• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN LAMA KALA I PERSALINAN PADA PRIMIPARA DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUNASARI, KAB. MADIUN PENELITIAN DOSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN LAMA KALA I PERSALINAN PADA PRIMIPARA DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUNASARI, KAB. MADIUN PENELITIAN DOSEN"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENELITIAN DOSEN

Oleh :

Mufida Dian Hardika, SST., M.Kes NBM : 120173

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN

(2)

i

PENELITIAN DOSEN

Oleh :

Mufida Dian Hardika, SST., M.Kes NBM : 120173

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN

(3)
(4)
(5)
(6)

5

(7)

6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menghadapi persalinan adalah suatu peristiwa yang tidak bisa lepas dari kehidupan seorang wanita dan merupakan fenomena hidup yang kodrati. Seringkali seorang wanita dihinggapi rasa cemas dalam menghadapi persalinan. Menurut Wiknjosastro (2000), kecemasan ibu bersalin merupakan stressor, kecemasan ini disebabkan antara lain oleh faktor psikososial seperti ketidaktahuan, kurangnya perhatian dari petugas kesehatan, serta tidak adanya dukungan dari orang yang terdekat. Sedangkan menurut Seller (1999), adanya perasaan cemas pada ibu dipengaruhi peningkatan sekresi adrenalin yang dampaknya terhadap ibu terjadi penurunan kontraksi uterus sehingga menyebabkan perpanjangan kala I dan kala II persalinan.

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 1999). Seorang ibu bersalin normal harus menghadapi tahap-tahap mekanisme dalam persalinan, mulai dari pembukaan servix (kala I) lama kala I normal pada primi 13-14 jam sedang pada multi 7-8 jam, pengeluaran bayi (kala II) lama kala II pada primigravida 1½ - 2 jam, dan pada multi ½ - 1 jam, pengeluaran plasenta (kala III) lama 5-30 menit, maupun waktu 2 jam setelah plasenta lahir (kala IV). Dari semua tahap ini yang membutuhkan waktu paling lama adalah kala I yaitu antara 13-14 jam pada primipara dan 7-8 jam pada multipara. Tahap-tahap ini akan membuat ibu

(8)

7

cemas karena waktu yang dibutuhkan cukup lama (Kartono, 1992). Seorang ibu

yang menghadapi persalinan membutuhkan waktu + 15 jam, waktu tersebut merupakan waktu yang cukup lama bagi seseorang dalam penantian. Dengan demikian seorang ibu bersalin sering menghadapi rasa cemas dan kuatir walaupun sebenarnya persalinan bisa terjadi disebabkan karena faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi (Wiknjosastro, 1999). Kecemasan yang dihadapi seorang ibu bersalin sangat dipengaruhi seluruh tingkah laku dan pola pikir saat itu (Gunarsa, 1995). Sedangkan menurut Mochtar (1998), persalinan dapat juga dipengaruhi beberapa faktor yang disingkat dengan 5 P yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang terdiri dari kekuatan primer (his) dan kekuatan sekunder (usaha mengejan ibu), faktor jalan lahir (passage) yang terdiri dari konvigurasi 2 diameter pelvis, devisibilitas SBR, dilatasi servix, kapasitas distensi dasar panggul, panggul, vagina dan introitus, faktor janin (passager) yaitu plasenta dan janin, usia gestasi, letak, situs, habitus, presentasi, posisi, jumlah fetus, faktor psychologi respone, dan faktor penolong.

Psychologi respone antara lain adalah kecemasan pada ibu bersalin. Menurut

Setiawati (2003) faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain adalah pengetahuan, sikap, usia dan kurangnya dukungan keluarga atau orang yang terdekat serta kurangnya informasi yang didapat. Atas dasar tersebut maka psikologi ibu bersalin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan.

Hasil penelitian Anna Alisyahbana dalam frekwensi kejadian yang tinggi khususnya di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang, yang berlangsung sejak Januari 1988 sampai Desember 1989 (dalam sampel kasus) menunjukkan AKI yang

(9)

8

berhubungan dengan gangguan kesehatan, terutama reaksi emosional dan fisik yang

bersifat negatif (sebagai gangguan kesehatan maternal) ditemui di lokasi penelitian ini, seperti anxietas saat hamil, abortus, dan kesulitan bersalin (dalam partus lama atau partus kasep dan hemorrhagia post partum atau perdarahan pasca salin). yaitu 237/ 100.000 kelahiran hidup (Alisyahbana, 1994 dalam Malonda, 1999).Penelitian lain di lokasi tersebut dalam tahun yang sama, menunjukkan AKI yaitu 490/ 100.000 kelahiran hidup (Ngantung, 1990, Depkes 1997).Kecenderungan AKI tersebut yang tinggi sesuai dengan AKI hasil penelitian kelompok Budiarso (dengan pendekatan sisterhood) di Jawa Barat. Dalam penelitian tersebut ditemukan AKI di Jawa Barat yaitu 258/ 100.000 kelahiran hidup (Budiarso, dkk, 1990). Kondisi AKI tersebut dapat dijadikan patokan kriteria, bahwa kondisi kesehatan maternal masyarakat Sunda Sumedang secara relatif belum baik. Menurut Mochtar (1998), partus lama dapat menyebabkan asfiksia pada janin, caput succedaneum, cephal

hematom , fraktur tulang tengkorak. Menurut Manuaba (1998), penyebab kematian

bayi (AKB) terbesar adalah asfiksia neonatorum (49-60%), infeksi (24-34%),

prematuritas/ BBLR (15-20%), trauma persalinan (2-7%), dan cacat bawaan

(1-3%). Menurut pengamatan dalam 3 bulan terakhir di BPS Krisna, Desa Bangunsari, Kecamatan Bangunsari, Kabupaten Madiun, dari 14 persalinan pada primipara 6 (42,8%) diantaranya mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinannya dan mengalami perpanjangan pada kala I antara 16 sampai 18 jam dan 1 orang diantaranya persalinannya harus diselesaikan dengan cara Sectio Caesaria. Padahal harapan bidan dapat menolong persalinan tanpa komplikasi sehingga dapat menekan angka kesakitan dan mencegah timbulnya kematian maternal.

(10)

9

Sesuai dengan tujuan pertolongan persalinan yaitu menuju persalinan yang

aman tanpa komplikasi, maka kecemasan pada ibu bersalin perlu dicegah atau setidaknya dikurangi dengan cara persiapan mental ibu mulai dari saat hamil sampai menjelang persalinan, pendampingan oleh suami/ keluarga terdekat saat menghadapi persalinan, serta dukungan penuh dari suami dan keluarga sehingga dalam menghadapi persalinan ibu merasa aman dan nyaman yang akhirnya persalinan juga akan berakhir dengan aman tanpa komplikasi. Bidan sebagai penolong persalinan juga ikut berperan dalam menciptakan suasana aman dan nyaman. Berdasarkan kecemasan dapat mempengaruhi lamanya proses persalinan, maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana hubungan kecemasan dapat mempengaruhi lama proses persalinan terutama pada kala I khususnya pada primipara

1.2 Identifikasi faktor penyebab masalah

Seorang ibu bersalin normal harus menghadapi tahap-tahap dalam mekanisme persalinan, mulai dari pembukaan servix (kala I), pengeluaran bayi (kala II), pengeluaran plasenta (kala III) maupun waktu 1 jam setelah plasenta lahir (kala IV). Tahap-tahap ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu + 15 jam, waktu tersebut merupakan waktu yang cukup lama bagi seseorang dalam penantian (Kartono, 1992). Selain itu menurut Mochtar (1998), persalinan dapat dipengaruhi beberapa faktor yang disingkat dengan 5 P yaitu Power (kekuatan mendorong janin keluar, Passage (faktor jalan lahir), Passager (faktor janin), Psychologi respone, dan Penolong. Psychologi respone antara lain adalah kecemasan pada ibu bersalin. Sedangkan menurut Setiawati (2003) kecemasan dipengaruhi oleh faktor

(11)

10

pengetahuan ibu, sikap, usia, dukungan keluarga atau orang terdekat serta informasi

yang didapat , dalam hal ini seputar kehamilan dan persalinan. 1.3 Pembatasan Masalah

Dari uraian di atas maka jelaslah banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan, tetapi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi dalam proses persalinan maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti meliputi :

1. Kecemasan pada ibu bersalin primipara

2. Lama Kala I persalinan pada ibu bersalin primipara dimulai dari fase aktif. 3. Tempat penelitian hanya di Bidan Praktek Swasta wilayah Puskesmas

Bangunsari, Kabupaten Madiun. 1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi penyebab masalah maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara kecemasan dengan lama Kala I persalinan pada ibu primipara ?”

