• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN LABORATORIUM BAHASA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS IV SD JETIS BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN LABORATORIUM BAHASA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA KELAS IV SD JETIS BANTUL."

Copied!
319
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMANFAATAN LABORATORIUM BAHASA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

PADA SISWA KELAS IV SD JETIS BANTUL

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh : Dhesi Indraswari NIM 10108241056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PEMANFAATAN LABORATORIUM BAHASA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

PADA SISWA KELAS IV SD JETIS BANTUL

Oleh Dhesi Indraswari NIM 10108241056

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran tematik terpadu sesuai kurikulum 2013 oleh guru kelas IV di SD Jetis Bantul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini mengambil subjek guru kelas IVA, IVB, dan IVC dan Kepala Sekolah serta siswa kelas IVA, IVB, dan IVC sebagai narasumber. Jumlah siswa yang menjadi narasumber dalam penelitian yaitu sebanyak 9 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menurut Miles & Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Untuk memperoleh keabsahan data, penelitian ini menggunakan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap perencanaan pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran tematik terpadu, guru kelas IV di SD Jetis Bantul sudah menyusun RPP sesuai pedoman penyusunan RPP tematik terpadu pada kurikulum 2013. Pemanfaatan laboratorium bahasa belum tercantum dalam RPP. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu di SD Jetis Bantul, kegiatan belajar mengajar kadang-kadang menerapkan penggunaan laboratorium bahasa. Hal tersebut dapat dilihat dari; pembelajaran yang sesuai dengan prisip pembelajaran tematik serta pemanfaatan laboratorium bahasa sesuai fungsi sarana dan fungsi evaluasi laboratorium bahasa. Pada tahap penilaian pemanfaatan laboratorium bahasa pada pembelajaran tematik terpadu, guru telah melakukan penilaian aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan memanfaatkan perangkat di laboratorium bahasa.

(3)

iii

THE USAGE OF LANGUAGE LABORATORY IN INTEGRATED THEMATIC LEARNING ON 4TH GRADER OF SD JETIS

By:

Dhesi Indraswari NIM 10108241056

ABSTRACT

The research aims to describe the usage of Language Laboratory in Integrated Thematic Learning based on 2013 curriculum by the teacher of 4th Grader of Jetis Elementary School.

The research was descriptive qualitative which subjects were the teachers of IV, headmaster and students of IV. The data was collected using observation, interview, and documentation. It was analyzed using Miles & Huberman method which included data reduction, data display, and conclusion. The data was validated using technique triangulation.

The result of the research show that in the planning phase, the teacher has arrange the lesson plan based on the 2013 curriculum, but the usage of the language laboratory has not written in the lesson plan. In the implementation phase, the laboratory have sometimes used in the lesson. Assessment on integrated thematic learning has occasionally using of language laboratories.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkannya”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Ibu dan Bapak.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul

“Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu pada

Siswa Kelas IV SD Jetis Bantul” dapat disusun dengan baik dan lancar. Skripsi ini

diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bisa terselesaikan berkat ridha yang diberikan oleh Allah Swt serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing Skripsi, Ibu Dr. Enny Zubaidah, M. Pd. dan Bapak HB. Sumardi, M. Pd. yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibu Dr. Enny Zubaidah, M. Pd., Bapak Dr. Ali Mustadi, M. Pd., Ibu Dr. Ch. Ismaniati, M. Pd., dan Bapak HB. Sumardi, M. Pd. selaku ketua Penguji, Sekretaris, Penguji Utama, dan Penguji Pendamping yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komperhensif terhadap Skripsi ini.

3. Ketua Jurusan PSD (Pendidikan Sekolah Dasar) yang telah memberikan ijin penelitian.

(10)

x

5. Bapak Suharyana, S. Pd selaki kepala sekolah SD Negeri Jetis Bantul yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Para guru dan staff SD Negeri Jetis Bantul yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Kedua orang tua yang selalu memberikan semangat dan doa untuk penulis. 8. Teman-teman kelas B PGSD 2010, yang telah berjuang bersama selama masa

perkuliahan dan penyusunan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik berbagai pihak tersebut mendapat ridha dari Allah SWT. Penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kelengkapan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat menambah dan memperkaya khasanah ilmu pada umumnya dan dunia Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada khususnya serta pembaca yang budiman.

Yogyakarta, Juni 2017 Penulis

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN... vi

HALAMAN MOTTO... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Fokus Penelitian... 8

D. Rumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian... 10

G. Definisi Operasional Variabel... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran di Sekolah Dasar... 12

1. Hakikat Pembelajaran di SD... 12

2. Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran... 19

B. Tinjauan tentang Pembelajaran Tematik Terpadu... 21

1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu... 21

2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu... 22

3. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu... 23

4. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik Terpadu... 26

5. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik terpadu... 37

C. Tinjauan tentang Laboratorium Bahasa... 39

1. Pengertian Laboratorium Bahasa... 39

2. Jenis-Jenis Laboratorium Bahasa... 41

3. Fungsi Laboratorium Bahasa... 42

4. Keuntungan Menggunakan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran... 46

(12)

xii

Tematik Terpadu... 46

2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Menggunakan Laboratorium Bahasa... 47

E. Kerangka Pikir... 48

F. Pertanyaan Penelitian... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 52

B. Jenis Penelitian... 52

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 53

D. Subjek Penelitian... 54

E. Teknik Pengumpulan Data... 54

F. Instrumen Penelitian... 58

G. Teknik Analisis Data... 59

H. Keabsahan Data... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 64

1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 64

2. Deskripsi Subjek Penelitian... 65

3. Deskripsi Hasil Penelitian... 65

a. Tahap Perencanaan Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu... 66

b. Tahap Pelaksanaan Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu... 74

c. Penilaian Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu... 97

B. Pembahasan... 100

1. Tahap Perencanaan Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu... 100

2. Tahap Pelaksanaan Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu... 103

3. Penilaian Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu... 108

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu... 109

D. Keterbatasan Penelitian... 110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 111

B. Saran... 112

DAFTAR PUSTAKA... 114

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan

Belajar dan Maknanya... 37 Tabel 2. Keterlaksanaan Pembelajaran Terpusat pada Siswa Kelas

