• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP AWAL DAN PERUBAHAN KONSEP SISWA SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA KELAS X C TENTANG RANGKAIAN ARUS SEARAH MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB TERBIMBING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP AWAL DAN PERUBAHAN KONSEP SISWA SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA KELAS X C TENTANG RANGKAIAN ARUS SEARAH MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB TERBIMBING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana "

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP AWAL DAN PERUBAHAN KONSEP SISWA SMA

SANTA MARIA YOGYAKARTA KELAS X C TENTANG

RANGKAIAN ARUS SEARAH MELALUI PEMBELAJARAN

DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB

TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Ermelinda Du’e

0leh:

Afia Ai

NIM: 061424003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

KONSEP AWAL DAN PERUBAHAN KONSEP SISWA SMA

SANTA MARIA YOGYAKARTA KELAS X C TENTANG

RANGKAIAN ARUS SEARAH MELALUI PEMBELAJARAN

DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB

TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Ermelinda Du’e

0leh:

Afia Ai

NIM: 061424003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

KONSEP AWAL DAN PERUBAHAN KONSEP SISWA SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA KELAS X C TENTANG RANGKAIAN

ARUS SEARAH MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB TERBIMBING

Oleh:

Afia Ai

NIM: 061424003

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(4)

iii

KONSEP AWAL DAN PERUBAHAN KONSEP SISWA SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA KELAS X C TENTANG RANGKAIAN

ARUS SEARAH MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN TANYA JAWAB TERBIMBING

Dipersiapkan dan ditulis oleh Afia Ai

NIM: 061424003

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal, 26 Agustus 2011

dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama Tanda tangan

Ketua : Drs. Aufridus Atmadi, M. Si. ...

Sekretaris : Dwi Nugraheni Rositawati, M. Si. ...

Anggota : 1. Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed.,Ph.D. ...

2. Drs. Aufridus Atmadi, M. Si. ...

3. Drs. Domi Severinus, M. Si. ...

Yogyakarta, 26 Agustus 2011 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma

(5)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Damihi Virtutem ( Berilah aku kekuatan).”

(Semboyan Kongregasi Puteri Reinha Rosari)

“Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”

(Pengkotbah 2:11)

Dengan penuh syukur dan pujian skripsi ini kupersembahkan untuk

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Agustus 2011

Penulis

(7)

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Afia Ai

Nomor Mahasiswa : 061424003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul” Konsep Awal dan Perubahan Konsep Siswa SMA Santa Maria Yogyakarta Kelas X C Tentang Rangkaian Arus Searah Melalui Pembelajaran Dengan Metode Demonstrasi dan tanya jawab terbimbing”. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dan membentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal 26 Agustus 2011 Yang menyatakan

(8)

vii

ABSTRAK

Afia Ai. Konsep Awal dan Perubahan Konsep Siswa SMA Santa Maria Yogyakarta Kelas X C Tentang Rangkaian Arus Searah Melalui Pembelajaran Dengan Metode Demonstrasi dan Tanya Jawab terbimbing.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui: (1) konsep awal siswa mengenai konsep Rangkaian Listrik Arus Searah sebelum proses pembelajaran dilaksanakan, (2) miskonsepsi yang terjadi pada siswa mengenai Rangkaian Listrik Arus Searah, (3) perubahan konsep Rangkaian Listrik Arus Searah yang terjadi pada siswa melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Penelitian dilaksanakan di SMA Santa Maria Yogyakarta dengan subyeknya adalah siswi kelas X C yang berjumlah 26 orang dan dilaksanakan mulai akhir bulan Maret sampai bulan Mei 2011.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari pretest dan posttest, pembelajaran, dan pertanyaan wawancara. Wawancara dilakukan dua kali yaitu setelah pretest dan setelah posttest. Pretest dan wawancara I digunakan untuk mengetahui konsep awal dan miskonsepsi yang terjadi, sedangkan posttest digunakan untuk mengetahui perubahan konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran.

(9)

viii

ABSTRACT

Afia Ai. Pre Conception and the Conceptual change of Santa Maria’s Senior High school Students about electric current which is done through the learning of Demonstration and questioning-answering supervised Method.

Physic Education study Programme, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

There were three aims of this research, first of all was to find out the students preconcept toward the series of direct electric current before the learning process is done. Secondly was to find out the students’ misconception toward the series of direct electric current. The third aim was to find out the changing concept of students toward direct electric current through the learning process.

The research was done in Santa Maria senior High School Yogyakarta with twenty six female students of grade ten C as the subject. This research was started at the end of March up to May 2011.

The instrument used in this research is written test. It contains of pretest and posttest, the learning process and interview. The interview was done twice; after pretest and posttest. Pretest and first interview are used to find the pre concept and the misconception, while the posttest is used to find out the changing concept of the students after learning process.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Mahakuasa atas berkat dan

rahmat-Nya yang berlimpah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul”Konsep Awal dan Perubahan Konsep Siswa SMA Santa

Maria Yogyakarta Kelas X C Tentang Rangkaian Arus Searah Melalui

Pembelajaran Dengan Metode Demonstrasi dan Tanya Jawab terbimbing”.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Pendidikan di FPMIPA Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penelitian dapat diselesaikan berkat bantuan, dukungan, usul saran

dan gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang mulia kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, penuh kesabaran dan keterbukaan hati mendampingi dan

membimbing penulis, memberikan sumbangan pemikiran yang memperdalam

penulisan serta kritikan yang membangun sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan.

2. Segenap Staf Dosen JPMIPA terkhusus Rm. Paul suparno, SJ, bapak Domi

Severinus, bapak F.X Kartika Budi, bapak Aufridus Atmadi, yang telah

mendampingi dan membimbing serta membekali pengetahuan dan

ketrampilan bagi penulis selama studi hingga penulisan skripsi ini

(11)

x

3. Segenap staf Tata usaha Sekretariat JPMIPA: Bu Heni, Pak Sugeng, dan mas

Arif atas bantuan dalam memperlancar segala urusan administrasi dari

semester I sampai penyelesaian skripsi.

4. Sr. Yohana Maria, OSF selaku Kepala Sekolah SMA Santa Maria Yogyakarta

yang telah berkenan memberi izin penelitian.

5. Ibu Dra. Maria Fransisca Sutilah, selaku guru bidang studi Fisika kelas X C

yang berkenan membantu, membimbing, dan memberi masukan-masukan

yang sangat berguna bagi penulis selama melaksanakan penelitian.

6. Siswi-siswi SMA Santa Maria kelas X C, yang telah bekerja sama dengan

peneliti selama penelitian berlangsung.

7. Suster Maria Benedictis, PRR, selaku pimpinan umum kongregasi Puteri

Reinha Rosari dan dewan pimpinan umum yang telah memberikan

kepercayaan kepada penulis untuk menimba ilmu di JPMIPA, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

8. Suster Maria Katrine, PRR, selaku pemimpin komunitas Wisma Magnificat,

Yogyakarta yang telah memperhatikan, mendukung serta membantu penulis

selama studi hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

9. Para suster komunitas Magnificat Yogyakarta yang telah memberikan

dukungan, perhatian yang besar sejak awal studi hingga penulisan ini

diselesaikan.

10. Teman-teman seperjuanganku Prodi Pendidikan Fisika angkatan 2006 yang

telah berjuang bersama selama studi: Rudy, Miranda, Desi, Lia, Ratna, Lusia,

(12)

xi

Nani, Enita, Ari, Yulis.Sahabat-sahabatku…terimakasih untuk persahabatan,

keakraban dan persaudaraan yang telah kita ciptakan bersama selama masa

studi. Terimakasih untuk dukungan, bantuan, perhatian, kritik dan usul saran

yang membuat saya bisa bertahan sampai selesai di Prodi Pendidikan Fisika.

I love you all.

11. Teman-teman Prodi Pendidikan Fisika angkatan 2007 terkhusus Sr. Simonia,

FcH(Fransiska Detiningsih) untuk bantuan dan masukan-masukan yang

berguna selama kuliah.

12. Orang tua dan anggota keluarga yang telah mendukung penulis lewat doa,

cinta serta perhatian selama ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang selama ini

memberikan perhatian dan dukungan bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para

pembaca demi perbaikan lebih lanjut.

