Instant granule formulation from Rosella merah (Hibiscus sabdariffa L.) calyx as
antioxidant drink
Nyi Mekar Saptarini*, Fitrianti Darusman**, Diah Sri Kuntari***
*Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363 **Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari no.1 Bandung 40116
***Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Al Ghifari
Jl. Cisaranten Kulon No. 140 Soekarno-Hatta Bandung 40293. e-mail: n_mekars@yahoo.com
ABSTRAK
Kelopak bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa L.) mengandung vitamin C dan flavonoid yang berkhasiat se -bagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula sediaan granul instan dari ekstrak kelopak
bunga rosella merah. Tahapan penelitian meliputi determinasi tanaman, penapisan fitokimia, maserasi den -gan etanol 70%, formulasi granul instan den-gan metode granulasi basah, evaluasi granul instan, uji stabilitas
granul instan, dan uji kesukaan. Penapisan fitokimia menunjukkan kelopak bunga rosella merah mengandung saponin, flavonoid, kuinon, steroid, dan vitamin C. Maserasi menghasilkan rendemen sebesar 28,57%. Hasil penelitian menunjukkan granul instan memiliki kadar air 1,42-1,83%, kecepatan alir 7,519-9,054 g/detik, sudut istirahat 21,893-28,309o, kerapatan nyata 0,752-0,823 g/ml, kerapatan mampat 0,883-0,968 g/ml, dan kecepatan melarut 0,083-0,101 g/detik. Formula III merupakan formula granul instan yang paling baik dan
paling disukai.
Kata kunci: Hibiscus sabdariffa L., granul instan, granulasi basah, antioksidan
ABSTRACT
stability, and the hedonic test. Phytochemical screening showed the red roselle calyx contain saponins, flavonoids, quinones, steroids, and vitamin C. The maceration rendement was 28.57%. The characteristic of instant granules was moisture content 1.42-1.83%, flow rate 7.519-9.054 g/s, angle of repose 21.893-28.309o, true density
0.752-0.823 g/ml, tapped density 0.883-0.968 g/ml, and the dissolving speed 0.083-0.101 g/s. The best and the most favourable instant granules was formula III.
Key words: Hibiscus sabdariffa L., instant granules, wet granulation, antioxidants
PENDAHULUAN
Kelopak bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa L.) mengandung flavonoid (gosipetin, hibisetin, sabdaretin, dan beta-karoten), mineral (kalsium, magnesium, fosfor, dan zat besi), vitamin (A, B1, B2, C, dan D), asam organik, asam amino esensial, dan polisakarida. Rosella merah digunakan untuk mengatasi radang, kanker, jantung, hipertensi, sakit pencernaan, antiseptik usus, dan anti radang. Kelopak bunga, daun, dan biji rosella merah berkhasiat untuk melancarkan air seni karena mengandung asam askorbat dan asam glikolat. Selain itu, rosella merah juga berkhasiat sebagai anti sariawan dan pereda nyeri (Nurfarida, 2011; Suryaatmaja dan
Nelistya, 2008).
Kelopak bunga rosella merah mengandung antioksidan yang dapat menghambat akumulasi radikal bebas penyebab penyakit kronis, seperti kerusakan ginjal, diabetes, jantung koroner, kanker darah, dan mencegah penuaan dini. Salah satu zat aktif yang berperan adalah antosianin. Antosianin merupakan pigmen yang memberikan warna merah pada kelopak bunga dan berperan mencegah kerusakan sel akibat sinar UV (Nurfarida, 2011; Suryaatmaja dan
Nelistya, 2008; Wiryowidagdo, 2005). Kelopak
bunga rosella merah mengandung banyak senyawa yang bermanfaat bagi tubuh, tetapi
bentuk sediaan yang beredar di pasaran belum praktis. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula granul instan ekstrak kelopak bunga rosella merah sebagai antioksidan, sehingga praktis untuk dikonsumsi.
METODE PENELITIAN Bahan
Kelopak bunga rosella merah diperoleh dari Perkebunan Manoko daerah Sukahurip Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Selanjutnya, dilakukan penapisan fitokimia dengan metode Fransworth(Fransworth, 1996), identifikasi vitamin C dengan FeCl3 1% (Stas,
1987), dan ekstraksi dengan cara maserasi
dengan pelarut etanol 70% (Depkes RI, 2000; Harborne, 1996).
Tabel 1. Formulasi Granul Instan Ekstrak Kelopak
Bunga Rosella Merah
Komposisi (%) F1 F2 F3
Ekstrak Kental 7 7 7
Maltodekstrin 58,5 53,5 48,5
Sukrosa 30 35 40
Povidon 3 3 3
NaCl 0,5 0,5 0,5
Cara Kerja
Ekstrak kelopak bunga rosella merah dikeringkan dengan maltodekstrin. Kemudian dicampur dengan sukrosa, NaCl, aspartam dan povidon. Campuran tersebut disemprot dengan air hingga membentuk massa yang dapat dikepal. Massa digranulasi dengan ayakan mesh 14 dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40-45°C hingga kadar air 2%. Granul yang telah kering digranulasi kembali dengan ayakan mesh 16. Granul instan disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi silika gel (Banker and Anderson,
2008; Parikh, 1997).
Evaluasi granul instan yang dilakukan meliputi kadar air, pH, kecepatan alir dan sudut
istirahat (Parrot, 1971; Aulton, 1988), kerapatan nyata dan kerapatan mampat (Aulton, 1988),
dan kecepatan melarut (Voight, 1995). Stabilitas granul instan dilakukan selama 56 hari. Pada
hari ke-0, 1, 3, 7, 14, 21, 28, 35, 42, 48, dan 56
dilakukan pengujian kadar air dan pH (Aulton,
1988). Terakhir dilakukan uji tanggapan rasa
pada 30 panelis dengan skala nilai berupa tidak
menerima (1) dan menerima (2) (Kartika, 1988).
Data uji tanggapan rasa diolah dengan ANAVA satu arah untuk mengetahui perbedaan rasa dari ketiga formula granul instan dan uji Newman Keulls sebagai uji lanjutan dari analisis varians.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan adalah Hibiscus sabdariffa L. dengan nama daerah rosella merah. Hasil penapisan fitokimia pada simplisia dan ekstrak kelopak bunga rosella merah menunjukkan adanya senyawa saponin,
flavonoid, kuinon, dan steroid. Hasil maserasi 700 g simplisia menghasilkan 200 g ekstrak kental
dengan rendemen maserasi sebesar 28,57%.
Bobot ekstrak yang digunakan dalam sediaan dicari melalui pendekatan dari minuman rosella merah yang biasa dibuat oleh masyarakat. Masyarakat membuat minuman dari kelopak bunga rosella merah dengan cara menyeduh empat kuntum kelopak bunga rosella merah (25 g) dengan 200 ml air panas hingga air berwarna merah, kemudian disaring (Suryaatmaja dan
Nelistya, 2008).
Maltodekstrin digunakan sebagai pengisi, pengikat dalam granulasi basah, dan membantu mengeringkan ekstrak (Rowe et al., 2009) sehingga diharapkan granul yang dibuat memiliki kadar air yang rendah sehingga stabil selama penyimpanan. Maltodekstrin juga dapat meningkatkan kelarutan dari ekstrak (Rowe et al., 2009), sehingga granul yang dibuat dapat segera larut dalam air.
Sukrosa digunakan sebagai pemanis, pengikat, pengisi, dan membantu proses granulasi basah. Penggunaan sukrosa lebih dari 70% menyebabkan granul menjadi keras sehingga waktu hancur granul menjadi kurang baik (Rowe et al., 2009), karena itu sukrosa yang digunakan dalam formula dibatasi hanya 30-40%. Selain itu, sukrosa bersifat higroskopis sehingga semakin banyak sukrosa yang digunakan maka kadar air granul semakin tinggi.
air yang ditambahkan tidak terlalu banyak. Aspartam digunakan sebagai pemanis dan dapat menutupi rasa yang tidak menyenangkan (Rowe et al., 2009). Batas maksimum penggunaan aspartam berdasarkan peraturan kepala BPOM
No. HK 00.05.5.1.4547/2004 adalah 50 mg/kg bb/hari. Ketiga formula menghasilkan granul
berwarna merah dengan bau khas rosella merah, dan berasa asam.
Tabel 2. Hasil Evalusi Formula Granul Instan
Formula Kadar
Semakin tinggi konsentrasi sukrosa, maka kadar air semakin tinggi. Hal ini terjadi karena sukrosa bersifat higroskopis sehingga dapat menarik air dari udara. Kadar air yang diperoleh kurang dari 2% sehingga masih memenuhi persyaratan kadar air untuk granul (Parrot,
1971; Aulton, 1988).
Ketiga formula memiliki kecepatan alir
7,519-9,054 g/detik, sehingga granul memiliki sifat mudah mengalir (Aulton, 1988). Sudut
istirahat formula I dan formula II kurang dari 25°C, sehingga memiliki sifat alir sangat baik. Sedangkan formula III dengan sudut istirahat
28,309 memiliki sifat alir yang baik (Aulton, 1988). Sifat alir semakin baik, maka granul
semakin cepat mengalir, sehingga sudut istirahat semakin kecil. Semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin dalam granul, maka kecepatan
alir semakin tinggi dan sudut istirahat semakin kecil. Hal ini terjadi karena maltodekstrin memperbaiki sifat alir granul (Rowe et al., 2009).
Semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin yang digunakan, maka semakin kecil nilai kerapatan nyata dan kerapatan mampatnya. Hal ini menunjukkan bahwa maltodekstrin dapat mengikat partikel granul dengan baik, sehingga partikel granul tidak menyatu satu
sama lain. Selain itu, semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin yang digunakan, maka semakin cepat waktu melarutnya. Hal ini disebabkan karena maltodekstrin mudah terbasahi sehingga meningkatkan kelarutan granul.
Stabilitas granul instan meliputi pH dan kadar air diuji selama 56 hari. Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada perubahan pH dan kadar air selama penyimpanan. Hal ini disebabkan karena granul disimpan dalam wadah tertutup rapat berisi silika gel. Silika gel berfungsi untuk mengikat uap air dari udara ketika wadah dibuka untuk mengambil sampel yang akan diuji.
sediaan yang lebih segar karena rasanya yang manis asam dibandingkan dengan formula I dan formula II.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Formula III merupakan formula granul instan yang paling baik dan paling disukai.
DAFTAR PUSTAKA
Aulton, ME. 1988. Pharmaceutics: The Science of
Dosage From Design. Churchill Livingstone Inc. New York. Hal. 600-615, 647-667.
Banker GS., and Anderson NR. 2008. Tablet, in:
Lachman, Liebermen, H.A., and Kanig, J.L. (Eds), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jilid II,Edisi II, Penerjemah Siti Suyatmi dan Iis Aisyah. UI Press. Jakarta. Hal 701-705. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Dirjen POM. Jakarta. Hal. 26-27.
Fransworth, NR. 1996. Biological and Phytochemycal Screening of Plants. J.Pharm. Sci 55.
Harborne, JB. 1996. Metode Fitokimia. Edisi 2. Terjemahan K. Padmawinata dan I. Soediro. Penerbit ITB. Bandung. hlm. 36-39.
Nurfarida, D. 2008. Khasiat Bunga Rosela. Tersedia
di http://pinginpintar.com Diakses pada
tanggal 7 Juli 2011.
Parikh, DM. 1997. Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology. Marcell Dekker. New York. p. 7-23.
Parrott, EL. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess
Publishing Company. Mineapolis. Hal.
64-66, 73-83.
Rowe, RC., Sheskey PJ., and Quinn ME. (Eds). 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed. Pharmaceutical Press and American
Pharmacp. Washington. 48-49, 418-420, 581-582, 703-705.
Suryaatmaja WP. dan Nelistya A. 2008. Rosela Aneka Olahan, Khasiat, dan Ramuan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal. 3-15.
Wiryowidagdo, S. 2005. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 153-155.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.