh manusia. Pesan yang dirasakan itu dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(33)

21

mengungkapkan rasa hatinya bisa melalui ekspresi wajah bahagia, sedih, marah

atau kecewa. Maka dari itu, ekspresi wajah termaksud komunikasi nonverbal

karena dapat menyampaikan pesan didalamnya. Dale G. Leathers (dalam Rakhmat,

2004) mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan wajah yaitu, wajah

mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tidak senang, wajah

menunjukan komunikator memandang objeknya baik atau jelek, wajah

mengkomunikasikan berminat atau tidak berminat pada orang lain atau pada

lingkungan, wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu

situasi, wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap

pernyataannya sendiri, wajah mengkomunikasikan adanya atau kurangnya

pengertian. Ekspresi wajah dalam hal ini meliputi pengaruh raut wajah yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu

pesan.

c. Isyarat

Gerak isyarat (gesture) tubuh dan postur mengandung sebuah informasi,

isyarat juga mengandung sebuah makna terutama ketika kedua belah pihak yang

berinteraksi memahami konteksnya, khususnya jika mengenali kulturnya (Shelley

E. Taylor dkk, 2009). Isyarat seringkali dilakukan pada saat melakukan komunikasi

dan menjadi bahasa alternatif verbal. Apalagi disaat kondisi yang memang tidak

memungkinkan untuk melakukan pembicaraan. Melalui bahasa isyarat terdapat

kode-kode tertentu yang ditandai oleh penutur kepada mitra tuturnya. Hal ini dapat

dilakukan dengan isyarat menggunakan tangan, gerak tubuh, dan ekspresi wajah.

d. Sikap tubuh

(34)

22

Sikap badan atau postur merupakan posisi dan gerakan tubuh. Istilah lainnya

untuk sikap badan dalam bahasa Indonesia adalah postur. Seringkali postur

berfungsi untuk menyampaikan informasi mengenai adanya penuh perhatian, rasa

hormat dan penuh kekuasaan (Budyatna dkk, 2011). Bahasa nonverbal sikap tubuh

ini menunjukkan semua sikap yang dilakukan oleh penutur saat melakukan

komunikasi. Sikap tubuh lebih menyampaikan pesan melalui gestur yang reflek

dilakukan (secara alamiah) dan mitra tutur memahami pesan dari bahasa nonverbal

ini. Teori yang didukung oleh (Hidayatullah Syarief, 2016:6) bahwa termaksud

bahasa nonverbal karena meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap

tubuh.

2.2.3.2 Proksemik

Selain gestur-gestur yang dapat dikatakan sebagai bahasa nonverbal, ternyata

jarak komunikasi antara penutur dan mitra tuturnya termaksud kategori tersebut.

Secara garis umum proksemik merupakan suatu jarak yang digunakan saat

berkomunikasi. Jarak ini dilihat dengan posisi penutur dan mitra tutur berdekatan

atau berjauhan. Sehingga dapat dikatakan prosemik ini, hubungan antara penutur

dan mitra tuturnya dapat dilihat kedekatannya melalui sebuah jarak komunikasi.

Menurut Edward T. Hall (dalam Mulyana, 2005) penggunaan ruang

berhubungan erat dengan kemampuan bergaul dengan sesama manusia dan

penentuan keakraban antara diri dengan orang lain. Berdasarkan pengamatannya,

Hall menentukan empat jarak bergerak manusia:

1. Jarak intim, 0-18 inci (<0,5m)

Jarak ini merupakan jarang paling intim. Jarak ini, dapat dilakukan ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(35)

23

seseorang sedang bersentuhan, berbisik, bergandengan, merangkul. Pada jarak

intim, penutur dan mitra tuturnya dapat merasakan panas, dan bau tubuhnya.

2. Jarak pribadi (personal), 18 inci – 4 kaki

Jarak pribadi merupakan jarak yang memfokuskan pada pandangan matadan

suara. Dalam jarak ini, penutur dan mitra tutur masih ada hubungan kedekatan dan

menunjukkan keakraban satu sama lain. Jarak pribadi ini lebih tepat digunakan

ketika teman atau sedang bercerita atau sedang berdiskusi tentang pelajaran.

