ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM PADA PEMBELAJARAN TOPIK BAHASAN KOORDINAT KARTESIUS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh Robertus Hansen
141414057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KANISIUS PAKEM PADA PEMBELAJARAN TOPIK BAHASAN KOORDINAT KARTESIUS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh Robertus Hansen
141414057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada
-Nya, sebab Ia yang
memelihara kamu.
”
(1 Petrus 5:7)
“Kita tidak mungkin jadi malaikat atau Tuhan, tetapi jangan pula jadi
setan.
Jadilah yang manusiawi saja, jadi manusia.”
(Basuki Tjahaja Purnama)
“Adil Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata”
.
(Semboyan Dayak Nasional)
Persembahan:
Dengan penuh syukur, skripsi ini aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Orangtuaku, adikku, Keluarga besarku, teman-temanku, semua orang yang kukasihi dan mengasihi aku.
Terima kasih atas segala doa, dukungan,
ABSTRAK
Robertus Hansen. 141414057. 2019. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah dan Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada Pembelajaran Topik Bahasan Koordinat Kartesius Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah.
Tujuan pada penelitian ini adalah: 1) Mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada topik koordinat kartesius dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah; 2) Mengetahui minat belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada topik koordinat kartesius dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem yang berjumlah 18 siswa. Bentuk data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Instrumen pengumpulan data berupa instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian. Instrumen pembelajaran meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kerja siswa sedangkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, soal tes tertulis, angket minat belajar dan pedoman wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori Polya dan wawancara untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah sedangkan minat belajar dideskripsikan dari hasil angket dan wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta sudah cukup baik. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah menunjukan bahwa pada langkah memahami masalah, siswa sudah dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal yang diberikan dengan baik namun pada langkah merencanakan penyelesaian masalah, beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang telah disampaikan. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat dilihat dari kesalahan siswa dalam menentukan kedudukan titik terhadap titik asal dan titik tertentu dan menentukan garis tegak lurus terhadap sumbu koordinat. Minat belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta berada dalam kategori berminat dan sangat berminat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika. Sebanyak 38,89% siswa berada dalam kriteria beminat dan sebanyak 61,11% siswa berada dalam kriteria sangat berminat.
ABSTRACT
Robertus Hansen. 141414057. 2019. Analysis of Problem Solving Abilities and Interest in Learning Class VIII Students of SMP Kanisius Pakem on the Learning Cartesian Coordinate Discussion Topic Using Problem-Based Learning Models.
The purpose of this research were: 1) To find out the problem solving abilities of class VIII SMP Kanisius Pakem on cartesian coordinate topics using a problem-based learning model; 2) Knowing the learning interest of Grade VIII students of Kanisius Pakem Middle School on the Cartesian coordinate topic by using a problem-based learning model. This type of research is qualitative descriptive. The research subjects were eighth grade students of Kanisius Pakem Middle School, amounting to 18 students. The form of data in this study are quantitative and qualitative data. The instrument of data collection is in the form of learning instruments and research instruments. Learning instruments include learning implementation plans and student worksheets while the research instruments are in the form of observation sheets, written test questions, learning interest questionnaires and interview guidelines. The data analysis technique in this research is quantitative and qualitative data analysis techniques. This study uses Polya's theory and interviews to describe problem solving abilities while learning interests are described from the results of questionnaires and interviews.
The results of the study showed that the problem solving ability of the eighth grade students of SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta was quite good. The results of the problem solving ability test show that at the step of understanding the problem, students have been able to write what is known and what is asked of the questions given well but at the step of planning problem solving, some students still have difficulty understanding and applying the concepts be delivered. These difficulties can be seen from the students' mistakes in determining the position of the point towards a particular point of origin and determining the line perpendicular to the coordinate axis. The interest in learning grade VIII students at Kanisius Pakem, Yogyakarta is in the category of interest and is very interested in participating in mathematics learning activities. 38.89% of students are in beminat criteria and as many as 61.11% of students are in very interested criteria.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas limpahan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami dalam proses
penyusunan skripsi ini. Namun, karena anugerah-Nya, keterlibatan, dan bantuan
dari berbagai pihak sehingga penulis dapat melaluinya dengan baik. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, sumber motivasi yang luar biasa. Terima kasih atas kasih
dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penulis selalu dapat
menemukan solusi untuk setiap masalah.
2. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
4. Bapak Beni Utomo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
5. Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,
penyusunan skripsi. Terimakasih atas segala dukungan, motivasi, saran, dan
kritik selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik.
7. Ibu Bernadetha Tri Sumarwanti, S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Kanisius
Pakem, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian.
8. Ibu MG. Sri Yuliwanti, S.Pd., selaku guru matematika kelas VIII SMP
Kanisius Pakem, Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan, bantuan,
serta motivasi selama proses penelitian.
9. Kedua orang tuaku dan adikku atas dukungan, motivasi, dan doa yang terus
menyertai penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Segenap dosen Pendidikan Matematika dan seluruh staf sekretariat Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata
Dharma yang telah membimbing dan membagikan ilmunya kepada penulis
selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
11. Laurensius Diki S.Pd. dan Ria Oktavia S.Pd., selaku orang yang telah
memberikan dukungan dan motivasi yang diberikan selama proses penelitian
hingga akhir penyusunan skripsi.
12. Siswa-siswi kelas VIII SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian dan membantu penulis selama melakukan penelitian.
