• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar i

KATA PENGANTAR

Modul Pembekalan kunjungan lapangan dan seminar memberikan pemahaman tentang kunjungan lapangan dan seminar hasil kunjungan lapangan kepada peserta yang meliputi pengumpulan data lapangan, penyusunan laporan dan penyajian pada seminar.

Buku ini terdiri atas 6 (enam) bab yang terdiri dari Pendahuluan, Pengantar dan Persiapan Kunjungan Lapangan, Pengumpulan Data Kunjungan Lapangan, Seminar, dan Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan pada peran aktif peserta diklat.

Ucapan terimakasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun/penyempurna atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini. Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam bidang penataan bangunan.

Semarang, Mei 2017

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

(2)

ii Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI ... II PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ... 1 Deskripsi ... 1 A. Persyaratan ... 1 B. Metode ... 1 C. Alat Bantu/Media ... 1 D. Indikator Keberhasilan ... 1 E. BAB 1 PENDAHULUAN ... 3 Latar Belakang ... 4 A. Deskripsi Singkat ... 5 B. Tujuan Pembelajaran ... 5 C.

Materi dan Submateri Pokok ... 5 D.

Estimasi Waktu ... 6 E.

BAB 2 PENGANTAR DAN PERSIAPAN KUNJUNGAN LAPANGAN ... 7 Indikator Keberhasilan ... 8 A.

Pemahaman Kunjungan Lapangan ... 8 B.

Pemahaman Permasalahan ... 9 C.

Pemahaman Kebutuhan Survey ... 11 D.

Pemahaman Terhadap Objek Studi ... 13 E.

Overview Mata Diklat Penyelenggaraan Pembangunan F.

Bangunan Gedung ... 14 Pembentukan Kelompok Peserta ... 15 G.

Rangkuman ... 16 H.

BAB 3 PENGUMPULAN DATA KUNJUNGAN LAPANGAN ... 17 Indikator Keberhasilan ... 18 A.

(3)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar iii

Prinsip Pendataan ... 18 B.

Persiapan Kunjungan Lapangan ... 20 C.

Pendataan di Lapangan ... 20 D.

Wawancara di Lapangan ... 26 E.

Pengukuran dan Pemotretan Objek... 29 F.

Pengelolaan Praktik Materi Diklat dan Permasalahannnya ... 29 G.

Rangkuman ... 35 H.

BAB 4 MENYUSUN LAPORAN ... 37 Indikator Keberhasilan ... 38 A.

Pengolahan Informasi dan Data Objek Kunjungan Lapangan ... 38 B.

Menyusun Laporan Hasil Kunjungan Lapangan ... 39 C.

Menyusun Bahan Untuk Seminar ... 41 D. Rangkuman ... 46 E. BAB 5 SEMINAR ... 47 Indikator Keberhasilan ... 48 A. Pengertian ... 48 B. Penggunaan Seminar ... 49 C.

Kelebihan dan kelemahan Seminar ... 49 D.

Persiapan Seminar ... 49 E.

Susunan personal dan penugasan dalam seminar ... 50 F.

Tata Cara Seminar. ... 54 G.

Dasar Penggunaan Media untuk Presentasi ... 55 H.

Penyusunan Notulensi Kesimpulan kelompok ... 56 I.

Cara Menentukan Kesimpulan ... 57 J.

Waktu Pelaksanaan Seminar. ... 57 K. Rangkuman ... 58 L. BAB 6 PENUTUP ... 59 DAFTAR PUSTAKA ... 63 GLOSARIUM ... 64

(4)

iv Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

(5)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 1

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi

A.

Modul Pembekalan kunjungan lapangan dan seminar terdiri dari tiga kegiatan belajar mengajar, yaitu:

1. Pengantar dan Persiapan Kunjungan Lapangan 2. Pengumpulan Data Kunjungan Lapangan 3. Menyusun Laporan

4. Seminar

Persyaratan

B.

Dalam mempelajari modul ini peserta diklat harus melengkapi dengan peraturan perundangan yang terkait dengan materi juga materi berkenaan dengan penyelenggaraan bangunan gedung. Banyaknya acuan dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri serta SNI sehingga materi tersebut tidak dicantumkan di dalam tulisan ini.

Metode

C.

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber), adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.

Alat Bantu/Media

D.

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu:

1. LCD/projector 2. Laptop

3. Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya 4. Flip chart

5. Bahan tayang

6. Modul dan /atau bahan ajar

Indikator Keberhasilan

E.

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu memahami dan melaksanakan:

(6)

2 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

2. Pengumpulan Data Kunjungan Lapangan 3. Menyusun Laporan

(7)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 3

BAB 1

PENDAHULUAN

(8)

4 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

Pendahuluan

Latar Belakang

A.

Penyelenggaraan bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya Persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.

Diklat ini merupakan mata diklat yang diselenggarakan oleh BPSDM Kementerian PUPR melalui Balai Diklat PUPR, yang merupakan diklat untuk ASN yang terkait dengan penyelenggaraan bangunan gedung. Mata diklat ini merupakan mata diklat yang tidak mengarah untuk menciptakan keahlian dan/atau keterampilan bagi peserta diklat. Mata diklat ini diarahkan untuk peningkatan kemampuan ASN untuk mengetahui apa yang akan dilakukan di lapangan terkait dengan penugasan sebagai penyelenggara pembangunan bangunan gedung, agar dalam pelaksanaan tugas agar persyaratan teknis dan administratif telah terpenuhi sesuai ketentuan dan peraturan serta kaidah-kaidah dalam penyelenggaraan bangunan gedung sedangkan tanggung jawab dalam pembangunan bangunan gedung tetap berada di penyedia jasa. Diklat ini diharapkan akan memberikan bekal tentang pengetahuan dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung. Adapun mata diklat yang akan diberikan adalah :

1. Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan bangunan gedung. 2. Pembangunan Integritas.

3. Pengantar penyelenggaraan bangunan gedung. 4. Fungsi, klasifikasi dan persyaratan bangunan gedung. 5. Perencanaan teknis bangunan gedung.

6. Pengawasan konstruksi bangunan gedung. 7. Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung 8. Pemanfaatan bangunan gedung.

9. Pelestarian bangunan gedung. 10. Pembongkaran bangunan gedung.

(9)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 5

11. Perizinan bangunan gedung. 12. Pendataan bangunan gedung.

13. Pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung.

14. Peran masyarakat dalam pembangunan bangunan gedung 15. Sanksi administrasi dan pidana.

16. Pembekalan kunjungan lapangan dan seminar.

Deskripsi Singkat

B.

Mata Diklat ini dimaksudkan memberikan pembekalan kepada peserta diklat tentang persiapan kunjungan lapangan, pengumpulan Informasi dan data objek kunjungan lapangan, penyusunan laporan kunjungan lapangan dan Seminar melalui ceramah, serta diskusi dan pengamatan lapangan.

Tujuan Pembelajaran

C.

Tujuan pembelajaran dijelaskan dalam bentuk hasil belajar dan indikator hasil belajar, sebagai berikut:

Hasil Belajar 1.

Pada akhir pembelajaran, peserta diharapkan mampu memahami dan melaksanakan persiapan kunjungan lapangan, pengumpulan Informasi dan data objek kunjungan lapangan, penyusunan laporan kunjungan lapangan dan Seminar

Indikator Hasil Belajar 2.

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu memahami dan melaksanakan :

a. Pengantar dan Persiapan Lapangan

b. Pengumpulan Informasi dan Data Objek Kunjungan Lapangan c. Penyusunan Laporan Kunjungan Lapangan

d. Seminar

Materi dan Submateri Pokok

D.

Materi dan submateri pokok dalam Pembekalan Kunjungan Lapangan ini adalah sebagai berikut:

1. Materi Pokok : a. Pengantar dan Persiapan Lapangan.

(10)

6 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

kunjungan lapangan .

c. Penyusunan laporan Kunjungan Lapangan. d. Seminar.