1.5 Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. 1.5.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kecemasan dengan lama Kala I persalinan pada ibu primigravida.

1.5.2 Tujuan Khusus

(12)

11

a. Mengidentifikasi karakteristik ibu bersalin primipara terdiri dari usia,

pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan ibu.

b. Mengidentifikasi kecemasan pada ibu bersalin primipara. c. Mengidentifikasi lama Kala I persalinan pada ibu primipara.

d. Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan lama Kala I persalinan pada ibu primipara.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya hubungan kecemasan dengan lamanya Kala I dalam persalinan pada ibu primipara maka diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :

1.6.1 Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian secara teoritis adalah dengan diketahuinya hubungan antara kecemasan dengan lama Kala I persalinan pada primipara maka diharapkan dapat mempersiapkan psikologis ibu bersalin sedini mungkin sehingga waktu menghadapi persalinan ibu tidak mengalami kecemasan dan proses persalinan dapat dilewati dengan lancar.

1.6.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan peningkatan mutu pelayanan maternal dengan cara mengurangi atau menghilangkan kecemasan pada ibu bersalin dalam menghadapi persalinan sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan program sayang ibu di dalam asuhan persalinan normal.

(13)

12

2. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat pada umumnya hasil penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat bahwa kecemasan pada ibu bersalin dapat mempengaruhi proses persalinan sehingga keluarga dapat lebih memperhatikan dan memberikan dukungan yang positif kepada ibu hamil dan bersalin sedini mungkin sehingga saat menghadapi masa persalinan si ibu lebih siap baik secara fisik maupun secara psikologis.

3. Bagi Pendidikan Kesehatan

Bagi pendidikan utamanya pendidikan kebidanan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan yang sudah ada, serta dapat dijadikan wacana bagi para mahasiswa untuk menambah wawasan keilmuannya.

4. Bagi Penelitian

Bagi penelitian selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber untuk dikembangkan lebih lanjut.

(14)

13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam bab ini menyajikan berbagai teori dari berbagai tinjauan pustaka yang akan digunakan sebagai bahan pembanding dan acuan di dalam pembahasan hasil penelitian.

2.1 Penelitian terdahulu

Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Titik Budi Hartini, di BPS Maranatha, Desa Dimong, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun pada bulan September 2007 dengan judul “Hubungan Kecemasan Dengan Lamanya Proses Persalinan”, didapat kesimpulan bahwa ibu primipara lebih banyak mengalami kecemasan ringan (37,7%) daripada multipara (20 %), sedangkan kecemasan sedang dan berat lebih sering ditemukan pada ibu multipara (13,3 % dan 8,89%) daripada primipara (8,9% dan 2,2%), ibu primipara yang mengalami cemas ringan sebagian besar lama proses persalinannya lebih cepat (14,45 jam). Sedangkan ibu yang mengalami cemas sedang lama proses persalinan normal (14,45 – 16,45 jam) dan pada ibu yang cemas berat lama persalinannya lebih lambat (> 16,45 jam) (Hartini, 2007).

2.2 Konsep Dasar Kecemasan 2.2.1 Pengertian

Kecemasan adalah suatu hal yang tidak terwujud dan tidak dapat dilihat oleh mata kita. Penyakit cemas ada di mana-mana. Cemas adalah penyakit yang kita derita tanpa disadari. Sebenarnya semua orang sudah tahu apakah rasa takut itu.

(15)

14

Tapi sayang sekali kita tidak dapat memahami perasaan kita ketika mengalami rasa

takut dan cemas (Hariyono, 2000).

Sensasi kecemasan sering dialami hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar, seringkali disertai oleh gejala otonomis seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan. Seseorang yang cemas mungkin juga merasa gelisah seperti yang dinyatakan dengan ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama (Wiguna, 1997).

Neurosa kecemasan adalah bentuk neurosa dengan gejala-gejala paling mencolok ialah ketakutan yang tidak bisa diidentifikasi dengan data sebab khusus dan dalam banyak peristiwa serta mempengaruhi wilayah-wilayah penting dari kehidupan (Kartono, 2000). Penyakit cemas dapat memecah belah perasaan, karena emosinya tidak stabil. Kecemasan memecah belah pengertian karena itu keyakinan-keyakinannya dangkal dan berubah-ubah. Kecemasan memecah belah kecakapannya untuk menilai, karena itu sikap dan keputusan seringkali tidak adil. Keputusan-keputusan itu membawa kesusahan dan kesedihan (Hariyono, 2000). 2.2.2 Sebab-Sebab Kecemasan

Kecemasan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Hariyono (2000), sebab-sebab kecemasan antara lain :

1. Kesakitan dan kecemasan yang terus-menerus, disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dan kegagalan yang bertubi-tubi.

2. Depresi terhadap macam-macam emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung lama.

(16)

15

3. Dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat

sehingga mengakibatkan banyak konflik batin

Sedangkan menurut Setiawati (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain :

1. Faktor Internal, terdiri dari : a. Pengetahuan

Menurut Kuncoroningrat (1997) semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

b. Sikap

Individu yang pada dasarnya pencemas akan mempunyai tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang bukan pencemas. Menurut teori kecemasan dasar bahwa individu dengan trait anxiety akan mempunyai sifat yang mengarah kepada kecenderungan cemas (Setiawati, 2000).

c. Usia

Usia adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Hurlock (1995) dalam Setiawati (2000) menyatakan semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

d. Pekerjaan

Pekerjaan menurut Nursalam (2001) pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang

(17)

16

menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga (Markum, 1991 dalam Setiawati 2000).Menurut Hidayat (2007) pekerjaan sangat mempengaruhi pendapatan keluarga, pekerjaan erat hubungannya pada pendapatan keluarga.

e. Penghasilan

Menurut Setiawati (2000), penghasilan seseorang setiap bulannya berkaitan dengan pola gangguan psikiatri. Berdasarkan hasil penelitian bahwa masyarakat yang berpenghasilan rendah prevalensi psikiatrinya lebih banyak. Menurut Manuaba (1998), perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan remaja tidak lepas dari berbagai kemelut di antaranya penghasilan yang terbatas, sehingga kelangsungan kehamilan dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan, ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan stress (tekanan batin). Jadi keadaan penghasilan klien yang rendah dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan klien. Selain itu kemampuan keluarga yang rendah dalam bidang ekonomi sangat erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan akan zat gizi sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan.

f. Status perkawinan

Menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994) sumber dukungan yang paling penting adalah perkawinan dan keluarga. Dukungan sosial suami sebagai orang yang paling dekat dengan individu diharapkan dapat memberi dorongan, perhatian dalam menghadapi masa sulit selama hamil dan melahirkan. Menurut Manuaba (1998), perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah

(18)

17

kehamilan remaja tidak lepas dari berbagai kemelut di antaranya penghasilan

yang terbatas, putus sekolah, putus kerja karena berbagai alasan, sehingga kelangsungan kehamilan dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan, atau bila remaja memilih untuk mengasuh anaknya sendiri, masyarakat belum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan. Remaja yang hamil di luar nikah menghadapi berbagai masalah psikologis, yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap kehamilannya. Hal ini di dukung pendapat Capernito (1998) bahwa dukungan keluarga atau orang terdekat (suami) dapat mempengaruhi harga diri yang tinggi terhadap keyakinan perasaan akan kesuksesan.

2. Faktor Eksternal a. Dukungan keluarga

Dukungan dari pihak keluarga dan orang terdekat sangat dibutuhkan saat seseorang menghadapi persalinan. Bentuk dukungan menurut Smet (1994) meliputi : dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan.

b. Kelengkapan informasi

Kelengkapan informasi meliputi keterangan mengenai kehamilan dan persalinan.

2.2.3 Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat. Menurut Sumarsono (1998) tingkat kecemasan dibagi dalam beberapa hal, antara lain :

(19)

18

1. Tingkat Kognitif

Tingkat kognitif dapat dibedakan menjadi : cmas ringan, cemas sedang, cemas berat, dan panik. Cemas ringan yaitu ketegangan ringan, energi meningkat, penginderaan lebih tajam dalam menyiapkan diri untuk bertindak, perhatian terhadap masalah dan lingkungan sangat besar, mampu memecahkan masalah, maupun berkonsentrasi, lapangan persepsi lebih luas. Cemas sedang ditandai dengan lebih waspada dan lebih tegang, perhatian pada faktor-faktor peristiwa yang penting baginya tidak dapat konsentrasi secara rinci (kurang dasar terhadap hal-hal yang detail), lapangan persepsi menyempit. Cemas berat, berpusat pada hal-hal yang kecil, tidak dapat berfikir yang lebih luas, tidak mampu membuat kaitan-kaitan antara hal yang satu dengan hal yang lain, tidak mampu menyelesaikan masalah secara jelas, lapangan persepsi sangat sempit. Panik ditandai dengan persepsi yang menyimpang, sangat kacau (hilang kontrol), berfikir tidak teratur atau tidak rasional, perilaku tidak tepat atau salah,

hiperaktif.

2. Respon fisiologi

Respon fisiologis seseorang terhadap kecemasan dapat ditandai sebagai berikut : ringan : nafas pendek, gejala ringan pada lambung. Sedang : nafas pendek, mulut kering, anoreksi, diare, konstipasi, tidak mampu relaks, susah tidur. Berat : nafas pendek, mual, gelisah, ekspresi ketakutan, badan gemetar. Panik : nafas pendek, rasa tercekik, nyeri dada, tubuh gemetar, ekspresi wajah mengerikan.

(20)

19

3. Tingkat kecemasan berhubungan dengan tingkat afektif (sifat).

Tingkat kecemasan yang berhubungan dengan tingkat afektif seseorang dapat ditandai sebagai berikut : kecemasan ringan : kurang perhatian, nyaman dan aman, Sedang : perhatian terhadap apa yang terjadi, khawatir, nerveous dan rasa takut. Berat : tidak aman, merasa tidak berguna, takut terhadap apa yang terjadi, emosi dapat dikontrol. Panik : merasa terjebak, kaget.

4. Tingkat kecemasan yang berhubungan dengan tingkah laku

Tingkat kecemasan yang berhubungan dengan tingkah laku ditandai sebagai berikut : Kecemasan ringan : duduk dengan posisi relaks, isi pembicaraan tepat dan normal. Sedang : tremor halus pada tangan, tidak dapat duduk dengan tenang, banyak bicara, tekanan suara meningkat, volume suara lebih keras. Berat : pergerakan menyentak pada saat menggunakan tangan, posisi tubuh selalu berubah, banyak bicara, kecepatan bicara meningkat, tekanan dan volume suara meningkat. Panik : aktivitas dilakukan tidak bertujuan, pembicaraan sulit dimengerti, suara melengking, berteriak.

2.2.4 Cara Pengukuran Cemas

Untuk mengukur kecemasan menurut Stuart dan Sunden (1998) dalam Nursalam (2003) dipakai skor dari HARS yang sudah dianggap baku dengan mengukur 14 item HARS sebagai berikut :

1. Perasaan cemas (ansietas) : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.

2. Ketegangan : merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.

(21)

20

3. Ketakutan : pada gelap, orang asing, ditinggal sendiri, binatang besar,

keramaian lalu lintas, kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk, mimpi ketakutan.

5. Gangguan kecerdasan : sukar konsentrasi, daya ingat menurun, daya ingat buruk.

6. Perasaan depresi (murung) : kehilangan minat, kurangnya kepercayaan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah pada sepanjang hari. 7. Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan di otot, gigi

gemeretuk, suara tidak stabil.

8. Gejala somatik/ fisik (sensorik) : telinga berdenging, penglihatan kabur, muka merah/ pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler : denyut jantung cepat, berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemah/ lesu seperti mau pingsan, denyut jantung berhenti sekejap.

10. Gejala pernafasan : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek/ sesak.

11. Gejala pencernaan : sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual muntah, buang air besar lambat, kehilangan berat badan.

12. Gejala perkemihan dan kelamin : sering buang air kencing, tidak dapat menahan air seni, tidak datang bulan, darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit,

(22)

21

masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam

sebulan, menjadi dingin, ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang, impoten. 13. Gejala Antonom : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala

pusing, kepala berat, kepala terasa sakit, bulu-bulu berdiri.

14. Tingkah laku (sikap) pada wawancara : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut kening, muka tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepat, muka merah.

Kesimpulan penilaian kecemasan dengan skala HARS :

Bila skor penilaian kecemasan dengan total nilai sebagai berikut, maka : < 6 : tidak ada kecemasan

6 – 14 : kecemasan ringan 15 - 27 : kecemasan sedang > 27 : kecemasan berat 2.3 Persalinan

2.3.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan lahir biasa (Mochtar, 2002). Partus atau persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dalam dunia luar (Wiknjosastro, 2005).

2.3.2 Cara Persalinan

Cara persalinan menurut Mochtar (1998) dibedakan menjadi dua cara, meliputi :

1. Partus / persalinan biasa (normal) disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri,

(23)

22

tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya

berlangsung kurang dari 24 jam.

2. Partus tidak biasa / abnormal ialah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi sectio caesaria

Teori Persalinan

Terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan teori-teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostatglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi (Mochtar, 1998).

Teori yang mengemukakan sebab-sebab terjadinya persalinan menurut Mochtar (1998) antara lain adalah :

1. Teori penurunan hormon 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his apabila kadar progesterone turun.

2. Teori plasenta menjadi tua : akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

3. Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan menegang menyebabkan

ischemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.

4. Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikal (pleksus

Frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala

janin akan timbul kontraksi uterus.

(24)

23

bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan

jalan rangsangan. Partus anjuran dapat ditimbulkan dengan jalan :

a. Gagang laminaria, dengan cara beberapa laminaria dimasukkan dalam

kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus Frankenhauser.

b. Amniotomi yaitu pemecahan ketuban.

c. Oksitosin drips yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan infus. Tanda-tanda permulaan persalinan

Menurut Mochtar (1998), tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi persalinan sebenarnya, beberapa minggu sebelumnya seorang wanita telah memasuki kala pendahuluan (preparatory stage of labour ) dengan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Lightening atau setting atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Perasaan sering kencing (polakisuri) karena kandung kencing tertekan oleh bagian terbawah janin.

4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang di sebut false labour pains.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah, bisa bercampur darah (bloody show).

Persalinan normal

Menurut Mochtar (1998), terjadinya persalinan normal dibagi dalam beberapa kala. Proses persalinan normal di bagi menjadi 4 kala :

(25)

24

1. Kala 1 : serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. dibagi 2 fase yaitu

laten : sangat lambat, sampai ukuran 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam, fase aktif ada 3 fase : akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. Fase deselerasi , berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap. Proses membukanya servix disebut dengan berbagai istilah antara lain melembek (softening), menipis (thinned out), oblitrasi (oblitrated), mendatar dan tertarik ke atas (effaced and taken up) dan membuka (dilatation). Fase-fase di atas dijumpai pada primigravida. Perbedaannya dengan multigravida adalah pada primi servix mendatar (effacement) dulu, baru dilatasi, berlangsung antara 13-14 jam. Sedang pada multi mendatar dan membuka bisa terjadi bersamaan dan berlangsung antara 6-7 jam. Menurut Manuaba (1998), berdasarkan kurve Friedman diperhitungkan pembukaan servix pada primigravida 1 cm/jam dan pada multigravida 2 cm/ jam.

2. Kala II : pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum ibu merasa seperti buang air besar dengan tanda anus terbuka, dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1 ½-2 jam, pada multi ½-1 jam.

(26)

25

3. Kala III : setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba

keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV : waktu pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Mochtar (1998), persalinan dapat juga dipengaruhi beberapa faktor yang disingkat dengan 5 P yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang terdiri dari kekuatan primer (his) dan kekuatan sekunder (usaha mengejan ibu), faktor jalan lahir (passage) yang terdiri dari konvigurasi 2 diameter pelvis, devisibilitas SBR, dilatasi servix, kapasitas distensi dasar panggul, panggul, vagina dan introitus, faktor janin (passager) yaitu plasenta dan janin, usia gestasi, letak,

situs, habitus, presentasi, posisi, jumlah fetus, faktor psychologi respone (psikis

ibu), seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, dan psikoseksual serta psikososial sebelum nikah dan menjadi hamil. Perasaan takut, cemas, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas, dan faktor ke lima adalah penolong (dokter, bidan, dokter muda dan paramedis lainnya) Adanya kerjasama, pengertian, dan kepercayaan antara

(27)

26

penolong dan wanita akan bersalin perlu dibina dengan baik. Penolong sebaiknya

memberikan rasa simpati dan kepercayaan pada ibu, komentar yang baik hendaknya diberikan seperti bernafaslah dalam-dalam, tidak apa-apa, dan sabarlah ibu dan sebagainya.

Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan (Waspodo et all, 2002). Tujuan utama penggunaan partograf menurut Waspodo et all(2002), adalah mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai perubahan servix melalui pemeriksaan dalam, dan mendeteksi apakah proses persalinan berjalan dengan normal. Menurut Manuaba (1998), penerapan partograf WHO ditujukan untuk persalinan pervaginam. Dengan memperhatikan garis waspada dan garis tindakan sebagai titik tolak evaluasi pertolongan persalinan diharapkan partus terlantar atau partus kasep semakin berkurang sehingga dapat menurunkan angka kematian maternal dan perinatal.

Menurut Waspodo et all (2002), pencatatan fase laten persalinan, semua asuhan yang diberikan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat secara terpisah dengan partograf. Sedangkan observasi pada halaman depan partograf dimulai pada fase aktif persalinan. Menurut Manuaba (2002), di dalam setiap partograf WHO mencantumkan tiga komponen pokok yaitu :

1. Rekaman kemajuan persalian meliputi pembukaan servix, penurunan kepala, dan kekuatan his serta mulai mengejan.

(28)

27

3. Rekaman tentang kondisi ibu meliputi keadaan umum, tekanan darah, nadi,

suhu ibu, keseimbangan cairan, infus, produksi urine(volume, protein, aseton). Menurut Manuaba (2002) keuntungan penggunaan partograf adalah tersedia cukup waktu rujukan (sekitar 4 jam) setelah perjalanan persalinan melewati garis waspada, di pusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk mengambil tindakan, dan terbatasnya pemeriksaan dalam dapat mengurangi terjadinya infeksi. Sedangkan kerugian dari partograf adalah kemungkinan terlalu cepat melakukan rujukan yang sebenarnya dapat diselesaikan di Puskesmas atau tempat pelayanan setempat.

Hubungan kecemasan dengan persalinan Kala I

Menurut Mochtar (1998), faktor psikis (kejiwaan) wanita dapat mempengaruhi kondisi ibu saat menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Karena itulah seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, psikoseksual dan psikososial sebelum nikah dan menjadi hamil. Perasaan cemas, takut, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Reas (1946) dalam Mochtar (1998), mencoba merangkum keadaan di atas dan menyimpulkan bahwa ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit/nyeri dalam persalinan. Ketakutan tidak baik pada his dan lancarnya pembukaan serviks. Selain itu menurut Mochtar (1998) kesabaran, ketenangan, dan bebas dari rasa takut akan memperlancar kala I dan II. Kelainan kejiwaan di atas dapat menyebabkan kelainan persalinan seperti timbulnya inersia

uteri, partus lama, perdarahan pasca persalinan. Perasaan kecewa juga dapat

(29)

28

Menurut Malonda (1999), faktor yang berpengaruh terhadap ansietas pada ibu

adalah faktor pengetahuan, budaya dari para ibu tentang kritis tidaknya masa kehamilan, dan faktor kondisi kepemilikan pengetahuan, budaya dan sikap para ibu dalam merencanakan suatu kehamilan dan faktor kondisi ataupun perilaku sosial ibu. Ibu hamil yang mengalami ansietas mengalami kesulitan dalam persalinan seperti partus lama dan hemorrhagia post partum.

Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel, baik yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2003). Berikut kerangka konsep dalam penelitian ini :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual (Sumber : Mochtar, 1998) Keterangan : --- : tidak diteliti ______ : diteliti Passage Passager

Psikologis (cemas) Proses persalinan Lama Kala I (pada primipara)

Penolong

(30)

29

Menurut Mochtar (1998), beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan

disingkat dengan 5 P yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power) yang terdiri dari kekuatan primer (his) dan kekuatan sekunder (usaha mengejan ibu), faktor jalan lahir (passage) yang terdiri dari konvigurasi 2 diameter pelvis, devisibilitas SBR, dilatasi servix, kapasitas distensi dasar panggul, panggul, vagina dan introitus, faktor janin (passager) yaitu plasenta dan janin, usia gestasi, letak, situs, habitus,

presentasi, posisi, jumlah fetus, faktor psychologi respone (psikis ibu), seorang

wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, dan psikoseksual serta psikososial sebelum nikah dan menjadi hamil. Perasaan takut, cemas, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas, dan faktor ke lima adalah penolong (dokter, bidan, dokter muda dan paramedis lainnya) Adanya kerjasama, pengertian, dan kepercayaan antara penolong dan wanita akan bersalin perlu dibina dengan baik. Penolong sebaiknya memberikan rasa simpati dan kepercayaan pada ibu, komentar yang baik hendaknya diberikan.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebuah penugasan tentang hubungan yang diharapkan antara 2 variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Notoatmodjo, 2005). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara kecemasan dengan lama kala I persalinan pada ibu primipara.

(31)

30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Analitik yaitu penelitian yang ditujukan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini menganalisis hubungan antara kecemasan dengan lama Kala I persalinan pada primipara.

3.2 Rancangan penelitian/Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan keseluruhan dari perencanaan yang menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin selama proses penelitian (Nursalam, 2003). Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian “Cross Sectional“ yaitu peneliti melakukan observasi dan pengukuran sesaat. Artinya subyek di observasi satu kali saja dan pengukuran variabel dependen dan independen dilakukan pada saat pemeriksaan dan atau pengkajian data (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini kecemasan dan lama Kala I persalinan pada primipara diukur pada waktu yang sama.

3.3 Kerangka Operasional

Kerangka Operasional dibuat untuk memperjelas langkah-langkah di dalam penelitian. Penelitian dimulai dengan penetapan populasi dan sampel yang ingin diteliti. Kemudian dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, lembar observasi dan partograf. Kuesioner digunakan untuk mengukur variabel kecemasan dan lembar observasi serta partograf untuk variabel lama Kala I

(32)

31

persalinan. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan dan analisa data untuk

memperoleh hasil penelitian sesuai tujuan. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Selanjutnya hasil penelitian disimpulkan dan dipublikasikan. Untuk lebih jelasnya peneliti menggambarkan kerangka operasional sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

Teknik Sampling Total populasi

Populasi Ibu bersalin primipara

32 orang

Pengumpulan Data dengan kuesioner dari HARS, lembar observasi dan

partograf

Penyajian Hasil

Kesimpulan

Pengolahan data dan Analisa Data dengan Uji Rank Order Spearman

(33)

32

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di 4 BPS wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat Bangunsari Kabupaten Madiun mulai Oktober 2008 sampai Februari 2008.

3.5 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin normal primipara sebanyak 32 orang di 4 BPS wilayah Puskesmas Bangunsari, Kecamatan Bangunsari Kabupaten Madiun dalam kurun waktu 3 bulan mulai bulan Oktober 2008 sampai Desember 2008.

3.6 Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Sampling 3.6.1 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (Nursalam, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin normal primipara di BPS wilayah Puskesmas Bangunsari kabupaten Madiun selama kurun waktu 3 bulan yaitu bulan Oktober 2008 sampai Desember 2008.

3.6.2 Besar Sampel

Besar sampel adalah banyak anggota yang akan dijadikan sampel. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang.

3.6.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek

(34)

33

penelitian (Nursalam, 2003). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total

populasi.dimana seluruh populasi yang ada diambil untuk dijadikan sampel. 3.7 Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2003).

3.7.1 Variabel Independen

Variebel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel independen pada penelitian ini adalah kecemasan. 3.7.2 Variabel Dependen

Adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel dependen pada penelitian ini adalah Lama Kala I persalinan pada primipara.

3.8 Definisi Operasional

Definisi Operasional dimaksudkan untuk memperjelas pengertian variabel-variabel yang akan diteliti dengan alat atau instrumen dan teknik penelitian yang dipilih oleh peneliti sesuai dengan keterbatasan dan keinginan peneliti (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini peneliti mendefinisikan variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian sebagai berikut :

(35)

34

Tabel 3.1

Definisi operasional

VARIABEL DEFINISI INSTRUMEN SKOR SKALA

Variabel Independen

Kecemasan Hasil jawaban responden tentang kecemasan berdasarkan alat pengukuran

kecemasan dari HARS.

Kuesioner < 6 = tidak ada kecemasan 6-14 = kecemasan ringan 15-27 = kecemasan sedang > 27 = kecemasan berat Ordinal Variabel dependen Lama Kala I persalinan pada primipara

Waktu yang diperlukan seorang ibu primipara dalam persalinan pada Kala I yang diperoleh melalui pengamatan dengan menggunakan partograf dimulai saat pembukaan 4 cm

Partograf Lambat = > 10 jam Normal = 6-10 jam Cepat = < 6 jam

Ordinal

3.9 Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan prose pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003)

3.9.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara dan observasi/ pngamatan terhadap responden dengan menggunakan kuesioner dari HARS untuk mengukur kecemasan, dan teknik observasi pada lama Kala I persalinan dengan menggunakan lembar observasi.

(36)

35

3.9.2 Instrumen

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dari HARS pada variabel kecemasan dan lembar observasi kemajuan persalinan dan partograf untuk variabel lama Kala I persalinan pada primipara.

3.10 Teknik Pengolahan Data 3.10.1 Editing

Editing adalah tindakan untuk meneliti data yang sudah masuk, jawaban yang

tidak lengkap dari hasil observasi terhadap responden atau jawaban yang tidak memenuhi syarat dikeluarkan.

3.10.2 Skoring

Skoring adalah pengelompokan hasil jawaban sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan dengan memberikan skor pada lembar jawaban. Pada variabel kecemasan skor diberikan pada setiap tanda/ gejala yang muncul atau ditemukan pada responden sesuai dengan isian pada kuesioner dari HARS. Masing-masing tanda/ gejala yang ditemukan mendapat skor 1 dan dijumlahkan pada setiap kotak yang tersedia pada tepi nomor pertanyaan pada kuesioner sebagai nilai/ skor pada nomor tersebut. Kemudian pada akhir kuesioner skor dijumlahkan sebagai skor akhir untuk kemudian dikategorikan pada tingkat kecemasan yang sesuai yaitu skor < 6 = tidak ada kecemasan, skor 6-14 = kecemasan ringan, skor 25-27 = kecemasan sedang, dan skor > 27 = kecemasan berat. Sedangkan pada variabel lama kala I persalinan pada primipara tidak dilakukan skoring tetapi langsung dimasukkan dalam kategori lama persalinan.

(37)

36

3.10.3 Koding

Pada penelitian ini untuk variabel kecemasan diberi kode 0 bila tidak ada kecemasan, 1 untuk kecemasan ringan, kode 2 untuk kecemasan sedang, kode 3 untuk kecemasan berat. Untuk lama kala I persalinan pada primipara diberi kode 1 untuk Kala I lambat, 2 untuk Kala I normal dan 3 untuk Kala I Cepat.

3.10.4 Tabulating

Dari hasil koding responden kemudian dikelompokkan pada tabel bantu atau row data sehingga dapat diketahui jumlah dari masing-masing kriteria. Contoh tabel tabulasi terlampir.

3.11 Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil observasi kemudian dianalisis melalui identifikasi masalah penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Dari masing-masing variabel dikelompokkan dalam tabel distribusi frekuensi dan dipersentasekan. Kemudian sesuai dengan tujuan yang ada untuk menginterpretasikan hasil penelitian yaitu mengetahui hubungan antara kecemasan dan lama kala I persalinan pada primipara maka berdasarkan data tersebut digunakan uji korelasi yaitu menggunakan uji Spearman dengan tingkat kesalahan 5% dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS. Untuk merumuskan hipotesis bila P < 0,05 berarti Ho diterima dan H1 ditolak, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan lama Kala I persalinan pada primipara. Sebaliknya bila P > 0,05 berarti H ditolak dan H1 diterima, artinya tidak

(38)

37

3.12 Keterbatasan

Keterbatasan adalah kelemahan dan hambatan dalam penelitian (Nursalam, 2001). Dalam penelitian ini terdapat hambatan sebagai berikut :

3.12.1 Sampel

Sampel dalam penelitian ini terbatas pada ibu bersalin primipara dalam jumlah yang terbatas, sehingga hasil penelitian ini dirasa kurang sempurna dan kurang memuaskan.

3.12.2 Waktu

Waktu penelitian sangat terbatas sehingga tindak lanjut dari hasil penelitian ini tidak dapat dilakukan.

3.13 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan surat rekomendasi dari Ketua Program Studi Kebidanan Magetan, untuk mendapat persetujuan melakukan penelitian di BPS wilayah kerja Puskesmas Bangunsari kemudian dilakukan penelitian dengan menekankan pada etika yang meliputi :

3.13.1 Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Responden yang bersedia diteliti, setelah diberi lembar permintaan menjadi responden harus mencantumkantanda tangan. Responden terlebih dahulu diberi kesempatan membaca isi lembar tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

(39)

38

3.13.2 Anonimity (Kerahasiaan Identitas)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden. Pada lembar angket yang diteliti hanya diberi kode tertentu.

3.13.3 Confidentiality (kerahasiaan hasil)

Kerahasiaan responden dan informasi yang telah dikumpulkan dijamin oleh peneliti. Data tersebut hanya disajikan dan dilaporkan kepada beberapa kelompok yang berhubungan dengan penelitian.

(40)

39

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini disajikan data hasil penelitian yang telah dilakukan pada 4 BPS di wilayah Puskesmas Bangunsari yaitu BPS Krisna, BPS Atika, BPS Eni, dan BPS Supinah, selama 3 bulan yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase, dari hasil analisa hubungan antara kecemasan dengan lama kala I persalinan pada ibu primipara disajikan dalam bentuk narasi.

4.1 Gambaran tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 4 BPS di wilayah Puskesmas Bangunsari, Kecamatan Bangunsari, Kabupaten Madiun. Secara geografis wilayah ini terdiri dari dataran rendah dengan sarana transportasi yang mudah dijangkau. Tempat penelitian adalah bidan praktek swasta yang telah memiliki tempat rawat inap untuk ibu bersalin dengan rata-rata persalinan lebih dari 10 per bulan.

4.2 Data Umum

Dari data umum menampilkan data tentang karakteristik ibu bersalin terdiri dari umur, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga.

4.2.1 Umur

Dari hasil penelitian tentang karakteristik ibu bersalin primipara berdasarkan umur dikelompokkan menjadi tiga kelompok golongan umur. Gambaran data hasil penelitian karakteristik ibu bersalin berdasarkan umur tersebut adalah sebagian

(41)

40

besar ibu bersalin primipara terdiri dari umur 21-35 tahun sebanyak 26 orang

(81,25%), dan sebagian kecil terdiri dari umur di bawah 20 tahun sebanyak 4 orang (12,5%) dan umur lebih 35 tahun sebanyak 2 orang (6,25%). Agar lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Umur Ibu Bersalin Primipara di 4 BPS Wilayah Puskesmas Bangunsari tahun 2008

Kategori Umur Frekuensi Persentase

< 20 th 21-35 th > 35 th 4 26 2 12,5 81,25 6,25 Jumlah 32 100 4.2.2. Pendidikan

Dari hasil penelitian tentang karakteristik ibu bersalin primipara berdasarkan pendidikan dikelompokkan menjadi tiga kelompok golongan kelompok. Gambaran data hasil penelitian karakteristik ibu bersalin berdasarkan pendidikan tersebut adalah sebagian besar ibu bersalin primipara terdiri dari sebagian besar ibu bersalin primipara berpendidikan dasar (SD-SMP) sebanyak 17 orang (53,1%), pendidikan menengah (SLTA) sebanyak 13 orang (40,6%), dan sebagian kecil berpendidikan tinggi (perguruan tinggi) sebanyak 2 orang (6,3%). Agar lebih jelas hasil penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2 di bawah ini.

(42)

41

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Bersalin Primipara di 4 BPS Wilayah Puskesmas Bangunsari tahun 2008

Kategori Pendidikan frekuensi Persentase

SD-SMP SLTA Perguruan Tinggi 17 13 2 53,1 40,6 6,3 Jumlah 32 100 4.2.3 Pekerjaan

Dari hasil penelitian tentang karakteristik ibu bersalin primipara berdasarkan pekerjaan dikelompokkan menjadi empat kelompok golongan pekerjaan. Gambaran data hasil penelitian karakteristik ibu bersalin berdasarkan pekerjaan tersebut adalah sebagian besar ibu bersalin primipara terdiri dari Ibu Rumah Tangga sebanyak 26 orang (81,3%), bakulan sebanyak 3 orang (9,4%), tani/ buruh tani sebanyak 2 orang (6,3%), dan PNS sebanyak 1 orang (3,1%).Berikut distribusi frekuensi pekerjaan ibu bersalin primipara.

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Bersalin Primipara di 4 BPS Wilayah Puskesmas Bangunsari tahun 2008

Jenis Pekerjaan frekuensi Persentase

IRT Bakulan Tani/Buruh tani PNS 26 3 2 1 81,25 9,4 6,25 3,1 Jumlah 32 100

(43)

42

4.2.4 Penghasilan

Dari hasil penelitian tentang karakteristik ibu bersalin primipara berdasarkan penghasilan dikelompokkan menjadi tiga kelompok golongan penghasilan. Gambaran data hasil penelitian karakteristik ibu bersalin berdasarkan penghasilan tersebut adalah sebagian besar penghasilan keluarga ibu bersalin primipara terdiri dari berpenghasilan sedang antara 600 ribu -1 juta rupiah / bulan sebanyak 16 orang (50 %), kemudian yang berpenghasilan kurang dari 500 ribu rupiah sebanyak 12 orang (37,5%), dan sebagian kecil berpenghasilan lebih dari 1 juta rupiah sebanyak 4 orang (12,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4

Tabel Distribusi Frekuensi Penghasilan Keluarga Ibu Bersalin Primipara di 4 BPS Wilayah Puskesmas Bangunsari tahun 2008

Jumlah penghasilan frekuensi Persentase

< 500 ribu 600 – 1 juta > 1 juta 12 16 4 37,5 50 12,5 Jumlah 32 100 4.3 Data Khusus

Data khusus dalam penelitian ini mencakup data tentang kecemasan dan data tentang lama Kala I persalinan pada ibu Primipara. Adapun data khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(44)

43

4.3.1 Kecemasan

Hasil penelitian dari 32 ibu bersalin primipara didapat sebagai berikut : sebagian besar ibu bersalin primipara mengalami kecemasan tingkat sedang dan kecemasan tingkat berat masing-masing sebanyak 13 orang (40,6%), dan sebagian kecil lainnya mengalami kecemasan tingkat ringan. Untuk lebih jelasnya hasil penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Primipara di 4 BPS Wilayah Puskesmas Bangunsari tahun 2008

Tingkat kecemasan frekuensi Persentase

Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan Sedang Kecemasan Berat 0 6 13 13 0 18,8 40,6 40,6 Jumlah 32 100

4.3.2 Lama Kala I Persalinan pada Primipara

Berdasarkan data yang didapat mengenai lama kala I persalinan pada primipara maka didapatkan hasil sebagai berikut sebagian besar ibu bersalin mengalami kala I lambat yaitu sebanyak 19 orang (59,4%), sebagian lainnya normal sebanyak 11 orang (34,4%) dan sebagian kecil lainnya mengalami kala I cepat sebanyak 2 orang (6,3%). Hasil penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.6 di bawah ini.

(45)

44

Tabel 4.6

Tabel Distribusi Frekuensi Lama Kala I Ibu Bersalin Primipara di 4 BPS Wilayah Puskesmas Bangunsari tahun 2008

Lama Kala I frekuensi Persentase

Cepat Normal Lambat 2 19 11 6,3 59,4 34,3 Jumlah 32 100

4.3.3 Tabel Silang Kecemasan dengan Lama Kala I Persalinan

Setelah dilakukan pengolahan data maka didapatkan tabel silang mengenai lama kala I ibu bersalin primipara dengan tingkat kecemasan yang dialami sebagai berikut : dari ibu bersalin yang mengalami kecemasan tingkat ringan mengalami kala I persalinan kategori cepat sebanyak 2 orang (33,3%), dan normal sebanyak 4 orang (66.7%). Pada ibu yang mengalami kecemasan tingkat sedang sebagian besar mengalami lama kala I kategori sedang yaitu 7 orang (53,84%), dan lama kala I kategori lambat sebanyak 6 orang (46,16%), sedangkan pada ibu yang mengalami kecemasan tingkat berat semua mengalami keterlambatan dalam lama kala I persalinannya yaitu sebanyak 13 orang (100 %). Untuk lebih jelasnya hasil penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.7 berikut ini.

(46)

45

Tabel 4.7

Tabel Silang Lama Kala I Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Ibu Bersalin Primipara di 4 BPS wilayah Puskesmas Bangunsari tahun 2008

Tingkat Kecemasan

Lama Kala I Persalinan

Total

Cepat Normal Lambat

f % f % f % f %

Ringan 2 33,3 4 66.7 0 0 6 100

Sedang 0 0 7 53,84 6 46,16 13 100

Berat 0 0 0 0 13 100 13 100

Total 2 6,3 11 34,4 19 59,4 32 100

4.3.4 Hubungan Kecemasan dengan Lama Kala I Persalinan pada Ibu Primipara

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman antara kecemasan dengan lama kala I persalinan pada primipara dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS didapatkan P sebesar 0,012, maka α kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak, yang artinya terdapat hubungan yang positif antara kecemasan dengan lama kala I persalinan pada ibu primipara, dengan korelasi koefisien sebesar 0,399.

(47)

46

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan pembahasan hasil penelitian tentang hubungan kecemasan dengan lama kala I persalinan pada ibu primipara. Pembahasan meliputi data karakteristik ibu bersalin primipara (usia, pendidikan, dan pekerjaan ibu), data tingkat kecemasan, dan lama kala I persalinan pada primipara, serta hasil analisa hubungan tingkat kecemasan dengan lama kala I persalinan pada ibu bersalin. 4.2 Karakteristik Ibu Bersalin Primipara

4.2.1 Umur

Dari hasil penelitian gambaran umur ibu bersalin primipara sebagian besar umur 21-35 tahun (81,25%). Hal ini sesuai pendapat Hurlock (1995) dalam Setiawati (2000), yang menyatakan bahwa semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan usia reproduksi sehat akan mempengaruhi proses dan pola berfikir calon ibu dalam menghadapi kehidupannya terutama kesiapan mental dalam menghadapi permasalahan yang mungkin timbul serta kematangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa umur ibu tidak berpengaruh terhadap tingkat kecemasan yang dialami, kecemasan yang terjadi pada ibu bersalin primipara dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh faktor lain. Yaitu factor pendidikan yang sebagian pendidkan dasar, social ekonomi yang terbanyak menengah ke bawah, serta sebagian ibu primipara adalah ibu rumah tangga yang bekerja di rumah selama 24 jam.

(48)

47

5.1.2 Pendidikan

Dari 32 ibu bersalin primipara didapatkan data pendidikan ibu bersalin primipara sebagian besar berpendidikan dasar (53,1%). Sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat (1997) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Berdasarkan pendapat tersebut maka bila pendidikan ibu rendah kemungkinan kemampuan ibu dalam mencerna setiap informasi yang didapat menjadi rendah pula. Dengan rendahnya kemampuan ibu untuk mencerna informasi maka semakin rendah pula pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang kurang dapat menimbulkan persepsi yang berbeda, karena faktor ketidaktahuan ibu pada proses persalinan, ibu menjadi kurang siap saat menghadapi persalinan seperti perasaan sakit saat kontraksi, hal ini dapat meningkatkan timbulnya kecemasan pada ibu.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang berpendidikan rendah sehingga mempengaruhi proses berfikir, dan kemampuan mencerna informasi yang didapat, sehingga dalam hal ini petugas harus berusaha memberikan informasi sejelas mungkin dan berulang-ulang agar klien dapat mengingat dan menerapkan informasi yang didapat dari petugas sehingga dapat mengurangi terjadinya kecemasan dalam proses persalinan.

5.1.3. Pekerjaan

Dari Hasil penelitian pekerjaan ibu bersalin primipara sebagian besar adalah ibu rumah tangga (81,3%). Sesuai pendapat Nursalam (2001), bahwa bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, dan menurut Markum (1991)

(49)

48

dalam Setiawati (2000), bekerja bagi ibu-ibu mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga, serta menurut Hidayat (2007) pekerjaan sangat mempengaruhi pendapatan keluarga. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa aktifitas ibu bersalin primipara sebagian besar sebagai ibu rumah tangga yang termasuk aktivitas sedang, meskipun begitu aktivitas sebagai ibu rumah tangga sangat menyita waktu, ibu bekerja sepanjang waktu (selama 24 jam), dan tidak mendatangkan penghasilan. Sedangkan penghasilan hanya diperoleh dari suami. Ibu-ibu ini akan kekurangan waktu untuk memperoleh hiburan atau pergantian suasana sehingga rutinitas kegiatan seperti ini akan membuat ibu bosan. Selain itu pekerjaan yang menyita waktu dan melelahkan dapat mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologis apalagi pada ibu hamil sehingga dapat menimbulkan kecemasan. 5.1.4. Penghasilan

Dari hasil penelitian pada 32 ibu bersalin primipara didapatkan data penghasilan keluarga sebagian besar ibu bersalin primipara berpenghasilan sedang antara 600 ribu -1 juta rupiah / bulan (50 %). Sedangkan menurut Manuaba (1998) penghasilan klien yang rendah dapat mempengaruhi peningkatan kecemasan klien. Dengan demikian penghasilan keluarga sangat mempengaruhi kemampuan keluarga dalam mencukupi kebutuhan keluarga pada umumnya dan khususnya pada ibu hamil / bersalin terutama kebutuhan gizi dan keperluan dalam persiapan kehamilan dan persalinan.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin primipara tidak mempunyai penghasilan sendiri, penghasilan keluarga menjadi tanggung jawab suami. Hal ini sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan,

(50)

49

karena rata-rata wanita bergantung pada pria sebagai pemimpin keluarga serta

kemampuan ibu untuk membantu menyangga ekonomi keluarga sangat terbatas sehingga pada keluarga yang berpenghasilan kecil hal ini dapat menjadi masalah yang cukup berpengaruh terhadap psikologis ibu. Kurangnya kemampuan keluarga dalam mencukupi kebutuhan finansial bagi ibu sangat mempengaruhi kesiapan mental ibu terutama saat persalinan, sehingga dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan. Selain itu kemampuan keluarga yang rendah dalam bidang ekonomi sangat erat kaitnnya dengan pemenuhan kebutuhan akan zat gizi sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan.

4.3 Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tingkat kecemasan ibu bersalin primipara sebagian besar ibu bersalin primipara mengalami kecemasan tingkat sedang dan kecemasan tingkat berat (masing-masing 40,6%). Menurut Hariyono (2000) sebab-sebab kecemasan antara lain karena : kesakitan dan kecemasan yang terus-menerus, disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dan kegagalan yang bertubi-tubi, depresi terhadap macam-macam tekanan emosional, dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat sehingga mengakibatkan konflik batin. Selain itu menurut Setiawati (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan terdiri dari faktor internal yang meliputi faktor pengetahuan, sikap individu, usia, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, yang kedua dari faktor eksternal terdiri dari dukungan keluarga yang mencakup dukungan emosional, informasi, instrumental, dan penghargaan serta kelengkapan informasi. Ketergantungan ibu sebagai istri terhadap suami sebagai pencari nafkah dalam keluarga sangat

(51)

50

berpengaruh terhadap kondisi psikologis ibu apalagi pada ibu dengan penghasilan

keluarga yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Manuaba (1998) bahwa ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga dapat mempengaruhi stress (tekanan batin).

Dari hasil penelitian menunjukkan ibu bersalin primipara sebagian besar mengalami kecemasan tingkat sedang dan berat. Hal ini mungkin berkaitan dengan paritas di mana ibu bersalin adalah primipara yang belum pernah mempunyai pengalaman dalam menghadapi kehamilan dan persalinan, umur ibu yang masih ada di bawah 20 tahun sehingga kemampuan ibu dalam menyerap informasi dan kesiapan mental untuk menjadi seorang ibu menjadi sangat kurang, pendidikan ibu yang sebagian besar berpendidikan dasar sehingga kemampuan menyerap informasi masih kurang, pekerjaan yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga di mana kemungkinan terdapat ketergantungan ibu dalam setiap pengambilan keputusan, serta penghasilan keluarga yang sebagian besar berkisar antara 600 ribu sampai 1 juta rupiah setiap bulannya dapat mempengaruhi kondisi ibu secara psikologis yaitu menimbulkan kecemasan. Dan kecemasan akan beresiko pada perpanjangan kala I dan resiko dapat berlanjut pada kala II seperti asfiksia, perdarahan bahkan infeksi. 4.4 Lama Kala I Persalinan pada Primipara

Berdasarkan data yang didapat mengenai lama kala I persalinan pada primipara maka didapatkan hasil sebagai berikut sebagian besar ibu bersalin mengalami kala I lambat (59,4%). Menurut pendapat Mochtar (1998) bahwa persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain 5 P yaitu Power terdiri dari kekuatan his dan usaha mengejan ibu, Passage, terdiri dari konvigurasi 2 diameter

(52)

51

pelvis, desibilitas SBR, dilatasi serviks, kapasitas distensi dasar panggul, panggul,

vagina dan introitus, faktor Passanger, yaitu plasenta, janin, usia gestasi, letak,

situs, habitus, presentasi, posisi, jumlah fetus, faktor penolong, dan yang terakhir

adalah psychology respone.

Pada penelitian ini ibu bersalin primipara sebagian berusia kurang dari 20 tahun di mana organ reproduksi belum sempurna perkembangannya, sehingga dapat mempengaruhi kelancaran kemajuan persalinan. Pada beberapa ibu yang sudah berusia lanjut (primipara tua), elastisitas otot perut dan panggul juga mempengaruhi kelancaran persalinan terutama kekuatan his. Kondisi fisik ibu yang umumnya karena menahan rasa sakit nafsu makan dan minum berkurang, sehingga pasokan nutrisi ibu menjadi berkurang yang selanjutnya mempengaruhi kekuatan his. Selain itu faktor kelelahan juga berpengaruh karena pada primipara biasanya kontraksi terjadi beberapa saat sebelum terjadinya pembukaan serviks (kala pendahuluan atau

preparatory of labour) pada ibu yang tidak bisa menahan sakit biasanya istirahatnya

terganggu, hal ini menyebabkan kelelahan fisik yang dapat juga berpengaruh terhadap kekuatan his. Faktor jalan lahir juga berpengaruh terhadap kelancaran persalinan yang merupakan dampak pada kala I. Untuk mencegah terjadinya perpanjangan kala I perlu dilakukan persiapan sejak saat hamil meliputi persiapan fisik dan kesehatan psikologi pada saat hamil, persalinan dan persiapan menjadi ibu disertai dengan melibatkan keluarga terutama suami.

5.4. Hubungan Kecemasan dengan Lama Kala I Persalinan pada Primipara

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman antara kecemasan dengan lama kala I persalinan pada primipara dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS

(53)

52

didapatkan P sebesar 0,012, maka α kurang dari 0,05 dengan korelasi koefisien

sebesar 0,399 sehingga menunjukkan hasil terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan lama kala I pada ibu bersalin primipara. Hal ini dibuktikan dengan adanya keterlambatan kemajuan persalinan karena adanya gangguan kekuatan his yang sebagian besar ibu bersalin primipara mengalami kecemasan tingkat sedang dan berat yang disebabkan karena rasa ketakutan terhadap proses persalinan, rasa sakit dan ketidaktahuan ibu tentang persiapan mental dalam menghadapi persalinan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mochtar (1998) bahwa persalinan dapat dipengaruhi beberapa faktor yang disingkat dengan 5 P yaitu kekuatan mendorong janin keluar (power), faktor jalan lahir (passage), faktor janin (passager), faktor psychologi respone (psikis ibu), seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, dan psikoseksual serta psikososial sebelum menikah dan menjadi hamil. Perasaan takut, cemas, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas, dan faktor ke lima adalah penolong (dokter, bidan, dokter muda dan paramedis lainnya) Adanya kerjasama, pengertian, dan kepercayaan antara penolong dan wanita akan bersalin perlu dibina dengan baik. Penolong sebaiknya memberikan rasa simpati dan kepercayaan pada ibu, support/dukungan dan bimbingan yang baik hendaknya diberikan seperti bernafaslah dalam-dalam, tidak apa-apa, dan sabarlah ibu dan sebagainya.

Menurut Mochtar (1998), faktor psikis (kejiwaan) wanita dapat mempengaruhi kondisi ibu saat menghadapi kehamilan, persalinan, dan nifas. Karena itulah seorang wanita memerlukan kematangan fisik, emosional, psikoseksual dan psikososial sebelum nikah dan menjadi hamil. Perasaan cemas,

(54)

53

takut, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi kehamilan,

persalinan, dan nifas. Reas (1946) dalam Mochtar (1998), mencoba merangkum keadaan di atas dan menyimpulkan bahwa ketakutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit/nyeri dalam persalinan. Ketakutan tidak baik pada his dan lancarnya pembukaan serviks. Selain itu menurut Mochtar (1998) kesabaran, ketenangan, dan bebas dari rasa takut akan memperlancar kala I dan II. Kelainan kejiwaan di atas dapat menyebabkan kelainan persalinan seperti timbulnya inersia

uteri, partus lama, perdarahan pasca persalinan. Perasaan kecewa juga dapat

menyebabkan perdarahan pasca persalinan yang hebat.

Menurut Malonda (1999), faktor yang berpengaruh terhadap ansietas pada ibu adalah faktor pengetahuan, budaya dari para ibu tentang kritis tidaknya masa kehamilan, dan faktor kondisi kepemilikan pengetahuan, budaya dan sikap para ibu dalam merencanakan suatu kehamilan dan faktor kondisi ataupun perilaku sosial ibu. Ibu hamil yang mengalami ansietas mengalami kesulitan dalam persalinan seperti partus lama dan hemorrhagia post partum. Hal ini sesuai hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ibu bersalin primipara yang mengalami tingkat kecemasan sedang dan berat mengalami keterlambatan lama kala I, untuk itu kecemasan dalam kehamilan dan persalinan harus dicegah dengan cara melakukan persiapan sejak saat hamil meliputi persiapan fisik dan kesehatan psikologi pada saat hamil, persalinan dan persiapan menjadi ibu disertai dengan melibatkan keluarga terutama suami.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual  (Sumber : Mochtar, 1998)  Keterangan :  -------- : tidak diteliti  ______ : diteliti  Passage  Passager
Gambar 3.1   Kerangka Kerja Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Dari penelitian yang telah dilakukan bahwa berdasarkan umur mayoritas ibu primipara mengalami kecemasan sedang sebanyak 16 orang (69%) yaitu ibu yang berumur 17-19 tahun,

Mayoritas responden dari segi berdasarkan tingkat kecemasan menunjukkan hampir seluruh ibu mengalami kecemasan berat saat menjelang persalinan baik pada primigravida

Dari hasil penelitian yang dilakukan Mochdari dan Mahdiya (2012), terhadap hubungan perilaku pendamping suami dengan tingkat kecemasan proses persalinan pada ibu primipara

Tingkat kecemasan ibu hamil primigravidatrimester III dalam menghadapi persalinan diwilayah kerja Puskesmas Kepuh, berdasarkan tabel 4.2,dapat diketahui bahwa ibuhamil

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebagian besar ibu primigravida mengalami kecemasan sedang yaitu sebanyak 4 responden (66,67%), kecemasan berat yaitu sebanyak 2

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mukhadiono (2015) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil

Menunjukkan prevalensi kecemasan ibu hamil primigravida dalam menghadapi persalinan rerata (mean) memiliki skor kecemasan 30 yang menunjukkan tingkat kecemasan berat,

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bersalin yang melaksanakan senam hamil cenderung tidak mengalami robekan periunem sebesar 89,5% sedangkan ibu