• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD CREDIT ANAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD CREDIT ANAL"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS

PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD

CREDIT ANALYSIS

KELOMPOK 9

AGA ADIGUNA ZACHMAN

0134141061

CALVIN LIM

0134141055

CHYNTIA OCTAVIA DHARMA

0134141012

Akuntansi 5A

(2)

1

Contents

BAB I : PENDAHULUAN ... 2

Analisis Current Asset ... 2

Cash and Cash Equivalents ... 2

Trade Receivables – Third Parties ... 2

Analisis Working Capital Management ... 4

Analisis Debt ... 5

Short-Term Bank Loans ... 5

Bank Loans and Financial Institution ... 5

Analisis Equity ... 6

Analisa Likuiditas PT Tiga Pilar Sejahtera ... 8

Current Ratio ... 8

Quick Ratio ... 8

Cash Conversion Cycle ... 9

Pengelolaan Working Capital ... 10

Analisa Solvabilitas dan Struktur Modal PT Tiga Pilar Sejahtera ... 10

Debt To Equity Ratio ... 10

Debt To Asset Ratio ... 11

Solvency Ratio ... 11

Analisa Capital Structure PT Tiga Pilar Sejahtera ... 12

Analisis Altman Z-Score (Financial Distress Symptoms Analysis) ... 12

Analisa Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Kontinuitas Usaha Perusahaan ... 14

Pengelolaan Working Capital, Capital Structure, dan Analisa Rasio ... 15

BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN ... 16

Kesimpulan ... 16

Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 17

(3)

2

BAB I : PENDAHULUAN

Analisis Current Asset

Nilai current asset dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki proporsi sebesar hampir 50% dari total asset seluruhnya. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama 5 tahun terakhir, nilai current asset dari PT Tiga Pilar Sejahtera cenderung mengalami peningkatan. Hal ini merupakan hal yang baik, karena dengan adanya peningkatan pada current asset pada perusahaan, maka hal tersebut menandakan bahwa perusahaan terus mengembangkan dan meningkatkan usahanya dari segi operasional perusahaan.

Cash and Cash Equivalents : Kas adalah komponen dari current asset yang paling likuid. Dengan proporsi kas yang sesuai, perusahaan akan lebih mudah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Pada PT Tiga Pilar Sejatera, komponen kas dan setara kas ini terdiri dari cash on Perubahan ini dapat disebabkan perubahan kebijakan dari PT Tiga Pilar untuk menjalankan strategi operasi bisnisnya.

Trade Receivables – Third Parties : Piutang dagang dari PT Tiga Pilar Sejahtera secara umum memiliki proporsi yang cukup besar dari total current asset, hal ini merupakan hal yang cukup normal menimbang bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera adalah perusahaan dagang. Piutang dagang dapat terjadi akibat adanya penjualan-penjualan melalui kredit kepada konsumennya. Dengan menelusuri lebih dalam dari akun ini, dapat dilihat bahwa piutang dagang ini sebagian besar berasal dari pihak ketiga yang berbentuk PT yaitu sebanyak hampir 80%.

Inventories : Dengan karakteristik yang sama seperti piutang dagang, persediaan juga memiliki proporsi yang cukup besar dari total current asset, yaitu sebesar 20% hingga 40% dari total

current assets. Hal ini juga dinilai wajar karena PT Tiga Pilar Sejahtera adalah perusahaan manufaktur yang membutuhkan persediaan untuk menjalankan proses bisnisnya. Sejak tahun

(4)

-3 2011 hingga 2015, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki proporsi persediaan yang cukup stabil. Namun, dengan melakukan perbandingan secara komparatif, terjadi peningkatan secara terus menerus pada jumlah persediaan perusahaan. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2011 dan 2012, dimana peningkatan terjadi sebesar 81% dan 70%. Komposisi dari persediaan sebagian besar terdiri dari bahan baku dan bahan jadi dengan proporsi sekitar 80%.

Analisis Current Liabilities

Nilai current liabilities dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki proporsi sebesar sekitar 53% dari

total liabilities. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama 5 tahun terakhir, nilai current liabilities dari PT Tiga Pilar Sejahtera terus mengalami peningkatan. Bahkan, pada tahun 2015, terjadi peningkatan yang sangat signifikan dimana nilai jumlah current liabilities meningkat sebesar 84% dari tahun sebelumnya.

Trade Payables : Utang dagang dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki proporsi yang cukup kecil, yaitu kurang dari 20% dari total liabilities. Namun, jika dilakukan perbandingan secara komparatif, dapat dilihat bahwa selama 5 tahun terakhir, terdapat peningkatan dari jumlah utang dagang PT Tiga Pilar Sejahtera. Peningkatan paling signifikan terjadi pada tahun 2015 dimana jumlah utang dagang PT Tiga Pilar Sejahtera meningkat hingga 70% dari tahun sebelumnya.

Taxes Payable : Pajak merupakan bentuk beban yang pasti dimiliki oleh setiap badan usaha. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, jumlah dari utang pajak sendiri memiliki proporsi yang cukup besar dari total current liabilities. Dapat dilihat dari grafik bahwa proporsi dari utang pajak terhadap total current liabilities terus meningkat setiap tahunnya. Sesuai dengan karakteristik perusahaan yang merupakan hutang dagang, komponen dari akun ini sebagian besar terdiri dari utang PPn dan utang PPh pasal 29.

