• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

60 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini berjudul Pengaruh Pelatihan Konsep Diri Terhadap Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan konsep diri terhadap orientasi masa depan pada mahasiswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yang berlangsung selama dua minggu. Pada tahap pertama, peserta akan dibagi kedalam kelompok kecil dan didampingi oleh seorang fasilitator untuk mengikuti rangkaian aktivitas yang telah ditentukan. Pada tahap pertama ini aktivitas dilangsungkan di kampus UKSW dan sekitarnya yang mendukung untuk penyelenggaraan aktivitas. Pada tahap kedua, aktivitas dilaksanakan di wisma anak mandiri selama 3 hari 2 malam. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar partisipan penelitian dapat mengikuti seluruh rangkaian pelatihan tanpa gangguan, dan sebagai usaha untuk mengontrol variabel sekunder diluar pelatihan.

Jumlah seluruh partisipan penelitian ini adalah 20 mahasiswa aktif Fakultas Psikologi UKSW yang terdiri dari angkatan 2014, 2015, dan 2016. Sejak tahun 2015 Fakultas Psikologi UKSW sudah mulai menyelenggarakan program magang bagi mahasiswanya. Hal ini dilakukan supaya mahasiswa memiliki gambaran tentang dunia kerja, dan dapat menentukan langkah selanjutnya setelah mereka lulus. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memiliki gambaran akan masa depan beserta perencanaan karir yang matang. Rangkaian pelatihan konsep diri akan diselenggarakan sebelum partisipan mengikuti program magang untuk menghindari adanya variabel sekunder dalam penelitian.

(2)

61 4.2. Pelaksanaan Penelitian

Secara umum pelaksanaan penelitian ini terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pra penelitian atau persiapan penelitian, dan tahap pelaksanaan penelitian.

4.2.1. Pra Penelitian

Pada tahap ini penulis melakukan seluruh persiapan penelitian berupa antara lain :

1. Preliminary Study

Pada tahap ini penulis melakukan observasi dan wawancara awal terhadap 3 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW pada tanggal 21 Maret 2017, dan seorang alumni Fakultas Psikologi UKSW yang sudah berkerja pada tanggal 11 April 2017. Preliminary study dilakukan untuk memetakan fenomena dan memperoleh data awal terkait dengan orientasi masa depan pada mahasiswa dan alumni Fakultas Psikologi UKSW. Selain itu, data preliminary study juga diperlukan sebagai salah satu dasar dilangsungkannya penelitian ini. 2. Penyusunan Instrumen Penelitian

Selanjutnya, penulis mempersiapkan instrumen penelitian yaitu Future Orientation Questionnaires (FOQ), yang nantinya akan digunakan untuk mengukur orientasi masa depan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW. FOQ merupakan instrumen yang dikembangkan oleh Seginer (2009) dari 3 komponen orientasi masa depan yaitu (1) motivasional; (2) representasi kognitif; dan (3) perilaku. Penulis melakukan modifikasi alat ukur FOQ dengan menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan menyusunnya dalam bentuk skala Likert. Penulis juga menambahkan beberapa aitem sehingga

(3)

62

didapatkan sejumlah 38 aitem, yang akan dilakukan uji coba terlebih dahulu.

Selain instrumen FOQ, penulis juga menyiapkan instrumen untuk evaluasi pelatihan. Tovey (dalam Sopacua & Budijanto, 2007) menjelaskan bahwa evaluasi pelatihan adalah pengumpulan informasi tentang rangkaian pelatihan, peserta pelatihan, pelatih atau fasilitator, desain, metode, sumberdaya dan sarana yang digunakan serta dampak dari pelatihan yang telah disusun. Instrumen evaluasi pelatihan dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan empat tahap evaluasi Kirkpatrick (dalam Sopacua dan Budijanto, 2007) yaitu reaction level, learning level, behavioral level, dan result level.

3. Penyusunan Modul Pelatihan Konsep Diri

Dalam penelitian eksperimen, keberadaan modul menjadi hal yang penting karena memuat seluruh tahapan dan prosedur pemberian perlakuan. Keberhasilan penelitian eksperimen bergantung pada kesesuaian antara modul dan pelaksanaan di lapangan. Pada penelitian ini, penulis menyusun modul pelatihan konsep diri berdasarkan teori konsep diri yang dikembangkan oleh Fitts (1971), dengan 8 komponen yaitu identity self, behavioral self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal self, family self, dan social self. Selama penyusunan modul penulis berkonsultasi dengan seorang Psikolog Pendidikan yaitu Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi. yang juga menjadi expert judgement dalam penyusunan rangkaian pelatihan konsep diri.

4. Persiapan enumerator dan fasilitator pelatihan

(4)

63

penelitian eksperimental seringkali memerlukan enumerator atau tim pelaksana lapangan agar perlakuan dapat diberikan secara efektif. Pada penelitian ini penulis dibantu oleh empat mahasiswa yang bertugas sebagai enumerator, dan empat mahasiswa sebagai fasilitator. Empat orang enumerator pelatihan akan bertugas untuk menyelesaikan hal-hal administratif, teknis, serta berkoordinasi dengan peneliti saat pelaksanaan pelatihan konsep diri, seperti berkoordinasi dengan narasumber, mempersiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan, dan hal-hal teknis lain yang diperlukan.

Pelatihan konsep diri pada tahap pertama akan dilakukan didalam kelompok kecil bersama dengan seorang fasilitator. Terdapat empat kelompok dengan masing-masing kelompok berjumlah 4 sampai 5 orang. Oleh karena itu dalam pelaksanaan tahap pertama ini diperlukan sejumlah 5 fasilitator yang akan memimpin 4 aktivitas. Fasilitator dalam pelatihan ini ialah mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2014 dan 2015, yang telah dipersiapkan dengan melakukan simulasi dan role play untuk setiap aktivitas. Daftar susunan enumerator dan fasilitator terlampir pada lampiran 5.