3. Jarak sosial, 4 – 10 kaki

Pada jarak sosial, seseorang mengetahui bahwa ada yang memasuki batas

wilayahnya atau dapat mengetahui kehadiran orang lain. Jarak sosial ini seseorang

dapat melihat secara keseluruhan penampilan orang lain. Misalnya, pada suasana

rapat Kketika seseorang yang mengetahui jika ada yang tidak hadir dalam rapat

tersebut dan tidak menjadikannya ketidak hadiran seseorang tersebut sebagai

masalah. Berusaha untuk tidak menekankan orang lain.

4. Jarak publik, 10 kaki – tidak terbatas

Jarak publik merupakan jarak yang memahami situasi dan menyesuaikan

dengan wilayah tersebut. Jarak publik biasanya dilakukan dalam suasana pertemuan

massa.

2.2.3.3 Paralinguistik

Berkaitan dengan komunikasi, penyampaian pesan sangat penting untuk

mencapai tujuan tertentu. Agar tujuan tersebut tercapai, pentingnya vokal suara

dalam penyampaian sebuah informasi sangat penting supaya tidak menjadi salah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(36)

24

mengartikannya. Paralinguistik merupakan unsur vokal (kualitas suara) atau

intonasi (tinggi-rendahnya suara), tempo bicara, gaya verbal (dialek), serta interaksi

(perilaku ketika melakukan komunikasi. Apabila paralinguistik ini lebih

memfokuskan pada tinggi rendahnya intonasi suara, dialek bahasa, kecepatan

berbicara, tawa dan tangisan (Jalaluddin Rakhmat, 2004). Artinya, paralinguistik

mengarah pada pengucapan bahasa verbal. Paralinguistik memiliki tujuan yaitu

agar mitra tuturnya tidak salah mengartikan pesan yang diterima. Hal itu terjadi

karena setiap pesan yang diterima dan dilakukan dengan intonasi berbeda dapat

tangkap arti yang berbeda pula. Contohnya jika seseorang ingin menolak dengan

mengatakan “tidak” secara keras atau lantang, mitra tutur yang menerima pesan tersebut mengartikan bahwa penolakan “tidak” tersebut marah. Sebaliknya, jika penutur mengatakan “tidak” secara halus. Pesan yang diterima oleh mitra tutur itu berbeda dan diterima dengan baik.

2.2.3.4 Artifaktual

Artifaktual merupakan wujud komunikasi yang berlangsung melalui pakaian

dan penataan sebagai artefak misalnya pakaian, dandanan, barang hiasan, kancing

baju, atau furniture di rumah penataannya, ataupun dekorasi suatu ruangan

(Istiyanto, 2010:16). Sebagai contoh, pegawai Indomaret diwajibkan memakai

seragam bertuliskan lambang “Indomaret”. Tujuannya, agar dikenal melalui cara berpakaian sebagai pegawai yang bekerja di Indomaret.

2.2.4. Fungsi Bahasa Nonverbal

Fungsi bahasa nonverbal bertujuan sebagai pelengkap dalam komunikasi.

Berikut ini pakar Mark L. Knapp dalam (Nina Syam, 2011) menyebut lima fungsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(37)

25

bahasa nonverbal:

a Fungsi repetisi: Fungsi repetisi yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah

disajikan secara verbal. Misalnya, seseorang mengatakan “nih liatin saya, gerakan main golf seperti ini” dengan gestur tangan seolah-olah sedang memegang tongkat golf.

b Fungsi subtitusi: Fungsi subtitusi dapat menggantikan lambang-lambang

verbal. Misalnya, seorang penutur kepada mitra tuturnya mengeluarkan gestur ibu

jari yang menandakan baik atau bagus.

c Fungsi kontradiksi: Menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain

terhadap pesan verbal. Misalnya, penutur memberikan sindiran kepada mitra

tuturnya dengan mencibir “pintar banget ya kamu” tetapi dalam bentuk sarkas.

d Fungsi komplemen: Melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.

Misalnya, ketika penutur melihat hewan yang ditakutinya ekspresi penutur

tersebut menunjukkan wajah yang sangat ketakutan. Ketakutan tersebut dilihat

dari ekspresinya tanpa mengungkapkan kata-kata.

e Fungsi Aksentuasi: Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.

Misalnya, mengungkapkan rasa kekesalannya dengan membanting sepeda.

Melalui pemaparan fungsi bahasa nonverbal, sudah dapat dipastikan bahwa

pentingnya sebuah komunikasi terlebihnya verbal dan nonverbal. Fungsi bahasa

nonverbal di atas juga dapat diartikan sebagai bagian bahasa verbal. Melalui fungsi

di atas, terasa saling menguatkan dan melengkapi hubungan antara bahasa verbal

dan nonverbal. Sebuah pesan yang diterima dengan bahasa verbal, tentunya akan

dilengkapi pesan-pesan secara bahasa nonverbal baik dalam wujud atau fungsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(38)

26

bahasa nonverbal itu sendiri karena setiap tuturan akan ada bahasa nonverbal

didalam komunikasi tersebut

2.2.5. Pragmatik

Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari terkadang mempunyai arti,

makna, dan tujuan yang berbeda. Dalam kehidupan, manusia juga sering

menyampaikan tuturan dengan maksud dan tujuan tertentu yang terkadang

mempunyai makna berbeda jika ditafsirkan salah oleh pendengar. Maka dari itu,

tujuan dari ilmu Pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik mengkaji tentang sebuah

makna dari setiap tuturan.

Purwo (1990:16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna

tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan

memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan

mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi

(Purwo, 1990:31). Pragmatik sebagaimana yang telah diperbincangkan di Indonesia

dewasa ini, paling tidak dapat dibedakan atas dua hal, yaitu (1) pragmatik sebagai

sesuatu yang diajarkan, (2) pragmatik sebagai suatu yang mewarnai tindakan

mengajar. Bagian pertama masih dibagi lagi atas dua hal, yaitu (a) pragmatik

sebagai bidang kajian linguistik, dan (b) pragmatik sebagai salah satu segi di dalam

bahasa atau disebut ‘fungsi komunikatif’ (Purwo, 1990).

Wijana (1992:2) dalam bukunya Dasar-Dasar Pragmatik mengemukakan

bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam

komunikasi. Menurut Pranowo (2014:64) kajian bahasa secara pragmatik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(39)

27

merupakan kajian dari linguistik. Keduanya mengkaji bahasa, namun yang menjadi

pembeda ialah linguistik mengkaji secara internal dan pragmatik mengkaji secara

eksternal. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur

(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya

studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan

orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau

frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri (Yule, 2006).

Melalui teori pragmatik yang ditemukan oleh pakar tersebut, peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa pragmatik merupakan bagian dari ilmu linguistik yang

mempelajari tentang tuturan. Tuturan tersebut jika diutarakan dapat memiliki

makna yang berbeda. Maksud dari makna yang berbeda ini tergantung pada mitra

tutur saa menerima konteks dari tuturan tersebut. Seperti yang telah diungkapkan

salah satu pakar di atas, pragmatik merupakan hal yang biasa dilakukan saat

berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari ini termaksud

dalam lingkungan sekitar agar makna yang disampaikan tidak keliru, sehingga

faktor lingkungan sekitar juga menentukan. Melalui data yang diambil oleh peneliti

tentang acara Ini Talk Show, sebagian besar konteks tuturan dipengaruhi oleh

lingkungan dan tema acaranya. Walaupun, terkadang penutur dan mitra tutur sering

terjadi kesalahpahaman makna yang biasa terjadi dalam kehidupan. Hal terpenting

selanjutnya selain faktor lingkungan, yaitu konteks tuturan. Pada konteks tuturan

harus memiliki makna dan tujuan yang jelas, agar mitra tutur yang mendengarkan

dapat menerima pesan komunikasi verbal maupun nonverbal dengan baik.

2.2.6. Konteks Pragmatik dalam Bahasa Nonverbal

(40)

28

Bahasa terikat dengan konteks. Adanya konteks ini, setiap tuturan akan ada

penjelasan makna yang diucapkan agar lebih mudah untuk menafsirkannya.

Sebagai contoh, ketika seorang mahasiswa yang sedang sedih karena mendapatkan

nilai kurang memuaskan saat Ujian Akhir Semester dibandingkan dengan seorang

mahasiswa yang sedih karena mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa

berprestasi di kampusnya. Hal ini menunjukkan kedua konteks sedih tersebut

berbeda. Konteks mahasiswa satu yang sedih karena mendapatkan nilai yangjelek,

sedangkan mahasiswa kedua yang sedih karena bahagia dengan penghargaan

mahasiswa berprestasi. Melalui contoh sederhana dengan wujud ekspresi tersebut,

konteks juga sangat penting dalam penggunaan bahasa nonverbal. Leech (1993)

berpendapat bahwa pragmatik secara praktis dapat didefinisikan sebagai studi

mengenai makna ujaran dalam situasi- situasi tertentu. Pada dasarnya akan sulit

mendapatkan definisi yang lengkap mengenai pragmatik jika konteks tidak

disebutkan, maka dari itu konteks dikategorikan lagi lebih dalam menutur teori

yang dipaparkan oleh Song.

Menurut Song (2010) mengemukakan bahwa konteks meliputi konteks

linguistik (co-teks) dan konteks di luar linguistik, seperti konteks situasi, konteks

sosial, konteks societal, dan konteks budaya. Konteks dalam pragmatik selalu

berupa pemakaian bahasa (ekstralingual) yang ada pada penutur dan mitra tutur dan bukan di dalam teks (intralingual). Song (2010) “I would like to divide context into

linguistic context, situational context, and cultural context”. Song memberikan

definisi bahwa konteks terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya: (1) konteks

linguistik adalah konteks yang berada dalam lingkup intralingual berupa kata, frase, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(41)

29

kalimat, dan paragraf, (2) konteks situasional adalah konteks yang mengacu pada

lingkungan, waktu, dan tempat, dan (3) konteks budaya adalah latar belakang

budaya yang bisa mempengaruhi berupa status sosial, jenis kelamin, usia,

pemahaman kebudayaan, dan lain sebagainya. Melalui pengertian ini, peneliti

hanya memilih konteks situasional dan konteks budaya. Melalui kedua konteks

tersebut yang relevan dengan penelitian ini.

Konteks situasi menurut Song (2010) berpendapat “situation context, or

context of situation, refers to the environment, time and place, etc”. Melalui teori

tentang konteks situasi tersebut, Song (2010) terdiri dari tiga komponen yaitu

tempat (field), maksud (tenor), dan lingkungan (mode). Field (lapangan) adalah

yang mengacu pada aktivitas tuturan terjadi atau lebih tepatnya apa yang ingin

dibicarakan atau dimaksudkan dari penutur ke mitratutur disebut lapangan (field).

Tenor adalah kaitan (hubungan keakraban) penutur dan mitra tutur dalam hubungan

sosialnya dan tenor juga bisa dimaksudkan sebagai peran dan hubungan antara

mitra tutur dan penutur keakraban, usia, mengenal, dan lain sebagainya. Terakhir

yang diungkapkan oleh pakar Song (2010) tentang mode (lingkungan keadaan)

yaitu kondisi atau situasi ini dikomunikasikan kondisi formal atau tidak formal

dalam situasi marah, sedih, bahagia.

Konteks budaya menurut Song (2010) “Cultural context refers to the culture,

customs and background of epoch in language communities in which the speaker participate. Languange is a social phenomenon, andit is closely tied up withsocial structure and value system of society. Therefore, language can not avoid being influenced by all these factors like social role, social status, sex and age, etc”.

(42)

30

Melalui konteks kebudayaan yang dipaparkan oleh Song (2010) bahwa adat-

istiadat, peran status sosial, perbedaan jenis-kelamin, dan umur menjadi faktor yang

berpengaruh dalam komunikasi.

Melalui pemaparan teori tentang konteks pragmatik, peneliti menyimpulkan

bahwa konteks pragmatik dan bahasa nonverbal saling berkaitan. Hal ini

didukung ketika penutur dan mitra tuturnya saling berkomunikasi. Agar tidak

muncul prespsi makna lainnya, maka tujuan dari konteks pragmatik pada bahasa

nonverbal ini mengetahui maksud dari tuturan yang dibicarakan. Selain maksud

tuturan, konteks yang dibicarakan juga harus sesuai dengan situasi saat terjadinya

tuturan tersebut. Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat setiap konteks yang

ada dalam gelar wicara Ini Talk Show, yang setiap harinya juga menampilkan

tema yang berbeda- beda.

2.2.7. Acara Ini Talk Show

Ini Talk Show merupakan acara gelar wicara dengan genre menghibur baik

bagi penonton maupun bintang tamu yang diundang pada acara tersebut. Acara ini

bertemakan dengan suasana rumah-rumah yang berisikan Sule, Andre, Nunung,

Komeng, Sahila Hisyam, Haji Bolot, Bopak Catello, dan Opie Kumis. Pengisi acara

ini mempunyai peran masing-masing. Misalnya, Sule sebagai host dan Andre

sebagai conssultant host. Nunung berperan sebagai tetangga Sule, Komeng, dan

Bopak Castello sebagai conssultant host. Haji Bolot sebagai Pak RT dan Opie

Kumis sebagai hansipnya. Sahila Hisyam sebagai asisten rumah tangga.

Acara Ini Talk Show menghadirkan bintang tamu dan biasanya memiliki tema

yang berbeda-beda setiap harinya. Bintang tamu juga biasanya ditanyakan tentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(43)

31

persoalan-persoalan yang sedang terjadi di tengah manusia luas. Menurut Morisson

(2010:28) berpendapat bahwa biasanya mereka yang diundang adalah orang-orang

yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan

atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas. Acara Ini Talk Show

juga merupakan garapan Comedy Night with Kapil yang ditayangkan di Colors

saluran televisi di India. Ini Talk Show telah memiliki izin dari produksi Comedy

Night with Kapil untuk ditayangkan.

Pada penelitian ini, peneliti mengambil data acara Ini Talk Show periode

bulan Mei 2020 yang semua episode tersebut bertemakan suasana ramadhan dan

puasa. Tidak hanya sekedar menghibur bintang tamu dan penonton, acara Ini Talk

Show juga ada segmen kuis yang bertujuan membagikan hadiah berupa uang tunai

kepada penonton di rumah. Acara Ini Talk Show tayang setiap Senin-Jumat pukul

19.00-21.00. Acara ini sangat menghibur dan cocok ditonton bersama keluarga di

rumah.

(44)

32

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian yang berjudul “Penggunaan Bahasa Nonverbal pada Acara

Televisi Ini Talk Show Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik akan menganalisis

bahasa nonverbal melalui kajian teori pragmatik, wujud bahasa nonverbal dan

fungsi bahasa nonverbal sebagai acuannya. Pada teori pragmatik, peneliti

menggunakan teori yang dikemukakan oleh George Yule, sedangkan wujud bahasa

nonverbal dan fungsi bahasa nonverbal akan menggunakan teori yang dikemukakan

oleh Sendjaja (1994) dan Mark L. Knapp dalam (Nina Syam, 2011) .

Penggunaan Bahasa Noverbal Pada Acara Televisi Ini Talkshow

Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik

Kajian Pragmatik

Wujud penyampaian bahasa nonverbal pada

acara Ini Talkshow

Makna pragmatik Fungsi penyampaian

bahasa nonverbal pada acara Ini

Talkshow

Gambar

Tabel 1.1 Tabel Instrumen Data Wujud Bahasa Nonverbal  No  Gambar Bahasa  Nonverbal  Data Bahasa Verbal  Wujud Bahasa Nonverbal  Konteks  1
Tabel 1.2 Tabel Instrumen Data Fungsi Bahasa Nonverbal  No  Gambar Bahasa  Nonverbal  Data Bahasa Verbal  Fungsi Bahasa Nonverbal  Konteks  1
Tabel 4.1: tabel analisis data

Referensi

Dokumen terkait

Denagan aneka makanan dan minuman yang enak dan segar dengan harga yang bias dicapai oleh semua golongan masyarakat sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan ketertarikan saya

Fasilitas yang disediakan oleh penulis dalam perancangan ini adalah kapel sebagai tempat berdoa baik bagi komunitas maupun masyarakat sekitar, biara dengan desain interior

Kata hasud berasal dari berasal dari bahasa arab ‘’hasadun’’,yang berarti dengki,benci.dengki adalah suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan

[r]

“ STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SUBJECTIVE WELLBEING PADA LANSIA PENDERITA PENYAKIT KRONIS YANG MENGIKUTI PROLANIS DI PUSKESMAS ‘X’ KOTA BANDUNG “. Universitas Kristen

[r]

Konselor :”Sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita dapat Bapak simpulkan bahwa Anda mempunyai kesulitan untuk berkomunikasi dalam belajar oleh karena itu mulai besok anda

Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik