• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Teknologi Konstruksi Sistem Rumah Tahan Gempa pada Bantuan Stimulan Bahan Baku Bangunan Ancaman Bencana Tanah Longsor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Teknologi Konstruksi Sistem Rumah Tahan Gempa pada Bantuan Stimulan Bahan Baku Bangunan Ancaman Bencana Tanah Longsor"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Abstract.

Disasters are on the increase, not just those caused by mother nature, but also by human activities themselves. There are nine potential hazards that can take place in Bantul Regency, namely earthquakes, fires, landslides, hurricanes, floods, erosion, tidal waves, droughts, and tsunamis. Realizing that there are various disaster risks, the regional disaster management agency conducted disaster risk mapping study. Disaster risk reduction efforts using the National Disaster Management System based on the Law of the Republic of Indonesia No. 24 year 2007 on Disaster Management is a trust that must be implemented as a principal task of local government. People who have built their houses upon completion of earthquake rehabilitation and reconstruction program do not get assistance from universities, NGOs, donors, associations, or individual experts. Many of them have built their houses without implementing the principles of earthquake resistant buildings. It can be understood that the people who built earthquake resistant houses are those who become victims of the earthquake. Without correct assistance, many people tend to build houses without applying disaster risk reduction technology. This can cause casualties when earthquakes or similar disasters take place later. The result of researches on earthquake-resistant housing system is then implemented when the government delivers stimulus assistance of building materials for an area with landslide risk. Assistance is delievered to Wonolelo, Plered, which possesses areas with landslide risk.

Keywords: disaster, landslide, earthquake resistant housing, assistance stimulant

PENDAHULUAN

Latar belakang

Peristiwa gempa bumi disusul gelombang tsunami di Nangro Aceh Darul Salam pada tanggal 26 Desember 2004 dan gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah telah banyak menelan korban jiwa, s a r a n a d a n p r a s a r a n a , l i n g k u n g a n , penghidupan dan kehidupan , masa depan , budaya, politik dan pertahanan keamanan .

tidak pernah menduga akan terjadi bencana yang demikian besar dan banyak korban.Di Kabupaten Bantul, hanya memiliki Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana (Satlak PB) yang tidak memiliki peralatan dan sumber daya manusia penanggulangan bencana.

Gempa bumi merupakan fenomena alam biasa sama dengan fenomena alam yang lain seperti hujan, angin, gunung meletus dan sebagainya.Menyusul terjadinya gerakan –

Implementasi Teknologi Konstruksi Sistem Rumah Tahan Gempa

pada Bantuan Stimulan Bahan Baku Bangunan Ancaman Bencana Tanah Longsor

1 2

Dwi Wantoro Ardya

BPBD Kabupaten Bantul, Jalan KH. Wakhid Hasyim Palbapang Bantul

0274-6462100/bpbd.bantulkab@go.id

(2)

pembentukan bumi, maka sejak itulah proses terjadinya gempa bumi mulai terjadi (Widodo,2012 ).

Diantara pengaruh gempa bumi yang lebih menakjubkan adalah ombak laut seismic atau tsunami.Tsunami dikenal mampu menjelajahi panjang dan luas lautan.Ombak laut siesmik mengumpul pada garis pantai terdekat atau ribuan mil dari tempat dimana sebuah gempa bumi menyebabkan timbulnya ombak tersebut (L.Don & Florence Leet,1964)

Hikmah dari bencana gempa bumi dan tsunami adalah penyadaran kepada umat manusia , bahwa ternyata bumi mengalami proses yang terus menerus dan membutuhkan keseimbangan agar bumi tetap melaksanakan fungsi sebagai makhluk Allah swt.

Penyadaran bahwa manusia dapat hidup dengan alam sekalipun alam kadang menimbulkan bencana, namun alam juga meberikan segala sesatu yang di butuhkan oleh manusia. Manusia diwajibkan untuk berusaha melakukan pengurangan resiko bencana dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kebencanaan agar dapat meminimalkan korban . Hikmah yang lain dari peristiwa gempa bumi Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian wilayah Jawa Tengah, tanggal 27 Mei 2006 adalah merupakan proses pembelajaran kolektif yang disistimatikan dalam satu kerangka tertentu.Kerangka ini meliputi dua aspek u t a m a y a k n i : 1 ) t a h a p - t a h a p d a l a m penanggulangan bencana; dan 2) prinsip- prinsip good govermance (Setiawan,2007).