5. Koordinasi dengan narasumber, lembaga, dan komunitas.

Untuk memaksimalkan pelaksanaan pelatihan konsep diri penulis juga mengundang narasumber dan pihak-pihak yang memiliki kapasitas dan kompetensi di bidangnya masing-masing. berikut ini ialah daftar narasumber, lembaga, maupun komunitas yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaan pelatihan konsep diri

a. Dr. Aloysius Soesilo M.A. (Staf pengajar Fakultas Psikologi UKSW)

(5)

64

c. Galuh Ayu Anitasari, S.Psi. (Alumni Fakultas Psikologi UKSW, trainer, dan penulis)

d. Winang Pranandana, S.Psi. (Alumni Fakultas Psikologi UKSW, entrepreneur, dan ketua komunitas Padma)

e. Padma dan Bryum (komunitas pendidikan dan alam) f. Pusat Layanan Psikologi, Fakultas Psikologi UKSW 6. Pengumpulan Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian yang menjadi kelompok eksperimen dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara mempublikasikan informasi akan kebutuhan partisipan penelitian pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW angkatan 2014, 2015, dan 2016. Informasi tersebut dikemas dalam bentuk video dan poster yang akan disebarkan disekitar gedung fakultas psikologi UKSW dan melalui media sosial. Publikasi dimulai sejak tanggal 1 Agustus sampai dengan 15 Agustus 2017. Sebanyak 30 peserta telah mendaftar, namun akhirnya hanya 20 partisipan penelitian yang menyatakan bersedia untuk mengikuti aktivitas dari awal hingga akhir.

7. Persiapan lokasi pelatihan

Pada pelatihan ini terdapat beberapa lokasi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan pelatihan konsep diri. Untuk tahap 1, fasilitator bersama dengan anggota kelompoknya akan mengambil tempat di lingkungan sekitar kampus UKSW yang sekiranya mendukung untuk pelaksanaan aktivitas didalam kelompok kecil. Pada tahap 2, aktivitas akan dilangsungkan dengan menginap selama 3 hari 2 malam bertempat di Wisma Anak Mandiri, Getasan, Kab. Semarang. Pemilihan tempat ini karena dianggap cukup kondusif

(6)

65

untuk penyelenggaraan pelatihan dan lokasinya tidak terlalu jauh dari Salatiga. Penulis bersama dengan enumerator terlebih dulu akan memastikan ketersediaan tempat dan fasilitas yang ada di lokasi tersebut.

4.2.2. Pelaksanaan Penelitian

Secara umum, penelitian dimulai terhitung sejak penulis melakukan uji coba alat ukur orientasi masa depan yaitu pada tanggal 2 hingga 4 Agustus 2017. Sementara itu, pemberian perlakuan dilaksanakan tanggal 14 Agustus 2017 hingga tanggal 27 Agustus 2017. Tabel 4.1. berikut ini merupakan rincian pelaksanaan pelatihan konsep diri.

Tabel 4.1. Rincian Pelaksanaan Penelitian No Rincian Kegiatan Waktu dan Tempat

Pelaksanaan

Keterangan 1 Uji coba alat ukur

penelitian

Waktu : 2- 4 Agustus 2017 Lokasi : Gedung Fakultas Psikologi UKSW

Penulis melakukan try out instrumen penelitian dan berkonsultasi dengan pembimbing 2 - Technical meeting (perkenalan, penjelasan seluruh kegiatan, & pembagian kelompok) - Mengisi informed consent - Pre test - Tes psikologi (MBTI & Holland)

Waktu : Senin, 14 Agustus 2017.

Lokasi : Gedung Fakultas Psikologi UKSW ruang PB 2017

Diikuti oleh seluruh partisipan penelitian, enumerator, dan fasilitator. Pada kesempatan ini, peserta akan bertemu dengan anggota kelompok dan fasilitatornya. Tahap 1 3 Pelaksanaan aktivitas 1 Define yourself Waktu : 15-17 Agustus 2017.

Durasi : Setiap aktivitas 180 menit Aktivitas dalam kelompok kecil bersama dengan 4 Pelaksanaan aktivitas 2 Every part of me

(7)

66 5 Pelaksanaan aktivitas 3

Dead Poet Society

Lokasi: Lingkungan sekitar kampus UKSW

fasilitator. 6 Pelaksanaan Aktivitas

4 the unspoken words 7 Pelaksanaan aktivitas 5

Bermain Peran

Waktu : Jumat, 18 Agustus 2017

Durasi : 420 menit.

Lokasi : Gedung F, UKSW

Partisipan mengikuti aktivitas bermain peran bersama Retmono Adi, S.Psi, Psikolog

Tahap 2

8 Field trip Waktu : Jumat, 25 Agustus 2017.

Lokasi : Air terjun Seloprojo, Kopeng, Kab. Magelang. Aktivitas ini merupakan kegiatan pembuka sebelum masuk pada rangkaian program tahap 2. Peserta mengikuti kegiatan outbound dan wisata bersama dengan tim Bryum.

9. Pelaksanaan aktivitas 6 Find your bliss

Waktu : Jumat, 25 Agustus 2017.

Durasi : 120 menit (19.00-09.00)

Lokasi : Wisma Anak Mandiri Peserta menerima materi yang dibawakan oleh Dr. Aloysius Soesilo M.A. 10 Pelaksanaan aktivitas 7 berdamai dengan diri

Waktu : Sabtu, 26 Agustus 2017

Durasi : 120 menit (07.30-09.30)

Lokasi : Wisma Anak Mandiri

Peserta akan bertemu dan sharing bersama dengan narasumber yaitu Galuh Ayu Anitasari, S.Psi. 11 Pelaksanaan aktivitas 8

Hening

Waktu : Sabtu, 26 Agustus 2017.

Durasi : 120 menit (18.30-21.30)

Lokasi : Wisma anak mandiri Materi hening dibawakan oleh Winang Pranandana, S.Psi. yang kemudian akan ditutup dengan sesi api unggun dan keakraban 12 Pelaksanaan aktivitas 9 time line Waktu : Minggu, 27 Agustus 2017. Durasi : 120 menit Peserta mengikuti aktivitas time line, menggambarkan

(8)

67

Penutupan dan

pelaksanaan posttest

(07.30-09.30).

Lokasi : Wisma anak mandiri

dirinya di masa depan. Dibawakan

oleh Winang

Pranandana, S.Psi 4.3. Deskripsi Hasil Try Out Instrumen Penelitian

Tahap try out instrument penelitian dilakukan pada tanggal 2-4 Agustus 2017 kepada 70 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang terdiri dari angkatan 2014, 2015, dan 2016. Penulis meminta bantuan kepada mahasiswa Fakultas Psikologi yang saat itu sedang berada di sekitar gedung Fakultas Psikologi UKSW untuk mengisi instrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Selama proses pengambilan data untuk try out, penulis mempertimbangkan beberapa hal antara lain yaitu (1) mahasiswa sedang tidak terburu-buru dan memiliki waktu luang untuk mengisi instrumen, (2) Suasana di lingkungan sekitar kampus mendukung untuk pengerjaan instrumen, (3) partispian try out bersedia dan berada dalam kondisi yang baik untuk mengisi instrumen. Tabel 4.2. berikut ini merupakan deskripsi sebaran frekuensi partisipan try out berdasarkan angkatan dan jenis kelamin.

Tabel 4.2. Gambaran Partisipan Try Out Instrumen Penelitian Jenis

Kelamin

Angkatan Jumlah Presentase

2014 2015 2016 Laki-laki 8 9 8 25 35,7% Perempuan 12 17 16 45 64,3% Jumlah 20 26 24 70 100% Presentase 28,6% 37,1% 34,3% 100%

4.3.1. Daya Diskriminasi Aitem dan Reliabilitas Skala

Akurasi dan ketepatan penelitian juga ditentukan oleh kualitas instrumen yang digunakan. Instrumen yang reliabel diperlukan untuk membandingkan skor orientasi masa depan sebelum dan sesudah perlakuan. Reliabilitas alat ukur dalam penelitian juga diperlukan untuk mengetahui

(9)

68

Oleh karena itu penulis melakukan uji coba instrumen terlebih dahulu untuk mengetahui aitem-aitem yang layak digunakan dan skor reliabilitas dari skala orientasi masa depan.

Pada skala orientasi masa depan terdapat sebanyak 38 aitem yang akan di uji coba. Setelah dilakukan perhitungan diskriminasi aitem sebanyak satu putaran melalui corrected-item total correlation diketahui terdapat 10 aitem yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dan dinyatakan gugur. Aitem tersebut antara lain yaitu aitem nomer 5, 12, 18, 19, 24, 25, 27, 28, 29, 36,. Tabel 4.3. berikut ini ialah sebaran aitem orientasi masa depan yang layak dan yang gugur.

Tabel 4.3. Sebaran Aitem Skala Orientasi Masa Depan

No Komponen Aspek Nomor Aitem

Valid Nomor Aitem Gugur 1 Motivasional Value 21, 22, 23, 30, 33 Expectance 4, 11, 20 18, 19 Internal Control 15, 16, 17 25, 27 2 Kognitif Content 1, 6, 9, 26, 34 Valensi Hope Fear 8, 32, 37 38 28 24, 29, 36 3 Perilaku Exploration 13, 14, 31 5, 12 Commitment 2, 3, 7, 10, 35 Jumlah 28 10

Selanjutnya, penulis menyeleksi aitem-aitem yang gugur tersebut dan mengulang kembali prosedur diskriminasi aitem untuk putaran ke 2, dan hasilnya tidak ditemukan lagi aitem yang gugur.

Penulis kemudian melakukan pengujian reliabilitas untuk mengetahui apakah skala orientasi masa depan yang telah disusun layak digunakan dalam

(10)

69

penelitian ini. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan melihat koefisien cronbach’s alpha dan dihitung dengan bantuan SPSS. Tabel 4.4. berikut ini alah hasil uji reliabilitas skala orientasi masa depan.

Tabel. 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Orientasi Masa Depan Koefisien Alpha

Koefisien Alpha Aitem

Terstandar Jumlah Aitem

.890 .891 28

Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang ditampilkan pada Tabel 4.4. diketahui bahwa skor koefisien alpha pada skala orientasi masa depan ialah 0,890 dengan jumlah aitem sebanyak 28 aitem. Azwar (2017) mengungkapkan bahwa reliabilitas telah dianggap memuaskan apabila koefisiennya mencapai = 0,90; namun untuk skala yang digunakan dalam pengambilan keputusan individual yang sangat penting sebaiknya koefisien reliabilitas mencapai angka = 0,950.

Senada dengan hal tersebut Wells dan Wollack (dalam Azwar, 2017) menjelaskan bahwa high-stakes standardized tests yang dirancang secara profesional hendaknya memeiliki koefisien konsistensi internal minimal 0,90; sedangkan untuk tes yang tidak begitu besar pertaruhannya harus memiliki koefisien konsistensi internal paling tidak setinggi 0,80 atau 0,85. Sesuai dengan pernyataan tersebut skala orientasi masa depan memperoleh koefisien alpha sebesar 0,890 yang berarti skala ini layak digunakan sebagai alat ukur penelitian, karena berada di atas skor koefisien konsistensi minimal yaitu 0,85 (Azwar, 2017).

4.4. Deskripsi Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian eksperimen ini adalah 20 mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang terdiri dari angkatan 2014, 2015, dan 2016. Tabel 4.5. berikut ini merupakan deskripsi partisipan penelitian berdasarkan

(11)

70 angkatan dan jenis kelamin.

