• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK BERTUKAR PASANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN KELAS X2 SMA KRISTEN WONOSOBO TAHUN AJARAN 2011 2012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK BERTUKAR PASANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN KELAS X2 SMA KRISTEN WONOSOBO TAHUN AJARAN 2011 2012 SKRIPSI"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN TEKNIK BERTUKAR PASANGAN UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI

UNSUR INTRINSIK CERPEN KELAS X2 SMA KRISTEN WONOSOBO

TAHUN AJARAN 2011/ 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh: Rosalia Sri Nurhayati

071224007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

SKRIPSI

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN TEKNIK BERTUKAR PASANGAN UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI

UNSUR INTRINSIK CERPEN KELAS X2 SMA KRISTEN WONOSOBO

TAHUN AJARAN 2011/2012

Pembimbing I

Dr. B. Widharyanto, M.Pd. Yogyakarta, 14 Agustus 2012

Pembimbing II

(3)

iii

SKRIPSI

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN TEKNIK BERTUKAR PASANGAN UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI

UNSUR INTRINSIK CERPEN KELAS X2 SMA KRISTEN WONOSOBO

TAHUN AJARAN 2011/ 2012

Susunan Panitia Penguji

Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih ... Sekretaris : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ... Anggota : Dr. B. Widharyanto, M.Pd. .. ... Anggota : Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. ... Anggota : Dr. Y. Karmin, M.Pd. ... Yogyakarta, 3 September 2012

(4)

iv Persembahan

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan Santa Rosalia pelindung kami yang selalu setia menemani.

2. Kedua orangtuaku Yulius Ngadimin dan Theresia Jumini .

3. Kakakku tersayang Fransiska Widyatiningsih dan Maria Magdalena Wijayanti.

(5)

v

Motto

1.

Tidak ada segala sesuatu yang tidak mungkin.

2.

Dia mengubah saat dan waktu, Dia memecat raja dan mengangkat raja, Dia memberi hikmat kepada orang bijaksana dan pengetahuan kepada orang yang berpengertian (Daniel 2:21).

3.

Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya (Daniel 2:22).

4.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4: 13).

5.

Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.(Yakobus 1:4).

6.

Iman menjadikan segalanya mungkin Kasih menjadikan segalanya mudah

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 September 2012 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Rosalia Sri Nurhayati

Nomor Induk Mahasiswa : 071224007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN TEKNIK BERTUKAR PASANGAN UNTUK MENINGKATKAN

KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI

UNSUR INTRINSIK CERPEN KELAS X2 SMA KRISTEN WONOSOBO

TAHUN AJARAN 2011/ 2012

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 17 September 2012 Yang menyatakan

(8)

viii ABSTRAK

Nurhayati, Rosalia Sri. 2012. Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Bertukar Pasangan Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Unsur Intrinsik Cerpen

Kelas X2 SMA Kristen Wonosobo Tahun Ajaran 2011/ 2012. Skripsi.

Yogyakarta: PBSID, Universitas Sanata Dharma

Skripsi ini merupakan penelitian tindakan kelas. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah “ Apakah metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan pemahaman siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo dalam memahami unsur intrinsik cerpen?”

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara, observasi siswa dengan angket, dan observasi keaktifan siswa di kelas X2 SMA Kristen Wonosobo. Wawancara dilakukan dengan guru bahasa Indonesia SMA Kristen Wonosobo mengenai penggunaan metode pembelajaran yang belum pernah diterapkan guru kelas dalam kegiatan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Observasi siswa dengan angket dilakukan peneliti pada saat sebelum pembelajaran di dalam kelas berlangsung.Observasi keaktifan siswa dilakukan peneliti pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dengan angket, dan observasi keaktifan siswa tersebut diketahui bahwa keaktifan dan kemampuan pemahaman siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo tahun pelajaran 2011/ 2012 masih rendah. Sebagai usaha untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti menerapkan metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan.

Berdasarkan hasil penelitian ini, penggunaan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik bertukar pasangan dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen sudah mengalami peningkatan. Perolehan persentase skor keaktifan siswa pada siklus 1 mencapai 66,66%, sedangkan pada siklus 2 mencapai 72,5%. Perolehan persentase skor kemampuan siswa pada siklus 1 mencapai 67,3%, sedangkan pada siklus 2 mencapai 76, 5%. Peningkatan skor keaktifan siswa mencapai 5,84% sedangkan peningkatan skor kemampuan siswa mencapai 9,2%. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji t keaktifan dan kemampuan yang diperoleh pada siklus 1 diperoleh skor -11, 886 dan -2, 761, sedangkan pada siklus 2 keaktifan dan kemampuan siswa diperoleh skor -7,478 dan - 5,866.

(9)

ix ABSTRACT

Nurhayati, Rosalia Sri.2012. Using Cooperative Learning Method In Exchange Couple Technic Activity and Ability to Enhance Students Accepting of Intrinsic Elements in Short Story Christian Senior High School Class

X2 at Wonosobo Academic Year 2011th/2012th. Thesis. Yogyakarta:

PBSID, Sanata Dharma University.

This thesis is a classroom action research. The problem is "Wether cooperative method with partner swapping techniques can increase the activity and the ability whole of the students' on class X2 at Christian Senior High School of Wonosobo to accept the intrinsic elements of shortstories?"

This classroom action research started with interviews, observation to the students with questionnaires, and observations of active students in the class X2 Wonosobo Christian Senior High School. Interviews were conducted with Indonesian language teacher about how to use of teaching methods that have not been applied to analyze the activities of the classroom teacher in relationship intrinsic elements of a short story in daily life. Observations of students with a questionnaire conducted by researchers in the moments before learning takes place in the classroom. Observation of student activity conducted by researchers at the time of the learning takes place. Based on interviews, observations with questionnaires, and observations of student activity known that the activity and the ability in the classroom graded year 2011/2012 is still low. In an effort to overcome these problems, researchers applied a method of exchanging technical cooperation with a partner.

Based on these results, using cooperative learning methods with partner swapping techniques can increase the activity and the ability of students to understand the intrinsic elements of shortstories has increased. Acquisation activity percentage score of students in cycle 1 reached 66,66%, whereas in cycle 2 reaches 72,5%. Percentage score of students' skills acquisition in one cycle reaches 67.3%, whereas in cycle 2 reached 76, 5%. Increased activity scores of students achieving scores increased 5,84% while the student's ability to achieve 9.2%. Based on calculations using the t test the activity and capacity obtained in cycle 1 is obtained scores -11, 886 and -2, 761, while in the second cycle of activity and the ability of the students obtained scores – 7, 478 and – 5, 866.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat kasih dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Bertukar Pasangan Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Kelas X2 SMA Kristen Wonosobo Tahun Ajaran 2011/ 2012”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, dan Daerah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari pihak lain, sehubungan dengan hal itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan dan

kemudahan dalam penulisan skripsi ini.

2. C. Tutyandari, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan dukungan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd selaku dosen pembimbing I. 5. Setya Tri Nugraha, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II.

(11)

xi

7. Al. Sihdi Widodo, selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMA Kristen Wonosobo yang membimbing penulis dalam penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Segenap dosen yang dengan sabar telah mendidik penulis selama kuliah. 9. Staf dan karyawan sekretariat Prodi PBSID dan perpustakaan yang selalu

memberikan kelancaran dan kemudahan kepada penulis selama perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

10.Ayahku tersayang Yulius Ngadimin yang selalu mendoakan, dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Ibuku tersayang Theresia Jumini yang memberikan doa restu, dan membiayai penulis hingga pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Kakak-kakakku tercinta, Fransiska Widyatiningsih, Maria Magdalena Wijayanti, dan Kwirinus Yoshida Kalvaristo yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Frumensius Eron yang selalu setia menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman-temanku Minardi, Ina Sakinah Endiarti, Novi Kristanti Handayani, Ryan Sumunaring Tyas, dan teman-teman angkatan 2007 atas persahabatan yang indah dalam memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Walaupun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ASBTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN... ... ...1

A.Latar Belakang ... 1

B.Pembatasan Masalah ... 5

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian... 5

E.Manfaat Penelitian... 6

(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... ...9

A.Tinjauan terhadap Penelitian yang Relevan... ... ...9

B.Tinjauan Pustaka ...11

1. Model Pembelajaran ... 11

2. Strategi Pembelajaran ... 13

3. Kriteria Pembelajaran ... 15

4. Metode Kooperatif ... 17

5. Unsur- Unsur Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

6. Teknik Pembelajaran Kooperatif ... 21

a. Mencari Pasangan ... 21

b. Jigsaw ... 22

c. Paired Storytelling ... 23

d. Bertukar Pasangan ... 24

7. Pembelajaran Aktif dan Pendampingan Sebaya ... 24

a. Asumsi dan Alasan Berkembangnya Pendampingan Sebaya ... 26

b. Prinsip-prinsip Pendampingan Sebaya ... 27

C.Teknik Bertukar Pasangan dalam Apresiasi Cerita Pendek ... 30

1. Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek ... 30

2. Langkah-langkah menganalisis cerpen ... ...34

3. Teknik Bertukar Pasangan dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen ... 35

D.Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... .37

A.Jenis Pendekatan ... 37

B.Subyek, Latar, dan Waktu Penelitian ... 38

C.Desain Penelitian ... 38

1. Siklus 1 ... 38

(14)

xiv

D.Data Penelitian ... 42

E.Instrumen Penelitian ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

1. Teknik analisis data kuantitatif ... 43

2. Teknik analisis data kualitatif ... 46

G.Indikator Keberhasilan ... 47

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN... ... ...48

A.Siklus 1 ... 48

1. Rancangan Kegiatan ... 48

2. Pelaksanaan Penelitian ... 50

3. Pengukuran Data ... 51

4. Refleksi... 53

B.Siklus 2 ... 55

1. Rancangan Kegiatan ... 55

2. Pelaksanaan Penelitian ... 57

3. Pengukuran Data ... 59

4. Refleksi... 60

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .61

A. Hasil Penelitian ... 61

B.Pembahasan ... 72

1. Siklus 1. ... 72

2. Siklus 2 ... 82

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... .96

A.Kesimpulan... 96

B.Implikasi ... 96

C.Saran ... 97

1. Bagi Guru ... 97

2. Peneliti Lain ... 97

(15)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN ... 101

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Tabel Indikator Keberhasilan.... ... 47

Tabel 4.1 Tabel Observasi Keaktifan Siswa Prasiklus 1 & 2 ... 63

Tabel 4.2 Tabel Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1... 65

Tabel 4.3 Tabel Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2 ... 67

Tabel 4.4 Tabel Perbandingan Kemampuan Pemahaman Siswa ... 69

Tabel 4.6 Tabel Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 ... 73

Tabel 4.7 Tabel Penilaian Kemampuan Siswa Dalam Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Pada Siklus 1 ... 75

Tabel 4.8 Tabel Uji Normalitas Keaktifan Siswa Prasiklus 1 & 2 Dan Siklus 1 ... 77

Tabel 4.9 Tabel Uji Normalitas Kemampuan Siswa Prasiklus 1&2 Dan Siklus 1 .... 77

Tabel 4.10 Tabel Hasil Perolehan Nilai Keaktifan Siswa Dengan Uji t ... 78

Tabel 4.11 Tabel Perolehan Nilai Kemampuan Siswa Dengan Uji t ... 80

Tabel 4.12 Tabel Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2 ... 83

Tabel 4.13 Tabel Nilai Kemampuan Siswa Siklus 2... 85

Tabel 4.14 Tabel Uji Normalitas Keaktifan Siswa Siklus 1&2 Dan Siklus 2... 87

Tabel 4.15 Tabel Uji Normalitas Kemampuan Siswa Siklus 1 Dan Siklus 2 ... 87

Tabel 4.16 Tabel Hasil Perolehan Nilai Keaktifan Siswa Dengan Uji t ... 88

(18)

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.5 Grafik Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa Terhadap

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Awal Siswa... ... 101

Lampiran 2 : Kuesioner Siswa... ... 102

Lampiran 3 : Pertanyaan Dan Hasil Wawancara ... 103

Lampiran 4 : RPP Siklus 1... ... .104

Lampiran 5 : Silabus Siklus 1... ... .105

Lampiran 6 : Cerpen Jathil Suminten... 106

Lampiran 7 : Cerpen Bulan Sepotong... ... 107

Lampiran 8 : Cerpen Moral... ... 108

Lampiran 9 : Lembar Pengamatan Penilaian Keaktifan Siswa ... 109

Lampiran 10 : Lembar Perolehan Nilai Kemampuan Siswa ... 110

Lampiran 11 : Daftar Kelompok Asal (Kelompok Mawar&Melati, Kelompok Anggrek & Lavender)... ... 111

Lampiran 12 : Daftar Kelompok Bertukar Pasangan ( Kelompok Mawar& Kelompok Lavender, Kelompok Melati & Kelompok Anggrek). ... 112

Lampiran 13 : Foto Pelaksanaan Siklus 1 ... 113

Lampiran 14 : Lembar Tugas Siswa Dan Nilai Siswa Pada Siklus 1 ... 114

Lampiran 15 : Angket Siswa Pada Siklus 1 ... 115

Lampiran 16 : RPP Siklus 2... ... 116

Lampiran 17 : Silabus Siklus 2... ... 117

Lampiran 18 : Cerpen Cinta Di Balik Belenggu Kasta ... 118

Lampiran 19 : Cerpen Pengakuan Dorna ... 119

(20)

xx

Lampiran 21 : Lembar Pengamatan Penilaian Keaktifan Siswa ... 121

Lampiran 22 : Lembar Perolehan Nilai Kemampuan Siswa ... 122

Lampiran 23 : Foto Pelaksanaan Siklus 2 ... 123

Lampiran 24 : Lembar Tugas Siswa Dan Nilai Siswa Pada Siklus 2 ... 124

Lampiran 25 : Angket Siswa Pada Siklus 2 ... 125

Lampiran 26 : Kunci Jawaban Cerpen Jathil Suminten, Pengakuan Dorna, Moral, Cinta Di Balik Belenggu Kasta, Pengakuan Dorna, dan Kesaksian .. 126

Lampiran 27 : T.Tabel... 127

Lampiran 28 : Surat Izin Penelitian... ... 128

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa Indonesia dititikberatkan kepada empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan itu adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan mendengar misalnya memahami wacana sastra jenis syair melalui kegiatan mendengarkan syair. Keterampilan berbicara misalnya mengungkapkan kembali cerita pendek (cerpen) dan puisi dalam bentuk yang lain. Keterampilan membaca misalnya memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerpen. Keterampilan menulis misalnya mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek.

Substansi dari keempat keterampilan itu adalah bahasa dan sastra. Peserta didik melatih diri dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dengan memanfaatkan substansi bahasa dan sastra. Substansi sastra selain penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, juga untuk meningkatkan kemampuan peserta didik mengapresiasi karya sastra. Apresiasi sastra yang berbentuk cerita fiksi, baik itu novel maupun cerpen, memiliki banyak nilai yang dapat digali dan diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari oleh para siswa. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat ditemukan dengan menggali unsur intrinsik suatu cerpen. Siswa, agar dapat memahami dan mengapresiasi cerita rekaan yang berbentuk cerpen, harus dapat memahami dan menganalisis

(22)

unsur-unsur apa saja yang terkandung dalam suatu cerpen (Sudjiman, 1988:11).

(23)

siswa setuju (60%), 7 siswa kurang setuju (23,33%), 2 siswa tidak setuju (6,66%) terhadap frekuensi pemahaman unsur intrinsik cerpen (lampiran 102). Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Kristen Wonosobo pada tanggal 6 Agustus 2011 menyatakan bahwa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajar dan penggunaan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik bertukar pasangan belum pernah digunakan dalam kegitan menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari (lampiran 103). Berdasarkan data pengamatan keaktifan siswa (prasiklus 1 dan 2) yang dilakukan peneliti diperoleh skor keaktifan siswa 36,5% (lampiran 101).

(24)

mengembangkan metode pembelajaran juga ambil bagian dalam permasalahan tersebut.

Materi mengenai pemahaman terhadap unsur-unsur cerpen ternyata sudah diberikan kepada siswa SMA sebagaimana yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Di dalam kurikulum tersebut ditegaskan bahwa tujuan umum pengajaran cerpen kepada siswa SMA adalah untuk membaca, membahas, dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen. Unsur instrinsik cerpen antara lain tema, alur, latar, penokohan/ perwatakan, sudut pandang, dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen yang memiliki keterkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan umum yang ada di dalam standar kompetensi pembelajaran cerpen tersebut berlaku bagi siswa kelas X. Dari ketentuan itulah, siswa SMA kelas X harus mempunyai kemampuan untuk memahami cerpen.

(25)

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik bertukar pasangan untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo Tahun Ajaran 2011/2012.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Apakah metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo dalam pembelajaran cerpen?

b. Apakah metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo tentang unsur intrinsik cerpen?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

(26)

b. Mendeskripsikan ada tidaknya peningkatan kemampuan pemahaman siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo tahun ajaran 2011/2012 dalam memahami unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan.

E. Manfaat Penelitian

Secara khusus, penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu : a. Bagi Siswa

Penelitian diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam penggunaan metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen, selain itu juga agar siswa mampu menerapkan keterkaitan unsur-unsur intrinsik cerpen dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru dalam mengajar dan sekaligus menambah informasi. Guru mata pelajaran yang bersangkutan nantinya juga dapat mengembangkan metode pembelajaran lain yang lebih menarik, kreatif dan inovatif yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen.

c. Bagi Sekolah

(27)

teknik bertukar pasangan dan kemampuan pemahaman siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Bertukar Pasangan untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Siswa dalam Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Kelas X2 SMA Kristen Wonosobo” ini terdiri dari lima bab.

Bab pertama berisikan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah timbulnya keinginan untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik bertukar pasangan bagi siswa kelas X. Selanjutnya, penulis mengungkapkan pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisi mengenai penelitian terdahulu yang relevan bagi penelitian, landasan teori dan hipotesis. Di dalam landasan teori, penulis mengungkapkan bahwa dalam menerapkan sebuah metode pembelajaran guru harus memiliki strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran tersebut diwujudkan dalam suatu teknik. Metode pembelajaran kooperatif merupakan suatu solusi ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda. Pembelajaran kooperatif pada setiap harinya memberikan kesempatan untuk terjadinya kontak personal yang intens diantara para siswa dengan latar belakang ras berbeda (Slavin:103 dalam

(28)

menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen nantinya siswa diharapkan dapat bekerjasama dengan membentuk kelompok secara berpasangan/ dua orang dan mengerjakan tugas, setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan pasangan dari kelompok lain, kemudian kedua pasangan tersebut bertukar pasangan dan pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula, dan setelah itu kesimpulan

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan terhadap Penelitian yang Relevan

Pada bab ini akan dipaparkan tinjauan terhadap penelitian yang relevan, tinjauan pustaka, penjelasan mengenai teknik bertukar pasangan dalam apresiasi cerita pendek, dan hipotesis. Tinjauan pustaka dalam bab ini berisi mengenai model pembelajaran, strategi pembelajaran, unsur model pembelajaran, kriteria model pembelajaran, metode kooperatif, unsur-unsur model pembelajaran kooperatif, dan teknik pembelajaran kooperatif.

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian unsur intrinsik adalah penelitian yang dilakukan oleh Maftuh (2006) dan Khairurrazi (2010). Maftuh (2006) melakukan analisis peningkatan pembelajaran siswa kelas X SMA Negeri 1 Kedungpring dalam memahami unsur intrinsik cerpen dengan pendekatan analisis tahun pelajaran 2005/ 2006. Ada 3 simpulan yang didapat dari penelitian tersebut yaitu peningkatan pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan pendekatan analisis pada tahap praanalisis, peningkatan pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan pendekatan analisis pada tahap saat analisis, dan peningkatan pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan pendekatan analisis pada tahap pascaanalisis.

(30)

Peningkatan pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan pendekatan analisis pada tahap praanalisis menunjukkan bahwa pelaksanaan yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat meningkatkan analisis unsur intrinsik cerpen. Pada tahap saat analisis, Maftuh (2006) menentukan beberapa kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa. Pertama, menentukan tema cerpen yang dapat meningkatkan pemahaman siswa. Kedua, melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menentukan alur cerpen. Ketiga, melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menentukan sudut pandang cerita.

Keempat, melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa

dalam menentukan karakteristik cerita. Kelima, kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menentukan karakteristik cerita.

Peningkatan pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan pendekatan analisis pada tahap pascaanalisis dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, menentukan kesimpulan akhir dengan cara diskusi panel. Kedua,

mempublikasikan hasil diskusi panel di kelas. Dari penelitian tersebut, dihasilkan suatu kesimpulan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen.

(31)

kemampuan siswa secara maksimal dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang berjudul “Robohnya Surau Kami” dalam bentuk LKS yang lengkap dengan soal-soal untuk dianalisis.

Relevansi beberapa penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan penulis terletak pada persamaan dalam menganalisis atau memahami unsur intrinsik karya sastra dan dalam meneliti peningkatan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Perbedaannya, penelitian tersebut meneliti karya sastra dalam bentuk LKS dan dengan menggunakan metode penyelidikan kelompok dan menggunakan pendekatan analisis sedangkan penelitian ini mencoba menerapkan metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan untuk mengetahui keaktifan siswa dan meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo tahun pelajaran 2011/2012.

B. Tinjauan Pustaka

1. Model pembelajaran

(32)

mengemukakan bahwa inti proses pembelajaran adalah pengaturan lingkungan belajar sehingga para siswa dapat saling berhubungan dan mereka dapat belajar bagaimana cara belajar yang baik. Dalam kerangka pembelajaran, Joyce (2000:6-7) mengemukakan bahwa, “Models of teaching

are really models of learning. As we help students acquire information, ideas, skills, values, ways of thinking, and mean of expressing themselves, we are also teaching them how to learn”.

Menurut Hamalik (1999:57), pembelajaran adalah suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,

perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, Dimyati (2002:159) mengatakan

bahwa pembelajaran berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif,

afektif dan keterampilan siswa.

Proses pembelajaran menurut KTSP (Kurikulum Satuan Pendidikan)

adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruangan

cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Mulyasa, 2006: 245).

(33)

Bruce Joyce dkk. yang disadur oleh Dahlan (1984:26) adalah sebagai berikut:

1) Membuat skenario, melukiskan bagaimana guru membuat strategi yang digunakan di kelas.

2) Orientasi kepada model, yang mencakup tujuan, asumsi teoritik, prinsip, dan konsep umum yang terkandung dalam model tersebut.

3) Menganalisis model sampai kepada bagian-bagian yang lebih kecil lagi, yaitu: a. pentahapan langkah (syntax); b. sistem sosial yang diharapkan

dalam model tersebut; c. prinsip-prinsip reaksi guru; dan d. sistem

penunjang yang disyaratkan.

4) Menerapkan model mengajar itu dalam situasi kelas.

5) Membuat kesimpulan yang dapat diambil dari model mengajar itu yang meliputi dampak instruksional dan penyerta.

6) Menyajikan diskusi.

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa guru harus

benar-benar membantu para siswa untuk memperoleh informasi, gagasan,

keterampilan, nilai-nilai, cara pikir, dan cara menyatakan diri mereka. Selain

itu, guru pun harus mengajar bagaimana cara siswa belajar. Model mengajar

merupakan pola yang diterapkan oleh guru untuk menciptakan interaksi

antara peserta didik dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan

guru. Pelaksanaan kegiatan belajar harus didasarkan atas kurikulum yang

(34)

2. Strategi Pembelajaran

Pengertian strategi pembelajaran dapat dikaji dari dua kata pembentuknya, yaitu strategi dan pembelajaran. Kata strategi berarti cara dan seni menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (Degeng, 1989). Dengan demikian strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Menurut Gropper (1990), strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikkan.

Menurut David (1976), strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carrey (1985) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

(35)

digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan sebagai suatu seni strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimiliki oleh seorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu strategi pembelajaran.

(36)

3. Kriteria model pembelajaran

Model pembelajaran memiliki beberapa kriteria. Nieveen (Trianto, 2007) menyebutkan beberapa kriteria model pembelajaran yang baik: 1) Valid

Validitas atau ketepatan model pembelajaran berhubungan dengan dua hal, yaitu rasional teoritik yang kuat dan memiliki konsistensi internal.

2) Praktis

Kriteria praktis menunjuk pada: pertama, para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang mereka kembangkan dapat diterapkan dan kedua, kenyataan menunjukkan bahwa apa yang mereka kembangkan tersebut betul-betul dapat diterapkan.

3) Efektif

Efektivitas suatu model pembelajaran ditunjukkan dengan parameter: pertama, para ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa model pembelajaran tersebut efektif, dan kedua, secara operasional model pembelajaran tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

(37)

dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Arends (2001:24), menyeleksi enam mode pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat bahwa tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu (Arends, 1997). Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu kiranya diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu.

4. Metode Kooperatif

(38)

psikologis peserta didik. Untuk mencapai tujuan pemerintah tersebut, guru harus menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan variatif dan mulai meninggalkan model konvensional seperti ceramah (Lie, 2002). Seperti dikemukakan Kemp (1979), perlu adanya kegiatan belajar mengajar yang mendorong peserta didik untuk aktif berpartisipasi. Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan hasil pembelajaran lebih tercapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) melalui pembelajaran kooperatif ternyata lebih efektif daripada pembelajaran oleh pengajar (Lie, 2002).

(39)

sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antarpembelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-masing pembelajar bertanggungjawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani (Kagan, 1992:8).

Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya (Priyanto, 2007). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar lainnya.

5. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen atau unsur-unsur yang saling terkait. Unsur-unsur-unsur tersebut menurut Roger dan David dalam Lie (2010:31) meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antaranggota, dan evaluasi proses kelompok. Kelima unsur tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1) Saling ketergantungan yang positif

(40)

menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Keberhasilan kelompok tergantung usaha dari setiap anggota. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi kepada kelompok. Hal ini disebabkan karena pola penilaian yang unik, yaitu nilai kelompok dibentuk dari poin yang disumbangkan oleh tiap anggota.

2) Tanggungjawab perseorangan

Siswa akan merasa bertanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing. Hal ini akibat dari pola penilaian pembelajaran kooperatif. Pembagian tugas yang jelas akan mengatasi sikap kurang bertanggungjawab siswa, karena dapat diketahui dengan mudah siswa tersebut dapat melaksanakan tugasnya atau tidak, sehingga rekan-rekannya akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.

3) Tatap muka

Interaksi antar anggota akan menciptakan sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti sinergi adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota.

4) Komunikasi antar anggota

(41)

pengalaman belajar dan membina perkembangan mental dan emosional siswa.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu mengevaluasi proses kerja kelompok agar selanjutnya siswa bisa bekerjasama secara aktif.

6. Teknik Pembelajaran Kooperatif

Teknik pembelajaran berarti jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik ke arah tujuan yang ingin dicapai. (Gerlach dan Ely, 1980). Menurut Widharyanto (2008), ada empat teknik yang dikembangkan dari metode kooperatif yaitu (1) mencari pasangan, (2) jigsaw, (3) paired storytelling, (4) bertukar pasangan.

a. Mencari pasangan

Prosedur teknik mencari pasangan ini adalah:

a) Pembelajar bekerja secara berpasangan dan masing-masing anggota pasangan itu mendapat teks bacaan yang berbeda.

b) Setiap pembelajar mulai mengerjakan tugas mereka sambil mencatat dan membuat daftar kata-kata kunci dari teks yang dibaca.

(42)

d) Sambil mengingat cerita/isi teksnya sendiri, pembelajar diminta mengarang bagian lain (yang dibaca pasangannya) berdasarkan kata-kata/frasa kunci yang diberikan kepadanya.

e) Setelah selesai mengarang bagian lain (yang dibaca pasangannya), mereka diminta menyajikan karangan itu dan diskusikan dengan pasangannya untuk mendapatkan berbagai masukan.

f) Guru tidak harus mengecek kebenaran isi karangan yang dibuat siswa karena ini bukan tujuan utamanya. Tujuannya adalah agar pembelajar semakin berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian pertama berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sementara siswa yang membaca atau mendengarkan bacaan kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.

b. Jigsaw

Teknik ini dapat dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca, menulis, menyimak, berbicara dengan menggabungkan berbagai informasi lintas ilmu. Teknik ini dapat diterapkan di semua tingkatan kelas. Prosedur teknik jigsaw adalah sebagai berikut:

a) Pembelajar dibagi dalam kelompok berempat.

(43)

c) Pembelajar mengerjakan bagian mereka masing-masing dengan menuliskan ringkasan isi teks tersebut. Setelah selesai, masing-masing pembelajar berbagi hasil kerja mereka.

d) Setelah berbagi hasil kerja, mereka harus berdiskusi untuk menyatukan berbagi informasi itu untuk membentuk suatu teks yang utuh.

e) Hasil akhir kelompok itu disajikan kepada kelompok lain.

c. Paired storytelling

Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Prosedur paired storytelling adalah sebagai berikut ini:

a) Pembelajar bekerjasama secara berpasangan dan masing-masing anggota pasangan itu mendapat teks bacaan yang berbeda.

b) Setiap pembelajar mulai mengerjakan tugas mereka sambil mencatat dan membuat daftar kata-kata kunci dari teks yang dibaca.

c) Setelah selesai mengerjakan bagian masing-masing pembelajar saling menukar kata / frasa kunci yang telah mereka catat dari teks yang dibaca.

(44)

e) Setelah selesai, pembelajar diminta menyajikan hasil karangan itu dan didiskusikan dengan pasangannya untuk mendapatkan berbagai masukan.

f) Guru tidak harus mengecek kebenaran isi karangan yang dibuat siswa karena ini bukan tujuan utamanya. Tujuannya adalah agar pembelajar semakin berpartisipasi dalam pembelajaran.

d. Bertukar pasangan

Teknik ini memungkinkan siswa untuk dapat bekerjasama dengan pembelajar lain dalam memberi atau menerima informasi. Teknik ini diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara, menulis, dan dapat diterapkan di semua kelas dengan variasi tingkat kesulitannya. Prosedur teknik bertukar pasangan adalah sebagai berikut:

a) Pembelajar dibagi dalam kelompok dua-dua (berpasangan).

b) Pembelajar mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan pasangannya.

c) Setelah selesai pengerjaan tugas itu, setiap pasangan akan bergabung dengan pasangan lain untuk bertukar informasi.

d) Kedua pasangan itu saling bertukar pasangan, mereka saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban.

(45)

7. Pembelajaran Aktif dan Pendampingan Sebaya

Teori pembelajaran kooperatif sangat erat kaitannya dengan pembelajaran aktif dan pendampingan sebaya. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa sebagai rekan sebaya aktif terlibat sebagai rekan pembelajar bagi rekan sebaya yang lain. Di sini, pembelajaran kooperatif meningkatkan tingkat keaktifan siswa yang biasanya cenderung pasif. Dalam teori pembelajaran kooperatif berkembanglah usaha pendidik untuk melakukan pendampingan sebaya.

Siswa dikatakan belajar secara aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental ataupun secara fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami. Pendidik bisa mendorong tumbuhnya kesenangan-serius dengan memiliki target kualitas hasil belajar yang tinggi dan mengatur aktivitas kelas yang menyibukkan siswa. Pembelajaran aktif yang menekankan pada “kesenangan-serius” dapat membantu siswa untuk memusatkan perhatian, dan meningkatkan kesenangan mereka untuk belajar.

(46)

mendefinisikan pendampingan sebaya (peer counseling) sebagai “aneka ragam perilaku yang dilakukan oleh tenaga nonprofesional untuk menolong orang lain. Menurut Vincent D’Andrea dan Peter Salovey (dalam Sturkie dan Tan, 1992:17), pendampingan sebaya adalah “penggunaan keterampilan mendengarkan secara aktif dan keterampilan memecahkan masalah, disertai dengan pengetahuan mengenai perkembangan manusia dan kesehatan mental, untuk mendampingi orang sebaya kita-sebaya dalam usia, status, dan pengetahuan.

a. Asumsi dan Alasan Berkembangnya Pendampingan Sebaya

Perkembangan gerakan pendampingan sebaya didasari oleh asumsi-asumsi berikut (Dizon, 1982: 170) : dalam diri orang muda ada kemampuan dan keinginan untuk menolong orang lain, orang muda memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang bilamana dikembangkan akan mendorong orang muda itu melakukan hal-hal yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, orang muda itu pada dasarnya baik dan terus ingin mengaktualisasikan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain, orang muda dapat mempelajari keterampilan menolong yang akan meningkatkan kemampuan dan keinginannya untuk menolong orang lain, orang muda membutuhkan bimbingan orang dewasa agar energinya tersalurkan ke hal-hal yang positif, orang muda dapat merasakan kebahagiaan dan kepuasan dengan jalan menolong orang lain.

(47)

yang berhasrat membantu orang lain dapat berfungsi sebagai sahabat, fasilitator, pemimpin, dan pelayan, yaitu: sahabat yang bersedia mendengarkan dan memahami, fasilitator yang bersedia membantu seorang pribadi tumbuh bersama kelompok, pemimpin yang karena kepeduliannya pada orang lain menjadi penggerak perubahan sosial, pelayan yang berkeyakinan bahwa Tuhan adalah penyembuh, konselor, dan sahabat, pendamping/ penolong

b.Prinsip-prinsip Pendampingan Sebaya

Pendampingan sebaya, khususnya di kalangan orang muda bisa berbahaya. Untuk menghindari bahaya yang bisa timbul, praktik pendampingan perlu dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip pendampingan sebaya seperti yang dikemukakan oleh Rogacion (1982: 153- 154).

1. Penghargaan terhadap martabat pribadi

Setiap orang memiliki martabat, biar betapapun parahnya masalah yang sedang dihadapinya. Dasar martabat ini ialah kenyataan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan.

2. Penentuan nasib sendiri

Setiap orang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, kecuali kalau sedang tidak berdaya karena masalah yang sedang dialaminya. Ia tidak boleh dipaksa melakukan tindakan yang tidak

(48)

Setiap orang unik. Cara memecahkan masalahnya akan berbeda dengan cara yang ditempuh oleh orang lain yang mengalami masalah yang serupa.

4. Kerahasiaan

Hubungan dalam pendampingan sebaya dilindungi oleh sikap

menghargai kerahasiaan dan kebebasan pribadi orang yang didampingi untuk mengatasi masalahnya. Azas kerahasiaan menimbulkan suasana percaya pada orang yang didampingi.

5. Kemandirian

Pendampingan sebaya melibatkan baik pendamping maupun orang yang didampingi dalam proses pemecahan masalah. Hubungan tersebut hendaknya dimaksudkan agar suatu saat kelak orang yang didampingi dapat mengandalkan kemampuannya sendiri untuk memecahkan masalahnya. Pendamping sebaya berusaha membantu meningkatkan kemampuan orang yang didampingi untuk mengatasi sendiri masalahnya, dan bukan membuat orang yang didampinginya bergantung padanya.

6. Universalitas

(49)

7. Partisipasi

Orang yang didampingi perlu secara aktif berpartisipasi dalam proses pemecahan masalahnya.

8. Tidak bersikap adil

Pendamping sebaya tidak boleh bersikap mengadili terhadap perbuatan orang yang didampingi yang mungkin dianggap tidak tepat.

9. Objektivitas

Pendamping sebaya hendaknya tidak sampai sebegitu terlibat secara emosional dengan orang yang didampinginya sehingga tidak lagi dapat bersikap objektif dalam menjalankan fungsinya. Kurangnya objektifitas ini tampak dari keterlibatan yang berlebihan hingga memaksakan pandangannya sendiri, dan tidak lagi memberikan kesempatan pada orang yang didampingi untuk mengambil keputusan sendiri.

10. Penguluran Tangan

Orang yang dirundung masalah dapat menjadi sebegitu tidak berdaya sehingga meminta pertolongan sajapun tidak mampu. Pendamping sebaya hendaknya bersedia mengulurkan tangannya kepada teman yang bermasalah tanpa menyinggung harga dirinya.

11. Analisis Kritis

(50)

C. Teknik Bertukar Pasangan dalam Apresiasi Cerita Pendek

a. Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek

Menurut Notosusanto dalam Firdaus (1986:69), cerpen adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira tujuh belas halaman kuarto rangkap. Menurut Firdaus (1986:72), cerpen adalah salah satu karya sastra yang menceritakan tentang sebagian kecil kehidupan manusia yang sangat berkesan. Secara sistematika penulisan, Tarigan (1991:95) memberi kriteria cerpen sebagai suatu karangan dengan jumlah kata sekitar 10.000 kata, jumlah halaman maksimal 30 halaman, dan jumlah waktu untuk membacanya adalah sepuluh sampai tiga puluh menit.

Sebagaimana dengan karya sastra fiksi yang lain, cerpen memiliki unsur-unsur instrinsik. Menurut Depdikbud (1994:8) unsur intrinsik cerita pendek yang perlu diajarkan kepada siswa SMA adalah tema, alur, latar, titik pengisahan dan penokohan. Unsur-unsur tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Tema

(51)

2. Alur

Seorang pengarang dalam menggerakkan cerita tentu dengan jalan mengalirkan kisah itu melalui peristiwa demi peristiwa, sehingga jalan cerita dapat dimengerti oleh pembacanya. Jalan cerita tersebut layaknya disebut alur. Esten (1984:27) mengatakan bahwa alur adalah urutan (sambung-sinambung) peristiwa- peristiwa dalam sebuah cerita rekaan. Aminudin (1987:83) alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pengarang dalam suatu cerita. Alur menurut Stanton (dalam Nurgiyantoro, 1995:113) adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.

Menurut Sudjiman (1988:30), peristiwa-peristiwa dalam alur selalu disusun secara logis, peristiwa dalam cerita disusun diantaranya: alur linear atau tersusun, menyajikan rentetan peristiwanya secara temporal. Sudjiman menjelaskan bahwa struktur alur terdiri dari tiga bagian yaitu (1) awal cerita, (2) tengah cerita, (3) akhir cerita. (1) awal cerita dibagi menjadi tiga yaitu paparan

(exposition), rangsangan (inciting moment), dan gawatan (rising

(52)

rumitan (complication), dan klimaks. (3) akhir cerita yang terdiri atas leraian (falling action), dan selesaian (denonement).

3. Latar

Menurut Sudjiman (1992:44) latar ada dua macam yaitu latar sosial dan latar material. Latar sosial mencakup penggambaran kepada masyarakat, kelompok-kelompok sosial, adat kebiasaan, cara hidup, dan bahasa.

Adapun latar fisik adalah tempat di dalam wujud fisiknya, yaitu bangunan dan tempat. Menurut Ibrahim (1985:525) menjelaskan bahwa setting atau latar merupakan salah satu unsur yang terpenting dari struktur cerpen karena memperlihatkan hubungan dengan unsur-unsur lainnya.

4. Titik Pengisahan

Titik pengisahan sering disebut dengan sudut pandang pencerita

atau point of view merupakan pusat pengisahan, sebab posisi

(53)

menjadi tokoh utama atau aku, tetapi kemungkinan juga berposisi sebagai narator, atau pengarang menjadi dalang dalam kisah yang dibuatnya itu. Adapun menurut Tarigan dalam Ibrahim (1986:527) menjelaskan bahwa titik pengisahan (point of view) dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

a. cerita yang diceritakan oleh tokoh utama. Tukang cerita ini tidak dapat meresapi perasaan pelaku lain.

b. seorang pencerita luaran dapat berkuasa meresapi pikiran dan perasaan tokoh utama. Cara ini seorang pencerita sebagai orang ketiga.

c. seorang pencerita yang berada di luar cerita itu. 5. Penokohan

(54)

b. Langkah-langkah menganalisis cerpen

Karya sastra yang berbentuk cerpen dapat dipahami dengan cara analisis. Analisis tersebut dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam suatu cerpen tersebut. I.G.A.K Wardhani dalam Firdaus (1986:54) menjelaskan bahwa langkah-langkah menganalisis karya sastra ada tiga bagian besar, yaitu: membaca, menganalisis, dan memberi pesan terhadap analisis. Langkah-langkah tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Membaca keseluruhan cerita terlebih dahulu sehingga memperoleh gambaran umum tentang isi bacaan. Bahan bacaan / karya sastra dibaca kemudian isi yang terkandung di dalam bacaan secara garis besar / secara umum akan diperoleh. Isi yang telah diperoleh tersebut akan dijadikan sebagai informasi pembaca.

2. Menganalisis isi bacaan sesuai dengan unsur-unsur intrinsik yang akan diungkapkan. Bacaan yang telah dibaca kemudian dianalisis dengan menjabarkan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam bacaan. Unsur-unsur intrinsik tersebut menurut Depdikbud (1994:8) meliputi tema, alur, latar, titik pengisahan, dan penokohan.

(55)

c. Teknik Bertukar Pasangan dalam memahami unsur-unsur intrinsik

cerpen

Untuk memahami unsur-unsur instrinsik cerpen, diperlukan suatu bentuk analisis yang mudah dan tepat. Dalam skripsi ini, teknik pembelajaran kooperatif menjadi metode yang dinilai efektif. Dengan metode kooperatif, masing-masing pembelajar secara berkelompok membaca, menganalisis, dan mencari pesan dari cerpen yang telah dianalisis. Metode kooperatif dikatakan berhasil apabila semua anggota kelompok memahami analisis yang telah dilakukan, tanpa terkecuali.