Bantul merupakan salah satu kabupaten di Indonesia dengan Indek Rawan Bencana memiliki skor 90 yang berarti kelas rawan tinggi dan rangking nasional menduduki peringkat 49. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menduduki urutan 15 sebagai propinsi rawan bencana multi hazard (IRBI.2011)

Kerugian akibat bencana gempa bumi di Yogyakarta pada 27 Mei 2006, sektor perumahan 15,3 trilyun rupiah, sektor Sosial 4 trilyun rupiah, sektor produktif 9 trilyun rupiah, infrastruktur 0,6 trilyun rupiah, sedangkan korban meninggal 5.716 jiwa, rumah hancur total dan rusak berat 206.504 unit, rumah rusak sedang/ringan 85.354, bangunan pendidikan 1.900 sekolah roboh, pasar 21 unit rusak/roboh, Puskesmas dan Rumah Sakit 67 Puskesmas rusak/roboh, jembatan 3 unit rusak ringan (berbagai s u m b e r, T T N , 2 0 0 7 ; S e t i a w a n 2 0 0 7 ) mencapai 45 trilyun. Dimasa yang akan dating sangat penting menupayakan pengurangan risiko bencana yang diawali dari pemerintah kabupaten dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Upaya pengurangan resiko bencana dengan Sistem Nasional Penanggulangan Bencana berdasarkan Undang–Undang Republik Indonesia No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, merupakan amanah yang harus segera diimplimentasikan pada tugas–tugas pokok pemerintah daerah.

Masyarakat yang membangun rumah setelah usai program rehabilitasi dan rekonstruksi, tidak ada lagi pendampingan dari perguruan tinggi, LSM, Donatur, Perkumpulan Ahli ataupun perorangan, diperkirakan masyarakat luas membangun tidak berdasarkan kaidah- kaidah bangunan tahan gempa, namun membangun rumah dengan sekehendaknya sendiri. Hal ini dapat dipahami dengan mendekatan sosial bahwa yang membangun rumah tahan gempa adalah orang-orang yan menjadi korban gempabumi, baik kerusakan kecil, sedang maupun berat. Dengan pendampingan dari berbagai elemen baik pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.

(3)

Pembangunan rumah tinggal sederhana tanpa pengetahuan dan ketrampilan p e n g u r a n g a n r i s i k o b e n c a n a d a p a t menimbulkan korban jiwa diwaktu-waktu mendapat bila terjadi peristiwa gempabumi.

Data wilayah rawan bencana dan jenis bencana di Kabupaten Bantul

Sejarah bencana yang pernah terjadi di Kabupaten Bantul merupakan bencana alam maupun non alam .Karakter bencana alam di Kabupaten Bantul tidak berkonsentrasi di suatu tempat , melainkan menyebar di daerah- daerah rawan. Beberapa bahaya bencana alam tersebut antara lain adalah banjir, kekeringan cuaca ekstrim, gempa bumi, gelombang ekstrim (pasang) dan abrasi, tanah longsor, tsunami, dan cuaca ekstrim (puting beliung). Disamping itu bencana non alam seperti epidemi, malaria, demam berdarah, leptospirosis, kebakaran hutan dan lahan juga tetap menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat. Menyadari bahwa risiko bencana di Kabupaten Bantul sangat beragam maka studi pemetaan resiko bencana telah dilakukan oleh BPBD Kabupaten Bantul.

Kecenderungan kejadian bencana

Analisis kecenderungan didapatkan dari perubahan jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu. Kecenderungan kejadian yang akan dianalisis dapat di lihat dari perkembangan kejadian bencana minimal dalam 10 tahun terakhir. Kejadian bencana tersebut didapatkan dari data catatan kejadian yang ada baik di nasional maupun di daerah.

Selain itu juga dianalisis kecenderungan kejadian untuk potensi bahaya lainya di daerah tersebut.

Kecenderungan kejadian dari jumlah kejadian dengan tahun kejadian dalam rentang waktu 10 tahun terakhir di Kabupaten Bantul dapat di lihat pada Tabel 2

Kabupaten Bantul merupakan daerah multi rawan bencana dengan skor 187 menurut IRBI -2013 (Indek Risiko Bencana Indonesia merupakan daerah rawan bencana tingkat tinggi). Kabupaten Bantul rawan bencana ; gempa bumi, tanah longsor, banjir, kekeringan, angin putting beliung, erupsi gunung api, perubahan iklim.

No Jenis Bencana Lokasi (Kecamatan)

1 Tanah Longsor Piyungan, Imogiri, Dlingo, Pleret, sebagian Pundong dan Pajangan

2 Angin Ribut Kasihan, Banguntapan, Srandakan, Pleret, Piyungan 3 Kekeringan Dlingo, Piyungan, Pajangan, Pleret, Imogiri

4 Banjir Kretek, Srandakan, Sanden

5 Gempa Bumi Seluruh Kab.Bantul

6 Badai Tropis/ Gelombang Kretek, Srandakan, Sanden

7 Tsunami Kretek, Srandakan, Sanden

8 Kebakaran Banguntapan, Kasihan, Sewon

Tabel 1. Potensi Kebencanaan Di Kabupaten Bantul

Sumber : BPBD Bantul

(4)