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Konsep ... 7

B. Pemahaman konsep... 8

C. Miskonsepsi ... 10

D. Penyebab Miskonsepsi ... 11

E. Cara Mengatasi Miskonsepsi ... 12

F. Perubahan Konsep ... 14

G. Metode Pembelajaran ... 15

H. Certainty of Response Index ... 16

(14)

xiii

1. Konsep Arus Listrik ... 17

a. Arus Listrik ... 17

b. Kuat Arus Listrik... 19

2. Hukum Ohm dan Beda Potensial ... 20

3. Hukum I Kirchhoff ... 22

4. Susunan Seri-Paralel Hambatan Listrik ... 23

a. Susunan Seri ... 23

b. Susunan Paralel ... 25

c. Susunan gabungan Seri Paralel ... 27

5. Rangkuman... 28

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……… 31

A. Jenis Penelitian... 31

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Waktu dan tempat penelitian……… 31

D. Metode pengumpulan data...……… 32

E. Instrumen ... 35

1. Soal-soal ... 35

2.Wawancara... 36

F. Treatment ... 37

G. Metode Analisis Data ... 38

1. Hasil Pretest dan Postest ... 38

2.Hasil Wawancara ... 40

BAB IV. DATA , ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN………41

A. Pelaksanaan Penelitian ... 41

B. Data, Analisis Data dan pembahasan soal Pretest ... 43

1. Data dan analisa keberhasilan jawaban masing-masing soal ... 45

a. Persentase skor sedang………... 45

b. Persentase skor sangat rendah... 46

2. Tingkat pemahaman siswa sebelum pembelajaran ... 48

(15)

xiv

a. Pemahaman siswa mengenai arus listrik……….50

b. Pemahaman siswa mengenai beda potensial dan Hukum Ohm .. 52

c. Pemahaman siswa mengenai Hukum I Kirchhoff... 53

d. Pemahaman siswa mengenai rangkaian seri hambatan listrik ... 54

e. Pemahaman siswa mengenai rangkaian paralel hambatan listrik .. 56

f. Pemahaman siswa mengenai rangkaian gabungan seri paralele hambatan listrik ... 56

4. Rangkuman pemahaman siswa... 57

C. Pelaksanaan Pembelajaran ... 58

D. Data, Analisa Data dan Pembahasan soal Posttest dan wawancara II.. 71

1. Data dan analisa keberhasilan jawaban masing-masing soal... 75

a. Persentase skor Tinggi……… 75

b. Persentase skor sangat rendah... 76

2. Tingkat pemahaman siswa sesudah pembelajaran... 77

3. Pengungkapan pemahaman Siswa berdasarkan posttest dan Wawancara... 78

a. Pemahaman siswa mengenai arus listrik ... 78

b. Pemahaman siswa mengenai beda potensial dan Hukum Ohm .. 80

c. Pemahaman siswa mengenai Hukum I Kirchhoff... 81

d. Pemahaman siswa mengenai susunan seri hambatan listrik ... 81

e. Pemahaman siswa mengenai susunan paralel hambatan listrik ... 84

f. Pemahaman siswa mengenai susunan seri paralel hambatan listrik 84 4. Rangkuman pemahaman siswa ... 86

E. Uji T-Test mengunakan SPSS……… 88

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Rangkaian Listrik Sederhana ... 18

2. Gambar 2.2 Analogi Hukum I Kirchhoff ... 22

3. Gambar 2.3 Hukum I Kirchooff ... 23

4. Gambar 2.4 Rangkaian Seri... 23

5. Gambar 2.5 Rangkaian pengganti hambatan seri ... 24

6. Gambar 4.1 Rangkaian percobaan Hukum Ohmm ... 63

7. Gambar 4.2 Analogi hokum I Kirchhoff ... 66

8. Gambar 4.3 Hukum I Kirchhoff ... 66

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Penyebab Miskonsepsi ... 11

2. Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest ... 36

3. Tabel 3.2 Klasifikasi pemahaman siswa ... 39

4. Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian ... 41

5. Tabel 4.2 Nilai pretest ... 44

6. Tabel 4.3 Klasifikasi persentase keberhasilan jawaban soal ... 45

7. Tabel 4.4 Persentase skor sangat rendah ... 46

8. Tabel 4.5.Klasifikasi pemahaman siswa ... 48

9. Tabel 4.6 Data Percobaan... 63

10.Tabel 4.7 Nilai Posttest……… 74

11.Tabel 4.8 Klasifikasi keberhasilan jawaban soal posttest……… 75

12.Tabel 4.9 Klasifikasi pemahaman siswa ... 77

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Soal Pretest……….. ... 95

2. Lampiran 2. Hasil Wawancara I…... 108

3. Lampiran 3. Rancangan Pembelajaran… ... 137

4. Lampiran 4. Soal Posttest……… ... 150

5. Lampiran 5. Hasil Wawancara II.. ... 163

6. Lampiran 6. Hasil pretest……… ... 188

7. Lampiran 7. Hasil Posttest……… ... 201

(19)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Penyebab Miskonsepsi ... 11

2. Tabel 3.1 Kisi-kisi soal pretest ... 36

3. Tabel 3.2 Klasifikasi pemahaman siswa ... 39

4. Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian ... 41

5. Tabel 4.2 Nilai pretest ... 44

6. Tabel 4.3 Klasifikasi persentase keberhasilan jawaban soal ... 45

7. Tabel 4.4 Persentase skor sangat rendah ... 46

8. Tabel 4.5.Klasifikasi pemahaman siswa ... 48

9. Tabel 4.6 Data Percobaan... 63

10.Tabel 4.7 Nilai Posttest……… 74

11.Tabel 4.8 Klasifikasi keberhasilan jawaban soal posttest……… 75

12.Tabel 4.9 Klasifikasi pemahaman siswa ... 77

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Soal Pretest……….. ... 95

2. Lampiran 2. Hasil Wawancara I…... 108

3. Lampiran 3. Rancangan Pembelajaran… ... 137

4. Lampiran 4. Soal Posttest……… ... 150

5. Lampiran 5. Hasil Wawancara II.. ... 163

6. Lampiran 6. Hasil pretest……… ... 188

7. Lampiran 7. Hasil Posttest……… ... 201

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan pemahaman merupakan salah satu aspek

penting dalam kegiatan belajar mengajar mulai dari tingkat sekolah dasar

sampai ke perguruan tinggi dan pada pelajaran apapun termasuk pelajaran

Fisika. Di tingkat SMA, Fisika yang merupakan bagian dari Sains dipandang

penting untuk dipelajari secara khusus. Kartika Budi dalam modul Kuliah

Perencanaan Pembelajaran Fisika (2007) mengatakan mata pelajaran Fisika

dipelajari secara khusus dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam

kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah itu dapat berupa pemahaman siswa

terhadap fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip penting yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran Fisika kemampuan memahami konsep

merupakan syarat yang harus dipenuhi supaya keberhasilan belajar Fisika

dapat tercapai. Hanya dengan pemahaman atau penguasaan konsep

permasalahan Fisika dapat dipecahkan baik permasalahan Fisika yang ada

dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan siswa dalam bentuk

soal-soal Fisika di sekolah. Menurut Trianto (2009) pentingnya pemahaman

(22)

konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap,

keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa

pelajaran Fisika bukanlah pelajaran hafalan yang hanya menghafalkan rumus

tetapi lebih menuntut pemahaman konsep.

Kenyataan bahwa pemahaman konsep sering mengalami benturan

karena sebelum sebuah konsep yang benar dipelajari secara formal, di dalam

otak siswa sudah ada konsep-konsep yang dibentuk sendiri berdasarkan

pengalaman hidup mereka setiap hari. Misalnya konsep tentang arus listrik

yang pernah di teliti oleh Berg dan Darjito, ketika 3 lampu identik dipasang

secara seri bagaimana terang lampu 2 dan 3 dibanding dengan lampu 1,

banyak siswa menjawab bahwa lampu pertama paling terang, yang kedua

lebih redup, dan yang ketiga paling redup karena sebagian arus diserap oleh

lampu pertama maka arus berkurang (Berg dan Darjito dalam Berg 1991:62).

Hal senada dituliskan oleh Paul Suparno (2005) dalam daftar miskonsepsi

pada siswa yang ditemukan para peneliti dalam bidang kelistrikan yang

mengatakan bahwa sinar lampu yang tahanannya sama pada rangkaian

tertutup seri, tidak sama kuat. Konsep-konsep ini bisa sangat bertahan dan

sulit untuk dirubah, sehingga siswa seringkali mengalami konflik dalam

dirinya ketika berhadapan dengan konsep baru yang sesuai dengan konsep

ilmiah atau konsep para ahli. Hal ini disebabkan karena konsep yang mereka

bawa meskipun tidak sesuai tetapi dapat menjelaskan beberapa persoalan

yang mereka hadapi dalam kehidupan mereka setiap hari (Paul

(23)

Konsep awal yang bertentangan dengan konsep para ahli sering disebut

dengan miskonsepsi atau salah konsep.

Miskonsepsi tidak dapat disalahkan tetapi menjadi langkah awal untuk

menerapkan konsep yang benar. Dengan adanya miskonsepsi itu, sebenarnya

menunjukkan bahwa pengetahuan sungguh merupakan konstruksi siswa

sendiri, bukan transferan dari guru kepada siswa (Suparno,2005:32). Siswa

dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri, sehingga siswa

benar-benar mengalami proses pengetahuan tersebut. Hal ini sesuai dengan filsafat

konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan itu dibentuk atau

dikonstruksi oleh siswa sendiri.

Pandangan konstruktivisme sangat menekankan pentingnya gagasan

yang sudah ada pada diri siswa untuk dikembangkan dalam proses belajar

mengajar. Secara singkat dapat dikatakan pengetahuan merupakan proses

menjadi tahu, proses yang akan terus berkembang semakin luas, lengkap dan

sempurna. Berkembangnya pengetahuan dapat dilihat dari adanya perubahan

konsep yang dimiliki siswa terlebih perubahan dari konsep yang belum

lengkap menjadi lengkap, konsep yang tidak tepat menjadi konsep yang benar

sesuai dengan konsep para ahli. Oleh karena itu perubahan konsep menjadi

sangat penting dalam proses pembelajaran Fisika. Hanya dengan adanya

perubahan konsep, baik yang memperluas konsep maupun yang meluruskan

konsep yang tidak tepat, seorang siswa benar-benar berkembang dalam

memahami konsep-konsep fisika (Suparno, 2005:115). Untuk bisa membantu

(24)

yang harus dilakukan oleh guru adalah mengenali konsep awal yang dimiliki

siswa. Selain itu, guru perlu lebih kreatif dalam menciptakan strategi

pembelajaran yang baik dan tepat sehingga perubahan konsep itu dapat

tercapai.

Berdasarkan kenyataan diatas penulis terdorong untuk mencoba

meneliti penerapan metode demonstrasi untuk memfasilitasi tejadinya

perubahan konsep rangkaian listrik arus searah. Secara umum masalah yang

akan diteliti adalah ”Bagaimana pemahaman siswa SMA SANTA MARIA

YOGYAKARTA kelas X C tentang Rangkaian Listrik Arus Searah melalui

pembelajaran dengan metode Demonstrasi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka secara khusus

masalah penelitian yang akan dikemukakan adalah :

1. Bagaimanakah konsep awal siswa mengenai Rangkaian Listrik Arus

Searah sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.

2. Apakah ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa mengenai Rangkaian

Arus Searah.

3. Apakah ada perubahan konsep Rangkaian Listrik Arus Searah yang terjadi

pada siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang dilaksanakan

(25)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka penelitian ini

bertujuan:

1. Mengetahui konsep awal siswa mengenai konsep Rangkaian Listrik Arus

Searah sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.

2. Mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa mengenai Rangkaian

Listrik Arus Searah.

3. Mengetahui perubahan konsep Rangkaian Listrik Arus Searah yang terjadi

pada siswa setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan metode demonstrasi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk Guru:

a. Membantu guru agar dalam proses belajar mengajar bisa

memperhitungkan konsep-konsep awal yang dimiliki siswa untuk

selanjutnya bisa membangun konsep yang benar sesuai dengan

konsep para ahli.

b. Supaya guru bisa memahami bahwa miskonsepsi siwa tidak dapat

disalahkan tetapi menjadi sesuatu yang berguna untuk menjadi

(26)

c. Dalam proses belajar megajar Fisika guru tidak hanya menekankan

penguasaan perhitungan matematis saja tetapi juga penguasaan

konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Untuk Siswa:

a. Memberi pemahaman kepada siswa bahwa pelajaran Fisika bukan

hanya berisi perhitungan matematis saja tetapi perlu mengetahui

konsep-konsep dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Untuk Peneliti:

a. Sebagai persiapan agar pada saat mengajar nanti guru perlu

mendeteksi konsep awal baik konsep siswa yang sederhana maupun

konsep yang salah sebagai langkah awal untuk menerapkan konsep

yang benar.

b. Membantu peneliti untuk memahami bahwa dalam proses belajar

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep

Menurut Ausabel dalam Berg (1991) konsep adalah benda-benda,

kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang

terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau symbol (objects, events,

situations, or properties that possess common critical attributes and are

designated in any given culture by some accepted sign or symbol). Dengan

demikian konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah

komunikasi antar manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir.Sedangkan

menurut Hellen Heffermen dalam Kartika Budi (1987) mendefinisikan konsep

sebagai gambaran mental (mental image) mengenai sesuatu. Sesuatu itu dapat

berupa benda, besaran atau proses-proses. Gambaran mental itu diperoleh melalui

generalisasi dari contoh-contoh, data-data peristiwa-peristiwa khusus. Bila konsep

menyatakan kelas maka konsep harus mengungkap hakekat atau ciri esensial yang

dimiliki anggota-anggotanya yang dapat membedakan konsep yang satu dengan

yang lainnya. Setiap konsep tidak berdiri sendiri, melainkan setiap konsep

berhubungan dengan konsep-konsep lain. Maka setiap konsep dapat dihubungkan

dengan banyak konsep lain dan hanya mempunyai arti dalam hubungan dengan

konsep-konsep lain (Van den Berg, 1991:8)

(28)

Dalam pembelajaran fisika, sebagian besar konsep sudah mempunyai arti

yang jelas yang sudah dirumuskan oleh para ahli, tapi tafsiran konsep/konsepsi

fisika tersebut bisa berbeda-beda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.

Konsepsi itu bisa benar atau sesuai tetapi ada yang tidak sesuai dengan konsep

para ahli. Konsep yang tidak benar/tidak sesuai dengan konsep para ahli disebut

dengan salah konsep/miskonsepsi.

B. Pemahaman Konsep

Menurut Kartika Budi (1987) dalam artikel yang berjudul ”Konsep

Pembentukan dan Penamaan”, dalam buku Sumbangan Pikiran Terhadap

Pendidikan Matematika dan Fisika, pemahaman konsep merupakan dasar dari

pemahaman prinsip dan teori. Artinya untuk dapat memahami prinsip dan teori

harus dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori

bersangkutan. Atas dasar itu bila pemahaman konsep mendapat tempat yang

istimewa maka keberhasilan belajar bisa dicapai. Hal senada dituliskan lagi oleh

Kartika Budi (1992) dalam artikelnya yang berjudul ”Pemahaman Konsep Gaya

dan Beberapa Salah Konsepsi yang Terjadi”, Fisika pada hakekatnya merupakan

hubungan tak terpisahkan dari hasil keilmuan berupa konsep-konsep fisis, prinsip,

hukum, dan teori yang diperoleh melalui keilmuan dan sikap keilmuan. Masih

menurut Kartika (1987), konsep merupakan nafas dari kehidupan sains. Hal itu

tampak dari salah satu definisi sains yaitu kerangka konsepsi yang telah

berkembang sebagai hasil eksperimen dan observasi yang berguna untuk

(29)

Jadi, Konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang sudah ada pada siswa

merupakan salah satu hasil pengetahuan yang didapati siswa melalui berbagai

pengalaman hidup mereka sehari-hari. Gagasan-gagasan itu sangat baik untuk

dikembangkan lebih lanjut, sehingga pengetahuan itu semakin berkembang. Hal

ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme yang sangat menekankan

pentingnya gagasan yang sudah ada pada diri siswa. Menurut filsafat

konstruktivisme, pengetahuan itu adalah bentukan kita sendiri. Bila yang sedang

menekuni adalah siswa maka pengetahuan adalah bentukan siswa sendiri. Hal

senada diungkapkan oleh Benny A. Pribadi (2009) bahwa konstruktivisme suatu

aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki

adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Kita akan memiliki

pengetahuan apabila kita terlibat akif dalam proses penemuan pengetahuan dalam

pembentukan dalam diri kita. Hasil dari proses belajar merupakan kombinasi

antara pengetahuan baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki

sebelumnya.

Secara rinci pendekatan konstruktivisme memuat prinsip-prinsip dasar

sebagai berikut (Paul Suparno, 2007:8-9):

1) Pengetahuan dibentuk sendiri oleh orang yang sedang menekuninya. Jika yang

sedang menekuni adalah siswa, maka pengetahuan merupakan bentukan siswa

sendiri.

2) Pengetahuan merupakan proses perolehan pengetahuan dari tidak tahu menjadi

(30)

berkembang semakin luas, lengkap dan sempurna sehingga membentuk konsep

ilmiah yang sesuai dengan konsep para ahli.

3) Pengetahuan yang diterima siswa bukan hasil pentransferan ilmu dari guru

kepada siswa melainkan pengetahuan itu dikonstruksi secara aktif oleh siswa

itu sendiri.

Jadi, konsep awal merupakan faktor yang sangat penting yang

mempengaruhi proses belajar siswa dan untuk mengetahui konsep yang salah

yang sudah ada dalam pikiran siswa untuk membangun pengetahuan yang baru.

Hal ini sesuai dengan pengertian belajar yang didefenisikan oleh Anthony

Robbins dalam Trianto (2009), Belajar sebagai proses menciptakan hubungan

antara pengetahuan yang sudah dipahami dan pengetahuan yang baru.

Pandangan-pandangan tersebut diatas sangat menekankan konsep awal yang

dimiliki siswa. Karena konsep awal merupakan bentukan siswa sendiri maka

bentukan itu bisa sesuai tetapi bisa tidak sesuai dengan konsep pengetahuan yang

ditetapkan oleh para ahli dalam bidang itu. Konsep yang tidak sesuai itu sering

disebut dengan miskonsepsi/salah konsep.

C. Miskonsepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) konsepsi merupakan

pengertian, pendapat (paham), rancangan yang telah ada dalam pikiran manusia.

Maka miskonsepsi dapat diartikan sebagai pemahaman yang salah yang sudah ada

(31)

awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan

intuitif atau pandangan yang naïf (Suparno, 2005:4). Miskonsepsi akan terbentuk

bila konsepsi siswa mengenai suatu materi tidak sesuai dengan konsepsi yang

diterima oleh ilmuwan.

D. Penyebab Miskonsepsi

Miskonsepsi yang terbentuk dalam diri siswa bisa disebabkan oleh dan

dari banyak hal. Miskonsepsi siswa bisa berasal dari siswa sendiri, yaitu siswa

salah menginterpretasi peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya. Miskonsepsi bisa

juga diperoleh dari gurunya. Guru yang tidak kompeten atau kurang menguasai

bahan sehingga pembelajaran yang disajikan kurang terarah yang bisa

menyebabkan siswa salah menginterpretasi suatu konsep. Atau mungkin juga

guru sendiri mengalami miskonsepsi sehingga apa yang diajarkan merupakan

hasil miskonsepsi. Secara rinci faktor penyebab miskonsepsi dapat dibagi menjadi

lima penyebab utama yaitu berasal dari siswa, guru, buku tex, konteks dan cara

mengajar (Suparno,2005:53). Penyebab miskonsepsi siswa disajikan pada tabel

berikut ini:

Tabel 2.1; Penyebab Miskonsepsi

Sebab Utama Sebab Khusus

Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, phumanistic, reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa dan minat belajar siswa.

(32)

Sebab Utama Sebab Khusus

Buku tex Penjelasan keliru, salah tulis terutama dalam rumus, tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa, siswa tidak tau membaca buku teks, buku fiksi sains kadang-kadang konsepnya menyimpang demi menarik pembaca, kartun sering memuat miskonsepsi.

Konteks Pengalaman siswa, bahasa sehari-hari berbeda, teman diskusi yang salah, keyakinan dan agama, penjelasan orangtua.orang lain yang keliru, konteks hidup siswa (TV, radio, film yang keliru), Perasaan senang/tidak senang, bebas atau tertekan. Cara Mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk

matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa, tidak mengoreksi PR yang salah, model analogi, model praktikum, model diskusi, model demonstrasi yang sempit, dll.

E. Cara mengatasi Miskonsepsi

Perjuangan untuk mengatasi dan merubah miskonsepsi bukan merupakan

perkara mudah karena konsep yang ada dalam benak siswa sudah dibentuk

berdasarkan pengalaman mereka setiap hari yang dapat diterima oleh logika

manusia. Karena itu miskonsepsi siswa cukup bertahan dan sulit untuk diubah

sehingga sulit untuk menemukan cara yang efektif dan efisien untuk mengatasi

dan merubah miskonsepsi. Kendati demikian pasti ada cara yang bisa dilakukan

bukan untuk merubah miskonsepsi siswa secara total tetapi untuk mengurangi

miskonsepsi siswa. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi

miskonsepsi siswa menurut Berg (1991:6):

1. Langkah pertama adalah mendeteksi prakonsepsi siswa. Apa yang sudah ada

dalam kepala siswa sebelum kita mulai mengajar/prakonsepsi apakah yang

(33)

yang akan dipelajari? Apa kekurangan prakonsepsi tersebut? Prakonsepsi dapat

diketahui dari literature atau hasil-hasil penelitian sebelumnya, tes diagnostic,

pengamatan kegiatan siswa, dan dari pengalaman guru. Literatur dan tes

diagnostic sangat membantu, demikian juga membaca hasil tes esai siswa

dengan cara yang kritis dan santai serta memfokuskan perhatian kepada

jawaban siswa yang salah.

2. Langkah kedua adalah merancang pengalaman belajar yang bertolak dari

prakonsepsi tersebut dan kemudian menghaluskan bagian yang sudah baik dan

mengoreksi bagian konsep yang salah. Prinsip utama dalam koreksi

miskonsepsi adalah bahwa siswa diberi pengalaman belajar yang menunjukkan

pertentangan konsep mereka dengan peristiwa alam. Dengan demikian

diharapakan bahwa pertentangan pengalaman ini dengan konsep yang lama

akan menyebabkan koreksi konsepsi (cognitive dissonance theory, Festinger).

Atau dengan memakai istilah Piaget dapat dikatakan bahwa pertentengan

pengalaman baru dengan konsep yang salah akan menyebabakan akomodasi,

yaitu penyesuaian struktur kognitif (otak) yang menghasilkan konsep baru

yang lebih tepat. Akan tetapi belum tentu pengalaman yang tidak cocok dengan

prakonsepsi akan berhasil.

3. Langkah ketiga adalah latihan pertanyaan dan soal untuk melatih konsep baru

dan menghaluskannya. Pertanyaan dan soal yang dipakai harus dipilih

sedemikian rupa sehingga perbedaan antara konsepsi yang benar dan konsepsi

yang salah akan muncul dengan jelas. Cara mengajar yang tidak membantu

(34)

hanya menulis banyak rumus di papan tulis, atau hanya berceramah tanpa

interaksi dengan murid.

F. Perubahan Konsep

Perubahan Konsep (conceptual change) adalah proses yang diupayakan

agar konsep spontan yang kurang lengkap dilengkapi, konsep yang salah

diperbaiki sehingga sesuai dengan konsep ilmiah atau konsep para ahli

(Sarkim,2009:5). Sebelum mengetahui adanya perubahan konsep pada diri siswa,

guru harus terlebih dahulu mendeteksi prakonsepsi/konsep awal siswa. Menurut

Suparno (2005) Perubahan konsep hanya mungkin terjadi bila siswa sadar akan

konsep awal mereka, entah benar entah tidak. Dari konsep awal itu dapat dilihat

dimana miskonsepasi siswa dengan segala alasannya. Hal ini dapat menjadi

pedoman bagi guru untuk merancang strategi pembelajaran yang tepat dan efisien

yang dapat membantu siswa mengalami perubahan konsep yang benar. Menurut

Posner dkk dalam Suparno (2005), dalam proses pembelajaran ada dua proses

yang mirip dengan dua fase perubahan konsep yaitu asimilasi dan akomodasi.

Dalam proses asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah ada untuk

menghadapi gejala baru dengan suatu perubahan kecil yang berupa penyesuaian.

Sedangkan dalam akomodasi, siswa harus mengganti atau mengubah

konsep-konsep pokok mereka yang lama yaitu konsep-konsep-konsep-konsep yang tidak sesuai dengan

(35)

G. Metode Pembelajaran

Menurut Hamzah Uno dkk (2010), Metode merupakan sarana untuk

menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan

disiplin ilmu. Secara implisit, dalam pembelajaran terdapat kegiatan untuk

memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil

pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode

ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Pada penelitian ini peneliti

memilih metode demonstrasi untuk digunakan dalam penelitian.

Metode Demonstrasi

Model pembelajaran dengan demonstrasi diartikan sebagai model

mengajar dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses,

informasi, peristiwa, dan alat dalam pelajaran. Tujuannya agar siswa lebih

memahami bahan yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati

sehingga mudah mengerti. Lewat demonstrasi siswa dapat mengamati sesuatu

yang nyata dan bagaimana cara bekerjanya proses tersebut.

Model demonstrasi ini dapat bersifat konstruktivis bila dalam demonstrasi guru

tidak hanya menunjukkan proses ataupun alatnya, tetapi disertai banyak

pertanyaan yang mengajak siswa berpikir dan menjawab persoalan yang diajukan.

Maka demonstrasi yang baik selalu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari

guru, sehingga siswa berpikir dan membuat hipotesis ataupun ide awal. Setelah itu

guru melanjutkan proses dengan menunjukkan demonstrasinya sambil terus

(36)

sesuai dengan apa yang mereka amati. Dengan pertanyaan itulah, siswa dibantu

untuk terus mengembangkan pemikiran mereka, mengolah proses, dan mengambil

kesimpulan dari apa yang mereka amati (Paul suparno, 2007:142-143).

H. Certainty of Response Index(CRI)

Certainty of Response Index (CRI) merupakan skala keyakinana siswa atas

jawaban yang diberikan pada setiap item soal. CRI diperlukan untuk membedakan

jawaban tes yang berbentuk multiple choice antara siswa yang kurang

pengetahuan (a lack of knowledge) dengan siswa yang miskonsepsi. Menurut

Hasan dalam Marsil dan Asma (2002), jika derajat kepastian rendah (skala CRI

0-2) ini menunjukkan bahwa penentuan jawaban signifikan dengan cara kira-kira

baik jawaban itu benar atau salah, yang pasti ini disebabkan karena kekurangan

pengetahuan mereka. Jika CRI-nya tinggi (3-5) responden ini menunjukkan

kepercayaan yang tinggi pada hukum dan metode yang digunakkan untuk sampai

pada jawaban mereka. Kalau jawaban itu salah, ini menunjukkan kesalahan

menerapkan pengetahuan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi. Kesalahan

menerapkan hukum atau metode sehubungan dengan pertanyaan yang diberikan,

ini menunjukkan indikasi adanya miskonsepsi. Dengan CRI memungkinkan kita

untuk membedakan jawaban pertanyaan sebagai kekurangan pengetahuan dari

miskonsepsi. Pada CRI ini seorang responden diminta memberikan derajat

kepastian (the degree of certainty) mereka dalam menyeleksi dan memanfaatkan

pengetahuan, konsep atau hukum untuk menjawab suatu item soal dengan

(37)

I. Rangkaian Listrik Arus Searah

1. Konsep Arus Listrik

a. Arus Listrik

Arus berarti aliran atau gerakan, maka arus listrik merupakan aliran

muatan listrik. Aliran listrik melalui kabel dapat dianalogikan dengan aliran air

melalui pipa. Seperti air selalu mengalir melalui rangkaian pipa, demikin pula

aliran listrik melalui rangkaian listrik. Pada aliran air, pompa air menghasilkan

suatu tekanan yang memaksa air mengalir melalui rangkaian pipa. Pada arus

listrik, baterei menghasilkan tekanan listrik (ggl) yang memaksa muatan listrik

bergerak mengitari suatu rangkaian listrik. Air selalu mengalir karena

perbedaan tekanan yaitu dari tinggi ke rendah, demikian pula arus listrik

mengalir melalui kabel karena ada beda potensial atau tegangan di antara

kedua titik dalam rangkaian listrik. Arus listrik dalam penghantar (konduktor)

adalah aliran muatan listrik dalam penghantar tersebut. Agar penghantar dapat

menghantarkan arus listrik, ujung-ujung penghantar harus dihubungkan dengan

sumber listrik. Sumber listrik adalah alat yang secara tetap menghasilkan beda

potensial (tegangan) di antara ujung-ujung (kutub-kutubnya). Satu kutub

merupakan kutub positif, kutub lain merupakan kutub negatif. Mana yang

merupakan kutub positif, mana yang merupakan kutub negatif, disebut

polaritas tegangan sumber. Dengan demikian Arus listrik merupakan aliran

(38)

dari satu terminal ke terminal yang lain. Arah arus listrik yang mengalir dalam

suatu konduktor adalah dari potensial tinggi ke potensial rendah.

Arah arus ditetapkan sebagai berikut:

1) Bila yang bergerak muatan positif, arah arus sama dengan arah aliran

muatan.

2) Bila yang mengalir muatan negatif, arah arus berlawanan dengan arah

aliran muatan.

3) Dalam rangkaian arus listrik selalu dari kutub positif ke kutub negatif di

luar baterei.

Gambar 2.1 Rangkaian listrik sederhana

Dari gambar tampak bahwa arus akan mengalir jika sakelar dalam keadaan

tertutup sehingga lampu akan menyala. Jika sakelar dibuka maka lampu akan

padam. Selain itu, jika sakelar dalam keadaan tertutup, tetapi kabel yang

menghubungkan lampu dengan baterei diputus maka lampu juga tidak akan

menyala. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa arus listrik hanya akan

mengalir dalam sutu rangkaian tertutup yang didalamnya terdapat sumber arus

(39)

Rangakaian tertutup dianalogikan jika kita berjalan dari satu titik misalnya titik

A ke salah satu arah maka kita akan kembali lagi ke titik berangkat semula

yaitu titik A. Secara ringkas kita boleh menyimpulkan bahwa syarat agar arus

listrik mengalir melalui suatu rangkaian adalah

a) Rangkaian listrik harus tertutup.

b) Harus ada beda potensial antara dua titik dalam rangkaian.

b. Kuat Arus Listrik

Besaran yang dipakai untuk mendeskripsikan arus adalah kuat arus yang

diberi simbol I. Bila banyaknya muatan yang melalui penampang tetap , tidak

berubah seiring dengan perubahan waktu, dan selama selang waktu t ada

muatan sebesar q yang menembus penampang maka

kuat arus didefenisikan sebagai jumlah muatan yang menembus penampang

kawat tiap satuan waktu.

t q I

q = muatan listrik (coulomb, C)

I = Kuat arus listrik (ampere, A)

t = Selang waktu (sekon, S)

Dari persamaan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa makin banyak jumlah

(40)

2. Hukum Ohm dan Beda Potensial

Arus listrik mengalir didalam kawat penghantar, jika ada beda potensial

antara ujung-ujung penghantar. Satu cara untuk menghasilkan beda potensial

adalah dengan baterei. George Simon Ohm (1787-1854) menentukan dengan

eksperimen bahwa arus I pada kawat logam sebanding dengan beda potensial

V yang diberikan ke ujung-ujung konduktor. Besar aliran arus pada kawat tidak

hanya bergantung pada tegangan V, tetapi juga pada hambatan R yang

diberikan kawat terhadap aliran electron. Hubungan anatara beda potensial V

dengan kuat arus I pada konduktor dinyatakan sebagai berikut:

V : beda potensial atau tegangan (volt).

R : hambatan listrik (ohm).

I : kuat arus (amper).

Dari persamaan diatas kita dapat menyatakan makin besar tegangan, makin

besar pula arus yang mengalir. Hubungan persamaan di atas disebut sebagai

hukum ohm yang berbunyi:

“Kuat arus yang melalui suatu konduktor adalah sebanding dengan beda

(41)

Dari persamaan kuat arus kita dapat menyatakan hambatan sebuah konduktor

Dalam SI, satuan hambatan listrik R adalah ohm, sehingga

1 ohm = 1 volt/ 1 ampere.

Beda potensial listrik

Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran

elektron dari kutub negatif ke kutub positif, disebabkan oleh adanya beda

potensial antara kutub positif dengan kutub negatif, dimana kutub positif

mempunyai potensial yang lebih tinggi dibandingkan kutub negatif. Jadi arus

listrik mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah, sedangkan aliran

elektron mengalir dari potensial rendah ke potensial tinggi. Beda potensial

antara kutub positif dan kutub negatif dalam keadaan terbuka disebut gaya

gerak listrik dan dalam keadaan tertutup disebut tegangan jepit.

Potensial Listrik (tegangan) adalah besaran yang menyatakan dorongan

terhadap elektron-elektron agar dapat mengalir. Besar dorongan ini biasanya

mengacu pada bumi, dimana ditetapkan potensial bumi sama dengan nol.

Potensial listrik sering disebut sebagai beda potensial atau tegangan listrik.

Beda potensial menyatakan beda nilai potensial antara dua titik berbeda

dalam suatu rangkaian. Jika tidak ada beda potensial antara kedua titik, maka

(42)

3. Hukum I Kirchhoff.

Hukum I Kirchhoff atau hukum titik cabang berbicara tentang kuat arus

dalam satu rangkaian listrik. Suatu rangkaian listrik yang terdiri atas sumber

tegangan dan beberapa alat listrik dapat berupa rangkaian bercabang atau tidak

bercabang. Dalam suatu rangkaian yang tidak bercabang, kuat arus di bagian

apa saja sama besarnya. Sedangkan dalam rangkaian bercabang, jumlah kuat

arus yang masuk pada suatu titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang

keluar dari titik cabang itu. Pernyataan ini di kenal sebagai Hukum I Kirchhoff:

jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik cabang sama dengan jumlah

kuat arus yang keluar dari titik cabang itu. ΣImasuk =ΣIkeluar

Kuat arus dalam rangkaian bercabang dapat dianalogikan dengan arus lalu

lintas mobil yang melalui jalan yang bercabang. Misalnya jalan P dan Q

bertemu jadi satu pada jalan R yang lebih lebar. Jika ada satu mobil melalui

jalan P setiap menit dan ada dua mobil melalui jalan Q setiap menit, maka ada

tiga mobil per menit yang melalui jalan R.

Jalan P

Jalan R

Jalan Q

(43)

Hukum titik cabang Kirchhoff didasarkan pada kekekalan muatan. Muatan

yang memasuki sebuah titik cabang harus keluar, tidak ada yang diambil.

Gambar 2.3 Hukum I Kirchhoff

4. Susunan Seri-Paralel Hambatan Listrik

a. Susunan Seri

Ketika dua atau lebih hambatan (R) dihubungkan dari ujung ke ujung atau

disusun secara beerderet tanpa ada cabang pada sumber arus listrik seperti

gambar dibawah ini dikatakan hambatan dihubungkan secara seri.

R1 R2

I I I

Gambar 2. 4 Rangkaian seri

Hambatan-hambatan tersebut bisa berupa bola lampu, elemen pemanas atau

alat penghambat lainnya. Pada susunan seri arus yang melewati setiap

(44)

hambatan satu dilepas maka arus yang ke hambatan lain pun akan terhenti.

Misalnya ada 3 bola lampu yang dipasang secara seri dihubungkan dengan

baterei. Jika arus ke bola satu diputuskan maka tidak ada arus yang mengalir ke

bola lampu yang lain. Lampu-lampu yang disusun secara seri menyala lebih

redup dari pada lampu yang disusun secara paralel. Hambatan yang dirangkai

seri bisa diganti dengan satu hambatan lain. Misalnya resistor 1Ω, 3Ω, 5Ω

dirangkai seri, bisa diganti dengan hambatan lain sebesar 9Ω. Tegangan pada

ujung-ujung resistor adalah V = IR. Secara matematis dapat ditulis

RS= R1+ R2 +R3+ ...

1Ω 3Ω 5Ω

ekuivalen dengan 9Ω

Gambar 2.5 Rangkaian pengganti hambatan seri

Tiga prinsip susunan seri

1) Kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sama.

I1 =I2 =I3 = ...= I

2) Tegangan pada hambatan pengganti seri (V) sama dengan jumlah tegangan

pada tiap-tiap komponen.

(45)

3) Susunan seri berlaku sebagai pembagi tegangan. Tegangan pada tiap-tiap

komponen sebanding dengan hambatannya

V1 :V2:V3: ... = R1 :R2: R3+...

b. Susunan Paralel

Komponen-komponen listrik disebut disusun paralel jika

komponen-komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga tegangan pada ujung

tiap-tiap komponen sama besarnya, meskipun besar hambatan masing-masing

komponen tidak sama. Komponen listrik yang disusun secara paralel, arus yang

mengalir pada setiap cabang berbeda, sedangkan beda potensialnya sama. Jika

ada dua komponen, maka kuat arus yang melaului R1adalah I1, dan kuat arus yang melewati R2 adalah I2, .sedangkan kuat arus yang diberikan oleh baterei adalah I. Pada titik cabang kuat arus yang masuk adalah I dan jika kuat arus

yang keluar adalah I1dan I2maka

I = I1+ I2

Berdasarkan Hukum Ohm, R V I

Persamaan diatas dapat diubah menjadi:

(46)

Jika kedua hambatan yang dirangkai paralel ini dapat diganti dengan sebuah

hambatan pengganti Rp, maka kuat arus yang diberikan oleh baterei pada rangkaian adalah

P

R V I

Secara umum, hambatan pengganti paralel dirumuskan sbb

2

Kelebihan susunan paralel adalah bahwa arus dari sumber terbagi menjadi

cabang-cabang yang terpisah sehingga jika kita memutuskan hubungan dengan

hambatan yang satu, arus ke hambatan lain tidak terganggu. Intinya jika salah

satu komponen rusak atau gagal, komponen-komponen lain dalam rangakaian

masih tetap bekerja Misalnya ada 3 bola lampu yang dipasang secara paralel

dihubungkan dengan baterei. Jika arus ke bola satu diputuskan maka masih ada

arus yang mengalir ke bola lampu yang lain.

Empat prinsip susunan paralel komponen-komponen Listrik

a) Susunan paralel ini bertujuan untuk memperkecil hambatan suatu

rangkaian

b) Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan

tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti paralelnya

(47)

c) Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan jumlah

kuat arus yang melewati tiap-tiap komponen

Iparalel = I1 + I2+ I3+...

d) Susunan paralel sebagai pengganti arus dimana kuat arus yang melalui

tiap-tiap komponen sebanding dengan kebalikan hambatanya.

I1 : I2: I3:...=. 1/R1: 1/R2: 1/R3:...

c. Susunan gabungan seri paralel

Kombinasi paralel mempunyai hambatan yang lebih kecil yaitu R/2

dibandingkan kombinasi seri yaitu 2R. Daya yang terpakai pada susunan

paralel P = IV;

Susunan seri mempunyai hambatan 2R. Daya total yang terpakai P = IV;

Daya lebih besar pada rangkaian yang disusun paralel dengan demikian cahaya

lebih terang pada susunan paralel

intensitas cahaya tiga bola lampu indentik A, B, dan C dengan A dan B

disusun paralel dan diantaranya diberi saklar. Kalau saklar ditutup maka arus

yang melewati lampu C harus dibagi menjadi dua bagian yang sama ketika

(48)

A dan B sama. Dengan demikian, lampu A dan B menerima setengah arus

tersebut dan tidak secerah lampu C.

5. Rangkuman

Rangkaian Listrik arus searah meliputi:

a. Arus Listrik.

 Arus listrik merupakan aliran muatan listrik. Arus listrik mengalir dari

titik yang berpotensial tinggi ke titik yang berpotensial rendah atau dari

kutub positip ke kutub negatif. Besaran yang dipakai untuk

mendeskripsikan arus adalah kuat arus yang diberi simbol I. Kuat arus

didefenisikan sebagai jumlah muatan yang menembus penampang

kawat tiap satuan waktu.

t q I

q = muatan listrik (coulomb, C)

I = Kuat arus listrik (ampere, A)

t = Selang waktu (sekon, S)

b. Hukum Ohm dan Beda Potensial

“Kuat arus yang melalui suatu konduktor adalah sebanding dengan beda

(49)

Hubungan anatara beda potensial V dengan kuat arus I pada konduktor

dinyatakan sebagai berikut:

V : beda potensial atau tegangan (volt).

R : hambatan listrik (ohm).

I : kuat arus (amper).

Dari persamaan kuat arus kita dapat menyatakan hambatan sebuah konduktor

Beda potensial menyatakan beda nilai potensial antara dua titik berbeda

dalam suatu rangkaian.Beda potensial secara otomatis dihasilkan oleh sumber

tegangan. Jika tidak ada beda potensial antara kedua titik, maka tidak ada arus

yang mengalir dalam rangkaian.

c. Konsep seri dan paralel hambatan listrik

 Pada susunan seri arus yang melewati setiap hambatan sama besar

sedangkan beda potensialnya berbeda, sehingga kalau hambatan satu di

lepas maka arus yang ke hambatan lain pun akan terhenti.

 Komponen listrik yang disusun secara paralel, arus yang mengalir pada

setiap cabang berbeda, sedangkan beda potensialnya sama. Jika ada dua

(50)

melewati R2 adalah I2, .sedangkan kuat arus yang diberikan oleh baterei adalah I.

