• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan penulis dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya konsep yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian terdahulu penulis, menemukan kurang lebihnya penelitian dengan subjek sama tetapi objek yang berbeda seperti penelitian penulis. Adapun peneliti terdahulu yang berkaitan dengan perubahan sosial masyarakat pedesaan pasca pembangunan perumahan, yaitu :

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Dian Herdiana (2018) yang berjudul “Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Desa (Studi di Desa Jayamekar, Kabupaten Bandung Barat)”. Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pembangunan perumahan. Dampak tersebut seperti banyaknya pendatang, peralihan mata pencaharian masyarakat desa, nilai homogenitas sudah berkurang, dalam penelitian di jelaskan terjadi pengembangan suku asing. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif interpretatif. Sehingga dalam penelitian ini fakta mengenai bagaimana perubahan sosial merupakan gambaran mengenai bagaimana sesungguhnya proses dari dampak perubahan sosial yang terjadi di Desa Jayamekar. Penelitian yang telah dilakukan, pembangunan perumahan telah mendorong masyarakat pendatang untuk tinggal dikompleks perumahan yang ada di Desa Jayamekar, konsekuensinya yaitu memberikan perubahan terhadap kehidupan masyarakat desa, dan dalam

(2)

13

perubahanya di kategorikan menjadi dua yaitu perubahan negatif dan perubahan positif. Untuk perubahan positif, masyarakat lebih bisa berfikir rasional danl ogis, memiliki kecakapan orientasi hidup masa kuno dan masa depan. Sedang untuk negatifnya menurunya rasa solidaritas, tumbuhnya sifat individualis.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Kukuh Dwi Indarto dan Sri Rahayu (2015) yang berjudul “Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Sekitar di Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang” penelitian ini bertujuan mengetahui dampak sosial masyarakat, dampak ekonomi masyarakat, dampak lingkungan (bentuk pemanfaatan lahan pertanian, pemukiman). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dan menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dibantu hasil wawancara dan hasil observasi lapangan. Penelitian ini juga menggunakan teknik random sampling dengan kriteria sampel masyarakat yang sudah lama tinggal setidaknya 20 tahun menetap di kelurahan sambiroto. Penelitian yang telah dilakukan, pembangunan perumahan di mulai pada tahun 1980-an, itupun perumahan yang sederhana semakin tahun pembangunan perumahan semakin pesat. Berdasarkan pada penilitian ini diketahui bahwa salah satu perumahan mengalami pertumbuhan yaitu perumahan graha wahid dan ditemukan temuan menarik, munculnya aktifitas yang semakin meningkat seperti sektor perdagangan dan jasa tumbuh pesat. Pertumbuhan itu berbanding lurus dengan tingkat ekonomi masyarakat setempat yang semakin membaik. Dari dampak sosial dalam Penelitian ini dijelaskan tingkat keramaian, gaya

(3)

14

hidup masyarakat, dan tingkat kriminalitas sangat tinggi. Sedang dampak lingkungan lahan perumahan lebih luas di bandingkan lahan petanian.

Ketiga, Penelitian ini dilakukan oleh Abdul Haris (2018) dengan judul “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Karangwidoro Pasca Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Perumahan” Penelitian ini bertujuan mengetahui pola kehidupan masyarakat buruh tani Desa Karangwidoro pasca alih fungsi lahan pertanian ke perumahan, Penelitian ini berfokus pada pola kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan aspek sosial. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan informasi verbal terkait dengan pola kehidupan masyarakt Desa Krangwidoro pasca alih fungsi lahan pertanian ke perumahan. Penelitian yang telah dilakukan, melalui data wawancara mengenai interaksi masyarakat pasca alih profesi masyarakat tetap menjalin interaksi diantara mereka meskipun mereka telah berbeda profesi. Jika sebelumnya mereka melakukan interaksi ketika sama – sama bekerja di sawah, namun setelah alih fungsi lahan pertanian ke perumahan interaksi banyak terjadi ketika pagi hari sebelum bekerja dan malam hari setelah bekerja. Dampak lainya dari alih fungsi lahan ini juga sekaligus mempengaruhi pola pikir masyarakat tentang pendidikan, yang dulunya masyarakat beranggapan bahwa sekolah agar dapat membaca, menulis, dan berhitung agar tidak mendapat kecurangan saat menjual hasil taninya, setelah adanya alih fungsi lahan dan lahan pertanian tidak lagi seluas lahan perumahan masyarakat mulai menyekolahkan anaknya sampai jenjang SMK, hal ini dilakukan agar anaknya mendapatkan pekerjaan yang layak karena lahan pertanian sudah tiada.

(4)

15

Meskipun banyak pendatang akibat alih fungsi lahan, masyarakat desa tetap melestarikan tradisi yang ditinggalkan oleh leluhur mereka.

A. Kajian Konsep

1. Konsep Pengembangan/ Pembangunan Kawasan Perumahan

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang di sengaja atau sadari untuk mencapai suatu arah yang positif bagi anggota masyarakat secara keseluruhan. Menurut (Damsar dan Indrayani, 2014 : 207,212) ada tiga akar pemikiran dari berbagai teori pembangunan. Pertama, perubahan, dalam hal ini pembangunan, dilihat sebagai suatu proses terjadinya interaksi dengan dunia luar, terutama dengan Negara maju. Perubahan terjadi apabila interaksi terjadi dengan Negara maju melalui adopsi jejak langkah perkembangan yang telah mereka melalui adopsi jejak langkah perkembangan ekonomi maupun pemengambangan sumber daya manusia. Kedua, perubahan muncul karena ada pergeseran dan perbenturan kepentingan dari berbagai actor yang ada, yaitu kelompok masyarakat dan Negara. Perubahan terjadi karena perbenturan antara Negara penjajah dan yang dijajah, antara Negara maju dan Negara berkembang atau kelompok penguasa dan kelompok yang dikuasai. Ketiga, perubahan bukan disebabkan karena suatu yang berasal darisesuatu yang di luar sana, melainkan berasal dari sesuatu yang berada di dalam. Dinamika perubahan mengikuti ritma dari ciri – ciri yang ada didalam komunikasi atau masyarakat. Interaksi dengan pihak luar bukan sesuatu hal yang tabu, namun arah dan indicator perkembangan tidak ditentukan oleh pihak luar.

(5)

16

BAPPENAS (2004:36) kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keberagaman fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan ini, kawasan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai fungsi tertentu, dimana kegiatan ekonominya, sector dan produk unggulanya, mempunyai potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan ini secara sendiri – sendiri maupun secara bersama membentuk suatu klaster, klaster dapat berupa klaster pertanian dan klaster industri, tergantung dari kegiatan ekonomi yang dominan dari kawasan itu.

Menurut Undang – Undang No 1 tahun 2011 (1:2), perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan, Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegaiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Perumahan dan permukiman, dalam Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1992. Perumahan dan permukiman adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

(6)

17

Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan, PP No 14 Tahun 2016 (1:3). Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan system yang terdiri atas pembinaan, penyelengaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan system pembiayaan, serta peran masyarakat, PP No 14 Tahun 2016 (1:2). Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman merupakan kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan system pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu, PP No 14 Tahun 2016 (1:1).

Pengembangan kawasan, BAPPENAS (2004 : 36) pembangunan kawasan adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan kesalingtergantungan dan interaksi antara system ekonomi (economic system), masyarakat (social system), dan lingkungan hidup beserta sumberdaya alamnya (ecosystem). Setiap system memiliki tujuanya masing –masing, secara umum, tujuan dari pengembangan kawasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya;

(7)

18

c. Megurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat;

d. Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi disparitas antar daerah;

e. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan konservasi sumberdaya alam demi kesinambungan pembangunan daerah;

f. Mendorong pemanfaatan ruang desa yang efesien dan berkelanjutan.

Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan arah kebijakan ekonomi nasiaonal, yaitu :

a. Mengembangkan system ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadlilan.

b. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global, sesuai dengan kemajuan tehnologi, dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan kompentensi produk unggulan di setiap daerah.

c. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu bekerja sama secara efektif, efesien dan berdaya saing global.

d. Mengembangkan system ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan pangan dan hortikultura, kelembagaan, dan budaya lokal.

e. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan memberdayakan para pelakunya sesuai dengan semangat ekonomi daerah.

f. Mempercepat pembangunan perdesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat daerah, khususnya para petaninya, dengan kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak.

(8)

19

g. Memaksilkan peran pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau seluruh kegiatan pembangunan di daerah.

Lebih lanjut, selain tujuan-tujuan tersebut diatas, dipandang dari segi kepentingan daerah, pengembangan kawasan dapat diarahkan untuk mencapai hal-hal berikut :

a. Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan.

b. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat atau rakyat sekitar kawasan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.

c. Meningkatkan mutu, produktifitas dan kemanan kawasan.

d. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan Negara dan pendapatan masyarakat atau rakyat.

e. Mendorong dan mempercepat pengembangan wilayah demi mencapai kemajuan dan kemandirian daerah.

Menurut Suparno dan Endy (2006 : 48) pembangunan perumahan dan permukiman merupakan proses pembangunan yang mempunyai implikasi yang kompleks, karena pelaksanaan berkaitan dengan berbagai pihak pelaku pembangunan, yaitu masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, pemerintah sebagai fasilitator, serta pihak – pihak swasta sebagai rekanana pemerintah dan masyarakat dalam pelaksaan pembangunan.

(9)

20

Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1992, menyebutkan pembangunan perumahan dan permukiman adalah cara meningkatkan peran kelembagaan, dengan fungsi perumahan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

2. Konsep Perubahan Sosial

Perubahan merupakan perkembangan, Seignobolos (Sriyanto, 2018:65) menyatakan bahwa perkembangan adalah pemerhatian eksperimental yang diperoleh dari pengkajian serangkaian keadaan yang bersinambungan, sedang untuk perubahan, apabila keadaan sesuatu pada fase yang kedua berbeda dengan keadaan sesuatu pada fase yang pertama, kemudian pada fase yang ketiga keadaanya sama kembali dengan fase yang pertama, maka hal itu bukanlah perkembangan, tetapi hanyalah suatu perubahan. penggerak

Murthahari (Sriyanto, 2018:82) Menyebutkan faktor dinamika sejarah yang menyebabkan gerak maju masyarakat (perubahan), meliputi :

a. Pertama, teori Rasial, yang beranggapan bahwa ras tertentu merupakan penyebab kemajuan sejarah yang utama. Ada polarisasi dalam pembagian tugas dalam teori ini,dimana kelompok yang bekualitas

(10)

21

sebagai pencipta peradaban, sedangkan kelompok atau ras lainya yang tidak berkualitas dan hanya mengandalkan kerja fisik sebagai penerima kebudayaan atau peradaban.

b. Kedua, yang dasarkan pada factor geografis, teori ini beranggapan bahwa kawasan atau lingkungan fisik merupakan sebab terjadinya perbedaan budaya penganut aliran ini diantaranya adalah Ibn Sina dan Montesquieu.

c. Ketiga, adalah teori peranan jenius dari pahlawan, yang beranggapan bahwa perkembangan dan perubahan ilmiah, politik, teknologi dan moral sepanjang sejarah dilakukan oleh orang – orang jenius.

d. Keempat, adalah teori ekonomi yang beranggapan bahwa semua ragam masyarakat dan sejarah setiap bangsa dalam segala aspek kehidupanya berhubungan dengan produksi suatu masyarakat yang diletakkan pada dasar ekonomi untuk mengubah dan membawa ke kemajuan.

e. Kelima, teori keagamaan yang beranggapan bahwa semua kejadian di dunia ini berasal dari Tuhan dan ditentukan oleh kebijaksanaan sempurna Tuhan. Segala evolusi dan perubahan yang terjadi dalam sejarah merupakan perwujudan. Kehendak Tuhan dan Kebijaksanaan-Nya.

f. Keenam, teori teknologi, teori yang dianut kaum teknokrat, yang beranggapan bahwa tehnologilah yang mampu menjadi motor penggerak dalam perkembangan dan perubahan masyarakat. Teknologi juga mampu merubah secara drastic tatanan masyarakat, serta pengaruhnya terhadap pikiran dan perilaku manusia ketara sekali.

(11)

22

Lahirnya peradaban yang tanpa dibarengi oleh “ruh” peradaban, dan meninggalkan nilai – nilai normatif, menjadi bumerang bagi manusia sendiri. Jauh-jauh sebelumnya peringatan terhadap peradapan yang hanya mengedepankan sisi materialisme banyak dilakukan oleh sarjana muslim. Seperti Ibn Khaldun, yang beranggapan bahwa kebudayaan terbentuk melalui refleksi dan kegiatan manusia lewat kekuatan berfikirnya. Bagi Ibn Khaldun, manusia memiliki kemampuan berfikir dalam beberapa tingkatan. Pertama, adalah pengertian intektual manusia tentang segala sesuatu yang berada diluar dunia dalam suatu tatanan alamiah atau tatanan arbritasi. Kedua, adalah kemampuan berfikir yang memberikan manusia pengetahuan hipotesis dari suatu obyek yang berada diluar jangkauan sense of perception tanpa praktek kegiatan, inilah yang disebut speculative intellect. Oleh karenanya, menurut Ibn Khaldun perubahan-perubahan dan perkembangan ide, kegiatan dan kebutuhan manusia, yang menyebabkan pula terjadinya perubahan daya tanggap manusia terhadap tantangan-tantangan baru, akan menyebabkan pula perubahan kebudayaan, (Sriyanto, 2018:104).

Perubahan yang terjadi bukanlah perubahan yang bersifat material belaka, tetapi spiritual, sehingga dalam jangka waktu tertentu manusia dapat meningkatkan keimanan dibanding waktu sebelumnya. Dengan demikian, agama, oleh Ibn Khaldun, dianggap sebagai kekuatan moral, dan akan tetap menjadi kebutuhan hidup masyarakat dalam waktu dan tempat manapun seiring dengan perkembangan yang terjadi pada manusia. Konsep kebudayaan dan peradaban dihadapan Ibn Khaldun haruslah yang memiliki “ruh” spiritual untuk menjadikan manusia yang lebih bijak dari masa-masa

(12)

23

sebelumnya. Jika ditilik dari diturunkanya manusia ke muka bumi sebagai khalifah Allah, konsep ini memiliki keseimbangan dalam persepsinya. Ibn Khaldun memberikan perbandingan yang gamblang terhadap fokus kajianya yaitu antara masyarakat nomaden dengan sifat keuguan dan keberanianya, dengan masyarakat kota yang bertumpu pada kehidupan meah dan kesenangan, dimana kehidupan materialism dijadikan landasan bermasyarakat. Masyarakat kota akhirnya mengalami kehancuran. Argumen ini didasarkan pada realitas sosial dan control sosial yang berlaku dalam masyarakat. Ibn Khaldun berpendapat bahwa, orang-orang primitif atau nomaden memiliki moral yang kuat dan lebih mendekati semangat agama dibanding masyarakat berpradaban atau kota. Dengan alasan, di sini Ibn Khaldun berbda dengan sosiolog Max Weber. Bagi Weber, golongan pedesaan adalah keas yang papa dan kurang terhomat bagi religius maupun statusnya (Sriyanto, 2018:105).

Dradjad dan Sumiyati (1983:113,114) mengatakan bahwa perubahan sosial tidak sekedar merupakan penggantian yang sama dengan yang baru, melainkan membawa juga pengaruhnya kepada kehidupan manusia. Suatu perubahan sosial yang membawa peningkatan dalam kesejahteraan disebut kemajuan sosial. Karena kemajuan sosial memberi peningkatan kesejateraan sosial, maka pengertian kemajuan sosial ini telah menjadi dynamic agent, yang menjadi penyebab bergeraknya bagian – bagian suatu system. Jadi perubahan masyarakat yang satu berbeda luasnya dengan masyarakat yang lain. Pada masyarakat yang belum maju keluasan perubahan sosialnya kecil bila dibandingkan dengan masyarakat modern.

(13)

24

Demikian juga dengan perubahanya lebih besar pada masyarakat modern daripada yang dialami oleh masyarakat yang terbelakang.

Faktor yang mempengaruhi perubahan sosial, Dradjad dan sumiyati (1983:116,117) ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial yaitu, agama, perkembangan ekonomi, para tokoh-tokoh, dan kondisi iklim. Tentu saja perubahan itu tidak begitu saja terjadi bila salah satu factor tersebut ada. masih diperlukan macam macam kondisi untuk menimbulkan suatu perubahan. baru bila kondisi dan faktor-faktor lain ikut mematangkan iklim untuk suatu perubahan, maka faktor tersebut akan menjadi pencetusnya. gejala sosial Yang tidak berdiri sendiri-sendiri, saling mempengaruhi, karena adanya saling hubungan. Sebagai komponen atau bagian suatu system, maka yang satu tidak lepas dari yang lain. bila yang satu berubah, maka akan mempengaruhi yang lain. hal ini akan terjadi seterusnya sampai tercapai pula suatu keseimbangan. Keseimbangan ini bukanlah suatu keseimbangan yang mutlak karena keseimbangan yang di capai oleh penyesuaian kembali ini tidak penuh, melainkan suatu keadaan yang sedikit banyak mendekati kemantapan. Dari faktor-faktor diatas, perkembangan ekonomi dan teknologi modern merupakan kekuatan yang besar pengaruhnya terhadap perubahan sosial di Negara kita. dengan perkembangan ekonomi, maka dirasakan perlu mengadakan pengolahan sendiri bahan mentah, yang biasanya kita ekspor begitu saja. pengolahan sendiri ini diharapkan juga dapat menyerap tenaga kerja. namun teknologi modern yang kita import dari luar ternyata menimbulkan adanya kepincangan kebudayaan. Di satu segi kita memasukan teknologi yang

(14)

25

sudah begitu tinggi, sedangkan keadaan ketenagakerjaan kita belum siap untuk menanganinya. dari segi teknologi kita mengalami lompatan yang jauh. lompatan jauh tanpa persiapan yang matang ini mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dan menimbulkan perubahan-perubahan sosial.

Sztompka (2008:3) perubahan adalah sesuatu yang terjadi setelah jangka waktu tertentu; kita berurusan dengan perbedaan keadaan yang diamati antara sebelum dan sesudah jangka waktu tertentu. Jadi konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) Perbedaan; (2) pada waktu berbeda; (3) di antara keadaan system sosial yang sama. Contoh definisi perubahan sosial yang bagus adalah seperti berikut, Hawley (Sztompka, 2008:3) perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari system sosial sebagi satu kesatuan.

