PENGGUNAAN BAHASA NONVERBAL PADA ACARA TELEVISI INI TALK SHOW PERIODE MEI 2020: KAJIAN PRAGMATIK
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun Oleh:
Bernadet Alexandra Priliandari 161224066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2020 i
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria, yang selalu menguatkan dan melancarkan saya
dalam proses penyusunan skripsi ini.
2. Kedua orang tua tersayang Bapak Donatus Jhon dan Ibu Yustina Wahyu
Wulandari, yang selalu mendoakan, memberi dukungan, mengingatkan saya, dan
mengantarkan saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. yang telah membimbing dan
memberikan dukungan kepada saya dalam proses penyusunan skripsi ini, dari awal
hingga akhir pengerjaan skripsi ini.
4. Para dosen dan staf program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
yang telah mengajar dan membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.
5. Pacar saya Paulus Robert Junior Ambarita yang selalu ada buat saya,
memberikan semangat, dukungan, dan bantuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat perjuangan saya terutama Aurachicka Meyrashella, Flavia
Paretha Yannanda Putri, Rangga Herdyawan, Cornelius Afrian Pascario, dan
teman-teman PBSI Angkatan 2016 kelas B yang sudah membantu saya, memberi
dukungan dan semangat kepada saya.
7. Sahabat SMA yang berada di Yogyakarta Natalia Dinda dan Willy Douglas
yang sudah memberikan dukungan dan semangat mengerjakan skripsi ini.
8. Sahabat perjuangan radio Masdha FM Grace Shintia Welson dan Rashelly
iv
MOTO
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)
“Akan selalu ada rasa sakit sebelum kau merasakan kesenangan dan kemenangan, jadi nikmatilah perjalanannya.”
(Kim Hanbin – ex iKon)
Segala sesuatu akan tiba pada waktunya. Ada waktu untuk menabur, ada waktu
untuk menuai.
(Bernadet Alexandra Priliandari)
vi
ABSTRAK
Priliandari, Bernadet Alexandra. 2020. Penggunaan Bahasa Nonverbal pada Acara Televisi Ini Talk Show Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini membahas tentang pemakaian bahasa nonverbal yang dilakukan oleh para pengisi acara Ini Talk Show. Karena umumnya, gelar wicara identik dengan bahasa verbal saja. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membahas bagaimana wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal dan makna pragmatik yang dilakukan oleh pengisi acara saat terjadinya proses komunikasi itu berlangsung. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data simak dan catat. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri yang merupakan alat pengumpul data utama. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada empat tahap yaitu, (1) identifikasi data, (2) klasifikasi, (3) interpretasi, dan (4) pelaporan dalam bentuk skripsi. Hasil analisis dan pembahasan yang telah peneliti lakukan menghasilkan tiga hal penting yaitu pertama, peneliti menemukan wujud bahasa nonverbal yang diantaranya wujud bahasa nonverbal kinesik, wujud bahasa nonverbal proksemik, wujud bahasa nonverbal paralinguistik, dan wujud bahasa nonverbal artifaktual.
Kedua, peneliti menemukan lima fungsi bahasa nonverbal yang diantaranya fungsi
repetisi, fungsi subtitusi, fungsi kontradiksi, fungsi komplemen, dan fungsi aksentuasi. Ketiga, peneliti menemukan maksud bahasa nonverbal yang dilakukan oleh para pengisi acara Ini Talk Show seperti, mempermudah penutur dan mitra tutur menerima pesan yang disampaikan, menghibur para penonton yang menikmati acara ini, mempertegas ungkapan secara verbal, dan penutur dapat mengekspresikan diri dalam berkomunikasi.
Kata kunci: Bahasa nonverbal, wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal, maksud bahasa nonverbal.
ix
ABSTRACT
Priliandari, Bernadet Alexandra. 2020. The Use of Nonverbal Language in
Television Program Ini Talk Show for the Period of May 2020: A Pragmatic Study. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Literature Education,
Department of Language and Arts Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research discusses the use of nonverbal language by the performers of Ini Talk Show. Because generally the talkshow is identical with verbal language only. This study aims to discuss how nonverbal language forms, nonverbal language functions and pragmatic meanings performed by the performers during the communication process. This research uses descriptive qualitative research, with the observation and note taking data collection technique. The instrument in this research is the researcher herself who is the main collector data tool. The data analysis used in this research consists of four phases, namely, (1) data identification, (2) classification, (3) interpretation, and (4) reporting in the form of a thesis.
The results of the analysis and study that the researchers have done generated in three important things, first, the researcher found four forms of nonverbal language, including the form of kinesic nonverbal language, the proxemic nonverbal language, language form nonverbal paralinguistic, and the artificial nonverbal language. Second, the researcher found five nonverbal language functions, including the repetition function, the substitution function, the contradiction function, the complement function, and the accentuation function. Third, the researcher found the meaning of nonverbal language carried out by the performers of Ini Talk Show, such as, making it easier for speakers and speech partners to receive the messages delivered, entertaining the audience who enjoyed this event, emphasizing verbal expressions, and speakers can express themselves in communicating.
Key words: nonverbal language, nonverbal language form, nonverbal language
function, meaning of nonverbal language.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
berkat, kasih, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Penggunaan Bahasa Nonverbal pada Acara Televisi Ini Talk Show
Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa adanya doa, bantuan, dukungan, bimbingan, dan kerja sama dari banyak
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak tersebut yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan,
dorongan, dan pastinya kerjasama yang sangat berarti bagi penulis. Sehubungan
dengan itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah mengesahkan
skripsi penulis.
2. Dr. R Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini dan sebagai triangulator
untuk penelitian ini.
3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
xiii
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang
telah memberikan izin terkait segala kebutuhan penelitian.
4. A. Danang Satria Nugraha, M.A., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta yang telah memverifikasi poin kegiatan kemahasiswaan penulis.
5. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pimbimbing yang selalu membimbing,
mengarahkan, dan memberikan berbagai masukan positif kepada penulis
dengan penuh kesabaran dari proses awal sampai akhir penulisan.
6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Sanata Dharma yang telah berkenan membekali ilmu kepada
penulis dengan sabar, dan penuh dedikasi.
7. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan urusan
administrasi.
8. Kedua orang tua, Bapak Donatus Jhon dan Ibu Yustina Wahyu Wulandari,
yang selalu mendoakan, memberi dukungan, mengingatkan saya, dan
mengantarkan saya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan penulis Aurachicka Meyrashella, Flavia Paretha
Yannanda Putri, Rangga Herdyawan, Cornelius Afrian Pascario, dan teman-
teman PBSI Angkatan 2016 kelas B yang sudah membantu saya, memberi
dukungan dan semangat kepada penulis.
10. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam proses menyelesaikan skripsi
xiv
ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat
memberikan manfaat terkhusus di bidang akademis dan dapat digunakan dengan
sebaik-baiknya.