Tabel 4.5. Gambaran Partisipan Penelitian Kelompok Eksperimen Jenis

Kelamin

Angkatan Jumlah Presentase

2014 2015 2016

Laki-laki 3 - 1 4 20%

Perempuan 4 8 4 16 80%

Jumlah 7 8 5 20 100%

Presentase 35% 40% 25% 100%

Dari Tabel 4.5. di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 16 orang atau sebesar 80% dari seluruh partisipan penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Sementara itu, sisanya yaitu sebanyak 4 orang atau sebesar 20% dari seluruh partisipan penelitian ini berjenis kelamin laki-laki. Selanjutnya apabila kita cermati sebaran angkatan partisipan penelitian ini yaitu sebanyak 7 orang atau 35% dari seluruh partisipan adalah angkatan 2015; 8 orang atau 40% dari seluruh partisipan adalah angkatan 2015; dan 5 orang atau sebanyak 25% dari seluruh partisipan adalah angkatan 2016.

4.5. Deskripsi Perubahan Skor Pretest dan Posttest Partisipan Penelitian

Pada bagian ini akan ditampilkan secara deskriptif perubahan skor partisipan penelitian sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa pelatihan konsep diri. Perubahan skor masing-masing individu perlu dicermati agar dapat melihat manfaat pelatihan konsep diri pada partisipan penelitian. Dari selisih perubahan skor masing-masing individu inilah dapat diketahui ada tidaknya peningkatan skor orientasi masa depan. Tabel 4.6. berikut ini adalah perbandingan data orientasi masa depan seluruh partisipan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.

(12)

71

Tabel 4.6. Data Perubahan Skor Pretest dan Posttest Partisipan Penelitian No Partisipan Skor Orientasi Masa

Depan Selisih Perubahan Skor Orientasi Masa Depan Pretest Posttest 1 Partisipan 1 108 110 2 2 Partisipan 2 102 112 10 3 Partisipan 3 97 110 13 4 Partisipan 4 103 119 16 5 Partisipan 5 119 118 -1 6 Partisipan 6 108 133 25 7 Partisipan 7 106 113 7 8 Partisipan 8 85 102 17 9 Partisipan 9 103 117 14 10 Partisipan 10 111 136 25 11 Partisipan 11 98 98 0 12 Partisipan 12 97 131 34 13 Partisipan 13 122 129 7 14 Partisipan 14 99 116 17 15 Partisipan 15 102 125 23 16 Partisipan 16 102 118 16 17 Partisipan 17 105 115 10 18 Partisipan 18 102 100 -2 19 Partisipan 19 115 111 -4 20 Partisipan 20 104 114 10

Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa hampir sebagian besar partisipan mengalami peningkatan skor orientasi masa depan setelah mengikuti pelatihan konsep diri. Meski begitu masih terdapat seorang partisipan yang tidak mengalami perubahan skor yaitu partisipan 11, sementara 3 orang partisipan lainnya justru mengalami penurunan skor setelah mengikuti pelatihan konsep diri yaitu partisipan 5 dengan selisih -1; partisipan 18 dengan selisih -2; dan partisipan 19 dengan selisih -4. Rata-rata selisih antara skor pretest dan posttest adalah sebesar 11,95. Besaran peningkatan skor orientasi masa depan masing-masing partisipan sangat

(13)

72

bervarisi mulai dari selisih minimun sebesar 2 hingga selisih maksimum sebesar 34. Sementara penurunan skor yang muncul pada tiga orang partisipan berkisar di angka -1 hingga -4.

Selanjutnya, pada grafik 4.1. berikut ini akan ditambilkan diagram perbandingan perubahan skor orientasi masa depan sebelum dan sesudah diberikanya perlakuan untuk masing-masing partisipan.

Keterangan : Data pretest Data posttest

Grafik 4.1. Perubahan Skor Pretest dan Posttest Pada Partisipan Penelitian Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa secara umum partisipan penelitian mengalami peningkatan skor orientasi masa depan. Hanya terdapat satu orang pertisipan yaitu partisipan 11 yang memiliki skor yang sama antara pretest dan posttest. Sementara terdapat 3 orang partisipan justru

(14)

73

mengalami penurunan skor setelah mengikuti pelatihan konsep diri yaitu partisipan 5, partisipan 18 dan partisipan 19.

4.6. Uji Asumsi

Dalam inferensi statistika, data yang akan dianalisis dianggap memenuhi asumsi-asumsi yang disyaratkan bagi komputasi formulasinya apabila telah dilakukan uji asums terlebih dahulu (Azwar, 2010). Uji asumsi dilakukan agar peneliti mengetahui apakah teknik statistik parametris dapat dilakukan udalam pengujian hipotesis. Apabila tidak memenuhi syarat asumsi yang ditentukan, maka teknik statistik parametris tidak dapat digunakan dan akan digunakan statistik nonparametris (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas.

Pengujian normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji one sample Kolmogorov-Smirnov yang dihitung dengan bantuan SPSS. 16. Tabel 4.7. berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan teknik Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov

Pretest Posttest

N 20 20

Parameter Normala Rata-rata 104.40 116.35

Std. Deviasi 8.242 10.469

Perbedaan yang terlihat Absolut .135 .150

Positif .131 .150

Negatif -.135 -.122

Kolmogorov-Smirnov Z .606 .671

Asymp. Sig. (2-tailed) .857 .758

a. Pengujian terdistribus normal

(15)

74

koefisien pretest adalah sebesar 0,857 (p > 0,05) yang berarti data orientasi masa depan untuk pretest berdistribusi normal. Sementara itu nilai koefisien posttest adalah sebesar 0,758 (p >0,05) yang berati bahwa data orientasi masa depan untuk posttest juga berdistribusi normal.

