commit to user
18 BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Perusahaan
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co (Kimia Farma, 2013). Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhineka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero) (Kimia Farma, 2013).
Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang kedua bursa telah merger dan kini bernama Bursa Efek Indonesia) (Kimia Farma,
commit to user
2013). Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya
dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya
pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia (Kimia Farma, 2013).
b. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan anggaran Dasar Perseroan yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : AHU-47137.AH.01.02.Tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat khususnya di bidang industri kimia, farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan serta minuman, dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :
1. Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia, farmasi, biologi dan lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi, kontrasepsi, kosmetika, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan/minuman dan produk lainnya termasuk bidang
commit to user
perkebunan dan pertambangan yang ada hubungan dengan produksi di atas (Kimia Farma, 2013).
2. Memproduksi pengemas dan bahan pengemas, mesin dan peralatan serta sarana pendukung lainnya, baik yang berkait dengan industri farmasi maupun industri lainnya (Kimia Farma,2013).
3. Menyelenggarakan kegiatan pemasaran, perdagangan dan distribusi dari hasil produksi seperti di atas, baik hasil produksi sendiri maupun hasil produksi pihak ketiga, termasuk barang umum, baik di dalam maupun di luar negeri, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan usaha Perseroan (Kimia Farma, 2013).
4. Berusahan di bidang jasa, baik yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha Perseroan maupun jasa, upaya dan sarana pemeliharaan dan pelayanan kesehatan pada umumnya, termasuk jasa konsultasi kesehatan (Kimia Farma, 2013).
5. Melakukan usaha-usaha optimalisasi aset yang dimiliki Perseroab (Kimia Farma, 2013).
6. Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian dan pengembangan sejalan dengan maksud dan tujuan Perseroan, baik yang dilakukan sendiri maupun kerja sama dengan pihak lain (Kimia Farma, 2013).
commit to user c. Visi dan Misi
Perusahaan memiliki visi yaitu menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis.
Perusahaan juga memiliki misi menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang:
1. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.
2. Perdagangan dan jaringan distribusi.
3. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan ritel farmasi dan jaringan pelayanan kesehatan lainnya.
4. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan.
d. Struktur Organisasi
commit to user e. Bidang dan Kegiatan Usaha
Perseroan memiliki bidang usaha di bidang industri farmasi, yang didukung oleh manufaktur, research & development, pemasaran, distribusi, ritel, dan laboratorium klinik serta klinik kesehatan (Kimia Farma, 2013). Kegiatan usaha manufaktur ini dikelola oleh perusahaan induk yang memproduksi obat jadi pharma dan herbal, bahan baku Yodium dan Garam Yodium, Ferro Sulphate, Kina & Garam Kina serta Castor Oil dan Edible Oils. Terdapat 5 (lima) fasilitas produksi (Plant) yang tersebar di beberapa kota di Indonesia (Kimia Farma, 2013).
f. Riset Dan Pengembangan
Unit Research & Development melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan produk baru Perseroan, yang dilengkapi dengan laboratorium formulasi dan laboratorium analisis (skala laboratorium dan skala pilot), fasilitas ekstraksi dan kebun percobaan tanaman obat seluas 5 Ha di Banjaran, Bandung dan 1.060 Ha di Bintang, Cianjur Selatan, Jawa Barat. Unit Research & Development melakukan penelitian formulasi, baik untuk sediaan modern maupun herbal medicine, sintesa kimia sederhana dan pengembangan tanaman obat (Kimia Farma, 2013). Saat ini, Perseroan mengembangkan obat atau produk farmasi yang berbasis teknologi modern yaitu produk bioteknologi dan radiofarmasi. Di samping itu, Perseroan juga
commit to user
mengembangkan produk obat yang berbahan dasar tumbuh-tumbuhan (herbal medicine) yang memanfaatkan kekayaan hayati Indonesia sekaligus bermanfaat bagi masyarakat (Kimia Farma, 2013).
Sejalan dengan perkembangan teknologi kedokteran di bidang terapi, Perseroan senantiasa mengantisipasi dan menyiapkan diri untuk memanfaatkan peluang yang ada dengan merencanakan pengembangan bisnis dan produk ke depan, diantaranya bisnis rumah sakit, penelitian dan pengembangan sel punca, jasa penyimpanan sel punca, kultur jaringan, radiofarmasi, produk kimia seperti: yodium dan turunannya, ferro sulphate, minyak jarak dan turunannya serta ekspansi jaringan apotek di luar negeri (Kimia Farma, 2013). Upaya dan rencana pengembangan bisnis dan produk tersebut diharapkan dapat mendukung peningkatan value Perseroan serta tercapainya tujuan transformasi.
B. Analisis Rasio Keuangan dan Pembahasan 1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas yaitu rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya atau kewajiban yang harus segera dipenuhi (Munawir, 2007). Jika perusahaan mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya maka perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, sebaliknya jika perusahaan tidak dapat
commit to user
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya, berarti perusahaan terebut dalam keadaan likuid.