IVA... 76 Tabel 3. Keterlaksanaan Pembelajaran Terpusat pada Siswa Kelas

IVB... 84 Tabel 4. Keterlaksanaan Pembelajaran Terpusat pada Siswa Kelas

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir... 50 Gambar 2. Komponen-komponen analisis data model

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Pedoman Observasi Perencanaan Pemanfaatan

Laboratorium Bahasa... 171

Lampiran 2. Pedoman Observasi Pelaksanaan Pemanfaatan Laboratorium Bahasa... 124

Lampiran 3. Pedoman Observasi Penilaian Pemanfaatan Laboratorium Bahasa... 126

Lampiran 4. Pedoman Wawancara terhadap Guru... 130

Lampiran 5. Pedoman Wawancara terhadap Siswa... 131

Lampiran 6. Pedoman Wawancara terhadap Kepala Sekolah... 134

Lampiran 7. Hasil Wawancara terhadap Kepala Sekolah... 136

Lampiran 8. Hasil Wawancara terhadap Guru Kelas IVA... 141

Lampiran 9. Hasil Wawancara terhadap Guru Kelas IVB... 149

Lampiran 10. Hasil Wawancara terhadap Guru Kelas IVC... 157

Lampiran 11. Hasil Wawancara terhadap Siswa Kelas IVA... 165

Lampiran 12. Hasil Wawancara terhadap Siswa Kelas IVB... 170

Lampiran 13. Hasil Wawancara terhadap Siswa Kelas IVC... 174

Lampiran 14. Hasil Observasi RPP Kelas IVA... 178

Lampiran 15. Hasil Observasi RPP Kelas IVB... 184

Lampiran 16. Hasil Observasi RPP Kelas IVC... 188

Lampiran 17. Hasil Observasi Pelaksanaan Pemanfaatan Laboratorium Bahasa Kelas IVA... 192

Lampiran 18. Hasil Observasi Pelaksanaan Pemanfaatan Laboratorium Bahasa Kelas IVB... 210

Lampiran 19. Hasil Observasi Pelaksanaan Pemanfaatan Laboratorium Bahasa Kelas IVC... 236

Lampiran 20. Hasil Observasi Penilaian Pemanfaatan Laboratorium Bahasa Kelas IVA... 251

Lampiran 21. Hasil Observasi Penilaian Pemanfaatan Laboratorium Bahasa Kelas IVB... 253

Lampiran 22. Hasil Observasi Penilaian Pemanfaatan Laboratorium Bahasa Kelas IVC... 255

Lampiran 23. Tabel Analisis Data... 257

Lampiran 24. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran... 263

Lampiran 25. Catatan Lapangan... 267

Lampiran 26. RPP... 292

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui proses pendidikan (Sagala, 2010: 230). Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatkan dan menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat, dan tantangan global. Oleh karena itu, kurikulum di Indonesia juga senantiasa mengalami perkembangan dan penyesuaian dengan kemajuan zaman untuk mewujudkan tujuan nasional pendidikan tersebut.

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang sekarang ini sedang diujicobakan di beberapa SD yang ditunjuk. Tujuan pengembangan Kurikulum 2013 terutama adalah untuk mengatasi masalah dan tantangan berupa kompetensi riil yang dibutuhkan oleh dunia kerja, globalisasi ekonomi pasar bebas, membangun kualitas manusia Indonesia yang berakhlak mulia, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab (Kemendikbud, 2013: 6).

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentanng Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan, bahwa “Sesuai Standar Kompetensi Lulusan

(17)

2

Kurikulum SD/MI menyebutkan, bahwa “Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada

SD/MI dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI”.

Kemendikbud (2013: 15) menyebutkan bahwa terdapat beberapa hak esensial Kurikulum 2013 yang membedakan dengan KBK dan KTSP terutama dapat dilihat pada cara pandang terhadap mata pelajaran. Diantaranya adalah sebagai berikut.

... (5) Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tiap jenis isi materi

pembelajaran diajarkan secara terpisah, pada Kurikulum 2013 berbagai macam jenis isi materi pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain (cross curriculum atau integrated curriculum). (6) Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pendekatan tematik hanya digunakan untuk anak kelas satu sampai kelas tiga, pada Kurikulum 2013 pendekatan tematik untuk semua jenjang dari kelas satu sampai kelas enam.

Perbedaan dalam penyajian mata pelajaran dan pendekatan pembelajaran dengan kurikulum sebelumnya ini tentu ada alasan yang mendasari. Kemendikbud (2013: 16) memaparkan beberapa alasan yang mendasari perancangan Kurikulum 2013 ini dan salah satunya adalah sebagai berikut.

(1) Anak didik pada jenjang SD belum perlu diajak untuk berpikir secara tersegmentasi dalam matapelajaran yang saling terpisah satu sama lain. Di sini perlu menyuguhkan proses pembelajaran yang utuh pada anak didik secara tematik. Hal ini didukung oleh banyaknya sekolah alternatif dan sekolah-sekolah internasionl yang menerapkan sistem pembelajaran integratif berbasis tema yang menunjukkan hasil menggembirakan.

(18)

3

pembelajaran dengan beberapa mata pelajaran yang dirangkum menjadi satu tema. Namun perlu diingat bahwa tugas seorang pendidik adalah tugas profesional, selalu menghadapi tantangan apabila ingin menjadi pendidik yang kreatif, dinamis, kritis, dan ilmiah (Sagala, 2010: 163). Kurikulum 2013 inilah yang sekarang ini menjadi tantangan bagi guru untuk dapat merencanakan proses pembelajaran dengan matang.