4.7. Uji Hipotesis

4.7.1. Uji t Sampel Berpasangan

Uji t sampel berpasangan (paired sample t-test) dilakukan untuk melihat perbedaan tingkat orientasi masa depan pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Syarat dierimanya hipotesis penelitian ini adalah ketika harga t hitung lebih besar dari t Tabel. Tabel 4.8. berikut ini adalah Tabel hasil uji t contoh berpasangan perbedaan tingkat orientasi masa depan sebelum dan sesudah perlakuan

Tabel 4.8. Hasil Uji t Sampel Berpasangan Tingkat Orientasi Masa Depan Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Sebelum dan Sedudah Perlakuan

Statistik Sampel Berpasangan Rata-rata N Std. Deviasi

Std. Kesalahan Rata-rata

Pasangan 1 Pretest 104.40 20 8.242 1.843

Posttest 116.35 20 10.469 2.341

Pada Tabel 4.8. di atas diketahui bahwa rata-rata skor orientasi masa depan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW sebelum diberikan perlakuan adalah 104,40 dengan standar deviasi sebesar 8,242. Setelah diberikan perlakuan, rata-rata kelompok eksperimen meningkat menjadi 116,35 dengan standar deviasi sebesar 10,469. Dari data statistik di atas dapat dilihat bahwa skor posttest lebih tinggi daripada pretest.

(16)

75

paired sample t test haruslah dibawah 0,05. Tabel 4.9. berikut ini merupakan Tabel hasil uji t sampel berpasangan perbedaan tingkat orientasi masa depan antara kelompok prestest dan posttest.

Tabel 4.9. Hasil Uji Sampel Berpasangan Perbedaan Tingkat Orientasi Masa Depan Mahasiswa Antara Pretest dan Posttest

Dari Tabel 4.9. di atas diketahui bahwa nilai t hitung adalah sebesar -5,266 (t Tabel = 2,093) dengan signifikansi (2-tailed) adalah sebesar 0,000 (p<0,05). Dari hasil uji t sampel berpasangan tersebut dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan signifikan terhadap orientasi masa depan mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW sebelum dan sesudah pelatihan. Perbedaan dapat juga diketahui dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. t hitung yang didapatkan ialah sebesar -5,266 dengan t Tabel sebesar 2,093. Angka minus pada t hitung dikarenakan skor rata-rata pretest lebih kecil daripada posttest. Oleh karena itu, simbol minus memiliki makna positif sehingga nilai t hitung menjadi 5,266. Karena t hitung lebih besar dari t Tabel maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan antara skor pretest dan posttest.

Uji Sampel Berpasangan Perbedaan Pasangan t df Sig. (2-tailed) Rata-rata Std. Deviasi Rata-rata Std. Error Interval kepercayaan sebesar 95% terhadap perbedaan Lower Upper Pasangan 1 Pretest -Posttest -11.950 10.149 2.269 -16.700 -7.200 -5.266 19 .000

(17)

76 4.8. Evaluasi Pelatihan Konsep Diri

Dalam sebuah pelatihan, evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan pelatihan. Evaluasi juga diperlukan untuk perbaikan dan proses penyempuraan pelatihan konsep diri apabila akan diselenggarakan kembali. Dalam konteks penelitian, evaluasi ini juga akan membantu penulis beserta enumerator untuk mengetahui hambatan dan kekurangan selama proses pelaksanaan penelitian. Instrumen evaluasi pelatihan dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan empat tahap evaluasi Kirkpatrick (dalam Sopacua dan Budijanto, 2007) yaitu reaction level, learning level, behavioral level, dan result level. Rincian evaluasi pelatihan dapat dilihat pada lampiran 4.

Terdapat setidaknya 7 komponen yang dievaluasi pada pelatihan konsep diri antara lain yaitu (1) penguasaan tema/topik pelatihan; (2) Cara penyajian materi; (3) Manfaat materi; (4) Interaksi dengan peserta; (5) suasana saat pelatihan; dan (6) penggunaan alat bantu dan (7) sikap tim penyelenggara. Evaluasi disusun berdasarkan 5 kategori tingkat kepuasan terhadap 4 tahap evaluasi menurut Kirkpatrick.(rincian perhitungan interval dapat dilihat pada lampiran 5). Berikut ini adalah kategori rata-rata skor evaluasi pelatihan.

Sangat memuaskan 85 ≤ x≤ 100 Cukup memuaskan 69 ≤ x≤ 84

Netral 53 ≤ x≤ 68

Tidak memuaskan 37 ≤ x≤ 52 Sangat tidak memuaskan 20 ≤ x≤ 36

Setelah menentukan jarak interval antar kategori, penulis menghitung rata-rata skor pada setiap aktivitas untuk tahap 1 dan tahap 2. Grafik 4.2 dan

(18)

77 80,0 82,6 87,8 90,2 90,0 83,2 90,2 20 40 60 80 100

Penguasan tema/topik pelatihan Cara penyajian materi Manfaat materi Interaksi dengan peserta Suasana saat pelatihan Penggunaan alat bantu Sikap Tim penyelenggara

4.3. berikut ini adalah gambaran hasil evaluasi pelaksanaan pelatihan konsep diri.

Grafik 4.2. Rata-rata Skor Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Konsep Diri Tahap 1 Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa secara umum rata-rata skor evaluasi pelatihan konsep diri tahap 1 berada dalam kategori cukup memuaskan dan sangat memuaskan. Terdapat tiga komponen pada tahap 1 yang masuk dalam kategori cukup memuaskan yaitu penguasaan materi pelatihan dengan nilai rata 80; cara penyajian materi dengan nilai rata-rata 82,6; dan penggunaan alat bantu dengan nilai rata-rata-rata-rata 83,2. Sementara itu 4 komponen yang lain masuk dalam kategori sangat memuaskan. Keempat komponen tersebut adalah manfaat materi dengan nilai rata-rata 87,8; interaksi dengan peserta dengan nilai rata-rata 90,2; suasana dalam

(19)

78

pelatihan dengan nilai rata-rata 90; dan sikap tim penyelenggara yang memiliki nilai rata-rata 90,2.

Selanjutnya grafik 4.3. berikut ini akan menggambarkan hasil rata-rata evaluasi pelatihan konsep diri pada mahasiswa fakultas psikologi UKSW.

Grafik 4.3. Rata-rata Skor Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Konsep Diri Tahap 2 Grafik di atas menunjukkan bahwa secara umum rata-rata skor evaluasi pelatihan konsep diri tahap 2 juga berada dalam kategori cukup memuaskan dan sangat memuaskan. Terdapat hanya 1 komponen pada tahap 2 yang masuk dalam kategori cukup memuaskan yaitu penggunaan alat bantu dengan nilai rata-rata 84. Sementara itu sisanya 6 komponen yang lain masuk dalam kategori sangat memuaskan. Keenam komponen tersebutantara lain yaitu penguasaan tema/topik pelatihan dengan nilai rata-rata 86,5; cara penyajian materi dengan nilai rata 87; manfaat materi dengan nilai rata-rata 89,25; interaksi peserta dengan nilai rata-rata-rata-rata 89; suasana saat pelatihan dengan nilai rata 87,5; dan sikap tim penyelenggara dengan nilai rata-rata 91,5.

(20)

79

Dari kedua grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pelatihan konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW cukup memuaskan.

4.9. Pembahasan

Dari hasil uji t sampel berpasangan diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dan t hitung sebesar -5,266 (t Tabel = 2,093) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat orientasi masa depan pada mahasiswa fakultas psikologi UKSW sebelum dan sesudah perlakuan. Dengan kata lain hipotesis penelitian ini diterima atau terdapat pengaruh pelatihan konsep diri dalam meningkatkan orientasi masa depan mahasiswa. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Seginer dan Shoyer (2005); Ziera dan Dekel (2005); Adamson, Wreder, dan Kerpelman (2007); Jackman dan MacPhee (2015); Putri, (2006); Maya (2011); dan Aslamawati, Sobari, dan Utami (2012), yang menyimpulkan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap orientasi masa depan individu.

Kesimpulan tersebut diperkuat dengan adanya perbedaan rata-rata skor orientasi masa depan sebelum dan sesudah perlakuan. Pada Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa rata-rata skor pretest adalah sebesar 104,40 dan rata-rata kelompok posttest adalah sebesar 116,35. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata dimana skor posttest lebih tinggi daripada pretest. Selanjutnya, pada Tabel 4.6. dan grafik 4.1. menunjukkan bahwa hampir sebagian besar partisipan mengalami peningkatan skor orientasi masa depan setelah mengikuti pelatihan konsep diri. Meski begitu masih terdapat seorang partisipan yang tidak mengalami perubahan skor yaitu partisipan 11,

(21)

80

sementara 3 orang partisipan lainnya justru mengalami penurunan skor setelah mengikuti pelatihan konsep diri antara lain yaitu partisipan 5, partisipan 18, dan partisipan 19. Tidak terjadinya perubahan dan penurunan skor yang terjadi dimungkinkan karena partisipan telah mengetahui arahan hidupnya di masa depan atau telah memiliki skor orientasi masa depan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 20 September 2017 kepada partisipan seusai mengikuti pelatihan konsep diri. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seorang partisipan telah memiliki perencanaan yang matang setelah lulus kuliah dan telah menentukan akan berkarir dalam bidang yang ia minati. Sementara 3 orang partisipan lainnya merasa pelatihan konsep diri yang diikuti tidak memberikan dampak bagi dirinya dan perlu dikembangkan lagi dengan memberikan pilihan-pilihan profesi yang lebih spesifik agar peserta memiliki gambaran akan pilihan-pilihan profesi di masa depan.

Hasil penelitian ini mendukung pernyataan yang disampaikan oleh Fitts (1971) bahwa diri individu memiliki dua makna yang berbeda yaitu makna diri sebagai objek (self as object) dan diri sebagai proses (self as process). Diri secara utuh merupakan hasil dari interaksi kedua makna diri melalui segenap dimensi konsep diri. Dimensi inilah yang akan turut memengaruhi orientasi masa depan individu dimana setiap dimensi merupakan representasi keadaan diri individu di masa lalu, masa sekarang, yang pada akhirnya menentukan gambaran diri di masa yang akan datang. Sama halnya dengan Damon dan Hart (1988) yang mengungkapkan bahwa seiring dengan tahap perkembangan individu, ia akan menggunakan pemahaman atas dirinya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta mengelola pemahaman diri berdasarkan keyakinan dan perencanaan akan masa depan. Hal ini berarti segenap pengetahuan dan persepsi tentang diri

(22)

81

memiliki peran penting dalam perkembangan orientasi masa depan

Penulis mengajukan beberapa dalil untuk menjelaskan penyebab terjadinya pebedaan skor pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan. Dalil yang pertama yaitu pelatihan konsep diri disusun dengan pendekatan experiental learning menurut Kolb (1984). Melalui experiental learning, partisipan penelitian tidak hanya menerima materi yang diajarkan tetapi juga terlibat secara aktif mengalami materi tersebut. Pelatihan konsep diri dirancang sesuai dengan 4 langkah experiental learning menurut Kolb (1984) antara lain yaitu (1) Concrete experience; (2) observation and reflection; (3) formations of abstract concept and generalizations; (4) testing implementation. Keempat langkah tersebut oleh penulis kemudian diejawantahkan ke dalam 9 aktivitas dimana masing-masing aktivitas disusun berdasarkan dimensi konsep diri menurut Fitts (1971). Pada saat partisipan mengikuti rangkaian pelatihan konsep diri, mereka akan melalui 4 langkah experiental learning terkait materi konsep diri. Pendekatan experiental leaning dalam pelatihan konsep diri memfasilitasi peserta untuk mengalami secara langsung pembentukan konsep dirinya. Dengan experiental learning partisipan tidak hanya mengetahui konsep dirinya tetapi juga secara aktif terlibat dalam pembentukan dan rekonstruksi konsep diri yang baru. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Baker dan Robinson (2016) yang mengungkapkan bahwa siswa yang terlibat dalam experiental learning memiliki skor kreativitas yang lebih tinggi dalam bidang spesifik yang dipelajari.

Dalil yang kedua adalah karena rangkaian pelatihan konsep diri disusun dari model multidimensional konsep diri yang dikembangkan oleh Fitts (1971). Sebuah model multidimensional tentunya memiliki level

(23)

82

abstraksi yang lebih luas dan mencakup lebih banyak komponen. Sesuai dengan pernyataan Jarvis, Podsakoff dan MacKenzie (2003) bahwa konstruk multidimensional adalah konstruk yang dibentuk dari konstruk laten, yang didalamnya termasuk konstruk unidimensional dengan arah indikatornya dapat berbentuk reflektif maupun formatif. Sembilan aktivitas yang telah diterapkan dikembangkan dari 8 komponen konsep diri antara lain identity self, behavioral self, judging self, physical self, moral ethical self, personal self, family self, dan social self. Karena cakupan dimensi konsep diri yang lebih luas dan komponen yang lebih beragam, partisipan penelitian dapat memiliki gambaran yang komprehensif terhadap konsep dirinya. Gambaran yang utuh terhadap konsep diri inilah yang pada akhirnya membantu partisipan untuk mengembangkan orientasi masa depan.

Kemudian dalil berikutnya yaitu bentuk aktivitas yang dilakukan juga turut berperan dalam perbedaan skor pretest dan posttest. Dalam proses penyusunan modul, setiap komponen konsep diri akan dikemas dalam bentuk aktivitas sesuai dengan pengertian kosep dan operasional komponen tersebut. Misalnya agar partisipan mampu menggambarkan identitas dirinya (identity self) penulis memberikan perlakuan aktivitas 1 (define yourself) yang mengajak partisipan untuk mengisi lembar kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang diri termasuk label-label dan simbol-simbol yang melekat pada dirinya yang disadari. Dengan lembar kerja tersebut partisipan dapat mendeskripsikan karakteristik dirinya dari apa yang mereka ketahui baik itu positif maupun negatif. Gambar 4.1 berikut ini ialah contoh lembar kerja aktivitas 1 yang telah diisi oleh partisipan penelitian.

(24)

83

Gambar 4.1. Contoh Lembar Kerja Define Yoursef Setelah Diisi Partisipan Dari gambar tersebut terlihat salah seorang partisipan berusaha untuk mengisi lembar kerja secara jujur melalui pengalaman langsung serta pengamatan dan observasi terhadap dirinya sendiri. Setelah selesai mengisi, partisipan kemudian akan mengungkapkan hasil kerjanya di dalam kelompok bersama dengan fasilitator, dan anggota kelompok diberikan waktu untuk menanggapi partisipan tersebut. Keberanian untuk mengakui secara jujur dan menceritakan dalam kelompok akan membuat partisipan menerima keadaan diri seutuhnya.

Selanjutnya pada aktivitas ke 2 (every part of me), peserta diajak untuk menyadari segala tingkah lakunya yang muncul pada situasi tertentu (behavioral self). Tingkah laku individu termasuk diantaranya kebiasaan,

(25)

84

pengambilan keputusan, dan hal-hal yang mendorongnya untuk memiliki sikap dan perilaku tertentu. Gambar 4.2 berikut ini adalah contoh lembar kerja aktivitas 2 yang sudah diisi oleh partisipan.

Gambar 4.2. Contoh Lembar Kerja Every Part Of Me Setelah Diisi Oleh Partisipan

Lembar kerja aktivitas 2 dikemas dalam bentuk puzzle bagian tubuh manusia. Masing-masing bagian tubuh berisi pertanyaan reflektif yang harus diisi oleh peserta. Setelah mengisi puzzle tersebut peserta akan menyusunnya satu persatu sambil bercerita di dalam kelompok. Selama proses bercerita di dalam kelompok, masing-masing partisipan akan mulai menyadari sikap dan perilakunya serta segenap karakteristik yang ada dalam dirinya. Fasilitator dan anggota kelompok yang lain akan memberikan tanggapan dan menguatkan peserta selama aktivitas berlangsung.

(26)

85

Aktivitas 1 dan 2 di atas bertujuan untuk mengajak partisipan menyadari dan menerima gambaran diri yang sebenarnya yang selama ini disangkal atau tidak diinginkan. Sesuai dengan pernyataan Rogers (dalam Feist & Feist, 2011) bahwa segala pengetahuan tentang diri dapat diakses, dicari dan dipahami hingga menuju kesadaran kita. Rogers juga menyampaikan salah satu cara untuk menyelaraskan antara diri sebenarnya dan diri ideal, individu dapat mengembangkan persepsi positif, dan mulai menerima diri yang sebenarnya, tidak terlalu mengkhawatirkan apa yang orang lain inginkan, dan meningkatkan pengalaman positif di dunia. Dengan mengikuti aktivitas 1 dan aktivitas 2, partisipan dapat melihat segenap kelebihan dan kelemahan dirinya, kemudian menyusunnya menjadi satu bagian utuh dirinya melalui simbol puzzle bagian tubuh manusia.

Pada aktivitas 3 (dead poet society) dan aktivitas 4 (the unspoken words) partisipan masih dalam kelompok kecil bersama dengan seorang fasilitator, untuk berdiskusi maupun mengungkapkan apa yang sedang di alami. Untuk aktivitas ke 4 partisipan akan diajak untuk merekonstruksi ulang konsep diri negatif yang dimiliki karena pengalaman hidup individu, dengan cara menulis surat untuk dirinya sendiri di masa lalu. Proses ini akan memfasilitasi partisipan untuk melihat kembali peristiwa-peristiwa dalam hidupnya melalui sudut pandang yang baru, sehingga akhirnya ia akan memiliki pemaknaan yang baru terhadap peristiwa tersebut. Pernyataan tersebut didukung oleh Pennebaker (1997) yang mengungkapkan bahwa ketika seseorang menulis pengalaman hidupnya di masa lalu, ia akan dihadapkan kembali kepada peristiwa-peristiwa di masa lalu namun dengan pikiran dan perasaan yang lebih baru dalam melihat dirinya. Proses ini melibatkan rekonstruksi kognitif terhadap pemaknaan diri sehingga individu mampu menerima keadaan diri seutuhnya.

(27)

86

Selanjutnya, untuk aktivitas 5 hingga aktivitas 9, penulis dibantu oleh narasumber dan pemateri yang memiliki kapasitas untuk membawakan materi-materi yang telah ditentukan. Keberadaan narasumber dan pemateri memiliki peran penting mengingat latar belakang pemateri yang sudah berpengalaman dan narasumber sebagai pelaku utama dapat membuat pelaksanaan pelatihan konsep diri menjadi lebih efektif dan reliabel. Selain itu, adanya proses verifikasi oleh pemateri dan narasumber, akan memperdalam pemahaman partisipan yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Hal ini juga akan membuat pengetahuan partisipan terkait dengan konsep dirinya akan lebih komprehensif sehingga membantu partisipan untuk mengimplementasikan materi-materi yang sudah diterima.

Secara umum rata-rata skor evaluasi pelatihan konsep diri tahap 1 berada dalam kategori cukup memuaskan dan sangat memuaskan. Terdapat tiga komponen pada tahap 1 yang masuk dalam kategori cukup memuaskan yaitu penguasaan materi pelatihan, cara penyajian materi, dan penggunaan alat bantu. Sementara itu sisanya 4 komponen yang lain seperti manfaat materi, interaksi dengan peserta, suasana dalam pelatihan, dan sikap tim penyelenggara masuk dalam kategori sangat memuaskan. Sementara itu pada tahap kedua, secara umum rata-rata skor evaluasi juga berada dalam kategori cukup memuaskan dan sangat memuaskan. Namun kali ini hanya terdapat 1 komponen pada tahap 2 yang masuk dalam kategori cukup memuaskan yaitu penggunaan alat bantu. Sementara itu sisanya 6 komponen yang lain masuk dalam kategori sangat memuaskan. Meski hasil evaluasi secara umum tergolong memuaskan, namun sebagai model intervensi maupun dalam konteks penelitian, penulis merasa perlu banyak dilakukan pembenahan di segala sisi sehingga kedepannya pelatihan ini dapat dilaksanakan lebih baik lagi khususnya terkait peningkatan orientasi masa depan individu.

(28)

87

4.10. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 4.10.1. Kekuatan Penelitian

1. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Fakultas Psikologi UKSW maupun di institusi manapun sehingga pelatihan konsep diri ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Fakultas maupun Universitas untuk menyelenggarakan pelatihan konsep diri untuk meningkatkan orientasi masa depan mahasiswa 2. Pelatihan konsep diri disusun dengan model experiental learning

yang memfasilitasi partisipan untuk mengalami secara langsung pembentukan konsep diri, sehingga partisipan memiliki pemahaman mengenai konsep diri yang mendalam.

3. Seluruh aktivitas pada pelatihan konsep diri dikembangkan dari model multidimensional konsep diri yang dikembangkan oleh Fitts (1971) dibawah pengawasan oleh Psikolog Pendidikan sebagai expert judgement. Model multidimensional konsep diri memungkinkan partisipan untuk memperoleh pemahaman konsep diri secara menyeluruh.

4.10.1. Kelemahan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kuasi one-group pretest-posttest design, dimana hanya terdapat satu kelompok sampel subjek yang diberikan perlakuan. (Azwar, 2017) mengungkapkan bahwa desain ini rentan akan faktor maturitas dan faktor histori karena tidak terdapat kelompok kontrol.

2. Jumlah sampel yang diperoleh dalam penilitian ini diambil dengan teknik insidental sampling. Oleh karena itu pengambilan sampel dalam penelitian ini tidak dapat dikatakan representatif berdasarkan angkatan kuliahnya.

(29)

88

3. Hasil evaluasi pada tahap 1 terdapat 3 komponen yang masuk ke dalam kategori cukup memuaskan antara lain penguasaan materi pelatihan, cara penyajian materi, dan penggunaan alat bantu. Hal ini menunjukkan bahwa persiapan enumerator dan fasilitator pelatihan perlu dilakukan dengan lebih baik kedepannya.

4. Pada pelatihan konsep diri tidak dilakukan pengukuran pada masing-masing aktivitas. Pengukuran hanya dilakukan setelah seluruh rangkaian pelatihan konsep diri selesai diberikan. Hal ini menyebabkan tidak diketahuinya dampak pemberian perlakuan untuk setiap aktivitas. Dampak perlakuan hanya diketahui setelah seluruh rangkaian diberikan.

Gambar

Tabel 4.1. Rincian Pelaksanaan Penelitian  No  Rincian Kegiatan  Waktu dan Tempat
Tabel 4.2. Gambaran Partisipan Try Out Instrumen Penelitian  Jenis
Tabel  4.3.  berikut  ini  ialah  sebaran  aitem  orientasi  masa  depan  yang  layak  dan yang gugur
Tabel 4.5. berikut ini merupakan deskripsi partisipan penelitian berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

perlu tidaknya dikembangkan pembelajaran matematika menggunakan modul dengan penerapan masalah sehari- hari. Dalam hal ini dilakukan wawancara dan diskusi bersama

Kepuasan pasien menurut variabel dimensi kualitas empathy memberikan hasil yaitu banyak pasien yang merasa puas dengan tenaga medis yang memberikan waktu yang cukup bagi pasien

Hal ini disebabkan, zat ekstraktif pada sengon (saponin) kurang memberikan dampak mencegah rayap untuk memakan contoh uji sehingga rayap lebih cenderung memakan

Pengrajin rebana Mawardi Gebog Kudus selalu memberikan pelayanan yang sangat baik untuk setiap konsumennya. Jika konsumennya merasa puas terhadap pelayanan yang

Aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah kognitif yang dilakukan dengan pemberian soal Pretest dan Posttest yang diikuti oleh 15 orang

Hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara terhadap tujuh partisipan menunjukkan gambaran kecemasan pada pasien pre sectio caesarea di 3 (tiga) Rumah Sakit

Luas lahan pertanian memberikan dampak positif dalam meningkatkan usahataninya, semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka semakin besar pula

Bedasarkan pendapat partisipan-partisipan diatas maka dapat disimpulkan bahwa peran yang telah dilakukan keluarga adalah memberikan dukungan dan motivasi untuk