• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL SELF-EFFICACY KARIR PESERTA DIDIK MAN 2 KOTA BANDUNG :Studi Deskriptif Ke Arah Pengembangan Program Bimbingan Karir Kelas XI Tahun Ajaran 2011/2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL SELF-EFFICACY KARIR PESERTA DIDIK MAN 2 KOTA BANDUNG :Studi Deskriptif Ke Arah Pengembangan Program Bimbingan Karir Kelas XI Tahun Ajaran 2011/2012)."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Lusiana Sari, 2012

Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik

KATA PENGANTAR... Ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR BAGAN…... vii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 11

E. Struktur Organisasi Skripsi... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 13

A. Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik... 13

B. Self-efficacy... 14

C. Self-efficacy Karir... 27

D. Tugas Perkembangan Karir…... 31

E. Karakteristik Peserta Didik MAN …... 34

F. Cara Meningkatkan Self-efficacy……….……….. 36

G. Konsep Program Bimbingan…….……… 40

H. Penelitian Terdahulu yang Relevan……… 44

BAB III METODE PENELITIAN... 50

A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitia……….……….. 50

B. Pendekatan Penelitian……… 51

C. Metode Penelitian……….. 52

D. Definisi Operasional Variabel……….…….. 52

E. Pengembangan Instrumen Penelitian………..………….. 53

F. Teknik Pengumpulan Data……….……… 65

G. Teknik Analisis Data……… 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 69

A. Pemaparan Data………….………. 69

B. Pembahasan Data……… 97

C. Keterbatasan Penelitian……… 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………... 113

A. Kesimpulan………. 113

B. Saran……….……….. 114

(2)

Lusiana Sari, 2012

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa

remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling

disekolah peserta didik dibantu untuk dapat menemukan pribadi, mengenal

lingkungan dan mampu merencanakan masa depan. Menemukan pribadi

maksudnya adalah agar peserta didik memahami kelebihan dan kekurangannya

dan dapat berkembang dengan optimal menjadi pribadi yang memiliki identitas

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan

maksudnya adalah mengenal secara objektif lingkungan sosial dan ekonomik

lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

(keluarga, sekolah, masyarakat) dan menerima kondisi lingkungan tersebut secara

positif dan dinamis. Mampu merencanakan masa depan maksudnya adalah agar

peserta didik dapat mempertimbangkan dan memutuskan tentang masa depannya

sendiri. Dengan mengembangkam ketiga hal tersebut diharapkan peserta didik

dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat dimasa

mendatang.

Terjadinya kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik tentunya

sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional

yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003, yang mencita-citakan sosok pribadi

(4)

mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan jasmani dan rohani, memiliki

kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan.

Untuk mencegah berkembangnya kesenjangan perilaku dan mencapai

tujuan pendidikan nasional dibutuhkan suatu upaya mengembangkan dan

memfasilitasi potensi peserta didik. Upaya ini merupakan bagian dari tanggung

jawab bimbingan dan konseling dan personil sekolah serta orang tua.

Implementasi bimbingan dan konseling di sekolah diorientasikan pada upaya

memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik yang meliputi aspek pribadi,

sosial, karir, dan belajar.

MAN (Madrasah Aliyah Negeri) merupakan salah satu jenjang pendidikan

yang ditempuh oleh peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara

formal. MAN setara dengan sekolah menengah atas, yang pengelolaannya

dilakukan oleh Departemen Agama. Kurikulum MAN hampir sama dengan

kurikulum SMA (Sekolah Menengah Atas), hanya saja di MAN terdapat porsi

lebih banyak muatan Pendidikan Agama Islam, yaitu AL-Qur‟an-Hadist,

Aqidah-Akhlak, Bahasa Arab, Fiqih dan Sejarah Islam (Sejarah Kebudayaan Islam). Pada

jenjang MAN, peserta didik berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia

pendidikan tinggi yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi

yang didambakannya. Pendidikan harus berupaya untuk membantu peserta didik

agar dapat merencanakan hidupnya di masa yang akan datang, dan dapat

(5)

Perseta didik MAN termasuk individu yang memasuki masa remaja

berusia 15-18 tahun. Menurut Santrock, J. W. (2007: 20-21) masa remaja dimulai

sekitar 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18-22 tahun. Masa

remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah

menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar

terjadi di masa ini. Masa remaja akhir (late adolescence) kurang lebih terjadi pada

pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan

eksplorasi identitas seringkali lebih menonjol di masa remaja akhir dibandingkan

di masa remaja awal. Para peneliti sering kali menjelaskan apakah hasil penelitian

mereka dapat digeneralisasikan ke seluruh remaja atau hanya spesifik berlaku

untuk masa remaja awal atau masa remaja akhir.

Pada masa remaja terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus

diselesaikan, salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai siswa MAN yaitu

memilih dan mempersiapkan karir atau pekerjaan. Penguasaan

keterampilan-keterampilan karir sangat dibutuhkan mengingat remaja sudah memikirkan

kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan dalam mencapai hidup. Hal ini sejalan

dengan pendapat Hurlock (1980: 211) bahwa anak sekolah menengah atas mulai

memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh. Pada akhir masa

remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar

membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang

dicita-citakan.

Kartadinata, dkk (1999: 2) dalam petunjuk teknis Invetori Tugas

(6)

dan menyusunnya menjadi ITP yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.

ITP mencakup sebelas aspek tugas perkembangan yang harus dimiliki serta

diselesaikan oleh peserta didik tingkat SLTA, termasuk peserta didik di MA.

Studi pendahuluan dilakukan dengan menggunakan ITP lalu di Analisis melalui

Analisis Tugas Perkembangan (ATP) peserta didik kelas XI menunjukan adanya

keberagaman tingkat pencapaian pada tiap aspek tugas perkembangan siswa

dilihat dari profil kelompok. Berdasarkan perhitungan profil kelompok maka

aspek yang didapat dibagi rata-rata tingkatan sekolah untuk aspek wawasan dan

persiapan karir berada pada peringkat ke-4 terendah dari 11 aspek tugas

perkembangan. Aspek wawasan dan persiapan karir yaitu pemahaman jenis

pekerjaan, kesungguhan belajar, upaya meningkatkan keahlian dan perencanaan

karir.

Peserta didik MAN diharapkan sudah dapat menyelesaikan tugas

perkembangannya di bidang karir yaitu memilih dan mempersiapkan karir

(pekerjaan). Tujuannya adalah agar peserta didik MAN mampu memilih suatu

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkan diri, memiliki

pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut.

Dilihat dari tahapan perkembangan karir Super dan Jordaan (Yusuf, 2006:

84) „masa remaja termasuk tahap “eksplorasi” pada tingkat tetatif dan transisi

(usia 15-21 tahun )‟. Tahap transisi dimana individu berusaha untuk memperoleh

informasi karir, pilihan karir, memutuskan karir dan siap untuk masuk ke dunia

kerja. Bila individu telah memiliki kesiapan untuk membuat perencanaan karir,

(7)

mengambil keputusan karir, maka individu tersebut telah mencapai kematangan

karir.

Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur dengan Guru Bimbingan

dan Konseling, pada umumnya peserta didik belum paham dengan potensinya

sendiri, sehingga ragu–ragu dalam menentukan pilihan bidang studi di perguruan

tinggi yang sesuai dengan kemampuannya atau pilihan bidang pekerjaan yang

sesuai, peserta didik belum mempunyai perencanan yang matang mengenai

pendidikan maupun pekerjaan yang akan dijalaninya nanti, sebagian peserta didik

yang sudah memiliki pilihan bidang studi perguruan tinggi ataupun bidang

pekerjaan, masih merasa belum yakin dengan kemampuannya sendiri untuk

berhasil nantinya. Oleh karena itu, peserta didik memerlukan dukungan atau

penguatan dari lingkungan yang dianggapnya kompeten.

Menurut Supriatna (2009:23) masalah karir yang dirasakan oleh peserta

didik, antara lain :

1. siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat.

2. Siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup. 3. siswa masih bingung untuk memilih pekerjaan

4. siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat.

5. siswa merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah. 6. siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan

tertentu, bila setelah tamat tidak masuk dunia kerja.

7. siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan dan keterampilah yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya.

Menurut pendapat Havighurst (Makmun, 2003: 83) dalam memilih

pekerjaan, „peserta didik perlu mengetahui dan memahami potensi yang dimiliki

(8)

dalam mengambil keputusan tersebut‟. Perasaan ragu-ragu dan tidak dapat

menentukan serta memutuskan pilihan untuk memasuki dunia kerja ataupun

berlanjut studi ke perguran tinggi, salah satunya diakibatkan karena siswa tidak

memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya. Menurut Bandura, disposisi

perilaku ini disebut sebagai self-efficacy. Self-efficacy merupakan suatu

keyakinan individu bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu dalam situasi

tertentu dengan berhasil.

Menurut Bandura (1977) proses membuat keputusan mengenai pilhan

karir, individu harus mempertimbangkan ketidak pastian akan kemampuannya

terhadap bidang yang diminati, kepastian dan prospek karirnya di masa depan, dan

identitas diri yang dicari. upaya mengatasi ketidakpastian mengenai

kemampuannya individu harus memiliki keyakinan. oleh karena itu, agar dapat

membuat pilihan bidang karir individu harus memiliki self-efficacy dalam dirinya.

Self-efficacy tersebut biasanya muncul dalam bentu kepercayaan diri. Keyakinan

yang kuat akan kemampuan diri menyebabkan seseorang terus berusaha sampai

tujuannya tercapai. Namun, apabila keyakinan akan kemampuan diri tidak kuat,

seseorang cenderung akan mengurangi usahanya bila menemui masalah.

Bandura (Patel, 2005: 48) mempelajari bagaimana self-efficacy karir

membentuk cita-cita karir dan jalan hidup individu. Peserta mencakup 272 anak,

usia 11-15 tahun, terdapat 142 anak laki-laki dan 130 anak perempuan yang hidup

atau tinggal dekat Roma, Italia. Hasilnya menunjukan anak laki-laki mempunyai

self-efficacy lebih tinggi dalam ilmu pengetahuan, teknologi, militer dan

(9)

Self-efficacy anak perempuan lebih cenderung pada bidang kesehatan, jasa

kemasyarakatan dan pekerjaan manajemen perkantoran. Status sosial ekonomi

tidak mempunyai hubungan langsung dengan variabel karir apapun dengan

individu, bagaimanapun dampak tidak langsungnya bergantung kepada pengaruh

efficacy orangtua dengan memberikan penghargaan dalam memajukan atau

mengembangkan kesuksesan akademis anak mereka. Orang tua dari status sosial

ekonomi yang lebih tinggi merasakan efficacy lebih tentang kemajuan atau

perkembangan pendidikan anak-anak mereka dan mempunyai cita-cita bidang

pendidikan yang lebih tinggi untuk anak-anak mereka. Self-efficacy akademis

individu yang berhubungan dengan cita-cita akademis pada jalur karir konsisten

dengan kekuatan mereka. Hasil dari penelitian ini mengusulkan bahwa

self-efficacy siswa membentuk jenis karir yang mereka kejar didalam suatu bidang

yang diberikan. Self-efficacy krusial dalam memperluas dan mempertinggi

cita-cita karir siswa.

Hasil penelitian Dina Noor Agustina (2010: 132), menggambarkan bahwa

secara umum self-efficacy karir siswa di SMKN I Purwakarta berada pada tingkat

sedang, yang artinya siswa cukup merasa yakin atau cukup memiliki

kecenderungan untuk meyakini kemampuan dirinya dalam menyelesaikan

tugas-tugas perkembangan karir dan sebagian indikator sudah termanifestasikan sebagai

perilaku tugas perkembangan karir, baik dari dimensi level, strength, dan

generality. Pada dimensi self-efficacy karir, dimensi yang paling rendah adalah

dimensi generality, artinya siswa belum menyikapi situasi yang berbeda dengan

(10)

menuju kunci dan langkah sukses. Dengan demikian siswa memerlukan layanan

yang bersifat responsif untuk menangani hal tersebut. Tingkat self-efficacy

ternyata dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Self-efficacy

karir setiap individu pada masing-masing jurusan adalah berbeda-beda. Hal ini

tentunya dipengaruhi oleh lingkungan dari masing-masing jurusan.

Rata-rata siswa pada sekolah menengah atas, dan kejuruan, memiliki tingkat

self-efficacy karir yang sama, yaitu berada pada kategori sedang, dimana siswa

belum sepenuhnya meyakini kemampuan dirinya dalam menyelesaikan

tugas-tugas perkembangan karir mereka, misalnya berpandangan optimis dalam bidang

pendidikan dan pekerjaan, mengetahui minat dalam bidang pendidikan dan

pekerjaan mereka. Perlunya penanganan yang tepat terhadap self-efficacy karir,

karena keputusan pilihan karir yang diambil siswa akan menentukan masa depan

peserta didik. Untuk itu, diperlukan penelitian mengenai self-efficacy karir

sehingga peserta didik dapat mencapai tugas perkembangan karir yang mantap.

Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan

individu seperti diuraikan diatas adalah melalui layanan bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian integral pendidikan yang

menyediakan bantuan bagi individu untuk dapat berkembang secara optimal,

mamahami diri, lingkungan dan dapat merencanakan masa depan. Bimbingan dan

konseling juga merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik

memiliki kompetensi psikologis, memiliki pribadi yang aktif, kreatif, mandiri dan

berbudi luhur. Dengan demikian diharapkan dari penelitian ini diperoleh suatu

(11)

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan program bimbingan

karir.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap self-efficacy karir peserta didik

di MAN. Self-efficacy karir mempengaruhi motivasi melalui pilihan yang dibuat

dan tujuan yang disusun. Sebagai contoh peserta didik yang memiliki

Self-efficacy karir tinggi cenderung memilih cara dengan tantangan yang lebih besar.