Ely (dalam Sanjaya, 2006: 49) mengungkapkan bahwa perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Perencanaan proses pembelajaran yang matang dapat memberikan gambaran bagi guru tentang keberhasilan suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi (Sanjaya, 2006: 160). Terkadang dalam dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi sehingga pesan atau materi pelajaran yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal. Oleh karena itu, perlu adanya perencanaan dalam menentukan strategi pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar yang tepat agar terhindar dari kegagalan komunikasi tersebut. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Syaiful Sagala (2010: 164) yang menegaskan bahwa perencanaan, pemilihaan, dan pemafaatan media perlu dikuasai sunguh-sungguh dan dipertimbangkan dengan baik oleh guru agar tidak mengakibatkan kegagalan mencapai tujuan.

(19)

4

internet, dan sebagainya. Oleh karena itu, guru di zaman sekarang harus mampu memanfaatkan media belajar yang sangat kompleks seperti video, televisi dan film, disamping media pendidikan yang sederhana (Sagala, 2010: 164). Beberapa perkembangan teknologi tersebut dapat dimanfaatkan guru sebagai media dan sumber belajar dalam menyampaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Kemajuan teknologi menuntut perubahan peran guru. Jika sebelumnya guru dalam proses belajar mengajar hanya berperan sebagai sumber belajar, maka kini peran guru pun berubah yakni sebagai fasilisator dalam proses belajar mengajar. Sebagai fasilisator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran (Sanjaya, 2006: 21). Guru hendaknya mampu memilih dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar yang ada di sekolah dan lingkungan.

Ketersediaan fasilitas belajar di sekolah yang telah diadaptasi sesuai dengan perkembangan teknologi akan memungkinkan siswa merasa senang belajar. Hal ini dikarenakan siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang baru dan tidak monoton dengan hanya belajar di kelas menggunakan media dan sumber belajar yang terbatas saja.

(20)

5

televisi, komputer, laboratorium bahasa, video tape, dan sebagainya. Banyak yang diharapkan dari alat-alat teknologi pendidikan tersebut dalam membantu mengatasi berbagai masalah pendidikan. Di sinilah peran guru sangat dibutuhkan dalam memanfaatkan alat-alat tersebut sebagai media dan sumber pembelajaran agar alat tersebut dapat bermanfaat secara optimal.

Laboratorium bahasa menjadi salah satu pilihan bagi guru untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Laboratorium bahasa merupakan variasi mesin mengajar yang juga menggunakan sejumlah alat audio-visual lainnya misalnya tape recorder, filmstrip, pelajaran berprograma dan sebagainya (Nasution, 2011: 109). Alat-alat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media dan sumber belajar dalam menyampaikan pembelajaran. Siswa tertarik dalam memanfaatkan beberapa alat yang digunakan dalam laboratorium bahasa ini. Ketertarikan siswa ini dapat meningkatkan motivasi belajarnya sehingga siswa lebih mudah menerima pesan yang disampaikan oleh guru secara maksimal.

(21)

6

SD Jetis Bantul merupakan salah satu SD yang ditujuk sebagai sekolah yang mengujicobakan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran 2013/2014 untuk kelas I dan IV. Dalam pertemuan KKG pada tanggal 15 Maret 2014, Bapak Suyadi sebagi pembina gugus inti Kecamatan Jetis Bantul mengatakan bahwa “Dengan tersedianya fasilitas yang lengkap dan terdapat di kawasan sekolah terpadu yang akan menjadi sekolah percontohan dari tingkat nasional, maka SD Jetis harus dikembangkan”. Inilah salah satu alasan SD Jetis Bantul menjadi satu-satunya

sekolah di UPT Jetis Bantul yang ditunjuk sebagai sekolah perintis pembelajaran dengan menggunakan Kurikulum 2013.

Guru kelas IV mengatakan bahwa kendala dalam penerapan kurikulum 2013 ini adalah pada kurangnya materi yang disajikan dalam buku tematik yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini menuntut guru untuk mencari referensi buku lain untuk melengkapi materi tersebut. Selain buku, guru juga memaparkan bahwa sudah banyak fasilitas yang tersedia di sekolah yang dapat dimanfaatkan guru untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satunya adalah laboratorium bahasa yang di dalamnya telah tersedia beberapa CD pembelajaran tematik, CD pembelajaran tiap muatan pelajaran, cerita rakyat, dan dongeng anak yang dapat digunakan guru sebagai sumber belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan bantuan alat elektronik yang tersedia dalam laboratorium bahasa sebagai media pembelajaran.

(22)

7

laboratorium tersebut terdiri dari 40 “booth” atau kotak untuk siswa dan 1 kotak

untuk guru sebagai kotak pengontrol bagi keempat puluh kotak yang lain. Setiap kotak untuk siswa terdapat beberapa perangkat elektronik seperti komputer, headset, dan tape recorder. Selain itu, pada setiap booth juga terdapat tombol yang berfungsi untuk mengkontrol besar kecilnya volume headset dan tombol untuk memanggil guru.

Laboratorium bahasa sering digunakan dalam pembelajaran tematik terpadu khususnya kelas IV. Guru memaparkan bahwa siswa merasa senang mengikuti pembelajaran di laboratorium bahasa. Pembelajaran di laboratorium bahasa merupakan salah satu strategi yang dilakukan guru untuk memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dan mengatasi kejenuhan belajar siswa di kelas. Guru menambahkan bahwa siswa kelas rendah belum diperkenankan untuk meemanfaatkan laboratorium bahasa dalam kegiatan belajar mengajar mengingat karakter siswa yang masih terlalu aktif bergerak sehingga guru merasa kesulitan dalam mengawasi penggunaan alat-alat yang terdapat di dalamnya.