Yogyakarta, 15 Desember 2020
Bernadet Alexandra Priliandari
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... vi
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ...x
KATA PENGANTAR ...13
DAFTAR ISI ...14
BAB I PENDAHULUAN ...1
10.1 Latar Belakang Masalah ...1
10.2 Rumusan Masalah ...6
10.3 Tujuan Penelitian ...6
10.4 Manfaat Penelitian ...6
10.5 Batasan Istilah ...7
10.6 Sistematika Penyajian ...8
BAB II LANDASAN TEORI ...10
2.1 Penelitian yang Relevan ...10
2.2 Landasan Teori ...15
2.2.1. Bahasa ...15
xiv
2.2.2. Bahasa Nonverbal ...16
2.2.3. Wujud Bahasa Nonverbal ...18
2.2.4. Fungsi Bahasa Nonverbal ...24
2.2.5. Pragmatik ...26
2.2.6. Konteks Pragmatik dalam Bahasa Nonverbal...27
2.2.7. Acara Ini Talk Show ...30
2.3 Kerangka Berpikir ...32
BAB III METODE PENELITIAN ...34
3.1 Jenis Penelitian ...34
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ...35
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...35
3.4 Instrumen Data Penelitian ...36
3.5 Teknik Analisis Data ...37
3.6 Triangulasi Data ...39
BAB IV HASIL PENELITIAN ...41
4.1 Deskripsi Data ...41
4.2 Hasil Penelitian ...43
4.2.1 Wujud Bahasa Nonverbal ...44
1. Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik ...45
2. Wujud Bahasa Nonverbal Proksemik ...66
3. Wujud Bahasa Nonverbal Paralinguistik ...79
4. Wujud Bahasa Nonverbal Artifaktual ...89
xv
4.2.2 Fungsi Bahasa Nonverbal ...94
1. Fungsi Bahasa Nonverbal Repetisi ...95
2. Fungsi Bahasa Nonverbal Subtitusi ...98
3. Fungsi Bahasa Nonverbal Kontradiksi ...100
4. Fungsi Bahasa Nonverbal Komplemen ...105
5. Fungsi Bahasa Nonverbal Aksentuasi ...106
4.2.3 Maksud (Makna Pragmatik) ...109
4.3 Pembahasan ...201
BAB V PENUTUP ...211
5.1 Kesimpulan ...211
5.2 Saran ...213
DAFTAR PUSTAKA ...214
TRIANGULASI DATA PENELITIAN ...217
BIOGRAFI PENULIS ...253
xvi
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Instrumen Data Wujud Bahasa Nonverbal Kerangka Berpikir Penelitian ... 37
Tabel 1.2
Instrumen Data Fungsi Bahasa Nonverbal ... 43
Tabel 1.3
Instrumen Data Maksud (Makna Pragmatik) ... 43
xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, manusia tidak dapat lepas dari komunikasi. Dengan
adanya komunikasi ini, manusia saling berinteraksi satu sama lain. Menurut Setiadi
dkk (2013) pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari
hubungan satu dengan yang lain, dimana kelakuan antar individu saling
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau
sebaliknya. Setelah menjalin interaksi, tentunya ada sebuah bahasa didalamnya.
Manusia menjalin interaksi satu sama lain dengan bahasa yang masing-masingnya
dapat memahami, agar terbentuknya komunikasi dua arah yang sesuai dengan
harapan masing-masing individu.
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sesama manusia dalam
berinteraksi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik baik verbal maupun
nonverbal (Chaer, 2006). Dari pendapat yang diungkapkan oleh beberapa para
ahli dapat disimpulkan bahwa bahasa sangat penting untuk menciptakan
komunikasi dua arah yang maksimal untuk saling berintekasi. Selain berinteraksi,
bahasa juga menjadi sarana untuk mengetahui atau mendapatkan informasi
tertentu. Pada umumnya, bahasa adalah sesuatu yang diucapkan atau dituturkan
sehari-hari oleh manusia. Akan tetapi, bahasa tidak hanya melalui ucapan lisan dan
tertulis saja. Banyak hal yang kurang diketahui oleh manusia, bahwa setiap
gerakan dalam ucapan sehari-hari dapat dikatakan sebagai bahasa. Gerakan pada
ucapan itu disebut bahasa nonverbal yang tidak kalah penting dari bahasa verbal.
Pada dasarnya bahasa nonverbal didefinisikan sebagai penciptaan dan
1
2
pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi
yang menggunakan gerakan tubuh, sikap, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan
jarak, dan sentuhan (Hardjana, 2003). Bahasa nonverbal berbeda dengan bahasa
verbal. Bahasa verbal diungkapkan dengan kata-kata ataupun tulisan, sedangkan
bahasa nonverbal diungkapkan dalam bentuk selain kata, seperti mimik, gerak-
gerik tubuh, sikap atau perilaku (Pranowo, 2009). Melalui pengertian ini, dapat
dikatakan bahwa nonverbal merupakan bahasa pendamping verbal yang juga tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Umumnya, setiap ucapan verbal akan ada
gerakan nonverbal didalamnya. Hal ini dibuktikkan melalui teori yang
dikemukakan oleh Mehrabian (dalam Mulyana, 2000) menyatakan bahwa 93%
dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-
isyarat nonverbal. Kehadiran bahasa nonverbal menjadi sesuatu yang penting.
Fakta bahwa 93% dari komunikasi langsung adalah isyarat nonverbal, dalam
pembagiannya 7 % pesan verbal, 38% pesan suara, dan 55% dari pesan facial atau
mimik wajah. Maka dari itu, dalam setiap komunikasi tentunya bahasa nonverbal
mempunyai peran yang sangat penting. Bahasa nonverbal juga menjadi hal yang
utama untuk terciptanya sebuah komunikasi yang optimal dalam berinteraksi.
Berdasarkan pembuktiaan tersebut, belum banyak diketahui oleh masyarakat
luas tentang bahasa nonverbal ini. Sebagiam besar masyarakat masih menganggap
bahwa bahasa sehari-hari yang dilakukan hanya bahasa verbal biasa. Padahal jika
dilakukan dalam komunikasi sehari-hari bahasa nonverbal sering dilakukan oleh
manusia secara tidak sadar. Sebagai contohnya, saat acara gelar wicara Ini Talk
Show yang mewawancarai salah satu bintang tamu dengan bertanya mengenai
3
perasaannya tentang kehilangan sosok seorang ayah dalam hidupnya. Bintang tamu tersebut menceritakan dengan ekspresi wajah ‘menangis’ yang secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal tersebut
merupakan wujud penyampaiannya sebagai kinesik ekspresi wajah.
Bahasa nonverbal mempunyai banyak jenisnya. Nonverbal tidak hanya
dilihat dari bentuk sebuah gerakan tubuh saja. Akan tetapi, bahasa nonverbal bisa
dilihat melalui pakaian, jarak ketika melakukan komunikasi, dan intonasi suara juga
dapat dikatakan sebagai bentuk bahasa nonverbal. Secara umum, jenis bahasa
nonverbal menurut John Condon (dalam Wang, 2009) yang mengatakan “...
summarizes twenty-four types of nonverbal behaviors, which already drew scholars attention: including : gestures, facial expressions, posture, costume, and hair style, walking posture, proxemics, touching behavior, eye gaze, and contact, architectural design and home decoration, signs and symbols, body odor, paralanguage, color make-up, conception about time, silence, etc”. Jenis bahasa
nonverbal yang dinyatakan oleh pakar tersebut menerangkan bahwa, jenis bahasa
nonverbal berjumlah dua puluh empat bahasa nonverbal yang belum diklasifikan
menjadi tiga sub bagian jenis bahasa nonverbal. Penelitian ini hanya mengambil
tiga sub-bagian, yaitu: komunikasi nonverbal kinesik, komunikasi nonverbal
proksemik, dan komunikasi nonverbal artifaktual.
Bahasa nonverbal bisa terjadi dimana saja saat melakukan interaksi terhadap
orang lain. Salah satunya media elektronik televisi yang menampilkan gelar wicara
Ini Talk Show di NET TV. Melalui gelar wicara tersebut, pengisi acara dan bintang
tamu banyak melakukan pembicaraan yang secara tidak sadar menghasilkan banyak
bahasa nonverbal didalamnya. Acara Ini Talk Show merupakan acara keluarga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
genre menghibur, dengan pembawa acara ternama yaitu Sule dan Andre Taulany
sebagai pendamping pembawa acara. Dalam acara tersebut berisikan pengisi acara
lainnya seperti Nunung, Komeng, Sahila Hisyam, Haji Bolot, Bopak Catello, dan
Opie Kumis. Acara Ini Talk Show memiliki tema acara yang berbeda-beda. Sebagai
pembawa acara utama tugas Sule memandu acara tersebut sesuai dengan tema dan
mewawancarai bintang tamu bersama pendampingnya, yaitu Andre dan Sahila
Hisyam. Ini Talk Show juga masuk ke dalam kategori acara hiburan yang telah
banyak diketahui oleh banyak masyarakat. Acara Ini Talk Show merupakan acara
yang ditayangkan melalui televisi nasional dan dapat dilihat oleh masyarakat luas.
Maka dari itu, penelitian ini ditulis berguna untuk mengetahui banyak hal
tentang bahasa nonverbal saat melakukan komunikasi. Secara tidak sadar, manusia
hanya mengetahui bahwa gelar wicara tersebut berisikan bahasa verbal saja.
Padahal jika dikaji lebih dalam, banyak sekali bahasa nonverbal yang dilakukan
penutur dan mitra tutut saat melakukan komunikasi di acara tersebut. Acara Ini Talk
Show menampilkan tema yang berbeda setiap harinya dan memunculkan topik-
topik pembahasan yang banyak dibicarakan oleh masyarakat. Melalui tema yang
beragam serta wawancara bersama bintang tamu, saat berkomunikasi penutur
maupun mitra tutur menghasilkan banyak bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal
yang ditunjukkan bukan hanya sekedar gerakan, akan tetapi melalui wujud
penampilan, dialek, intonasi suara, maupun jarak berbicara sudah dapat dikatakan
sebagai bahasa nonverbal. Banyak hal yang belum diketahui oleh masyarakat
mengenai berbagai wujud bahasa nonverbal.
Melalui acara televisi Ini Talk Show yang dapat ditonton oleh berbagai
kalangan, seperti usia remaja, dewasa, dan orang tua, peneliti sangat tertarik untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
memberi pengetahuan tentang deskripsi bahasa nonverbal melalui acara-acara yang
dikemas secara menghibur dan tidak membosankan. Acara ini membahas topik-
topik yang sedang ramai dibicarakan dikalangan masyarakat. Topik-topik yang
sedang dibicarakan itu memberikan keuntungan untuk para penonton agar tidak
kehilangan informasi dan berita yang sedang terjadi. Melalui acara hiburan, peneliti
dapat memberikan manfaat penelitian yang berguna untuk diketahui oleh banyak
orang, tentang bahasa nonverbal yang tidak pernah lepas dari interaksi dan
komunikasi antar manusia.
Penelitian yang dibahas tidak hanya membicarakan wujud bahasa nonverbal,
peneliti juga membahas tentang fungsi bahasa nonverbal itu sendiri. Mark L.
Knapp dalam (Nina Syam, 2011) menyebutkan lima fungsi bahasa nonverbal,
yaitu repetisi, subtitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi. Setelah
mengetahui wujud dan fungsi bahasa nonverbal, peneliti juga meneliti maksud
(makna pragmatik) yang disampaikan oleh para pengisi acara Ini Talk Show.
Setelah menyimak dan menonton acara tersebut peneliti sangat tertarik, karena
acara ini dikemas secara modern serta memberikan nilai-nilai budaya yang dapat
disanding bahasa nonverbal.
Acara Ini Talk Show tayang setiap hari Senin – Jumat, pukul 19.00 - 21.00
WIB di NET TV yang dapat ditonton bersama keluarga. Melalui acara ini,
diharapkan dapat meningkatkan fenomena tentang interaksi dan komunikasi
manusia yang umumnya setiap hari dilakukan. Hal yang membedakan adalah
interaksi dan komunikasi lebih dalam memperlihatkan perilaku bahasa nonverbal
ketika pembawa acara, pengisi acara, dan bintang tamu mengisi acara dengan tujuan
menghibur para penontonnya. Secara tidak sadar, kebanyakan penonton masih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
melihat bahasa verbal saja yang dilakukan oleh pengisi acara. Padahal, bahasa
nonverbal banyak sekali ditemukan disetiap komunikasi itu berlangsung. Hal ini
membuat, bahasa nonverbal tak kalah pentingnya. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan menjadi pengetahuan yang berguna dan bermanfaat untukdiketahui
oleh masyarakat luas melalui acara yang menghibur yaitu Ini Talk Show.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, ada beberapa permasalahan yang
ingin diteliti dalam penelitian ini:
a. Bagaimana wujud penyampaian bahasa nonverbal pada acara Ini Talk Show?
b. Fungsi bahasa nonverbal apa saja yang ada pada acara Ini Talk Show?
c. Makna pragmatik apa sajakah yang disampaikan pada acara Ini Talkhsow?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan wujud penyampaian bahasa nonverbal dalam pada acara
Ini Talk Show.
b. Mendeskripsikan fungsi bahasa nonverbal yang disampaikan pada acara Ini
Talk Show.
c. Mendeskripsikan makna pragmatik yang disampaikan pada acara Ini Talk
Show.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, maupun
bagi para pembaca dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan.
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
memperkaya bahan referensi, bahan penelitian, serta sumber bacaan di lingkungan
FKIP Universitas Sanata Dharma khususnya di jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai wujud, fungsi, dan makna pragmatik yang ada pada acara Ini
Talk Show dan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, FKIP Universitas Sanata Dharma.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan sarana referensi
bacaan, menambah pengetahuan penulis dan manusia luas tentang wujud, fungsi
dan makna bahasa nonverbal.
1.5 Batasan Istilah a. Pragmatik
Pragmatik menurut (Yule 2006) mengatakan bahwa pragmatik adalah studi
tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh
pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan
dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya
daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan
itu sendiri.
b. Bahasa
Bahasa menurut Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sesama
manusia dalam berinteraksi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik baik
verbal maupun nonverbal (Chaer, 2006).
c. Bahasa Nonverbal
8
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (Mulyana 2012)
mendefinisikan komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu
dan penggunaan lingkungan oleh individu. Sehingga, mempunyai nilai pesan
potensial bagi pengirim atau penerima. Pada intinya, definisi ini mencakup perilaku
yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan.
d. Ini Talk Show
Ini Talk Show merupakan acara gelar wicara dengan genre menghibur. Acara
Ini Talk Show menghadirkan bintang tamu dan biasanya memiliki tema yang
berbeda-beda setiap harinya. Bintang tamu juga biasanya ditanyakan tentang
persoalan-persoalan yang sedang terjadi di tengah manusia luas. Menurut Morisson
(2010:28) berpendapat bahwa biasanya mereka yang diundang adalah orang-orang
yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan
atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas.
1.6 Sistematika Penyajian
Pada sistematika penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I berisikan
pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat hasil penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.
Bab II berisikan landasan teori yang digunakan untuk menganalisis masalah-
masalah yang ada dalam penelitian. Landasan teori terdiri dari penelitian terdahulu
yang relevan yang sesuai dengan penelitian ini, menyajikan teori seperti pragmatik, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
bahasa, bahasa nonverbal, wujud bahasa nonverbal, fungsi bahasa nonverbal dan
kerangka berpikir.
Bab III memaparkan metodelogi penelitian, yang berisikan jenis penelitian,
sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik
analisis data dan triangulasi data.
Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan, yang nantinya
berisikan seluruh hasil analisis dan temuannya selama penelitian. Setelah itu,
dideskripsikan temuannya tersebut sesuai dengan rumusan masalah.
Bab V memaparkan penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran. Setelah
itu, hasil dari penelitian dituliskan dalam daftar pustaka yang menjadi refrensi atau
rujukan peneliti selama proses penelitian ini berlangsung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini memaparkan kajian-kajian terdahulu yang relevan, landasan teori, dan
kerangka berpikir. Kajian terdahulu yang relevan berisikan topik yang sama dan
sebelumnya telah diteliti oleh peniliti lain. Landasan teori berisikan tentang teori-
teori yang sesuai dengan topik peneliti, yaitu pragmatik, nonverbal, bahasa, acara
televisi dan televisi. Kerangka berpikir berisikan tentang jawaban teori berdasarkan
dengan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah yang telah disusun. Dalam
Penelitian ini tidak terlepas dari referensi penelitian terdahulu yang sudah
melakukanya secara relevan. Berikut ini paparan penelitian yang relevan.