13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika 2014 dan semua pihak
yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skrispsi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….. vi
ABSTRAK ……….. vii
ABSTRACT ……….. ix
KATA PENGANTAR ………... x
DAFTAR ISI ………... xiii
DAFTAR TABEL ………... xvi
DAFTAR GAMBAR ………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………... xix
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang ………. 1
C. Rumusan Masalah ……… 7
D. Tujuan Penelitian ………. 8
E. Batasan Masalah ……….. 8
F. Batasan Istilah ……….. 9
G. Manfaat Penelitian ………... 10
BAB II KAJIAN TEORI……….. 11
A. Pembelajaran Matematika ………..……….. 11
B. Kemampuan Pemecahan Masalah …….……… 14
C. Minat Belajar………. 19
D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ……… 22
E. Koordinat Kartesius ……….. 28
F. Kerangka Berpikir ………... 34
BAB III METODE PENELITIAN……… 36
A. Jenis Penelitian ………. 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 36
C. Subjek dam Objek Penelitian ………... 36
D. Bentuk Data ……….. 37
F. Instrumen Pengumpulan Data ……….. 39
G. Teknik Analisis Data ……… 49
H. Validitas Instrumen ……….. I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….. 53 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 56
A. Pelaksanaan Penelitian ………. 56
B. Keterlaksanaan Pembelajaran……….…….. 57
C. Hasil Penelitian……….……… 73
D. Pembahasan ………... 87
E. Keterbatasan Penelitian ……… 106
BAB V PENUTUP……….... 108
A. Kesimpulan ……….. 108
B. Saran ……… 109
DAFTAR PUSTAKA ……….. 111
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah……… 25
Tabel 3.1 Lembar Observasi Pembelajaran Berbasis Masalah……… 40
Tabel 3.2 Indikator Tes Hasil Belajar Siswa …….………. 42
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Minat Belajar Siswa ………... 43
Tabel 3.4 Indikator Wawancara Kemampuan Pemecahan Masalah ……….. 46
Tabel 3.5 Indikator Wawancara Minat Belajar Matematika ……….. 47
Tabel 3.6 Kriteria Minat Belajar Siswa ……….. 50
Tabel 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ……… 56
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siswa Kelas VIII ………... 74
Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mencapai Indikator Pembelajaran pada Soal nomor Satu Sesuai Langkah Pemecahan Masalah ………. 76
Tabel 4.4 Jumlah Siswa yang Mencapai Indikator Pembelajaran pada Soal Nomor Dua Sesuai Langkah Pemecahan Masalah ………. 77
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Hasil Angket Minat Belajar Siswa Kelas VIII ………
Kriteria Kemampuan Siswa………
Banyak Siswa dalam Kategori Pemecahan Masalah………
78
79
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kuadran Kartesius……….. 28
Gambar 2.2 Titik A……… 30
Gambar 2.3 Titik B ………... 30
Gambar 2.4 Titik C ………... 30
Gambar 2.5 Dua Titik Berimpit ……… 30
Gambar 2.6 Dua Titik Berlainan ………... 31
Gambar 2.7 Garis AB ………... 31
Gambar 2.8 Garis l……… 31
Gambar 2.9 Sinar Garis AB……….. 32
Gambar 2.10 Sinar Garis PQ ………... 32
Gambar 2.11 Ruas Garis AB………... 32
Gambar 2.12 Ruas Garis PQ ………... 32
Gambar 2.13 Garis AB Sejajar Garis CD ……… 33
Gambar 2.14 Garis m Sejajar Garis n……….. 33
Gambar 2.15 Garis m Berpotongan dengan Garis n……… 33
Gambar 2.16 Garis AB Berpotongan Tegak Lurus dengan Garis CD……. 33
Gambar 2.18 Garis k Berimpit dengan Garis l ………. 34
Gambar 4.1 Hasil Pekerjaan S15 Nomor Satu ………... 88
Gambar 4.2 Hasil Pekerjaan S13 Nomor Satu ………... 90
Gambar 4.3 Hasil Pekerjaan S6 Nomor Satu ………. 91
Gambar 4.4 Hasil Pekerjaan S18 Nomor Satu ………... 92
Gambar 4.5 Hasil Pekerjaan S17 Nomor Dua ……… 94
Gambar 4.6 Hasil Pekerjaan S1 Nomor Dua ……….. 95
Gambar 4.7 Hasil Pekerjaan S9 Nomor Dua ……….. 96
Gambar 4.8 Hasil Pekerjaan S4 Nomor Dua ……….. 97
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN……..………... 115
Lampiran A ………. 116
Lampiran A.1 Surat Ijin Penelitian………... 116
Lampiran A.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian………... 117
Lampiran B ………. 118
Lampiran B.1 Hasil Validitas RPP ………... 118
Lampiran B.2 Hasil Validitas Soal………... 122
Lampiran B.3 Hasil Validitas Wawancara KPM……… 125
Lampiran C………... Lampiran C.1 Perangkat Pembelajaran……….. Lampiran D ………..………... 128 128 167 Lampiran D.1 Hasil Validitas Angket Minat Belajar…….………. 167
Lampiran D.2 Hasil Validitas Wawancara Minat Belajar……….. 170
Lampiran E ………. 173
Lampiran E.1 Hasil Pekerjaan S15 ………. 173
Lampiran E.3 Hasil Pekerjaan S6 ………... 179
Lampiran E.4 Hasil Pekerjaan S18………. 182
Lampiran E.5 Hasil Pekerjaan S17……….. 185
Lampiran E.6 Hasil Pekerjaan S1……….... 188
Lampiran E.7 Hasil Pekerjaan S9 ………... 191
Lampiran E.8 Hasil Pekerjaan S14……….. 194
Lampiran F ………... 197
Lampiran F.1 Transkrip Wawancara KPM………. 197
Lampiran F.2 Transkrip Wawancara Angket Minat Belajar ………….. Lampiran G ………... 201 205 Lampiran G.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP……….. 205
Lampiran H ………... 213
Lampiran H.1 Hasil Angket Minat Belajar S15……….. 213
Lampiran H.2 Hasil Angket Minat Belajar S13……….. 217
Lampiran H.3 Hasil Angket Minat Belajar S6 ……… 221
Lampiran H.4 Hasil Angket Minat Belajar S18……….. 224
Lampiran H.6 Hasil Angket Minat Belajar S1 ……….. 233
Lampiran H.7 Hasil Angket Minat Belajar S9………... 237
Lampiran H.8 Hasil Angket Minat Belajar S14……….
Lampiran I Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah…
Lampiran J Hasil Angket Minat Belajar Seluruh Siswa………..
241
245
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kualitas suatu
bangsa adalah kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya
manusia tentu tidak dapat terlepas dari kualitas pendidikan yang baik pula
dalam bangsa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan
salah satu jembatan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dunia pendidikan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
membentuk dan mengembangkan pola pikir yang lebih kreatif dan inovatif.
Selain itu, dunia pendidikan berperan sangat penting dalam menciptakan
generasi bangsa yang bermartabat, profesional, cerdas dan humanis. Oleh
karena itu, pendidikan harus menjadi perhatian yang serius dalam
meningkatkan kualitas dan integritas bangsa dan negara.