(23)

8

sudah mahir dalam mengoperasikannya. Perlu adanya pelatihan yang lebih intensif agar guru kelas dapat memanfaatkan laboratorium bahasa dengan mandiri. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana pemanfaatan labaratorium bahasa di SD Jetis dengan mengetengahkan judul “Pemanfaatan Laboratorium Bahasa dalam Pembelajaran Tematik Terpadu pada Siswa Kelas IV SD Jetis Bantul”. Peneliti

berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sekolah sebagai umpan balik untuk menilai sejauh mana pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran tematik terpadu siswa kelas IV di sekolah tersebut.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat berbagai masalah sebagai berikut.

1. Guru masih kesulitan dalam pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu. 2. Materi dalam sumber belajar berupa buku guru dan buku siswa yang berbasis

Kurikulum 2013 disajikan dengan kurang mendalam.

3. Tidak semua guru dapat mengoperasikan perangkat laboratorium bahasa. 4. Belum adanya penelitian deskriptif terkait pemanfaatan laboratorium bahasa

dalam pembelajaran tematik terpadu ditingkat satuan pendidikan. C.Fokus Penelitian

(24)

9 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan fokus penelitian maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran tematik terpadu yang disusun oleh guru kelas IV SD Jetis Bantul?

2. Sejauh mana pelaksanaan pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Jetis Bantul?

3. Apakah penilaian pada pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Jetis Bantul telah memanfataan laboratorium bahasa?

E.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang diadakan seperti di bawah ini.

1. Mendeskripsikan perencanaan pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran tematik terpadu yang disusun oleh guru kelas IV SD Jetis Bantul.

2. Mendeskripsikan sejauh mana pelaksanaan pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran tematik terpadu di kelas IV SD Jetis Bantul.

(25)

10 F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Secara Teoritis

Memberikan data/informasi tentang pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran Tematik Terpadu.

2. Secara Praktis a. Bagi Sekolah

1) Memberi deskripsi mengenai pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran Tematik Terpadu pada siswa kelas IV di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk meningkatkan perawatan dan pemanfaatan laboratorium bahasa dalam proses pembelajaran.

b. Bagi Guru

1) Memberi deskripsi mengenaai pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran Tematik Terpadu pada siswa kelas IV di sekolah tersebut.

2) Meningkatkan pemahaman bagi guru tentang pemanfaatkan laboratorium bahasa dalam pembelajaran Tematik Terpadu.

c. Bagi Peneliti

Memberi bekal yang bermanfaat dalam memahami pemanfaatan laboratorium bahasa dalam pembelajaran tematik terpadu.

G. Definisi Operasional Variabel 1. Pembelajaran Tematik Terpadu

(26)

11 2. Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan. 3. Laboratorium Bahasa

(27)

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Pembelajaran di Sekolah Dasar 1. Hakikat Pembelajaran di SD

Sekolah dasar (SD) pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun (Suharjo, 2006: 1). Suharjo (200: 1) menambahkan bahwa pendidikan di SD dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan mempersiapkan mereka ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. Pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang diberikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Corey (Sagala, 2010: 61) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Gagne (Sanjaya, 2006: 100) menjelaskan bahwa mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, di mana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan dan dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

(28)

13

membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Sedangkan dalam UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Knirk dan Gustasfon (Sagala, 2010: 64) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematik melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika, namun telah melalui tahap perancangan pembelajaran. Selanjutnya Syaiful Sagala (2010: 64) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari sesuatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja dikelola melalui proses sistematik yaitu tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mempelajari sesuatu kemampuan dan atau nilai dengan memanfaatkan sumber dan fasilitas belajar yang tersedia.

Biggs (Sugihartono, 2007: 80) membagi konsep pembelajaran dalam 3 pengertian, yaitu:

a. Pembelajaran dalam Pengertian Kualitatif

Secara kuantitatif pembelajaran berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid. Dalam hal ini guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa dengan sebaik-baiknya.

b. Pembelajaran dalam Pengertian Institusional

(29)

14

dituntut untuk selalu siap mengadaptasi berbagai teknik mengajar untuk bermacam-macam siswa yang memiliki berbagai perbedaan individual. c. Pembelajaran dalam Pengertian Kualitatif

Secara kualitatif pembelajaran berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak sekedar menjejalkan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga melibatkan siswa dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa konsep pembelajaran merupakan proses pembelajaran di mana guru diharapkan mampu menguasai materi bukan hanya sekedar mentransfer ilmu kepada siswa. Guru juga diharapkan dapat mengikutsertakan siswa dalam aktivitas pembelajaran dengan berbagai macam teknik mengajar yang variatif agar siswa tidak mudah bosan sehingga dapat mempermudah siswa dalam menerima materi atau pesan yang disampaikan oleh guru.

Suharjo (2006: 85) memperjelas kembali bahwa pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik, akan tetapi merupakan aktivitas profesional yang menuntut guru untuk dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu, serta menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien.

(30)

15

Proses pembelajaran di sekolah dasar pada dasarnya tidak hanya berlangsung di dalam kelas. Proses belajar mengajar dapat berlangsung baik di dalam maupun di luar kelas dengan memanfaatkan berbagai macam sumber belajar yang relevan dengan pembelajaran (Suharjo, 2006: 107). Kemendikbud (2013: 17) dalam buku Panduan Teknis Penyusunan RPP di SD menjelaskan bahwa sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Sanjaya, 2009: 174). Sumber belajar adalah segala sumber (data, manusia, dan benda) yang dapat digunakan oleh siswa baik secara sendiri maupun bersama-sama, biasanya di dalam suatu cara yang informal, untuk membantu proses belajar (Suharjo, 2006: 107).