Short-Term Bank Loans : PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki proporsi utang bank jangka pendek yang cukup besar dibandingkan dengan komponen current liabilities lainnya, yaitu mencapai sebesar 50-60% dari total current liabilities. Tingginya utang bank jangka pendek dari PT Tiga Pilar Sejahtera dikarenakan perusahaan membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan operasi bisnisnya seperti untuk membeli bahan baku. Menurut data dari laporan keuangan perusahaan,

(5)

4 utang bank jangka pendek ini biasanya berasal dari fasilitas pinjaman jangka pendek, fasilitas pinjaman modal kerja, fasilitas kredit short financing dan short-term advance, working capital facility, fasilitas pinjaman impor dan pembiayaan piutang lokal dan masih banyak lainnya. Tingginya jumlah dari utang bank jangka pendek perusahaan menandakan bahwa perusahaan mungkin kesulitan dalam likuiditas sehingga membutuhkan fasilitas pinjaman jangka pendek dalam jumlah yang besar untuk memenuhi kebutuhan operasinya sehari-hari. Tingginya jumlah utang bank jangka pendek ini juga kurang baik bagi perusahaan karena dengan adanya utang bank, maka akan ada beberapa kebijakan yang membatasi gerak perusahaan dalam penentuan kebijakan.

Analisis Working Capital Management

Working capital dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan likuiditas dari sebuah perusahaan. Perusahaan tersebut dinyatakan baik jika memiliki current asset yang lebih besar dibanding current liabilities yang berarti perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang cukup untuk menjalankan proses Namun, jumlah working capital yang terlalu besar juga kurang baik karena hal tersebut menandakan bahwa perusahaan tidak efisien dalam menggunakan sumber daya yang dimiliki dan ada kelebihan aset yang tidak digunakan secara maksimal.

Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, dapat dilihat bahwa jumlah working capital sejak tahun 2011 hingga 2015 cukup fluktuatif. Terjadi penurunan pada tahun 2012 dan 2015, namun secara umum jumlah tersebut tetap meningkat. Terjadinya penurunan dari working capital seperti pada tahun 2012 disebabkan karena penurunan jumlah kas yang seharusnya digunakan untuk kegiatan operasi, namun digunakan untuk kegiatan akuisisi dan lainnya. Selain itu, penurunan nilai

working capital yang cukup besar seperti pada tahun 2015 disebabkan karena kurangnya aset yang dimiliki oleh perusahaan sehingga perusahaan harus melakukan peminjaman jangka pendek.

2015 2014 2013 2012 2011

Current Assets 4,463,635 3,977,086 2,445,504 1,544,940 1,726,581 Current Liabilities 2,750,456 1,493,308 1,397,224 1,216,997 911,836 Working Capital 1,713,179 2,483,778 1,048,280 327,943 814,745

(6)

-5 Analisis Debt

Nilai total debt dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki proporsi sebesar 45% dari total liability.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama 5 tahun terakhir, nilai debt dari PT Tiga Pilar Sejahtera terus mengalami peningkatan. Dapat dilihat juga dari grafik diatas bahwa secara umum, komponen terbesar dari sisi debt merupakan utang bank, baik itu utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Peningkatan pada debt dapat dikatakan merupakan hal yang wajar seiring dengan terus berkembangnya kegiatan usaha. Namun, diperlukan manajemen utang yang baik agar perusahaan dapat tetap menjaga solvency.

Secara umum debt dari PT Tiga Pilar Sejahtera dapat digolongkan menjadi 2 jenis debt, yaitu

short-term debt dan long-term debt. Short-term debt memiliki total proporsi sebesar 46% dari keseluruhan total debt, sedangkan long-term debt memiliki proporsi sebesar 54% dari keseluruhan total debt.

Short-Term Bank Loans : Utang bank jangka pendek dari PT Tiga Pilar Sejahtera merupakan salah satu komponen yang cukup besar dalam komponen utang seluruhnya, yaitu dengan rata-rata proporsi sebesar 25-45% dari total utang seluruhnya. Menurut data dari laporan keuangan, perusahaan menggunakan pinjaman bank jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan operasional bisnisnya, hal ini menandakan bahwa perusahaan cukup bergantung kepada utang bank dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini bisa memberikan gambaran bahwa perusahaan harus lebih mengelola utang dengan baik agar perusahaan tidak kehilangan likuiditasnya.

(7)

6 Analisis Equity

Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa selama 5 tahun terakhir, nilai equity dari PT Tiga Pilar Sejahtera terus mengalami peningkatan. Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2014. Dimana pada tahun tersebut, komponen yang memberikan kontribusi cukup besar atas peningkatan tersebut adalah komponen additional paid-in capital, retained earnings, capital stock, dan non-controlling interest. Peningkatan dari equity dapat mengindikasikan bahwa perusahaan terus melakukan pengembangan usaha seperti investasi maupun akuisisi, namun peningkatan ini tetap harus dijaga agar perusahaan dapat tetap menjaga solvency.

Retained Earnings : Retained Earnings atau laba ditahan adalah bagian dari pendapatan bersih perusahaan yang diinvestasikan kembali oleh perusahaan untuk menjalankan bisnisnya atau untuk membayar utang setelah perusahaan membagikan dividen kepada para pemegang saham. Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, terlihat melalui grafik diatas bahwa komposisi retained earnings

dari total equity seluruhnya terus mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Peningkatan pada retained earnings ini dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu meningkatnya pendapatan bersih perusahaan dan juga karakteristik perusahaan yang cukup jarang membagikan dividen kepada para pemegang saham. Peningkatan dari retained earnings ini bagus karena dapat memberikan gambaran bahwa perusahaan masih memiliki cukup modal yang dapat diinvestasikan kembali untuk menjalankan core business nya.

Additional Paid-in Capital : Additional Paid-in Capital merupakan komponen yang cukup besar didalam ekuitas dengan total berkisar antara 30-50% dari total ekuitas. Pada tahun 2011, nilai dari additional paid-in capital mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal tersebut menurut analisis kami isebabkan karena pada tahun sebelumnya, kinerja perusahaan sempat menurun sehingga dibutuhan tambahan modal agar perusahaan dapat tetap berjalan dengan baik. Untuk itu pada tahun 2011, perusahaan melakukan penawaran umum terbatas untuk mengembangkan kegiatan usaha perusahaan di sektor pengolahan makanan dan beras. Jumlah dari komponen ini cukup fluktuatif karena hal tersebut sangat berkaitan dengan kinerja perusahaan dan strategi perusahaan dari segi investasi. Kebutuhan akan additional paid-in capital perusahaan akan cenderung tinggi ketika perusahaan akan mengadakan kegiatan

(8)

-7 investasi dalam jumlah besar atau ketika kinerja perusahaan sedang menurun, sedangkan kebutuhan akan additional paid-in capital perusahaan akan cenderung menurun ketika perusahaan memiliki kinerja yang baik dan lancar.

Capital Stock : Capital stock merupakan komponen yang juga cukup besar di dalam ekuitas dengan presentase 17-30% dari total ekuitas selama 5 tahun terakhir. Secara umum selama tahun 2011 hingga 2015, penambahan atas capital stock dari PT Tiga Pilar Sejahtera cukup kecil. Terlihat selama 5 tahun terakhir, penambahan atas capital stock hanya terjadi pada tahun 2014 dimana terjadi penambahan saham seri b. Peningkatan dari capital stock ini dapat disebabkan karena kebutuhan perusahaan untuk mendanai kegiatan investasi maupun kegiatan usahanya.

Capital Structure

Capital Structure adalah perbandingan antara utang dan ekuitas perusahaan. Capital structure

digunakan untuk mengukur relatif besarnya sumber-sumber pembiayaan dan keuangan, ini penting diketahui karena stabilitas keuangan dan resiko solvency tergantung pada sumber keuangan dan jenis dan jumlah aset yang dimiliki.

Bedasarkan data diatas bisa dilihat bahwa presentase debt dan equity perusahaan hampir seimbang tiap tahunnya dengan equity memiliki presentase yang lebih besar dibanding debt pada tahun 2011 hingga 2014, tetapi pada tahun 2015 presentase debt menjadi lebih besar dari equity. Perusahaan yang menggunakan debt lebih dari equity untuk mendanai aset biasanya memiliki

leverage ratio yang tinggi dan capital structure yang agresif. Leverage ratio merupakan salah satu metode pengukuran pendanaan yang mengukur seberapa banyak dana yang berasal dari debt.

(9)

8

BAB II : CREDIT ANALYSIS

Analisa Likuiditas PT Tiga Pilar Sejahtera

Current Ratio

Current ratio adalah salah satu instrumen dalam menganalisa kemampuan likuiditas dari suatu perusahaan. Current ratio juga menjadi dasar bagi para kreditur untuk mengambil keputusan dalam memberikan kredit jangka pendek maupun jangka panjang bagi perusahaan. Semakin tinggi current ratio maka semakin baik bagi perusahaan, dan biasanya perusahaan dikatakan baik jika memiliki current ratio di atas 1. Secara umum bagi PT Tiga Pilar Sejahtera dan PT Indofood sukses makmur, kedua perusahaan ini memiliki kemampuan yang relatif sama dalam mengembalikan pinjaman jangka pendek dan kedua perusahaan ini juga memiliki current ratio

yang relatif stabil. Secara statistik, PT Indofood memiliki tingkat likuiditas yang lebih baik karena lebih stabil dan relatif lebih tinggi.

Tentu dari sisi kreditur, mereka masih akan menerima kedua perusahaan ini jika mereka mau melakukan peminjaman utang jangka pendek, karena jika dilihat dari kemampuan mereka yang relatif stabil.