Tabel 3. Data Ancaman Tanah longsor Hasil Kajian Tanah Longsor sampai dengan tahun 2016 Kabupaten Bantul

No. Kecamatan Desa Dusun

Zona Merah Jumlah

Rumah

Jumlah KK

Jumlah Jiwa

1 Piyungan Srimartani Bulusari 48 50 178

Umbulsari 26 26 96

Mojosari 32 33 114

Kemloko 18 19 65

Rejosari 9 9 30

Sanansari

Pos Piyungan 25 25 79

Srimulyo 351

Sub Jumlah 509 162 562

2 Pleret Wonolelo Bojong 27 27 78

Purworejo 12 12 561

Ploso 13 13 81

Cegukan 13 13 39

Tabel 2. Trend Kejadian Bencana Di Kabupaten Bantul 2011-2016

No. Jenis Bahaya

Kecenderungan Kejadian

Meningkat Tetap Menurun

1 Banjir V

2 Cuaca ekstrim V

3 Tanah longsor V

4 Gelombang ekstrim V

5 Kekeringan V

6 Kebakaran V

7 Gempa Bumi V

8 Tsunami V

(5)

No. Kecamatan Desa Dusun

Zona Merah Jumlah

Rumah

Jumlah KK

Jumlah Jiwa

Kedungrejo 47 47 42

Mojosari 2 2 40

Depok 50 50 134

Wonololelo 15 15 5

Sub Jumlah 179 179 980

3 Imogiri Wukirsari Kedung Buweng 24 24 75

Karangkulon 18 18 80

Giriloyo 12 17 69

Cengkehan 50 50 230

Nogosari I

Nogosari II 48 51 168

Jatirejo 42 50 158

Dengkeng 3 3 10

Karang Asem 82 90 284

Sriharjo 193 193

Girirejo 36 36

Karangtengah 115 115

Selopamioro 551 551

Sub Jumlah 1174 303 1969

4 Dlingo Mangunan 143

Muntuk 160

Sub Jumlah 351

5 Pundong Seloharjo 321

Sub Jumlah 321

Total 2,534

(6)

Pemberian bantuan perbaikan rumah ancaman bencana telah dilakukan sejak tahun

2012 hingga sekarang. Jumlah dan lokasi pemberian bantuan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Pembangunan Rumah Bantuan Dibangun Secara Konvensional

Dusun Desa Kec. Jumlah KK

Tahun 2012

1. Petir ( Lokasi Relokasi) Srimartani Piyungan 22

2. Relokasi Mandiri Wonololelo Pleret 17

3. Jatirejo (Lokasi Relokasi) Wukirsari Imogiri 31

Sub Jumlah 69

Tahun 2013-2015 (APBD Kab.)

4. Ngrancah (Lokasi Relokasi) Sriharjo Imogri 12

5. Bojong (Lokasi Relokasi) Wonolelo Pleret 6

Poyan RT.02 (Relokasi Mandiri) Seloharjo Imogiri 3

Bojong (Relokasi Mandiri) Wonolelo Pleret 4

Sub Jumlah 25

Tahun 2015 ( BPBD DIY)

6. Bojong Wonolelo Pleret 3

Jumlah Total 97

Sumber : BPBD Bantul

Tabel 5. Data Ancaman Tanah longsor Hasil Kajian Tanah Longsor sampai dengan tahun 2016 Kabupaten Bantul

No Kecamatan Desa Dusun

Zona Merah Jumlah

Rumah

Jumlah KK

Jumlah Jiwa

1 Piyungan Srimartani Bulusari 48 50 178

Umbulsari 26 26 96

Mojosari 32 33 114

Kemloko 18 19 65

Rejosari 9 9 30

Sanansari

Pos Piyungan 25 25 79

Srimulyo 351

Sub Jumlah 509 162 562

(7)

Sumber : BPBD Bantul

No Kecamatan Desa Dusun

Zona Merah Jumlah

Rumah

Jumlah KK

Jumlah Jiwa

2 Pleret Wonolelo Bojong 27 27 78

Purworejo 12 12 561

Ploso 13 13 81

Cegukan 13 13 39

Kedungrejo 47 47 42

Mojosari 2 2 40

Depok 50 50 134

Wonololelo 15 15 5

Sub Jumlah 179 179 980

3 Imogiri Wukirsari Kedung Buweng 24 24 75

Karangkulon 18 18 80

Giriloyo 12 17 69

Cengkehan 50 50 230

Nogosari I

Nogosari II 48 51 168

Jatirejo 42 50 158

Dengkeng 3 3 10

Karang Asem 82 90 284

Sriharjo 193 193

Girirejo 36 36

Karangtengah 115 115

Selopamioro 551 551

Sub Jumlah 1174 303 1969

4 Dlingo Mangunan 143

Muntuk 160

Sub Jumlah 351

5 Pundong Seloharjo 321

Sub Jumlah 321

Total 2,534

(8)

Pada tahun 2010 dilakukan penelitian di 3 desa yaitu: Desa Srimartani Kecamatan Piyungan, Desa Wonolelo Kecamatan Pleret, dan Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri.