Berdasarkan pengalaman peneliti saat melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) tahun ajaran 2017/2018 di kelas VII dan
wawancara dengan guru matematika di SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta,
sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam memecahkan
permasalahan-permasalahan matematika yang diberikan. Dari hasil
pekerjaan siswa, terdapat siswa yang tidak dapat menjawab sama sekali soal
yang diberikan, terdapat siswa yang tidak selesai atau tuntas menjawab soal
yang diberikan dan terdapat pula siswa yang kurang teliti dalam
siswa adalah menganalisis permasalahan dan tidak dapat menerapkan
konsep-konsep atau pengetahuan yang telah mereka miliki untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan. Dalam kegiatan
pembelajaran sehari-hari, tidak dapat dipungkiri masih banyak siswa tidak
menyukai pelajaran matematika dan beranggapan bahwa matematika itu
sangat membosankan. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang acuh tak acuh
dalam pembelajaran matematika dan cenderung menghiraukan proses
pembelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas.
Proses pembelajaran yang terjadi di lapangan menunjukan bahwa
guru sudah dapat menyajikan suatu permasalahan nyata dalam kehidupan
sehari-hari yang dijadikan acuan atau sumber belajar bagi siswa, namun
tidak semua masalah yang disajikan oleh guru membuat siswa tertarik
dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan permasalahan yang
disajikan tersebut justru menimbulkan masalah baru bagi siswa sehingga
membuat siswa sulit membayangkan permasalahan yang dihadapinya.
Eggen dan Don (2012) mengatakan bahwa saat memilih masalah, kita
sebaiknya harus berusaha menentukan apakah siswa memiliki pengetahuan
awal untuk secara efektif merancang suatu strategi demi memecahkan
masalah tersebut.
Banyak pelajaran matematika saat ini yang kurang memperhatikan
pentingnya proses kemampuan pemecahan masalah bahkan sebagian siswa
cenderung ingin memperoleh jawabannya saja tanpa memperhatikan proses
Pada dasarnya, aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya
mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga
bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk
menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang
ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari (Wena, 2009).
Pembelajaran matematika tidak hanya menekankan pada hasil atau jawaban
akhir, melainkan pada proses mendapatkan hal tersebut. Proses adalah
sesuatu yang sangat amat penting dalam pelajaran matematika atau dengan
kata lain, hasil atau jawaban dalam pembelajaran matematika harus
berdasarkan proses yang ada.
Menurut Wena (2014), pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran
adalah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam memecahkan masalah yang kelak dihadapi di masyarakat. Dalam
pembelajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat
bagaimana menghubungkan konsep dan pengetahuan-pengetahuan supaya
saling berkaitan untuk mencari solusi atas permasalahan yang sedang
dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam
matematika karena tanpa disadari, banyak sekali permasalahan sehari-hari
yang menggunakan konsep matematika dalam menyelesaikannya.
Hakikat pemecahan masalah adalah melakukan operasi prosedural
urutan tindakan, tahap demi tahap secara sistematis, sebagai seorang pemula
(novice) memecahkan suatu masalah (Wena, 2014). Dalam melakukan
Pemecahan masalah juga harus dilakukan dengan sistematis yang berarti
bahwa dalam melakukan pemecahan masalah, kita harus berpegang pada
petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu
atau mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah.
Selain kemampuan pemecahan masalah, hal yang juga sangat
penting dalam meningkatkan proses pembelajaran matematika adalah minat
belajar terhadap matematika itu sendiri. Minat belajar adalah suatu
keinginan atas kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang
disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah
laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan (Karwati dan
Priansa, 2014). Minat belajar merupakan faktor yang sangat penting dalam
pembelajaran karena jika siswa sudah memiliki minat belajar yang tinggi
dalam proses pembelajaran maka tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
menjadi lebih mudah.
Menurut Khodijah (2014), adanya minat terhadap objek yang
dipelajari akan mendorong orang untuk mempelajari sesuatu dan mencapai
hasil belajar yang maksimal karena minat merupakan komponen psikis yang
berperan mendorong seseorang untuk meraih tujuan yang diinginkan,
sehingga ia bersedia melakukan kegiatan berkisar objek yang diminati.
Minat belajar yang masih sangat rendah terhadap proses pembelajaran
matematika akan berdampak pada keterampilan siswa dalam memahami
dan memecahkan suatu permasalahan. Pada saat pengalaman mengajar
merupakan mata pelajaran eksak yang sulit dimengerti sehingga perhatian
mereka sangat minim, bahkan ada beberapa siswa yang menganggap bahwa
dalam matematika itu kita hanya perlu belajar menghitung saja. Aktivitas
mereka dalam mengikuti pembelajaran juga tergolong rendah, misalnya ada
beberapa siswa yang asik dengan kegiatannya masing-masing tanpa
menghiraukan penjelasan dari guru dan sangat sulit mengerjakan latihan
serta mengumpulkan tugas yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa
minat belajar mereka masih rendah terhadap pelajaran matematika. Menurut
Dalyono (2010), minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi
belajar yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan
menghasilkan prestasi yang rendah. Kurangnya minat belajar ini tidak boleh
dibiarkan terus menerus karena jika tidak cari solusinya maka akan
berdampak pada penolakan terhadap mata pelajaran matematika itu sendiri.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan minat belajar siswa terhadap
matematika adalah dengan menerapkan model pembelajaran tertentu yang
dapat menarik perhatian dan dirasakan penting bagi kehidupan mereka.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih dalam upaya
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan minat belajar siswa
adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini
sangat cocok dengan kondisi kelas yang aktif karena dengan pembelajaran
ini, siswa diharapkan dapat menemukan sendiri masalah yang relevan dan
Menurut Moffit (Rusman, 2014), pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensi dari materi pelajaran. Penerapan model pembelajaran
berbasis masalah sangat tepat dalam melatih pola pikir dan analisis
kemampuan pemecahan masalah dalam konteks kehidupan sehari-hari
sehingga menimbulkan perhatian siswa dalam menyelesaikan permasalahan
tersebut.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model
pembelajaran yang cukup sering saat ini digunakan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran karena dengan model pembelajaran ini, siswa
dihadapkan dengan masalah nyata yang mengharuskan mereka berpikir
dalam menyelesaikannya. Model pembelajaran berbasis masalah sangat
penting dalam meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini dikarenakan
model pembelajaran berbasis masalah dapat menarik perhatian siswa dalam
pembelajaran dengan memberikan permasalahan nyata dalam kehidupan
sehari-hari yang dapat dicari solusinya dengan matematika.