Sumber belajar terdiri dua macam, yaitu (a sumber belajar yang memang dikembangkan dan disiapkan untuk membantu belajar, yang merupakan komponen sistem instruksional, yang disebut “resources by design” dan (b sumber belajar yang tidak direncanakan secara khusus untuk pengajaran, tetapi dapat digunakan untuk belajar, yang disebut juga “resources by utilization

(31)

16 a. Message (Pesan)

Pesan yaitu informasi yang disampaikan melalui komponen lain berupa ide, fakta- fakta, pengertian, data, dan sebagainya.

b. Material

Material adalah bahan, media atau “software” yang biasanya menyimpan pesan

yang ditampilkan dengan menggunakan alat (hardware) atau dapat menampilkan dirinya sendiri, misalnya transparansi OHP, slide, film, filmstrip, buku, jurnal, dan sebagainya. Bahan pengajaran adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang akan disampaikan kepada siswa (Sanjaya, 2009: 175). c. Device (Alat)

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu guru (Sanjaya, 2009: 175). Alat yang sering disebut “hardware” digunakan untuk

menampilkan pesan yang terdapat pada bahan (materials), misalnya proyektor slide, proyektorfilmstrip, proyektor film, OHP, alat perlengkapan televisi, tape recorder (audio/video) dan sebagainya (Suharjo, 2006: 108).

d. Teknik

Teknik adalah cara-cara yang biasa dilakukan dalam belajar mengajar atau penggunaan alat-alat, bahan, setting, dan orang untuk menyampaikan pesan (Suharjo, 2006: 108). Teknik sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa, seperti kegiatan berdiskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan, dang sebagainya (Sanjaya, 2009: 176).

(32)

17

Setting adalah lingkungan tempat pesan diterima (Suharjo, 2006: 108). Lingkungan adalah segala sesuatu yang dapat memungkan siswa belajar. Misalnya, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, kantin sekolah, dan sebagainya (Sanjaya, 2009: 176).

f. Manusia

Manusia merupakan sumber utama dalam proses pembelajaran (Sanjaya, 2009: 176). Manusia yang bertindak sebagai pembawa atau penyampai (Suharjo, 2006: 108).

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas dengan memanfaatkan berbagai macam sumber belajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mempelajari materi dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Terdapat dua macam sumber belajar yaitu sumber belajar yang disiapkan secara sengaja untuk belajar dan sumber belajar yang tidak direncanakan namun dapat digunakan untuk belajar. Kedua macam sumber belajar tersebut dapat berupa pesan (massage), material, alat (device), teknik, lingkungan, dan manusia.

(33)

18

tepat sehingga pesan yang disampaikan kepada siswa dapat tersalurkan dengan baik.

Miarso (Indriana, 2011: 14) menyatakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Menurut Gerlach (Sanjaya, 2006: 161) secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sedangkan Ibrahim (Suharjo, 2006: 108) menjelaskan bahwa media pembelajaran dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau bahan pembelajaran sehingga merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(34)

19

pembelajaran juga lebih dipengaruhi oleh kembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar. Laboratorium bahasa merupakan salah satu hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

2. Peran Guru dalam Aktivitas Pembelajaran

Sugihartono (2007: 85) berpendapat bahwa guru memiliki peran yang sangat kompleks dalam proses belajar mengajar. Guru tidak sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya, akan tetapi guru hendaknya dapat memainkan berbagai peran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didiknya secara optimal. Wina Sanjaya (2006: 20) menambahkan bahwa bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan.

Selanjutnya Wina Sanjaya (2006: 20) merumuskan peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Guru sebagai Sumber Belajar

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting dan berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Guru sebagai sumber belajar hendaknya memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan siswa.

b. Guru sebagai Fasilitator

(35)

20

maksimal sehingga dapat memilih, merancang, ataupun memanfaatkan media dan sumber belajar dengan tepat.

c. Guru sebagai Pengelola

Guru sebagai pengelola pembelajaran (learning manager) berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.

d. Guru sebagai Demonstrator

Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.

e. Guru sebagai Pembimbing

Peran guru sebagai pembimbing yaitu membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka.

f. Guru sebagai Motivator

Guru berperan menjadi motivator dengan menumbuhkan dorongan atau motivasi kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal.

g. Guru sebagai Evaluator

Guru sebagai evaluator berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

(36)

21

berkembang pesat. Peran guru dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator. Pembelajaran Tematik terpadu dengan memanfaatkan laboratorium bahasa menempatkan guru sebagai fasilitator.

B.Tinjauan tentang Pembelajaran Tematik Terpadu 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik (Depdiknas dalam Trianto, 2011: 147). Tema yang diberikan merupakan pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi topik pembelajaran. Hilda Karli dan Margaretha Sri Yuliariantiningsih (2007), menjelaskan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa.

(37)

22

yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi (Forgarty dalam Trianto, 2011: 117).

Kemendikbud (2013: 9) menjelaskan bahwa Tematik Terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema. Jadi dalam pelaksanaannya, pelajaran yang diajarkan oleh guru di Sekolah Dasar diintegrasikan melalui tema-tema yang telah ditetapkan. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Hadi Subroto (dalam Trianto, 2011: 151) menjelaskan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema tertentu untuk mengaitkan beberapa isi mata pelajaran dan pengalaman kehidupan nyata sehari-hari siswa sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya, untuk mengaitkan beberapa isi mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. 2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu

(38)

23

dengan mengaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa, e) lebih bergairah belajar karena siswa dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, f) lebih merasakan manfaat dan makna belajar, g) guru dapat menghemat waktu, dan h) budi pekerti dan moral siswa dapat ditumbuh kembangkan.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu

Guru hendaknya memunculkan karakteristik tematik sebagai pembeda dengan pembelajaran lainnya dalam kegiatan belajar mengajar dengan penerapan kurikulum tematik di sekolah. Hal ini penting karena indikator kurikulum tematik terletak dalam karakteristik-karakteristik tertentu (Hajar, 2013: 43).