 Kelebihan susunan paralel adalah bahwa arus dari sumber terbagi menjadi

cabang-cabang yang terpisah sehingga jika kita memutuskan hubungan

dengan hambatan yang satu, arus ke hambatan lain tidak terganggu.

Intinya jika salah satu komponen rusak atau gagal, komponen-komponen

lain dalam rangakaian masih tetap bekerja

d. Hukum I Kirchhoff tentang arus

jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik cabang sama dengan jumlah

kuat arus yang keluar dari titik cabang itu.

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan

dengan mengujikan sejumlah soal yang berhubungan dengan konsep-konsep

fisika pada materi Rangkaian Listrik Arus Searah. Sejumlah soal dapat berupa

tes tertulis. Tes yang diberikan kepada siswa akan digunakan untuk mengetahui

konsep awal dan perubahan konsep siswa mengenai Rangkaian Listrik Arus

Searah.

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dimulai sejak akhir Maret sampai Mei 2011 di SMU Santa Maria

Yogyakarta dengan perincian sebagai berikut:

1. Observasi yang dilaksanakan pada tanggal 31 maret 2011. Kegiatan observasi

dilakukan di kelas X C pada jam pelajaran Fisika dan dilakukan satu kali.

Kegiatan observasi yang dilakukan ini bertujuan agar peneliti dapat

mengetahui situasi kelas dan siswa sehingga pada saat penelitian peneliti

sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.

2. Pretest. Dilaksanakan pada tanggal 7 April 2011.

(52)

3. Proses pembelajaran di kelas sebanyak dua kali pertemuan yaitu Pertemuan

pertama dilaksanakan pada tanggal 05 Mei 2011, dan pertemuan kedua

dilaksanakan pada tanggal 19 Mei 2011.

4. Posttest dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2011

5. Wawancara II yang terjadi pada tanggal 26 Mei 2011

C. Metode Pengumpulan Data.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Tes tertulis

Kartika Budi dalam modul “Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran

Fisiska di sekolah”menuliskan bahwa tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya

diberikan kepada siswa secara tertulis dan siswa harus memberikan jawaban

secara tertulis pula. Tes tertulis dibagi menjadi dua bagian yaitu

a. Tes uraian merupakan tes dimana siswa harus mengungkapkan jawaban

sendiri dalam bentuk pernyataan, penjelasan atau perhitungan bergantung

jenis soalnya.

b. Tes obyektif merupakan tes yang jawabannya telah tersedia, berupa

sekumpulan alternatif atau pilihan jawaban yang satu diantaranya

merupakan jawaban yang benar atau yang disebut dengan kunci jawaban.

Tes Obyektif terdiri dari:

(53)

- Pilihan ganda Tunggal

- Pilihan ganda bertingkat

2). Betul-salah

3). Memasangkan

Tes tertulis yang dipakai peneliti pada penelitian ini adalah pilihan ganda

bertingkat. Pilihan ganda bertingkat adalah tes pilihan ganda yang bila

dilaksanakan kecuali memilih satu alternatif dari sejumlah alternatif yang tersedia

masih dituntut untuk memberi penjelasan berupa alasan dari jawaban yang dipilih.

Pilihan ini diperlakukan untuk pretest dan juga posttest. Soal pretest terdiri dari 20

nomor soal multiple choice yang terdistribusi dalam 3 tingkat kesulitan soal yaitu

soal mudah, soal sedang dan soal sulit. Skor maksimum yang diberikan untuk

setiap soal pun sesuai dengan tingkat kesulitan soal.

Pretest dilakukan sebelum siswa mengikuti pelajaran di kelas sedangkan

posttest diberikan sesudah mereka mengikuti pelajaran untuk mengetahui

perubahan konsep yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran tersebut.

Pretest dilaksanakan selama 90 menit. Hasil pretest dianalisa untuk mengetahui

bagaimana pemahaman siswa mengenai Rangkaian Listrik Arus Searah dan untuk

(54)

2. Wawancara

Wawancara dapat digunakan untuk mengungkapkan pemahaman siswa secara

lebih mendalam dan membantu mengarahkan siswa dalam proses perubahan

konsep belajar. Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa

sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara lebih bebas dan mendalam. Lebih

dari itu hubungan dapat dibina dengan lebih baik sehingga siswa bebas

mengungkapkan pendapatnya. Wawancara bisa dicatat dan direkam (Sudjana,

1989: 68). Masih menurut Sudjana wawancara dapat diklasifikasikan menjadi dua

jenis yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur.

Tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan wawancara:

a. Tahap awal pelaksanakan wawancara: Untuk mengkondisikan situasi awal

wawancara

b. Penggunaan pertanyaan: Pertanyaan diajukan secara bertahap dan sistimatis

berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.

c. Pencatatan hasil wawancara: Hasil wawancara perlu dicatat supaya tidak lupa.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan dua kali yaitu setelah pretest dan

setelah postest. Dari hasil pretest dan wawancara peneliti dapat menentukan

bagaimana metode pembelajaran dilaksanakan, dan dari hasil posttest dan

wawancara II dapat mengetahui perubahan konsep siswa setelah pembelajaran

(55)

D. Instrumen

Instrumen penelitian berupa soal-soal yang harus dijawab oleh siswa.

Soal-soal terdiri dari soal pretest, posttest, dan wawancara. Instrument penelitian

bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi Rangkaian

Listrik Arus Searah sebelum dan sesudah terjadi proses pembelajaran.

1. Soal-soal

a. Pre Test

Soal pre test terdiri dari 20 soal pilihan ganda. Siswa memilih satu

jawaban yang dianggap paling benar. Pilihan itu harus disertai alasan yang

mendukung jawaban itu. Pilihan yang disertai alasan dimaksudkan untuk

mengetahui lebih jelas pengetahuan dan miskonsepsi siswa. Selain itu

setiap item soal siswa diminta untuk mengisi skala CRI yaitu skala

keyakinan siswa atas jawabannya.

Pretest ini diberikan dua minggu sebelum pelajaran dimulai. Selang waktu

yang panjang ini dengan maksud untuk memberi kesempatan kepada

peneliti untuk bisa merancang pembelajaran yang tepat untuk bisa

mengurangi miskonsepsi siswa dan membawa perubahan konsep yang

(56)

Tabel 3.1; Kisi-kisi soal Pretest

No Soal Materi

1, 2,3,4,5 Arus Listrik

6,7,8,9 Beda Potensial dan hukum Ohm

10, 11, 12 Hukum I Kirchhoff

13, 14, 15 Susunan seri penghambat listrik 16, 17 Susunan Paralel penghambat listrik 18,19, 20 Susunan Seri-Paralel penghambat listrik

b. Post test.

Pertanyaan posttest yang diberikan sama dengan pertanyaan pretest. Hal

ini bertujuan untuk mengetahui perubahan konsep siswa setelah

mengikuti pembelajaran dengan metode demonstrasi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dua kali. Wawancara I dilaksanakan sesudah pretest

bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi. Hasil wawancara

menentukan bagaimana metode pembelajaran dilaksanakan. Wawancara II

dilakukan setelah posttest untuk mengetahui perubahan konsep yang terjadi

(57)

E. Treatment

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subjek yang mau diteliti agar

nantinya mendapatkan data yang diinginkan.

Pada penelitian ini treatment yang digunakan berupa metode pengajaran tertentu.

Metode pengajaran yang dipakai adalah metode demonstrasi.

F. Metode Analisis Data

1. Hasil pretest dan post test

Setelah data pretest dan posttest terkumpul, dilakukan analisis terhadap

hasil jawaban siswa. Kriteria penskoran yang dipilih untuk menentukan baik atau

kurang baiknya tingkat pemahaman siswa adalah kriteri skemp. Kriteria skemp

dipilih karena pada kriteria ini pemahaman siswa diklasifikasikan kemampuannya

dalam memberikan alasan. Kriteria skor dibagi menurut tingkat kesulitan soal.

Soal-soal mudah adalah soal no 1, 2, 3, 7, 9, 11, 12 dengan skor maksimum

adalah 2. Soal-soal sedang adalah soal nomor 4, 5, 6, 8, 10, 13, 14, 15, 16 , 17, 19

dengan skor maksimum adalah 3. Soal-soal sulit adalah soal no 18, 20 dengan

skor maksimum untuk masing-masing soal adalah 4. Berikut rinciannya:

1). Soal mudah

- Pilihan jawaban siswa salah : 0

- Pilihan jawaban siswa benar alasan salah : 1

(58)

2). Soal sedang

- Pilihan jawaban siswa salah : 0

- Pilihan jawaban siswa benar alasan salah : 2

- Pilihan jawaban siswa benar alasan benar : 3

3). Soal sulit

- Pilihan jawaban siswa salah : 0

- Pilihan jawaban siswa benar alasan salah : 3

- Pilihan jawaban siswa benar alasan benar : 4

Untuk menentukan baik dan kurang baiknya jawaban siswa maka skor

setiap soal dinyatakan dalam persentase skor

Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa maka skor setiap siswa

(59)

Tabel 3.2 Klasifikasi pemahaman siswa berdasarkan skor

Persentase skor(%) Tingkat Pemahaman

80-100 Sangat baik

70-79 Baik

56-69 Cukup

50-55 Kurang

≤50 Sangat Kurang

2. Hasil wawancara

Hasil wawancara I akan digabung dengan hasil pretest untuk memperoleh

gambaran yang lebih jelas dan mendalam tentang pengetahuan awal dan letak

miskonsepsi siswa. Hasil wawancara II akan digabung dengan hasil posttest

untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan mendalam tentang

(60)

BAB IV

DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dimulai akhir Maret sampai Mei 2011. Penelitian dimulai

dengan kegiatan observasi yang dilakukan di kelas X C pada jam pelajaran Fisika

dan dilakukan satu kali. Kegiatan observasi yang dilakukan ini bertujuan agar

peneliti dapat mengetahui situasi kelas dan siswa sehingga pada saat penelitian,

peneliti sudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Setelah

observasi dilakukan pretest dan wawancara. Hasil analisis pretest dan wawancara

digunakan sebagai acuan untuk menyusun rancangan pembelajaran yang akan

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya peneliti melakukan

postest dan wawancara II.

Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian.

Kegiatan Waktu

Observasi 31 Maret 2011

Pretest 07 April 2011

Wawancara I 27 – 30 April 2011 Merancang pembelajaran 10 April – 4 Mei 2011 Kegiatan Belajar Mengajar 05 dan 19 Mei 2011

Postest 23 Mei 2011

Wawancara II 26 Mei 2011

(61)

B. Data, Analisis data dan pembahasan soal Pretest.

Pretest diikuti oleh 26 siswa SMA Santa Maria Yogyakarta kelas X C.

Waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal adalah 90 menit. Dengan waktu

yang tersedia, siswa dapat mengerjakan semua soal yang berkaitan dengan

rangkaian listrik arus searah. Untuk menentukan baik dan kurang baiknya jawaban

siswa dan pemahaman setiap siswa maka skor setiap soal dan setiap siswa

dinyatakan dalam persentase skor. Persentase skor tiap soal dihitung dengan cara

menjumlahkan seluruh skor yang diperoleh siswa pada tiap soalnya kemudian

membaginya dengan jumlah skor maksimal tiap soal dan dikalikan dengan 100%.

Jumlah skor maksimal untuk soal mudah 52, soal sedang 78, dan soal sulit 104.

Sedangkan persentase skor setiap siswa dihitung dengan cara menjumlahkan skor

seluruh soal untuk tiap siswa kemudian membaginya dengan skor maksimum dan

dikalikan dengan 100 %

Contoh perhitungan persentase skor jawaban soal no 1. Skor maksimum no 1

adalah 2, jumlah skor yang diperoleh seluruh siswa adalah 23, dan jumlah skor

(62)

Dengan demikian persentasi skor jawaban no 1 dapat dihitung

Contoh perhitungan persentase skor siswa no 1. Skor total adalah 31, skor

maksimum adalah 55. Dengan demikian persentasi skor siswa no kode1 dapat

dihitung sebagai berikut:

(63)

Tabel 4.2; Nilai pretest

No Kode No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor Prosentase

Siswa Soal Maks Skor final

(64)

No Kode No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor Prosentase

Siswa Soal Maks Skor final

Skor Maks 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 55 100

24 24 1 2 0 0 0 0 0 3 2 0 0 0 2 0 2 2 2 0 0 0 16 29

25 25 1 1 0 0 2 0 1 2 1 2 1 2 2 2 0 0 0 0 0 0 17 31

26 26 1 2 0 3 2 0 0 0 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 3 19 35

Jumlah 23 32 14 30 21 11 5 43 25 21 35 30 27 21 28 39 42 21 27 37 534 975

Jumlah skor maksimal

52 52 52 78 78 78 52 78 52 78 52 52 78 78 78 78 78 104 78 104

(65)

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut akan diklasifikasikan tingkat keberhasilan jawaban

masing-masing soal

Tabel 4.3; klasifikasi keberhasilan jawaban soal

Persentase skor(%) Tingkatan keberhasilan

Jumlah soal (Nomor soal)

80-100 Tinggi 0

60-79 Sedang 2(2,11)

50-59 Rendah 4(8,12,16,17)

≤49 Sangat Rendah 20(1,3,45,6,7,9,10,13,14,15

18,19,20)

Dari klasifikasi persentase keberhasilan jawaban soal pada table 4.3 diatas terlihat

bahwa tidak ada soal yang mempunyai persentase skor yang tinggi, sementara

persentase skor sedang hanya terdapat 2 soal, persentase skor rendah 4 soal dan

soal-soal yang mempunyai persentase skor sangat rendah terdapat 20 soal.

1. Data dan analisa keberhasilan jawaban masing-masing soal.

Pada bagian ini akan dibahas keberhasilan jawaban soal yang mempunyai

persentase sedang dan sangat rendah. Dari 20 soal yang mempunyai persentase

jawaban sangat rendah diatas hanya akan dipilih 7 soal yang mempunyai

persentase≤30 yaitu soal no 3, 5, 6, 7, 10, 14, 18.

a. Persentase skor sedang

Soal yang persentasenya sedang yaitu soal no 11 memperoleh skor 67 %,

dan soal nomor 2 memperoleh skor 62 %. Soal no 11 menanyakan tentang arus

(66)

dengan benar walauapun alasan tidak tepat. Hal ini karena ditunjang oleh arah

panah yang ditunjukkan sebagai arah arus menuju titik tersebut. Soal nomor 2

ditanyakan mengenai hubungan kuat arus dan muatan yang mengalir melalui

suatu penampang kawat, 19 siswa mengungkapkan bahwa semakin banyak

muatan yang mengalir melalui penampang kawat semakin besar pula kuat

arusnya sedangkan 7 siswa lain mengungkapkan bahwa semakin banyak

muatan semakin kecil kuat arusnya.

b. Persentase skor sangat rendah

Tabel 4.4 Persentase skor sangat rendah.

No Soal Persentase Skor Jawaban

No Soal Persentase Skor Jawaban

7 10 % 5 27 %

6 14 % 10 27 %

18 20 % 14 27 %

3 27 %

Soal no 3 mengungkapkan pernyataan mengenai banyaknya arus yang

mengalir dalam suatu kawat. Banyak siswa yang menyatakan sebagai banyaknya

energi yang mengalir dalam kawat penampang. Jawaban yang sebenarnya adalah

banyaknya arus yang mengalir dalam suatu kawat menyatakan bahwa jumlah total

Gambar

Tabel 2.1; Penyebab Miskonsepsi
Gambar 2.1 Rangkaian listrik sederhana
Gambar 2.3 Hukum I Kirchhoff
Gambar 2.5 Rangkaian pengganti hambatan seri
+7

Referensi

Dokumen terkait

Satu hal yang selalu muncul ketika kita membahas pembangunan pertanian adalah: “Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam skenario

Salah satu alasan yang penting kompetisi pasar tidak pernah sempurna adalah bahwa bidang ekonomi selalu bisa ditemukan apa yang oleh para ekonom disebut externalities.. Alasan lain

Pada bulan Februari, konflik yang berkaitan dengan akses terhadap sumber daya dan tuduhan korupsi juga mencapai puncaknya sejak bulan Oktober 2006.. Hal ini

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penambahan perbendaraan koleksi perpustakaan khususnya tentang pengaruh nilai yang dirasa terhadap

Terdapat kekosongan hukum yang terkait dengan prosedur dan mekanisme Wakil Presiden yang menggantikan Presiden sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) Perubahan KetigaUUD

Penerapan Teknik Penilaian Kelas Dalam Pembelajaran Fisika Kelas XI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sahabat MQ/ berdasarkan laporan tren korupsi 2009/ modus memperkaya diri dan orang lain/ paling dominan dilakukan di wilayah departemen dan pemerintahan daerah//

Tabel 4.18 Uji T Parsial Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan