• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM PADA PEMBELAJARAN TOPIK BAHASAN KOORDINAT KARTESIUS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM PADA PEMBELAJARAN TOPIK BAHASAN KOORDINAT KARTESIUS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gel"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM PADA PEMBELAJARAN TOPIK BAHASAN KOORDINAT KARTESIUS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh Robertus Hansen

141414057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM PADA PEMBELAJARAN TOPIK BAHASAN KOORDINAT KARTESIUS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh Robertus Hansen

141414057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada

-Nya, sebab Ia yang

memelihara kamu.

(1 Petrus 5:7)

“Kita tidak mungkin jadi malaikat atau Tuhan, tetapi jangan pula jadi

setan.

Jadilah yang manusiawi saja, jadi manusia.”

(Basuki Tjahaja Purnama)

“Adil Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata”

.

(Semboyan Dayak Nasional)

Persembahan:

Dengan penuh syukur, skripsi ini aku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Orangtuaku, adikku, Keluarga besarku, teman-temanku, semua orang yang kukasihi dan mengasihi aku.

Terima kasih atas segala doa, dukungan,

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

Robertus Hansen. 141414057. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah dan Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada Pembelajaran Topik Bahasan Koordinat Kartesius Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Tujuan pada penelitian ini adalah: 1) Mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada topik koordinat kartesius dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah; 2) Mengetahui minat belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada topik koordinat kartesius dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem yang berjumlah 18 siswa. Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen pengumpulan data berupa instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. Instrumen pembelajaran meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa sedangkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, soal tes tertulis, angket minat belajar dan pedoman wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori Polya dan wawancara untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah sedangkan minat belajar dideskripsikan dari hasil angket dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta sudah cukup baik. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah menunjukan bahwa pada langkah memahami masalah, siswa sudah dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal yang diberikan dengan baik namun pada langkah merencanakan penyelesaian masalah, beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang telah disampaikan. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat dilihat dari kesalahan siswa dalam menentukan kedudukan titik terhadap titik asal dan titik tertentu dan menentukan garis tegak lurus terhadap sumbu koordinat. Minat belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta berada dalam kategori berminat dan sangat berminat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika. Sebanyak 38,89% siswa berada dalam kriteria beminat dan sebanyak 61,11% siswa berada dalam kriteria sangat berminat.

(9)

ABSTRACT

Robertus Hansen. 141414057. 2019. Analysis of Problem Solving Abilities and Interest in Learning Class VIII Students of SMP Kanisius Pakem on the Learning Cartesian Coordinate Discussion Topic Using Problem-Based Learning Models.

The purpose of this research were: 1) To find out the problem solving abilities of class VIII SMP Kanisius Pakem on cartesian coordinate topics using a problem-based learning model; 2) Knowing the learning interest of Grade VIII students of Kanisius Pakem Middle School on the Cartesian coordinate topic by using a problem-based learning model. This type of research is qualitative descriptive. The research subjects were eighth grade students of Kanisius Pakem Middle School, amounting to 18 students. The form of data in this study are quantitative and qualitative data. The instrument of data collection is in the form of learning instruments and research instruments. Learning instruments include learning implementation plans and student worksheets while the research instruments are in the form of observation sheets, written test questions, learning interest questionnaires and interview guidelines. The data analysis technique in this research is quantitative and qualitative data analysis techniques. This study uses Polya's theory and interviews to describe problem solving abilities while learning interests are described from the results of questionnaires and interviews.

The results of the study showed that the problem solving ability of the eighth grade students of SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta was quite good. The results of the problem solving ability test show that at the step of understanding the problem, students have been able to write what is known and what is asked of the questions given well but at the step of planning problem solving, some students still have difficulty understanding and applying the concepts be delivered. These difficulties can be seen from the students' mistakes in determining the position of the point towards a particular point of origin and determining the line perpendicular to the coordinate axis. The interest in learning grade VIII students at Kanisius Pakem, Yogyakarta is in the category of interest and is very interested in participating in mathematics learning activities. 38.89% of students are in beminat criteria and as many as 61.11% of students are in very interested criteria.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas limpahan anugerah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami dalam proses

penyusunan skripsi ini. Namun, karena anugerah-Nya, keterlibatan, dan bantuan

dari berbagai pihak sehingga penulis dapat melaluinya dengan baik. Maka pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, sumber motivasi yang luar biasa. Terima kasih atas kasih

dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penulis selalu dapat

menemukan solusi untuk setiap masalah.

2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika.

5. Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,

(11)

penyusunan skripsi. Terimakasih atas segala dukungan, motivasi, saran, dan

kritik selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik.

7. Ibu Bernadetha Tri Sumarwanti, S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Kanisius

Pakem, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan

penelitian.

8. Ibu MG. Sri Yuliwanti, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII SMP

Kanisius Pakem, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan, bantuan,

serta motivasi selama proses penelitian.

9. Kedua orang tuaku dan adikku atas dukungan, motivasi, dan doa yang terus

menyertai penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Segenap dosen Pendidikan Matematika dan seluruh staf sekretariat Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata

Dharma yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada penulis

selama belajar di Universitas Sanata Dharma.

11. Laurensius Diki S.Pd. dan Ria Oktavia S.Pd., selaku orang yang telah

memberikan dukungan dan motivasi yang diberikan selama proses penelitian

hingga akhir penyusunan skripsi.

12. Siswa-siswi kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta yang telah bersedia

menjadi subjek penelitian dan membantu penulis selama melakukan penelitian.

13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika 2014 dan semua pihak

yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skrispsi

(12)
(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….. vi

ABSTRAK ……….. vii

ABSTRACT ……….. ix

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ………... xiii

DAFTAR TABEL ………... xvi

DAFTAR GAMBAR ………... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xix

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ………. 1

(14)

C. Rumusan Masalah ……… 7

D. Tujuan Penelitian ………. 8

E. Batasan Masalah ……….. 8

F. Batasan Istilah ……….. 9

G. Manfaat Penelitian ………... 10

BAB II KAJIAN TEORI……….. 11

A. Pembelajaran Matematika ………..……….. 11

B. Kemampuan Pemecahan Masalah …….……… 14

C. Minat Belajar………. 19

D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ……… 22

E. Koordinat Kartesius ……….. 28

F. Kerangka Berpikir ………... 34

BAB III METODE PENELITIAN……… 36

A. Jenis Penelitian ………. 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 36

C. Subjek dam Objek Penelitian ………... 36

D. Bentuk Data ……….. 37

(15)

F. Instrumen Pengumpulan Data ……….. 39

G. Teknik Analisis Data ……… 49

H. Validitas Instrumen ……….. I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….. 53 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 56

A. Pelaksanaan Penelitian ………. 56

B. Keterlaksanaan Pembelajaran……….…….. 57

C. Hasil Penelitian……….……… 73

D. Pembahasan ………... 87

E. Keterbatasan Penelitian ……… 106

BAB V PENUTUP……….... 108

A. Kesimpulan ……….. 108

B. Saran ……… 109

DAFTAR PUSTAKA ……….. 111

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah……… 25

Tabel 3.1 Lembar Observasi Pembelajaran Berbasis Masalah……… 40

Tabel 3.2 Indikator Tes Hasil Belajar Siswa …….………. 42

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Minat Belajar Siswa ………... 43

Tabel 3.4 Indikator Wawancara Kemampuan Pemecahan Masalah ……….. 46

Tabel 3.5 Indikator Wawancara Minat Belajar Matematika ……….. 47

Tabel 3.6 Kriteria Minat Belajar Siswa ……….. 50

Tabel 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ……… 56

Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Kelas VIII ………... 74

Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mencapai Indikator Pembelajaran pada Soal nomor Satu Sesuai Langkah Pemecahan Masalah ………. 76

Tabel 4.4 Jumlah Siswa yang Mencapai Indikator Pembelajaran pada Soal Nomor Dua Sesuai Langkah Pemecahan Masalah ………. 77

Tabel 4.5

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Hasil Angket Minat Belajar Siswa Kelas VIII ………

Kriteria Kemampuan Siswa………

Banyak Siswa dalam Kategori Pemecahan Masalah………

78

79

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kuadran Kartesius……….. 28

Gambar 2.2 Titik A……… 30

Gambar 2.3 Titik B ………... 30

Gambar 2.4 Titik C ………... 30

Gambar 2.5 Dua Titik Berimpit ……… 30

Gambar 2.6 Dua Titik Berlainan ………... 31

Gambar 2.7 Garis AB ………... 31

Gambar 2.8 Garis l……… 31

Gambar 2.9 Sinar Garis AB……….. 32

Gambar 2.10 Sinar Garis PQ ………... 32

Gambar 2.11 Ruas Garis AB………... 32

Gambar 2.12 Ruas Garis PQ ………... 32

Gambar 2.13 Garis AB Sejajar Garis CD ……… 33

Gambar 2.14 Garis m Sejajar Garis n……….. 33

Gambar 2.15 Garis m Berpotongan dengan Garis n……… 33

Gambar 2.16 Garis AB Berpotongan Tegak Lurus dengan Garis CD……. 33

(18)

Gambar 2.18 Garis k Berimpit dengan Garis l ………. 34

Gambar 4.1 Hasil Pekerjaan S15 Nomor Satu ………... 88

Gambar 4.2 Hasil Pekerjaan S13 Nomor Satu ………... 90

Gambar 4.3 Hasil Pekerjaan S6 Nomor Satu ………. 91

Gambar 4.4 Hasil Pekerjaan S18 Nomor Satu ………... 92

Gambar 4.5 Hasil Pekerjaan S17 Nomor Dua ……… 94

Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan S1 Nomor Dua ……….. 95

Gambar 4.7 Hasil Pekerjaan S9 Nomor Dua ……….. 96

Gambar 4.8 Hasil Pekerjaan S4 Nomor Dua ……….. 97

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN……..………... 115

Lampiran A ………. 116

Lampiran A.1 Surat Ijin Penelitian………... 116

Lampiran A.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………... 117

Lampiran B ………. 118

Lampiran B.1 Hasil Validitas RPP ………... 118

Lampiran B.2 Hasil Validitas Soal………... 122

Lampiran B.3 Hasil Validitas Wawancara KPM……… 125

Lampiran C………... Lampiran C.1 Perangkat Pembelajaran……….. Lampiran D ………..………... 128 128 167 Lampiran D.1 Hasil Validitas Angket Minat Belajar…….………. 167

Lampiran D.2 Hasil Validitas Wawancara Minat Belajar……….. 170

Lampiran E ………. 173

Lampiran E.1 Hasil Pekerjaan S15 ………. 173

(20)

Lampiran E.3 Hasil Pekerjaan S6 ………... 179

Lampiran E.4 Hasil Pekerjaan S18………. 182

Lampiran E.5 Hasil Pekerjaan S17……….. 185

Lampiran E.6 Hasil Pekerjaan S1……….... 188

Lampiran E.7 Hasil Pekerjaan S9 ………... 191

Lampiran E.8 Hasil Pekerjaan S14……….. 194

Lampiran F ………... 197

Lampiran F.1 Transkrip Wawancara KPM………. 197

Lampiran F.2 Transkrip Wawancara Angket Minat Belajar ………….. Lampiran G ………... 201 205 Lampiran G.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP……….. 205

Lampiran H ………... 213

Lampiran H.1 Hasil Angket Minat Belajar S15……….. 213

Lampiran H.2 Hasil Angket Minat Belajar S13……….. 217

Lampiran H.3 Hasil Angket Minat Belajar S6 ……… 221

Lampiran H.4 Hasil Angket Minat Belajar S18……….. 224

(21)

Lampiran H.6 Hasil Angket Minat Belajar S1 ……….. 233

Lampiran H.7 Hasil Angket Minat Belajar S9………... 237

Lampiran H.8 Hasil Angket Minat Belajar S14……….

Lampiran I Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah…

Lampiran J Hasil Angket Minat Belajar Seluruh Siswa………..

241

245

(22)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kualitas suatu

bangsa adalah kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya

manusia tentu tidak dapat terlepas dari kualitas pendidikan yang baik pula

dalam bangsa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan

salah satu jembatan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam

membentuk dan mengembangkan pola pikir yang lebih kreatif dan inovatif.

Selain itu, dunia pendidikan berperan sangat penting dalam menciptakan

generasi bangsa yang bermartabat, profesional, cerdas dan humanis. Oleh

karena itu, pendidikan harus menjadi perhatian yang serius dalam

meningkatkan kualitas dan integritas bangsa dan negara.

Berdasarkan pengalaman peneliti saat melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) tahun ajaran 2017/2018 di kelas VII dan

wawancara dengan guru matematika di SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta,

sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memecahkan

permasalahan-permasalahan matematika yang diberikan. Dari hasil

pekerjaan siswa, terdapat siswa yang tidak dapat menjawab sama sekali soal

yang diberikan, terdapat siswa yang tidak selesai atau tuntas menjawab soal

yang diberikan dan terdapat pula siswa yang kurang teliti dalam

(23)

siswa adalah menganalisis permasalahan dan tidak dapat menerapkan

konsep-konsep atau pengetahuan yang telah mereka miliki untuk

menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan. Dalam kegiatan

pembelajaran sehari-hari, tidak dapat dipungkiri masih banyak siswa tidak

menyukai pelajaran matematika dan beranggapan bahwa matematika itu

sangat membosankan. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang acuh tak acuh

dalam pembelajaran matematika dan cenderung menghiraukan proses

pembelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas.

Proses pembelajaran yang terjadi di lapangan menunjukan bahwa

guru sudah dapat menyajikan suatu permasalahan nyata dalam kehidupan

sehari-hari yang dijadikan acuan atau sumber belajar bagi siswa, namun

tidak semua masalah yang disajikan oleh guru membuat siswa tertarik

dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan permasalahan yang

disajikan tersebut justru menimbulkan masalah baru bagi siswa sehingga

membuat siswa sulit membayangkan permasalahan yang dihadapinya.

Eggen dan Don (2012) mengatakan bahwa saat memilih masalah, kita

sebaiknya harus berusaha menentukan apakah siswa memiliki pengetahuan

awal untuk secara efektif merancang suatu strategi demi memecahkan

masalah tersebut.

Banyak pelajaran matematika saat ini yang kurang memperhatikan

pentingnya proses kemampuan pemecahan masalah bahkan sebagian siswa

cenderung ingin memperoleh jawabannya saja tanpa memperhatikan proses

(24)

Pada dasarnya, aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya

mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga

bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk

menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang

ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari (Wena, 2009).

Pembelajaran matematika tidak hanya menekankan pada hasil atau jawaban

akhir, melainkan pada proses mendapatkan hal tersebut. Proses adalah

sesuatu yang sangat amat penting dalam pelajaran matematika atau dengan

kata lain, hasil atau jawaban dalam pembelajaran matematika harus

berdasarkan proses yang ada.

Menurut Wena (2014), pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran

adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan

dalam memecahkan masalah yang kelak dihadapi di masyarakat. Dalam

pembelajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat

bagaimana menghubungkan konsep dan pengetahuan-pengetahuan supaya

saling berkaitan untuk mencari solusi atas permasalahan yang sedang

dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam

matematika karena tanpa disadari, banyak sekali permasalahan sehari-hari

yang menggunakan konsep matematika dalam menyelesaikannya.

Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural

urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula

(novice) memecahkan suatu masalah (Wena, 2014). Dalam melakukan

(25)

Pemecahan masalah juga harus dilakukan dengan sistematis yang berarti

bahwa dalam melakukan pemecahan masalah, kita harus berpegang pada

petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu

atau mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah.

Selain kemampuan pemecahan masalah, hal yang juga sangat

penting dalam meningkatkan proses pembelajaran matematika adalah minat

belajar terhadap matematika itu sendiri. Minat belajar adalah suatu

keinginan atas kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang

disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah

laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan (Karwati dan

Priansa, 2014). Minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam

pembelajaran karena jika siswa sudah memiliki minat belajar yang tinggi

dalam proses pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

menjadi lebih mudah.

Menurut Khodijah (2014), adanya minat terhadap objek yang

dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai

hasil belajar yang maksimal karena minat merupakan komponen psikis yang

berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan,

sehingga ia bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diminati.

Minat belajar yang masih sangat rendah terhadap proses pembelajaran

matematika akan berdampak pada keterampilan siswa dalam memahami

dan memecahkan suatu permasalahan. Pada saat pengalaman mengajar

(26)

merupakan mata pelajaran eksak yang sulit dimengerti sehingga perhatian

mereka sangat minim, bahkan ada beberapa siswa yang menganggap bahwa

dalam matematika itu kita hanya perlu belajar menghitung saja. Aktivitas

mereka dalam mengikuti pembelajaran juga tergolong rendah, misalnya ada

beberapa siswa yang asik dengan kegiatannya masing-masing tanpa

menghiraukan penjelasan dari guru dan sangat sulit mengerjakan latihan

serta mengumpulkan tugas yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa

minat belajar mereka masih rendah terhadap pelajaran matematika. Menurut

Dalyono (2010), minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi

belajar yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan

menghasilkan prestasi yang rendah. Kurangnya minat belajar ini tidak boleh

dibiarkan terus menerus karena jika tidak cari solusinya maka akan

berdampak pada penolakan terhadap mata pelajaran matematika itu sendiri.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan minat belajar siswa terhadap

matematika adalah dengan menerapkan model pembelajaran tertentu yang

dapat menarik perhatian dan dirasakan penting bagi kehidupan mereka.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih dalam upaya

meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan minat belajar siswa

adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini

sangat cocok dengan kondisi kelas yang aktif karena dengan pembelajaran

ini, siswa diharapkan dapat menemukan sendiri masalah yang relevan dan

(27)

Menurut Moffit (Rusman, 2014), pembelajaran berbasis masalah

merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia

nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensi dari materi pelajaran. Penerapan model pembelajaran

berbasis masalah sangat tepat dalam melatih pola pikir dan analisis

kemampuan pemecahan masalah dalam konteks kehidupan sehari-hari

sehingga menimbulkan perhatian siswa dalam menyelesaikan permasalahan

tersebut.

Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model

pembelajaran yang cukup sering saat ini digunakan oleh guru dalam

kegiatan pembelajaran karena dengan model pembelajaran ini, siswa

dihadapkan dengan masalah nyata yang mengharuskan mereka berpikir

dalam menyelesaikannya. Model pembelajaran berbasis masalah sangat

penting dalam meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini dikarenakan

model pembelajaran berbasis masalah dapat menarik perhatian siswa dalam

pembelajaran dengan memberikan permasalahan nyata dalam kehidupan

sehari-hari yang dapat dicari solusinya dengan matematika.

Berdasarkan pemaparan diatas, sebagian besar siswa masih

mengalami kesulitan dalam memanfaatkan konsep atau pengetahuan yang

telah diperoleh untuk menyelesaikan permasalahan matematika dalam

kehidupan sehari-hari dan selama kegiatan pembelajaran, mereka juga

(28)

peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kanisius

Pakem pada Pembelajaran Topik Bahasan Sistem Koordinat dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi

beberapa permasalahan, yaitu:

1. Kemampuan analisis dan penalaran siswa dalam pemecahan masalah

masih rendah.

2. Minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang masih

rendah.

3. Perlu adanya model pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan minat belajar siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, peneliti merumuskan

beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP

Kanisius Pakem pada pembelajaran topik bahasan koordinat kartesius

(29)

2. Bagaimana minat belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada

pembelajaran topik bahasan koordinat kartesius dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah?

D. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk:

1. Mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII

SMP Kanisius Pakem pada pembelajaran topik bahasan koordinat

kartesius dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

2. Mendeskripsikan minat belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem

pada pembelajaran topik bahasan koordinat kartesius dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.

E. Batasan Masalah

Pada penelitian ini, masalah akan dibatasi meliputi subjek penelitian

adalah siswa kelas VIII Kasih SMP Kanisius Pakem tahun ajaran

2018/2019. Topik bahasan dalam penelitian ini adalah koordinat kartesius

dengan kompetensi dasarnya yaitu menjelaskan kedudukan titik dan garis

dalam bidang koordinat kartesius yang dihubungkan dengan masalah

(30)

F. Batasan Istilah

Pada Penelitian ini memiliki beberapa batasan istilah untuk

menghindari penafsiran yang berbeda dan mewujudkan kesatuan

pandangan dan pemikiran. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

beberapa istilah sebagai berikut:

1. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan untuk

menemukan jalan keluar atau mencari solusi dari segala bentuk

permasalahan yang sedang dihadapi menggunakan pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya secara sistematis dan logis.

2. Minat Belajar

Minat belajar adalah suatu keinginan atau kehendak dalam diri

seseorang untuk melakukan sesuatu yang dilandasi rasa suka dan rasa

ketertarikan tanpa ada yang menyuruh.

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

siswa untuk belajar berpikir kritis sehingga dapat mengasah

keterampilan pemecahan masalah dan memperoleh pengetahuan secara

(31)

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Siswa dapat mengetahui tingkat kemampuannya dalam

memecahkan masalah dan dapat menentukan strategi dalam

penyelesaikan masalah.

b. Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi Guru

a. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah

pada masing-masing siswanya.

b. Guru dapat mengetahui minat belajar siswa terhadap mata pelajaran

matematika.

3. Bagi Peneliti

a. Menambah pengetahuan peneliti dalam mengetahui kemampuan

pemecahan masalah matematika.

b. Menambah pengetahuan peneliti dalam mengetahui minat belajar

siswa terhadap pembelajaran matematika.

c. Sebagai bekal pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru

matematika dalam membimbing dan memfasilitasi siswa terkait

(32)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk menciptakan suatu

kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa

memperoleh pengalaman belajar yang memadai (Rusmono, 2012).

Pembelajaran bukan sekedar trasnsfer ilmu dari guru kepada siswa,

melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan

siswa serta antara siswa dengan siswa (Jihad dan Haris, 2013).

Pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila adanya interaksi yang

tumbuh dalam kegiatan belajar. Dalam pembelajaran, sumber-sumber

belajar yang akan digunakan harus disesuaikan dengan kondisi siswa di

lapangan sehingga memungkinkan siswa untuk saling berdinamika dan

bertukar pengetahuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Amir dan Risnawati (2016) mengatakan bahwa pembelajaran

matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru

untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan

mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan

yang baik terhadap materi matematika. Belajar matematika bukan hanya

tentang menggunakan rumus dan menghafal. Menurut Sudjana (Rahman

(33)

memahami sesuatu. Selama proses belajar, kita dituntut untuk terus menerus

mengembangkan kemampuan analisis dan penalaran atau logika dalam

melihat, mengamati dan memahami suatu permasalahan.

Dalam pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa secara

bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran

berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Proses belajar mengajar yang

dapat memungkinkan cara belajar siswa aktif harus direncanakan dan

dilaksanakan secara tepat. Ada berberapa prinsip belajar yang dapat

menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni stimulus belajar,

perhatian dan motivasi, respon yang dipelajari, penguatan dan umpan balik

(Ahmadi dan Widodo, 2013).

Rohmah (2015) mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar

dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi

oleh faktor dari dalam dan dari luar individu. Berikut faktor-faktor dari

dalam dan luar yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, antara

lain:

1. Faktor dari Dalam

a. Fisiologi

1) Kondisi fisik

(34)

b. Psikologi

1) Bakat

2) Minat

3) Kecerdasan

4) Motivasi

5) Kemampuan Kognitif

2. Faktor dari Luar

a. Lingkungan

1) Alam

2) Sosial

b. Instrumental

1) Kurikulum/ Bahan Pelajaran

2) Guru/Pengajar

3) Sarana dan Fasilitas

4) Administrasi/Manajemen

Amir dan Risnawati (2016) mengatakan bahwa kualitas

pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Pertama, dari segi

proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya

atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental

maupun sosial dalam proses pembelajaran. Kedua, dari segi hasil,

pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubah tingkah laku kearah

(35)

yang tidak tahu menjadi tahu tentang konsep matematika dan dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika berperan penting dalam mengatasi permasalahan

sehari-hari. Banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan matematika.

Priansa (2017) mengatakan bahwa masalah adalah suatu kondisi yang

memuat peserta didik untuk menyelesaikan suatu hal, tetapi ia tidak mampu

menyelesaikannya sementara Suherman, dkk. (2003) mengatakan bahwa

suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang

untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang

harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Lidinilah (2009) mengatakan

bahwa masalah dalam pembelajaran matematika dapat disajikan dalam

bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena

atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Oleh karena itu, sangat

diperlukan adanya keterampilan kemampuan pemecahan masalah.

Handoyo (Lidinillah, 2009) menyebutkan jenis-jenis masalah

matematika adalah sebagai berikut:

1. Masalah translasi, merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang

untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke bentuk

matematika.

2. Masalah aplikasi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai

(36)

3. Masalah proses, biasanya untuk menyusun langkah-langkah

merumuskan pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan

masalah. Masalah seperti ini dapat melatih keterampilan siswa

dalam menyelesaikan masalah sehingga menjadi terbiasa

menggunakan strategi tertentu.

4. Masalah teka-teki, seringkali digunakan untuk rekreasi dan

kesenangan sebagai alat yang bermanfaat untuk tujuan afektif dalam

pembelajaran matematika.

Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa masalah matematika adalah suatu pertanyaan yang

dapat berupa soal cerita, gambaran kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki

yang dirasa penting untuk dicari solusinya tetapi cara atau pemikiran untuk

menyelesaikannya itu tidak langsung muncul.

Menurut Dalyono (2010) belajar pemecahan masalah pada dasarnya

adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara

sistematis, logis, teratur dan teliti yang tujuannya ialah untuk memperoleh

kemampuan atau kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara

rasional, lugas dan tuntas. Pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas

intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan

menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki sebagai usaha

mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak

(37)

Menurut Polya (Upu, 2013), pemecahan masalah merupakan suatu

usaha mencari jalan keluar terhadap suatu tujuan yang tidak begitu mudah

segera dapat dicapai. Djamarah (Susanto, 2013) mengatakan bahwa

pemecahan masalah merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam

pemecahan masalah dapat digunakan metode-metode lainnya yang dimulai

dengan pencarian data sampai kepada penarikan kesimpulan. Pemecahan

masalah merupakan tujuan dan fokus dalam pembelajaran matematika yang

harus terus menerus dibiasakan dan dilatih dalam kegiatan pembelajaran

matematika. Krulik dan Rudnik (Lidinilah, 2009) mengatakan bahwa

pemecahan masalah sebagai suatu usaha individu menggunakan

pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi

dari suatu masalah. Pemecahan masalah merupakan penerapan dari

pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan

tepat.

Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah suatu

kemampuan untuk menemukan jalan keluar atau mencari solusi dari segala

bentuk permasalahan yang sedang dihadapi menggunakan pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya secara sistematis dan logis. Kemampuan

pemecahan masalah matematika merupakan tujuan utama dari

pembelajaran matematika dalam setiap jenjang pendidikan. Kemampuan

pemecahan masalah matematika harus tetap dan selalu dilatih disetiap

(38)

aktivitas kita sehari-hari. Sudarman (Amir dan Risnawati, 2016)

mengatakan bahwa semua masalah kehidupan yang membutuhkan

pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada

matematika.

Menurut Polya (Amir dan Risnawati, 2016), pemecahan masalah

memuat empat langkah, yakni:

1. Memahami Masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan,

siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut

dengan benar. Tahap ini meliputi beberapa komponen, yaitu:

a. Identifikasi apa yang diketahui dari masalah tersebut.

b. Identifikasi apa yang hendak dicari.

c. Mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dengan

permasalahan.

2. Merencanakan Penyelesaian Masalah

Kemampuan ini sangat tergantung pada pengalaman siswa

dalam menyelesaikan masalah. Semakin bervariasi pengalaman

siswa, ada kemungkinan siswa akan kreatif dalam menyusun

rencana penyelesaian masalah. Dalam merencanakan

pemecahan masalah, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan

(39)

a. Membuat tabel, grafik atau diagram.

b. Menyederhanakan permasalahan dengan membagi menjadi

bagian-bagian.

c. Menggunakan rumus.

d. Menyelesaikan masalah yang ekuivalen.

e. Menggunakan informasi yang diketahui untuk

mengembangkan informasi baru.

3. Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana

Pada tahap ini, rencana penyelesaian yang telah dibuat, baik

secara tertulis maupun tidak, selanjutkan dilakukan penyelesaian

masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling cepat dan

tepat.

4. Melakukan Pengecekan Kembali Terhadap Semua Langkah

yang telah dikerjakan.

Pada langkah terakhir ini, kesalahan-kesalahan yang tidak perlu

dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada

jawaban yang benar dan sesuai dengan masalah yang diberikan.

Terdapat empat komponen untuk mereview suatu penyelesaian,

yakni:

a. Cek kembali hasilnya.

b. Menginterpertasikan jawaban yang telah diperoleh.

(40)

d. Mengecek Apakah ada kemungkinan penyelesaian lain

dalam permasalahan yang kita selesaikan.

C. Minat Belajar

Menurut Kamisa (Khairani, 2014) minat diartikan sebagai

kehendak, keinginan atau kesukaan. Minat sangat besar pengaruhnya

terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran

tertentu, misalnya pelajaran matematika akan mempelajari matematika

dengan sungguh-sungguh dan merasa senang saat mengikuti kegiatan

pembelajaran tersebut. Djaali (2012) mengatakan bahwa minat adalah rasa

suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang

menyuruh. Bila minat terhadap sesuatu sudah dimiliki seseorang, maka ia

akan menjadi potensi bagi orang yang bersangkutan untuk dapat meraih

sukses dibidang itu, sebab minat akan melahirkan energi yang luar biasa

untuk berjuang mendapatkan apa yang dia minati (Khairani, 2014). Proses

belajar akan berjalan lancar apabila disertai dengan minat karena menurut

Hardjana (Khairani, 2014) mengatakan bahwa minat belajar adalah

kecendrungan hati untuk belajar mendapatkan informasi, pengetahuan,

kecakapan melalui usaha pengajaran atau pengalaman.

Minat merupakan suatu perasaan dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu. Menurut Slameto (2003), siswa yang berminat dalam

belajar adalah memiliki kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang telah dipelajari secara terus-menerus, ada rasa

(41)

kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati, lebih menyukai hal

yang lebih menjadi minatnya dari pada hal yang lainnya dan

memanifestasikan melalui pertisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Minat merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

pembelajaran. Belajar yang dilandasi minat yang tinggi akan memberikan

dorongan untuk terus giat dan tekun belajar. Menurut Djamarah (2002)

indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai,

adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh,

berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian. Menurut

Slameto (2010) beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang,

ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi

yang dikemukakan mengenai indikator minat belajar tersebut diatas, dalam

penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu:

1. Perasaan Senang

Perasaaan senang merupakan perasaan yang muncul dalam

diri seseorang karena melakukan sesuatu yang dikehendakinya

tanpa ada paksaan dari pihak lain. Perasaan senang sangat

mempengaruhi minat belajar siswa. Semakin siswa tersebut

memiliki minat belajar yang tinggi maka perasaan yang ia

rasakan semakin senang dalam mengikuti pelajaran. Dalam

proses pembelajaran, perasaan senang dapat terlihat dimana

siswa tersebut tidak ada perasaan bosan dan jenuh dalam

(42)

2. Keterlibatan Siswa

Keterlibatan siswa sangat erat kaitannya dengan minat

belajar. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi maka ia

cenderung terlibat aktif dalam setiap aktivitas pelajaran tersebut.

Keterlibatan siswa dapat dilihat dalam proses pembelajaran,

dimana siswa aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan dari

guru atau menyampaikan kritik dan saran dan aktif dalam diskusi

serta peduli dengan kesulitan yang dialami oleh

teman-temannya.

3. Ketertarikan Siswa

Ketertarikan merupakan suatu perasaan yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Minat memiliki kaitan yang

sangat erat dengan ketertarikan. Pada dasarnya, siswa yang

memiliki ketertarikan terhadap suatu pelajaran maka minat

belajar terhadap suatu pelajaran tersebut semakin tinggi. Siswa

yang memiliki ketertarikan dalam pelajaran tertentu maka ia

cenderung tidak menunda-nunda waktu pada saat diminta

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

4. Perhatian Siswa

Minat sangat erat kaitannya dengan perhatian. Siswa yang

memiliki minat belajar yang tinggi dalam suatu pelajaran maka

(43)

sungguh-sungguh. Siswa yang memiliki minat terhadap

pelajaran tertentu maka ia akan berkonsentrasi, memperhatikan

dan mendengarkan penjelasan dari guru dan teman-temannya

dalam proses pembelajaran tersebut.

D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran

yang berdasar pada masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait dengan

KD yang sedang dipelajari siswa (Kosasih, 2014). Tujuan dari

pembelajaran berbasis masalah bukan hanya pada penguasaan pengetahuan

siswa saja, tetapi diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran ini,

siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan

masalah serta sekaligus mengembangkan diri mereka sendiri untuk secara

aktif membangun pengetahuan sendiri.

Menurut Tan (Rusman, 2014), Pembelajaran Berbasis Masalah

(PMB) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PMB

kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasi melalui proses kerja

kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdaya,

mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan. Menurut Ward dan Stepien (Ngalimun, 2014),

pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap

(44)

berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan

untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah, guru

memfasilitasi dan mendampingi siswa baik secara individu maupun

kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Ambarjaya (2012), model pembelajaran berbasis masalah

dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan

pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Model

pembelajaran berbasis masalah akan berlangsung dengan baik apabila para

siswa sudah memiliki kemampuan berpikir kritis terhadap suatu fenomena

atau permasalahan. Jika siswa memiliki kemampuan berkritis yang kurang

baik, maka guru harus mendorong atau memberi stimulus yang menantang

siswa untuk berpikir dan memberi kebebasan untuk berpendapat serta

berinisiatif dalam bertindak.

Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa Model pembelajaran berbasis masalah adalah model

pembelajaran yang menggunakan konteks atau masalah kehidupan

sehari-hari (tantangan dunia nyata) untuk belajar berpikir kritis dan mengasah

keterampilan pemecahan masalah supaya memperoleh pengetahuan secara

(45)

Menurut Rusman (2014), karakteristik pembelajaran berbasis

masalah adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di

dunia nyata yang tidak terstruktur.

3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple

perspective).

4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,

sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan idetifikasi

kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.

5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.

6. Pemanfaaat sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya

dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial

dalam pembelajaran berbasis masalah.

7. Belajar adalah kaloboratif, komunikasi dan kooperatif.

8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah

sama pentingnya dengan penguasaaan isi pengetahuan untuk

mencari solusi dari sebuah permasalahan.

9. Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah

meliputi sintesis dan integrase dari sebuah proses belajar.

10.Pembelajaran melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa

(46)

Berdasarkan karakteristik diatas, diperlukan tahap-tahap

pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik dalam mengikuti

pembelajaran. Menurut Rusmono (2012), tahap-tahap dalam pembelajaran

berbasis masalah disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Pembelajaran Perilaku Guru

Tahap 1: Mengorganisasikan siswa

kepada masalah

Guru menginformasikan

tujuan-tujuan pembelajaran,

mendeskripsikam

kebutuhan-kebutuhan logistic penting dan

memotivasi siswa agar terlibat

dalam kegiatan pemecahan masalah

yang mereka pilih sendiri.

Tahap 2: Mengorganisasikan siswa

untuk belajar

Guru membantu siswa menentukan

dan mengatur tugas-tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

itu.

Tahap 3: Membantu penyelidikan

mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk

mengumpulkan informasi yang

sesuai, melaksanakan eksperimen,

mencari penjelasan dan solusi.

Tahap 4: Mengembangkan dan

mempresentasikan hasil karya serta

pameran

Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan

(47)

laporan, rekaman video dan model

serta membantu mereka berbagi

karya mereka.

Tahap 5: Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan

masalah

Guru membantu siswa melakukan

refleksi atas penyelidikan dan

proses-proses yang mereka gunakan.

Menurut Sanjaya (2011), pembelajaran berbasis masalah memiliki

keunggulan dan kelemahan, yaitu:

1. Keunggulan

a. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

b. Membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk memahami

masalah dalam kehidupan nyata.

c. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan

bertanggung jawab dalam pemebelajaran yang dilakukan.

d. Memperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya

merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh

siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari

buku-buku saja.

e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan siswa menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.

(48)

g. Mengembangkan minat belajar siswa secara terus-menerus

belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

2. Kelemahan

a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk

dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya.

b. Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan

cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan

masalah yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar

tentang apa yang ingin dipelajari.

Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya

pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian

dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat

menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat

membantu siswa menjadi terampil dalam memecahkan masalah, baik

yang berkaitan dengan masalah akademik ataupun kehidupan mereka

(49)

E. Sistem Koordinat Kartesius

Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk

mendeskripsikan posisi atau letak suatu titik pada bidang (Vossler, 2000).

Beberapa sistem koordinat yang sering kita kenal adalah sistem koordinat

kartesius, sistem koordinat polar, sistem koordinat tabung dan sistem

koordinat bola. Sistem koordinat dalam dua dimensi terdiri dari sistem

koordinat kartesius dan sistem kordinat polar.

Menurut Swokowski (2009), koordinat kartesius dibentuk oleh dua

garis yang saling berpotongan tegak lurus, dimana titik perpotongan kedua

garis tersebut disebut titik asal.Dua garis yang saling berpotongan tersebut

dikenal dengan sumbu-X dan sumbu-Y serta membagi bidang koordinat

kartesius menjadi 4 Kuadran seperti gambar dibawah ini:

absis

ordinat

(50)

Berdasarkan gambar 2.1 diatas, dapat kita lihat nilai masing-masing

kuadran dalam bidang koordinat kartesius. Berikut masing-masing nilai

dalam kuadran koordinat kartesius.

Kuadran I : sumbu-x positif dan sumbu -y positif.

Kuadran II : sumbu -x negatif dan sumbu-y positif.

Kuadran III : sumbu -x negatif dan sumbu-y negatif.

Kuadran IV : sumbu -x positif dan sumbu-y negatif.

Pada koordinat kartesius, posisi titik ditulis dalam himpunan

pasangan berurut (x,y). Bilangan x menyatakan jarak titik itu dari

sumbu-Y dan bilangan y menyatakan jarak titik itu dari sumbu-X. Pada bidang

koordinat diatas, titik P memiliki koordinat (-2,1) dengan -2 disebut absis

sedangkan 1 disebut ordinat serta begitu pula pada titik Q yang memiliki

koordinat (2,3) dengan 2 disebut absis dan 3 disebut ordinat.

Roebijanto (2014) dalam bukunya yang berjudul “Geometri,

Pengukuran dan Statistik” mengatakan bahwa dalam struktur geometri

modern khususnya dan matematika pada umumnya, terdapat

istilah-istilah yang disepakati dan menjadi pedoman bagi semua orang dalam

mempelajari geometri, matematika atau cabang matematika yang lain.

istilah-istilah tersebut adalah meliputi: unsur-unsur yang tidak

didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau postulat dan

teorema atau dalil atau rumus. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan atau

pengertian pangkal adalah konsep primitif yang mudah dipahami dan

(51)

B

Titik adalah konsep abstrak yang tidak berwujud atau tidak

berbentuk, tidak mempunyai ukuran, tidak mempunyai berat, atau tidak

mempunyai panjang, lebar, atau tinggi. Titik adalah ide atau gagasan abstrak yang hanya memiliki kedudukan untuk menunjukan suatu lokasi.

Bannett Jr, A. B dan Nelson L.T (Roebijanto, 2014) menyatakan: “One

fundamental notion in geometry is that of a point. All geometric figures

are sets of point”. Hal ini mengisyaratkan bahwa “titik” adalah sebuah

hal yang paling mendasar untuk mempelajari geometri. Titik dapat

digambarkan dengan sebuah noktah. Titik diberi nama dengan

menggunakan huruf kapital yang diletakan didekat titik tersebut seperti

contoh berikut ini.

Berikut beberapa kedudukan 2 titik dalam bidang.

1. Dua titik berimpit

Dua titik berimpit adalah dua titik yang menempati posisi yang

sama.

C A

Gambar 2.2 Titik A Gambar 2.3 Titik B Gambar 2.4 Titik C

A B

(52)

2. Dua titik berlainan

Dua titik berlainan adalah dua titik yang tidak menempati posisi

yang sama.

Garis adalah konsep yang tidak dapat dijelaskan dengan

menggunakan kata-kata yang sederhana atau kalimat yang mudah

dimengerti. Oleh karena itu, garis juga dikelompokkan kedalam unsur

yang tidak didefinisikan. Garis adalah ide atau gagasan abstrak yang

bentuknya lurus, memanjang ke dua arah, tidak terbatas atau tidak

bertitik akhir, dan tidak tebal. Garis dapat dimodelkan dengan hasil

goresan alat tulis pada bidang tulis, kertas, atau papan tulis dengan

bentuk yang lurus. Dalam memberi sebuah garis dapat dilakukan dengan

menggunakan sebuah huruf kecil pada salah satu ujung garis.

Sinar garis dan ruas garis adalah konsep yang dikembangkan dari

titik dan garis. Sinar garis adalah bagian dari garis yang memanjang ke

satu arah dengan panjang tidak terhingga. Dalam membuat sebuah sinar

garis dapat dilakukan dengan membuat gambar sebuah titik sebagai titik

pangkal dan dipanjangkan ke satu arah. Dalam memberi nama sebuah

A B

(53)

sinar garis biasanya menggunakan dua hurup kapital. Huruf pertama

diletakkan pada pangkal sinar garis, dan huruf ke dua diletakkan pada

salah satu titik di bagian yang memanjang dari sinar tersebut.

Ruas garis adalah himpunan titik-titik dengan kedudukan

memanjang dan posisi lurus serta dibatasi oleh dua buah titik. Dalam

memberi nama sebuah ruas garis dapat menggunakan dua huruf besar

yang diletakkan di ujung-ujung ruas garis tersebut. Berikut beberapa

contoh ruas garis.

Berikut beberapa kedudukan 2 Garis dalam Bidang

1. Dua garis sejajar

Dua buah garis dikatakan sejajar apabila garis-garis

tersebut tidak akan pernah berpotongan walaupun dipanjangkan

sampai tidak terhingga. Garis yang sejajar selalu mempunyai

(54)

jarak yang sama antara titik pada garis yang satu dengan garis

lainnya. Berikut beberapa contoh garis-garis yang sejajar.

2. Dua garis berpotongan

Dua buah garis dikatakan saling berpotongan apabila

garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan mempunyai

tepat satu titik potong atau titik persekutuan. Dua garis saling

berpotongan memiliki keadaan yang khusus yaitu perpotongan

kedua garis tersebut membentuk sudut 90º (saling tegak lurus).

(55)

3. Dua garis berimpit

Dua buah garis dikatakan saling berimpit apabila garis

tersebut terletak pada satu garis lurus pada suatu bidang. Pada

dua garis yang berimpit minimal terdapat dua titik persekutuan.

F. Kerangka Berpikir

Sekolah merupakan lembaga formal yang dibentuk untuk

memperoleh pengetahuan dan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Namun, sering kali kita temui,

banyak aktivitas kegiatan pembelajaran sekolah, khususnya pelajaran

matematika dilakukan secara monoton, sehingga proses belajar menjadi

membosankan, tidak menarik, menyebabkan siswa mengantuk bahkan

membuat siswa tidak berminat untuk mengikuti rangkaian pembelajaran.

Banyak pembelajaran saat ini kurang menekankan pada konsep

pemecahan masalah. Dalam aktivitas pembelajarannya, sering kali kita

temukan di lapangan bahwa persoalan-persoalan yang diberikan kurang

membuat siswa bernalar dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran

matematika adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada proses Gambar 2.17 Garis

Berimpit dengan Garis l l

(56)

berpikir yang kritis dan kreatif untuk menyelesaikan permasalahan.

Pembelajaran matematika seharusnya mendorong kemampuan pemecahan

masalah yang dilandasi dengan penalaran yang logis untuk menarik

kesimpulan atau solusi dari suatu permasalahan.

Dalam mendorong proses berpikir matematis, diperlukan model

pembelajaran yang tepat dan inovatif. Pembelajaran harus menekankan

pada kemampuan pemecahan masalah sehingga menjadi tantangan

tersendiri bagi siswa. Pembelajaran matematika yang menyajikan suatu

masalah tertentu, yang biasanya permasalahan tersebut tanpa disadari

pernah dialami siswa tentu akan perhatian dan minat belajar siswa. Minat

belajar siswa yang tinggi tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan

pemecahan masalah dan prestasi belajar siswa.

Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan mendorong minat

belajar siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model

pembelajaran ini menyajikan permasalahan nyata sehari-hari yang dapat

menarik perhatian dan membuat siswa aktif dalam belajar. Pembelajaran ini

juga berfungsi untuk melihat sejauh mana kemampuan pemecahan masalah

yang ditunjukan oleh siswa melalui pola pikir mereka terhadap suatu

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk

menggambarkan suatu fenomena yang ada tanpa mengadakan manipulasi

data, melainkan memaparkan kondisi yang sebenarnya apa adanya (Sukardi,

2003). Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian

yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang

secara individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2008).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini, lokasi atau tempat dilakukan penelitian yaitu di

SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Maret 2018 - Januari 2018 dan waktu pengambilan datanya pada

bulan September 2018.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem,

Yogyakarta pada tahun ajaran 2018/2019 dan objek penelitian ini adalah

kemampuan pemecahan masalah dan minat belajar siswa pada pembelajaran

(58)

D. Bentuk Data

Bentuk data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data

kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa data skor hasil belajar

siswa dan data skor hasil angket minat belajar siswa sedangkan pada data

kualitatif berupa data keterlaksanaan pembelajaran dan data minat belajar

siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Observasi adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan data

primer terkait proses pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu dengan

cara melakukan pengamatan langsung dan sistematis dengan alat indra.

Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk

memperoleh data keterlaksanaan rencana pembelajaran. Observasi

dilakukan dilakukan oleh seorang observer dengan memberikan tanda

checklist pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang

menyatakan keterlaksanaan atau tidaknya kegiatan yang dilakukan

selama pembelajaran.

2. Teknik Tes

Lestari (2015) mengatakan bahwa pengumpulan data melalui teknik

tes dilakukan dengan memberikan instrumen tes yang terdiri dari

(59)

kemampuan siswa terutama pada aspek kognitif. Peneliti membuat

permasalahan atau soal terkait materi sistem koordinat dari kehidupan

sehari-hari, kemudian meminta subjek penelitian untuk

menyelesaikannya. Soal tes tertulis tersebut dibuat dalam bentuk uraian

sehingga subjek membutuhkan strategi dan pola pikir yang tepat dalam

menyelesaikannya. Tujuan tes tertulis ini supaya peneliti dapat

mengetahui kemampuan pemecahan masalah terkait materi sistem

koordinat.

3. Penyebaran Angket

Sugiyono (2013) mengatakan bahwa angket merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Dalam penelitian

ini, peneliti melakukan penyebaran angket untuk mengetahui minat

siswa dalam pelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah. Daftar pertanyaan yang dibuat oleh

peneliti merupakan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan minat

belajar siswa terhadap topik bahasan sistem koordinat.

4. Wawancara

Lestari (2015) mengatakan bahwa pengumpulan data melalui

wawancara dilakukan dengan memberikan serangkaian pertanyaan

yang diajukan secara langsung oleh peneliti kepada responden.

Wawancara bertujuan untuk mendukung atau mengetahui tingkat

(60)

minat belajar siswa. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan setelah

tes kemampuan pemecahan masalah dan penyebaran angket.

F. Instrumen Pengumpulan Data

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran merupakan alat yang digunakan peneliti untuk

mendukung proses kegiatan pembelajaran. Instrumen pembelajaran

pada penelitian ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan

Lembar Kerja Siswa (LKS).

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan alat

pembelajaran yang dibuat supaya menjadi pedoman bagi peneliti

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. RPP pada penelitian

ini dirancang untuk 5 kali pertemuan yang memuat materi koordinat

kartesius dengan rincian pelaksanaan 4 kali pertemuan untuk

kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk melaksanakan tes

kemampuan tertulis.

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan peneliti selama proses

pembelajaran dan dikerjakan siswa dalam kelompok. Penggunaan

LKS dalam pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat

membantu peneliti dalam mengembangkan kemampuan pemecahan

(61)

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk

memperoleh data-data atau informasi yang relevan bagi peneliti.

Instrumen penelitian ini berupa lembar observasi, soal-soal tes tertulis,

angket dan pedoman wawancara.

a. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi untuk

mengetahui keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran.

Berikut lembar observasi yang digunakan peneliti selama kegiatan

pembelajaran.

Tabel 3.1 Lembar Observasi Pembelajaran Berbasis Masalah

NO ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK

I PRA PEMBELAJARAN

1 Guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.

II MEMBUKA PEMBELAJARAN

1 Guru mengucapkan salam pembuka.

2

Guru mengingatkan kembali materi-materi

pembelajaran yang sudah dipelajari

sebelumnya.

3 Guru menyampaikan indikator dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN

A Mengorganisasikan Siswa kepada Masalah

1

Guru memberikan permasalahan

sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang

Gambar

Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Gambar 2.1 Kuadran Kartesius
Gambar 2.3 Titik B
Gambar 2.6 Dua Titik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam prosedur pencatatan harga pokok produk jadi yang dijual, kartu gudang berfungsi untuk mencatat mutasi kuantitas persediaan produk jadi karena transaksi

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan berakhirnya masa sanggah pada seleksi umum pekerjaan Jasa Konsultansi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Kantor PN

NERACA SALDO YANG DISESUAIKAN NERACA LAJUR NERACA LAJUR PEMBUATAN NERACA SALDO PEMBUATAN NERACA SALDO PENYESUAIAN PENYESUAIAN NERACA SALDO PASCA PENUTUPAN NERACA SALDO PASCA

Akuntansi dilaksanakan baik dalam perusahaan yang berorientasi mencari laba maupun dalam organisasi nirlaba. Salah satu penyebabnya adalah karena hal

Data asli dokumen & copynya yang sah dan masih berlaku tersebut harus diperlihatkan dan disampaikan kepada pokja pada saat dilakukan Pembuktian Kualifikasi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawatan kehamilan terhadap kunjungan ANC pada ibu hamil di desa Sambung Wilayah Puskesmas Undaan

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang

Selanjutnya label sebagai fungsi pemenuhan peraturan perundang- undangan, memiliki konsekuensi bahwa hal yang tercantum pada label harus sesuai dengan kandungan bahan pangan