Perubahan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung pada sudut pengamatan: apakah dari sudut aspek, fragment atau dimensi system sosialnya. Ini di sebabkan keadaan system sosial itu tidak sederhana, tidak hanya berdimensi tunggal, tetapi muncul sebagai kombinasi atau gabungan hasil keadaan berbagai komponen seperti berikut, Sztompka (2008:3):

a. Unsur-unsur pokok (misalnya : jumlah dan jenis individu, serta tindakan mereka).

b. Hubungan antarunsur (misalnya: ikatan sosial, loyalitas, ketergantungan, hubungan antarindividu, integrasi).

(15)

26

c. Berfungsinya unsur-unsur di dalam system (misalnya: peran pekerjaan yang dimainkan oleh individu atau diperlukanya tindakan tertentu untuk melestarikan ketertiban sosial).

d. Pemeliharaan batas (misalnya: kriteria untuk menentukan siapa saja yang termasuk anggota system, syarat penerimaan individu dalam kelompok, prinsip rekrutmen dalam organisasi, dan sebagainya). e. Subsistem (misalnya: jumlah dan jenis seksi, segmen, atau devisi khusus

yang dapat dibedakan).

f. Lingkungan (misalnya: keadaan alam atau lokasi geopolitik).

Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, consensus atau pertikaian, harmoni atau perselisihan, kerja sama atau konflik, damai atau perang, kemakmuran atau krisis dan sebagainya, berasal dari sifat saling mempengaruhi dari keseluruhan ciri-ciri system sosial yang kompleks itu, bila dipisah-pisah menjadi komponen dan dimensi utamanya, teori system secara tak langsung menyatakan kemungkinan perubahan berikut :

a. Perubahan komposisi (misalnya, migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, menjadi anggota satu kelompok tertentu, pengurangan jumlah penduduk karena kelaparan, demobilisasi gerakan sosial, bubarnya suatu kelompok).

b. Perubahan struktur (misalnya, terciptanya ketimpangan, kristelisasi kekuasaan, munculnya ikatan persahabatan, terbentuknya kerja sama atau hubungan kompetitif).

(16)

27

c. Perubahan fungsi (misalnya, spesialisasi dan defernsiasi pekerjaan, hancurnya peran ekonomi keluarga, diterimanya peran yang diindoktrinasikan oleh sekolah atau universitas).

d. Perubahan batas (misalnya, penggabungan beberapa kelompok, atau satu kelompok oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan kelompok dan demokratisasi keanggotaan, dan penaklukan).

e. Perubahan batas (misalnya, penggabungan beberapa kelompok, atau satu kelompok oleh kelompok lain, mengendurnya kriteria keanggotaan kelompok dan demokratisasi keanggotaan, dan penaklukan).

f. Perubahan lingkungan (misalnya, kerusakan ekologi, gempa bumi, munculnya wabah atau virus HIV, kenyapnya system bipolar internasional).

Sztompka (2008:5) perubahan sosial terlihat meletakkan tekanan pada jenis perubahan yang berbeda, pakar memandang penting perubahan structural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsur-unsur masyarakat:

a. Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu, Macionis (Sztomka, 2008:5).

b. Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat, Perrsell (Sztomka, 2008:5).

c. Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu, Ritzer (Sztomka, 2008:5).

(17)

28

d. Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan structur sosial pada waktu tertentu, Farley (Sztomka, 2008:5).

e. Perubahan sosial dapat dibayangkan terjadi pada tingkat makro seperti: system internasional, bangsa, dan Negara, dapat juga terjadi pada tingkat mezo seperti pada perusahaan, partai politik, gerakan keagamaan dan asosiasibesar. Atau di tingkat mikro seperti pada keluarga, komunitas, kelompok pekerjaandan lingkungan pertemanan. Persoalan

pokok yang muncul adalah bagaimana cara perubahan berlangsung di berbagai tingkat antar hubungan itu. Di satu sisi, sosiolog mempertanyakan apa pengaruh makro dari kejadian mikro (misalnya, bagaimana cara perubahan perilaku konsumen menimbulkan inflansi atau bagaimana cara pergeseran kebiasaan sehari-hari mengubah peradaban dan kebudayaan). Di sisi lain sosiolog mempertanyakan apa pengaruh mikro dari kejadian-kejadian makro (misalnya, bagaimana cara revolusi mengubah kehidupan keluarga atau bagaimana cara krisis ekonomi mempengaruhi pola pertemanan), Sztomka (2008:6).

Hernes (Sztomka, 2008:6) perubahan sosial dihubungkan melalui actor individual. Karenanya teori-teori tentang perubahan structural menunjukkan bagaimana cara variable-variabel mikro mempengaruhi motif dan pilihan individual dan bagaimana cara pilihan individual ini selanjutnya mengubah variabel makro.

(18)

29

Sorokin (Sztomka, 2008:6,7) perubahan sosial menurut pemikiran “proses sosial”, konsep proses sosial menunjukan; (1) berbagai perubahan; (2) mengacu pada system sosial yang sama (terjadi di dalamnya atau mengubahnya sebagai satu kesatuan); (3) saling berhubungan sebab-akibat dan tak hanya merupakan faktor yang mengiringi atau yang mendahului faktor yang lain; (4) perubahan itu saling mengikuti satu sama lain dalam rentetan waktu (berurutan menurut rentetan waktu).

Pareto dan Maxian (George Ritzer, 2014:55) teori Parento bertolak belakang dengan teori Maxian, Maxian mengatakan perubahan sosial terpusat pada massa dan linier. Sedangkan menurut Parento, karena kapasitas rasional massa terbatas mereka bukanlah sebuah kekuatan revolusioner. Perubahan terjadi ketika elite mulai mengalami kemerosotan moral dan digantikan oleh elite baru yang berasal dari elite yang tak memerintah atau unsur yang lebih tinggi dari massa.