Menurut Syafaruddin (dalam Hajar, 2013: 43-56), karakteristik pembelajaran tematik yaitu: a) berpusat pada peserta didik, b) memberikan pengalaman langsung, c) tidak terjadi pemisah materi pelajaran secara jelas, d) menyajikan konsep dari berbagai materi pelajaran, e) bersifat fleksibel, f) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, g) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, h) mengembangkan komunikasi peserta didik, i) mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik, dan j) lebih menekankan proses daripada hasil.

Selain itu, Depdikbud (dalam Trianto, 2011: 153) memaparkan bahwa sebagai model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut.

a. Berpusat pada siswa

(39)

24

sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Pada kurikulum 2013, guru menggunakan pendekatan saintifik untuk mengaktifkan siswa.

b. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa. dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c. Pemisah mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai matapelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. Bersifat fleksibel

(40)

25

f. Menggunakan prinsip belajar yang menyenangkan

Pembelajaran tematik menggunakan prinsip belajar menyenangkan sehingga diharapkan siswa dapat terlibat denngan asyik dalam belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat lagi.

Berdasarkan karekteristik yang telah diuraikan di atas, terlihat jelas bahwa dengan penerapan pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai (Depdikbud dalam Trianto, 2011: 153), diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.

b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.

c. Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.

e. Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

f. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari pelajaran lain.

(41)

26

pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remidial, pemantapan, atau pengayaan materi.

4. Langka-langkah Pembelajaran Tematik Terpadu

Secara umum, langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Prabowo dalam Trianto, 2011: 167). Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Ibnu Hajar (2013: 82) yang menyebutkan bahwa tahapan-tahapan implementasi pembelajaran tematik yaitu penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. Perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran diatur dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (Kemendikbud, 2013: 5). Sesuai Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas, sedangkan guru bertugas untuk mengimplementasikan pembelajaran tematik terpadu dengan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

a. Perencanaan Pembelajaran

(42)

27

tematik terpadu harus dilakukan secara serius dengan perencanaan pembelajaran yang terarah dan matang.

Lebih lanjut Ibnu Hajar (2013: 58) memaparkan lima hal pokok yang harus dilakukan guru ketika akan mengadakan pembelajaran berbasis tematik terpadu. Kelima hal pokok tersebut adalah 1) memilih tema pelajaran, 2) mengorganisasi tema, 3) mengumpulkan bahan dan sumber, 4) merancang kegiatan dan proyek, dan 5) mendesain kegiatan pembelajaran.

Sedangkan Trianto (2011: 168) menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam tahap perencanaan, antara lain; 1) menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan, 2) memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator, 3) menentukan sub-keterampilan yang dipadukan, 4) merumuskan indikator hasil belajar, dan 5) menentukan langkah-langkah pembelajaran.

(43)

28

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses menjelaskan beberapa hal yang perlu dilaksanakan dalam perencanaan pembelajaran sebagai berikut.

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran (Permendikbud, 2013: 5).

Silabus paling sedikit memuat: (1) identitas mata pelajaran; (2) identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; (3) kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran; (4) kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran; (5) tema; (6) materi pokok, muatan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; (7) pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; (8) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengilahan informasi untuk menentukan percapaian hasil belajar peserta didik; (9) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan (10) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan (Permendikbud, 2013: 5).

Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.

(44)

29

pembelajaran yang diwujudka dengan kegiatan penyusunan Rncana Pelaksanaan Pembeajaran (RPP). RPP adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus (Kemendikbud, 2014: 121).

RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih (Permendikbud, 2013: 5). RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih (Permendikbud, 2013: 5).

Komponen RPP terdiri atas:

1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester;

4) materi pokok;

5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;

6) kompetensi Inti (KI);

7) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;

8) tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

9) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi;

(45)

30 11) media, alat, dan sumber pembelajaran;

12) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan penilaian hasil pembelajaran (Kemendikbud, 2013: 9-10).

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik psikologir siswa. Oleh karena itu proses pengembangan RPP diharapkan dapat memenuhi beberapa prinsip berikut.

1) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan pada tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan prosess pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran. 2) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam

silabus dengan kondisi pada satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan emosi, maupun gaya belajar.

3) RPP mendorong partisipasi aktif peserta didik.

4) RPP sesuai dengan tujuan kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar, dan kebiasaan belajar.

5) RPP mengembangkan budaya membaca dan menulis.

6) Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisa.

7) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, remidi, dan umpan balik.

(46)

31

9) RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi (Kemendikbud, 2014: 121-122).

Berdasakan uraian di atas dapat diketahui bahwa beberapa hal yang perlu dilaksanakan guru dalam perencanaan pembelajaran yaitu menyusun silabus sesuai dengan Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Isi, selanjutnya silabus digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan atau menyusun RPP dalam upaya mencapai KD. Perencanaan pembelajaran tematik terpadu dengan memanfaatkan laboratorium bahasa dengan matang dapat memaksimalkan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah melalui tahap perencanaan, tahap selanjutnya adalah penerapan atau pelaksanaan pembelajaran tematik terpadu. Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses memaparkan beberapa syarat yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu alokasi waktu atau jam tatap muka pembelajaran, buku teks pelajaran, dan pengelolaan kelas.

(47)

32 1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru: (a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (b) memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional; (c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; (d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan (e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning)disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

(a)Sikap

Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.

(b)Pengetahuan

Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

(c)Keterampilan

(48)

33 3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:

(a) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;

(b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

(c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan

(d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya (Permendikbud, 2013: 8-10).

Depdiknas (dalam Trianto, 2011: 171) menjelaskan prinsip-prinsip utama pelaksanaan pembelajaran terpadu meliputi; 1) guru hendaknya tidak mendominasi kegiatan pembelajaran, 2) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas, dan 3) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang telah disusun yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

c. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran

Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto, 2011: 170) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu yaitu memberi kesempatan siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping untuk bentu evaluasi lainnya dan guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

(49)

34

peserta didik terhadap materi pembelajaran yang dapat dilihat dengan menyelenggarakan tes hasil pembelajaran tematik berupa tes tertulis maupun dengan tes perbuatan atau keterampilan. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi hasil pembelajaran adalah penyikapan peserta didik terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat dengan melakukan wawancara maupun dialog secara langsung kepada peserta didik.

Kegiatan penilaian guru difokuskan kepada dua hal, yaitu proses pembelajaran dan hasil pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi (Permendikbud, 2013: 11).

(50)

35 1) Penilaian sikap

Penilaian sikap ini bukan merupakan penilaian yang terpisah dan berdiri sendiri, namun merupakan penilaian yang pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan ketampilan sehingga bersifat autentik. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal (Kemendikbud, 2014: 37).

a) Observasi

Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, terkait dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dilakukan saat pembelajran di kelas maupun diluar kelas.

b) Penilaian diri

Merupakan teknik penilaian degan cara meminta peserta didik untuk melakukan refleksi diri atau perenungan dan mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaiana kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c) Penilaian antar teman

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Istrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar peserta didik.

(51)

36

Merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yangberkesinambungan dari hasil observasi.

2) Penilaian pengetahuan

Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut ini. a) Tes tertulis

Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

b) Tes lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat, maupun paragraf yang diucapkan.

c) Penugasan

Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh peserta didik yang dapat berupa pekerjaan rumah, baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.

3) Penilaian keterampilan

(52)

37

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu yaitu meliputi tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanan pembelajaran, dan penilaian hasil dan proses pembelajaran.

5. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Terpadu Kemendikbud dalam sosialisasi Kurikulum 2013 memaparkan bahwa Kurikulum 2013 menekankan dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran bertujuan mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah. Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV menyebutkan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/eksperimen, megasosiasi/ mengolah informasi, dan mengkomunikasikan.

Kemendikbud (2014: 20-21) memaparkan keterkaitan antara langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan maknanya seperti dalam tabel berikut. Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya

Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari

Mengembangkan

[image:52.595.114.513.565.750.2]
(53)

38 Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan pertanyaan faktual sampai ke

pertanyaan yang bersifat hipotetik)

belajar sepanjang hayat.

Mengumpulkan informasi/ eksperimen

-Melakukan eksperimen. -Membaca sumber lain selain buku teks.

-Mengamati objek/ kejadian/ aktivitas.

-Wawancara dengan

narasumber.

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan mengumpulkan

informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,

mengembangkan

kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengasosiasikan/

mengolah informasi

- Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/ eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. - Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang

bersifat menambah

keleluasaan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur

dan kemampuan

berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan tertulis, atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat

dengan singkat dan

jelas, dan

(54)

39 Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar Kompetensi yang Dikembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

C.Tinjauan Tentang Laboratorium Bahasa 1. Pengertian Laboratorium Bahasa

Laboratorium bahasa merupakan salah satu sarana sekolah yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Belum ada Surat Keputusan (SK) yang mengatur tentang keberadaan laboratorium bahasa di SD, maka cukup beralasan jika peneliti melaksanakan penelitian di SD Jetis yang telah memiliki sarana sekolah berupa laboratorium bahasa. Dalam Peraturan Meteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 40 tahun 2008 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK), ruang laboratorium adalah ruang untuk pembelajaran secara praktik yang memerlukan peralatan khusus. Laboratorium adalah tempat dilakukannya riset (penelitian) ilmiah, eksperimen (percobaan), pengukuran, ataupun pelatihan ilmiah (Decaprio, 2013: 16). Selanjutnya Richard Decaprio (2013: 20) menambahkan bahwa salah satu alasan pentingnya pemanfaatan laboratorium dalam dunia pendidikan yaitu laboratorium menjadi media pembelajaran yang akan mengaktifkan siswa dalam kegiatan-kegiatan ilmiah untuk menunjang pembelajaran secara langsung.

(55)

40

filmstrip, pelajaran berprograma dan sebagainya (Nasution, 2011: 109). Laboratorium bahasa merupakan salah satu sarana sekolah yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran bahasa asing. Acep Hermawan (2011: 242) menjelaskan bahwa laboratorium bahasa mengacu kepada seperangkat peralatan elektronik audio video yang terdiri atas instructor console sebagai mesin utama, dilengkapi dengan repeater language learning machine, tape recorder, DVD Player, video monitor, headset dan students booth yang dipasang dalam satu ruang kedap suara. Eric Disgest (1991, 2) menjelaskan definisi dari laboratorium bahasa sebagai berikut: “Technically, a language laboratory is an instructional technology tool consisting of asource unit that can disseminate audio materials to any number of students at individualseats or carrels”. Mambo (2004: 2) mendefinisikan laboratorium bahasa sebagai:

“...environments designed to enchance foreign language learners’ skills. Generally equipped with analog and digital hardware, and software (tape recorder, videocassette recorders, or computers), they provide practices in listening comprehension, speaking (listen and repeat), with the goal to reinforce the grammar, vocabulary and functions (grammatical structures) presented in class”.

(56)

41

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat diketahui bahwa laboratorium bahasa adalah suatu ruangan yang dilengkapi dengan beberapa alat elektronik yang dirancang tidak hanya sebagai media pembelajaran bahasa asing namun juga mampu mendukung pembelajaran komunikatif, yang menekankan pada pembelajaran yang berjangka panjang, antar disiplin ilmu, berfokus pada siswa, dan integrasi dengan masalah dan kenyataan sehari-hari.

2. Jenis-Jenis Laboratorium Bahasa

Eric Digest (1991: 2-3) mengkategorikan laboratorium bahasa ke dalam III level. Dalam laboratorium bahasa level I, siswa secara pasif mendengarkan audio dari satu sumber (biasannya menggunakan headsets). Laboratorium bahasa level II, siswa bisa melakukan self-monitoring dengan adanya microphone di setiap headset. Namun, baik di level I dan II, sumber audio-nya hanya satu, yaitu dari teacher-console. Sedangkan laboratorium level III mempunyai fitur tape recorder, video monitor dan/atau komputer di setiap unit, yang memungkinkaan siswa melakukan playback, record, dan interview. Laboratorium bahasa level III inilah yang memungkinkan terjadinya pembelajaran yang interaktif dan komunikatif.

(57)

fungsi-42

fungsi laboratorium bahasa. Microcontroller yang diprogram melalaui software, tentu fungsi-fungsi laboratorium bahasa yang dijalankan bisa lebih banyak dan bervariasi dibanding laboratorium bahasa manual. Laboratorium bahasa multimedia adalah perangkat laboratorium bahasa dimana fungsi-fungsi pembelajarannya 100% dikendalikan melalui software. Oleh karena itu, pada masing-masing siswa dan guru terdapat sebuah komputer untuk mendukung fungsi tersebut. Laboratoriun bahasa jenis ini juga dapat digunakan sebagai laboratorium komputer(www.laboratoriumbahasa.com).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa laboratorium bahasa dapat dikategorikan menjadi 3 macam yaitu laboratorium bahasa level I, II, dan III dengan indikator kelengkapan pada masing-masing level.

3. Fungsi Laboratorium Bahasa

Laboratorium bahasa dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dengan berbagai kegiatan, diantaranya yaitu sebagai berikut.

a. Siswa mendengarkan (dan/atau melihat) materi multimedia yang mana multimedia tersebut menyajikan konten materi sesuai tujuan pembelajaran. b. Siswa dapat merekam percakapan dan mendengarkannya kembali secara

individu sesuai tujuan pembelajaran.

c. Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya yang tergabung dalam suatu kelompok sesuai tujuan pembelajaran (www.robotel.com).

(58)

43

a. Listening. Siswa mendengarkan melalui bantuan perangkat elektronik yang tersedia.

b. Conversation. Siswa melakukan berbagai jenis percakapan.

c. Attention. Instruktur atau guru menyampaikan materi atau pengumuman. d. Monitoring. Instruktur atau guru menjalankan fungsi pengawasan terhadap

kegiatan siswa.

e. Intercom. Siswa dapat melakukan panggilan untuk percakapan dengan guru demikian pula sebaliknya.

f. Text to Speech. Guru dapat menuliskan teks dalam bahasa Inggris untuk secara otomatis diucapkan dalam bahasa Inggris oleh komputer.

g. Multimedia Control. Perangkat lunak juga menyediakan kendali khusus untuk operasional file-file audio/video yang dapat digunakan untuk memberikan pelajaran khusus berbasis multimedia.

h. Audio Record. Guru dapat merekam suara dalam bentuk file-file audio untuk keperluan soal, pengumuman atau hal-hal lain yang membutuhkan file audio. i. Audio Control. Guru dapat mengatur materi pelajaran atau suara apa yang

masuk melalui empat Channel suara yang ada.

(59)

44

Nani Tiono (2001: 78) menjelaskan bahwa laboratorium bahasa dengan beberapa alat elektronik di dalamnya dapat membantu siswa dalam pembelajaran khususnya pada tugas menyimak (listening tasks). Selain beberapa fungsi laboratorium yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa macam tugas menyimak komunikatif yang dapat diberikan guru di dalam laboratorium bahasa sebagai fungsi evaluasi, dimana beberapa tugas ini dapat dikerjakan secara berpasangan maupun berkelompok.

a. Dengar dan mengikuti (listen and follow), contohnya siswa mendengakan dan ditugaskan untuk mengikuti arah jalan pada denah atau sebuah jalan untuk mencari harta karun.

Gambar

Tabel 1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya
Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 2. Keterlaksanaan Pembelajaran Terpusat pada Siswa Kelas IVA
Tabel 3. Keterlaksanaan Pembelajaran Terpusat pada Siswa Kelas IVB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Analisis Pengembangan Indikator Pembelajaran dalam Buku Guru Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas IV” adalah hasil karya saya, dan dalam

skripsi yang berjudul “ Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Kurikulum SD 2013 pada Subtema Kebersamaan dalam Keberagamaan untuk Siswa kelas IV Sekolah

Produk akhir diperoleh dari saran perbaikan yang diberikan oleh satu validator Pakar Kurikulum SD 2013 dan kedua guru kelas IV SD pelaksana Kurikulum SD

Dalam upaya meningkatkan keefektifan siswa kelas IV dalam belajar di Sekolah Dasar Negeri 2 Kadipiro Bantul, maka guru dituntut untuk menggunakan bahan ajar yang isi materinya

mengandung konsep dari berbagai mata pelajaran yang dijadikan satu dan Implementasi Pembelajaran Tematik Integratif Kurikulum 2013 Pemisahan Mata Pelajaran tidak

ABSTRAK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TERPADU TIPE NESTED UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MENGACU KURIKULUM 2013 Yustina Hersa Bertha Novia Universitas Sanata Dharma

Ayu Dian Lestari. Peran Guru Dalam Menanamkan Sikap Disiplin dan Tanggung Jawab Melalui Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV SD Negeri Grojogan Bantul. Skripsi Jurusan

Menurut hasil wawancara dengan salah satu guru Sekolah Dasar yang menerapkan kurikulum 2013, kenyataan di lapangan, meskipun kurikulum yang digunakan di SD sekarang