Rasio Lancar 2011 = 1,263,029,723,926 = 2,75 459,694,310,937 2012 = 1,505,798,399,164 = 2,80 537,184,235,226 2013 = 1,810,614,614,537 = 2,43 746,123,148,554 Rasio Cepat 2011 = 1,263,029,723,926 - 456,068,713,230 = 1,76 459,694,310,937 2012 = 1,505,798,399,164 - 530,417,299,657 = 1,82 537,184,235,226 2013 = 1,810,614,614,537 - 640,909,360,172 = 1,57 746,123,148,554 Rasio Kas 2011 = 1,263,029,723,926 - 456,068,713,230 - 392,230,031,555 = 0,90 459,694,310,937 2012 = 1,505,798,399,164 - 530,417,299,657 - 464,466,907,480 = 0,95 537,184,235,226 2013 = 1,810,614,614,537 - 640,909,360,172 - 554,220,980,343 = 0,82 746,123,148,554
commit to user Tabel III.1
Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas
Periode 2011-2013 No Tahun Rasio Lancar Rasio Cepat Rasio Kas Pertumbuhan (%) Rasio Lancar Rasio Lancar Rasio Lancar 1 2011 2,75 1,76 0,90 0,32 0,15 0,08 2 2012 2,80 1,82 0,95 0,05 0,06 0,05 3 2013 2,43 1,57 0,82 (0,37) (0,25) (0,13) Sumber: Data Olahan 2015
Rasio lancar perusahaan menunjukkan besarnya kas yang dimiliki perusahaan ditambah aset-aset yang bisa berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun. Pada tahun 2011, rasio lancar perusahaan
bernilai Rp 2,75 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- utang lancar
dijamin oleh Rp 2,75 aset lancar. Di tahun 2012 dan tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan aktiva lancar Rp 2,80 dan Rp 2,43 dari setiap Rp 1,- hutang yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,05 dan penurunan sebesar Rp 0,37 pada tahun 2013 yang disebabkan proporsi kenaikan hutang lancar lebih besar dari proporsi kenaikan aktiva lancar yang berasal dari piutang usaha.
Rasio cepat perusahaan menunjukkan menggunakan aset-aset yang akan berubah menjadi kas dengan lebih cepat. Pada tahun 2011, rasio cepat perusahaan bernilai Rp 1,76 yang berarti bahwa setiap Rp
commit to user
1,- hutang lancar dijamin oleh Rp 1,76 aset lancar dikurangi
persediaan. Di tahun 2012 dan tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan aktiva lancar dikurangi persediaan Rp 1,82 dan Rp 1,57 dari setiap Rp 1,- hutang yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,06 dan penurunan sebesar Rp 0,25 pada tahun 2013.Penurunan ini dikarenakan jumlah hutang lancar perusahaan tahun 2013 lebih kecil dari tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah aktiva lancar selain persediaan yang digunakan untuk menjamin hutang lancar lebih besar.
Rasio kas perusahaan menunjukkan menggunakan aset-aset yang akan berubah menjadi kas dengan lebih cepat. Pada tahun 2011, rasio kas perusahaan bernilai Rp 0,90 yang berarti bahwa setiap Rp 1,-hutang lancar dijamin oleh Rp 0,90 aset lancar dikurangi persediaan dan piutang usaha. Di tahun 2012 dan tahun 2013 perusahaan mampu menghasilkan aktiva lancar dikurangi persediaan dan piutang usaha Rp 0,95 dan Rp 0,82 dari setiap Rp 1,- hutang yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,05 dan penurunan sebesar Rp 0,13 pada tahun 2013 hal ini disebabkan oleh persentase perubahan hutang lancar lebih besar dari persentase perubahan kas, setara kas dan piutang.
commit to user Tabel III.2
Ringkasan Aktiva Lancar, Persediaan, Piutang dan Hutang Lancar
Periode 2011-2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
Keterangan 2011 2012 2013
Aktiva Lancar Rp 1,263,029 Rp 1,505,798 Rp 1,810,614 Persediaan Rp 456,068 Rp 530,417 Rp 640,909 Piutang Usaha Rp 392,230 Rp 464,466 Rp 554,220 Hutang Lancar Rp 459,694 Rp 537,184 Rp 746,123
Keterangan Pertumbuhan 2011-2012 Pertumbuhan 2012-2013
% Rp % Rp
Aktiva Lancar 8,77% Rp 242,769 9,19% Rp 304,816 Persediaan 7,54% Rp 74,349 9,43% Rp 110,492 Piutang Usaha 8,43% Rp 72,236 8,81% Rp 89,754 Hutang Lancar 7,77% Rp 77,490 16,28% Rp 208,939 Sumber: Data Diolah dari Ikhtisar Keuangan, Neraca dan Laporan Laba
Rugi Kimia Farma 2015
Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rasio lancar di tahun 2012 karena adanya kenaikan aktiva lancar menjadi Rp 1,505,798 triliun atau meningkat 8,77% dari tahun sebelumnya. Hutang lancar perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 7,77% atau meningkat sebesar Rp 77,490 triliun dari tahun sebelumnya.Nilai rasio lancar pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh naiknya aktiva lancar sebesar 9,19% atau naik sebesar Rp 1,810,614 triliun dari tahun sebelumnya serta peningkatan hutang lancar sebesar 16,28% dari tahun sebelumnya.