Self-efficacy karir yang besar cenderung membutuhkan usaha yang besar pula.

Ketika self-efficacy karir untuk mencapai tujuan tinggi, peserta didik akan

berusaha lebih keras untuk berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dan akan

bertahan lebih lama ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya peserta didik siswa

dengan self-efficacy karir rendah akan memilih cara yang mudah, sedikit usaha

dan mudah menyerah. Kadang, siswa dengan tingkat akademik yang sama, tetapi

salah satunya memiliki self-efficacy karir yang tinggi akan menampilkan performa

yang lebih baik. Jadi jika self-efficacy karir tinggi maka tujuan yang ingin dicapai

jadi lebih tinggi, sedikit ketakutan akan gagal dan menemukam strategi baru saat

strategi lama gagal. Sebaliknya, jika self-efficacy rendah maka akan menghindari

tugas dan mudah menyerah ketika kesulitan datang. Dengan demikian remaja

perlu dibimbing untuk dapat melalui tugas perkembangan karirnya ini dengan

baik agar dapat menemukan keunikan dan kelebihan dirinya.

Self-efficacy karir diartikan sebagai suatu keyakinan tentang kemampuan

untuk mengatur dan melaksanakan sejumlah aktivitas yang diperlukan seperti

(12)

memilih kecenderungan dalam menentukan pilihan karir (jurusan/program

studi/pekerjaan) yang sesuai minat dalam mencapai tugas-tugas perkembangan

karir sehingga berhasil.

Dimensi magnitude atau level, merujuk pada dimensi yang berhubungan

dengan tingkat kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang

disusun menurut tingkat kesulitan tertentu, maka self-efficacy-nya akan jatuh pada

tugas-tugas yang mudah, sedang, dan sulit sesuai dengan batas keyakinan dan

kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan

bagi masing-masing tingkatan. Dimensi strength, merujuk pada dimensi yang

berhubungan dengan derajat kemantapan seseorang terhadap keyakinannya.

Dimensi ini biasanya berkenaan langsung dengan dimensi pertama, magnitude.

Makin tinggi taraf kesulitan tugas, maka makin lemah keyakinan tentang

kemampuan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. Dimensi generality,

merujuk pada dimensi yang berkaitan dengan luas bidang perilaku. Seseorang

mungkin hanya terbatas pada bidang khusus, sementara orang lain dapat

menyebar meliputi berbagai bidang perilaku.

Dari pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah, diperoleh sebuah

pertanyaan dirumuskan dengan judul: “Profil Self-efficacy Karir Peserta Didik

MAN 2 Kota Bandung” (Studi Deskriptif Ke Arah Pengembangan Program

Bimbingan Karir Kelas XI Tahun Ajaran 2011/2012).

Rumusan judul diturunkan menjadi dua pertanyaan penelitian sebagai

(13)

1. Seperti apa profil self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota

Bandung Tahun Ajaran 2011/2012?

2. Seperti apa program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan

self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran

2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian secara umum bertujuan untuk memperoleh profil self-efficacy

karir dan program bimbingan karir untuk mengembangkan self-efficacy karir

peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung. Tujuan khusus diadakannya

penelitian adalah untuk mengungkap dan menganalisis data empiris mengenai :

1. Profil Self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun

Ajaran 2011/2012.

2. Program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan self-efficacy karir

peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

yang terkait. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Kota Bandung, program

bimbingan karir yang disusun dapat dijadikan tambahan alternatif bantuan

untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik sehingga dapat

mengoptimalkan peran bimbingan dan konseling dalam membantu peserta

(14)

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai rujukan pengembangan penelitian

selanjutnya dengan mengangkat tema-tema baru dari lingkup penelitian yang

sama, sesuai dengan kondisi aktual remaja peserta didik MAN dan fokus

penelitian yang lebih luas.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini diharapkan

menambah wawasan baru dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karir

Remaja sehingga mampu dimanfaatkan secara maksimal baik itu dari pihak

jurusan maupun mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan secara

umum.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu Bab I

mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah,

tujuan penelitian manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II

menyajikan konsep teoretis yang terdiri atas konsep bimbingan dan konseling,

self-efficacy karir dan program bimbingan karir. Bab III menyajikan lokasi dan

populasi penelitian, metode penelitian yang meliputi penedekatan penelitian dan

metodologi penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, uji coba alat ukur, penyusunan program bimbingan karir untuk

mengembangkan self-efficacy karir peserta didik di sekolah, dan teknik analisis

data. Bab IV melaporkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Bab V

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di MAN 2 Kota Bandung yang terletak di

Jl.Cipadung No. 57 Cibiru. Alasan pemilihan lokasi yaitu belum tersedianya suatu

layanan bimbingan konseling khususnya bimbingan karir yang secara khusus

difokuskan untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik.

Penelitian dilaksanakan di MAN 2 Kota Bandung dengan menggunakan

populasi peserta didik kelas XI. Alasan digunakan data populasi karena dengan

menggunakan data populasi, bisa mendapatkan hasil penelitian yang representatif

mengenai gambaran self-efficacy karir peserta didik kelas XI di MAN 2 Kota

Bandung. Secara rinci subyek penelitian terdapat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Anggota Populasi Penelitian

No. Kelas Jumlah

1 XI AGAMA 23

2 XI BAHASA 36

3 XI IPA 1 35

4 XI IPA 2 33

5 XI IPA 3 28

6 XI IPS 1 38

7 XI IPS 2 32

8 XI IPS 3 37

9 XI IPS 4 34

Jumlah 296

Asumsi pemilihan peserta didik kelas XI pada jenjang MAN adalah :

1. Peserta didik pada kelas XI berada pada rentang usia 16-17 tahun dalam

(16)

2. Peserta didik pada kelas XI memiliki pengalaman belajar selama satu tahun di

kelas X, sehingga diasumsikan peserta didik sudah mengenal lingkungan

sekolah dan mampu mengidentifikasi, merencanakan karirnya. Menurut

Super & Jordaan (Dillard, 1985 : 19) memasuki tahap eksplorasi remaja

mulai aktif mencari informasi dan menambah wawasan tentang pendidikan

dan karir, memikirkan pilihan karir yang sesuai dengan minatnya untuk

selanjutnya mengkristalisasikan, menspesifikan pilihannya dan mengambil

keputusan.

3. Self-efficacy karir yaitu suatu keyakinan yang berisikan tentang kemampuan

untuk mencapai kesuksesan dalam karir, seperti memilih suatu karir, tampil

baik dalam suatu pekerjaan dan tetap bertahan dalam karirnya. Brown (2005:

43).

4. Belum adanya program bimbingan dan konseling di X MAN 2 Kota Bandung

yang memfokuskan pada self-efficacy karir peserta didik.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan

dilakukan pencatatan data dan pengolahan hasil penelitian secara nyata dalam

bentuk angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan

menggunakan perhitungan-perhitungan statistik. Pendekatan kuantitatif dalam

penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran self-efficacy karir pada

(17)

memiliki self-efficacy karir rendah dijadikan sampel sebagai dasar pengembangan

program bimbingan untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang

permasalahan yang sedang terjadi di masa sekarang secara aktual tanpa

menghiraukan kejadian pada waktu sebelum dan sesudahnya dengan cara

mengolah, menganalisis, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian.

Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran

self-efficacy karir berdasarkan dimensi level/magnitude, strength, dan generality

dan akan merumuskan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan

self-efficacy karir peserta didik di MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran

2011/2012 sesuai dengan karakteristik peserta didik.

D. Definisi Operasional Variabel

Self-efficacy karir dalam penelitian ini adalah keyakinan akan kemampuan

yang dimiliki peserta didik dalam mengatur dan melaksanakan sejumlah aktivitas

sesuai dengan tugas-tugas perkembangan karir sehingga berhasil.

Self-efficacy karir dalam penelitian ini mengacu pada penilaian subjektif

peserta didik kelas XI di MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

terhadap keyakinan yang ditinjau dari tiga dimensi pembentuk self-efficacy karir,

yaitu:

1. Dimensi Tingkat (Level atau Magnitude) merujuk pada taraf keyakinan

(18)

tugas-tugas perkembangan karir yang ditunjukkan melalui indikator: (a)

berpandangan optimis terhadap pendidikan dan pekerjaan, (b) mengetahui

minat, baik dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, (c) mengembangkan

keterampilan karir, (d) membuat perencanaan dalam menyelesaikan

tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, (e) merasa

yakin dapat melakukan/menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir.

2. Dimensi Kekuatan (Strength) merujuk pada taraf keyakinan peserta didik

terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam mengatasi masalah atau

kesulitan yang muncul akibat tugas-tugas perkembangan karir yang

ditunjukkan melalui indikator: (a) meningkatkan usaha dengan baik, dan (b)

komitmen terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang

pendidikan dan pekerjaan.

3. Dimensi Generalisasi (Generality) merujuk pada taraf keyakinan peserta didik

terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam menggeneralisasikan

tugas-tugas perkembangan karir dan pengalaman sebelumnya yang ditunjjukkan

melalui indikator: (a) menyikapi situasi yang berbeda dengan cara yang baik

dan positif, dan (b) menjadikan pengalaman hidup sebagian suatu jalan

menuju kunci dan langkah sukses.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini, menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket atau

(19)

mencapai tujuan penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap gambaran

self-efficacy karir yang dimiliki peserta didik, dikembangkan dari definisi

operasional variabel penelitian. Terdapat satu poin kisi instrumen yaitu

kisi-kisi instrumen untuk mengukur self-efficacy karir peserta didik yang mengacu

pada dimensi level/magnitude, strength dan generality.

2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang

menggambarkan self-efficacy karir peserta didik MAN. Oleh karena itu,

dikembangkan instrument pengumpul data berupa skala self-efficacy karir dengan

format skala likert dengan alternativf jawaban sebagai berikut: 1) Sangat Tidak

Yakin (STY), 2) Tidak Yakin (TY), 3) Ragu-ragu (R), 4) Yakin (Y) dan 5)

Sangat Yakin (SY). Instrumen tentang self-efficacy karir peserta didik disusun

dengan menggabungkan indikator dari setiap dimensi self-efficacy dari Bandura

(1977) dengan tugas perkembangan karir John Dillard, yang juga pernah menjadi

dasar penyusunan instrument sebelumnya oleh Dina Noor Agustina (2010) dari

Jurusan Bimbingan dan Konseling dengan penerapan pada peserta didik di SMKN

1 Purwakarta. Dalam pengembangannya terdapat pada pemilihan skala, apabila

sebelumnya skala Thurstone pada penelitian ini digunakan skala Likert.

Sedangkan pengembangaan lainnya ditambahkan beberapa pernyataan yang

dimodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik di MAN. Setiap pertanyaan

difokuskan pada kemampuan yang dirasakan oleh peserta didik terhadap dimensi

efficacy karir. Tabel berikut adalah tabel mengenai gambaran kisi-kisi

(20)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Self-Efficacy Karir Peserta Didik (Sebelum dan Setelah Uji Coba)

No Dimensi Indikator

No. Pernyataan Sebelum Uji Coba

No. Pernyataan Setelah Uji Coba

1. Level (Taraf keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir)

1. Berpandangan optimis

terhadap: a. Pendidikan b. Pekerjaan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 ,11 12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,28 11 16 1,2,3,4,5,6,7,8,9,1 0,11 12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23, 24,25,26, 11 14

2. Mengetahui minat, baik

dalam bidang :

a. Pendidikan b. Pekerjaan 29,30,31, 32,33,34,35,36 3 5 27, 28 29,30,31 2 3 3. Mengembangkan keterampilan karir. 37,38,39,40,41,42, 43,44,45,46,47,48, 49,50,51

15 32,33,34,35,36,37,

38,39,40,41,42,43, 44

13

4. Membuat perencanaan dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir, dalam bidang:

a. Pendidikan

b. Pekerjaan 52,53,54,55,56

57,58,59 5 3 45,46,47,48,4950, 51,52 5 3

5. Merasa yakin dapat

melakukan/ menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir

60,6162,63,64, 5 53,54,55,56,57, 5

2. Strength (Taraf keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mengatasi masalah atau kesulitan yang muncul akibat tugas-tugas perkembangan karirnya)

1. Meningkatkan usaha dengan

baik

65,66,67,68,69,70, 71,72

8 58,59,60,61,62,63,

64,65

8

2. Memiliki komitmen

terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang:

a. Pendidikan

b. Pekerjaan 73,74,75,76,7778,7

9 5 2 66,67,68,69,70,71, 72 5 2

3. Generality (Taraf keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam

menggeneralisasikan tugas-tugas

perkembangan karir dan pengalaman

sebelumnya)

1. Menyikapi situasi yang

berbeda dengan cara yang baik dan positif

80,81,82,83 4 73,74,75,76 4

2. Menjadikan pengalaman

hidup sebagai suatu jalan menuju kunci dan langkah sukses

84,85,86,87,88,89, 90

7 77,78,79,80,81,82,

83

7

(21)

3. Penyusunan Butir Pertanyaan

Setelah kisi-kisi instrumen tersusun, langkah selanjutnya adalah menyusun

pertanyaan atau pernyataan yang merujuk pada indikator-indikator dalam kisi-kisi

dan tidak terlepas dari definisi operasional variabel yang digunakan dalam

penelitian. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat, disusun dalam bentuk angket

yang dapat mengungkap informasi yang diperlukan dari subjek penelitian guna

mencapai tujuan dari penelitian. Angket yang digunakan dalam penelitian ini

adalah angket tertutup (angket terstruktur) artinya angket yang disajikan dalam

bentuk sedemikian rupa, sehingga responden diminta untuk memiliki satu

jawaban yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dengan cara memberi

tanda checklist (√).

4. Pedoman Penyekoran (Scoring)

Instrumen untuk mengukur self-efficacy karir peserta didik menggunakan

format rating scales (skala penilaian) model Likert. Penentuan skala merupakan

proses penentuan letak nilai stimulus atau respon tertentu pada suatu kontinum

psikologis. Untuk mengetahui profil self-efficacy karir, digunakan skala lima

pilihan. Lima pilihan tersebut merupakan jawaban terhadap item berbentuk

pernyataan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pengolahan data, maka

dilaksanakan penyekoran terhadap setiap butir jawaban yang diberikan pada

responden. Fungsi bilangan adalah untuk membedakan sebuah karakteristik

(22)

Menurut Subino 1987 (Hikmah H.N, 2012:54) „skor skala likert dapat

ditentukan secara apriori atau dapat pula secara aposteriori‟. Adapun teknik

penentuan skor dalam penelitian ini adalah secara apriori, yaitu skala yang berarah

positif. Alternatif pilihan jawaban beserta skor masing-masing untuk setiap

alternatif pilihan jawaban dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.3

Alternatif Pilihan Jawaban dan Skor

Alternatif Pilihan Jawaban Skor

Sangat Tidak Yakin (STY) 1

Tidak Yakin (TY) 2

Ragu-ragu (R) 3

Yakin (Y) 4

Sangat Yakin (SY) 5

Semua pernyataan yang disusun bersifat positif karena keyakinan tidak

ada yang bermakna negatif melainkan taraf atau derajat saja yang

membedakannya (terentang dari keyakinan yang paling rendah sampai dengan

yang paling tinggi).

5. Uji Coba Alat Pengumpul Data

Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui

beberapa tahap pengujian, sebagai berikut.

a.Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen melalui penimbangan (Judgement) dalam

pengembangan alat pengumpul data bertujuan untuk mengetahui tingkat

kelayakan instrumen dari aspek kesesuian dengan landasan teoritis, kesesuaian

dengan format dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan

respon. penimbangan dilakukan oleh tiga dosen ahli yakni dosen dari jurusan

(23)

Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh 3 dosen ahli dilakukan dengan

memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan

Tidak Memadai (TM), item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut

bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan

yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.

Item yang Memadai diberi nilai 1 dan item yang Tidak Memadai diberi nilai 0.

(Hasil Rekapitulasi Hasil Judgement pada lampiran C). Selanjutnya dilakukan

Interrater Realibility yaitu penghitungan reliabilitas antar penimbang. Perhitungan

Reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan sofware SPSS For Windows

Versi 18.0. Pengujian reliabitas instrumen dilakukan terhadap item yang dinilai

oleh penimbang sebanyak 90 butir item pada instrumen self-efficacy karir. Dengan

langkah sebagai berikut:

a) Memasukkan data yang telah dinilai oleh penimbang.

b) Melakukan uji reliabilitas dengan memilih menu Analyze > Scale >

Reliability Analysis.

c) Melakukan pengaturan pada dialog box, dengan memasukkan semua

variabel yang diuji. Caranya klik variabel yang dipilih, lalu klik tanda

(), sehingga variabel yang dipilih berpindah ke kolom items. Lalu

klik Model: Alpha.

d) Setelah pengaturan selesai kemudian pilih OK, maka muncul output

(24)

Tabel 3.4

Interrater Realibility

Cronbach's

Alpha N of Items

,643 3

Setelah koefisien reliabilitas diketahui, kemudian dikonversikan dengan

kategori reliabilitas Guilford (Priatna, 2008:16) Kategori koefisien realibilitas

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Koefisien Reliabilitas Besarnya r Tingkat Reliabilitas

0,80 < r11< 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11< 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < r11< 0,60 reliabilitas sedang 0,20 < r11< 0,40 reliabilitas rendah

0,00 <r11< 0,20 realibilitas sangat rendah (tidak reliabel)

Berdasarkan tabel 3.4 interrater reliability, hasil perhitungan

memperlihatkan bahwa koefisien realibitas (konsistensi internal) instrumen

self-efficacy karir peserta didik adalah sebesar 0,643. Setelah dibandingkan dengan

tabel 3.5 maka dapat diinterprestasikan bahwa instrumen self-efficacy karir

memilki tingkat korelasi dan derajat keterandalan antar penimbang berada pada

kategori sedang untuk instrumen self-efficacy karir peserta didik, yang

menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat bisa disebarkan.

b.Uji Keterbacaan

Langkah penelitian selanjutnya adalah melakukan uji keterbacaan

instrument yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012. Instrumen untuk

mengukur Self-efficacy karir peserta didik di uji keterbacaan kepada sampel setara

yaitu kepada tiga orang peserta didik dari MAN 2 Kota Bandung. Setelah uji

(25)

“batasan nilai” di revisi menjadi “KKM (Kriteria Kelulusan Minimum)” sehingga

dapat dimengerti oleh peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung.

a. Uji Validitas dan Reliabillitas

1) Uji Validitas Butir Item

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu

mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap

skor butir. (Sugiyono, 2007: 187). Dalam lampiran C telah ditunjukkan skor

totalnya, yang merupakan jumlah tiap skor butir.

Dalam hal analisis item ini Masrun 1979 (Sugiyono, 2007:188)

menyatakan „teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang

merupakan teknik yang paling banyak digunakan‟. Selanjutnya dalam

memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan „item

yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang

tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.

Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r=0,3‟.

Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam

instrument tersebut dinyatakan tidak valid.

Data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil

penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyeberan instrumen dilaksanakan

sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Berdasarkan data yang

terkumpul dari 296 responden yang ditunjukkan pada lampiran C, maka terdapat

86 koefisien korelasi (jumlah butir 86). Pengolahan data dalam penelitian

(26)

dilakukan dengan menggunakan korelasi Spearman Rho Dengan langkah sebagai

berikut:

a) Memasukkan data mentah.

b) Melakukan analisis korelasi antara masing-masing variabel dengan

variabel total dengan memilih menu Analyze > Corelate > Bivariate.

c) Pada dialog box, pilih Spearman dan One-Tailed masukkan semua

variabel yang diuji (termasuk variabel total) ke kolom variables.

caranya klik variabel yang dianalisis, lalu klik tanda ( )sehingga

variabel yang dipilih berpindah ke kolom variables.

d) Setelah pengaturan selesai kemudian pilih OK, maka muncul hasil

analalisis item instrument self-efficacy karir sebagai berikut:

Tabel 3.6

Hasil Analisis Item Instrumen Self-Efficacy karir No. Butir

Item

Koefisien

Korelasi r kritis Keterangan

1 0,599** 0,30 Valid

2 0,490** 0,30 Valid

3 0,444** 0,30 Valid

4 0,550** 0,30 Valid

5 0,418** 0,30 Valid

6 0,396** 0,30 Valid

7 0,504** 0,30 Valid

8 0,472** 0,30 Valid

9 0,495** 0,30 Valid

10 0,431** 0,30 Valid

11 0,458** 0,30 Valid

12 0,516** 0,30 Valid

13 0,478** 0,30 Valid

14 0,438** 0,30 Valid

15 0,444** 0,30 Valid

16 0,583** 0,30 Valid

17 0,525** 0,30 Valid

18 0,542** 0,30 Valid

19 0,541** 0,30 Valid

20 0,557** 0,30 Valid

(27)

No. Butir Item

Koefisien

Korelasi r kritis Keterangan

22 0,446** 0,30 Valid

23 0,403** 0,30 Valid

24 0,538** 0,30 Valid

25 0,599** 0,30 Valid

26 0,286** 0,30 Tidak Valid

27 0,615** 0,30 Valid

28 0,184** 0,30 Tidak Valid

29 0,456** 0,30 Valid

30 0,373** 0,30 Valid

31 0,348** 0,30 Valid

32 0,403** 0,30 Valid

33 0,404** 0,30 Valid

34 0,484** 0,30 Valid

35 0,420** 0,30 Valid

36 0,279** 0,30 Tidak Valid

37 0,315** 0,30 Valid

38 0,465** 0,30 Valid

39 0,566** 0,30 Valid

40 0,552** 0,30 Valid

41 0,569** 0,30 Valid

42 0,525** 0,30 Valid

43 0,478** 0,30 Valid

44 0,562** 0,30 Valid

45 0,418** 0,30 Valid

46 0,508** 0,30 Valid

47 0,550** 0,30 Valid

48 0,617** 0,30 Valid

49 0,594** 0,30 Valid

50 0,532** 0,30 Valid

51 0,480** 0,30 Valid

52 0,462** 0,30 Valid

53 0,568** 0,30 Valid

54 0,533** 0,30 Valid

55 0,502** 0,30 Valid

56 0,631** 0,30 valid

57 0,552** 0,30 Valid

58 0,546** 0,30 Valid

59 0,645** 0,30 Valid

60 0,557** 0,30 Valid

61 0,485** 0,30 Valid

62 0,530** 0,30 Valid

63 0,500** 0,30 Valid

64 0,520** 0,30 Valid

65 0,576** 0,30 Valid

66 0,553** 0,30 Valid

(28)

No. Butir Item

Koefisien

Korelasi r kritis Keterangan

68 0,355** 0,30 Valid

69 0,466** 0,30 Valid

70 0,425** 0,30 Valid

71 0,576** 0,30 Valid

72 0,445** 0,30 Valid

73 0,514** 0,30 Valid

74 0,649** 0,30 Valid

75 0,548** 0,30 Valid

76 0,574** 0,30 Valid

77 0,515** 0,30 Valid

78 0 ,443** 0,30 Valid

79 0,357** 0,30 Valid

80 0,545** 0,30 Valid

81 0,536** 0,30 Valid

82 0,400** 0,30 Valid

83 0,495** 0,30 Valid

84 0,443** 0,30 Valid

85 0,491** 0,30 Valid

86 0,382** 0,30 Valid

Dari tabel 3.6, dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir 1 dengan skor

total=0,599 antara butir 2 dengan skor total=0,490 dan seterusnya. Korelasi yang

digunakan adalah korelasi Spearman Rho. Seperti telah dikemukakan bahwa, jika

koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih maka butir instrumen self-efficacy

karir dinyatakan valid dan jika kurang dari 0,3 maka instrumen self-efficacy karir

dinyatakan tidak valid. Dari 86 butir item pernyataan dari angket self-efficacy

karir peserta didik yang diujicobakan, diperoleh 83 butir item yang valid dan 3

butir item yang tidak valid. Butir yang mempunyai validitas tertinggi adalah

nomor butir 74 dengan koefisien korelasi 0,649 dan paling rendah adalah nomor

butir 28 dengan koefisien korelasi 0,184. Butir item 83 yang valid memiliki

tingkat kepercayaan sebesar 99% atau dapat disebutkan bahwa korelasi yang

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

(29)

signifikan pada p<0,01. Butir pernyataan yang valid sudah memenuhi syarat dan

dapat digunakan sebagai pengumpul data.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran

dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen

ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh

subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek.

Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Pengujian

reliabitas instrumen dilakukan terhadap item terpakai sebanyak 83 butir item yang

valid pada angket self-efficacy karir. Dengan Cara:

a) Memasukkan data yang telah valid.

b) Melakukan uji reliabilitas dengan memilih menu Analyze > Scale >

Reliability Analysis.

c) Melakukan pengaturan pada dialog box, dengan memasukkan semua

variabel yang diuji. Caranya klik variabel yang dipilih, lalu klik tanda

(), sehingga variabel yang dipilih berpindah ke kolom items. Lalu

klik Model: Alpha.

d) Setelah pengaturan selesai kemudian pilih OK, maka muncul output

(Hasil pengujian) sebagai berikut:

TABEL 3.7

TINGKAT RELIABILITAS INSTRUMEN

SELF-EFFICACY KARIR PESERTA DIDIK

Cronbach's

Alpha N of Items

(30)

Berdasarkan pengolahan data pada tabel 3.6, hasil perhitungan

memperlihatkan bahwa dari ke-83 butir item, menunjukkan koefisien realibitas

(konsistensi internal) instrumen self-efficacy karir peserta didik adalah sebesar

0,967. Setelah dibandingkan dengan tabel 3.5 maka dapat diinterprestasikan

bahwa instrumen self-efficacy karir memilki tingkat korelasi dan derajat

keterandalan berada pada kategori sangat tinggi untuk instrumen self-efficacy

karir peserta didik, ini berarti instrument mampu menghasilkan skor-skor pada

setiap item yang relatif konsisten.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012

dengan menyebaran alat pengumpulan data berupa angket untuk mengukur

self-efficacy karir peserta didik MAN 2 Kota Bandung dengan mengacu pada tiga

aspek yakni level/magnitude, strength, dan generality.

G. Teknik Analisis Data

1. Verifikasi Data

Verifikasi data memiliki tujuan untuk menyeleksi data yang dianggap

layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan sebagai berikut.

a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.

b. Memberikan nomor urut pada setiap instrumen untuk menghindari

kesalahan pada saat melakukan rekapitulsi data.

c. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta

(31)

yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan tabulasi data maka dilanjutkan

melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Penetapan Penyekoran Instrumen

Gambaran mengenai self-efficacy karir peserta didik diperoleh dengan cara

menghitung rata-rata taraf keyakinan yang dimiliki oleh peserta didik dari hasil

jawaban angket yang disebarkan.dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Setiap butir skala sikap yang terkumpul kemudian dihitung

menggunakan cara apriori. (Lihat Tabel 3.3)

b. Menghitung skor masing-masing responden.

c. Menghitung rata-rata atau kriteria masing-masing responden

= Jumlah Skor Responden Jumlah Item

d. Mengklasifiksikan perolehan rata-rata menjadi kriteria Sangat Tidak

Yakin (STY), Tidak Sesuai (TY), Ragu-ragu (R), Yakin (Y) dan

Sangat Yakin (SY)

e. Menjumlahkan responden yang menjawab STY, TY, R, Y, SY dengan

menggunakan Microsoft Excel 2007 dengan cara mengetik pada

symbol fx =COUNTIF(range;criteria) contoh:

=COUNTIF(CL5:CL300; “Sangat Tidak Yakin”)

f. Menghitung presentase dari setiap kriteria (STY, TY, R, Y, SY)

contoh: menghitung persentase dari kriteria STY

= Jumlah Responden yang menjawab STY x 100% Jumlah keseluruhan Responden

(32)

Pada penelitian dirumuskan dua pertanyaan penelitian. Secara beruntun,

masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut:

a. Pertanyaan penelitian pertama mengenai gambaran umum self-efficacy

karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung diperoleh dengan

menggunakan persentase dari jawaban peserta didik tentang

self-efficacy peserta didik yang dilakukan dengan cara menjumlahkan

jawaban setiap peserta didik kemudian mencari rata-rata untuk

memberikan makna diagnostik terhadap skor. Langkah ini dilakukan

untuk memberikan kriteria self-efficacy karir peserta didik dengan

kriteria Sangat Tidak Yakin (STY), Tidak Yakin (TY), Ragu-ragu (R),

Yakin (Y), Sangat Yakin (SY).

b. Pertanyaan penelitian yang kedua secara umum dirumuskan dalam

hipotesis “bagaimana rumusan program bimbingan karir untuk

mengembangkan self-efficacy karir peserta didik kelas XI di MAN 2

Bandung Tahun Ajaran 2011/2012?”. Adapun langkah-langkah yang

ditempuh dalam merumuskan program, di antaranya ialah:

1) mengkaji konsep pengembangan program bimbingan dan konseling,

2) mengkaji hasil penelitian mengenai gambaran umum self-efficacy karir

peserta didik sebagai bahan awal analisis kebutuhan,

3) menganalisis kebutuhan program bimbingan karir untuk

mengembangkan self-efficacy karir peserta didik berdasarkan hasil

(33)

4) mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dan konseling dalam

menerapkan program yang dirancang,

5) mengkaji dokumen yang dianggap relevan untuk mengembangkan

pedoman pelaksanaan program,

6) merancang program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut.

1. Self Efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran

2011/2012 berada pada kriteria Yakin, artinya peserta didik memiliki keyakinan

akan kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mengatur dan melaksanakan

sejumlah aktivitas sesuai dengan tugas-tugas perkembangan karir sehingga

berhasil. Self Efficacy karir dimensi level/magnitude, strength dan generality. Hal

ini termanifestasikan yakin pada pencapaian indikator berpandangan optimis

terhadap pendidikan dan pekerjaan, mengetahui minat, baik dalam bidang

pendidikan dan pekerjaan, mengembangkan keterampilan karir, membuat

perencanaan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang

pendidikan dan pekerjaan, merasa yakin dapat melakukan/menyelesaikan

tugas-tugas perkembangan karir, meningkatkan usaha dengan baik, komitmen terhadap

pencapaian tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang pendidikan dan

pekerjaan, menyikapi situasi yang berbeda dengan cara yang baik dan positif, dan

menjadikan pengalaman hidup sebagian suatu jalan menuju kunci dan langkah

sukses.

(35)

komponen-komponen seperti rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen

layanan, rencana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan

layanan, evaluasi. Secara keseluruhan setiap aspek dan indikator self-efficacy

karir peserta didik menjadi landasan pengembangan program yang diberikan

melalui layanan dasar bimbingan diberikan kepada seluruh peserta didik yang

memiliki kriteria Sangat Tidak Yakin (STY), Tidak Yakin (TY), Ragu-ragu(R),

Yakin (Y) dan Sangat Yakin (SY); layanan responsif diberikan kepada peserta

didik yang dirasakan sangat mendesak yang memiliki kriteria STY, TY dan R;

layanan perencanaan individual diberikan kepada peserta didik yang

membutuhkan perencanaan pada diri peserta didik STY, TY dan R; dan dukungan

sistem diberikan kepada seluruh peserta didik melalui kolaborasi antara guru

bimbingan konseling dengan guru mata pelajaran, wali kelas, maupun pembina

ekstrakurikuler.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan program bimbingan karir

untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota

Bandung tahun ajaran 2011/2012 sebagai bagian dari program bimbingan dan

konseling di sekolah. Konselor mensosialisasikannya kepada guru pembimbing lain

ataupun personil sekolah lain sehingga dimungkinkan adanya bentuk kerjasama dan

(36)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pelaksanaan penelitian ini masih terbatas, baik dari segi metode atau

pendekatan, penggunaan instrument, waktu penyebaran instrumen. Untuk

memperoleh temuan yang baru, upaya yang dapat dilakukan peneliti selanjutnya

antara lain sebagai berikut:

a. Salah satu tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui profil elf-efficacy karir

peserta didik yang diungkap melalui instrumen efficacy karir. Instrumen

self-efficacy karir yang dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk angket.

Instrumen self-efficacy karir ini melalui langkah uji validasi terhadap pakar dan

praktisi self-efficacy karir dan hasilnya masih terdapat item pernyataan yang tidak

valid. Maka selanjutnya perlu adanya penyempurnaan intrumen baik dari langkah

ataupun item pernyataan yang dibuat.

b. Keterbatasan dari penelitian ini yaitu populasi karena hanya satu jenjang yaitu

kelas XI, karena masih kurangnya kemampuan peneliti dalam menggunakan

populasi lebih besar lagi.

c. Penggunaan jenis instrumen dengan menggunakan angket peserta didik

melakukan self-evaluation mengisi kuisioner sendiri dan adanya kecenderungan

untuk menetapkan standar yang tinggi atau menjawab yang ideal menurut

responden. Dengan demikian perlu adanya penelitian lanjutan dengan

(37)

d. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan

angket sehingga hasil penelitian hanya terbatas pada hal yang tercantum dalam

angket. Jika peneliti menemukan hal yang menarik maka penelitian akan sulit

memperdalam data. Dengan demikian perlu adanya penelitian lanjutan dengan

menggunakan pendekatan kualitatif.

e. Waktu pengisian angket dilakukan pada waktu yang tepat. Disarankan waktu

pengisian angket tidak pada saat peserta didik jam sebelum istirahat dan sebelum

pulang sekolah.

f. Berdasarkan profil self-efficacy karir dibuat program bimbingan karir untuk

mengembangkan self-efficacy karir secara hipotetik. Dengan demikian perlu

adanya penelitian lanjutan dengan cara penimbangan program oleh pakar dan

praktisi serta diuji cobakan kepada peserta didik.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Pihak jurusan Psikologi dan Bimbingan diharapkan dapat mengembangkan

lebih lanjut mata kuliah praktikum bimbingan karir yang difokuskan pada

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Anneahira. (2011). Kiat-kiat Orang Sukses. [Online]. Tersedia dalam: http://www.anneahira.com/kiat-kiat-orang-sukses.htm [Juni 2012]

Agustina, D. N. (2010). Profil Self-efficacy Karir Siswa SMK Kelas X. Skripsi. Bandung: FIP UPI Bandung.

Bandura. A. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, 84 (2), 191-215. [Online]. Tersedia: http://www.des.emory.edu/mfp/Bandura1977PR.pdf.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W. H. Freeman and Co. [See chapter 6, “Cognitive Functioning.”].

Bandura, A. (2006). Guide for Constructing Self Efficacy Scales. Information Age Publishing.

Crites. John O.(1969). Vocational Psychology. New York: McGraw-Hill Book Company

Betz, N. E., & Hackett, G. (1983). The relationship between mathematics self-efficacy expectations to the selection of science- based college majors. Journal of Vocational Behavior.

Betz, N. E. & Hackett. G. (2006). Self-Efficacy Theory: Back to the Future.

Journal of Career Assessment. [Online]. Tersedia di:

http://jca.sagepub.com/content/14/1/3

Clark, R. E. (1999). The CaNE (Commitment and Necessary Effort) model of work motivation: A two-stage process of goal commitment and mental effort. In J. Lowyck (Ed.), Trends in corporate training. Leuven, Belgium: University of Leuven Press.

Clark, R. E., & Estes, F. (2002).Turning research into results: A guide to selecting the right performance solution. Atlanta, GA: The CEP Press. [See chapter 5, “Motivation Gaps: Belief Is (Almost) Everything.”].

Dillard.J.M (1985). Life Long Career Planing. Obier, Charles E. Meril Publishing Co.

(39)

Kartadinata, S dkk. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Kartadinata, S dkk. (1999). Petunjuk Penggunaan Instrumen Tugas Perkembangan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Khalid, A. (2005). Pengembangan Program Layanan Informasi Karier di Sekolah Menengah Kejuruan Berdasarkan Kebutuhan Siswa terhadap Informasi Karier. Skripsi. Bandung: PPB FIP UPI Bandung.

Lent, R. W., & Hackett, G. (1987). Career self-efficacy: Empirical status and future directions. Journal of Vocational Behavior

Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem pengajaran Modul. Bandung: Rosda.

Mardiah, H. (2010). Profil Self-efficacy Karir Peserta Didik SMPN 1 Bandung. Skripsi. Bandung: FIP UPI Bandung.

Mustaqim, R. (2010). Hubungan antara Kemandirian dengan Self-Eficacy Pada Mahasiswa: Studi Deskriptif-Analitik terhadap Mahasiswa UPI Angkatan 2008. Skripsi. Bandung: Psikologi FIP UPI Bandung.

Nugroho, O. A. 2007. Hubungan antara self efficacy, Penyesuaian Diri dengan, Prestasi Akademik Mahasiswa. Guidance and Counseling Dept. Madiun:

Widya Mandala University. [online]

Tersedia:http://www.telaga.org/transkrip.php%3Fmengendalikan_emosi_a nak_hiperaktif

Nurihsan, J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: Refika Aditama.

Nurjanah, W. (2010). Profil Self_efficacy Karir Peserta Didik SMA Negeri 1 Lembang. Skripsi. Bandung: FIP UPI Bandung.

Patel, S.G. (2005). Career Self-Efficacy Of Venomese Adolescenes : The Role Of Individual, Mycrosystem, Exosystem And MacrosystemVariabel, Thesis. College Park : University Of Maryland.

Pervin, L (1984) Personality Fourth edition. New York John wiley & Sons.Inc

(40)

Psychemate.(2007). Self efficacy. [Online] Tersedia http:// Psychemate.Blogspot.com (4 Oktober 2009).

Santrock, J.W. (2007). Remaja Jilid 1. Edisi 11. Jakarta Erlangga.

Santrock, J.W. (2007). Remaja Jilid 2. Edisi 11. Jakarta Erlangga.

Setiadi, R. (2007) Efikasi Diri dan Kinerja Guru Serta Hasil Belajar Literasi Siswa. Makalah (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/ [07 April 2011]

Sharf, R.S.(1992). Applying Career Development Theory to Counseling. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Sudrajat, D (2008). Program Pengembangan Self Efficacy bagi Konselor di SMA Negeri Se-Bandung Raya. Tesispada program Studi Bimbingan dan Konseling PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman,U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.

Suherman, U. & Sudrajat, D (1998). Evaluasi dan Pengembangan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Edisi II. Bandung. FIP IKIP. Bandung.

Supriatna, M. (2009). Layanan Bimbingan Karir di sekolah Menengah. Bandung :Depdiknas UPI.

Susiati, E. (2008). Hubungan Self Efficacy dengan Kematangan Karir pada Siswa Kelas X SMAN 8 Bandung.Tesis. Bandung: FIP UPI Bandung.

Tarsidi, D. (2007). Teori Perkembangan Karir. Artikel.[Online].Tersediadi :

http://D-TARSIDI.BLOGSPOT.COM/200/100/10/TEORI-PERKEMBANGAN-KARIR.HTML

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Universitas Pendidikan Indonesia. 20011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Depdiknas UPI.

(41)

Wulansari, R. (2001). Goal Orientantion, Self-efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di Sekolah.Tesis. [Online]. Tersedia di: http://psychemete.com/2007/12/self-efficacy/html.

Widyastuti. (2010). Pengaruh Pembelajaran Model-Eliciting Activities terhadap kemampuan Representasi Self-Efficacy. Tesis: SPS Pendidikan Matematik UPI Bandung

Yusuf, S & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya

Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja rosdakarya.

Gambar

Tabel 3.1 Anggota Populasi Penelitian
Tabel 3.3 Alternatif Pilihan Jawaban dan Skor
Tabel 3.5 Kategori Koefisien Reliabilitas
TABEL 3.7 TINGKAT RELIABILITAS INSTRUMEN

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan, (1) sebagian besar peserta didik memiliki kecenderungan lokus kendali internal, (2) aspek lokus kendali peserta didik dengan

Penilaian juga merupakan alat bagi guru dalam mengumpulkan informasi kemampuan dan perkembangan peserta didik, hal tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan

Tanda-tandaindividu yang memiliki konsep diri yang tinggi adalah; Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah, Ia merasa setara dengan orang lain, Ia menerima

Ditemukannya permasalahan karir yang dialami peserta didik melalui studi pendahuluan yang menunjukkan prilaku dari gejala kesulitan membuat keputusan karir seperti

≤ 126 Pada kategori sangat rendah berarti peserta didik memiliki ketidakpercayaan diri pada semua aspek kepercayaan diri yang meliputi mengetahui dan yakin pada

Pengembangan rancangan instrumen penelitian (perumusan definisi operasional, kisi-kisi instrumen, perumusan butir-butir pernyataan, penimbangan instrumen oleh para

Konformitas dalam penelitian adalah kecenderungan perilaku peserta didik untuk menyesuaikan (mengubah keyakinan) sesuai dengan standar kelompok, maka yang dimaksud

Struktur program bimbingan karir sama dengan struktur program bimbingan konseling pada umumnya yaitu mengacu pada program bimbingan dan konseling komprehensif yang