Gambar 1. Grafik Jumlah Desa Terancam Tanah Longsor

Rumah yang terancam tanah longsor dengan stastus di zona merah terdapat 2.642 unit rumah yang belum di relokasi dengan rincian sebagai berikut:

1. Tahun 2010 terdapat 618 rumah di zona merah

2. Tahun 2011 terdapat 1.870 rumah di zona merah

3. Tahun 2014 terdapat 141 rumah di zona merah.

Upaya merelokasi rumah ancaman tanah longsor dapat dilihat pada Grafik 2

Gambar 2. Grafik Jumlah Rumah Yang Telah Direlokasi

Jumlah rumah yang telah direlokasi pada : 1. Tahun 2012 sebanyak 69 rumah 2. Tahun 2013 sebanyak 10 rumah 3. Tahun 2014 sebanyak 10 rumah 4. Tahun 2014 sebanyak 8 runah

Dengan demikian upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi korban bencana akibat ancaman tanah longsor di Kabupaten Bantul sampai dengan akhir tahun 2015 sebanyak 97 unit rumah atau 3, 67 %.

   

Gambar 3. Peta Risiko Bencana Tanah LongsorKabupaten Bantul

(9)

Gambar 4. Peta Kerawanan Gempabumi Di Kabupaten Bantul

Gambar 5. Peta Kerawanan Banjir di Kabupaten Bantul

(10)

Gambar 6. Peta Kerawana Angin Ribut di Kabupaten Bantul

Gambar 7. Peta Genangan Akibat Limpasan Sungai di Kabupaten Bantul

(11)

Gambar 8. Peta Kerawanan Tsunami di Kabupaten Bantul

Gambar 9. Peta Kerawanan Tanah Longsor di Kabupaten Bantul

(12)

Rumusan Masalah

Bencana longsor yang merupakan salah satu bencana yang paling rawan di Kabupaten Bantul. Hal ini menyebabkan rasa tidak aman dan tidak nyaman warga sekitar kaki tebing (zona sempadan lereng) yang dinyatakan sebagai zona bahaya di Desa Wonolelo.

Tujuan Penelitian

1. Terwujudnya rumah tinggal yang lebih baik dan aman

2. Bangunan rumah tinggal yang akan di bangun oleh penerima bantuan perbaikan rumah, memenuhi syarat-syarat sebagai rumah tahan gempa.

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat, Pemerintah Desa dan Badan Perwakilan Desa, menemukenali potensi-potensi bencana yang ada di wilayah.

4. Menghadirkan alih teknologi rancang bangun yang tepat dan penggunaan yang lebih baik dan tahan bencana.

5. Meningkatkan kesadaran masyarakat yang bertempat tinggal di zona merah ancaman tanah longsor untuk direlokasi ke tempat yang lebih baik dan aman.

6. Meningkatkan koordinasi SKPD teknis untuk melaksanakan pengurangan risiko bencana.

7. Menumbuh kembangkan pemberdayaan masyarakat dengan adanya usaha industri konstruksi rumah tahan gempa.

8. Meningkatkan peran serta Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) tingkat Desa, Kec. dan Kabupaten.

9. Meningkatkan peran serta dunia usaha dalam penanggulangan bencana.

Gambar 10. Peta Kerawanan Kekeringan Di Kabupaten Bantul

(13)

METODE PENELITIAN

Pedoman Perakitan Bangunan Rumah Instan Sederhana Sehat Tipe Risha-1

Ruang Lingkup

Pedoman Perakitan Bangunan rumah Instan Sederhana ini dibuat untuk rumah instan sederhana sehat tipe – 1 yang mencakup metode pengukuran lahan dan pembuatan papan duga, metoda penggalian pondasi, metode pemasangan pondasi, metode pemasangan panel balok sloof, etode p e m a s a n g a n p a n e l k o l o m , m e t o d e pemasangan panel balokring , metode pemasangan kuda-kuda dan gording serta penutup atap asbes, metode pemasangan panel-panel dinding dan panel pintu serta panel jendela, metode pemasangan instalasi listrik dan metode pemasangan unit kamar mandi dan unit cubluk serta instalasinya .

Ketentuan-ketentuan

· Komponen bangunan

Semua komponen pebentuk bangunan rumah ini harus memiliki presisi yang baik, baik ukuran maupun lubang- lubang baut serta baut yang tertanam pada komponen, penyimpangan dalam ukuran hanya diperkenankan sebesar 3 mm.

· Kondisi lahan

Lahan dimana bangunan ini akan dibangun harus sudah bersih dari alang- alang dan akar-akar rumput dengan permukaan lahan yang rata

· Tenaga pelaksana

Tenaga pelaksana yang diperlukan sekurang-kurangnya 6 orang, dan telah memiliki kemampuan dan pemahaman khusus untuk merakit rumah instan sederhana.

Komponen bangunan

1) Pondasi pelat, berukuran 65 x 65 cm, dengan tinggi 12cm, 6 unit

2) Panel penyambung, bentuk “L”

30.30.30.10 cm, 16 panel

3) Panel kolom beton bertulang, berukuran 30 x 120 x 10 cm, 20 panel

4) Panel kolom beton bertulang berukuran 20 x 120 x 10 cm, 12 panel

5) Panel dinding berukuran 120 x 240cm, 5 panel

6) Panel lantai berukuran 20 x 20 cm, 18 m2

(14)

7) Kaki kuda dari kayu 5/10 cm, batang- panjang 4 m'

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah : 1) Kunci pas 4 buah

2) Kunci momen 2 buah 3) Tangga satu unit 4) Perancah satu unit.

5) Water pass satu unit, 6) Pasekon kayu satu unit 7) Benang satu gulung.

8) Paku dan palu, 9) Ketam satu unit

Langkah-langkah perakitan bangunan 1) Pembersihan lokasi

2) Pengukuran dan pemasangan papan duga

3) Penggalian Pondasi

(15)

4) Pemasangan pondasi Pemeriksaan Komponen

5) Pemasangan panel penyambung pada pondasi

6) Pemasangan balok sloof

7) Pemasangan kolom

8) Pemasangan panel simpul atas

(16)

9) Pemasangan balok atas

10) Pemasangan Ampig sebagai kuda-kuda dan gording

11) Pemasangan ampig sebagai kuda kuda

12) Pemasangan gording

13) Pemasangan penutup atap dan lisplang

14) Pengurugan dan pemasangan lantai

15) Pemasangan panel dinding, panel pintu dan panel jendela

(17)

16) Tips Pemasangan

HASIL DAN PELAKSANAAN

Diskripsi Desa Wonolelo

Di Kabupaten Bantul secara umum desa- desa yang rawan longsor terletak pada morfologi punggungan hingga perbukitan di wilayah timur dari Kabupaten Bantul.

Morfologi ini sebenarnya merupakan bagian dari fisiografi Pegunungan Selatan Yogyakarta bagian timur, yang merupakan daerah pegunungan yang terdiri dari batuan gunung api berumur Oligosen-Miosen dan batu gamping berumur Miosen-Pliosen.

Desa-desa ini seakan merupakan lereng batas antara morfologi dataran rendah depresi (graben) Yogyakarta dengan morfologi dataran tinggi Wonosari di bagian timur.

Batuan piroklastik mendominasi material permukaan di wilayah ini, umumnya berupa tuf dan breksi vulkanik yang merupakan bagian dari Formasi Semilir. Sebagian besar dari batuan telah mengalami pelapukan, membentuk lapisan tanah pelapukan yang sangat tipis hingga sedang. Tanah pelapukan umumnya berukuran lanau dan memiliki densitas relatif rendah (relatif gembur).

Umumnya wilayah pemukiman tersebar acak pada morfologi lereng yang curam hingga sangat curam. Lereng tersusun atas tuf halus hingga tuf pasir terkekarkan dan

berlapis baik dengan ketebalan pelapukan yang sedang hingga cukup tebal. Tuf umumnya mengalami pelapukan dari lapuk ringan hingga lapuk kuat, membentuk tanah pelapukan yang cukup tebal.

Gambar 7. Lereng yang Sangat Dekat dengan Rumah.

Gambar 7 memperlihatkan lereng yang sangat dekat dengan rumah, tersusun atas tuf halus hingga tuf pasir terkekarkan dan berlapis baik, dengan ketebalan pelapukan yang sedang hingga cukup tebal. Terdapat potensi jatuhan batuan meskipun dalam

(18)

dimensi yang tidak terlalu besar (kiri).

Kondisi lereng yang seringkali tidak terawat, hampir sama sekali tidak ada pengaturan dainase aliran permukaan maupun pengaturan geometri (kanan).

Relokasi

Upaya membangun pemukiman yang lebih baik dan aman dengan memindahkan lokasi rumah tinggal ke wilayah yang lebih aman, baik di tanah pribadi maupun di Tanah Kas Desa. Pemberian bantuan bersifat stimulant diharapkan dapat menunmbuhkan semangat swadaya dan gotong royong, serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kebencanaan.

Dusun Bojong : Lokasi relokasi (1.600 m2) mempunyai kelerengan landai, bahan induk tuff dan tanah Latosol (alfisol).

Ketersediaan air relatif baik karena terletak di bawah lereng; yang bagian atasnya merupakan daerah berlereng curam hingga terjal. Di lapangan, penggunaan lahan adalah lahan kering, dan kenampakan pertanian relatif baik.

a) Relokasi Mandiri

Relokasi Mandiri tahun 2016 di Desa Wonolelo Kec. Pleret diraih oleh Bapak Slamet Riyadi dan Bapak Ngadirin di Dusun Mojosari, dengan menggunakan tanah pribadi.

b) Relokasi Terpadu

Relokasi Terpadu dengan menempati t a n a h k a s D e s a , m a s i n g - m a s i n g mendapatkan tanah seluas 100 m2 dengan ukuran lebar 10m dan panjang 10m, yang telah digunakan relokasi tahun 2015 sebanyak 8 KK, di raih oleh :

a. Bapak Sugeng Raharjo, Dusun Purworejo RT.06

b. Bapak Daryanto, Dusun Purworejo RT.06

c. Ibu Dita Rismawati,Dusun Purworejo RT.06

Tabel 10. Data Kajian Resiko Longsor Untuk Zona Merah

No. Dusun Jumlah KK

1. Bojong 27 27 81

2. Purworejo 12 12 39

3. Ploso 13 13 42

4. Cegukan 13 13 40

5. Kedungrejo 47 47 134

6. Mojosari 2 2 5

7. Depok 50 50 123

8. Wonolelo 15 15 54

Jumlah 181 181 577

No. Dusun Jumlah KK

1. Bojong 2 2 4

2. Pueworejo - - -

3. Ploso - - -

4. Cegukan 6 6 22

5. Kedungrejo 5 5 18

6. Mojosari - - -

7. Depok - - -

8. Wonolelo - - -

Jumlah 13 13 44

Tabel 11. Data Kajian Resiko Longsor Untuk Zona Kuning

Sumber : BPBD Bantul

Sumber : BPBD Bantul

(19)

Pelaksanaan

1. Koordinasi, FGD dan Verifikasi

Koordinasi dengan Kalak BPBD Bantul persiapan pelaksanaan Bantuan

Diskusi lintas seksi Finalisasi Pedoman Teknis

Fokus Group Discation (FGD) penyusunan Pedoman Teknis

FGD Pedoman Teknis Pemberian Bantuan

Verifikasi calon pnerima bantuan

(20)

2. Penyiapan lahan relokasi

Pengukuran lahan relokasi Dusun Bojong RT.5

Penggunaan alat berat merupakan pilihan strategis mengingat bila dikerjakan

oleh tenaga manusia butuh waktu relative lama dan sangat dipengaruhi oleh cuaca (hujan/panas) Lahan relokasi perbukitan dan semak belukar

menjadi tantangan tersendiri

(21)

3. Pengerjaan

Lahan relokasi Dusun Bojong RT.5 bagian atas, siap dipondasi. View yang indah dengan pemandangan bukit yang menghijau.

Panel konstruksi Rumah Tahan Gempa telah siap di lokasi pembangunan rumah

milik Pak Ngadirin

Lokasi Pak Ngadirin Dusun Mojosari Siap Bangun.

Pengarahan dan Doa sebelum melaksanakan Pekerjaan.

Pada Pekerjaan ini di rancang 12 jam selesai Konstruksi Sistem Rumah Tahan Gempa.

Alhamdulillah terlaksana. Dikerjakan oleh masyarakat setempat dan penerima bantuan.

Lokasi Relokasi Mandiri Milik Bapak Ngadirin Dusun Mojosari

Konstruksi rumah tahan gempa milik Daryanto

(22)

3. Pengerjaan

Konstruksi rumah tahan gempa milik Ibu Dita Rismawati, tampak kokoh

Kamplingan milik Sugeng Raharjo Lokasi Relokasi Dusun Bojong

Relokasi Mandiri (tanah milik sendiri) Pak Slamet Riswanto Dusun Mojosari

(23)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Mengambil hikmah dari Aplikasi Teknologi Konstruksi Sistem Rumah Tahan Gempa Dalam Manajemen Kebencanan di Kabupaten Bantul yang di terapkan di desa Wonolelo, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal antara lain :

1. Masyarakat atas kesadaran sendiri berkenan pindah/direlokasi ke tempat yang lebih baik dan aman.

2. Masyarakat dapat menerima Teknologi Konstruksi Rumah Tahan sebagai hunian baru .

3. Gotong –royong (sambatan), dan kerja bakti, masih terpelihara di kehidupan masyarakat sehari-hari, ini merupakan manifestasi nilai-nilai Ketuhanan dan nilai-nilai luhur Pancasila.

Hal ini di tunjukkan oleh Pak Ngadirin dengan mengundang sanak saudara dari Dusun Galigatuk Desa Srimulyo Kec.

Piyungan, demikian juga dengan Pak Daryono mengundang sanak kerabat dari Desa Jambidan kec. Banguntapan.

4. Kesadaran Pemerintah Desa dan Badan P e r w a k i l a n D e s a ( B P D ) u n t u k mengalokasikan sebagian tanah kas desa dipergunakan lahan relokasi, merupakan perwujudan nilai-nilai kepemimpinan untuk mengayomi, melindungi dan memakmurkan rakayat yang dipimpinya.

5. Model Bantuan stimulan pembangunan rumah ancaman bencana dengan Aplikasi Teknologi Konstruksi Sistem R u m a h T a h a n G e m p a t e l a h menumbuhkan semangat swadaya masyarakat, dan kehidupan yang lebih baik di masa datang.

6. Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Wonolelo, telah berperan

aktif mengawal pelaksanaan relokasi.

7. Jajaran Dinas Sumber Daya Air, Pemerintah Kecamatan, Koramil, Polsek telah menampilkan kerja sama yang h a r m o n i s u n t u k m e w u j u d k a n permukiman yang lebih baik dan aman.

8. Dalam waktu kurang lebih 12 Jam ( Jam 08.00-20.00) Konstruksi Rumah Sistem Tahan gempa dapat diselesaikan dengan empat personil tanpa bantuan alat berat.

Saran

Aplikasi Teknologi Konstruksi Sistem Rumah Tahan Gempa Dalam Manajemen Kebencanan di Kabupaten Bantul, merupakan upaya pengurangan risiko bencana, keselamatan jiwa menjadi tujuan utama kegiatan kebencanaan. Maka kami usulkan : 1. Diwaktu mendatang pelaksanaan

Aplikasi Teknologi Konstruksi Sistem Rumah Tahan Gempa, agar dilaksanakan pada awal-awal tahun anggaran, agar peran serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tingkat Kabupaten, swasta dan masyarakat dapat ditingkatkan

2. Masyarakat luas agar mencermati wilayah tempat tinggalnya, apakah terdapat ancaman bencana yang datang sewaktu-waktu dan mengancam hidup dan kehidupannya.

3. Kepada Bapak Bupati mohon berkenan menambah anggaran untuk pematangan lahan, jumlah bantuan, maupun jumlah penerima bantuan.

4. K e p a d a b a p a k B u p a t i b e r k e n a n mendorong Pemerintah Desa agar menyediakan sebagaian tanah kas desa, untuk lahan relokasi.

5. Kepada masyarakat luas dihimbau agar tidak mendirikan rumah tinggal di zona- zona yang terdapat ancaman bencana.

6. Kepada masyarakat penerima bantuan

(24)

agar diupayakan dapat mematuhi kesepakatan-kesepakatan yang telah dimusyawarhkan.

7. Bagi masyarakat luas yang ingin m e n d a p a t k a n i n f o r m a s i t e n t a n g Konstruksi Sistem Rumah Tahan Gempa dapat datang ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, 0274-368222/ 0274-6462100.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986 . Petunjuk Penyelidikan dan Penanggulangan Gerakan Tanah (Longsoran). Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Anonim, 2001, Penyusunan Sistem Informasi Penanggulangan Bencana Alam Tanah Longsor di kabupaten Kulon Progo,Pusat Studi Bencana Alam, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAPPEDA Kabupaten Kulon Progo 1999, Evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo, Laporan Kompilasi Data dalam P r o y e k P e n y u s u n a n E v a l u a s i Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun 1999/2000, PT Tatareka Paradya, Yogyakarta.

Dibyosaputro,1998, Longsor Lahan di daerah Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian UGM, Yogyakarta.

Huda,M,2001, Mekanisme Gerakan Longsor Tanah Lempung Akibat Input Curah Hujan di pegunungan Kendeng, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Tesis S2. Program Studi Geografi, Program Pasca sarjana UGM, Yogyakarta.

Mardiatno, D, 2001, Resiko Longsor di Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tesis S2. Program Studi Geografi, Program Pasca sarjana UGM, Yogyakarta.

Sutikno, 1994, Pendekatan Geomorfologi untuk Mitigasi Bencana Alam Akibat Gerakan Massa Tanah/ Batuan, Makalah Utama Simposium Nasional mitigasi Bencana Alam, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

T h o r n b u r y, 1 9 6 9 , P r i n c i p l e s O f Geomorphology, pp, John Wiley and Sons.

USA.

Zaruba and Mencl,1992, Landslide and Their Control, pp,Elsevier Scientifik Pubsling Company, Amsterdam.

Departemen Agama RI, Al-Quran Terjemahan Perkata, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran Revisi Terjemah oleh Lajnah Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik Indonesia.

Undang-Undang No.24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana

(25)

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No.05 Tahun 2010 Tentang Penangglangan bencana

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul No.06 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul.