3. Konsep Masyarakat

Dradjad dan Sumiyati (1983 : 11,13,41) mengartikan masyarakat sebagai struktur – struktur manusia yang paling umum dan mencakup meliputi segala. Masyarakat merupakan system organisasi yang mancakup semua unit – unit yang saling berhubungan dan mengikat kita bersama melalui iteraksi. Masyarakat merupakan kenyataan yang terpisah dari individu – individu. Masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan, bagian, dan unit dengan berbagai kebiasaan diikat oleh organisasi dan kebudayaan menjadi satu kesatuan. Kekuatan – kekuatan yang menghimpun kita menjadi masyarakat di antaranya ialah kebutuhan

(19)

30

manusia, sifat sosial, kepentingan diri, keramahan dan simpati, dan kemanusian adanya kontrak untuk bekerja sama yang tidak kita sadari, serta kesadaran satu jenis yang menimbulkan rasa senasib dan segolongan, kesatuan oleh kekuatan – kekuatan dan organisasi serta kebudayaan ini memungkinkan kita mengadakan kerjasama. Masyarakat mempunyai warga yang jumlahnya relatif besar, menempati suatu daerah tertentu, berantarhubungan dan karenanya timbul sistem ikatan yang berupa persetujuan tentang kepentingan dan tujuan bersama. Oleh hal ini semua kerja sama menjadi termungkinkan, tetapi hidup bersama ini dilakukan sendiri – sendiri, yang diikat oleh norma yang dilakukan oleh status – status yang saling berhubungan.

Basrowi dan Soenyono (2004: 2) menurut teori fungsional masyarakat merupakan suatu system sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dengan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Lauer (Basrowi dan Soenyono, 2004:2) mendasarkan pada tujuh asumsi, yaitu: (1) masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri atas bagian-bagian yang saling beriteraksi, (2) hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat timbal balik, (3) system sosial yang ada bersifat dinamis; penyesuaian yang ada tidak perlu banyak merubah system sebagai satu kesatuan yang utuh, (4) integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada, sehingga di masyarakat senantiasa timbul ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan, tetapi

(20)

ketegangan-31

ketegangan dan penyimpangan ini akan dinetralisir lewat proses pelembagaan, (5) perubahan-perubahan akan berjalan secara gradual dan perahan-lahan sebagai suatu proses adaptasi dan penyesuaian, (6) perubahan merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh adanya diferensiasi dan inovasi, dan (7) system diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang sama.

Basrowi dan Soenyono (2004:3) kalangan fungsional memandang masyarakat sebagai :

a. Masyarakat di pandang sebagai jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi yang bekerja dalam suatu cara yang agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar masyarakat tersebut.

b. Masyarakat di pandang sebagai suatu system yang stabil dengan kecenderungan ke arah keseimbangan, yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan system kerja yang selaras dan seimbang.

c. Setiap kelompok atau lembaga melaksanakan tugas tertentu dan terus menerus, karena hal itu fungsional. Contoh: sekolah, mendidik anak-anak, mempersiapkan para pegawai, mengambil tanggungjawab orang tua murid terutama pada siang hari, dan sebagainya.

d. Corak perilaku timbul karena secara fungsional bermanfaat. Dicontohkan bahwa, di daerah perbatasan amerika terdapat beberapa penginapan dan hanya sedikit orang yang mampu menyewanya, timbullah suatu pola sikap yang penuh keramahan. Keluarga yang tengah bepergian pada waktu malam, merupakan tamu-tamu yang

(21)

32

disambut hangat oleh setiap penduduk. Mereka membawa berita-berita dan pelipur kebosanan, sementara itu tuan rumah menyediakan makanan dan penginapan. Tetapi dengan semakin bertambah mantabnya daerah perbatasan, pola keramah tamahan tidak lagi penting, seghingga kadarnya menurun. Jadi, pola-pola perilaku timbul untuk memenuhi kebutuhan dan akan hilang apabila kebutuhan itu berubah.

(Basrowi dan Soenyono, 2004: 4) masyarakat menurut model consensus di gambarkan sebagai berikut:

a. Di dalam masyarakat terdapat norma dan niali-nilai. Norma dan nilai merupakan elemen-elemen dasar dalam kehidupan sosial.

b. Konsekuensi kehidupan sosial adalah komitmen. c. Masyarakat pasti kompak.

d. Kehidupan sosial tergantung pada consensus. e. Masyarakat mengakui adanya otoritas yang absyah. f. System sosial bersifat integrative.

g. Sistem sosial cenderung bertahan.

Ketujuh point di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut, norma dan nilai sangat penting dalam model consensus, karena nilai selalu berhubungan dengan yang diingankan manusia, sehingga sangat mempengaruhi perilaku manusia. Nilai berhubungan dengan norma. Norma diciptakan dalam rangka mempertahankan suatu nilai tertentu. Sebagaimana diketahui, di dalam pendekatan fungsional terdapat prinsip yang paling penting, yaitu adanya saling keterkaitan antar

(22)

33

bagian-bagian dalam suatu system. Apabila saling keterkaitan ini diabaikan maka mekanisme system itu akan terganggu.

Proses social sangatlah bermacam-macam, mulai dari pertemuan sepintas lalu antara orang-orang asing di ditempat-tempat umum sampai ikatan persyahabatan yang lama dan intima tau hubungan keluarga. Tanpa memandang tingkat variasinya, proses sosiasi ini mengubah suatu kumpulan individu saja menjadi suatu masyarakat (kelompok atau asosiasi). Masyarakat ada (pada tingkatan tertentu) dimana dan apabila sejumlah individu terjalin melalui interaksi dan saling mempengaruhi, (Hidayat, 2017).

a. Gemeinschaft (Masyarakat Pahuyuban)

Gemeinschaft atau masyarakat dalam pahuyuban merupakan bentuh kehidupan bersama dimana anggota – anggotanya diikat oelhe hubungan batin yang murni dan bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratnya dan kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis. Kelompok social ini di gambarkan sebagai kehidupan bersama yang intim dan pribadi, yang merupakan suatu keterikatan yang dibawa sejah lahir.

Ferdinand Tonnies mengatakan bahwa sustu paguyuban (Gemeinschaft) mempunya beberapa ciri pokok, yaitu :

1) Intimate, hubungan menyeluruh mesra

2) Private, hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk beberapa orang saja

(23)

34

3) Exclusive, hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja tidak untuk orang-orang lain di luar “kita”

Selanjutnya Tonnies membedakan Gemeinschaft dibagi atas tiga jenis, yaitu : gemeinschaft of place, gemeinschaft of mind, gemeinschaft of blood.

1) gemeinschaft of place adalah paguyuban yang mengacu pada kedekatan tempat, sehingga dapat saling bekerja sama dan tolong-menolong. Misalnya masyarakat tingkat RT, RW, Dusun. 2) gemeinschaft of mind adalah paguyuban yang mengacu pada hubungan persahabatan karena persamaan minat, hobi, profesi, ideologi atau pikiran yang sama bisa juga pada keyakinan. Misalnya kelomppk agama, komunitas, atau sebagainya. Paguyuban seperti ini biasanya ikatanya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan.

Tabel 1.1. Model Masyarakat P.S. Cohen dan Ralf Dahrendorf

P.S Cohen Ralf Dahrendorf

Model Integrasi

1. Norma dan nilai merupakan elemen – elemen dasar dalam kehidupan sosial

2. Konsekuensi kehidupan sosial adalah komitmen

3. Masyarakat pasti kompak

4. Kehidupan sosial tergantung pada solidaritas

5. Kehidupan sosial didasarkan pada kerja sama dan saling memperhatikan dan saling membutuhkan

6. System sosial tergantung pada consensus

1. Setiap masyarakat secara relative bersifat langgeng

2. Setiap masyarakat merupakan struktur elemen – elemen yang teritegrasi dengan baik

3. Setiap elemen di dalam suatu masyarakat memiliki satu fungsi, yaitu menyumbang pada bertahanya system itu

4. Setiap struktur sosial, yang berfungsi didasarnya pada consensus nilai di antara para anggotanya.

(24)

35 7. Masuyarakat mengakui adanya

otoritas yang absyah

Sumber: Basrowi dan Soenyono, 2004 : 38,39

4. Konsep Perilaku Sosial

Zamroni (Basrowi dan Soenyono, 2004 : 190-194), menjelaskan bahwa paradigma perilaku sosial memusatkan perhatianya pada hubungan antar individu dengan lingkunganya. Lingkungan itu terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan obyek non-sosial. Perbedaan pandangan antara paradigma perilaku sosial dengan paradigm fakta sosial terletak pada sumber pengendalian tingkah laku individu.

Teori perilaku sosial menitikberatkan pada hubungan antara lingkungan actor dengan tingkah laku lingkunganya. Konsep dasarnya adalah adanya reinforcement yang dapat diartikan sebagai ganjaran. Teori ini tidak bisa dilepaskan dari ide yang pernah dilontarkan oleh para pendahulu misalnya Adam Smith, David Ricardo, John Stuart Mill, berdasarkan ide-ide mereka tersebut dikembangkanlah asumsi-asumsi yang mendasari teori tingkah laku sosial, antara lain :

a. Manusia pada dasarnya tidak mencari keuntungan maksimun, tetapi mereka senantiasa ingin mendapatkan keuntungan dari adanya interaksi yang mereka lakukan dengan manusia lain.

b. Manusia tidak bertindak secara rasional sepenuhnya, tetapi dalam setiap hubungan dengan manusia lain mereka senantiasa berfikir untung-rugi.

c. Manusia tidak memiliki informasi yang mencakup semua hal sebagai dasar untuk mengembangkan alternative, tetapi mereka ini

(25)

36

paling tidak memiliki informasi meski terbatas yang bisauntuk mengembangkan alternative guna memperhitungkan untung rugi tersebut.

d. Manusia senantiasa berada pada serba keterbatasan, tetapi mereka ini tetap berkompetisi untuk mendapatkan keuntungan dalam transaksi dengan manusai lain.

e. Meski manusia senantiasa berusaha mendapatkan keuntungan dari hasil interaki dengan manusia lain, tetapi mereka dibatasioleh sumber-sumber yang tersedia.

f. Manusia berusaha memperoleh hasil dalam ujud material, tetapi mereka juga akan melibatkan dan mengahasilkan sesuatu yang bersifat non material, misalnya emosi, suka, sentiment.

Beberapa pakar dalam paradigma perilaku sosial ini antara lain George C. Homan dan Peter M. Blau. Teori ini memiliki bentuk-bentuk perilaku sosial, dan bentuk perilaku tersebut adalah :

a. Proposisi keberhasilan, dalam hal yang dilakukan seseorang. Jika yang dilakukan mendapat respon positif maka akan sering tidakan yang dilakukan oleh prang yang bersangkutan.

b. Proposisi stimulus, jika sesorang mendapat stimulus atas tidakan yang dilakukan stimulus tersebut akan memungkinkan untuk orang tersebut mengulang tidakanya seperti dulu.

c. Proposisi nilai, semakin bermanfaat hasil tidakan seseorang bagi dirinya maka semakin besar kemungkinan tidakan tersebut diulangi.

(26)

37

d. Proposisi kejenuhan-kerugian, semakin seseorang menerima ganjaran yang istimewa maka bagian yang lebih mendalam dariganjaran tersebut akan menjadi kurang bermakna bagi orang lain.

e. Proposisi persetujuan-perlawanan, (a) jika tindakan yang dilakukan mendapat respon negative maka orang terebut bisa saja marah, (b) bila tidakan seseorang mendapat respon positif akan semakin besar kemungkinanya bagi orang terebut menunjukkan tingkah laku persetujuan terhadap tingkah laku yang dilakukanya, dan hasil tingkah laku semacam akan menjadi semakin berharga dari dirinya.

Dalam menghadapi masalah tersebut, tampaknya hal tersebut berkaitan dengan perubahan meskipun hal tersebut tidak perlu muncul dimanapun. Sebagaimana dinyatakan di muka muka, bahwa “teori perubahan” tidaklah menyangkut sejumlah tingkah laku perubahan yang khusus, akan tetapi teori perubahan menegaskan bahwa interaksi sosial sebagai sebagai suatu keseluruhan bentuk perubahan. Jadi, blau memperhatikan semua “tindakan” sukarela dari induvidu-individu yang dimotivasi oleh hasil yang diharapkan dicapai oleh tingkah laku tersebut. Homan mempertimbangkan ”tingkah laku sosial sebagai suatu perubahan aktifitas diantara sekurang-kurangnya dua orang”. Dan ia melihat tugas utamanya adalah sebagai penjelasan “perubahan penghargaan yang berulang-ulang di antara manusia yang mana di anggap sebagai hubungan interpersonal”.

