DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
---NOTULEN
RAPAT PLENO KOMITE I
MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2014-2015
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
---
1.
H a r i
: Selasa
2.
Tanggal
: 2 Desember 2014
3.
Waktu
: 09.45 WIB – 11.30 WIB
4.
Tempat
: Ruang Rapat Zamrud 1-2 Lantai 1
Holiday Inn Hotel Bandung
5.
Pimpinan Sidang
: 1.
Drs. H. Akhmad Muqowam;
2.
H. Fachrul Razi., M.Si;
3.
Benny Rhamdani.
6.
Kepala Bagian
: Sudarman, SH., MH
7.
Acara
: Penyempurnaan Program Prioritas
Komite I
SEKRETARIAT JENDERAL
DPD RI
1
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
---
NOTULEN
RAPAT PLENO KOMITE I
MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2014-2015
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
---
1.
H a r i
: Selasa
2.
Tanggal
: 2 Desember 2014
3.
Waktu
: 09.45 WIB – 12.00 WIB
4.
Tempat
: Ruang Rapat Zamrud 1-2 Lantai 1 Holiday
Inn Hotel Bandung
5.
Pimpinan Sidang
: 1.
Drs. H. Akhmad Muqowam;
2.
H. Fachrul Razi., M.Si;
3.
Benny Rhamdani.
6.
Kepala Bagian
: Sudarman, SH., MH
7.
Acara
: Penyempurnaan Program Prioritas Komite I
SEKRETARIAT JENDERAL
DPD RI
2 I. Hasil Rapat:
1. Rapat Dengar Pendapat dibuka oleh Ketua Komite I Bapak
Drs.
H. Akhmad Muqowam yang dihadiri 7 (tujuh) orang anggota dari 33 (tiga puluh tiga) orang anggota, menghadirkan Narasumber Bapak. Sutoro Eko.2. Pengantar Pimpinan Komite I :
- Perlu focus pembahasan terhadap pengaturan regulasi dikaitkan dengan implementasi desa adat.
3. Setelah pimpinan menyampaikan pengantarnya, pimpinan mempersilahkan
Narasumber untuk menyampaikan paparannya, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sutoro Eko (Narasumber):
- DPD RI periode 2009-2014 mengembangkan konsep negara kecil, Bappenas
melihat desa melalui sudut pandang kawasan/wilayah yang terdiri dari masyarakat.
- Pemerintah melihat desa sebagai pemerintahan hirarki dan menjadikan kepala desa sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah.
- Parlemen memberikan sudut pandang memperkuat kepala desa sebagai pemimpin masyarakat bukan sebagai kepanjangan tangan Pemerintah.
- Desa dipandang sebagai hulu masalah dan hilir program dari sisi sektor. - UU Desa berupaya megakomoodir konsolidasi dengan melihat desa secara
utuh dimana desa tidak dilihat dari sisi sektoral.
- Desa harus dilihat sebagai kesatuan yang diikat dalam suatu system yang utuh dengan kewenangan local dengan rekognisi dan subsidiaritas.
- Penyelesaian perangkat regulasi nasional terdiri dari 2 peraturan yaitu peraturan terkait dana desa dan peraturan alokasi dana desa.
- Dana desa yang diberikan saat ini adalah sebesar 9,1 Milyar Rupiah. Perlu revisi pasal terkait besaran dana desa diperlukan revisi besaran dana desa yang efektif yaitu sebesar 32 Milyar.
- Di aturan lama, mantan kepala desa dapat menjadi PJS namun di UU NO 17 Tahun 2014 tentang Desa tidak bisa menjadi PJS, posisi ini diformasikan kepada PNS.
- Implemenatasi perencanaan, pengelolaan, evaluasi desa ditunda menunggu payung hukum dilegalisasi.
- Sosialisasi dan asistensi daerah terkait UU No 17 Tahun 2014 tentang Desa dilakukan oleh LSM dan perguruan tinggi, namun pemerintah belum melaksanakan secara terstruktur dan masif di desa. Asistensi yang dilakukan PMD masih minim karena penyiapan peraturan daerah dan peraturan kepala desa masih belum merata di semua daerah.
3
- Penetapan desa adat menimbulkan konflik, salah satunya di Provinsi Bali terkait penentuan desa Pakraman. Di Karang asem terjadi aksi mobilisasi kepala daerah.
- Peraturan menteri dan peraturan Bupati tentang kewenangan desa belum ada.
- Money follow function diaplikasikan dalam implementasi UU Desa di daerah dalam rangka optimalisasi penyerapan anggaran.
- Perpu dana desa dirancang dalam rangka pengalokasian dana ke desa dengan kriteria jumlah penduduk, luas wilayah, angka kemiskinan dan kondisi geografis.
- 50 sd 60% Alokasi Dana Desa (ADD) digunakan untuk penghasilan tetap kepala desa dan aparatur desa.
- Terjadi protes terkait tanah Previledge di jawa sebagai akibat dari distorsi UU Desa dan PP
- Penyiapan dan pendampingan desa belum dilaksanakan, berdasarkan PP No
43 dan PP No 60 pada bulan Juni 2014 seharusnya sudah harus dilaksanakan musyawarah desa yang merancang segala peraturan dan mekanisme kerja aparatur desa.
- 19.123 orang fasilitator desa dari PNPM Mandiri telah disebar di daerah untuk melakukan pendampingan, perencanaan operasional desa.
- Penyiapan fasilitator tambahan dari pemerintah terhambat.
- Musyawarah desa seharusnya telah dilaksanakan paling lambat pada bulan Juli 2014 namun hingga saat ini belum terealasiasi.
- Melalui asistensi yang baik dan efektif akan tercipta desa yang baik dan optimal dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
- Kerangka kelembagaan perlu diapresasi, aspek kebijakan, aspek program, aspek pendanaan perlu digapar secara apik. Perlu melakukan potimalisasi UPT dan pusat pelatihan aparatur desa.
- Terjadi benturan management desa antara Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Desa.
- Self Governing Communirty akan diaplikasikan dalam kehidupan di pedesaan
dengan penerapan asas rekognisi dan subsidiaritas.
- Desa ditempatkan sebagai salah satu urusan pemerintahan namun
berdasarkan UU No 17 Tahun 2014 tentang Desa oleh karena itu ini menjadi domain Kemendagri sedangkan dilihat dari sudut pandang desa sebagai entitas hukum dan social akan menjadi domain Kementerian Desa.
- Perlu dicermati aspek substansi, diharapkan tenaga ahli melakukan pemantauan intensif untuk selalu mengupdate informasi terkait desa.
- Perlu dilihat relevansi program desa, UU Desa dan Nawacita Presiden RI. - Menteri bertugas melakukan mapping program kerja.
- Perlu melakukan integrasi system pengelolaan desa. Meskipun pengurusan desa terpencar di Kementerian dan lembaga, Komite I DPD RI perlu memberikan concern yang terintegrasi.
4
4. Setelah Narasumber menyampaikan paparannya, Pimpinan mempersilahkan
anggota Komite I untuk menyampaikan pertanyaan, pendapat, saran dan masukannya, yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua Komite I):
- Pasal 3 mengandung unsur rekognisi bahwa UU ini mengakomodir satuan hukum adat selain desa seperti gampoeng, nagari dll.
- Pasal 18 (B) mengakomodir desa sebagai entitas kemasyarakatan, perlu dilihat secara baik agar teraplikasi secara tepat.
- Posisi PP 43 Tahun 2014 pemerintah memperlihatkan ‘rivalitas’ antara DPR RI dan Pemerintah terkait pengelolaan desa.
A.M Iqbal Parewangi (DPD Provinsi Sulawesi Selatan):
- Pemerintah daerah belum siap mengimplementasikan UU No 17 Tahun 2014
Desa, selain itu sosialisasi belum dilakukan dengan optimal.
- DPD RI perlu mengambil peran dalam rangka pendampingan dimana
setidaknya DPD RI menjadi mediator dalam posisi strategis.
- Komite I hendaknya menginisiasi pendampingan sebagai kordinator.
- Dapatkah DPD RI masuk dalam posisi strategis konten pelatihan aparatur desa? Saya mengusulkan DPD RI melakukan inisiasi pemodelan corak desa. - Pada masa reses, Komite I perlu memfasilitasi materi, surat dan kelengkapan
lainnya bagi senator untuk melaksanakan pertemuan dalam rangka kordianasi kepala desa di daerah pemilihan masing - masing.
- Komite I hendaknya membuat dialog nasional tahunan dengan APDESI Kabupaten dan Kota minimal setahun sekali.
Drs. H. Ahmad Subadri (DPD Provinsi Banten):
- Pemerintah perlu memberikan perhatian kepala pengelolaan desa.
- Anggaran pembangunan desa merupakan hal yang paling strategis dalam rangka pengelolaan desa, saya mendorong besaran dan desa perlu besar dengan pengelolaan yang bersifat bottom up.
- Perlu sesi khusus pembedahan isu strategis terkait desa. - Komite I perlu menginisiasi kerjasama antar desa.
- Perlu penguatan pemerintahan antar desa, maka perlu perbaikan sistem rekrutmen perangkat desa.
- Perlu adanya kerjasama yang baik antar aparat desa agar terbentuk pemerintahan yang efektif.
Hj. Juniwati Masjchun Sofwan (DPD Provinsi Jambi):
5
Antung Fatmawati (DPD Provinsi Kalimantan Selatan):
- Perlu seleksi aparatur desa karena sebagian besar unskilled worker sehingga program kerja tidak terelasiasi dengan optimal.
Drs. H. Akhmad Muqowam (Ketua Komite I):
- UPK masyarakat desa berbentuk badan hukum apa, hal ini perlu diperjelas. - Bila Kabupaten/Kota tidak memberikan alokasi dana desa pemerintah dapat
melakukan penundaan dan atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi dana alokasi khusus.
- Komite I akan melakukan sosialisasi di masing-masing daerah pemilihan, Staff ahli Komite I perlu berkordinasi dengan pak Sutoro Eko dalam mempersiapkan kerangka regulasi, kerangka kebijakan, kerangka regulasi lanjutan dan kerangka program.
- Dialog nasional perlu diinisiasi oleh Komite I, staff ahli perlu membuat TOR yang mencerminkan kontempelasi Komite I ke depan terkait isu strategis pengelolaan desa.
- Perlu penggodokan Pandangan DPD RI atas Perpu Pilkada dan Perpu Pemda Pemerintah.
5. Setelah Anggota Komite I menyampaikan pendapat, pertanyaan, saran dan masukannya terkait paparan narasumber, Pimpinan mempersilahkan narasumber memberikan tanggapan yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sutoro Eko (Narasumber):
- Perlu komunikasi dan kordinasi antara Legislatif dan Eksekutif dalam rangka pengleolaan dan pengawasan ADD.
- DPD dapat memainkan peran dalam penciptaan mekanisme pengelolaan desa
dan alokasi dana desa.
- Saya berharap DPD dapat mendorong agar Pemerintah Provinsi dapat mengalokasikan biaya opersional desa dari pemerintah pusat untuk pengadaan pelatihan aparatur desa dan aplikasi pengelolaan desa.
- Pola pendaan dari Pemerintah kepada NGO perlu diperjelas, jangan dibuat dalam bentuk bansos karena rentan dikorupsi.
- Perlu kerjasama dengan NGO dalam rangka pendampingan pengaplikasian pengelolaan desa, contoh di Jambi ada NGO Arsi.
- Perlu dibuat forum bersama antara pemerintah, pengusaha dan pihak terkait lain dalam pengawasan dan aplikasi pengelolaan desa.
- Perlu dibangun jembatan politik dengan kemitraan dengan organisasi masyarakat sipil.
6 6. Rapat ditutup Pkl 12.00 WIB
Jakarta, 2 Desember 2014 Kabag. Set. Komite I
H. Sudarman,SH.,MH. NIP. 195904021982031002