Kerjasama Pemerintah Kabupaten Bantul Dengan Bank Dunia, Kajian Potensi, Risiko dan Penanggulangan Bencana Longsor Di Desa Wonolelo, Desa Wukirsari Dan Desa Srimartani Kabupaten Bantul 2010.

Kajian Tanah Longsor 8 Desa Kabupaten Bantul Tahun 2011-2012

Kajian Tanah longsor Kecamatan Dlingo (Desa Jatimulyo dan Desa Terong) dan Kecamatan Pajangan (Desa Guwosari, Desa Triwidadi, dan Desa Sendangsari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2014.

Indek Risiko Bencana BNPB, 2013

Dwi Kriswari, Sistem Identifikasi Zona Rawan Bencana Menggunakan Metode Topsis, Skripsi Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi manajemen Informatika dan Komputer AKAKOM Yogyakarta, 2016

Widodo, Pengantar Seismologi dan Teknik Kegempaan, Jurusan Teknik Sipil F a k u l t a s Te k n i k S i p i l d a n Perencanaan Universitas Islam Indonesia

Hari Christady Hardiyatmo, Penanganan Tanah Longsor & Erosi Gadjah Mada University Press, 2006

Materi Workshop Peningkatan SDM Sistem Konstruksi RISHA Bagi Calon Aplikator da Aplikator RISHA, Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Perumukima & Direktorat Jendral Bina Konstruksi Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan, Bandung 21-24 Maret 2016

Widodo, Rumah Tahan Gempa (RTG) TUKU KALI ( MenyaTu. Kuat, Kaku, Liat) Edisi 2, Program Magister Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia.

2007

Sarwidi, BARATAGA, Bangunan Rumah Rakyat Tahan Gempa, Universitas Islam Yogyakarta

Kajian Tanah Longsor Kabupaten Bantul, 2014 BPBD

(26)

CURRICULUM VITAE 1 Nama    : Dwi Wantoro, S.T, M.T.

Tempat dan Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin   : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin 

Agama   : Islam

Instansi  : BPBD Kabupaten Bantul

Status   : Ka Sie Rehabilitasi dan Rekonstruksi Alamat kantor  : Jl. KH.Wakhid Hasyim Palbapang Bantul Telp./Faks.  : 0274 646 2100

Alamat Rumah  : Bantul

Telp./Faks.  : 087838768779

Alamat e-mail  : dwimulyoraharjo@gmail.com

CURRICULUM VITAE2 Nama    : Ardya Yunita Putri, S. Si.

Tempat dan Tanggal Lahir : Yogyakarta, 29 Juni 1993 Jenis Kelamin   : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin 

Agama   : Islam

Instansi  : BPBD Kabupaten Bantul Status   : Staff Teknis Pusdalops-PB

Alamat kantor  : Jl. KH.Wakhid Hasyim Palbapang Bantul Telp./Faks.  : 0274 646 2100

Alamat Rumah  : Perumnas Trimulyo Blok III no. 13, Trimulyo, Jetis, Bantul Telp./Faks.  : 087839661213

Alamat e-mail  : ardyayputri@gmail.com

Gambar

Tabel 1. Potensi Kebencanaan Di Kabupaten Bantul
Tabel 3.  Data Ancaman Tanah longsor Hasil Kajian Tanah Longsor  sampai dengan tahun 2016 Kabupaten Bantul
Tabel 5. Data Ancaman Tanah longsor  Hasil Kajian Tanah Longsor  sampai dengan tahun 2016 Kabupaten Bantul
Gambar 2. Grafik Jumlah Rumah Yang  Telah Direlokasi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan struktur atas melibatkan beberapa kegiatan, antara lain adalah pekerjaaan pengukuran, pembesian,, bekisting, pengeccoran, pembongkaran bekisting, dan

Engel (dalam Albania, 2011:18) juga menambahkan bahwa pengetahuan adalah informasi yang tersimpan di dalam ingatan sehingga tingkat pengetahuan merupakan seberapa banyak

Dengan demikian, pembelajaran drama, baik pembelajaran teks drama mau- pun pembelajaran pentas drama, mengarahkan siswa untuk “dapat memetik nilai- nilai yang dapat ditawarkan

Rancangan bentuk masukkan berfungsi untuk menjelaskan secara rinci mengenai semua dokumen input yang digunakan program Perancangan Website Komunitas Penggemar Burung

Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara, semua dosen dan pegawai pada program studi S1 Ilmu Komputer Fasilkom-TI USU.

Hasil penelitian pengembangan LKS berbasis CTL pada materi Perubahan Lingkungan untuk Kelas X SMA yang telah dilakukan dapat merumuskan beberapa simpulan yaitu

Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah disini sudah dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tujuan supervisi pendidikan serta mengacu pada prinsip – prinsip

pangan.Dari Gambar 10dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan pada suhu ruang maka nilai uji organoleptik aroma tahuakan semakin menurun.Hal ini dikarenakan