commit to user
Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rasio cepat di tahun 2012 karena adanya kenaikan aktiva lancar menjadi Rp 1,505,798 triliun atau meningkat 8,77% dari tahun sebelumnya. Persediaan juga meningkat sebesar 7,54% atau meningkat Rp 530,417 triliun dari tahun sebelumnya. Hutang lancar perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 7,77% atau meningkat sebesar Rp 77,490 triliun dari tahun sebelumnya.Nilai rasio cepat pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh naiknya aktiva lancar sebesar 9,19% atau naik sebesar Rp 1,810,614 triliun dari tahun sebelumnya serta peningkatan hutang lancar sebesar 16,28% dari tahun sebelumnya. Persediaan juga mengalami peningkatan menjadi Rp 640,909 triliun atau 9,43% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan tabel di atas, peningkatan rasio kas di tahun 2012 karena adanya kenaikan aktiva lancar menjadi Rp 1,505,798 triliun atau meningkat 8,77% dari tahun sebelumnya. Persediaan meningkat sebesar 7,54% atau meningkat Rp 530,417 triliun dari tahun sebelumnya. Piutang usaha meningkat sebesar 8,43% dari tahun sebelumnya serta hutang lancar perusahaan juga mengalami peningkatan sebesar 7,77% atau meningkat sebesar Rp 77,490 triliun dari tahun sebelumnya.Nilai rasio lancar pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh naiknya aktiva lancar sebesar 9,19% atau naik sebesar Rp 1,810,614 triliun dari tahun sebelumnya serta peningkatan hutang lancar sebesar 16,28% dari tahun
commit to user
sebelumnya. Persediaan juga mengalami peningkatan menjadi Rp 640,909 triliun atau 9,43% dari tahun sebelumnya serta peningkatan piutang usaha 8,81% atau meningkat Rp 554,220 triliun.
Pada tahun 2012 peningkatan aktiva lancar yang signifikan didorong oleh meningkatnya kas dan setara kas. Kenaikan kas dan setara kas ini merupakan dampak dari kenaikan laba perusahaan dan insentifnya kegiatan penagihan serta pencairan piutang usaha oleh Perseroan. Peningkatan aktiva lancar dari tahun sebelumnya juga dikarenakan oleh kenaikan piutang usaha yang disebabkan oleh meningkatnya piutang pihak ketiga dan piutang ekspor sebagai konsekuensi adanya peningkatan penjualan pada kedua tipe pelanggan tersebut. Peningkatan piutang lain-lain yang berasal dari piutang yang timbul atas biaya dalam rangka kerja sama untuk kegiatan distribusi obat, biaya kirim, dan biaya impor bahan baku obat untuk pihak ketiga (Kimia Farma, 2012). Biaya tersebut akan ditagih kepada pihak ketiga/mitra kerja sama sesuai dengan pola kerja sama yang telah disepakati.
Pada tahun 2013 pengaruh pertumbuhan aktiva lancar tidak jauh berbeda dari tahun 2012. Hanya pada tahun 2013 harga bahan baku mengalami kenaikan. Kenaikan ini juga disebabkan oleh naiknya nilai tukar rupiah, serta penurunan harga obat Generik Berlogo (oGB) berdampak pada penjualan. harga oGB ditetapkan oleh Pemerintah
commit to user
sementara itu penyesuaian harga tidak disesuaikan setiap ada kenaikan harga bahan baku (Kimia Farma, 2013).
Pada tahun 2012, hutang lancar meningkat dibandingkan tahun sebelumnya ini disebabkan terdapat kenaikan pada utang usaha, utang usaha pihak berelasi, utang usaha pihak ketiga, utang lain-lain, biaya masih harus dibayar. Resiko perubahan nilai valuta asing akan berdampak terhadap keberlangsungan pemenuhan kewajiban atas penyelesaian pembayaran barang atau bahan impor yang dilakukan oleh Perseroan (Kimia Farma, 2012). Penyebab resiko tersebut adalah terjadinya krisis global. Resiko ini ditangani dengan melakukan analisis resiko pasar yang sesuai selera Perseroan, menjaga tingkat likuiditas baik dengan membentuk cadangan dana dalam mata uang asing secara cermat dan atau mengupayakan pinjaman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif (Kimia Farma, 2013).
Berdasarkan hasil analisis rasio likuiditas dilihat dari ketiga rasio di atas, maka pihak manajemen perusahaan dapat mengetahui bahwa tingkat likuiditas PT Kimia Farma tahun 2011, 2012 dan 2013 adalah baik (likuid). Rasio likuiditas menunjukkan baik (likuid) dikarenakan likuiditasnya diatas 1, sehingga kalau masih dibawa 1 hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan bukan berarti tidak sehat hanya membutuhkan waktu yang lama untuk melunasi hutang
lancarnya.Perseroan menjaga tingkat likuiditas baik dengan
commit to user
dan/atau mengupayakan pinjaman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif. Rata-rata rasio likuiditas perusahaan periode 2011-2013 masih tertinggal dari rata-rata kompetitor sejenis yaitu perusahaan farmasi (seperti PT Kalbe Farma, dll) namun perusahaan mulai memperbaikinya. Hal tersebut tampak dari meningkatnya tingkat likuiditas perusahaan pada tahun 2012.
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau mengukur ringkat efisiensi pemanfaatan sumber daya pers (Munawir, 2007). Hasil dari pengukuran rasio ini untuk melihat kondisi keuangan perusahaan periode ini apakah mampu atau tidak untuk memenuhi target yang ditentukan. Penggunaan rasio ini dengan cara membandingkan tingkat penjualan dengan investasi dalam aktiva satu periode.
Rasio Perputaran Piutang
2011 = 3,481,166,441,259 = 8,88% 392,230,031,555 2012 = 3,734,241,101,309 = 8,04% 464,466,907,480 2013 = 4,348,073,988,385 = 7,85% 554,220,980,343
commit to user
Rasio Perputaran Persediaan
2011 = 2,443,150,487,283 = 5,36% 456,068,713,230 2012 = 2,559,074,130,367 = 4,82% 530,417,299,657 2013 = 3,055,921,946,994 = 4,77% 640,909,360,172
Rasio Perputaran Total Aset
2011 = 3,481,166,441,259 = 1,94% 1,794,242,423,105 2012 = 3,734,241,101,309 = 1,80% 2,076,347,580,785 2013 = 4,348,073,988,385 = 1,76% 2,471,939,548,890 Tabel III.3
Hasil Perhitungan Rasio Aktivitas Periode 2011-2013 No Tahun Rasio Perputaran Piutang Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Total Aktiva Pertumbuhan (%) Rasio Perputaran Piutang Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Total Aktiva 1 2011 8,88% 5,36% 1,94% 0,24% (0,54%) 0,02% 2 2012 8,04% 4,82% 1,80% (0,84%) (0,54%) (0,14%) 3 2013 7,85% 4,77% 1,76% (0,19%) (0,05%) (0,04%) Sumber: Data Olahan 2015
commit to user
Rasio di atas menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang sebesar 8,88 kali atau dibulatkan 9 kali atau mampu menagih piutangnya sebanyak 9 kali dalam setahun. Pada tahun 2012 dan tahun 2013 perusahaan mampu menagih piutangnya sebesar 8,04 kali dan 7,85 kali dalam setahun. Terjadi penurunan di tahun 2012 sebesar 0,84 kali dan 0,19 kali pada tahun 2013 yang disebabkan oleh proporsi kenaikan piutang usaha lebih besar dari proporsi kenaikan penjualan.
Rasio di atas menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan di tahun 2011 sebesar 5,36 kali atau dibulatkan 5 kali atau barang dagangan rata-rata baru dapat terjual setelah tersimpan dalam gudang selama 73 hari (365 : 5). Pada tahun 2012 dan 2013 sebesar 4,82 kali dan 4,77 kali tingkat perputaran persediaan. Pada tahun 2012 perputaran persediaan mengalami penurunan sebesar 0,54 dan 0,05 kali pda tahun 2013 yang disebabkan oleh proporsi kenaikan persediaan lebih besar dari proporsi kenaikan harga pokok penjualan.
Rasio di atas menunjukkan bahwa tingkat perputaran total aktiva pada tahun 2011 sebesar 1,94 kali yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1,- total aktiva dapat menghasilkan Rp 1,94 penjualan netto. Pada tahun 2012 dan 2013 mampu menghasilkan penjualan netto sebesar Rp 1,80 dan Rp 1,76 dari setiap Rp 1,- total aktiva. Pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar Rp 0,14 dan Rp 0,04 pada tahun 2013 yang disebabkan oleh proporsi kenaikan total aktiva yang
commit to user
berasal dari piutang usaha lebih besar dari proporsi kenaikan penjualan.
Tabel III.4
Ringkasan Penjualan, Piutang Usaha, Persediaan, HPP dan Total Aktiva
Periode 2011-2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
Keterangan 2011 2012 2013 Penjualan Rp 3,481,166 Rp 3,734,241 Rp 4,348,073 Piutang Usaha Rp 392,230 Rp 464,466 Rp 554,220 Persediaan Rp 456,068 Rp 530,417 Rp 640,909 HPP Rp 2,443,150 Rp 2,559,074 Rp 3,055,921 Total Aktiva Rp 1,794,242 Rp 2,076,347 Rp 2,471,939 Keterangan Pertumbuhan 2011-2012 Pertumbuhan 2012-2013 % Rp % Rp Penjualan 3,51% Rp 253,075 7,59% Rp 613,832 Piutang Usaha 8,43% Rp 72,236 8,81% Rp 89,754 Persediaan 7,54% Rp 74,349 9,43% Rp 110,492 HPP 2,32% Rp 115,924 8,85% Rp 496,847 Total Aktiva 7,29% Rp 282,105 8,70% Rp 395,592 Sumber: Data Diolah dari Ikhtisar Keuangan, Neraca dan Laporan Laba
Rugi Kimia Farma 2015
Berdasarkan tabel di atas, penurunan rasio perputaran piutang di tahun 2012 karena adanya kenaikan penjualan menjadi Rp 3,734,241 triliun atau meningkat 3,51% dari tahun sebelumnya. Peningkatan piutang usaha di tahun 2012 lebih baik dari tahun
commit to user
sebelumnya dimana mengalami peningkatan sebesar 8,43% dari tahun sebelumnya. Nilai rasio perputaran piutang pada tahun 2013 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang dipengaruhi oleh naiknya penjualan menjadi Rp 4,348,073 triliun atau meningkat sebesar 7,59%. Serta ada peningkatan piutang usaha sebesar Rp 554,220 triliun atau sebesar 8,81% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan tabel di atas, penurunan rasio perputaran persediaan di tahun 2012 karena adanya kenaikan persediaan menjadi Rp 530,417 triliun atau meningkat 7,54% dari tahun sebelumnya. Peningkatan harga pokok penjualan di tahun 2012 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dimana mengalami peningkatan sebesar 2,32% atau meningkat sebesar Rp 2,559,074 triliun. Beban pokok penjualan terhadap penjualan bersih menunjukkan penurunan sebesar 0,54%. Efisiensi pada beban pokok penjualan ini cukup signifikan jika dikaitkan dengan penjualan bersih. Penurunan rasio perputaran persediaan pada tahun 2013 dipengaruhi oleh meningkatnya persediaan menjadi Rp 640,909 triliun atau meningkat 9,43% dari tahun sebelumnya. Peningkatan harga pokok penjualan di tahun 2013 sebesar Rp 3,055,921 triliun atau meningkat sebesar 8,85% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan tabel diatas, penurunan rasio perputaran total asset ditahun 2012 karena adanya kenaikan penjualan menjadi Rp 3,734,241 triliun atau meningkat 3,51% dari tahun sebelumnya.
commit to user
Peningkatan total aktiva sebesar Rp 2,076,347 triliun atau meningkat 7,29% tahun 2012 lebih baik dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 rasio perputaran total asset meningkat karena dipengaruhi oleh naiknya penjualan bersih sebesar Rp 4,348,073 triliun atau meningkat 7,59% dari tahun sebelumnya serta ada peningkatan total asset sebesar 8,70% dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2012 peningkatan penjualan yang signifikan didorong oleh meningkatnya penjualan obat generik dan obat non-generik, dengan peningkatan yang lebih tinggi pada obat non-generik sehingga portofolio produk dapat memberikan margin yang lebih tinggi. Peningkatan tersebut merupakan kontribusi dari peningkatan penjualan di semua segmen usaha yaitu produksi, distribusi dan ritel. Penjualan lokal meningkat yaitu dari penjualan kepada pihak ketiga serta penjualan ekspor garam kina juga meningkat tajam (Kimia Farma, 2012). Penurunan harga Obat Generik Berlogo (OGB) cukup berdampak kepada penjualan karena harga OGB ditetapkan oleh Pemerintah. Demikian pula jika terjadi kenaikan harga bahan baku OGB akan berpengaruh kepada penjualan, karena penyesuaian harga jual OGB oleh pemerintah tidak dilakukan setiap ada kenaikan harga bahan baku (Kimia Farma, 2012).
Pada tahun 2013 pengaruh pertumbuhan penjualan tidak jauh berbeda dari tahun 2012. Hanya pada tahun 2013 peningkatan penjualan didukung sepenuhnya oleh kinerja anak perusahaan yang
commit to user
memberikan kontribusi positif bagi Perseroan. Pada tahun 2013 usaha Perseroan di bidang ritel semakin berkembang dan tetap menjadi pemimpin pasar di sektor ini (Kimia Farma, 2013). Kegiatan usaha Perseroan di bidang ritel ini dikelola melalui anak perusahaan yaitu PT Kimia Farma apotek dengan penjualan pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan piutang usaha selama 3 (tiga) tahun karena terjadi kenaikan penjualan. dari sisi tipe pelanggan, meningkatnya piutang tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya piutang pihak ketiga dan piutang ekspor sebagai konsekuensi adanya peningkatan penjualan pada kedua tipe pelanggan tersebut. Peningkatan piutang lain-lain yang berasal dari piutang yang timbul atas biaya dalam rangka kerja sama untuk kegiatan distribusi obat, biaya kirim, dan biaya impor bahan baku obat untuk pihak ketiga (Kimia Farma, 2012). Biaya tersebut akan ditagih kepada pihak ketiga/mitra kerja sama sesuai dengan pola kerja sama yang telah disepakat.
Pada tahun 2012 persediaan mengalami peningkatan yang signifikan didorong oleh meningkatnya persediaan obat jadi, kosmetik dan alat kontrasepsi, alat kesehatan, bahan baku dan bahan pembantu serta barang dalam proses. Penyisihan persediaan using cukup untuk menutupi kemungkinan kerugian dari persediaan using(Kimia Farma, 2012). Persediaan juga digunakan sebagai jaminan atas utang bank pada PT Mandiri Persero Tbk.
commit to user
Pada tahun 2013 pengaruh pertumbuhan persediaan tidak jauh berbeda dengan tahun 2012. Hanya pada tahun 2013 peningkatan persediaan obat jadi, dan alat kesehatan, bahan baku dan bahan pembantu sebagai penyedia Jasa Layanan Distribusi, Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) menyalurkan aneka produk dari Perseroan,produk dari keagenan lainnya, serta produk-produk non-keagenan KFTD mendistribusikan produk-produk tersebut melalui penjualan regular ke apotek, rumah sakit, toko obat, supermarket, restoran dan cafe (Kimia Farma, 2013).
Peningkatan harga pokok penjualan selama 3 (tiga) tahun karena peningkatan pembelian barang jadi. Peningkatan HPP yang tinggi akan berdampak terhadap penentuan harga produk dan pada akhirnya akam mempengaruhi daya beli konsumen, dan/atau setidaknya, pengurangan permintaan terhadap produk. Penyebab resiko HPP tinggi adalah persaingan sektor farmasi yang semakin ketat dan belum diterapkannya sistem pembelian/ pengadaan bahan baku atau bahan kemas dengan sistem kontrak jangka panjang (Kimia Farma, 2013). Resiko ini ditangani dengan membentuk daftar sumber bahan baku dan bahan kemas yang optimal guna mendapatkan harga yang kompetitif, menguntungkan, dan menekan biaya inklaring (bongkar muat) barang impor, serta memperkuat proses pemantauan berkala diinternal pengadaan (Kimia Farma, 2013). Perseroan secara berkelanjutan melaksanakan program cost reduction, antara lain
commit to user
berupa perbaikan supply chain management dengan dibangunnya distribution center di beberapa kota besar sehingga biaya distribusi lebih terkendali serta efisiensi pengadaan bahan baku dan kemasan dalam upaya mengendalikan harga pokok penjualan (Kimia Farma, 2013).
Peningkatan aktiva selama 3 (tiga) tahun karena meningkatnya aset lancar, aset tetap dan aset lain-lain. Pada tahun 2012 Entitas melakukan akuisisi Entitas anak PT Sinkona Indonesia Lestari yang mengakibatkan penambahan dalam nilai aset termasuk nilai perolehan aset dan akumulasi penyusutan aset PT SIL sehingga dalam kolom penambahan aset dan kolom penambahan penyusutan bukan murni investasi dan beban penyusutan tahun 2012 (Kimia Farma, 2012). Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 mengalami pelambatan dibandingkan tahun 2012. Bank Indonesia menilai bahwa perlambatan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kebijakan stabilisasi yang dilakukan Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membawa pertumbuhan ekonomi kearah yang lebih sehat dan seimbang (Kimia Farma, 2013). Berdasarkan sektoral, pertumbuhan melambat terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian karena pertumbuhan produksi minyak lebih rendah akibat adanya gangguan produksi di beberapa lapangan migas (Kimia Farma, 2013). Perekonomian perusahaan melemah dikarenakan menurunnya kinerja transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar. Sementara itu, sektor pengolahan
commit to user
dan bangunan juga melambat akibat kenaikan harga BBM yang menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong BI untuk mengetatkan kebijakan moneter (Kimia Farma, 2013). Bank Indonesia sejak bulan Juni 2013 sampai November 2013 telah menaikkan bunga acuan sebanyak 150bps menjadi 7,5%. Selain untuk meredam rupiah kenaikan bunga acuan tersebut dilakukan untuk mengatasi defisit neraca berjalan dan untuk mengerem laju pertumbuhan kredit untuk mencegah overheating perekonomian rupiah mengalami depresasi cukup signifikan selama tahun 2013 (Kimia Farma, 2013).
Berdasarkan hasil analisis rasio aktivitas dilihat dari ketiga rasio di atas, maka pihak manajemen perusahaan dapat mengetahui bahwa tingkat aktivitas perusahaan 2011, 2012 dan 2013 adalah cukup efektif untuk meningkatkan laba perusahaan. Rata-rata industri untuk menagih piutang perusahaan di bawah rata-rata industri retail, ini menunjukkan kemampuan Kimia Farma untuk menagih piutangnya lebih baik/cepat. Rata-rata untuk perputaran persediaan Kimia Farma di atas rata-rata industri retail, ini menunjukkan dana yang diinvestasikan pada persediaan efektif menghasilkan laba.
commit to user
3. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang sama disampaikan oleh (Munawir, 2007).
Rasio Net Profit Margin
2011 = 171,765,487,458 = 4,93% 3,481,166,441,259 2012 = 205,133,316,635 = 5,49% 3,734,241,101,309 2013 = 214,549,154,260 = 4,93% 4,348,073,988,385
Return On Aset (ROA)
2011 = 171,765,487,458 = 9,57% 1,794,242,423,105 2012 = 205,133,316,635 = 9,88% 2,076,347,580,785 2013 = 214,549,154,260 = 8,68% 2,471,939,548,890
Return On Equity (ROE)
2011 = 171,765,487,458 = 3,71% 598,979,620,031 2012 = 205,133,316,635 = 4,38% 555,400,000,000 2013 = 214,549,154,260 = 3,34% 555,400,000,000
commit to user Tabel III.5
Hasil Perhitungan Rasio Profitabilitas
Periode 2011-2013
No Tahun NPM ROA ROE Pertumbuhan (%)
NPM ROA ROE
1 2011 4,93% 9,57% 13,71% 0,57% 1,20% 1,26% 2 2012 5,49% 9,88% 14,38% 0,56% 0,31% 0,67% 3 2013 4,93% 8,68% 13,34% (0,56%) (1,20%) (1,04%) Sumber: Data Olahan 2015
Rasio net profit margin menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Pada tahun 2011, rasio net profit margin bernilai Rp 4,93 yang berarti bahwa setiap Rp 1,- penjualan bersih mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 4,93. Di tahun 2012 dan 2013 perusahaan mampu menghasilkan laba bersih Rp 5,49 dan Rp 4,93 dari setiap Rp 1,-penjualan bersih yang dihasilkan perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,56 dan penurunan di tahun 2013 sebesar Rp
0,56 yang disebabkan proporsi kenaikan penjualan lebih besar dari
proporsi kenaikan laba bersih yang berasal dari penjualan.
Rasio ROA ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio di atas menunjukkan setiap Rp1,- total aktiva bersih mampu menghasilkan laba bersih Rp 9,57 pada tahun 2011. Di tahun 2012 dan 2013 perusahaan mampu mengahasilkan laba Rp 9,88 dan Rp
commit to user
8,68 dari setiap Rp 1,- aktiva yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,31 dan penurunan sebesar Rp 1,20 pada tahun 2013 yang disebabkan proporsi kenaikan total aset yang berasal dari piutang usaha lebih besar dari proporsi kenaikan laba bersih yang berasal dari penjualan.
Rasio ROE ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham. Rasio di atas menunjukkan setiap Rp1,- modal saham mampu menghasilkan laba bersih Rp 13,71 pada tahun 2011. Di tahun 2012 dan 2013 perusahaan mampu mengahasilkan laba Rp 14,38 dan Rp 13,34 dari setiap Rp 1,-modal saham yang digunakan oleh perusahaan. Terjadi peningkatan di tahun 2012 sebesar Rp 0,67 dan penurunan sebesar Rp 1,04 pada tahun 2013 yang disebabkan proporsi kenaikan modal saham lebih besar dari proporsi kenaikan laba bersih yang berasal dari penjualan.
commit to user Tabel III.6
Ringkasan Laba Bersih, Penjualan, Total Aset dan Modal Saham
Periode 2011-2013
(Dalam Jutaan Rupiah)
Keterangan 2011 2012 2013 Laba Bersih Rp 171,765 Rp 205,133 Rp 214,549 Penjualan Rp 3,481,166 Rp 3,734,241 Rp 4,348,073 Total Aset Rp 1,794,242 Rp 2,076,347 Rp 2,471,939 Modal Saham Rp 598,979 Rp 555,400 Rp 555,400 Keterangan Pertumbuhan 2011-2012 Pertumbuhan 2012-2013 % Rp % Rp Laba Bersih 8,85% Rp 33,368 2,24% Rp 9,416 Penjualan 3,51% Rp 253,075 7,59% Rp 613,832 Total Aset 7,29% Rp 282,105 8,70% Rp 395,592 Modal Saham (3,78%) (Rp 43,579) 0,00% Rp -Sumber: Data Diolah dari Ikhtisar Keuangan, Neraca dan Laporan Laba
Rugi Kimia Farma 2015
Berdasarkan tabel di atas, peningkatan NPM di tahun 2012 karena adanya kenaikan laba menjadi Rp 205,133 triliun atau meningkat 8,85% dari tahun sebelumnya. Perolehan penjualan di tahun 2012 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dimana mengalami peningkatan sebesar 3,51% atau meningkat sebesar Rp 3,734,241 triliun dari tahun sebelumnya. Nilai NPM pada tahun 2013 mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh peningkatan laba sebesar Rp 214,549 triliun atau meningkat 2,24% dari tahun
commit to user
sebelumnya serta peningkatan penjualan sebesar Rp 4,348,073 triliun atau meningkat 7,59% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan tabel di atas, peningkatan ROA di tahun 2012 karena adanya kenaikan laba menjadi Rp 205,133 triliun atau meningkat 8,85% dari tahun sebelumnya. Perolehan total aset di tahun 2012 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dimana mengalami peningkatan sebesar 7,29% atau meningkat sebesar Rp 282,105triliun dari tahun sebelumnya. Nilai ROA pada tahun 2013 mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh peningkatan laba sebesar Rp 214,549 triliun atau meningkat 2,24% dari tahun sebelumnya serta peningkatan total aset sebesar Rp 395,592triliun atau meningkat 8,70% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan tabel di atas, peningkatan ROE di tahun 2012 karena adanya kenaikan laba menjadi Rp 205,133 triliun atau meningkat 8,85% dari tahun sebelumnya. Perolehan modal saham di tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 3,78% atau menurun sebesar Rp 43,579triliun dari tahun sebelumnya. Nilai ROE pada tahun 2013 mengalami penurunan yang dipengaruhi oleh peningkatan laba sebesar Rp 214,549 triliun atau meningkat 2,24% dari tahun sebelumnya serta tidak ada peningkatan modal saham dari tahun sebelumnya.
commit to user
Pada tahun 2012 pertumbuhan laba bersih signifikan didorong oleh meningkatnya pendapatan bunga yang berasal dari pinjaman yang diberikan, peningkatan penjualan serta efisiensi beban pokok penjualan, meningkatnya pendapatan operasional lainnya terutama dari pendapatan provisi dan komisi, keuntungan penjualan surat-surat berharga serta pendapatan bukan operasional bersih. Di tahun 2012 pertumbuhan kredit lebih tinggi dari pertumbuhan simpanan dana pihak ketiga sehingga pendapatan bunga dari pinjaman lebih bersar dari beban bunga untuk simpanan dana pihak ketiga (Kimia Farma, 2012).
Pada tahun 2013 pengaruh pertumbuhan laba bersih tidak jauh berbeda dengan tahun 2012. Hanya pada tahun 2013 pendapatan diterima dimuka mengalami peningkatan. Peningkatan pendapatan ini disebabkan oleh peningkatan sewa gedung dan bangunan. Selain itu, beban usaha, beban penghasilan pajak dan beban lainnya mengalami penurunan di tahun 2013. Hal ini dikarenakan adanya penerapan kebijakan tingkat suku bunga (Kimia Farma, 2013).
Peningkatan penjualan selama 3 (tiga) tahun karena meningkatnya penjualan di semua segmen usaha yaitu produksi, distribusi dan ritel. Penurunan harga Obat Generik Berlogo (OGB) ini cukup berdampak kepada harga OBG yang diterapkan oleh Pemerintah (Kimia Farma, 2013). Peningkatan pada tahun 2013 didukung sepenuhnya oleh kinerja anak perusahaan yang
commit to user
berkontribusi positif bagi Perseroan.Peningkatan penjualan juga di dukung oleh meningkatnya penjualan lokal dan penjualan ekspor. Penjualan lokal meliputi penjualan kepada pihak ketiga dan penjualan pihak-pihak yang berelasi. Sedangkan penjualan ekspor meliputi garam kina, yodium dan derivat serta obat dan alat kesehatan.
Peningkatan aktiva selama 3 (tiga) tahun karena meningkatnya semua aktiva termasuk aktiva lancar, aktiva tetap dan aktiva lain-lain. Peningkatan aktiva lancar ini didukung meningkatnya kas dan setara kas, piutang usaha yang disebabkan oleh meningkatnya piutang pihak ketiga dan piutang ekspor. Uang muka pembelian barang dagangan lain-lain perusahaan juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan aktiva juga di dorong oleh meningkatnya persediaan obat jadi, kosmetik dan alat kontrasepsi, alat kesehatan, bahan baku serta bahan pembantu (Kimia Farma, 2013).
Modal saham pada perusahaan setiap tahunnya tidak mengalami perubahan. Dalam perusahaan farmasi milik Negara, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. berminat melakukan penawaran saham baru (right issue) guna memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan pada tahun depan (Bisnis.com). Pada saat ini, saham perusahaan yang dimiliki oleh investor publik baru mencapai 10% dan sebagian besar saham lainnya dengan porsi 90% dimiliki oleh Negara. Dengan porsi kepemilikan publik sebesar 10%, ini menandakan saham perseroan tidak likuid (Kimia Farma, 2013). Selain right issue, perusahaan juga
commit to user
mempertimbangkan untuk menerbitkan obligasi pada tahun depan guna memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis rasio profitabilitas dilihat dari ketiga rasio di atas menunjukkan cukup efektif. Rata-rata industri untuk net profit marginmasih sangat rendah karena setiap penjualan hanya dapat menghasilkan 5% laba operasi. Rata-rata industri untuk ROE Kimia Farma masih di bawah rata-rata industri retail, hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan modal sendiri kurang baik, namum perusahaan sudah mulai memperbaikinya dengan meningkatnya laba bersih setiap tahunnya.