Quick Ratio

Tabel Perbandingan Quick ratio AISA dan Indofood

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

AISA 1,52 0,77 1,01 1,83 1,05

Indofood 1,43 1,44 1,26 1,44 1,40

Quick ratio adalah instrumen lain yang bisa menganalisa kemampuan likuiditas dari suatu perusahaan. Perbedaan antara quick ratio dengan current ratio terletak pada bagian current asset

dimana persediaan tidak termasuk dalam perhitungan, karena dianggap akan lebih sulit untuk mengkonversikan persediaan menjadi dana yang likuid. Melalui hasil perhitungan ini pun terlihat pergerakkan pada angka quick ratio dari PT Tiga Pilar Sejahtera berada di areal yang cukup kurang aman, karena berasa di kisaran 1 bahkan sempat di bawah angka 1. Hal ini menunjukkan bahwa current asset dari PT Tiga Pilar Sejahtera didominasi oleh persediaan, yang jika dilihat secara common size dapat mencapai 20%. Berbeda jika dibandingkan dengan PT Indofood Sukses Makmur sebagai lompetitor dalam industri yang sama yang bisa memiliki quick ratio

yang baik serta stabil dikisaran angka 1,4 , dimana hal ini menujukkan kemampuan membayar / mengembalikan pinjaman jangka pendek dari PT Indofood Sukses Makmur relatif lebih baik jika dibandingkan dengan PT Tiga Pilar Sejahtera.

Melalui hal ini juga menunjukkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera harus bisa memperbaiki

inventory management-nya sehingga pengeluaran kas tidak menumpuk pada nilai persediaan yang tentunya akan mempengaruhi penilaian kreditor terhadap credit analysis bagi PT Tiga Pilar Sejahtera.

Tabel Perbandingan Current ratio AISA dan Indofood

Tahun 2011 2012 2013 2014 2015

AISA 1,89 1,27 1,75 2,66 1,62

(10)

9

Cash Conversion Cycle

Secara umum, perusahaan besar yang bergerak pada perusahaan manufaktur dan dagang akan cenderung untuk mendapatkan persediaan bahan baku dan lainnya secara kredit, begitu pula sebaliknya dalam melakukan penjualan kepada konsumen. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menganalisa rentang waktu perusahaan untuk mengkonversikan input seperti persediaan barang dagang menjadi kas adalah dengan cash conversion cycle, yang menghitung lamanya perputaran persediaan, penerimaan piutang dagang dan pelunasan utang dagang.

Dari hasil perhitungan terhadap cash conversion cycle pada PT Tiga Pilar Sejahtera, hasilnya dapat dikatakan sangat buruk karena satu periode cash conversion cycle dapat mencapai kisaran 140 – 180 hari. Hal ini disebabkan karena lamanya perputaran dari piutang perusahaan yang cukup lama, sehingga sebaiknya perusahaan memiliki strategi yang lebih baik dalam penagihan piutang seperti memperketat jangka waktu pembayaran atau dengan memberikan diskon yang lebih besar jika pembayarannya dalam waktu yang cepat.

Selain itu dari sisi pembayaran hutang, perusahaan memiliki jangka waktu pembayaran yang cepat, tidak sebanding dengan akun piutangnya. Hal ini mengindikasikan perputaran pembayaran dan penerimaan kas perusahaaan dalam satu tahun kurang efektif dan memicu peningkatan resiko likuiditas perusahaan, hal ini tercermin juga pada ketidakstabilan quick ratio dari PT Tiga Pilar Sejahtera yang sangat dipengaruhi oleh persediaan dan kas perusahaan.

Cash conversion cycle dari PT Indofood Sukses Makmur sebagai kompetitor berbanding terbalik dengan PT Tiga Pilar Sejahtera, dimana PT Indofood mampu mengkonversikan persediaan mereka menjadi kas hanya dalam waktu 50 hingga 70 hari, bahkan dalam setiap tahunnya Indofood selalu menghasilkan peningkatan percepatan dalam cash conversion cycle. Memiliki

accounts receivable outstanding yang lebih kecil dibanding accounts payable outstanding

merupakan bukti manajemen yang sangat efisien sehingga hasilnya pun baik, dan kembali lagi hal ini tercermin pada quick ratio dari PT Indofood yang stabil dari tahun ke tahun .

Secara keseluruhan untuk kemampuan likuiditas terlihat PT Indofood jauh lebih baik dengan

current ratio dan quick ratio yang lebih stabil serta risiko likuiditas yang rendah dari segi cash conversion cycle-nya jika dibandingkan dengan kemampuan likuiditas PT Tiga Pilar Sejahtera.

Data Unsur Cash Conversion Cycle AISA

Tahun 2015 2014 2013 2012 2011

Days Inventory 108.23 100.80 94.43 79.61 103.73

Days Sales 100.88 79.85 65.89 68.67 66.09

Days Payable 19.73 13.73 9.50 6.44 9.75

CCC 189.38 166.92 150.82 141.84 160.07

Data Unsur Cash Conversion Cycle Indofood

Tahun 2015 2014 2013 2012 2011

Days Inventory 62.7 65.2 69.3 71.5 67.3

Days Sales 18.58 21.13 23.16 19.45 19.67

Days Payable 25.24 26.08 24.49 19.16 17.73

CCC 56.04 60.25 67.97 71.79 69.24

(11)

10

Pengelolaan Working Capital

Working capital merupakan kelebihan dari current asset setelah dikurang current liabilities.

Kemampuan pengelolaan working capital pada dasarnya sangat memiliki korelasi positif dengan

current ratio, quick ratio, serta cash conversion cycle. Perusahaan yang memiliki quick ratio,

current ratio serta cash conversion cycle yang baik mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan mengelola working capital yang baik pula.

Dari sisi current ratio, nilai ratio yang di atas 1 akan mengindikasikan perusahaan memiliki

working capital yang positif (current asset > current liabilities) yang menandakan bahwa perusahaan memiliki aset yang cukup untuk membiayai pinjaman jangka pendek.

Begitu pula dengan quick ratio yang tentunya lebih menunjukkan kemampuan perusahaan mengelola working capital, namun lebih mendetail karena memperhatikan komposisi inventory. Semakin kecil komposisi inventory dibanding current asset lainnya (selama current asset > current liabilities), maka semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam mengelola working capital. Cash conversion cycle merupakan instrumen yang jauh lebih kompleks untuk melihat kemampuan perusahaan mengelola working capital-nya, dimana kemampuan mengelola working capital dilihat juga dari sisi mengelola persediaan perusahaan yang efektif dan efisien melalui

days inventory outstanding, yang semakin kecil nilainya semakin baik.

Dari beberapa hal diatas, kualitas working capital dapat tercermin dengan melakukan analisa pada analisa current ratio, quick ratio, serta cash conversion cycle. Dengan memiliki ratio yang baik, perusahaan menunjukkan kinerja pengelolaan current asset and liabilities yang baik.

Analisa Solvabilitas dan Struktur Modal PT Tiga Pilar Sejahtera

Dalam menganalisa solvabilitas dari sebuah perusahaan baik secara komponen struktur maupun

earnings coverage, dapat digunakan beberapa rasio seperti debt to equity ratio, debt to asset Perusahaan yang memiliki rasio yang lebih dari 1 mengindikasikan bahwa pendanaan perusahaan didominasi oleh unsur utang dibandingkan dengan unsur modal.

(12)

11 Dalam menganalisa debt to equity ratio kita juga harus memperhatikan faktor peningkatan pendapatan, jika dengan bertambahnya debt ini bisa menghasilkan peningkatan pendapatan yang signifikan, maka memiliki debt diatas 1 pun akan terbilang baik, namun jika sebaliknya maka hal ini mengindikasikan perusahaan tidak baik dalam mengelola modal perusahaan.

Pada PT Tiga Pilar Sejahtera, dapat dilihat bahwa peningkatan income perusahaan tidak terlalu signifikan dan relatif kecil dibandingkan dengan pendanaan yang terbilang tinggi. Tidak baik bila PT Tiga Pilar Sejahtera terus berada dalam kondisi ini, perusahaan harus mampu meningkatkan income perusahaan secara signifikan agar terus bisa bertahan dalam industri ini. Berbeda dengan PT Indofood yang sudah memiliki fondasi yang jauh lebih kuat, meskipun tidak memiliki peningkatan income yang lebih tinggi, PT Indofood memiliki income yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan total utang perusahaan

Debt To Asset Ratio

2015 2014 2013 2012 2011

PT Indofood Sukses Makmur 0.53 0.53 0.53 0.43 0.41

PT Tiga Pilar Sejahtera 0.56 0.51 0.53 0.47 0.49

Menyerupai debt to equity ratio, debt to asset ratio memungkinkan kita untuk melihat langsung secara proporsi dari struktur permodalan suatu perusahaan dalam presentase. Indikasi yang ditunjukkan dari debt to asset ratio pun sama, untuk PT Tiga Pilar Sejahtera dan PT Indofood pada 2011 dan 2012 masih lebih di dominasi oleh ekuitas, terlihat dari presentasi debt yang berada dibawah 50%, lalu semakin ke sini pendanaannya lebih di dominasi oleh debt.

Solvency Ratio

Jika debt to asset ratio merupakan rasio solvabilitas yang melihat dari sisi component structure, maka solvency ratio adalah instrumen yang melihat dari sisi earnings coverage. Melalui solvency ratio, kita bisa melihat kapasitas arus kas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, dimana arus kas yang dilihat adalah arus kas aktivitas operasional yaitu dari net income.

(13)

12 kemampuan yang cukup baik dalam mengembalikan utang mereka secara keseluruhan, karena

solvency ratio mereka yang cukup rendah.

Analisa Capital Structure PT Tiga Pilar Sejahtera

Melalui analisa dari debt to equity ratio dan juga debt to asset ratio, kita bisa melihat struktur permodalan dari tiap perusahaan termasuk pada PT Tiga Pilar Sejahtera, rasio solvabilitas memiliki hubungan yang sangat kuat dengan Struktur permodalan.

Struktur permodalan dari PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki struktur permodalan yang agresif dimana lebih banyak utang dibandingkan modal, terlihat pada tabel debt to asset ratio selama 3 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera menitikberatkan permodalannya melalui pendanaan eksternal. Pada tahun 2015, komposisinya untuk perbandingan utang dan modal adalah 56,2% berbanding dengan 43,2%, walaupun pada awalnya mereka memiliki komposisi modal yang lebih banyak dibandingkan utang.

Hubungan antara solvency ratio dengan struktur permodalan adalah dengan semakin kecilnya

solvency ratio maka hal ini menunjukkan perusahaan memiliki nilai utang yang tinggi dalam komposisi permodalan mereka. Hal ini tercermin pada kedua perusahaan yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera dan PT Indofood yang memiliki solvency ratio yang cukup rendah karena tingginya utang dan juga income relatif rendah, terutama bagi PT Tiga Pilar Sejahtera.

Jika menilik pada rasio-rasio solvabilitas PT Tiga Pilar Sejahtera, dapat dilihat bahwa capital structure management perusahaaan masih sangat kurang, terutama dalam kemapuan perusahaan mengembalikan semua jenis kewajiban. Hal yang dapat dilakukan adalah perusahaan harus meningkatkan kemampuannya dengan cara meningkatkan income atau mengurangi pendanaan dari utang jangka panjang yang tentunya berisiko.

Namun masih ada kemungkinan dalam beberapa tahun kedepan, capital expenditure selama ini yang dikeluarkan oleh perusahaan mampu menghasilkan peningkatan yang signifikan pada

income. Namun sejauh ini belum ada indikasi hal tersebut akan terjadi jika melihat kondisi pada 5 tahun terakhir.

Analisis Altman Z-Score (Financial Distress Symptoms Analysis)

(14)

13 a. Altman Z-Score (Sumber : K.R. Subramanyam)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sejak tahun 2011 hingga 2015, nilai Altman Z-Score dari PT Tiga Pilar Sejahtera sempat mengalami peningkatan walaupun lalu mengalami penurunan. Dapat dilihat bahwa pada tahun 2011 PT Tiga Pilar Sejahtera sempat berada pada daerah diskriminan distress dengan kemungkinan gagal bayar tinggi. Namun sejak tahun 2012 hingga 2015, PT Tiga Pilar Sejahtera dapat berpindah menuju daerah diskriminan abu-abu dengan kemungkinan gagal bayar lebih rendah. Dari data tersebut terlihat bahwa pada tahun 2012 hingga 2013, nilai z-score dapat meningkat, namun pada tahun 2014 dan 2015, nilai z-score tersebut dapat kembali menurun.

Jika dilakukan perbandingan dengan kompetitor lain, terlihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki nilai z-score yang cukup rendah dibandingkan dengan kompetitornya. Kompetitor utamanya, PT Indofood Sukses Makmur memiliki nilai yang paling mendekati dengan PT Tiga Pilar Sejahtera. Namun, jika dilihat dari kinerja selama 5 tahun terakhir, terlihat bahwa PT Indofood Sukses Makmur mengalami penurunan pada nilai z-score tersebut. Hal tersebut mengindikasikan bahwa gejala kesulitan keuangan perusahaan semakin meningkat. Jika dibandingkan, maka terlihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan kompetitornya.

Jika dilakukan perbandingan dengan data industri, dapat dilihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki nilai z-score yang lebih rendah dibandingkan industrinya. Dalam hal ini, industri memiliki nilai z-score yang cukup baik dengan tingkat distress di zona abu-abu hingga baik, berbeda dengan perusahaan yang selama 5 tahun terakhir memiliki nilai z-score dengan tingkat distress yang tinggi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan nilai z-score ini, termasuk karakteristik perusahaan yang mungkin dapat berbeda-beda antar perusahaan yang dapat menyebabkan nilai z-score cukup baik. Namun, meskipun begitu PT Tiga Pilar Sejahtera tetap harus melakukan manajemen keuangan lebih baik lagi untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan pada perusahaan.

b. Altman Z-Score (Sumber : Infovesta.com)

(15)

14

Analisa Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Kontinuitas Usaha Perusahaan

T1 = Likuiditas, T2 = Solvabilitas, T3 = Profitabilitas, T4 = Kontinuitas Perusahaan

Dari hasil perhitungan sebelumnya, dapat dilihat bahwa PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki nilai z-score yang cukup rendah. Hal tersebut disebabkan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai dari analisis tersebut, yaitu faktor likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan kontinuitas perusahaan. Dari segi likuiditas, PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki tingkat likuiditas yang cukup rendah, hal tersebut dikarenakan perusahaan memiliki nilai working capital yang cukup tipis, sedangkan perusahaan juga memiliki total aset yang cukup tinggi. Namun, hal ini masih cukup baik karena PT Tiga Pilar Sejahtera masih memiliki nilai working capital yang positif. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk melakukan manajemen atas working capital sehingga perusahaan dapat memiliki lebih aset yang dapat digunakan untuk core business

perusahaan.

Dari segi solvabilitas perusahaan, tingkat solvabilitas perusahaan semakin membaik setiap tahunnya, hal ini dilihat dari nilai aspek dari segi solvabilitas yang terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat memberikan indikasi bahwa kinerja perusahaan dalam mengurangi resiko gagal memenuhi kebutuhan jangka panjang juga lebih rendah. Namun, jika dibandingkan dengna perusahaan lain, PT Tiga Pilar Sejahtera masih termasuk memiliki tingkat solvabilitas yang cukup rendah.

Dari segi profitabilitas perusahaan, dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang sangat rendah, baik dibandingkan dengan perusahaan lain maupun industri. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang consumer goods, seharusnya PT Tiga Pilar Sejahtera memiliki karakteristik perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Namun disini, rasio profitabilitas perusahaan tergolong sangat rendah. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa perusahaan harus lebih memperhatikan strategi dalam melakukan kegiatan usahanya, karena jika perusahaan terus memiliki profitabilitas yang rendah, akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan pula.

(16)

15

Pengelolaan Working Capital, Capital Structure, dan Analisa Rasio

Pengelolaan yang dilakukan terhadap working capital, capital structure serta aspek likuiditas, solvabilitas memiliki keterkaitan yang kuat, dimana dengan keterkaitan antar aspek tersebut bisa mendukung analisa terkait kemampuan keuangan keuangan, pendanaan sebuah perusahaan secara keseluruhan. Pengelolaan working capital yang baik , akan berujung pada bentuk capital structure yang baik pula, karena dengan adanya working capital yang baik, menunjukkan juga operasional perusahaan mampu menghasilkan income yang baik yang bisa membantu meningkatkan kemampuan solvabilitas dari perusahaan dan hal ini juga menunjukkan profitabilitas perusahaan. Hasil yang ingin dicapai adalah efisiensi dalam pemanfaatan dana untuk pengembangan perusahaan dan diakhiri dengan tingkat kontiniuitas perusahaan yang tinggi juga.

Dalam melakukan pengembangan perusahaan, manajemen working capital, capital structure,

(17)

16

BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Melalui Credit Analysis dengan Instrument – instrumen yang ada seperti Rasio Likuiditas, Solvabilitas, lalu Working Capital Management maupun Capital Structure Management bisa mencerminkan kemampuan keuangan perusahaan secara keseluruhan.

Dari sisi Likuiditas dan Working Capital Management yang dimiliki oleh AISA maka dapat mencerminkan bahwa AISA memiliki kemampuan yang baik dalam mengembalikan kewajiban jangka pendek, namun kemampuan tersebut tidak stabil dilihat dari Quick Ratio yang relatif tidak stabil, meskipun secara pengembalian cukup baik, namun secara pengaturan perputaran kas, AISA terbilang sangat buruk dan hal ini murni dari pengaturan serta efisiensi perusahaan dalam pembayaran utang, penagihan piutang serta Inventory management.

Dari sisi Solvabilitas dan Capital Structer yang dimiliki AISA, maka jelas menunjukkan bahwa komposisi pendanaan didominasi oleh Hutang dibandingkan dengan Modal, tercermin dari DTA Ratio maupun DER Ratio. Namun hal ini tidak didukung dengan kemapuan Solvency Perusahaan yang cukup rendah karena Income perusahaan yang rendah dibandingkan dengan Hutang yang mereka miliki.

Dari kedua sisi tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas dan kontinuitas perusahaan AISA cukup rendah.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan perusahaan AISA memiliki resiko kredit yang tinggi, dan kemampuan keuangan yang cukup rendah, sehingga banyak aspek yang harus diperbaiki.

Saran

Seperti yang kita ketahui bahwa kemampuan keuangan perusahaan memiliki keterkaitan antara setiap aspeknya, diantara working capital management, capital structure hingga ke profitabilitas dan kontinuitas perusahaan. Cara efektif untuk memperbaiki keadaan keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera adalah memperbaiki secara bertahap dimulai dari working capital management yang bisa difokuskan kepada inventory management, dan perputaran uang melalui cash conversion cycle sehingga mengurangi resiko secara likuiditas perusahaan. Lalu untuk meningkatkan kemapuan solvency perusahaan, PT Tiga Pilar Sejahtera harus mengurangi ketergantungannya terhadap hutang dan berfokus dengan memanfaatkan modal yang ada untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dalam meraup laba.

(18)

17

DAFTAR PUSTAKA

http://www.investopedia.com/terms/w/workingcapital.asp (diakses 26 November 2016)

http://www.investopedia.com/terms/d/debt.asp(diakses 26 November 2016)

www.jurnalakuntansikeuangan.com . Altman Z-Score untuk memprediksi Kebangkrutan (diakses 24 November 2016)

http://www.investopedia.com/terms/r/retainedearnings.asp (diakses 25 November 2016)

Indofood.2016.”Laporan Keuangan Indofood2015”.Diambil dari

http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 25 November 2016)

Indofood.2015.”Laporan Keuangan Indofood2014”.Diambil dari

http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 25 November 2016)

Indofood.2014.”Laporan Keuangan Indofood2013”.Diambil dari

http://www.indofood.com/menu/financial-statements (diakses 25 November 2016)

MayoraIndah.2015.”Mayora Indah Tbk_Audited Financial Statements 2014”.Diambil dari

http://www.mayoraindah.co.id/investor-relation/kinerja-perseroan/laporan-keuangan-tahunan/ (diakses 25 November 2016)

MayoraIndah.2014.”Mayora Indah Tbk_Audited Financial Statements 2013”.Diambil dari

http://www.mayoraindah.co.id/investor-relation/kinerja-perseroan/laporan-keuangan-tahunan/ (diakses 25 November 2016)

MayoraIndah.2013.”Mayora Indah Tbk_Audited Financial Statements 2012”.Diambil dari

http://www.mayoraindah.co.id/investor-relation/kinerja-perseroan/laporan-keuangan-tahunan/ (diakses 25 November 2016)

Indofood.2015.”FinancialStatement2014”.Diambil dari

http://www.indofood.com/uploads/statement/Financial%20Statement_Full%20Notes_FY 14%20Billingual%20INDF.pdf (diakses 24 November 2016)

Indofood.2014.”FinancialStatement2013.Diambil dari

http://www.indofood.com/uploads/statement/Financial%20Statement_Full%20Notes_4Q 13%20Billingual%20INDF.pdf (diakses 24 November 2016)

Indofood.2014.”FinancialStatement2013.Diambil dari

(19)

18

DeltaDjakarta.2015.”AnnualReport2014”.Diambil dari

http://www.deltajkt.co.id/web/images/Report/ANNUAL_REPORT_2014_PT_DELTA_ DJAKARTA_Tbk.pdf (diakses 24 November 2016)

IndofoodCBP.2015.”AnnualReport2014”.Diambil dari

http://www.indofoodcbp.com/uploads/annual/ICBP_2014_website.pdf (diakses 27 November 2016)

Indofood Sukses Makmur.2015.”AnnualReport2014”.Diambil dari

http://www.indofood.com/uploads/annual/ISM_2014_website.pdf (diakses 27 November 2016)

MayoraIndahTbk.2015.”AnnualReport2014”.Diambil dari

http://www.mayoraindah.co.id/wp-content/uploads/2013/08/AR_MYOR_2014.pdf (diakses 24 November 2016)

MayoraIndahTbk.2013.”AnnualReport2012”.Diambil dari

http://www.mayoraindah.co.id/wp-content/uploads/2013/08/AR_MYOR_2012.pdf (diakses 24 November 2016)

Ultrajaya.2015.”AnnualReportUltrajaya2014”.Diambil dari

http://www.ultrajaya.co.id/investorrelation/annual%20report/ (diakses 24 November 2016)

Ultrajaya.2013.”AnnualReportUltrajaya2012”.Diambil dari

(20)

19

LAMPIRAN

(21)
(22)

21

.

(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

26 Lampiran 7 : Komponen Current Assets

(28)
(29)
(30)
(31)

30 Lampiran 12 : Komponen Inventory

Common Size of Inventory

(32)

31 Lampiran 14 : Perhitungan Altman Z-Score PT Tiga Pilar Sejahtera

(33)

32 Lampiran 16 : Perhitungan Altman Z-Score PT Indofood Sukses Makmur

(34)

33 Lampiran 18 : Perhitungan Altman Z-Score PT Mayora Indah Tbk.

Lampiran 19 : Informasi Mengenai Altman Z-Score Menurut Sumber Lainnya

Menurut www.jurnalakuntansikeuangan.com saat ini formula Z-score untuk perusahaan jenis manufaktur dan non-manufaktur dibedakan. Perusahaan manufaktur menggunakan formula yang terdiri dari 5 koefisien sedangkan perusahaan non-manufaktur menggunakan formula yang terdiri dari 4 koefisien. Berikut adalah formula untuk masing-masing jenis perusahaan:

1. Perusahaan manufaktur :

Z = 0.717T1 + 0.847T2 + 3.107T3 + 0.420T4 + 0.998T5 Daerah diskriminan :

- Z > 2.9 = Kemungkinan gagal bayar rendah - 1.23 < Z < 2.9 = Kemungkinan gagal bayar meragukan - Z < 1.23 = Kemungkinan gagal bayar tinggi 2. Perusahaan non-manufaktur :

Z = 6.56T1 + 3.26T2 + 6.72T3 + 1.05T4 Daerah diskriminan :

- Z > 2.9 = Kemungkinan gagal bayar rendah - 1.22 < Z < 2.9 = Kemungkinan gagal bayar meragukan - Z < 1.22 = Kemungkinan gagal bayar tinggi

Dalam hal ini PT Tiga Pilar Sejahtera merupakan perusahaan manufaktur, sehingga formula yang digunakan adalah formula yang terdiri dari 5 koefisien.

Z = 0.717T1 + 0.847T2 + 3.107T3 + 0.420T4 + 0.998T5

(35)

34 - T2 = Retained Earnings / Total Assets

- T3 = EBIT / Total Assets

- T4= Shareholders’ Equity / Total Liabilities

- T5 = Sales / Total Assets

Dengan data sebagai berikut :

Dari data diatas, dihasilkan perhitungan sebagai berikut :

Didapatkan formula z-score dengan sebagai berikut :

Lampiran 20 : Solvency Ratio

2015 2014 2013 2012 2011

PT Indofood Sukses Makmur 0.110 0.140 0.120 0.230 0.260

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil isolasi bakteri yang meng- gunakan perbenihan agar darah dan agar endo (Tabel 1 dan 2) menun- jukkan bahwa terdapat 2 jenis bakteri dari 23 sampel urin yang telah di-

True experimental design was employed in this study in which the sample 25% (30 students) was chosen by random sampling from the total population (118 students). The

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika IPA,

Peneliti menjelaskan tujuan Siperran pentingnya Siperran, mempersiapkan pendidik untuk melakukan pelatihan4. Mendemonstrasikan

Objek yang diteliti oleh peneliti adalah potensi pemungutan PPN atas usaha jasa persewaan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih terhadap ketentuan mengenai kategori jasa tidak

Republik Indonesia, dan juga kepada Dekan Fakultas IImu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, yang ketiganya telah memberikan kepercaraan be~&#34;r

Disini disebutkan bahwa dukungan keluarga turut berperan dalam mendukung tingginya angka kepatuhan dan telah dibuktikan dalam hasil penelitian bahwa terdapat hubungan

Jaringan jalan yang memiliki akses utama (kolektor primer) merupakan jaringan jalan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi, terutama arus lalu lintas pada