2.1 Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan beberapa persamaan dan perbedaan yang ada di dalam
Penelitian/jurnal yang dilakukan oleh Devi Novita Sari (2016) yang berjudul Teknik
Komunikasi Najwa Shihab dalam Acara Mata Najwa di Metro Tv (Deskriptif Kualitatif pada Bahasa Verbal dan Nonverbal yang Digunakan Najwa Shihab),
penelitian kedua dilakukan oleh Istijabatis Sanati (2016) yang berjudul Pola
Komunikasi Verbal dan Nonverbal Antara Mahasiswa Asing dan Mahasiswa Lokal, penelitian ketiga dilakukan oleh Widyadmaka Raden Gregorius Agung
Aristrimurti Widyadmaka (2018)) yang berjudul Maksud Bahasa Nonverbal Jenis
Kinestetik Pada Manusia Etnis Jawa Dalam Upacara Pernikahan di Wonosari 30 November 2017-08 Maret 2018: Suatu Kajian Pragmatik, penelitian
10
11
keempat dilakukan oleh Yohanes Giovanni Krisna Widuprasetya (2019) yang
berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal Guru dan Siswa SMA Negeri 8
Yogyakarta pada
Proses Pembelajaran: Suatu Kajian Pragmatik, dan terakhir penelitian dilakukan
Eriyanty Noberta Sihaloho (2019) Eriyanty Noberta Sihaloho (2019) yang berjudul
Pemakaian Bahasa Nonverbal Guru-Siswa dalam Pembelajaran di Kelas: Suatu
Kajian Pragmatik.
Penelitian pertama dilakukan oleh Devi Novita Sari (2016) pada
penelitiannya yang berjudul Teknik Komunikasi Najwa Shihab dalam Acara Mata
Najwa di Metro Tv (Deskriptif Kualitatif pada Bahasa Verbal dan Nonverbal yang Digunakan Najwa Shihab). Penelitian ini memiliki satu rumusan masalah yaitu,
bagaimana teknik komunikasi dengan menyertai bahasa verbal dan nonverbal yang
digunakan Najwa Shihab di Metro TV. Dari rumusan masalah tersebut, Devi Novita
Sari mendapatkan hasil analilisnya berupa gerakan bahasa nonverbal sepergi
menompang dagu, menyondongkan badan, dan menggerakkan tangan. Penelitian
ini hanya fokus kepada satu orang saja, yaitu pembawa acara Najwa Shihab.
Penelitian ini tidak membahas fungsi bahasa nonverbal yang hanya terfokus pada
penelitian bahasa verbal dan nonverbal. Persamaan dari penelitian ini, yaitu sama-
sama mengkaji bahasa nonverbal, walaupun menggunakan teori yang berbeda.
Penelitian kedua dilakukan oleh Istijabatis Sannati (2016) yang berjudul Pola
Komunikasi Verbal dan Nonverbal Antara Mahasiswa Asing dan Mahasiswa Lokal. Penelitian ini memiliki satu rumusan masalah yaitu, bagaimana pola
komunikasi mahasiswa asing di Wisma UNS dalam berkomunikasi dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mahasiswa lokal. Dari rumusan masalah yang dijabarkan tersebut, Istijabatis
Sannati mendapatkan hasil analisis yang menyimpulkan bahwa mahasiswa Asing
di Wisma UNS lebih banyak menggunakan pola komunikasi verbal dibandingkan
menggunakan bahasa atau lambang nonverbal dalam berkomunikasi dengan
mahasiswa lokal. Mahasiswa asing yang tinggal di Wisma Universitas Negeri
Sebelas Maret Surakarta menggunakan lebih banyak bahasa verbal (dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris, serta sedikit bahasa daerah masing-masing).
Penelitian ketiga dilakukan oleh Raden Gregorius Agung Aristrimuti
Widyadmaka (2018) yang berjudul Maksud Bahasa Nonverbal Jenis Kinestetik
Pada Manusia Etnis Jawa Dalam Upacara Pernikahan di Wonosari 30 November 2017-08 Maret 2018: Suatu Kajian Pragmatik. Penelitian ini memiliki dua rumusan
masalah, yaitu (1) wujud bahasa nonverbal apa saja yang sering digunakan
masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan pada saat berkomunikasi, (2)
maksud dan fungsi apa saja yang ingin disampaikan melalui bahasa nonverbal jenis
kinesik masyarakat etnis Jawa dalam upacara adat pernikahan. Dari rumusan
masalah yang dijabarkan tersebut, Raden Gregorius Agung Aristrimuti
Widyadmaka mendapatkan hasil analisisnya yang disimpulkan bahwa wujud
bahasa nonverbal kinesik kontak mata dalam upacara adat pernikahan masyarakat
etnis Jawa berjumlah tujuh data. Data (1) ijab bersalaman, (2) balangan tindakan
saling melempar daun sirih sebanyak tiga kali, (3) wiji dadi membasuh kaki
suami dan menempelkan telur didahi masing-masing pengantin, 4) sinduran
mertua perempuan membalutkan kain merah dan putih dipundak
pengantin dan mengantarkannya ke kursi pengantin, (5) kacar kucur suami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menuangkan beras dan istri menampung beras yang dituangkan oleh suami, (6)
dahar kembul makan bersama sambil bersuapan satu sama lain, dan (7)
sungkeman duduk bersimpu pada lutut orang tua mirip posisi menyembah secara
bergantian.
Penelitian keempat dilakukan oleh Yohanes Giovanni Krisna Widiprasetya
yang berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal Guru dan Siswa SMA Negeri 8
Yogyakarta pada Proses Pembelajaran: Suatu Kajian Pragmatik. Penelitian ini
memiliki tiga rumusan masalah yaitu, (1) wujud bahasa nonverbal apa saja yang
dipergunakan oleh guru dan siswa dalam kelas XI di SMA Negeri 8 Yogyakarta,
(2) fungsi komunikatif bahasa nonverbal apa saja yang digunakan guru dan siswa
di dalam pembelajaran di kelas, dan (3) maksud bahasa nonverbal apa saja yang
digunakan guru dan siswa di dalam pembelajaran di kelas. Dari rumusan masalah
yang dijabarkan tersebut, Yohanes Giovanni Krisna Widiprasetya mendapatkan
hasil analisisnya yang disimpulkan, rincian wujud bahasa nonverbal berupa kinesik,
proksemik, paralinguisik, artifaktual. Sedangkan untuk fungsi mendapatkan data
berupa repetisi, subtitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
Penelitian kelima dilakukan oleh Eriyanthy Noberta Sihaloho (2019) yang
berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal Guru-Siswa dalam Pembelajaran di Kelas:
Suatu Kajian Pragmatik. Penelitian ini memiliki tiga rumusan masalah yaitu, (1)
wujud bahasa nonverbal apa saja yang biasa dipakai oleh guru dan siswa dalam
proses pembelajaran kelas X di SMA Negeri 8 Yogyakarta, (2) ciri-ciri bahasa
nonverbal apa saja yang biasa dipakai oleh guru-siswa dalam pembelajaran di kelas
X di SMA Negeri 8 Yogyakarya, dan (3) maksud pemakaian bahasa nonverbal guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
saat berkomunikasi dengan siswa kelas X SMA Negeri 8 Yogyakarta, dan (4) faktor
apa saja yang menyebabkan guru menggunakan bahasa nonverbal ketika berbicara
saat di kelas X SMA Negeri 8 Yogyakarta. Dari rumusan masalah yang dijabarkan
tersebut, Eriyanthy Noberta Sihaloho mendapatkan hasil analisisnya berdasarkan
ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan mata, dan sentuhan.
Seluruh wujud bahasa nonverbal tersebut, memiliki masing-masing maksud dan
tujuan saat digunakan. Dengan yang menyebabkan guru-siswa menggunakan
bahasa nonverbal. 1) Bahasa nonverbal sangat menentukan makna saat
berkomunikasi 2) Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan melalui pesan
nonverbal daripada pesan verbal, 3) Pesan nonverbal menyampaikan makna
kejujuran, 4) kebutuhan, 5) Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif
yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi dan 6)
Pesan nonverbal dapat menjadi kode rahasia.
Berdasarkan kelima penelitian relevan di atas, peneliti memberikan
kesimpulan. Peneliti melihat adanya persamaan dengan penelitian yang lain,
dengan judul penelitian ini “Penggunaan Bahasa Nonverbal pada Acara Televisi
Ini Talk Show Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik”. Persamaan topik penelitian
yang dilakukan oleh peneliti adalah pada objek substansial penelitian, yaitu
pemakaian bahasa nonverbal untuk berkomunikasi. Sementara itu, perbedaan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya adalah difokuskan pada objek penelitian. Peneliti mengambil objek
sebuah acara televisi Ini Talk Show yang dapat ditonton oleh masyarakat dalam
penggunaan bahasa nonverbal untuk berkomunikasi. Selain itu subyek yang diteliti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
juga berbeda, dalam penelitian ini subyek penelitian adalah pengisi acara Ini Talk
Show. Peneliti berharap hasil penelitian dapat memberikan dan memperluas
pengetahuan terkait bahasa nonverbal dalam berkomunikasi.
2.2 Landasan Teori 2.2.1. Bahasa
Bahasa merupakan hal terpenting dalam melakukan komunikasi
antarmanusia. Adanya bahasa dalam kehidupan ini, dapat memudahkan manusia
untuk saling berinteraksi. Penggunaan bahasa berfungsi sebagai ungkapan maksud
dan tujuan tertentu oleh penutur kepada mitra tuturnya. Bahasa adalah alat
komunikasi yang digunakan sesama manusia dalam berinteraksi melalui
pertukaran simbol-simbol linguistik baik verbal maupun nonverbal (Chaer, 2006).
Parera (2004:11), berpendapat bahasa merupakan suatu gejala sosial yang
digunakan untuk berkomunikasi antar sesama manusia.
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui
bahasa yang diungkapkan. Bahasa mempunyai fungsi utama yaitu sebagai alat
komunikasi. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sesama manusia dalam
berinteraksi melalui pertukaran simbol-simbol linguistik baik verbal maupun
nonverbal (Chaer, 2006). Bahasa sebagai media komunikasi agar lebih mudah
dipahami oleh pihak lain karena dapat mentransmisikan informasi dengan
menggunakan simbol-simbol bahasa (Amri, 2015).
Melalui teori bahasa yang diungkapkan oleh ketiga pakar tersebut, peneliti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
dapat menarik kesimpulan bahwa bahasa merupakan alat untuk membuat
kesepakatan dalam berkomunikasi antara penutur dan mitra tuturnya. Fungsi bahasa
bukan hanya untuk berkomunikasi saja. Akan tetapi, bahasa juga membuat manusia
dapat mewujudkan ekspresinya. Ekspresi tersebut bisa dengan ungkapan bahagia,
sedih, marah, dan kecewa. Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi
membuat penutur dan mitra tuturnya bisa saling tukar pikiran untuk
mengungkapkan tujuan dan opini dalam berdiskusi. Ungkapan bahasa tidak hanya
melalui bahasa verbal, tetapi ada juga ungkapan bahasa nonverbal yang tidak lepas
untuk komunikasi sehari-hari. Maka dari itu, bahasa sangat penting dalam
kehidupan. Bahasa seharusnya dipelajari dan dilatih, agar setiap orang dapat
berkomunikasi dengan masyarakat dikehidupan sehari-hari.
2.2.2. Bahasa Nonverbal
Bahasa nonverbal seringkali disebut sebagai bahasa yang tidak
menggunakkan kata-kata. Walaupun tidak menggunakan kata-kata, bahasa
nonverbal bisa disampaikan melalui gestur-gestur tertentu. Bahasa nonverbal juga
merupakan sebuah isyarat yang diungkapkan tanpa kata-kata baik disengaja
ataupun tidak disengaja. Hal ini tergantung pada konteks antara penutur dan mita
tuturnya. Konteks itu bertujuan agar pesan bahasa nonverbal lebih mudah dipahami
oleh mitra tuturnya.
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam Mulyana (2012:343)
mendefinisikan komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali
rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu
dan penggunaan lingkungan oleh individu. Sehingga, mempunyai nilai pesan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
potensial bagi pengirim atau penerima. Pada intinya, definisi ini mencakup perilaku
yang disengaja juga tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi
secara keseluruhan.
Pakar selanjutnya yang mendefinisikan bahasa nonverbal, yaitu Adler dan
Rodman dalam Sendjaja (1994: 227) bahasa nonverbal merupakan batasan yang
sederhana tentang komunikasi nonverbal merupakan langkah awal untuk
membedakan apa yang disebut dengan vocal communication yaitu tindakan
komunikasi yang menggunakan mulut dan verbal communication yaitu tindak
komunikasi yang menggunakan kata-kata. West & Turner (2006:121)
mengungkapkan pesan komunikasi nonverbal ini meliputi seluruh aspek perilaku
manusia, seperti: cara berpakaian, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerakan tangan, dan
sebagainya.
Bahasa nonverbal merupakan komunikasi nonverbal sebagai penciptaan dan
pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang
menggunakan gerakan tubuh, sikap, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak,
dan sentuhan. Pendapat lain diungkapkan oleh (Hudjana, 2003). Teori lain
dikemukakan oleh Mulyana (2008:158) menyatakan bahasa tubuh adalah salah satu
aspek komunikasi nonverbal di samping aspek-aspek komunikasi nonverbal
laiinnya yang berkenaan dengan benda, seni, ruang dan waktu. Bahasa nonverbal
merupakan makna pragmatik metaforis dapat menggambarkan status sosial
seseorang, seperti kedudukan dalam manusia, asal keturunan, atau jumlah
kekayaan. Semua itu menggambarkan bahasa nonverbal (Pranowo, 2019).
Klasifikasi bahasa nonverbal menjadi beberapa bagian yaitu (1) body PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
behavior (sikap tubuh), (2) general appearance and dress (asesoris umum dan
pakaian), (3) body movement (gerak tubuh), posture (postur), (4) space and distance
(jarak dan spasial), silence (kesunyian), (5) signs and symbols (tanda dan simbol)
(Haiyang Wang, 2009). Pendapat pakar lain juga berpendapat sama yang
menyatakan bahwa bahasa nonverbal disampaikan bukan dengan kata-kata tetapi
melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa
isyarat atau body language (Solihin, 2010). Selain itu, penggunaan bahasa
nonverbal dapat melalui kontak mata, pakaian, potongan rambut dan lain
sebagainya.
Melalui teori bahasa nonverbal yang diungkapkan oleh para pakar di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa bahasa nonverbal secara garis besar ditunjukkan
melalui sikap tubuh dan gerakan-gerakan ekspresi lainnya. Sebagian besar pakar
mengatakan bahwa bahasa nonverbal memang tidak diungkapkan dengan kata-kata,
melainkan dari penampilan bahkan status sosial seseorang dapat dikatakan
sebagai bahasa nonverbal. Maka dari itu, peneliti menyatakan bahwa bahasa
nonverbal dapat dilihat melalui gerakan-gerakan tubuh saja, termaksud penampilan
seseorang.
2.2.3. Wujud Bahasa Nonverbal
Wujud merupakan keadaan yang dapat terlihat dari luar, dapat dirasakan
bentuknya maupun diraba. Wujud bahasa nonverbal ini tentunya dapat dilihat dan
dirasakan oleh penutur maupun mitra tuturnya. Melalui wujud bahasa nonverbal,
mempermudah mitra tutur untuk memahami konteks yang dibicarakan oleh PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
penutur. Gerakan nonverbal agar dapat disebut sebagai bahasa nonverbal harus
memenuhi dua syarat, yaitu (1) gerakan itu harus dikaitkan dengan beberapa makna
pragmatik, dan (2) hubungan gerakan itu harus dapat dipahami oleh mitra tutur
(Krauss, Chen, & Chawla, 1996).
Bahasa nonverbal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dinamis dan statis (Hu,
2014). Bahasa nonverbal dinamis adalah bahasa tubuh beserta anggota tubuh
disertai gerakannya, seperti kontak mata, gerakan anggota badan (misalnya ekspresi
wajah, gerakan mata, gerakan kepala, gerakan tangan, gerakan badan), atau
kombinasi yang satu dengan yang lain untuk mengungkapkan makna pragmatik
penutur. Sementara itu, wujud bahasa nonverbal statis adalah bagian tubuh yang
mengandung makna pragmatik, seperti postur tubuh, raut muka, warna kulit, warna
rambut, dan lain-lain yang dimiliki oleh penutur (Botting, 2005; Lapakko, 2007;
Zhou, 2009).
Teori lainnya ditulis oleh (Sendjaja, 1994:617) yang mengkategorikanwujud
bahasa nonverbal yaitu vocalics atau paralanguage, kinesic, mencakup gerakan
tubuh, lengan, dan kaki serta ekspresi wajah (facial expression), perilaku mata (eye
behavior), lingkungan yang mencakup objek benda dan artefak, proxemics yang
merupakan ruang pribadi, sentuhan (haptics), penampilan fisik (tubuh dan cara
berpakaian), chronomics (waktu) dan olfaction (bau). Agar sesuai dengan penelitian
ini, maka dari itu peneliti memilih empat bagian teori wujud bahasa nonverbal yang
ditulis oleh Sasa Djuarsa Sendjaja, yaitu:
2.2.3.1 Kinesik
Kinesik menjadi bagian yang utama dari bahasa nonverbal. Gerakan kinesik pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
umumnya seperti gerakan jari tangan, gerak tubuh, sikap tubuh, ekspresi wajah
dan lain sebagainya. Menurut Hidayatullah Syarif (2016:6) mengemukakan
kinesik merupakan bahasa tubuh. Hampir semua kebudayaan di dunia bertumpu
pada kinesik dalam menyampaikan informasi dan pesan. Dalam komunikasi
nonverbal, kinesik meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh.
a. Gerak tubuh (kepala, tangan, kaki)
Gerak tubuh mencakup semua gerakan-gerakan yang menjadi tanda bahasa
nonverbal. Misalnya yang sesuai pada budaya kita saat ini, ketika penutur
menyetujui perkataan mitra tuturnya dengan mengatakan ‘iya’ penutur dengan reflek menggerakkan kepala ‘mengangguk’ tanda setuju, atau jika menolak dengan
mengatakan ‘tidak’ penutur ‘menggelengkan kepala’.
Begitu juga dengan gerakan tangan. Gerakan tangan sering sekali dilakukan
saat berbicara bahasa nonverbal, misalnya ketika penutur sedang menceritakan
tentang luasnya sebuah rumah penutur melebarkan tangannya yang menjelaskan
seolah-olah rumah itu sangat luas.
Gerakan kaki juga menjadi simbol bahasa nonverbal. Misalnya, penutur
sedang mempraktikan cara-cara menendang bola kepada mitra tuturnya. Dengan
jelas penutur memberikan gestur kaki yang sedang menendang bola.
b. Ekspresi wajah
Manusia sesungguhnya tidak dapat lepas melalui ekspresi wajah. Pada
kenyataanya, manusia juga sulit menyembunyikan ekspresi wajah yang
dirasakannya. Ekspresi wajah dapat menunjukkan sebuah pesan melalui rasa dan
emosi yang dirasakan oleh manusia. Pesan yang dirasakan itu dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mengungkapkan rasa hatinya bisa melalui ekspresi wajah bahagia, sedih, marah
atau kecewa. Maka dari itu, ekspresi wajah termaksud komunikasi nonverbal
karena dapat menyampaikan pesan didalamnya. Dale G. Leathers (dalam Rakhmat,
2004) mengemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan wajah yaitu, wajah
mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tidak senang, wajah
menunjukan komunikator memandang objeknya baik atau jelek, wajah
mengkomunikasikan berminat atau tidak berminat pada orang lain atau pada
lingkungan, wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu
situasi, wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap
pernyataannya sendiri, wajah mengkomunikasikan adanya atau kurangnya
pengertian. Ekspresi wajah dalam hal ini meliputi pengaruh raut wajah yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara emosional atau bereaksi terhadap suatu
pesan.
c. Isyarat
Gerak isyarat (gesture) tubuh dan postur mengandung sebuah informasi,
isyarat juga mengandung sebuah makna terutama ketika kedua belah pihak yang
berinteraksi memahami konteksnya, khususnya jika mengenali kulturnya (Shelley
E. Taylor dkk, 2009). Isyarat seringkali dilakukan pada saat melakukan komunikasi
dan menjadi bahasa alternatif verbal. Apalagi disaat kondisi yang memang tidak
memungkinkan untuk melakukan pembicaraan. Melalui bahasa isyarat terdapat
kode-kode tertentu yang ditandai oleh penutur kepada mitra tuturnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan isyarat menggunakan tangan, gerak tubuh, dan ekspresi wajah.
d. Sikap tubuh
22
Sikap badan atau postur merupakan posisi dan gerakan tubuh. Istilah lainnya
untuk sikap badan dalam bahasa Indonesia adalah postur. Seringkali postur
berfungsi untuk menyampaikan informasi mengenai adanya penuh perhatian, rasa
hormat dan penuh kekuasaan (Budyatna dkk, 2011). Bahasa nonverbal sikap tubuh
ini menunjukkan semua sikap yang dilakukan oleh penutur saat melakukan
komunikasi. Sikap tubuh lebih menyampaikan pesan melalui gestur yang reflek
dilakukan (secara alamiah) dan mitra tutur memahami pesan dari bahasa nonverbal
ini. Teori yang didukung oleh (Hidayatullah Syarief, 2016:6) bahwa termaksud
bahasa nonverbal karena meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap
tubuh.
2.2.3.2 Proksemik
Selain gestur-gestur yang dapat dikatakan sebagai bahasa nonverbal, ternyata
jarak komunikasi antara penutur dan mitra tuturnya termaksud kategori tersebut.
Secara garis umum proksemik merupakan suatu jarak yang digunakan saat
berkomunikasi. Jarak ini dilihat dengan posisi penutur dan mitra tutur berdekatan
atau berjauhan. Sehingga dapat dikatakan prosemik ini, hubungan antara penutur
dan mitra tuturnya dapat dilihat kedekatannya melalui sebuah jarak komunikasi.
Menurut Edward T. Hall (dalam Mulyana, 2005) penggunaan ruang
berhubungan erat dengan kemampuan bergaul dengan sesama manusia dan
penentuan keakraban antara diri dengan orang lain. Berdasarkan pengamatannya,
Hall menentukan empat jarak bergerak manusia:
1. Jarak intim, 0-18 inci (<0,5m)
Jarak ini merupakan jarang paling intim. Jarak ini, dapat dilakukan ketika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
seseorang sedang bersentuhan, berbisik, bergandengan, merangkul. Pada jarak
intim, penutur dan mitra tuturnya dapat merasakan panas, dan bau tubuhnya.
2. Jarak pribadi (personal), 18 inci – 4 kaki
Jarak pribadi merupakan jarak yang memfokuskan pada pandangan matadan
suara. Dalam jarak ini, penutur dan mitra tutur masih ada hubungan kedekatan dan
menunjukkan keakraban satu sama lain. Jarak pribadi ini lebih tepat digunakan
ketika teman atau sedang bercerita atau sedang berdiskusi tentang pelajaran.
3. Jarak sosial, 4 – 10 kaki
Pada jarak sosial, seseorang mengetahui bahwa ada yang memasuki batas
wilayahnya atau dapat mengetahui kehadiran orang lain. Jarak sosial ini seseorang
dapat melihat secara keseluruhan penampilan orang lain. Misalnya, pada suasana
rapat Kketika seseorang yang mengetahui jika ada yang tidak hadir dalam rapat
tersebut dan tidak menjadikannya ketidak hadiran seseorang tersebut sebagai
masalah. Berusaha untuk tidak menekankan orang lain.
4. Jarak publik, 10 kaki – tidak terbatas
Jarak publik merupakan jarak yang memahami situasi dan menyesuaikan
dengan wilayah tersebut. Jarak publik biasanya dilakukan dalam suasana pertemuan
massa.
2.2.3.3 Paralinguistik
Berkaitan dengan komunikasi, penyampaian pesan sangat penting untuk
mencapai tujuan tertentu. Agar tujuan tersebut tercapai, pentingnya vokal suara
dalam penyampaian sebuah informasi sangat penting supaya tidak menjadi salah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mengartikannya. Paralinguistik merupakan unsur vokal (kualitas suara) atau
intonasi (tinggi-rendahnya suara), tempo bicara, gaya verbal (dialek), serta interaksi
(perilaku ketika melakukan komunikasi. Apabila paralinguistik ini lebih
memfokuskan pada tinggi rendahnya intonasi suara, dialek bahasa, kecepatan
berbicara, tawa dan tangisan (Jalaluddin Rakhmat, 2004). Artinya, paralinguistik
mengarah pada pengucapan bahasa verbal. Paralinguistik memiliki tujuan yaitu
agar mitra tuturnya tidak salah mengartikan pesan yang diterima. Hal itu terjadi
karena setiap pesan yang diterima dan dilakukan dengan intonasi berbeda dapat
tangkap arti yang berbeda pula. Contohnya jika seseorang ingin menolak dengan
mengatakan “tidak” secara keras atau lantang, mitra tutur yang menerima pesan tersebut mengartikan bahwa penolakan “tidak” tersebut marah. Sebaliknya, jika penutur mengatakan “tidak” secara halus. Pesan yang diterima oleh mitra tutur itu berbeda dan diterima dengan baik.
2.2.3.4 Artifaktual
Artifaktual merupakan wujud komunikasi yang berlangsung melalui pakaian
dan penataan sebagai artefak misalnya pakaian, dandanan, barang hiasan, kancing
baju, atau furniture di rumah penataannya, ataupun dekorasi suatu ruangan
(Istiyanto, 2010:16). Sebagai contoh, pegawai Indomaret diwajibkan memakai
seragam bertuliskan lambang “Indomaret”. Tujuannya, agar dikenal melalui cara berpakaian sebagai pegawai yang bekerja di Indomaret.
2.2.4. Fungsi Bahasa Nonverbal
Fungsi bahasa nonverbal bertujuan sebagai pelengkap dalam komunikasi.
Berikut ini pakar Mark L. Knapp dalam (Nina Syam, 2011) menyebut lima fungsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
bahasa nonverbal:
a Fungsi repetisi: Fungsi repetisi yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah
disajikan secara verbal. Misalnya, seseorang mengatakan “nih liatin saya, gerakan main golf seperti ini” dengan gestur tangan seolah-olah sedang memegang tongkat golf.
b Fungsi subtitusi: Fungsi subtitusi dapat menggantikan lambang-lambang
verbal. Misalnya, seorang penutur kepada mitra tuturnya mengeluarkan gestur ibu
jari yang menandakan baik atau bagus.
c Fungsi kontradiksi: Menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain
terhadap pesan verbal. Misalnya, penutur memberikan sindiran kepada mitra
tuturnya dengan mencibir “pintar banget ya kamu” tetapi dalam bentuk sarkas.
d Fungsi komplemen: Melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Misalnya, ketika penutur melihat hewan yang ditakutinya ekspresi penutur
tersebut menunjukkan wajah yang sangat ketakutan. Ketakutan tersebut dilihat
dari ekspresinya tanpa mengungkapkan kata-kata.
e Fungsi Aksentuasi: Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya.
Misalnya, mengungkapkan rasa kekesalannya dengan membanting sepeda.
Melalui pemaparan fungsi bahasa nonverbal, sudah dapat dipastikan bahwa
pentingnya sebuah komunikasi terlebihnya verbal dan nonverbal. Fungsi bahasa
nonverbal di atas juga dapat diartikan sebagai bagian bahasa verbal. Melalui fungsi
di atas, terasa saling menguatkan dan melengkapi hubungan antara bahasa verbal
dan nonverbal. Sebuah pesan yang diterima dengan bahasa verbal, tentunya akan
dilengkapi pesan-pesan secara bahasa nonverbal baik dalam wujud atau fungsi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
bahasa nonverbal itu sendiri karena setiap tuturan akan ada bahasa nonverbal
didalam komunikasi tersebut
2.2.5. Pragmatik
Penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari terkadang mempunyai arti,
makna, dan tujuan yang berbeda. Dalam kehidupan, manusia juga sering
menyampaikan tuturan dengan maksud dan tujuan tertentu yang terkadang
mempunyai makna berbeda jika ditafsirkan salah oleh pendengar. Maka dari itu,
tujuan dari ilmu Pragmatik sebagai cabang ilmu linguistik mengkaji tentang sebuah
makna dari setiap tuturan.
Purwo (1990:16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Sedangkan
memperlakukan bahasa secara pragmatik ialah memperlakukan bahasa dengan
mempertimbangkan konteksnya, yakni penggunaannya pada peristiwa komunikasi
(Purwo, 1990:31). Pragmatik sebagaimana yang telah diperbincangkan di Indonesia
dewasa ini, paling tidak dapat dibedakan atas dua hal, yaitu (1) pragmatik sebagai
sesuatu yang diajarkan, (2) pragmatik sebagai suatu yang mewarnai tindakan
mengajar. Bagian pertama masih dibagi lagi atas dua hal, yaitu (a) pragmatik
sebagai bidang kajian linguistik, dan (b) pragmatik sebagai salah satu segi di dalam
bahasa atau disebut ‘fungsi komunikatif’ (Purwo, 1990).
Wijana (1992:2) dalam bukunya Dasar-Dasar Pragmatik mengemukakan
bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa
secara eksternal yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam
komunikasi. Menurut Pranowo (2014:64) kajian bahasa secara pragmatik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
merupakan kajian dari linguistik. Keduanya mengkaji bahasa, namun yang menjadi
pembeda ialah linguistik mengkaji secara internal dan pragmatik mengkaji secara
eksternal. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya
studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan
orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau
frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri (Yule, 2006).
Melalui teori pragmatik yang ditemukan oleh pakar tersebut, peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa pragmatik merupakan bagian dari ilmu linguistik yang
mempelajari tentang tuturan. Tuturan tersebut jika diutarakan dapat memiliki
makna yang berbeda. Maksud dari makna yang berbeda ini tergantung pada mitra
tutur saa menerima konteks dari tuturan tersebut. Seperti yang telah diungkapkan
salah satu pakar di atas, pragmatik merupakan hal yang biasa dilakukan saat
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari ini termaksud
dalam lingkungan sekitar agar makna yang disampaikan tidak keliru, sehingga
faktor lingkungan sekitar juga menentukan. Melalui data yang diambil oleh peneliti
tentang acara Ini Talk Show, sebagian besar konteks tuturan dipengaruhi oleh
lingkungan dan tema acaranya. Walaupun, terkadang penutur dan mitra tutur sering
terjadi kesalahpahaman makna yang biasa terjadi dalam kehidupan. Hal terpenting
selanjutnya selain faktor lingkungan, yaitu konteks tuturan. Pada konteks tuturan
harus memiliki makna dan tujuan yang jelas, agar mitra tutur yang mendengarkan
dapat menerima pesan komunikasi verbal maupun nonverbal dengan baik.
2.2.6. Konteks Pragmatik dalam Bahasa Nonverbal
28
Bahasa terikat dengan konteks. Adanya konteks ini, setiap tuturan akan ada
penjelasan makna yang diucapkan agar lebih mudah untuk menafsirkannya.
Sebagai contoh, ketika seorang mahasiswa yang sedang sedih karena mendapatkan
nilai kurang memuaskan saat Ujian Akhir Semester dibandingkan dengan seorang
mahasiswa yang sedih karena mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa
berprestasi di kampusnya. Hal ini menunjukkan kedua konteks sedih tersebut
berbeda. Konteks mahasiswa satu yang sedih karena mendapatkan nilai yangjelek,
sedangkan mahasiswa kedua yang sedih karena bahagia dengan penghargaan
mahasiswa berprestasi. Melalui contoh sederhana dengan wujud ekspresi tersebut,
konteks juga sangat penting dalam penggunaan bahasa nonverbal. Leech (1993)
berpendapat bahwa pragmatik secara praktis dapat didefinisikan sebagai studi
mengenai makna ujaran dalam situasi- situasi tertentu. Pada dasarnya akan sulit
mendapatkan definisi yang lengkap mengenai pragmatik jika konteks tidak
disebutkan, maka dari itu konteks dikategorikan lagi lebih dalam menutur teori
yang dipaparkan oleh Song.
Menurut Song (2010) mengemukakan bahwa konteks meliputi konteks
linguistik (co-teks) dan konteks di luar linguistik, seperti konteks situasi, konteks
sosial, konteks societal, dan konteks budaya. Konteks dalam pragmatik selalu
berupa pemakaian bahasa (ekstralingual) yang ada pada penutur dan mitra tutur dan bukan di dalam teks (intralingual). Song (2010) “I would like to divide context into
linguistic context, situational context, and cultural context”. Song memberikan
definisi bahwa konteks terbagi menjadi tiga jenis, diantaranya: (1) konteks
linguistik adalah konteks yang berada dalam lingkup intralingual berupa kata, frase, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kalimat, dan paragraf, (2) konteks situasional adalah konteks yang mengacu pada
lingkungan, waktu, dan tempat, dan (3) konteks budaya adalah latar belakang
budaya yang bisa mempengaruhi berupa status sosial, jenis kelamin, usia,
pemahaman kebudayaan, dan lain sebagainya. Melalui pengertian ini, peneliti
hanya memilih konteks situasional dan konteks budaya. Melalui kedua konteks
tersebut yang relevan dengan penelitian ini.
Konteks situasi menurut Song (2010) berpendapat “situation context, or
context of situation, refers to the environment, time and place, etc”. Melalui teori
tentang konteks situasi tersebut, Song (2010) terdiri dari tiga komponen yaitu
tempat (field), maksud (tenor), dan lingkungan (mode). Field (lapangan) adalah
yang mengacu pada aktivitas tuturan terjadi atau lebih tepatnya apa yang ingin
dibicarakan atau dimaksudkan dari penutur ke mitratutur disebut lapangan (field).
Tenor adalah kaitan (hubungan keakraban) penutur dan mitra tutur dalam hubungan
sosialnya dan tenor juga bisa dimaksudkan sebagai peran dan hubungan antara
mitra tutur dan penutur keakraban, usia, mengenal, dan lain sebagainya. Terakhir
yang diungkapkan oleh pakar Song (2010) tentang mode (lingkungan keadaan)
yaitu kondisi atau situasi ini dikomunikasikan kondisi formal atau tidak formal
dalam situasi marah, sedih, bahagia.
Konteks budaya menurut Song (2010) “Cultural context refers to the culture,
customs and background of epoch in language communities in which the speaker participate. Languange is a social phenomenon, andit is closely tied up withsocial structure and value system of society. Therefore, language can not avoid being influenced by all these factors like social role, social status, sex and age, etc”.
30
Melalui konteks kebudayaan yang dipaparkan oleh Song (2010) bahwa adat-
istiadat, peran status sosial, perbedaan jenis-kelamin, dan umur menjadi faktor yang
berpengaruh dalam komunikasi.
Melalui pemaparan teori tentang konteks pragmatik, peneliti menyimpulkan
bahwa konteks pragmatik dan bahasa nonverbal saling berkaitan. Hal ini
didukung ketika penutur dan mitra tuturnya saling berkomunikasi. Agar tidak
muncul prespsi makna lainnya, maka tujuan dari konteks pragmatik pada bahasa
nonverbal ini mengetahui maksud dari tuturan yang dibicarakan. Selain maksud
tuturan, konteks yang dibicarakan juga harus sesuai dengan situasi saat terjadinya
tuturan tersebut. Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat setiap konteks yang
ada dalam gelar wicara Ini Talk Show, yang setiap harinya juga menampilkan
tema yang berbeda- beda.
2.2.7. Acara Ini Talk Show
Ini Talk Show merupakan acara gelar wicara dengan genre menghibur baik
bagi penonton maupun bintang tamu yang diundang pada acara tersebut. Acara ini
bertemakan dengan suasana rumah-rumah yang berisikan Sule, Andre, Nunung,
Komeng, Sahila Hisyam, Haji Bolot, Bopak Catello, dan Opie Kumis. Pengisi acara
ini mempunyai peran masing-masing. Misalnya, Sule sebagai host dan Andre
sebagai conssultant host. Nunung berperan sebagai tetangga Sule, Komeng, dan
Bopak Castello sebagai conssultant host. Haji Bolot sebagai Pak RT dan Opie
Kumis sebagai hansipnya. Sahila Hisyam sebagai asisten rumah tangga.
Acara Ini Talk Show menghadirkan bintang tamu dan biasanya memiliki tema
yang berbeda-beda setiap harinya. Bintang tamu juga biasanya ditanyakan tentang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
persoalan-persoalan yang sedang terjadi di tengah manusia luas. Menurut Morisson
(2010:28) berpendapat bahwa biasanya mereka yang diundang adalah orang-orang
yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan
atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas. Acara Ini Talk Show
juga merupakan garapan Comedy Night with Kapil yang ditayangkan di Colors
saluran televisi di India. Ini Talk Show telah memiliki izin dari produksi Comedy
Night with Kapil untuk ditayangkan.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil data acara Ini Talk Show periode
bulan Mei 2020 yang semua episode tersebut bertemakan suasana ramadhan dan
puasa. Tidak hanya sekedar menghibur bintang tamu dan penonton, acara Ini Talk
Show juga ada segmen kuis yang bertujuan membagikan hadiah berupa uang tunai
kepada penonton di rumah. Acara Ini Talk Show tayang setiap Senin-Jumat pukul
19.00-21.00. Acara ini sangat menghibur dan cocok ditonton bersama keluarga di
rumah.
32
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian yang berjudul “Penggunaan Bahasa Nonverbal pada Acara
Televisi Ini Talk Show Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik akan menganalisis
bahasa nonverbal melalui kajian teori pragmatik, wujud bahasa nonverbal dan
fungsi bahasa nonverbal sebagai acuannya. Pada teori pragmatik, peneliti
menggunakan teori yang dikemukakan oleh George Yule, sedangkan wujud bahasa
nonverbal dan fungsi bahasa nonverbal akan menggunakan teori yang dikemukakan
oleh Sendjaja (1994) dan Mark L. Knapp dalam (Nina Syam, 2011) .
Penggunaan Bahasa Noverbal Pada Acara Televisi Ini Talkshow
Periode Mei 2020: Kajian Pragmatik
Kajian Pragmatik
Wujud penyampaian bahasa nonverbal pada
acara Ini Talkshow
Makna pragmatik Fungsi penyampaian
bahasa nonverbal pada acara Ini
Talkshow