Skripsi ini memfokuskan penerapan metode kooperatif dalam memahami unsur-unsur instrinsik cerpen dengan teknik bertukar pasangan. Penulis melihat adanya beberapa keunggulan teknik bertukar pasangan dibandingkan dengan teknik yang lain, sebagai berikut:

1. Karena dalam satu kelompok hanya dua pembelajar, analisis cerpen menjadi efektif dan berlangsung cepat.

2. Dalam teknik bertukar pasangan, masing-masing kelompok membagikan hasil diskusi mereka dengan kelompok lain. Dengan demikian, masing-masing kelompok saling memperkaya.

3. Teknik bertukar pasangan memaksa siswa yang biasanya pasif dan tidak punya inisiatif untuk aktif dalam diskusi dengan pasangannya.

D. Hipotesis Tindakan

(56)
(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Pendekatan

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Peneliti mengembangkan teknik dan metode pengajaran yang baru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik bertukar pasangan secara langsung di kelas. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dan meningkatan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif dengan teknik bertukar pasangan dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo tahun pelajaran 2011/2012.

Elliot (1996: 60) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik. Niff (1992: 4) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang dilakukan, dan siap terhadap perubahan.

Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut pendapat Kurt Lewin (dalam Sukamto, 2000: 11), setiap siklus penelitian tindakan selalu ada aktivitas dasar, diantaranya adalah identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan,

(58)

mengembangkan langkah tindakan pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan merevisi perencanaan umum.

B. Subjek, Latar, dan Waktu Penelitian

Subyek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo, yang berjumlah 30 siswa terdiri dari 19 siswa putra dan 11 siswa putri. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Yayasan Purna Wiyata SMA Kristen Wonosobo. Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 November 2011 sampai dengan 14 Januari 2012.

C. Desain Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti akan melaksanakan dua siklus. Siklus satu dan siklus dua mengambil kompetensi dasar (KD) untuk menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari dengan dua kali pertemuan dalam masing-masing siklus.

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Pada siklus 1, penelitian tindakan kelas yang dibuat meliputi: (1) pemetaan KD, (2) pemetaan indikator, (3) penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,

1) Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

(59)

dengan baik, siswa dapat menganalisis keterkaitan unsur-unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam siklus 1 ini hanya menggunakan 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

b. Tindakan

Peneliti dalam penelitian ini tidak sekedar hanya sebagai peneliti saja melainkan bertindak sebagai guru di kelas, yang tidak sekedar memberikan cerpen kepada siswa untuk dianalisis, tetapi juga membagi siswa ke dalam beberapa kelompok asal dan kelompok bertukar pasangan, memberikan refleksi, kesimpulan kepada siswa di akhir pelajaran, memberikan angket kepada siswa serta melakukan wawancara dengan guru mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas. c. Observasi

Pada tahap observasi, peneliti menggunakan dua instrumen yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes yang berupa lembar penilaian kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen, sedangkan instrumen non tes berupa lembar observasi siswa untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa terhadap penggunaan metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan, angket dan foto siswa untuk dokumentasi dalam penelitian tindakan kelas ini.

d. Refleksi

(60)

2. Siklus 2

a. Perencanaan

Pada siklus 2, penelitian tindakan kelas yang dibuat meliputi:

(1) pemetaan KD, (2) pemetaan indikator, (3) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

1) Pemetaan KD

Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

2) Pemetaan Indikator

Siswa dapat membedakan unsur-unsur intrinsik cerpen melalui tanya jawab dengan tepat, siswa dapat memberi contoh unsur- unsur intrinsik yang lain yang terdapat dalam cerpen melalui diskusi dengan baik, siswa dapat menganalisis keterkaitan unsur- unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

3) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(61)

b. Tindakan

Peneliti dalam penelitian ini tidak sekedar hanya sebagai peneliti saja melainkan bertindak sebagai guru di kelas, yang tidak sekedar memberikan cerpen kepada siswa untuk dianalisis, tetapi juga memberikan materi pembelajaran dalam bentuk catatan mengenai unsur-unsur intrinsik cerpen, membagi siswa ke dalam kelompok bertukar pasangan, memberi refleksi, kesimpulan kepada siswa di akhir pelajaran, memberikan angket kepada siswa serta melakukan wawancara dengan guru mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas.

c. Observasi

Pada tahap observasi, peneliti menggunakan dua instrumen yaitu instrumen tes dan instrumen non tes. Instrumen tes berupa lembar penilaian kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen, sedangkan instrumen nontes yang berupa lembar observasi siswa, untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa terhadap penggunaan metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan, angket dan foto siswa untuk dokumentasi dalam penelitian tindakan kelas ini.

d. Refleksi

(62)

Bagan 3.1

Bagan Siklus 1 dan Siklus 2

D. Data Penelitian

(63)

E. Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua instrumen yaitu instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes berupa lembar pertanyaan atau tes tentang unsur-unsur intrinsik cerpen. Sedangkan instrumen nontes berupa angket, lembar observasi yang berupa daftar rentang keaktifan siswa, catatan hasil wawancara dengan guru, dan foto yang digunakan untuk mendokumentasikan data selama proses kegiatan belajar mengajar dalam setiap siklus berlangsung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan dua teknik, yaitu teknik data kuantitatif yang berupa lembar pertanyaan atau tes tentang unsur-unsur intrinsik cerpen dan teknik data kualitatif yang berupa angket, daftar rentang keaktifan siswa, hasil wawancara dengan guru, serta foto.

1. Teknik data kuantitatif

(64)

Rumus :

Persentase = Jumlahsiswa

Jumlahseluruhsiswa x 100% ... 1 Selain menggunakan rumus 1, data kuantitatif dihitung dengan menggunakan uji normalitas data. Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dulu akan dilakukan pengujian normalitas data. Teknik yang peneliti gunakan untuk menguji normalitas data adalah dengan menggunakan Chi Kuadrat (Sugiyono, 2009: 172). Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2009: 172—175)

1) merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya, dalam hal ini adalah data hasil menulis teks berita oleh siswa,

2) menentukan jumlah kelas interval,

3) menentukan panjang kelas interval, yaitu (data terbesar-data terkecil) dibagi dengan jumlah kelas interval,

(65)

( rumus 2)

Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data

Keaktifan Dan Kemampuan Siswa Dalam Memahami Unsur Intrinsik

Cerpen Kelas X2 SMA Kristen Wonosobo

Tahun Pelajaran 2011/2012

Interval f0 fh (f0 - fh) (f0 - fh )2 (f0 – fh)2

fh

Jumlah

5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan

persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota

sampel.

6) Memasukkan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh , sekaligus

menghitung harga-harga (f0–fh) dan (f0 – fh)2 kemudian menjumlahkan-

fh

nya. Harga (f0 – fh)2 adalah merupakan harga Chi kuadrat ( Xh2) hitung

fh

7) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi

Kuadrat tabel (Xh2 ≤ Xt2), maka distribusi data dinyatakan normal, dan

(66)

Rumus t hitung dua sampel independen:

t hitung = X1����−X2����

�(S12:n1)+ (S22:n2) ... 3 Keterangan:

𝑋1

���� : Rata-rata nilai awal siswa 𝑋2

���� : Rata-rata nilai Siklus 1 (dan Siklus 2) S12 : Varians nilai awal siswa

S22 : Varians nilai Siklus 1 (dan Siklus 2) n : Jumlah siswa

Rumus Varians:

S2 =∑(X− X �)2 ∶n−1 ... 3 Keterangan :

S2 : Varians X : Nilai siswa

X � : Nilai rata-rata n : Jumlah siswa

2. Teknik kualitatif

(67)

G. Indikator Keberhasilan

Siswa menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen, mampu bekerjasama dan aktif dalam kelompok diskusi, dan dapat menyimpulkan hasil analisis cerpen.

Indikator-indikator tersebut berupa angka sehingga dengan angka tersebut menjadi mudah dihitung secara kuantitatif. Indikator meliputi keaktifan dan kemampuan sejak kondisi awal sampai siklus 2. Seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2

Indikator Keberhasilan

No. Kemampuan Kondisi

Awal

Siklus 1 Siklus 2

1. Keaktifan 36,5 % 60 % 70 %

2. Kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen

(68)

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Siklus 1

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Dengan Teknik Bertukar Pasangan Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Kemampuan Dalam Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Siswa Kelas X2 SMA Kristen Wonosobo Tahun Ajaran 2011/2012 dilaksanakan 2 kali. Pertama, Siklus 1 dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Desember 2011, dan kedua siklus 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Desember 2011. Adapun kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut.

1. Rancangan Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan pada Bab III tentang metodologi Penelitian. Kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti memetakan KD, Indikator kemudian menyusun dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kemudian peneliti bertindak sebagai guru di kelas, guru memberi materi dengan ceramah, setelah itu guru bersama dengan siswa bertanya jawab mengenai unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen Jathil Suminten. Kemudian siswa di bagi kedalam empat kelompok asal, kelompok asal tersebut terdiri dari kelompok Mawar, Melati, Anggrek dan Lavender. Setelah terbentuk

(69)

ke dalam beberapa kelompok, siswa mendiskusikan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen Bulan Sepotong.

(70)

2. Pelaksanaan Penelitian

Tindakan pada siklus 1 dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Desember 2011. Berikut ini akan dideskripsikan hal-hal yang terjadi pada siklus 1. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 90 menit, mulai pada pukul 09.00 sampai dengan pukul 10.30. Peneliti berperan sebagai pengajar. Guru berperan sebagai mitra peneliti dan bertugas mengamati keaktifan siswa dalam menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen dalam diskusi dengan teknik bertukar pasangan. Pengamatan keaktifan siswa menggunakan format observasi yang telah disediakan oleh peneliti.

(71)

kelompok Melati bertukar pasangan dengan kelompok Anggrek. Dalam kegiatan bertukar pasangan tersebut guru/ pengamat mengobservasi keaktifan masing-masing siswa selama kegiatan pembelajaran dalam siklus 1 berlangsung. Kegiatan bertukar pasangan dan pengamatan keaktifan siswa tersebut berlangsung selama 15 menit. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, siswa mengerjakan soal secara individu. Kegiatan ini dilakukan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap unsur-unsur intrinsik cerpen. Cerpen yang dianalisis berjudul Moral. Kegiatan ini berlangsung selama 25 menit. Dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan tersebut 20 menit digunakan untuk memperoleh kesimpulan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dan juga untuk wawancara dengan guru terhadap pelaksanaan siklus 1.

Kesimpulan kegiatan pembelajaran dan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan guru kelas pada siklus 1 adalah terdapat peningkatan keaktifan dan pemahaman siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen dalam penggunaan metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan siswa kelas X2 SMA Kristen Wonosobo Tahun Ajaran 2011/2012. Adapun lembar pengamatan keaktifan siswa dan lembar penilaian kemampuan siswa dalam memahami unsur - unsur intrinsik cerpen terlampir.

3. Pengukuran Data

(72)

observasi siswa untuk mengetahui keaktifan siswa terhadap penggunaan metode kooperatif dengan teknik bertukar pasangan dan juga foto siswa untuk dokumentasi. Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1 ini diperoleh data berupa skor perolehan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran khususnya dalam kegiatan menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen, dan sudah ada peningkatan keaktifan siswa dibandingkan dengan kondisi awal. Perolehan persentase skor keaktifan siswa pada kondisi awal mencapai 36,5% sedangkan pada siklus 1 ini perolehan persentase skor keaktifan siswa mencapai 66,66%. Peningkatan keaktifan siswa dari 30 siswa pada siklus 1 ini yaitu mencapai 30,16 %.

(73)

dapat meningkatkan keaktifan siswa serta kemampuan siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen.

Hasil angket manfaat terhadap pemerolehan pembelajaran pada siklus 1, diperoleh jumlah skor dari 30 siswa 98,54, perolehan skor rata-rata 3,28, berdasarkan perolehan rentang nilai yang memperoleh kriteria cukup baik terdapat 22 siswa, dengan persentase 73,3%, sedangkan yang memperoleh kriteria baik 8 siswa dengan persentase 26, 6%.

Foto 1

Foto Pelaksanaan siklus 1

Peneliti memberi penjelasan kepada siswa tentang pelaksanaan teknik bertukar pasangan dalam menganalisis unsur- unsur intrinsik cerpen.

4. Refleksi

Gambar

Grafik 4.5 Grafik Peningkatan Kemampuan Pemahaman Siswa Terhadap
Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data
Tabel 3.2
Tabel 4.1 Observasi Keaktifan Siswa Prasiklus 1& 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dengan penerapan pembelajaran berbasis masalah model example non- example

[r]

Dari balik tanah, muncullah seekor semut yang dengan sombongnya berkata "Hai kepompong, lihatlah aku, aku terlindungi dari badai kemarin, tidak seperti kau yang ada diatas

Pengujian kerja dilakukan dengan menyalurkan daya dari motor bakar biogas untuk menggerakkan pompa air dan selanjutnya dilakukan analisis terhadap struktur dan visual

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profitabilitas yang diukur dengan return on equity (ROE), likuiditas yang diukur dengan current ratio (CR),

APINDO maupun of ฀ cer dan / atau karyawannya tidak bertanggung jawab apapun terhadap setiap kerugian yang timbul baik langsung maupun tidak langsung sebagai akibat dari

Perkembangan titik panas atas hotspot pada hari ini pukul 17.00 WIB berdasarkan pantauan citra satelit Karhutla Monitoring Sistem (KMS) total Riau Cofidance 70% sejumlah 2

Penelitian yang di gunakan untuk mengetahui perbedaan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang aktif dan tidak aktif dalam organisasi Lembaga Kemahasiswaan