2. Submateri Pokok

: a. Pengantar dan Persiapan Lapangan 1) Pemahaman kunjungan lapangan. 2) Over view materi diklat

3) Pembentukan kelompok peserta diklat b. Pengumpulan Informasi dan data objek

kunjungan lapangan

1) Desain dan teknik survey 2) Pendataan di lapangan

3) Pengelolaan praktik materi diklat dan permasalahannya

c. Penyusunan laporan kunjungan lapangan

1) Pengolahan Informasi dan data objek kunjungan lapangan

2) Menyusun laporan hasil kunjungan lapangan 3) Penyusunan bahan untuk Seminar

d. Pelaksanaan Seminar 1) Persiapan seminar.

2) Penyajian dan diskusi anatar kelompok. 2) Penyusunan Notulensi kesimpulan kelompok.

Estimasi Waktu

E.

Waktu yang diperlukan dalam mata pelatihan ini adalah : 2 ( dua ) JP untuk Persiapan Kunjungan Lapangan, 8 (delapan) JP untuk Kunjungan Lapangan dan Penyusunan Laporan serta 6 (enam) JP untuk Seminar.

(11)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 7

BAB 2

PENGANTAR DAN PERSIAPAN KUNJUNGAN

LAPANGAN

(12)

8 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

Pengantar dan Persiapan Kunjungan Lapangan

Indikator Keberhasilan

A.

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan pengantar dan persiapan kunjungan lapangan.

Pemahaman Kunjungan Lapangan

B.

Kunjungan lapangan dimaksudkan untuk melihat praktik penerapan pengetahuan yang didapatkan dari hasil pembelajaran di kelas. Kunjungan lapangan mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan situasi langsung di lapangan sebagai salah satu cara untuk mengkomparasi antara teori dan praktik. Kunjungan lapangan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan data dan informasi langsung dari objek nyata. Tujuan lain kunjungan lapangan adalah untuk mendapatkan permasalahan-permasalahan secara nyata yang terjadi di dunia nyata sehingga dapat menjadi masukan untuk mengembangkan kajian-kajian tertentu. Sebelum pelaksanaan kunjungan lapangan harus diyakini bahwa telah sesuai dengan topik yang akan dibahas sebagai bagian dari seminar. Kesesuaian ini dimaksudkan agar dalam kunjungan lapangan dapat dilakukan secara efektif. Ketidaksesuaian antara topik dengan objek studi dapat mengakibatkan perubahan objek studi dan terjadi pendataan yang salah. Misal: topik tentang sanitasi komunal tetapi objek studinya adalah bangunan gedung. Hal ini akan mengakibatkan tidak sinkronnya antara topik dan objek studi. Data yang akan diambil tidak sesuai dengan topiknya. Demikian juga, permasalahan yang akan ditelusuri dapat dipastikan tidak akan sesuai dengan topiknya. Oleh karena itu, sebelum melakukan kunjungan lapangan perlu dilakukan langkah-langkah yaitu

1. Survey awal untuk mencari objek yang dapat sesuai dengan apa yang akan

ditelusuri;

2. melakukan rancangan survey yang berwujud data apa yang akan diambil.

Menyusun rencana data yang akan diambil adalah untuk pengendalian waktu serta tujuan pengambilan data. Perencanaan survey yang tidak matang mengakibatkan data yang diambil menjadi kabur dan tidak jelas. Data yang tidak jelas mengakibatkan data tersebut tidak dapat diolah selanjutnya data tidak dapat digunakan untuk analisis; dan

(13)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 9 3. menyusun wawancara kepada objek yang akan di studi. Penyusunan

wawancara ini penting supaya wawancara dilakukan secara terstruktur. Tujuannya adalah agar dalam melakukan wawancara dapat dikendalikan dengan tujuan wawancara dan waktu wawancara.

Pemahaman Permasalahan

C.

Salah satu tujuan kunjungan lapangan adalah untuk mendapatkan permasalahan yang hakiki dalam dunia nyata. Permasalahan adalah selisih antara tujuan dengan kondisi yang ada. Tujuan adalah harapan yang akan dicapai sedangkan kondisi adalah keterbatasan atau kekurangan yang dipunyai.

Dengan adanya permasalahan maka permasalahan adalah bagian dari awal suatu penelitian. Suatu penelitian tidak akan berjalan apabila tidak ada permasalahan, persoalan dan/atau pertanyaan.

1. Menurut beberapa pakar, permasalahan mempunyai pengertian yaitu :

Vredenbreght (1978) Masalah rancangan penelitian mempunyai tujuan untuk memberikan suatu pertanggungan jawab terhadap semua langkah yang akan diambil dalam rangka menyelesaikan suatu masalah secara efektif. Dengan demikian, setiap penelitian didasarkan atas suatu masalah dan pada perumusan masalah tersebut kita dapat memakai sebagai titik tolak untuk mengadopsi beberapa pendekatan yang berbeda-beda, Leedy (1980) Membedakan antara permasalahan yang tidak dapat diteliti dan permasalahan yang dapat diteliti. Permasalahan yang tidak dapat diteliti adalah permasalahan yang tidak mempunyai metode ilmiah untuk menjawabnya, sedangkan permasalahan yang dapat diteliti adalah permasalahan yang mempunyai metode ilmiah untuk menjawabnya. Mantra (1998) Permasalahan penelitian adalah suatu kesenjangan (gap) antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Yunus (2010) Permasalahan penelitian adalah suatu gejala tertentu yang memerlukan jawaban ilmiah untuk menjelaskannya. Dengan demikian, didalamnya terkandung makna bahwa untuk menjelaskannya tersedia metode ilmiah, dan Notoatmodjo (2002) Masalah penelitian secara umum dapat diartikan sebagi suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal, atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi serta antara harapan dan kenyataan.

2. Hal-hal yang menyebabkan sulitnya membuat masalah penelitian:

(14)

10 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

b. Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah.

c. Peneliti dihadapkan kepada banyak sekali masalah penelitian, dan peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan. d. Ada kalanya masalah cukup menarik tetapi data yang diperlukan untuk

memecahkan masalah tersebut sukar diperoleh.

e. Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik dalam memilih masalah.

3. Karakteristik Permasalahan Penelitian

Secara fungsional masalah penelitian mempunyai arti penting bagi para peneliti. Masalah penelitian dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan di lapangan. Mengingat pentingnya posisi tersebut para peneliti dianjurkan untuk mengetahui ciri-ciri permasalahan yang baik serta layak untuk diteliti. Beberapa karakteristik menurut Sukardi, 2007 adalah sebagai berikut:

a. Dapat Diteliti

b. Suatu permasalahan dapat dikatakan diteliti atau researchable, apabila masalah tersebut dapat diungkapkan kejelasannya melalui tindakan koleksi data dan kemudian dianalisis. Beberapa cara memperoleh jawaban melalui mencari informasi:

c. Bertanya kepada responden; dengan melakukan wawancara, dengan orang-orang yang terlibat langsung, para pimpinan di kantor, tenaga kerja, atau para pakar yang menguasai bidang ketenagakerjaan.

d. Melakukan observasi langsung

e. Melakukan studi kepustakaan dengan buku, selembaran, dan dokumentasi lain yang berkaitan erat dengan masalah tenaga kerja.

f. Menggunakan angket dan menyebarkannya kepada responden yang terkait.

g. Mempunyai Kontribusi Signifikan

h. Masalah penelitian harus mempunyai kontribusi nyata. Masalah penelitian dikatakan baik apabila mempunyai kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu (manfaat teoritik) dan masyarakat (manfaat praktis).

i. Sesuai Dengan Kemampuan dan Keinginan Peneliti

Karakteristik yang menganjurkan perlunya peneliti menyesuaikan kemampuan dan sesuai dengan keinginannya. Dalam arti lain, setiap penelitian yang dianjurkan adalah kemampuan dan keinginan dari peneliti sendiri.

(15)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 11

Dari pengertian di atas, maka pada tingkat paling rendah seperti kunjungan lapangan merupakan praktik untuk mencari kebenaran, maka dapat dikatakan suatu cara meneliti pada tingkat paling rendah. Dalam arti, kunjungan lapangan merupakan langkah pertama dari suatu penelitian.

Pemahaman Kebutuhan Survey

D.

Survey merupakan salah satu dari metode ilmiah yang masih cukup baru.

Penelitian ini berkembang mulai dari abad kedua puluh. Penelitian survey dipandang sebagai salah satu cabang penelitian ilmiah dalam ilmu sosial. Prosedur-prosedur dan metode-metodenya telah dikembangkan terutama oleh psikolog, sosiolog, ekonom, dan ilmuwan politik..

Menurut estimologinya survey berasal dari Bahasa Latin terdiri dari suku kata sur yang merupakan turunan kata Latin super yang berarti di atas atau melampui. Sedangkan suku kata vey berasal dari kata Latin videre yang berarti melihat. Jadi kata survey berarti melihat di atas atau melampui (Leedy, 1980, dalam Irawan Soeharto, 2000:53). Untuk mencari kebenaran di lapangan, maka dibutuhkan

survey. Survey merupakan cara pertama dalam rangka untuk mengumpulkan data

yang tersebar. Menurut Mubyanto dan Suratno (1981) survey merupakan satu cara yang utama untuk mengumpulkan data primer bila data sekunder dianggap belum cukup lengkap untuk menjawab sesuatu pertanyaan. Kalau data sekunder sudah cukup lengkap dan hipotesis sudah dapat diuji dengan data sekunder, maka pengumpulan data primer secara langsung dengan metode survey tidak perlu lagi.

Survey dapat dilakukan secara primer maupun sekunder. Survey primer adalah survey yang dilakukan secara langsung dan tidak melalui pihak ke tiga. Survey

secara langsung dilakukan dengan berbagai cara yaitu : wawancara, penyebaran kuesioner, pengukuran, pemotretan dan pencatatan. Sedangkan survey sekunder adalah pencarian data dan informasi melalui pihak ke tiga, misal : buku, internet, peta, laporan, atau informasi lainnya. Terdapat sepuluh langkah yang perlu diperhatikan agar survey dapat dilakukan dengan baik. Kesepuluh langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Mempelajari situasi dan masalah

Sebelum menentukan tujuan survey yang akan dilakukan, maka surveyor atau peneliti mempertimbangkan berbagai faktor yang terkait dengan kondisi dimana objek berada dan mempelajari masalah yang dapat timbul pada lokasi.

(16)

12 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 2. Menetapkan tujuan

Penetapan tujuan survey dilakukan untuk menjaga tingkat fokus terhadap penelitian. Sering terjadi sampai di lapangan, peneliti atau surveyor melakukan kegiatan pengambilan data tidak terfokus apa yang dibutuhkan sehingga tidak efektif dan efisien. Dengan adanya tujuan dan batasan survey maka efektivitas tetap terjaga. Dengan adanya fokus maka data yang direkam sesuai dengan batasnnya.

3. Mempertimbangkan tipe dan karakteristik komunitas

Peneliti perlu memahami tentang tipe dan karakteristik masyarakat atau komunitas pada lokasi yang akan disurvey. Hal ini dilakukan karena setiap lokasi mempunyai karakter masyarakat kepada penelitian. Dalam hal ini perlu persiapan alat dan sebagainya untuk mendapatkan data informasi yang akurat. Pada lokasi tertentu, masyarakat bisa terbuka, ramah dan sebaiknya; akan tetapi dapat terjadi sebaliknya yang berpengaruh terhadap pencarian data karena masyarakat tertutup dan menaruh curiga kepada pendatang.

4. Menggalang kerjasama

Survey memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Kerjasama dapat

dilakukan kepada para ahli untuk memberikan masukan bagi peneliti. Kerjasama dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan penduduk setempat. Kerjasama dengan penduduk setempat sebagai upaya kerjasama yang saling menguntungkan.

5. Menyeleksi personil yang akan dilibatkan dalam kegiatan survey

Personil yang akan dilibatkan dalam kegiatan survey perlu diseleksi sesuai dengan tingkat kepakaran yang dimilikinya. Misalnya kemampuan dan pengalaman mereka mengenai teknik survey, penguasaan teknik pengumpulan data dari lokasi survey melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Untuk personil lokasi, selain perlu memiliki kemampuan juga harus dapat diterima oleh orang-orang setempat.

6. Mencari sumber data

Peneliti perlu mencari sumber data yang akurat, otentik dan sesuai dengan kebutuhan penelitian yang dilakukan. Penelitian survey terkadang memerlukan sumber data atau informasi yang begitu luas mencakup sumber dokumen (arsip, laporan, film, dokumen tercetak), manusia (siswa, pengajar, pimpinan), , serta unsur alami (topografi, iklim, tanah, air, dan sebagainya).

(17)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 13 7. Mengumpulkan data

Jika sumber data untuk penelitian survey sudah ditetapkan maka selanjutnya perlu dipilih teknik yang tepat untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data mungkin bisa melalui observasi, studi dokumen, wawancara, kuesioner, tes, pengujian, analisis kerja, studi kasus, dan teknik lainnya, instrumen yang digunakan sebagai alat pengumpulan data adalah instrumen yang tepat, valid dan reliable.

8. Menafsirkan data

Salah satu langkah kunci dalam kegiatan survey adalah menafsirkan temuan yang diperoleh dan survey tersebut, penafsiran data dari hasil survey itu merupakan hal yang lebih penting lagi karena disinilah terjadi proses pemaknaan suatu hasil penelitian.

9. Menyiapkan laporan survey

Apabila data hasil penelitian survey telah dianalisis maka selanjutnya peneliti perlu menyiapkan laporan hasil tersebut agar dapat dipublikasikan ke berbagai pihak yang berkepentingan. Hasil penelitian yang dipublikasikan diharapkan dapat memotivasi pihak lain untuk mengkaji dan menindaklanjuti hasil penelitian tersebut.

10. Mengestimasi efektifitas survey

Survey yang telah berlangsung sebaiknya dievaluasi oleh peneliti. Evaluasi

terhadap survey yang telah dilakukan antara lain mencakup kesesuaian dan pencapaian tujuan yang diperoleh, efektifitas pelaksanaan survey, dampak hasil survey terhadap penerapan atau aplikasi di lapangan, dan berbagai hal lainnya yang terkait.

Pemahaman Terhadap Objek Studi

E.

Objek studi adalah objek yang akan dilakukan kegiatan penelitian. Menentukan objek studi diharapkan sesuai dan mempunyai perbandingan yang tepat terhadap lingkup dan topik penelitian atau kajian. Sebagai objek yang akan di teliti, maka harus memenuhi pertimbangan yaitu: objek mempunyai elemen-elemen yang dapat diteliti, objek yang menjadi lokasi kunjungan harus mempunyai aspek-aspek yang akan diteliti berdasarkan mata ajar diklat penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung.

(18)

14 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

Overview Mata Diklat Penyelenggaraan Pembangunan Bangunan

F.

Gedung

1. Fungsi, klasifikasi dan persyaratan bangunan gedung

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan: Fungsi bangunan gedung, Klasifikasi bangunan gedung, Persyaratan administrasi bangunan gedung, Persyaratan tata bangunan dan lingkungan, Persyaratan keandalan bangunan dan Keterkaitan fungsi dengan persyaratan bangunan gedung..

2. Perencanaan teknis bangunan gedung.

Mata diklat ini memberikan pemahamani dan mampu melaksanakan pengelolaan: Persiapan perencanaan bangunan gedung, Konsepsi perencanaan bangunan gedung, Pra rencana bangunan gedung, Pengembangan rencana bangunan gedung; Rencana detail bangunan gedung; Dokumen pelaksanaan konstruksi; Pemberian penjelasan dan evaluasi pengadaan jasa pelaksanaan; Pengawasan berkala; dan Petunjuk pemanfaatan bangunan gedung serta Laporan akhir perencanaan.

3. Pelaksanaan Konstruksi bangunan gedung.

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan : Pemeriksaan dokumen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung ; Persiapan lapangan bangunan gedung ; Pelaksanaan konstruksi di lapangan ; Perubahan pekerjaan ; Pemeriksaan hasil akhir pekerjaan dan pemeriksaan uji coba peralatan elektronik ; Penyerahan hasil akhir pekerjaan

4. Pengawasan konstruksi bangunan gedung.

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan: Pengawasan proses perencanaan pekerjaan konstruksi, Pengawasan administrasi kontrak ; Pengawasan pelaksanaan proyek, Pemeriksaan Penanganan Bahan, dan Pemeriksaan Laporan

5. Pemanfaatan bangunan gedung.

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan: Persiapan pemanfaatan bangunan gedung ; Pedoman operasi bangunan gedung ; Manajemen pemeliharaan dan perawatan bangunan ; Pemeliharaan dan perawatan bangunan ; Tata cara dan metode pemeliharaan dan perawatan bangunan; Pemeriksaan berkala ;

(19)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 15

Pemeliharaan dan perawatan terhadap ASMET dan tata ruang dalam dan Pemeliharaan dan perawatan terhadap penyelenggaraan bangunan gedung

6. Pelestarian bangunan gedung.

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan: Persyaratan pada bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan ; Penyelenggaraan pada bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan dan Insentif dan disinsentif pada bangunan gedung cagar budaya yang dilestarikan

7. Pembongkaran bangunan gedung.

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan: Penetapan pembongkaran bangunan gedung, Pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung, Pengamanan Pembongkaran Bangunan Gedung dan Pengawasan pembongkaran bangunan gedung.

8. Perizinan bangunan gedung.

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan: Keterangan rencana Kab/Kota ; Izin Lingkungan ; Izin Mendirikan Bangunan ; Sertifikat Laik Fungsi dan Tim Ahli Bangunan Gedung

9. Pendataan bangunan gedung dan

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan: Penyelenggaraan pendataan bangunan gedung ; Klasifikasi data dan Persyaratan Pendataan Bangunan Gedung ; Proses pelaksanaan pendataan bangunan gedung ; dan Pemetaan dan pemanfaatan hasil pendataan.

10. Pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung.

Mata diklat ini memberikan pemahaman dan mampu melaksanakan pengelolaan: Pembinaan oleh pemerintah pusat ; Pembinaan oleh pemerintah daerah dan Penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi

Pembentukan Kelompok Peserta

G.

Pengajar / Instruktur memetakan peserta kelompok berdasarkan latar belakang pendidikan seperti jumlah strata 1 atau Strata 2 dengan disiplin Ilmu teknik Planologi, Arsitektur, Sipil, Mekanikal, Elektrikal, Lingkungan dsb nya.

(20)

16 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

1. Peserta dibagi atas 3 ( Tiga ) kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri atas latar pendidikan yang relativ merata jumlahnya.

2. Pengajar / Instruktur dapat menunjuk langsung Ketua kelompok berdasarkan hasil pengamatan terhadap kedudukan dan tempat tugas peserta ( SKPD ) dan selanjutnya pembagian peserta masuk ke setiap kelompok dengan tetap mempertahankan pemerataan disiplin ilmu pada setiap kelompok. Ketua kelompok atas musyawarah dan mufakat dapat menunjuk Penyaji dan Moderator serta anggotanya.

Rangkuman

H.

Dalam melakukan kunjungan lapangan diharapkan persiapan dilakukan secara teliti dan tepat. Persiapan dilakukan dengan cara memahami objek studi tersebut dapat dijadikan lokasi untuk kunjungan lapangan sesuai dengan topik/tema dan permasalahan yang akan dijawab dalam analisa yang dilakukan.

(21)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 17

BAB 3

PENGUMPULAN DATA KUNJUNGAN LAPANGAN

(22)

18 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

Pengumpulan Data Kunjungan Lapangan

Indikator Keberhasilan

A.

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan melaksanakan desain survey dan persiapan kunjungan lapangan

Prinsip Pendataan

B.

Dalam proses pengumpulan data terdapat berbagai cara yaitu: 1. Registrasi / Pencacatan

Registrasi adalah pencatatan secara individu melalui berbagai institusi. Banyak lembaga yang secara otomatis telah memanfaatkan catatan administrasi sebagai data statistik, seperti contoh pelaporan pasien RS & perbankan.

a. Kelebihan regstrasi / pencatatan

 Dapat menghasilkan data sesuai level penyajian tertentu sesuai cakupan pencatatan

 Jika registrasi / pencatatan dilakukan dengan baik dan lancar maka sensus sudah tidak diperlukan lagi karena datanya sudah tersedia melalui registrasi / pencatatan.

 Bisa dijadikan kerangka sampel jika registrasinya bagus. b. Kekurangan registrasi / pencatatan

 Belum ada kesadaran dari masyarakat akan pentingnya registrasi / pencatatan

2. Sensus

Sensus adalah pencacahan lengkap terhadap seluruh unit populasi dari fenomena yang menjadi objek sensus pada suatu wilayah, dan hasilnya merupakan nilai parameter.

a. Kelebihan sensus:

 Data hasil sensus dapat menyajikan data sampai satuan wilayah kecil seperti desa/kelurahan atau kecamatan.

 Data hasil sensus dapat menyajikan data sampai satuan wilayah kecil seperti desa/kelurahan atau kecamatan.

(23)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 19

b. Kekurangan sensus:

 Cakupan variabel yang dikumpulkan sangat terbatas  Biaya pengumpulan data cukup mahal

 Waktu pengumpulan data dan pengolahan cukup lama  Non-sampling error besar

3. Survey Contoh

Sample survey merupakan metode pengumpulan data melalui sebagian unit populasi dan hasilnya merupakan nilai perkiraan (estimasi)

a. Keuntungan survey contoh  Hemat

 Cepat  Cakupan luas  Akurasi lebih tinggi b. Kerugian survey contoh :

 Tidak dapat menyajikan data sampai satuan wilayah terkecil  Penyediaan variabel langka menjadi sulit

 Perlu sampel frame 4. Eksperimen

Eksperimen merupakan suatu cara pengumpulan data melalui unit-unit yang telah ditentukan, tetapi eksperimen lebih spesifik untuk tujuan-tujuan khusus

5. Measurability

Desain survey harus jelas dan terukur, misal tentang jadwal, lokasi, jumlah perlengkapan yang akan dibawa.

6. Practically

Perlengkapan yang dibawa diharapkan bersifat praktis dalam arti sesuai dengan kebutuhan di lapangan dan sesuai dengan kebutuhan. Apabila tidak praktis dan tidak sesuai dengan kebutuhan penelitian akan berdampak kepada surveyor atau peneliti.

7. Economy

(24)

20 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

Persiapan Kunjungan Lapangan

C.

Sebelum kunjungan lapangan, diperlukan persiapan. Persiapan dalam kunjungan lapangan yang bersifat untuk mengetahui kondisi dan permasalahan di lapangan adalah:

1. Menetapkan lingkup pembahasan sebagai topik untuk penyajian.

2. Mempelajari data awal, misal: denah, tampak dan potongan apabila kunjungan lapangannya ke fungsi bangunan gedung.

3. Koordinasi dengan kelompok apabila ada. Koordinasi ini penting untuk pengaturan tugas di lapangan.

4. Menetapkan data yang harus didapatkan sebagai pendukung penyelesaiaan laporannya.

5. Membawa peralatan yang diperlukan dalam kunjungan lapangan: pensil,

ballpoint, kertas, alas kertas untuk mencatat, meteran, kamera, alat

perekam suara.

6. Menggunakan kemeja yang santai, apabila kunjungan lapangan di ruang terbuka sebaiknya menggunakan t-shirt berlengan panjang.

Pendataan di Lapangan

D.

Observasi Lapangan 1.

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi penelitian. Dalam hal ini, peneliti dengan berpedoman kepada desain penelitiannya perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal atau kondisi yang ada di lapangan. Penemuan ilmu pengetahuan selalu dimulai dengan observasi dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan tersebut. Observasi lapangan dapat dilakukan secara kelompok atau perorangan tergantung kerumitan dalam mencari kebenaran yang ilmiah. Tetapi biasanya observasi lapangan dilakukan dengan berkelompok yang dimana kelompok tersebut memiliki 10 orang atau lebih. Dari ketua kelompok, sekretaris dan anggota-anggotanya. Dalam melakukan observasi lapangan secara kelompok perlu kekompakan tim dalam mencari suatu kebenaran yang ilmiah. Dan apabila suatu tim tidak memiliki kekompakan atau yang dibilangnya kerjasama yang baik biasanya kebenaran yang kita cari akan sulit kita temukan dan datanya tentunya akan

(25)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 21

Tujuan umum melakukan observasi lapangan adalah mengamati secara langsung di alam terbuka untuk mencari suatu kebenaran tentang sesuatu yang ingin dicocokkan dengan nalar pikiran manusia sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan menjadikan kebenaran itu suatu fakta dan benar. Kegiatan pengamatan dilakukan guna menggali dan mengumpulkan data yang diperlukan bagi topik pembahasan guna pengembangan wawasan dan peningkatan kinerja bagi para peserta dan Tujuan khusus observasi lapangan adalah agar memahami teori tentang pengumpulan data/informasi, dapat mengetahui cara mengumpulkan data/informasi, dan yang terpenting adalah menulis makalah observasi lapangan sehingga menjadi suatu laporan yang bermutu dan dapat berguna bagi orang lain yang membacanya. Untuk itu, di dalam melakukan observasi lapangan perlu ada kejelian dan keakuratan dalam melihat keadaan yang sesungguhnya.

Jenis-jenis Observasi 2.

Berdasarkan pelaksanaan, observasi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu observasi partisipasi dan observasi non partisipasi.

a. Observasi partisipasi

Observasi partisipasi adalah observasi yang melibatkan peneliti atau

observer secara langsung dalam kegiatan pengamatan di lapangan. Jadi,

peneliti bertindak sebagai observer, artinya peneliti merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya. Keuntungan cara ini adalah peneliti merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi situasi penelitian. Kelemahannya, yaitu ada kecenderungan peneliti terlampau terlibat dalam situasi itu sehingga prosedur yang berikutnya tidak mudah dicek kebenarannya oleh peneliti lain.

b. Observasi non partisipasi

Observasi non partisipasi adalah observasi yang dalam pelaksanaannya tidak melibatkan peneliti sebagai partisipasi atau kelompok yang diteliti. Cara ini banyak dilakukan pada saat ini. Kelemahan cara ini antara lain kehadiran pengamat dapat mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang diamatinya.

Instrumen yang Digunakan dalam Melakukan Observasi 3.

Instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi, yaitu checklist, rating

(26)

22 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar a. Check list, merupakan suatu daftar yang berisikan nama-nama responden

dan faktor- faktor yang akan diamati.

b. Rating scale, merupakan instrumen untuk mencatat gejala menurut tingkatan- tingkatannya.

c. Anecdotal record, merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh responden.

d. Mechanical device, merupakan alat mekanik yang digunakan untuk memotret peristiwa- peristiwa tertentu yang ditampilkan oleh responden.

Keuntungan dan Kelemahan Penggunaan Observasi dalam Pengumpulan 4.

Data

a. Kelebihan observasi

1) Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-data dari ingatan seseorang.

2) Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak punya waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan (observasi) langsung.

b. Kelemahan observasi

1) Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat tersebut. 2) Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu

fenomena yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan sulit atau tidak mungkin dilakukan.

3) Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga tersebut karena kurang jelas.

(27)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 23 Langkah-langkah dalam Observasi

5.

Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut: a. Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan.

b. Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi. c. Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan.

d. Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.

e. Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.

Hal-hal yang biasanya menjadi pengamatan seorang peneliti yang menggunakan metode pengamatan adalah sebagai berikut:

a. Pelaku atau partisipan, menyangkut siapa saja yang terlibat dalam kegiatan yang diamati, apa status mereka, bagaimana hubungan mereka dengan kegiatan tersebut, bagaimana kedudukan mereka dalam masyarakat atau budaya tempat kegiatan tersebut, kegiatan menyangkut apa yang dilakukan oleh partisipan, apa yang mendorong mereka melakukannya, bagaimana bentuk kegiatan tersebut, serta akibat dari kegiatan tersebut.

b. Tujuan, menyangkut apa yang diharapkan partisipan dari kegiatan atau peristiwa yang diamati.

c. Perasaan, menyangkut ungkapan-ungkapan emosi partisipan, baik itu dalam bentuk tindakan, ucapan, ekspresi muka, atau gerak tubuh.

d. Ruang atau tempat, menyangkut lokasi dari peristiwa yang diamati serta pandangan para partisipan tentang waktu.

e. Waktu, menyangkut jangka waktu kegiatan atau peristiwa yang diamati serta pandangan para partisipan tentang waktu.

f. Benda atau alat, menyangkut jenis, bentuk, bahan, dan kegunaan benda atau alat yang dipakai pada saat kegiatan berlangsung.

g. Peristiwa, menyangkut kejadian-kejadian lain yang terjadi bersamaan atau seiring dengan kegiatan yang diamati.

(28)

24 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

Bentuk-Bentuk Metode Pengamatan 6.

Berdasarkan keterlibatan penelitinya, metode pangamatan dibedakan sebagai berikut:

a. Pengamatan biasa

Pada pengamatan biasa, pengamat merupakan orang yang sepenuhnya melakukan pengamatan (complete observer). la tidak memiliki keterlibatan apa pun dengan pelaku yang menjadi objek penelitian. b. Pengamatan terkendali (controlled observation)

Dalam pengamatan terkendali, pengamat juga sepenuhnya melakukan pengamatan. la tidak memiliki hubungan apa pun dengan objek (pelaku) yang diamatinya. Akan tetapi, berbeda dengan pengamatan biasa pada pengamatan terkendali orang yang menjadi sasaran penelitian ditempatkan dalam suatu ruangan yang dapat diamati oleh peneliti. Dalam lingkungan yang terbatas tersebut, pengamat mengadakan berbagai percobaan atas diri para sasaran penelitian. Pengamatan terkendali umumnya dikembangkan untuk meningkatkan ketepatan dalam melaporkan hasil pengamatan dan biasanya banyak digunakan dalam penelitian yang mengkhususkan perhatian pada usaha mengetahui sebanyak mungkin sifat kelompok kecil.

c. Pengamatan terlibat (participant observation)

Pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang paling sering digunakan dalam penelitian antropologi khususnya etnografi. Metode semacam ini dalam bahasa Jerman disebut juga verstehen, yaitu suatu metode yang memungkinkan terjadinya keterlibatan seorang peneliti pada masyarakat yang dijadikan objek penelitiannya. Dalam pengamatan terlibat, pengamat ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diamati. Caranya peneliti datang ke lokasi penelitian, tinggal di tempat tersebut untuk jangka waktu tertentu, mempelajari bahasa, atau dialek setempat, kemudian berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari sambil melakukan pengamatan.

Berdasarkan tingkat keterlibatan penelitinya, pengamatan terlibat dibedakan sebagai berikut:

(29)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 25

Pada pengamatan jenis ini, pengamat sepenuhnya terlibat sehingga pelaku yang menjadi objek penelitian tidak mengetahui bahwa mereka sedang diamati.

b. Pengamat berperan sebagai peserta (observeras participant)

Pada pengamatan jenis ini, keterlibatan pengamat dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan objek yang diteliti masih ada. Namun, keterlibatan ini bersifat sangat terbatas karena pengamat berada di tempat penelitian hanya untuk jangka pendek. Dibandingkan dengan pengamatan penuh, pengamatan jenis ini jelas relatif lebih mudah dan lebih cepat dilakukan.

c. Pengamat berperan sebagai pengamat (complete participant as

observer). Pada pengamatan jenis ini, status pengamat selaku peneliti

diketahui para pelaku yang menjadi objek penelitian. Selain berdasarkan tingkat keterlibatan penelitinya, metode pengamatan juga dibagi berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan seperti berikut ini:

1) Pengamatan tidak berstruktur

Pada pengamatan yang tidak berstruktur, tidak ada suatu ketentuan mengenai apa yang harus diamati oleh pengamat. Sebelum mulai mengumpulkan data, pengamatnya tidak mempunyai format pencatatan atau ketentuan baku tentang cara-cara pencatatan hasil pengamatan.Pengamatan yang tidak berstruktur sering digunakan dalam penelitian-penelitian antropologi ataupun dalam penelitian yang sifatnya eksploratori.

2) Pengamatan berstruktur

Pada pengamatan berstruktur, apa yang hendak diamati telah direncanakan oleh peneliti secara sistematis, sehingga isi pengamatan lebih sempit dan lebih terarah dibanding isi pengamatan yang tidak berstruktur. Dalam mengumpulkan data, peneliti berpedoman kepada format pencatatan atau ketentuan baku yang telah ditetapkan sebelumnya.

Alat-alat Pengamatan 7.

Untuk menambah ketepatan pengamatan, selain dilengkapi dengan alat-alat untuk mencatat, biasanya peneliti juga dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut:

(30)

26 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar a. Tape recorder, untuk merekam pembicaraan.

b. Kamera, untuk merekam berbagai kegiatan secara visual.

c. Film atau video, untuk merekam kegiatan objek penelitian secara

audio-visual.

d. Buku dan pulpen, untuk mencatat hasil penelitian.

Seorang pengamat tentu saja tidak harus menggunakan seluruh peralatan di atas. Penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan penelitian dan kemampuan peneliti.

Prinsip-prinsip Pengamatan 8.

Untuk memperoleh hasil yang baik, seseorang yang hendak melakukan pengamatan sebaiknya memerhatikan prinsip-prinsip pengamatan sebagai berikut:

a. Pengamatan sebagai suatu cara pengumpulan data harus dilakukan secara cermat, jujur, dan objektif serta terfokus pada objek yang diteliti. b. Dalam menentukan objek yang hendak diamati, seorang pengamat harus

mengingat bahwa makin banyak objek yang diamati, makin sulit pengamatan dilakukan dan makin tidak teliti hasilnya.

c. Sebelum pengamatan dilaksanakan, pengamat sebaiknya menentukan cara dan prosedur pengamatan.

d. Agar pengamatan lancar, pengamat perlu memahami apa yang hendak dicatat serta bagaimana membuat catatan atas hasil pengamatan yang terkumpul.

Wawancara di Lapangan

E.

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden. Cara inilah yang banyak dilakukan di Indonesia belakangan ini.

Wawancara merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu penelitian survey.

1. Pengertian Wawancara

Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

(31)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 27

si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah antara lain:

 Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal sebelumnya.

 Responden selalu menjawab pertanyaan.  Pewawancara selalu bertanya.

 Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.

 Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian (Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007). Tanya jawab ‘sepihak’ berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Dari definisi itu, kita juga dapat mengetahui bahwa tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan.

Pada penelitian, wawancara dapat berfungsi sebagai metode primer, pelengkap atau sebagai kriterium (Hadi, 1992). Sebagai metode primer, data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Sebagai metode pelengkap, wawancara berfungsi sebagai pelengkap metode lainnya yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Sebagai kriterium, wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh dengan metode lain. Itu dilakukan, misalnya, untuk memeriksa apakah para kolektor data memang telah memperoleh data dengan angket kepada subjek suatu penelitian, untuk itu dilakukan wawancara dengan sejumlah sampel subjek tertentu.

Mengenai latar belakang pengguanaan wawancara sebagai metode pengumpulan data pada suatu penelitian, pendapat Allport ( dalam Hadi, 1992) berikut perlu dipertimbangkan: “If we want to know how people feel,

(32)

28 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

what their experience and what they remember, what their emotions and motives are like, and the reasons for acting as they do – why not ask them?”

Dari pendapat itu, kita mengetahui bahwa wawancara dapat atau lebih tepat digunakan untuk memperoleh data mengenai perasaan, pengalaman dan ingatan, emosi, motif, dan sejenisnya secara langsung dari subjeknya.

Charles Stewart dan W. B. Cash mendefinisikannya sebagai “sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab.”

Robert Kahn dan Charles Channel mendefinisikan wawancara sebagai “suatu pola yang dikhususkan dari interaksi verbal – diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tak ada kaitannya secara berkelanjutan”.

Karena kata “mewawancarai” dalam penggunaan sehari-hari mengacu pada begitu banyak jenis interaksi yang berbeda-beda, sulit untuk menulis satu definisi yang mampu mengakomodasi semuanya. Meskipun demikian, penting bagi kita untuk menetapkan sebuah definisi mendasar sebagai sebuah kerangka acuan. Oleh karenanya, kami mendefinisikan wawancara sebagai suatu bentuk yang dikhususkan dari komunikasi lisan dan bertatap muka antara orang-orang dalam sebuah hubungan interpersonal yang dimasuki untuk sebuah tujuan tertentu yang diasosiasikan dengan pokok bahasan tertentu. Pembahasan mengenai beberapa istilah kunci dari definisi ini akan menjadikannya lebih bermakna.

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah: pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan situasi wawancara.

Pewawancara diharapkan menyampaikan pertanyaan kepada responden, merangsang responden untuk menjawabnya, menggali jawaban lebih jauh bila dikehendaki mencatatnya. Bila semua tugas ini tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya maka hasil wawancara menjadi kurang bermutu. Syarat menjadi pewawancara yang baik ialah ketrampilan mewawancarai, motivasi yang tinggi, dan rasa aman, artinya tidak ragu dan takut untuk menyampaikan pertanyaan.

(33)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 29

Demikian pula responden dapat mempengaruhi hasil wawancara karena mutu jawaban yang diberikan tergantung pada apakah dia dapat menangkap isi pertanyaan dengan tepat serta bersedia menjawabnya dengan baik.

2. Jenis Wawancara

Sebagaimana metode lainnya yang digunakan pada penumpulan data, metode wawancara dibedakan berdasarkan cara pengadministrasiannya menjadi wawancara pribadi (Lerbin, 2007). Wawancara pribadi dapat dilakukan di rumah subjek, melalui komputer, dan di tempat perbelanjaan. Wawancara yang dilakukan di tempat perbelanjaan itu sering disebut wawancara mall intercept.

Pengukuran dan Pemotretan Objek

F.

Pengukuran yang dilakukan di lapangan adalah pengukuran yang dilakukan oleh alat pengukuran seperti meteran, pengukur kelembaban, suhu, angin, dan cahaya yang ditujukan untuk mendapatkan data yang sudah direncanakan sebelumnya. Penggunaan alat ini sudah dipersiapkan sebelumnya di rencana survey atau desain

survey.

Pemotretan adalah pengambilan data di lapangan dengan menggunakan alat perekaman gambar (video atau kamera). Tujuan pemotretan adalah untuk mendapatkan visual secara tiga dimensi. Pemotretan juga digunakan untuk merekam kondisi lingkungan yang lebih nyata.

Pengelolaan Praktik Materi Diklat dan Permasalahannnya

G.

Tahapan perencanaan bangunan gedung 1.

Dalam praktik perencanaan di lapangan yang perlu dikaji adalah tahapan perencanaan dari proses pemenangan tender, persiapan, analisa perencanaan, rencana dan rencana detail yang meliputi arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal, tata lingkungan dan tata ruang dalam. Tahap ini yang perlu dikaji adalah apakah tahapan perencanaan menemui kendala di lapangan. Kendala dapat dikaitkan dengan persiapan sumber daya manusia, tapak dan lingkungannya.

Permasalahan penyusunan gambar perencanaan

Penyelusuran tentang permasalahan menjadi bagian yang kritis, karena penemuan masalah tidak dapat dilakukan secara sederhana apabila dikaitkan dengan definisi permasalahan. Penekanan pada praktik ini adalah penyelusuran

(34)

30 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar tentang berbagai kendala dalam penyusunan gambar perencanaan yang dilihat dari aspek sumber daya manusia, penyelesaian yang rumit, keputusan yang selalu berubah-ubah atau ide yang selalu berkembang. Permasalahan ini dilihat dari berbagai aspek yaitu : aspek arsitektural, aspek struktur, aspek mekanikal, aspek elektrikal dan aspek tata lingkungan serta aspek tata ruang dalam. Permasalahan dapat dilihat dari 2 macam yaitu :

a. Permasalahan dengan teknologi gambar dan kualitas gambar

b. Permalasahan terhadap proses perencanaan yang terkait dengan ASMET.

Tahapan Pelaksanaan Bangunan Gedung 2.

Tahapan pelaksanaan bangunan gedung yang ditekankan adalah proses apakah dari persiapan hingga pelaksanaan yang menemui berbagai kendala tertentu. Kendala-kendala tersebut dicatat dan ditelusuri penyebabnya. Ditelusuri juga apakah dalam pelaksanaan sudah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

a. Permasalahan Pengukuran Lahan Untuk Pelaksanaan Bangunan Gedung Perletakan bangunan dalam lahan merupakan langkah awal dalam proses pelaksanaan bangunan gedung. Ketidaktepatan dalam menentukan titik koordinat secara jelas dan presisi dalam lahan dapat mengakibatkan persoalan pelaksanaan di kemudian hari. Pengukuran lahan disini diartikan sebagai pengukuran perletakan bangunan gedung di dalam lahan. Pelajari bagaimana metode, prosedur dan penggunaan alat dalam menentukan titik bangunan. Kendala apa yang ditemui dalam menentukan titik koordinat bangunan.

b. Permasalahan Pengelolaan Bahan Bangunan di Dalam Tapak

Pengelolaan bahan bangunan dalam pelaksanaan perlu dilakukan khususnya untuk pelaksanaan bangunan berlantai banyak dengan luas lahan yang sempit. Dalam pengelolaan bahan bangunan dan peralatan perlu dilakukan secara cermat yang disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan. Pada kasus ini, perlu ditelusuri sistem loading-unloding bahan bangunan serta sistem penyimpanan bahan bangunan. Kemudian diamati pula proses bahan bangunan dari gudang sampai pada dilaksanakan di lapangan. Bagaimana penggunaan peralatan kerja seperti excavator dan sebagainya.

(35)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 31

c. Permasalahan Pengelolaan Waktu dan Mutu Bangunan

Pada kunjungan lapangan yang mengamati pelaksanaan di lapangan perlu diamati pengelolaan waktu yang terkait dengan penggunaan sumber daya manusia dan peralatan dengan tujuan untuk mencapai jadwal yang sudah ditetapkan dalam kontrak. Pengamatan terhadap mutu bangunan dapat dicapai melalui berbagai metode, misalnya untuk menentukan kekuatan struktur sesuai dengan syarat yang diberlakukan melalui uji tekan di laboratorium. Selanjutnya pengamatan terhadap mutu mekanikal dan elektrikal. Pengamatan tentang mutu bangunan dilakukan hingga pada tingkat detil misalnya: kerataan dinding, tegak lurus dinding, kerataan lantai dan kerataan plafon.

d. Permasalahan Hubungan antara Pelaksanaan dalam Bidang Arsitektur, Struktur, Mekanikal, Elektrikal, dan Tata Lingkungan. Permasalahaan yang sering muncul dalam pelaksanaan bangunan gedung adalah hubungan antara arsitektur, struktur, mekanikal, elektrikal, tata lingkungan dan tata ruang dalam. Meskipun sudah diteliti dalam perencanaan, namun sering permasalahan timbul akibat dari hubungan antara aspek antar ASMET dan tata ruang dalam yang tidak sinkron. Misal antara balok dengan jaringan AC yang tidak tepat sehingga saling mengganggu antar keduanya. Kunjungan lapangan diupayakan untuk memahami aspek tersebut dan temukan permasalahan serta penyebabnya.

e. Permasalahan Lingkungan

Pelaksanaan pembangunan di lapangan dapat berdampak pada lingkungan, khususnya pembangunan bangunan berlantai banyak. Dampak pada lingkungan tersebut dapat mengakibatkan kerusakan bangunan gedung di lingkungannya. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang terkait dengan faktor lingkungan tersebut. Sehingga tidak terjadi kendala di lapangan yang mengakibatkan kemunduran pelaksanaan di lapangan. Permasalahan lingkungan tidak hanya terjadi akibat kerusakan, permasalahan lingkungan dapat terjadi akibat gangguan kebisingan, debu, getaran dan bau. Temukan permasalahan yang timbul dengan lingkungan dan temukan penyebabnya.

(36)

32 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

Tahapan Pengawasan Bangunan Gedung 3.

Tahapan pengawasan mempunyai proses yang sama dengan pelaksanaan, karena pelaksanaan dan pengawasan berjalan bersamaan. Fungsi pengawasan adalah memastikan dan menjamin pelaksanaan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan berbagai persyaratan yang ditetapkan baik dari segi waktu, dan bahan. Penelusuran yang dilakukan adalah bagaimana tahapan pengawasan telah dilakukan secara tepat sesuai dengan prosedur yang dilakukan.

Permasalahan Administratif dan Teknis. Pelaksanaan di lapangan tidak hanya dilakukan secara teknis. Untuk validitas suatu proses pelaksanaan di lapangan dibutuhkan proses pengawasan secara administratif dilakukan dengan memantau proses administrasi dan teknis pelaksanaan seperti pembuatan pelaporan. Temukan permasalahan dalam sistem administrasi di lapangan yang dapat mengakibatkan timbulnya kendala di lapangan.

Tahapan Pemanfaatan Bangunan Gedung 4.

Pemanfaatan bangunan adalah penggunaan bangunan gedung yang sesuai dengan fungsinya. Agar keandalan bangunan gedung dapat terkendali maka diperlukan proses manajemen terhadap pengoperasian, pemeliharaan dan perawatan.

Temukan bagaimana prosedur terhadap pengoperasian, pemeliharaan dan perawatan.

a. Permasalahan Operasinal Bangunan Gedung

Manajemen pengoperasian adalah pengelolaan terhadap berjalannya sistem tersebut bekerja dan mampu mendukung lancarnya pelayanan terhadap pengguna. Pengelolaan pengoperasian, pada intinya adalah penugasan terhadap “mematikan” dan “menghidupkan” sistem dengan tujuan agar terlayaninya kegiatan yang terdapat di dalam bangunan gedung. Lingkup pengoperasian terutama di mekanikal dan elektrikal yang meliputi: jaringan AC, jaringan air minum, jaringan listrik (lampu), jaringan gas (apabila ada). Pemahaman terhadap bidang pengoperasian dilakukan dengan menemukan adanya kendala yang terjadi dan telusuri penyebab permasalahan terhadap pengoperasian bangunan gedung. Penyelusuran tersebut dapat ditinjau dari sumber daya manusia, tersedianya peralatan, perletakan kantor, atau tata ruang yang tidak menunjang pekerjaan.

(37)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 33

b. Permasalahan Pemeliharaan Bangunan Gedung

Manajemen pemeliharaan adalah manajemen untuk menjaga keawetan peralatan dan kelengkapan dengan cara pembaruan dan penggantian alat serta pembersihan. Penggantian dan pembersihan dilakukan secara periodik. Pemahaman terhadap bidang pemeliharaan dilakukan dengan menemukan adanya kendala yang terjadi dan telusuri penyebab permasalahan terhadap pengoperasian bangunan gedung. Penyelusuran tersebut dapat ditinjau dari sumber daya manusia, tersedianya peralatan, perletakan kantor, atau tata ruang yang tidak menunjang pekerjaan.

c. Permasalahan Perawatan Bangunan Gedung

Manajemen perawatan bangunan gedung adalah manajemen untuk tindakan perbaikan peralatan dan kelengkapan untuk meningkatkan keandalan peralatan tersebut. Perawatan dilakukan apabila terjadi kerusakan. Hal ini dibutuhkan tempat untuk penyimpanan suku cadang. Pemahaman terhadap bidang perawatan dilakukan dengan menemukan adanya kendala yang terjadi dan telusuri penyebab permasalahan terhadap perawatan peralatan dan kelengkapannya.

Tahapan Pembongkaran Bangunan Gedung 5.

Pembongkaran dilakukan apabila suatu bangunan sudah tidak lagi memenuhi fungsinya yang dapat mempengaruhi keamanan lingkungan dan/atau atas keinginan pemilk. Dalam pelaksanaan pembongkaran terjadi permasalahan yang muncul. Pada tahap ini, peserta diminta untuk mengkaji prosedur pembongkaran bangunan gedung yang dilakukan oleh pelaksana dari persiapan sampai dengan pemindahan bahan bangunan gedung.

a. Permasalahan Pembongkaran Bangunan Gedung

Pada tahap pembongkaran perlu diamati persoalan-persoalan yang muncul yang terkait dengan persiapan, perencanaan, pelaksanaan. Perlu dicermati pula permasalahan lingkungan setempat dan bagaimana penanganannya. b. Penanganan Limbah Pembongkaran

Dampak dari adanya pembangunan proyek kontruksi tersebut adalah menghasilkan limbah padat yang jika tidak dilakukan penanganan dengan serius akan membahayakan lingkungan. Dalam hal ini upaya-upaya dapat dilakukan oleh pihak yang berkepentingan diantaranya:

(38)

34 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 1) Pemerintah

Membuat regulasi dari konsep-konsep baru sehingga mendukung untuk penanganan limbah konstruksi.

2) Pemilik

Mengadakan kerjasama dengan kontraktor pada aspek manajemen pengelolaan limbah usaha untuk mengelola limbah kontraktor. Selanjutnya kontraktor bekerja sama dengan subkontraktor untuk pengelolaan limbah konstruksi yang berbeda di suatu proyek.

3) Kontraktor

Mengadakan kerjasama dengan penyedia jasa pengangkut sampah atau ‘waste subcontractor’ ke lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Pemilahan atau segregasi dan penyimpanan sementara untuk material yang memiliki harga jual tinggi. Mengimplementasikan nilai-nilai konsep yang sudah ada dan nilai-nilai tambahan dari konsep baru dalam proses konstruksi.

4) Waste subcontractor

Jasa pengangkut sampah dari tempat konstruksi yang merupakan upaya penting bagi kontraktor untuk mengurangi limbah.

c. Permasalahan Dalam Perizinan IMB dan KRK 1) Dari Pihak Pemerintah Daerah

Yaitu hambatan yang berasal dari aparat yang berwenang dalam proses/prosedur permohonan izin dan pemberian izin, antara lain :

a) Jadwal penyampaian instruksi dari pemerintah atasan (Walikota), kepada kecamatan, kelurahan sering terlambat dari waktu yang ditentukan.

b) Kurang tepatnya penilaian tentang tafsiran biaya bangunan karena kesulitan yang ditemui petugas Dinas Pekerjaan Umum di lapangan, sebab petugas belum banyak pengalaman dan masyarakat kurang cepat memberikan informasi tentang bangunan, sehingga tafsiran biaya untuk bengunan hanya berdasarkan pikiran yang menyebabkan retribusi kurang cocok dengan kondisi bangunan. c) Kurang terpadunya perangkat pemerintah terendah (pemeritah

desa/kelurahan) dalam pelaksanaan peraturan daerah disebut kurangnya tenaga dalam pelaksanaan serta kota ini daerah yang

(39)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 35

sedang mengembangkan diri dan memilihara daerah atau daerah yang luas.

2) Dari Pihak Masyarakat

Dari pihak masyarakat itu sendiri, terdapat beberapa hambatan yang muncul, masalah dan hambatan yang timbul berupa:

a) Pemohon belum siap untuk membayar retribusi sedangkan syarat untuk keluarnya surat keputusan (SK) adalah terlebih dahulu si pemohon harus melunasi retribusi bangunan. Disebabkan karena kondisi pencarian yang kurang tetap bagi golongan ekonomi lemah kebawah.

b) Masih ada bangunan yang didirikan tanpa memiliki Izin Mendirikan Bangunan disebabkan daerah yang luas serta kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hukum belum begitu tinggi. c) Lampirkan surat status tanah (hak milik/hak pakai harta pusaka). d. Permasalahan Dalam Perizinan SLF dan Perpanjangan SLF

Terbitnya surat penetapan pembongkaran sekaligus mencabut sertifikat lain fungsi yang ada.

Rangkuman

H.

Pendataan di lapangan bisa dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara lapangan, dan pengukuran objek di lapangan tergantung pada data apa yang diperlukan. Di dalam setiap tahapan penyelenggaraan bangunan gedung yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pembongkaran terdapat berbagai permasalahan yang perlu diketahui untuk dapat dipecahkan solusinya.

(40)
(41)

Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar 37

BAB 4

MENYUSUN LAPORAN

(42)

38 Pembekalan Kunjungan Lapangan dan Seminar

Menyusun Laporan

Indikator Keberhasilan

A.

Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat menyusun laporan penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung.

Pengolahan Informasi dan Data Objek Kunjungan Lapangan

B.

Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Hipotesis yang akan diuji harus berkaitan dan berhubungan dengan permasalahan yang akan diajukan. Semua jenis penelitian tidak harus berhipotesis akan tetapi semua jenis penelitian wajib merumuskan masalahnya, sedangkan penelitian yang menggunakan hipotesis adalah metode eksperimen

Implementasi Input, Proses dan Output dalam Laporan

Pengelolaan Input 1.

Implementasi Input berupa kegiatan pengumpulan data, informasi dan fakta di lapangan yang sebelumnya telah dirumuskan dan selanjutnya dimasukan ke dalam dokumen dasar yang kemudian di validasi kebenarannya.

Proses 2.

Proses dapat diartikan sebagai pengolahan data yang secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan data-data lapangan sesuai dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian.

Pengolahan data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Hipotesis yang akan diuji harus berkaitan dan berhubungan dengan permasalahan yang akan diajukan. Semua jenis penelitian tidak harus berhipotesis akan tetapi semua jenis penelitian wajib merumuskan masalahnya, sedangkan penelitian yang menggunakan hipotesis adalah metode eksperimen.

Pengelolaan Output 3.

Tahap ini menerangkan setelah peneliti menyelesaikan analisis datanya dengan cermat. Kemudian langkah selanjutnya peneliti menginterpretasikan hasil analisis akhirnya dan peneliti menarik suatu kesimpulan yang berisikan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan penerapan pendekatan PAIKEM dalam pembelajaran lompat tinggi, diharapkan guru mampu merumuskan suatu proses pembelajaran yang lebih variatif dan inovatif, agar jalanya

Dokumen RIP-UNDIP ini memuat enam bab yaitu: (i) Bab I, Pendahuluan, yang menjelaskan peran dan fungsi rencana induk penelitian, (ii) Bab II, Landasan

Daging dapat didefinisikan sebagai kumpulan sejumlah otot yang berasal dari ternak yang sudah disembelih dan otot tersebut sudah mengalami perubahan biokimia dan biofisik

Mengenai implementasi UUTPPU menim- bulkan masalah bagi Indonesia dalam menegak- kan hukum anti pencucian uang, setidaknya menuntut para pelaku yang diduga melakukan pencucin uang

Di penelitian ini, setelah diidentifikasi risiko yang terjadi, risiko-risiko yang diperoleh pada proyek pemipaan IPA Kaligarang setelah di identifikasi risiko yang

(4) Kontrak Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan harga satuan yang tetap

Penggunaan kain tenun Lurik terutama di daerah Solo dan Yogya, umumnya dipakai dalam penyelenggaraan upacara tertentu, dan juga memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung

Karakteristik dan bentuk yang ingin diperlihatkan dalam desain interior sebuah restoran dapat ditampilkan pada meja makan dan kursi, atau dengan kata lain mebel dalam ruangan