Berdasarkan pemaparan diatas, sebagian besar siswa masih
mengalami kesulitan dalam memanfaatkan konsep atau pengetahuan yang
telah diperoleh untuk menyelesaikan permasalahan matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan selama kegiatan pembelajaran, mereka juga
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Minat Belajar Siswa Kelas VIII SMP Kanisius
Pakem pada Pembelajaran Topik Bahasan Sistem Koordinat dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi
beberapa permasalahan, yaitu:
1. Kemampuan analisis dan penalaran siswa dalam pemecahan masalah
masih rendah.
2. Minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika yang masih
rendah.
3. Perlu adanya model pembelajaran tertentu yang dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan minat belajar siswa.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, peneliti merumuskan
beberapa permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP
Kanisius Pakem pada pembelajaran topik bahasan koordinat kartesius
2. Bagaimana minat belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem pada
pembelajaran topik bahasan koordinat kartesius dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah?
D. Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk:
1. Mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII
SMP Kanisius Pakem pada pembelajaran topik bahasan koordinat
kartesius dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
2. Mendeskripsikan minat belajar siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem
pada pembelajaran topik bahasan koordinat kartesius dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
E. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, masalah akan dibatasi meliputi subjek penelitian
adalah siswa kelas VIII Kasih SMP Kanisius Pakem tahun ajaran
2018/2019. Topik bahasan dalam penelitian ini adalah koordinat kartesius
dengan kompetensi dasarnya yaitu menjelaskan kedudukan titik dan garis
dalam bidang koordinat kartesius yang dihubungkan dengan masalah
F. Batasan Istilah
Pada Penelitian ini memiliki beberapa batasan istilah untuk
menghindari penafsiran yang berbeda dan mewujudkan kesatuan
pandangan dan pemikiran. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa istilah sebagai berikut:
1. Kemampuan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu kemampuan untuk
menemukan jalan keluar atau mencari solusi dari segala bentuk
permasalahan yang sedang dihadapi menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya secara sistematis dan logis.
2. Minat Belajar
Minat belajar adalah suatu keinginan atau kehendak dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu yang dilandasi rasa suka dan rasa
ketertarikan tanpa ada yang menyuruh.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar berpikir kritis sehingga dapat mengasah
keterampilan pemecahan masalah dan memperoleh pengetahuan secara
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa dapat mengetahui tingkat kemampuannya dalam
memecahkan masalah dan dapat menentukan strategi dalam
penyelesaikan masalah.
b. Meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Bagi Guru
a. Guru dapat mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah
pada masing-masing siswanya.
b. Guru dapat mengetahui minat belajar siswa terhadap mata pelajaran
matematika.
3. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan peneliti dalam mengetahui kemampuan
pemecahan masalah matematika.
b. Menambah pengetahuan peneliti dalam mengetahui minat belajar
siswa terhadap pembelajaran matematika.
c. Sebagai bekal pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru
matematika dalam membimbing dan memfasilitasi siswa terkait
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk menciptakan suatu
kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa
memperoleh pengalaman belajar yang memadai (Rusmono, 2012).
Pembelajaran bukan sekedar trasnsfer ilmu dari guru kepada siswa,
melainkan suatu proses kegiatan, yaitu terjadi interaksi antara guru dengan
siswa serta antara siswa dengan siswa (Jihad dan Haris, 2013).
Pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila adanya interaksi yang
tumbuh dalam kegiatan belajar. Dalam pembelajaran, sumber-sumber
belajar yang akan digunakan harus disesuaikan dengan kondisi siswa di
lapangan sehingga memungkinkan siswa untuk saling berdinamika dan
bertukar pengetahuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Amir dan Risnawati (2016) mengatakan bahwa pembelajaran
matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru
untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan
yang baik terhadap materi matematika. Belajar matematika bukan hanya
tentang menggunakan rumus dan menghafal. Menurut Sudjana (Rahman
memahami sesuatu. Selama proses belajar, kita dituntut untuk terus menerus
mengembangkan kemampuan analisis dan penalaran atau logika dalam
melihat, mengamati dan memahami suatu permasalahan.
Dalam pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa secara
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran
berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Proses belajar mengajar yang
dapat memungkinkan cara belajar siswa aktif harus direncanakan dan
dilaksanakan secara tepat. Ada berberapa prinsip belajar yang dapat
menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif yakni stimulus belajar,
perhatian dan motivasi, respon yang dipelajari, penguatan dan umpan balik
(Ahmadi dan Widodo, 2013).
Rohmah (2015) mengatakan bahwa untuk mendapatkan hasil belajar
dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi
oleh faktor dari dalam dan dari luar individu. Berikut faktor-faktor dari
dalam dan luar yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, antara
lain:
1. Faktor dari Dalam
a. Fisiologi
1) Kondisi fisik
b. Psikologi
1) Bakat
2) Minat
3) Kecerdasan
4) Motivasi
5) Kemampuan Kognitif
2. Faktor dari Luar
a. Lingkungan
1) Alam
2) Sosial
b. Instrumental
1) Kurikulum/ Bahan Pelajaran
2) Guru/Pengajar
3) Sarana dan Fasilitas
4) Administrasi/Manajemen
Amir dan Risnawati (2016) mengatakan bahwa kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Pertama, dari segi
proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya
atau sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental
maupun sosial dalam proses pembelajaran. Kedua, dari segi hasil,
pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubah tingkah laku kearah
yang tidak tahu menjadi tahu tentang konsep matematika dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika berperan penting dalam mengatasi permasalahan
sehari-hari. Banyak masalah yang dapat diselesaikan dengan matematika.
Priansa (2017) mengatakan bahwa masalah adalah suatu kondisi yang
memuat peserta didik untuk menyelesaikan suatu hal, tetapi ia tidak mampu
menyelesaikannya sementara Suherman, dkk. (2003) mengatakan bahwa
suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang
untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang
harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Lidinilah (2009) mengatakan
bahwa masalah dalam pembelajaran matematika dapat disajikan dalam
bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena
atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Oleh karena itu, sangat
diperlukan adanya keterampilan kemampuan pemecahan masalah.
Handoyo (Lidinillah, 2009) menyebutkan jenis-jenis masalah
matematika adalah sebagai berikut:
1. Masalah translasi, merupakan masalah kehidupan sehari-hari yang
untuk menyelesaikannya perlu translasi dari bentuk verbal ke bentuk
matematika.
2. Masalah aplikasi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan berbagai
3. Masalah proses, biasanya untuk menyusun langkah-langkah
merumuskan pola dan strategi khusus dalam menyelesaikan
masalah. Masalah seperti ini dapat melatih keterampilan siswa
dalam menyelesaikan masalah sehingga menjadi terbiasa
menggunakan strategi tertentu.
4. Masalah teka-teki, seringkali digunakan untuk rekreasi dan
kesenangan sebagai alat yang bermanfaat untuk tujuan afektif dalam
pembelajaran matematika.
Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa masalah matematika adalah suatu pertanyaan yang
dapat berupa soal cerita, gambaran kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki
yang dirasa penting untuk dicari solusinya tetapi cara atau pemikiran untuk
menyelesaikannya itu tidak langsung muncul.
Menurut Dalyono (2010) belajar pemecahan masalah pada dasarnya
adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara
sistematis, logis, teratur dan teliti yang tujuannya ialah untuk memperoleh
kemampuan atau kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara
rasional, lugas dan tuntas. Pemecahan masalah merupakan suatu aktivitas
intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan
menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki sebagai usaha
mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak
Menurut Polya (Upu, 2013), pemecahan masalah merupakan suatu
usaha mencari jalan keluar terhadap suatu tujuan yang tidak begitu mudah
segera dapat dicapai. Djamarah (Susanto, 2013) mengatakan bahwa
pemecahan masalah merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam
pemecahan masalah dapat digunakan metode-metode lainnya yang dimulai
dengan pencarian data sampai kepada penarikan kesimpulan. Pemecahan
masalah merupakan tujuan dan fokus dalam pembelajaran matematika yang
harus terus menerus dibiasakan dan dilatih dalam kegiatan pembelajaran
matematika. Krulik dan Rudnik (Lidinilah, 2009) mengatakan bahwa
pemecahan masalah sebagai suatu usaha individu menggunakan
pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi
dari suatu masalah. Pemecahan masalah merupakan penerapan dari
pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
tepat.
Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah suatu
kemampuan untuk menemukan jalan keluar atau mencari solusi dari segala
bentuk permasalahan yang sedang dihadapi menggunakan pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya secara sistematis dan logis. Kemampuan
pemecahan masalah matematika merupakan tujuan utama dari
pembelajaran matematika dalam setiap jenjang pendidikan. Kemampuan
pemecahan masalah matematika harus tetap dan selalu dilatih disetiap
aktivitas kita sehari-hari. Sudarman (Amir dan Risnawati, 2016)
mengatakan bahwa semua masalah kehidupan yang membutuhkan
pemecahan secara cermat dan teliti mau tidak mau harus berpaling kepada
matematika.
Menurut Polya (Amir dan Risnawati, 2016), pemecahan masalah
memuat empat langkah, yakni:
1. Memahami Masalah
Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan,
siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut
dengan benar. Tahap ini meliputi beberapa komponen, yaitu:
a. Identifikasi apa yang diketahui dari masalah tersebut.
b. Identifikasi apa yang hendak dicari.
c. Mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dengan
permasalahan.
2. Merencanakan Penyelesaian Masalah
Kemampuan ini sangat tergantung pada pengalaman siswa
dalam menyelesaikan masalah. Semakin bervariasi pengalaman
siswa, ada kemungkinan siswa akan kreatif dalam menyusun
rencana penyelesaian masalah. Dalam merencanakan
pemecahan masalah, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan
a. Membuat tabel, grafik atau diagram.
b. Menyederhanakan permasalahan dengan membagi menjadi
bagian-bagian.
c. Menggunakan rumus.
d. Menyelesaikan masalah yang ekuivalen.
e. Menggunakan informasi yang diketahui untuk
mengembangkan informasi baru.
3. Menyelesaikan Masalah Sesuai Rencana
Pada tahap ini, rencana penyelesaian yang telah dibuat, baik
secara tertulis maupun tidak, selanjutkan dilakukan penyelesaian
masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling cepat dan
tepat.
4. Melakukan Pengecekan Kembali Terhadap Semua Langkah
yang telah dikerjakan.
Pada langkah terakhir ini, kesalahan-kesalahan yang tidak perlu
dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada
jawaban yang benar dan sesuai dengan masalah yang diberikan.
Terdapat empat komponen untuk mereview suatu penyelesaian,
yakni:
a. Cek kembali hasilnya.
b. Menginterpertasikan jawaban yang telah diperoleh.
d. Mengecek Apakah ada kemungkinan penyelesaian lain
dalam permasalahan yang kita selesaikan.
C. Minat Belajar
Menurut Kamisa (Khairani, 2014) minat diartikan sebagai
kehendak, keinginan atau kesukaan. Minat sangat besar pengaruhnya
terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran
tertentu, misalnya pelajaran matematika akan mempelajari matematika
dengan sungguh-sungguh dan merasa senang saat mengikuti kegiatan
pembelajaran tersebut. Djaali (2012) mengatakan bahwa minat adalah rasa
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh. Bila minat terhadap sesuatu sudah dimiliki seseorang, maka ia
akan menjadi potensi bagi orang yang bersangkutan untuk dapat meraih
sukses dibidang itu, sebab minat akan melahirkan energi yang luar biasa
untuk berjuang mendapatkan apa yang dia minati (Khairani, 2014). Proses
belajar akan berjalan lancar apabila disertai dengan minat karena menurut
Hardjana (Khairani, 2014) mengatakan bahwa minat belajar adalah
kecendrungan hati untuk belajar mendapatkan informasi, pengetahuan,
kecakapan melalui usaha pengajaran atau pengalaman.