(27)

38 5. Konsep Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial pada dasarnya merupakan suatu bidang atau lapangan usaha praktek pekerjaan sosial. Kesejahteraan sosial mengandung pengertian yang sangat luas, meliputi pekerjaan sosial, program-program dan kegiatan-kegiatan sosial lainya dalam bidang kehidupan manusia. Kesejahteraan sosial di samping mencakup berbagai upaya perbaikan dan pengembangan sumber-sumber manusiawi, mencakup juga pelayanan-pelayanan sosial bagi individu maupun kelompok.

Kesejahteraan soial didalam berbagai bentuk kegiatanya ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan individu, individu, kelompok maupun masyarakat. Dapat pula mencakup berupa kegiatan-kegiatan yang secara langsung ditujukan untuk menyembuhkan dan mencegah maslah-masalah sosial seperti masalah kemikinan, penyakit dan disoragnisasi sosial dan pengembangan sumber-sumber manusia.

Harold, Wilensky, dan Charles (Pujileksono, 2016 : 15), mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu system yang terorganisir daripada usaha-usaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok=kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan-kemampuanya serta menigkatkan atau menyempurnakan kesejahteraannya sebagai manusia sesuai dengan

(28)

39

kebutuhan masyarakat. Menurut wilensky dan lebeaux, kesejahteraan sosial memiliki 5 (tampilan), yaitu:

a. Organisasi, yaitu kesejahteraan disampaikan melalui organisasi (pemeritah dan LSM).

b. Dukungan sosial dan akuntabilitas yaitu penyedia layanan bertanggung jawab kepada sumber pendanaan (pemerintah dan sumbangan) untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.

c. Motif non-profit, yaitu tidak adanya motif mencari keuntungan, meskipun kadang-kadang ada penarikan biaya.

d. Generalisasi fungsioanal yaitu untuk memenuhi berbagai aspek kebutuhan masyarakat.

e. Fokus langsung pada konsumsi manusia (misalnya pendidikan, perumahan,pelayanan medis, dll).

Kesejahteraan sosial merupakanusaha yang terorganisir dari semua untuk semua (social welfare is an organized concern of all for all) definisi semacam ini menunjukkan bahwa usaha-usaha untuk mencapai kesejahteraan sosial itu adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan terorganisir dengan melibatkan unsyr-unsur atau potensi-potensi yang ada di masyarakat. Definisi ini juga ingin menekankan bahwa kesejahteraan sosial merupakan tanggungjawab bersama, Wilson (Pujileksono, 2016 : 15-16). Kesejahteraan social menurut para ahli :

a. Walter Friedlander, “social welfare is the organized system of social serfices and institutions, disignned to aid individuals and group to attain satisfying standard of life and health (kesejahteraan sosial merupakan

(29)

40

system yang terorganisir dari institusi dan pelayanan sosial, yang dirancang untuk membantu individu ataupun kelompok agar dapat mencapai standard hidup dan kesehatan yang memuaskan)”. Definisi ini menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial itu merupakan kegiatan yang dilakukan secara terorganisir melalui institusi dan lembaga pelayanan sosial untuk meningkatkan kualitas hidup individu dan kelompok. b. Compton, “social welfare is field of actifities ang policies directing

effords to deal with social problem (kesejahteraan sosial merupakan sebuah sebuah lapangan kerja/ kegiatan dan usaha kebiajakn secara langsung untuk memecahkan masalah sosial)”. Definisi ini lebih menekankan kesejahteraan sosial sebagai setting/bidang kegiatan yang diarahkan untuk pemecahan sosial melalui kebijakan berbagai kebijakan.

c. Elizabeth Wickenden, “social welfare includes those laws, programs, benefits and services which assure of strengthen providions for meetings social needs recognized to the well-being of the population and the better functioning of the social arder (kesejahteraan sosial termasuk didalamnya adalah peraturan peundangan, program, manfaat dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga kententraman dalam masyarakat)”.

d. Arthur Dunham “kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang untuk memenuhi

(30)

kebutuhan-41

kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kebutuhan keluarga dan anak, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberikan perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok, komunitas-komunitas dan kesataun penduduk yang lebih luas, pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan”

Pengembangan program kesejahteraan sosial telah sangat pragmatis dan incremental. Proposal ini perubahan, umumnya dirumuskan untuk menanggapi masalah-masalah tertentu darpada agenda nasional yang luas. Karakteristik kedua pembangunan kebijakan kesejahteraan sosial adalah disentralisasi, Pujileksono (2016 : 18).

6. Konsep Kebijakan Sosial

Suharto (Luthfi,Oman,Abdussalam dan Masduki.2015:61-63), mengartikan kebijakan sosial sebagai ‘anak kandung’ paham negara kesejahteraan (welfare state). Sebagai suatu kebijakan public di bidang kesejahteraan sosial, kebijakan sosial menunjuk pada seperangkat kewajiban negara (state obligation) untuk melindungi dan memberikan pelayanan dasar terhadap warganya.

Kebijakan sosial (social policy) adalah kebijakan publik (public policy) yang penting-penting di negara modern dan demokratis. Kebijakan sosial adalah salah satu bentuk dari kebijakan public. Kebijakan sosial merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat public, yakni mengatasi masalah sosial

(31)

42

atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Bessant, Watts, Dalton dan Smits ((suharto), Luthfi, Oman, Abdussalam dan Masduki. 2015: 62) kebijakan sosial merujuk pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian beragam tunjangan pendapatan, pelayanan kemasyarakatan dan program-program tunjangan sosial lainya. Sebagai sebuah kebijakan public, kebiajakan sosial memiliki fungsi privntif (mencegah), kuratif (penyembuhan), dan pengembangan (developmental). Kebijakan sosial adalah ketetapan yang didesain secara kolektif untuk mencegah terjadinya masalah sosial (fungsi kuratif) dan mempromosikan kesejahteraan (fungsi pengembangan) sebagai wujud kewajiban negara (state obligation) dalam memenuhi hak-hak warganya.

Kebijakan sosial prinsipnya berkaitan dengan pembangunan sosial dan pembangunan bidang kesejahteraan sosial. Tujuan dari pembangunan sosial pada dasarnya adalah developmental of the well-being of the people. Berdasarkan tujuan tersebut, maka penekanan dari pembangunan sosial pada dasarnya adalah pada pendekatan pembangunan yang berpusat pada manusia (people centered development). Sehingga terlihat kesamaan pola gerak dari pembangunan sosial dan pembangunan yang berpusat pada manusia, yaitu pada upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memfokuskan pada pemberdayaan dan pembangunan manusia itu sendiri. Sebagai bagian dari pembangunan sosial, pembangunan bidang kesejahteraan sosial sejatinya adalah setrategi dan aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, maupun sivil society untuk meningkatkan

(32)

43

kualitas kehidupan manusia melalui kebijakan dan program yang bermatra pelayanan sosial, penyembuhan sosial, perlindungan sosial dan pemberdayaan masyarakat.

7. Konsep Kebudayaan dalam Masyarakat

Dradjad dan Sumiyati (1983 : 15), kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam di sekitarnya agar kekuatanya dan hasinya dapatdiabdikan pada keperluan masyarakat.

Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma dan nilai kemasyarakatan, yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas. Di dalamnya termasuk misalnya saja agama,ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsur yang merupakan hasil pernyataan jiwa manusia yang hidup sebagai anggota masyarakat.

Selanjutnya cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir orang-orang yang hidup bermasyarakat, dan yang antara lainmenghasilkan filsafat serta ilmu-ilmu pengetahuan, baik yang berwujud teori murni maupun yang telah disusun untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

Semua karya, rasa, dan cipta dikuasai oleh karsa orang yang menentukan kegunaanya, agar sesuai dengan kepentingan sebagai bear atau seluruh masyarakat. Dari uraian dan mempelajari definisi kebudayaan dari para ahli, maka kebudayaan itu mencakup: (1) hasil yang diciptakan oleh

(33)

44

iteraksi manusia dalam penyesuaianya dengan lingkunganya (2) meliputi semua ciptaan manusia yang material dan yang nonmaterial (3) terturunkan dari generasi ke generasi (4) membentuk warisan sosial suatu masyarakat.

Unsur dasar kebudayaan atau tindak kebudayaan merupakan kesatuan terkecil suatu kesataun berdiri sendiri. Tindak kebudayaan merupakan kesatuan terkecil suatu sistem kebudayaan dapat berupa folkways atau kebiasaan.

Kompleks tindak kebudayaan merupakan kumpulan tindak kebudayaan yang sebagai suatu kesatuan berdiri sendiri. Pada umumnya tindak kebudayaan ini dihubungkan dengan tindak kebudayaan lain yang yang mempunyai pertalian untuk membentuk satu perangkat tindak yang disebut kompleks tindak kebudayaan.

Pola kebudayaan terbentuk dalam suatu masyarakat, kalau bagian-bagian yang berbeda-beda (tindak-tindak dan kompleks-kompleks kebudayaan) ini menjadi saling terhubungkan dan membentuk suatu keutuhan atau suatu bentuk fungsional.

Keanekaragaman lingkungan memberikan tantangan dan kesepakatan yang berbeda bagi tiap masyarakat dalam mengembangkan kebudayaan mereka. Perbedaan lingkungan memang menimbulkan peredaan kebudayaan. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa lingkungan yang sama akan mengahsilkan kebudayaan yang sama pula. Walaupun lingkungan mereka sama, penyesuaian mereka belum tentu sama, perbedaan temperamen, watak, dan kemampuan mengadakan inovasi (menghasilkan

(34)

45

gagasan atau barang yang kualitatif baru) ikut memberi saham terhadap cara orang mengadakan penyesuaian.

Isolasi geografis ialah terasingnya suatu daerah dari dunia luar. Hal ini dapat di sebabkan karena daerah itu sukar didatangi karena medanya sukar dilalui, seperti di kelilingi oeh pegunungan yang curam tebingnya, atau di kelilingi hutan yang lebat, atau lautan yang jarang dilalui kapal. Tertutupnya suatu masyarakat menghambat pula masuknya pengaruh kebudayaan lain dari luar. Dengan demikian kebudayaan masyarakat tersebut akan berkembang secara tersendiri, sehingga menimbulkan perbedaan-perbedaan dengan mayarakat lainya. Hal ini kita jumpai pada masyarakat yang ada dipedalaman irian dan Kalimantan.

Kedudukan tehnologi pada tiap masyarakat tidaklah sama. Masyarakt dengan tehnologi yang tinggi akan mempunyai peralatan yang beraneka ragam. Keanekaragaman peralatan ini menyediakan pula kesempatan yang banyak dengan demikian kemungkinan jadinya perkembangan kebudayaan lebih besar dan lebih luasvariasinya.

Dalam konteks ini kebudayaan bukan hanya dipahami sebagai sebuah sumbangan para leluhur melainkan di rawat dan dipelihara, namun juga pada kemampuan meninggalkan sesuatu yang diwariskan kepada generasi selanjutnya. Karena sebuah kebudayaan di pahami sebelah pihak tidak menyangkut atas nama yang terkandung dalam karya manusia tentang hasil cipta karya dalam kelompok masyarakat. Bahwa suatu kelompok masyarakat sosial yang memiliki suatu pola pikir dan pola tindak/perilaku

(35)

46

yang selalu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikatakan memiliki suatu kebudayaan. suatu masyarakat dalam hal ini tidak lepas dari system kehidupan sosial yang terikat dengan mengikuti suatu kebudayaan yang berlaku didalamnya.

Gambar

Tabel 1.1. Model Masyarakat P.S. Cohen dan Ralf Dahrendorf

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Ahmadi (2004:127) mengemukakan belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif

Menurut Marliati (2008) proses pemberdayaan dapat dilakukan secara individual maupun kolektif (kelompok), proses ini merupakan wujud perubahan sosial yang menyangkut

Relevansi dengan penelitian ini adalah gejala sosial yang terjadi pada perilaku friend with benefit juga mengacu pada masalah sosial yaitu pada penyimpangan sosial dimana

Selanjutnya konsep adaptasi ini akan digunakan secara spesifik dalam kerangka pikir, sebagai analisis pembedah perubahan sosial, proses adaptasi merupakan salah satu bagian

Tujuan kognitif berkaitan dengan perubahan tingkah laku dari berbagai proses mental. Tujuan pengajaran ini dibagi dalam enam aspek yang disusun secara bertingkat dari

Pembaruan pendidikan Islam adalah upaya perubahan melalui pemikiran dan praktek pendidikan Islam dimulai dari konsep (berupa sumber pendidikan), kurikulum, proses (berupa

Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

Mead menganggap konsep diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain (Mulyana, 2001:73).Teori Interaksi Simbolik yang masih