Minat merupakan suatu perasaan dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu. Menurut Slameto (2003), siswa yang berminat dalam
belajar adalah memiliki kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang telah dipelajari secara terus-menerus, ada rasa
kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati, lebih menyukai hal
yang lebih menjadi minatnya dari pada hal yang lainnya dan
memanifestasikan melalui pertisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Minat merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
pembelajaran. Belajar yang dilandasi minat yang tinggi akan memberikan
dorongan untuk terus giat dan tekun belajar. Menurut Djamarah (2002)
indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai,
adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh,
berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian. Menurut
Slameto (2010) beberapa indikator minat belajar yaitu: perasaan senang,
ketertarikan, penerimaan, dan keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi
yang dikemukakan mengenai indikator minat belajar tersebut diatas, dalam
penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu:
1. Perasaan Senang
Perasaaan senang merupakan perasaan yang muncul dalam
diri seseorang karena melakukan sesuatu yang dikehendakinya
tanpa ada paksaan dari pihak lain. Perasaan senang sangat
mempengaruhi minat belajar siswa. Semakin siswa tersebut
memiliki minat belajar yang tinggi maka perasaan yang ia
rasakan semakin senang dalam mengikuti pelajaran. Dalam
proses pembelajaran, perasaan senang dapat terlihat dimana
siswa tersebut tidak ada perasaan bosan dan jenuh dalam
2. Keterlibatan Siswa
Keterlibatan siswa sangat erat kaitannya dengan minat
belajar. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi maka ia
cenderung terlibat aktif dalam setiap aktivitas pelajaran tersebut.
Keterlibatan siswa dapat dilihat dalam proses pembelajaran,
dimana siswa aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan dari
guru atau menyampaikan kritik dan saran dan aktif dalam diskusi
serta peduli dengan kesulitan yang dialami oleh
teman-temannya.
3. Ketertarikan Siswa
Ketertarikan merupakan suatu perasaan yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Minat memiliki kaitan yang
sangat erat dengan ketertarikan. Pada dasarnya, siswa yang
memiliki ketertarikan terhadap suatu pelajaran maka minat
belajar terhadap suatu pelajaran tersebut semakin tinggi. Siswa
yang memiliki ketertarikan dalam pelajaran tertentu maka ia
cenderung tidak menunda-nunda waktu pada saat diminta
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.
4. Perhatian Siswa
Minat sangat erat kaitannya dengan perhatian. Siswa yang
memiliki minat belajar yang tinggi dalam suatu pelajaran maka
sungguh-sungguh. Siswa yang memiliki minat terhadap
pelajaran tertentu maka ia akan berkonsentrasi, memperhatikan
dan mendengarkan penjelasan dari guru dan teman-temannya
dalam proses pembelajaran tersebut.
D. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran
yang berdasar pada masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait dengan
KD yang sedang dipelajari siswa (Kosasih, 2014). Tujuan dari
pembelajaran berbasis masalah bukan hanya pada penguasaan pengetahuan
siswa saja, tetapi diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran ini,
siswa memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan
masalah serta sekaligus mengembangkan diri mereka sendiri untuk secara
aktif membangun pengetahuan sendiri.
Menurut Tan (Rusman, 2014), Pembelajaran Berbasis Masalah
(PMB) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PMB
kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasi melalui proses kerja
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memperdaya,
mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan. Menurut Ward dan Stepien (Ngalimun, 2014),
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap
berhubungan dengan masalah tersebut sekaligus memiliki keterampilan
untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis masalah, guru
memfasilitasi dan mendampingi siswa baik secara individu maupun
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Ambarjaya (2012), model pembelajaran berbasis masalah
dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Model
pembelajaran berbasis masalah akan berlangsung dengan baik apabila para
siswa sudah memiliki kemampuan berpikir kritis terhadap suatu fenomena
atau permasalahan. Jika siswa memiliki kemampuan berkritis yang kurang
baik, maka guru harus mendorong atau memberi stimulus yang menantang
siswa untuk berpikir dan memberi kebebasan untuk berpendapat serta
berinisiatif dalam bertindak.
Berdasarkan pemaparan dari beberapa ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa Model pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran yang menggunakan konteks atau masalah kehidupan
sehari-hari (tantangan dunia nyata) untuk belajar berpikir kritis dan mengasah
keterampilan pemecahan masalah supaya memperoleh pengetahuan secara
Menurut Rusman (2014), karakteristik pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut:
1. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di
dunia nyata yang tidak terstruktur.
3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective).
4. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan idetifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar.
5. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
6. Pemanfaaat sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya
dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial
dalam pembelajaran berbasis masalah.
7. Belajar adalah kaloboratif, komunikasi dan kooperatif.
8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah
sama pentingnya dengan penguasaaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan.
9. Keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah
meliputi sintesis dan integrase dari sebuah proses belajar.
10.Pembelajaran melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa
Berdasarkan karakteristik diatas, diperlukan tahap-tahap
pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik dalam mengikuti
pembelajaran. Menurut Rusmono (2012), tahap-tahap dalam pembelajaran
berbasis masalah disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Pembelajaran Perilaku Guru
Tahap 1: Mengorganisasikan siswa
kepada masalah
Guru menginformasikan
tujuan-tujuan pembelajaran,
mendeskripsikam
kebutuhan-kebutuhan logistic penting dan
memotivasi siswa agar terlibat
dalam kegiatan pemecahan masalah
yang mereka pilih sendiri.
Tahap 2: Mengorganisasikan siswa
untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan
dan mengatur tugas-tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
itu.
Tahap 3: Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen,
mencari penjelasan dan solusi.
Tahap 4: Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil karya serta
pameran
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
laporan, rekaman video dan model
serta membantu mereka berbagi
karya mereka.
Tahap 5: Menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan
masalah
Guru membantu siswa melakukan
refleksi atas penyelidikan dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Menurut Sanjaya (2011), pembelajaran berbasis masalah memiliki
keunggulan dan kelemahan, yaitu:
1. Keunggulan
a. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
b. Membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
c. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pemebelajaran yang dilakukan.
d. Memperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya
merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh
siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari
buku-buku saja.
e. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan siswa menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
g. Mengembangkan minat belajar siswa secara terus-menerus
belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
2. Kelemahan
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencobanya.
b. Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka siswa tidak akan belajar
tentang apa yang ingin dipelajari.
Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan adanya
pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian
dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan dapat
menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat
membantu siswa menjadi terampil dalam memecahkan masalah, baik
yang berkaitan dengan masalah akademik ataupun kehidupan mereka
E. Sistem Koordinat Kartesius
Sistem koordinat adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendeskripsikan posisi atau letak suatu titik pada bidang (Vossler, 2000).
Beberapa sistem koordinat yang sering kita kenal adalah sistem koordinat
kartesius, sistem koordinat polar, sistem koordinat tabung dan sistem
koordinat bola. Sistem koordinat dalam dua dimensi terdiri dari sistem
koordinat kartesius dan sistem kordinat polar.
Menurut Swokowski (2009), koordinat kartesius dibentuk oleh dua
garis yang saling berpotongan tegak lurus, dimana titik perpotongan kedua
garis tersebut disebut titik asal.Dua garis yang saling berpotongan tersebut
dikenal dengan sumbu-X dan sumbu-Y serta membagi bidang koordinat
kartesius menjadi 4 Kuadran seperti gambar dibawah ini:
absis
ordinat
Berdasarkan gambar 2.1 diatas, dapat kita lihat nilai masing-masing
kuadran dalam bidang koordinat kartesius. Berikut masing-masing nilai
dalam kuadran koordinat kartesius.
Kuadran I : sumbu-x positif dan sumbu -y positif.
Kuadran II : sumbu -x negatif dan sumbu-y positif.
Kuadran III : sumbu -x negatif dan sumbu-y negatif.
Kuadran IV : sumbu -x positif dan sumbu-y negatif.
Pada koordinat kartesius, posisi titik ditulis dalam himpunan
pasangan berurut (x,y). Bilangan x menyatakan jarak titik itu dari
sumbu-Y dan bilangan y menyatakan jarak titik itu dari sumbu-X. Pada bidang
koordinat diatas, titik P memiliki koordinat (-2,1) dengan -2 disebut absis
sedangkan 1 disebut ordinat serta begitu pula pada titik Q yang memiliki
koordinat (2,3) dengan 2 disebut absis dan 3 disebut ordinat.
Roebijanto (2014) dalam bukunya yang berjudul “Geometri,
Pengukuran dan Statistik” mengatakan bahwa dalam struktur geometri
modern khususnya dan matematika pada umumnya, terdapat
istilah-istilah yang disepakati dan menjadi pedoman bagi semua orang dalam
mempelajari geometri, matematika atau cabang matematika yang lain.
istilah-istilah tersebut adalah meliputi: unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, unsur-unsur yang didefinisikan, aksioma atau postulat dan
teorema atau dalil atau rumus. Unsur-unsur yang tidak didefinisikan atau
pengertian pangkal adalah konsep primitif yang mudah dipahami dan
B
Titik adalah konsep abstrak yang tidak berwujud atau tidak
berbentuk, tidak mempunyai ukuran, tidak mempunyai berat, atau tidak
mempunyai panjang, lebar, atau tinggi. Titik adalah ide atau gagasan abstrak yang hanya memiliki kedudukan untuk menunjukan suatu lokasi.
Bannett Jr, A. B dan Nelson L.T (Roebijanto, 2014) menyatakan: “One
fundamental notion in geometry is that of a point. All geometric figures
are sets of point”. Hal ini mengisyaratkan bahwa “titik” adalah sebuah
hal yang paling mendasar untuk mempelajari geometri. Titik dapat
digambarkan dengan sebuah noktah. Titik diberi nama dengan
menggunakan huruf kapital yang diletakan didekat titik tersebut seperti
contoh berikut ini.
Berikut beberapa kedudukan 2 titik dalam bidang.
1. Dua titik berimpit
Dua titik berimpit adalah dua titik yang menempati posisi yang
sama.
C A
Gambar 2.2 Titik A Gambar 2.3 Titik B Gambar 2.4 Titik C
A B
2. Dua titik berlainan
Dua titik berlainan adalah dua titik yang tidak menempati posisi
yang sama.
Garis adalah konsep yang tidak dapat dijelaskan dengan
menggunakan kata-kata yang sederhana atau kalimat yang mudah
dimengerti. Oleh karena itu, garis juga dikelompokkan kedalam unsur
yang tidak didefinisikan. Garis adalah ide atau gagasan abstrak yang
bentuknya lurus, memanjang ke dua arah, tidak terbatas atau tidak
bertitik akhir, dan tidak tebal. Garis dapat dimodelkan dengan hasil
goresan alat tulis pada bidang tulis, kertas, atau papan tulis dengan
bentuk yang lurus. Dalam memberi sebuah garis dapat dilakukan dengan
menggunakan sebuah huruf kecil pada salah satu ujung garis.
Sinar garis dan ruas garis adalah konsep yang dikembangkan dari
titik dan garis. Sinar garis adalah bagian dari garis yang memanjang ke
satu arah dengan panjang tidak terhingga. Dalam membuat sebuah sinar
garis dapat dilakukan dengan membuat gambar sebuah titik sebagai titik
pangkal dan dipanjangkan ke satu arah. Dalam memberi nama sebuah
A B
sinar garis biasanya menggunakan dua hurup kapital. Huruf pertama
diletakkan pada pangkal sinar garis, dan huruf ke dua diletakkan pada
salah satu titik di bagian yang memanjang dari sinar tersebut.
Ruas garis adalah himpunan titik-titik dengan kedudukan
memanjang dan posisi lurus serta dibatasi oleh dua buah titik. Dalam
memberi nama sebuah ruas garis dapat menggunakan dua huruf besar
yang diletakkan di ujung-ujung ruas garis tersebut. Berikut beberapa
contoh ruas garis.
Berikut beberapa kedudukan 2 Garis dalam Bidang
1. Dua garis sejajar
Dua buah garis dikatakan sejajar apabila garis-garis
tersebut tidak akan pernah berpotongan walaupun dipanjangkan
sampai tidak terhingga. Garis yang sejajar selalu mempunyai
jarak yang sama antara titik pada garis yang satu dengan garis
lainnya. Berikut beberapa contoh garis-garis yang sejajar.
2. Dua garis berpotongan
Dua buah garis dikatakan saling berpotongan apabila
garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan mempunyai
tepat satu titik potong atau titik persekutuan. Dua garis saling
berpotongan memiliki keadaan yang khusus yaitu perpotongan
kedua garis tersebut membentuk sudut 90º (saling tegak lurus).
3. Dua garis berimpit
Dua buah garis dikatakan saling berimpit apabila garis
tersebut terletak pada satu garis lurus pada suatu bidang. Pada
dua garis yang berimpit minimal terdapat dua titik persekutuan.
F. Kerangka Berpikir
Sekolah merupakan lembaga formal yang dibentuk untuk
memperoleh pengetahuan dan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Namun, sering kali kita temui,
banyak aktivitas kegiatan pembelajaran sekolah, khususnya pelajaran
matematika dilakukan secara monoton, sehingga proses belajar menjadi
membosankan, tidak menarik, menyebabkan siswa mengantuk bahkan
membuat siswa tidak berminat untuk mengikuti rangkaian pembelajaran.
Banyak pembelajaran saat ini kurang menekankan pada konsep
pemecahan masalah. Dalam aktivitas pembelajarannya, sering kali kita
temukan di lapangan bahwa persoalan-persoalan yang diberikan kurang
membuat siswa bernalar dalam menyelesaikan masalah. Pembelajaran
matematika adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada proses Gambar 2.17 Garis
Berimpit dengan Garis l l
berpikir yang kritis dan kreatif untuk menyelesaikan permasalahan.
Pembelajaran matematika seharusnya mendorong kemampuan pemecahan
masalah yang dilandasi dengan penalaran yang logis untuk menarik
kesimpulan atau solusi dari suatu permasalahan.
Dalam mendorong proses berpikir matematis, diperlukan model
pembelajaran yang tepat dan inovatif. Pembelajaran harus menekankan
pada kemampuan pemecahan masalah sehingga menjadi tantangan
tersendiri bagi siswa. Pembelajaran matematika yang menyajikan suatu
masalah tertentu, yang biasanya permasalahan tersebut tanpa disadari
pernah dialami siswa tentu akan perhatian dan minat belajar siswa. Minat
belajar siswa yang tinggi tentunya akan berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah dan prestasi belajar siswa.
Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan mendorong minat
belajar siswa adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model
pembelajaran ini menyajikan permasalahan nyata sehari-hari yang dapat
menarik perhatian dan membuat siswa aktif dalam belajar. Pembelajaran ini
juga berfungsi untuk melihat sejauh mana kemampuan pemecahan masalah
yang ditunjukan oleh siswa melalui pola pikir mereka terhadap suatu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan suatu fenomena yang ada tanpa mengadakan manipulasi
data, melainkan memaparkan kondisi yang sebenarnya apa adanya (Sukardi,
2003). Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individu maupun kelompok (Sukmadinata, 2008).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini, lokasi atau tempat dilakukan penelitian yaitu di
SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Maret 2018 - Januari 2018 dan waktu pengambilan datanya pada
bulan September 2018.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kanisius Pakem,
Yogyakarta pada tahun ajaran 2018/2019 dan objek penelitian ini adalah
kemampuan pemecahan masalah dan minat belajar siswa pada pembelajaran
D. Bentuk Data
Bentuk data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa data skor hasil belajar
siswa dan data skor hasil angket minat belajar siswa sedangkan pada data
kualitatif berupa data keterlaksanaan pembelajaran dan data minat belajar
siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Observasi adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan data
primer terkait proses pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu dengan
cara melakukan pengamatan langsung dan sistematis dengan alat indra.
Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung untuk
memperoleh data keterlaksanaan rencana pembelajaran. Observasi
dilakukan dilakukan oleh seorang observer dengan memberikan tanda
checklist pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang
menyatakan keterlaksanaan atau tidaknya kegiatan yang dilakukan
selama pembelajaran.
2. Teknik Tes
Lestari (2015) mengatakan bahwa pengumpulan data melalui teknik
tes dilakukan dengan memberikan instrumen tes yang terdiri dari
kemampuan siswa terutama pada aspek kognitif. Peneliti membuat
permasalahan atau soal terkait materi sistem koordinat dari kehidupan
sehari-hari, kemudian meminta subjek penelitian untuk
menyelesaikannya. Soal tes tertulis tersebut dibuat dalam bentuk uraian
sehingga subjek membutuhkan strategi dan pola pikir yang tepat dalam
menyelesaikannya. Tujuan tes tertulis ini supaya peneliti dapat
mengetahui kemampuan pemecahan masalah terkait materi sistem
koordinat.
3. Penyebaran Angket
Sugiyono (2013) mengatakan bahwa angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden. Dalam penelitian
ini, peneliti melakukan penyebaran angket untuk mengetahui minat
siswa dalam pelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Daftar pertanyaan yang dibuat oleh
peneliti merupakan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan minat
belajar siswa terhadap topik bahasan sistem koordinat.
4. Wawancara
Lestari (2015) mengatakan bahwa pengumpulan data melalui
wawancara dilakukan dengan memberikan serangkaian pertanyaan
yang diajukan secara langsung oleh peneliti kepada responden.
Wawancara bertujuan untuk mendukung atau mengetahui tingkat
minat belajar siswa. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan setelah
tes kemampuan pemecahan masalah dan penyebaran angket.
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran merupakan alat yang digunakan peneliti untuk
mendukung proses kegiatan pembelajaran. Instrumen pembelajaran
pada penelitian ini Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan alat
pembelajaran yang dibuat supaya menjadi pedoman bagi peneliti
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. RPP pada penelitian
ini dirancang untuk 5 kali pertemuan yang memuat materi koordinat
kartesius dengan rincian pelaksanaan 4 kali pertemuan untuk
kegiatan pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk melaksanakan tes
kemampuan tertulis.
b. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan peneliti selama proses
pembelajaran dan dikerjakan siswa dalam kelompok. Penggunaan
LKS dalam pembelajaran berbasis masalah diharapkan dapat
membantu peneliti dalam mengembangkan kemampuan pemecahan
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan peneliti untuk
memperoleh data-data atau informasi yang relevan bagi peneliti.
Instrumen penelitian ini berupa lembar observasi, soal-soal tes tertulis,
angket dan pedoman wawancara.
a. Lembar Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi untuk
mengetahui keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Berikut lembar observasi yang digunakan peneliti selama kegiatan
pembelajaran.
Tabel 3.1 Lembar Observasi Pembelajaran Berbasis Masalah
NO ASPEK YANG DIAMATI YA TIDAK
I PRA PEMBELAJARAN
1 Guru memeriksa kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
II MEMBUKA PEMBELAJARAN
1 Guru mengucapkan salam pembuka.
2
Guru mengingatkan kembali materi-materi
pembelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya.
3 Guru menyampaikan indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A Mengorganisasikan Siswa kepada Masalah
1
Guru memberikan permasalahan
sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang