Lusiana Sari, 2012
Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik
KATA PENGANTAR... Ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR BAGAN…... vii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian... 11
D. Manfaat Penelitian... 11
E. Struktur Organisasi Skripsi... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 13
A. Bimbingan dan Konseling bagi Peserta Didik... 13
B. Self-efficacy... 14
C. Self-efficacy Karir... 27
D. Tugas Perkembangan Karir…... 31
E. Karakteristik Peserta Didik MAN …... 34
F. Cara Meningkatkan Self-efficacy……….……….. 36
G. Konsep Program Bimbingan…….……… 40
H. Penelitian Terdahulu yang Relevan……… 44
BAB III METODE PENELITIAN... 50
A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitia……….……….. 50
B. Pendekatan Penelitian……… 51
C. Metode Penelitian……….. 52
D. Definisi Operasional Variabel……….…….. 52
E. Pengembangan Instrumen Penelitian………..………….. 53
F. Teknik Pengumpulan Data……….……… 65
G. Teknik Analisis Data……… 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 69
A. Pemaparan Data………….………. 69
B. Pembahasan Data……… 97
C. Keterbatasan Penelitian……… 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………... 113
A. Kesimpulan………. 113
B. Saran……….……….. 114
Lusiana Sari, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa
remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling
disekolah peserta didik dibantu untuk dapat menemukan pribadi, mengenal
lingkungan dan mampu merencanakan masa depan. Menemukan pribadi
maksudnya adalah agar peserta didik memahami kelebihan dan kekurangannya
dan dapat berkembang dengan optimal menjadi pribadi yang memiliki identitas
diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan
maksudnya adalah mengenal secara objektif lingkungan sosial dan ekonomik
lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
(keluarga, sekolah, masyarakat) dan menerima kondisi lingkungan tersebut secara
positif dan dinamis. Mampu merencanakan masa depan maksudnya adalah agar
peserta didik dapat mempertimbangkan dan memutuskan tentang masa depannya
sendiri. Dengan mengembangkam ketiga hal tersebut diharapkan peserta didik
dapat menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat dimasa
mendatang.
Terjadinya kesenjangan perkembangan perilaku peserta didik tentunya
sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
yang tercantum dalam UU No.20 Tahun 2003, yang mencita-citakan sosok pribadi
mulia, memiliki pengetahuan dan keterampilan jasmani dan rohani, memiliki
kepribadian yang mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencegah berkembangnya kesenjangan perilaku dan mencapai
tujuan pendidikan nasional dibutuhkan suatu upaya mengembangkan dan
memfasilitasi potensi peserta didik. Upaya ini merupakan bagian dari tanggung
jawab bimbingan dan konseling dan personil sekolah serta orang tua.
Implementasi bimbingan dan konseling di sekolah diorientasikan pada upaya
memfasilitasi perkembangan potensi peserta didik yang meliputi aspek pribadi,
sosial, karir, dan belajar.
MAN (Madrasah Aliyah Negeri) merupakan salah satu jenjang pendidikan
yang ditempuh oleh peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara
formal. MAN setara dengan sekolah menengah atas, yang pengelolaannya
dilakukan oleh Departemen Agama. Kurikulum MAN hampir sama dengan
kurikulum SMA (Sekolah Menengah Atas), hanya saja di MAN terdapat porsi
lebih banyak muatan Pendidikan Agama Islam, yaitu AL-Qur‟an-Hadist,
Aqidah-Akhlak, Bahasa Arab, Fiqih dan Sejarah Islam (Sejarah Kebudayaan Islam). Pada
jenjang MAN, peserta didik berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia
pendidikan tinggi yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi
yang didambakannya. Pendidikan harus berupaya untuk membantu peserta didik
agar dapat merencanakan hidupnya di masa yang akan datang, dan dapat
Perseta didik MAN termasuk individu yang memasuki masa remaja
berusia 15-18 tahun. Menurut Santrock, J. W. (2007: 20-21) masa remaja dimulai
sekitar 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18-22 tahun. Masa
remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah
menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar
terjadi di masa ini. Masa remaja akhir (late adolescence) kurang lebih terjadi pada
pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan
eksplorasi identitas seringkali lebih menonjol di masa remaja akhir dibandingkan
di masa remaja awal. Para peneliti sering kali menjelaskan apakah hasil penelitian
mereka dapat digeneralisasikan ke seluruh remaja atau hanya spesifik berlaku
untuk masa remaja awal atau masa remaja akhir.
Pada masa remaja terdapat beberapa tugas perkembangan yang harus
diselesaikan, salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai siswa MAN yaitu
memilih dan mempersiapkan karir atau pekerjaan. Penguasaan
keterampilan-keterampilan karir sangat dibutuhkan mengingat remaja sudah memikirkan
kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan dalam mencapai hidup. Hal ini sejalan
dengan pendapat Hurlock (1980: 211) bahwa anak sekolah menengah atas mulai
memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh. Pada akhir masa
remaja, minat pada karir seringkali menjadi sumber pikiran. Remaja belajar
membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai dan pekerjaan yang
dicita-citakan.
Kartadinata, dkk (1999: 2) dalam petunjuk teknis Invetori Tugas
dan menyusunnya menjadi ITP yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
ITP mencakup sebelas aspek tugas perkembangan yang harus dimiliki serta
diselesaikan oleh peserta didik tingkat SLTA, termasuk peserta didik di MA.
Studi pendahuluan dilakukan dengan menggunakan ITP lalu di Analisis melalui
Analisis Tugas Perkembangan (ATP) peserta didik kelas XI menunjukan adanya
keberagaman tingkat pencapaian pada tiap aspek tugas perkembangan siswa
dilihat dari profil kelompok. Berdasarkan perhitungan profil kelompok maka
aspek yang didapat dibagi rata-rata tingkatan sekolah untuk aspek wawasan dan
persiapan karir berada pada peringkat ke-4 terendah dari 11 aspek tugas
perkembangan. Aspek wawasan dan persiapan karir yaitu pemahaman jenis
pekerjaan, kesungguhan belajar, upaya meningkatkan keahlian dan perencanaan
karir.
Peserta didik MAN diharapkan sudah dapat menyelesaikan tugas
perkembangannya di bidang karir yaitu memilih dan mempersiapkan karir
(pekerjaan). Tujuannya adalah agar peserta didik MAN mampu memilih suatu
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan mempersiapkan diri, memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk memasuki pekerjaan tersebut.
Dilihat dari tahapan perkembangan karir Super dan Jordaan (Yusuf, 2006:
84) „masa remaja termasuk tahap “eksplorasi” pada tingkat tetatif dan transisi
(usia 15-21 tahun )‟. Tahap transisi dimana individu berusaha untuk memperoleh
informasi karir, pilihan karir, memutuskan karir dan siap untuk masuk ke dunia
kerja. Bila individu telah memiliki kesiapan untuk membuat perencanaan karir,
mengambil keputusan karir, maka individu tersebut telah mencapai kematangan
karir.
Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur dengan Guru Bimbingan
dan Konseling, pada umumnya peserta didik belum paham dengan potensinya
sendiri, sehingga ragu–ragu dalam menentukan pilihan bidang studi di perguruan
tinggi yang sesuai dengan kemampuannya atau pilihan bidang pekerjaan yang
sesuai, peserta didik belum mempunyai perencanan yang matang mengenai
pendidikan maupun pekerjaan yang akan dijalaninya nanti, sebagian peserta didik
yang sudah memiliki pilihan bidang studi perguruan tinggi ataupun bidang
pekerjaan, masih merasa belum yakin dengan kemampuannya sendiri untuk
berhasil nantinya. Oleh karena itu, peserta didik memerlukan dukungan atau
penguatan dari lingkungan yang dianggapnya kompeten.
Menurut Supriatna (2009:23) masalah karir yang dirasakan oleh peserta
didik, antara lain :
1. siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat.
2. Siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup. 3. siswa masih bingung untuk memilih pekerjaan
4. siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat.
5. siswa merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah. 6. siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan
tertentu, bila setelah tamat tidak masuk dunia kerja.
7. siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan dan keterampilah yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya.
Menurut pendapat Havighurst (Makmun, 2003: 83) dalam memilih
pekerjaan, „peserta didik perlu mengetahui dan memahami potensi yang dimiliki
dalam mengambil keputusan tersebut‟. Perasaan ragu-ragu dan tidak dapat
menentukan serta memutuskan pilihan untuk memasuki dunia kerja ataupun
berlanjut studi ke perguran tinggi, salah satunya diakibatkan karena siswa tidak
memiliki keyakinan terhadap kemampuan dirinya. Menurut Bandura, disposisi
perilaku ini disebut sebagai self-efficacy. Self-efficacy merupakan suatu
keyakinan individu bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu dalam situasi
tertentu dengan berhasil.
Menurut Bandura (1977) proses membuat keputusan mengenai pilhan
karir, individu harus mempertimbangkan ketidak pastian akan kemampuannya
terhadap bidang yang diminati, kepastian dan prospek karirnya di masa depan, dan
identitas diri yang dicari. upaya mengatasi ketidakpastian mengenai
kemampuannya individu harus memiliki keyakinan. oleh karena itu, agar dapat
membuat pilihan bidang karir individu harus memiliki self-efficacy dalam dirinya.
Self-efficacy tersebut biasanya muncul dalam bentu kepercayaan diri. Keyakinan
yang kuat akan kemampuan diri menyebabkan seseorang terus berusaha sampai
tujuannya tercapai. Namun, apabila keyakinan akan kemampuan diri tidak kuat,
seseorang cenderung akan mengurangi usahanya bila menemui masalah.
Bandura (Patel, 2005: 48) mempelajari bagaimana self-efficacy karir
membentuk cita-cita karir dan jalan hidup individu. Peserta mencakup 272 anak,
usia 11-15 tahun, terdapat 142 anak laki-laki dan 130 anak perempuan yang hidup
atau tinggal dekat Roma, Italia. Hasilnya menunjukan anak laki-laki mempunyai
self-efficacy lebih tinggi dalam ilmu pengetahuan, teknologi, militer dan
Self-efficacy anak perempuan lebih cenderung pada bidang kesehatan, jasa
kemasyarakatan dan pekerjaan manajemen perkantoran. Status sosial ekonomi
tidak mempunyai hubungan langsung dengan variabel karir apapun dengan
individu, bagaimanapun dampak tidak langsungnya bergantung kepada pengaruh
efficacy orangtua dengan memberikan penghargaan dalam memajukan atau
mengembangkan kesuksesan akademis anak mereka. Orang tua dari status sosial
ekonomi yang lebih tinggi merasakan efficacy lebih tentang kemajuan atau
perkembangan pendidikan anak-anak mereka dan mempunyai cita-cita bidang
pendidikan yang lebih tinggi untuk anak-anak mereka. Self-efficacy akademis
individu yang berhubungan dengan cita-cita akademis pada jalur karir konsisten
dengan kekuatan mereka. Hasil dari penelitian ini mengusulkan bahwa
self-efficacy siswa membentuk jenis karir yang mereka kejar didalam suatu bidang
yang diberikan. Self-efficacy krusial dalam memperluas dan mempertinggi
cita-cita karir siswa.
Hasil penelitian Dina Noor Agustina (2010: 132), menggambarkan bahwa
secara umum self-efficacy karir siswa di SMKN I Purwakarta berada pada tingkat
sedang, yang artinya siswa cukup merasa yakin atau cukup memiliki
kecenderungan untuk meyakini kemampuan dirinya dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan karir dan sebagian indikator sudah termanifestasikan sebagai
perilaku tugas perkembangan karir, baik dari dimensi level, strength, dan
generality. Pada dimensi self-efficacy karir, dimensi yang paling rendah adalah
dimensi generality, artinya siswa belum menyikapi situasi yang berbeda dengan
menuju kunci dan langkah sukses. Dengan demikian siswa memerlukan layanan
yang bersifat responsif untuk menangani hal tersebut. Tingkat self-efficacy
ternyata dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu itu berada. Self-efficacy
karir setiap individu pada masing-masing jurusan adalah berbeda-beda. Hal ini
tentunya dipengaruhi oleh lingkungan dari masing-masing jurusan.
Rata-rata siswa pada sekolah menengah atas, dan kejuruan, memiliki tingkat
self-efficacy karir yang sama, yaitu berada pada kategori sedang, dimana siswa
belum sepenuhnya meyakini kemampuan dirinya dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan karir mereka, misalnya berpandangan optimis dalam bidang
pendidikan dan pekerjaan, mengetahui minat dalam bidang pendidikan dan
pekerjaan mereka. Perlunya penanganan yang tepat terhadap self-efficacy karir,
karena keputusan pilihan karir yang diambil siswa akan menentukan masa depan
peserta didik. Untuk itu, diperlukan penelitian mengenai self-efficacy karir
sehingga peserta didik dapat mencapai tugas perkembangan karir yang mantap.
Salah satu bentuk bantuan di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan
individu seperti diuraikan diatas adalah melalui layanan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu bagian integral pendidikan yang
menyediakan bantuan bagi individu untuk dapat berkembang secara optimal,
mamahami diri, lingkungan dan dapat merencanakan masa depan. Bimbingan dan
konseling juga merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu peserta didik
memiliki kompetensi psikologis, memiliki pribadi yang aktif, kreatif, mandiri dan
berbudi luhur. Dengan demikian diharapkan dari penelitian ini diperoleh suatu
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan program bimbingan
karir.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap self-efficacy karir peserta didik
di MAN. Self-efficacy karir mempengaruhi motivasi melalui pilihan yang dibuat
dan tujuan yang disusun. Sebagai contoh peserta didik yang memiliki
Self-efficacy karir tinggi cenderung memilih cara dengan tantangan yang lebih besar.
Self-efficacy karir yang besar cenderung membutuhkan usaha yang besar pula.
Ketika self-efficacy karir untuk mencapai tujuan tinggi, peserta didik akan
berusaha lebih keras untuk berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dan akan
bertahan lebih lama ketika menghadapi kesulitan. Sebaliknya peserta didik siswa
dengan self-efficacy karir rendah akan memilih cara yang mudah, sedikit usaha
dan mudah menyerah. Kadang, siswa dengan tingkat akademik yang sama, tetapi
salah satunya memiliki self-efficacy karir yang tinggi akan menampilkan performa
yang lebih baik. Jadi jika self-efficacy karir tinggi maka tujuan yang ingin dicapai
jadi lebih tinggi, sedikit ketakutan akan gagal dan menemukam strategi baru saat
strategi lama gagal. Sebaliknya, jika self-efficacy rendah maka akan menghindari
tugas dan mudah menyerah ketika kesulitan datang. Dengan demikian remaja
perlu dibimbing untuk dapat melalui tugas perkembangan karirnya ini dengan
baik agar dapat menemukan keunikan dan kelebihan dirinya.
Self-efficacy karir diartikan sebagai suatu keyakinan tentang kemampuan
untuk mengatur dan melaksanakan sejumlah aktivitas yang diperlukan seperti
memilih kecenderungan dalam menentukan pilihan karir (jurusan/program
studi/pekerjaan) yang sesuai minat dalam mencapai tugas-tugas perkembangan
karir sehingga berhasil.
Dimensi magnitude atau level, merujuk pada dimensi yang berhubungan
dengan tingkat kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang
disusun menurut tingkat kesulitan tertentu, maka self-efficacy-nya akan jatuh pada
tugas-tugas yang mudah, sedang, dan sulit sesuai dengan batas keyakinan dan
kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan
bagi masing-masing tingkatan. Dimensi strength, merujuk pada dimensi yang
berhubungan dengan derajat kemantapan seseorang terhadap keyakinannya.
Dimensi ini biasanya berkenaan langsung dengan dimensi pertama, magnitude.
Makin tinggi taraf kesulitan tugas, maka makin lemah keyakinan tentang
kemampuan yang dirasakan untuk menyelesaikannya. Dimensi generality,
merujuk pada dimensi yang berkaitan dengan luas bidang perilaku. Seseorang
mungkin hanya terbatas pada bidang khusus, sementara orang lain dapat
menyebar meliputi berbagai bidang perilaku.
Dari pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah, diperoleh sebuah
pertanyaan dirumuskan dengan judul: “Profil Self-efficacy Karir Peserta Didik
MAN 2 Kota Bandung” (Studi Deskriptif Ke Arah Pengembangan Program
Bimbingan Karir Kelas XI Tahun Ajaran 2011/2012).
Rumusan judul diturunkan menjadi dua pertanyaan penelitian sebagai
1. Seperti apa profil self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota
Bandung Tahun Ajaran 2011/2012?
2. Seperti apa program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan
self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran
2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian secara umum bertujuan untuk memperoleh profil self-efficacy
karir dan program bimbingan karir untuk mengembangkan self-efficacy karir
peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung. Tujuan khusus diadakannya
penelitian adalah untuk mengungkap dan menganalisis data empiris mengenai :
1. Profil Self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun
Ajaran 2011/2012.
2. Program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan self-efficacy karir
peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang terkait. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di MAN 2 Kota Bandung, program
bimbingan karir yang disusun dapat dijadikan tambahan alternatif bantuan
untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik sehingga dapat
mengoptimalkan peran bimbingan dan konseling dalam membantu peserta
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai rujukan pengembangan penelitian
selanjutnya dengan mengangkat tema-tema baru dari lingkup penelitian yang
sama, sesuai dengan kondisi aktual remaja peserta didik MAN dan fokus
penelitian yang lebih luas.
3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini diharapkan
menambah wawasan baru dalam mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karir
Remaja sehingga mampu dimanfaatkan secara maksimal baik itu dari pihak
jurusan maupun mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan secara
umum.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu Bab I
mengungkapkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah,
tujuan penelitian manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II
menyajikan konsep teoretis yang terdiri atas konsep bimbingan dan konseling,
self-efficacy karir dan program bimbingan karir. Bab III menyajikan lokasi dan
populasi penelitian, metode penelitian yang meliputi penedekatan penelitian dan
metodologi penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, uji coba alat ukur, penyusunan program bimbingan karir untuk
mengembangkan self-efficacy karir peserta didik di sekolah, dan teknik analisis
data. Bab IV melaporkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Bab V
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di MAN 2 Kota Bandung yang terletak di
Jl.Cipadung No. 57 Cibiru. Alasan pemilihan lokasi yaitu belum tersedianya suatu
layanan bimbingan konseling khususnya bimbingan karir yang secara khusus
difokuskan untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik.
Penelitian dilaksanakan di MAN 2 Kota Bandung dengan menggunakan
populasi peserta didik kelas XI. Alasan digunakan data populasi karena dengan
menggunakan data populasi, bisa mendapatkan hasil penelitian yang representatif
mengenai gambaran self-efficacy karir peserta didik kelas XI di MAN 2 Kota
Bandung. Secara rinci subyek penelitian terdapat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Anggota Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah
1 XI AGAMA 23
2 XI BAHASA 36
3 XI IPA 1 35
4 XI IPA 2 33
5 XI IPA 3 28
6 XI IPS 1 38
7 XI IPS 2 32
8 XI IPS 3 37
9 XI IPS 4 34
Jumlah 296
Asumsi pemilihan peserta didik kelas XI pada jenjang MAN adalah :
1. Peserta didik pada kelas XI berada pada rentang usia 16-17 tahun dalam
2. Peserta didik pada kelas XI memiliki pengalaman belajar selama satu tahun di
kelas X, sehingga diasumsikan peserta didik sudah mengenal lingkungan
sekolah dan mampu mengidentifikasi, merencanakan karirnya. Menurut
Super & Jordaan (Dillard, 1985 : 19) memasuki tahap eksplorasi remaja
mulai aktif mencari informasi dan menambah wawasan tentang pendidikan
dan karir, memikirkan pilihan karir yang sesuai dengan minatnya untuk
selanjutnya mengkristalisasikan, menspesifikan pilihannya dan mengambil
keputusan.
3. Self-efficacy karir yaitu suatu keyakinan yang berisikan tentang kemampuan
untuk mencapai kesuksesan dalam karir, seperti memilih suatu karir, tampil
baik dalam suatu pekerjaan dan tetap bertahan dalam karirnya. Brown (2005:
43).
4. Belum adanya program bimbingan dan konseling di X MAN 2 Kota Bandung
yang memfokuskan pada self-efficacy karir peserta didik.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan
dilakukan pencatatan data dan pengolahan hasil penelitian secara nyata dalam
bentuk angka, sehingga memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan
menggunakan perhitungan-perhitungan statistik. Pendekatan kuantitatif dalam
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran self-efficacy karir pada
memiliki self-efficacy karir rendah dijadikan sampel sebagai dasar pengembangan
program bimbingan untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu suatu metode yang bertujuan untuk memperoleh jawaban tentang
permasalahan yang sedang terjadi di masa sekarang secara aktual tanpa
menghiraukan kejadian pada waktu sebelum dan sesudahnya dengan cara
mengolah, menganalisis, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian.
Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran
self-efficacy karir berdasarkan dimensi level/magnitude, strength, dan generality
dan akan merumuskan program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan
self-efficacy karir peserta didik di MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran
2011/2012 sesuai dengan karakteristik peserta didik.
D. Definisi Operasional Variabel
Self-efficacy karir dalam penelitian ini adalah keyakinan akan kemampuan
yang dimiliki peserta didik dalam mengatur dan melaksanakan sejumlah aktivitas
sesuai dengan tugas-tugas perkembangan karir sehingga berhasil.
Self-efficacy karir dalam penelitian ini mengacu pada penilaian subjektif
peserta didik kelas XI di MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran 2011/2012
terhadap keyakinan yang ditinjau dari tiga dimensi pembentuk self-efficacy karir,
yaitu:
1. Dimensi Tingkat (Level atau Magnitude) merujuk pada taraf keyakinan
tugas-tugas perkembangan karir yang ditunjukkan melalui indikator: (a)
berpandangan optimis terhadap pendidikan dan pekerjaan, (b) mengetahui
minat, baik dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, (c) mengembangkan
keterampilan karir, (d) membuat perencanaan dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang pendidikan dan pekerjaan, (e) merasa
yakin dapat melakukan/menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir.
2. Dimensi Kekuatan (Strength) merujuk pada taraf keyakinan peserta didik
terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam mengatasi masalah atau
kesulitan yang muncul akibat tugas-tugas perkembangan karir yang
ditunjukkan melalui indikator: (a) meningkatkan usaha dengan baik, dan (b)
komitmen terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang
pendidikan dan pekerjaan.
3. Dimensi Generalisasi (Generality) merujuk pada taraf keyakinan peserta didik
terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam menggeneralisasikan
tugas-tugas perkembangan karir dan pengalaman sebelumnya yang ditunjjukkan
melalui indikator: (a) menyikapi situasi yang berbeda dengan cara yang baik
dan positif, dan (b) menjadikan pengalaman hidup sebagian suatu jalan
menuju kunci dan langkah sukses.
E. Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, menggunakan data primer yang diambil dari alat ukur berupa angket atau
mencapai tujuan penelitian. Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap gambaran
self-efficacy karir yang dimiliki peserta didik, dikembangkan dari definisi
operasional variabel penelitian. Terdapat satu poin kisi instrumen yaitu
kisi-kisi instrumen untuk mengukur self-efficacy karir peserta didik yang mengacu
pada dimensi level/magnitude, strength dan generality.
2. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang
menggambarkan self-efficacy karir peserta didik MAN. Oleh karena itu,
dikembangkan instrument pengumpul data berupa skala self-efficacy karir dengan
format skala likert dengan alternativf jawaban sebagai berikut: 1) Sangat Tidak
Yakin (STY), 2) Tidak Yakin (TY), 3) Ragu-ragu (R), 4) Yakin (Y) dan 5)
Sangat Yakin (SY). Instrumen tentang self-efficacy karir peserta didik disusun
dengan menggabungkan indikator dari setiap dimensi self-efficacy dari Bandura
(1977) dengan tugas perkembangan karir John Dillard, yang juga pernah menjadi
dasar penyusunan instrument sebelumnya oleh Dina Noor Agustina (2010) dari
Jurusan Bimbingan dan Konseling dengan penerapan pada peserta didik di SMKN
1 Purwakarta. Dalam pengembangannya terdapat pada pemilihan skala, apabila
sebelumnya skala Thurstone pada penelitian ini digunakan skala Likert.
Sedangkan pengembangaan lainnya ditambahkan beberapa pernyataan yang
dimodifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik di MAN. Setiap pertanyaan
difokuskan pada kemampuan yang dirasakan oleh peserta didik terhadap dimensi
efficacy karir. Tabel berikut adalah tabel mengenai gambaran kisi-kisi
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Self-Efficacy Karir Peserta Didik (Sebelum dan Setelah Uji Coba)
No Dimensi Indikator
No. Pernyataan Sebelum Uji Coba
∑ No. Pernyataan Setelah Uji Coba
∑
1. Level (Taraf keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir)
1. Berpandangan optimis
terhadap: a. Pendidikan b. Pekerjaan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 ,11 12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,28 11 16 1,2,3,4,5,6,7,8,9,1 0,11 12,13,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23, 24,25,26, 11 14
2. Mengetahui minat, baik
dalam bidang :
a. Pendidikan b. Pekerjaan 29,30,31, 32,33,34,35,36 3 5 27, 28 29,30,31 2 3 3. Mengembangkan keterampilan karir. 37,38,39,40,41,42, 43,44,45,46,47,48, 49,50,51
15 32,33,34,35,36,37,
38,39,40,41,42,43, 44
13
4. Membuat perencanaan dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir, dalam bidang:
a. Pendidikan
b. Pekerjaan 52,53,54,55,56
57,58,59 5 3 45,46,47,48,4950, 51,52 5 3
5. Merasa yakin dapat
melakukan/ menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir
60,6162,63,64, 5 53,54,55,56,57, 5
2. Strength (Taraf keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mengatasi masalah atau kesulitan yang muncul akibat tugas-tugas perkembangan karirnya)
1. Meningkatkan usaha dengan
baik
65,66,67,68,69,70, 71,72
8 58,59,60,61,62,63,
64,65
8
2. Memiliki komitmen
terhadap pencapaian tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang:
a. Pendidikan
b. Pekerjaan 73,74,75,76,7778,7
9 5 2 66,67,68,69,70,71, 72 5 2
3. Generality (Taraf keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam
menggeneralisasikan tugas-tugas
perkembangan karir dan pengalaman
sebelumnya)
1. Menyikapi situasi yang
berbeda dengan cara yang baik dan positif
80,81,82,83 4 73,74,75,76 4
2. Menjadikan pengalaman
hidup sebagai suatu jalan menuju kunci dan langkah sukses
84,85,86,87,88,89, 90
7 77,78,79,80,81,82,
83
7
3. Penyusunan Butir Pertanyaan
Setelah kisi-kisi instrumen tersusun, langkah selanjutnya adalah menyusun
pertanyaan atau pernyataan yang merujuk pada indikator-indikator dalam kisi-kisi
dan tidak terlepas dari definisi operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat, disusun dalam bentuk angket
yang dapat mengungkap informasi yang diperlukan dari subjek penelitian guna
mencapai tujuan dari penelitian. Angket yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket tertutup (angket terstruktur) artinya angket yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa, sehingga responden diminta untuk memiliki satu
jawaban yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dengan cara memberi
tanda checklist (√).
4. Pedoman Penyekoran (Scoring)
Instrumen untuk mengukur self-efficacy karir peserta didik menggunakan
format rating scales (skala penilaian) model Likert. Penentuan skala merupakan
proses penentuan letak nilai stimulus atau respon tertentu pada suatu kontinum
psikologis. Untuk mengetahui profil self-efficacy karir, digunakan skala lima
pilihan. Lima pilihan tersebut merupakan jawaban terhadap item berbentuk
pernyataan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pengolahan data, maka
dilaksanakan penyekoran terhadap setiap butir jawaban yang diberikan pada
responden. Fungsi bilangan adalah untuk membedakan sebuah karakteristik
Menurut Subino 1987 (Hikmah H.N, 2012:54) „skor skala likert dapat
ditentukan secara apriori atau dapat pula secara aposteriori‟. Adapun teknik
penentuan skor dalam penelitian ini adalah secara apriori, yaitu skala yang berarah
positif. Alternatif pilihan jawaban beserta skor masing-masing untuk setiap
alternatif pilihan jawaban dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.3
Alternatif Pilihan Jawaban dan Skor
Alternatif Pilihan Jawaban Skor
Sangat Tidak Yakin (STY) 1
Tidak Yakin (TY) 2
Ragu-ragu (R) 3
Yakin (Y) 4
Sangat Yakin (SY) 5
Semua pernyataan yang disusun bersifat positif karena keyakinan tidak
ada yang bermakna negatif melainkan taraf atau derajat saja yang
membedakannya (terentang dari keyakinan yang paling rendah sampai dengan
yang paling tinggi).
5. Uji Coba Alat Pengumpul Data
Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan telah melalui
beberapa tahap pengujian, sebagai berikut.
a.Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen melalui penimbangan (Judgement) dalam
pengembangan alat pengumpul data bertujuan untuk mengetahui tingkat
kelayakan instrumen dari aspek kesesuian dengan landasan teoritis, kesesuaian
dengan format dilihat dari sudut bahasa baku dan subjek yang memberikan
respon. penimbangan dilakukan oleh tiga dosen ahli yakni dosen dari jurusan
Pendidikan dan Bimbingan. Penilaian oleh 3 dosen ahli dilakukan dengan
memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan
Tidak Memadai (TM), item yang diberi nilai M menyatakan bahwa item tersebut
bisa digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan
yaitu item tersebut tidak bisa digunakan atau diperlukan revisi pada item tersebut.
Item yang Memadai diberi nilai 1 dan item yang Tidak Memadai diberi nilai 0.
(Hasil Rekapitulasi Hasil Judgement pada lampiran C). Selanjutnya dilakukan
Interrater Realibility yaitu penghitungan reliabilitas antar penimbang. Perhitungan
Reliabilitas dilakukan dengan menggunakan bantuan sofware SPSS For Windows
Versi 18.0. Pengujian reliabitas instrumen dilakukan terhadap item yang dinilai
oleh penimbang sebanyak 90 butir item pada instrumen self-efficacy karir. Dengan
langkah sebagai berikut:
a) Memasukkan data yang telah dinilai oleh penimbang.
b) Melakukan uji reliabilitas dengan memilih menu Analyze > Scale >
Reliability Analysis.
c) Melakukan pengaturan pada dialog box, dengan memasukkan semua
variabel yang diuji. Caranya klik variabel yang dipilih, lalu klik tanda
(), sehingga variabel yang dipilih berpindah ke kolom items. Lalu
klik Model: Alpha.
d) Setelah pengaturan selesai kemudian pilih OK, maka muncul output
Tabel 3.4
Interrater Realibility
Cronbach's
Alpha N of Items
,643 3
Setelah koefisien reliabilitas diketahui, kemudian dikonversikan dengan
kategori reliabilitas Guilford (Priatna, 2008:16) Kategori koefisien realibilitas
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kategori Koefisien Reliabilitas Besarnya r Tingkat Reliabilitas
0,80 < r11< 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11< 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < r11< 0,60 reliabilitas sedang 0,20 < r11< 0,40 reliabilitas rendah
0,00 <r11< 0,20 realibilitas sangat rendah (tidak reliabel)
Berdasarkan tabel 3.4 interrater reliability, hasil perhitungan
memperlihatkan bahwa koefisien realibitas (konsistensi internal) instrumen
self-efficacy karir peserta didik adalah sebesar 0,643. Setelah dibandingkan dengan
tabel 3.5 maka dapat diinterprestasikan bahwa instrumen self-efficacy karir
memilki tingkat korelasi dan derajat keterandalan antar penimbang berada pada
kategori sedang untuk instrumen self-efficacy karir peserta didik, yang
menunjukkan bahwa instrumen yang dibuat bisa disebarkan.
b.Uji Keterbacaan
Langkah penelitian selanjutnya adalah melakukan uji keterbacaan
instrument yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2012. Instrumen untuk
mengukur Self-efficacy karir peserta didik di uji keterbacaan kepada sampel setara
yaitu kepada tiga orang peserta didik dari MAN 2 Kota Bandung. Setelah uji
“batasan nilai” di revisi menjadi “KKM (Kriteria Kelulusan Minimum)” sehingga
dapat dimengerti oleh peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung.
a. Uji Validitas dan Reliabillitas
1) Uji Validitas Butir Item
Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu
mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir. (Sugiyono, 2007: 187). Dalam lampiran C telah ditunjukkan skor
totalnya, yang merupakan jumlah tiap skor butir.
Dalam hal analisis item ini Masrun 1979 (Sugiyono, 2007:188)
menyatakan „teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang
merupakan teknik yang paling banyak digunakan‟. Selanjutnya dalam
memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan „item
yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang
tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula.
Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r=0,3‟.
Jadi kalau korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam
instrument tersebut dinyatakan tidak valid.
Data yang digunakan untuk mengukur validitas item, merupakan data hasil
penyebaran instrumen. Dengan kata lain, penyeberan instrumen dilaksanakan
sekaligus untuk menguji validitas item (built-in). Berdasarkan data yang
terkumpul dari 296 responden yang ditunjukkan pada lampiran C, maka terdapat
86 koefisien korelasi (jumlah butir 86). Pengolahan data dalam penelitian
dilakukan dengan menggunakan korelasi Spearman Rho Dengan langkah sebagai
berikut:
a) Memasukkan data mentah.
b) Melakukan analisis korelasi antara masing-masing variabel dengan
variabel total dengan memilih menu Analyze > Corelate > Bivariate.
c) Pada dialog box, pilih Spearman dan One-Tailed masukkan semua
variabel yang diuji (termasuk variabel total) ke kolom variables.
caranya klik variabel yang dianalisis, lalu klik tanda ( )sehingga
variabel yang dipilih berpindah ke kolom variables.
d) Setelah pengaturan selesai kemudian pilih OK, maka muncul hasil
analalisis item instrument self-efficacy karir sebagai berikut:
Tabel 3.6
Hasil Analisis Item Instrumen Self-Efficacy karir No. Butir
Item
Koefisien
Korelasi r kritis Keterangan
1 0,599** 0,30 Valid
2 0,490** 0,30 Valid
3 0,444** 0,30 Valid
4 0,550** 0,30 Valid
5 0,418** 0,30 Valid
6 0,396** 0,30 Valid
7 0,504** 0,30 Valid
8 0,472** 0,30 Valid
9 0,495** 0,30 Valid
10 0,431** 0,30 Valid
11 0,458** 0,30 Valid
12 0,516** 0,30 Valid
13 0,478** 0,30 Valid
14 0,438** 0,30 Valid
15 0,444** 0,30 Valid
16 0,583** 0,30 Valid
17 0,525** 0,30 Valid
18 0,542** 0,30 Valid
19 0,541** 0,30 Valid
20 0,557** 0,30 Valid
No. Butir Item
Koefisien
Korelasi r kritis Keterangan
22 0,446** 0,30 Valid
23 0,403** 0,30 Valid
24 0,538** 0,30 Valid
25 0,599** 0,30 Valid
26 0,286** 0,30 Tidak Valid
27 0,615** 0,30 Valid
28 0,184** 0,30 Tidak Valid
29 0,456** 0,30 Valid
30 0,373** 0,30 Valid
31 0,348** 0,30 Valid
32 0,403** 0,30 Valid
33 0,404** 0,30 Valid
34 0,484** 0,30 Valid
35 0,420** 0,30 Valid
36 0,279** 0,30 Tidak Valid
37 0,315** 0,30 Valid
38 0,465** 0,30 Valid
39 0,566** 0,30 Valid
40 0,552** 0,30 Valid
41 0,569** 0,30 Valid
42 0,525** 0,30 Valid
43 0,478** 0,30 Valid
44 0,562** 0,30 Valid
45 0,418** 0,30 Valid
46 0,508** 0,30 Valid
47 0,550** 0,30 Valid
48 0,617** 0,30 Valid
49 0,594** 0,30 Valid
50 0,532** 0,30 Valid
51 0,480** 0,30 Valid
52 0,462** 0,30 Valid
53 0,568** 0,30 Valid
54 0,533** 0,30 Valid
55 0,502** 0,30 Valid
56 0,631** 0,30 valid
57 0,552** 0,30 Valid
58 0,546** 0,30 Valid
59 0,645** 0,30 Valid
60 0,557** 0,30 Valid
61 0,485** 0,30 Valid
62 0,530** 0,30 Valid
63 0,500** 0,30 Valid
64 0,520** 0,30 Valid
65 0,576** 0,30 Valid
66 0,553** 0,30 Valid
No. Butir Item
Koefisien
Korelasi r kritis Keterangan
68 0,355** 0,30 Valid
69 0,466** 0,30 Valid
70 0,425** 0,30 Valid
71 0,576** 0,30 Valid
72 0,445** 0,30 Valid
73 0,514** 0,30 Valid
74 0,649** 0,30 Valid
75 0,548** 0,30 Valid
76 0,574** 0,30 Valid
77 0,515** 0,30 Valid
78 0 ,443** 0,30 Valid
79 0,357** 0,30 Valid
80 0,545** 0,30 Valid
81 0,536** 0,30 Valid
82 0,400** 0,30 Valid
83 0,495** 0,30 Valid
84 0,443** 0,30 Valid
85 0,491** 0,30 Valid
86 0,382** 0,30 Valid
Dari tabel 3.6, dapat dibaca bahwa korelasi antara skor butir 1 dengan skor
total=0,599 antara butir 2 dengan skor total=0,490 dan seterusnya. Korelasi yang
digunakan adalah korelasi Spearman Rho. Seperti telah dikemukakan bahwa, jika
koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih maka butir instrumen self-efficacy
karir dinyatakan valid dan jika kurang dari 0,3 maka instrumen self-efficacy karir
dinyatakan tidak valid. Dari 86 butir item pernyataan dari angket self-efficacy
karir peserta didik yang diujicobakan, diperoleh 83 butir item yang valid dan 3
butir item yang tidak valid. Butir yang mempunyai validitas tertinggi adalah
nomor butir 74 dengan koefisien korelasi 0,649 dan paling rendah adalah nomor
butir 28 dengan koefisien korelasi 0,184. Butir item 83 yang valid memiliki
tingkat kepercayaan sebesar 99% atau dapat disebutkan bahwa korelasi yang
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
signifikan pada p<0,01. Butir pernyataan yang valid sudah memenuhi syarat dan
dapat digunakan sebagai pengumpul data.
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran
dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen
ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh
subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varians skor perolehan subjek.
Metode yang digunakan dalam uji reliabilitas adalah metode Alpha. Pengujian
reliabitas instrumen dilakukan terhadap item terpakai sebanyak 83 butir item yang
valid pada angket self-efficacy karir. Dengan Cara:
a) Memasukkan data yang telah valid.
b) Melakukan uji reliabilitas dengan memilih menu Analyze > Scale >
Reliability Analysis.
c) Melakukan pengaturan pada dialog box, dengan memasukkan semua
variabel yang diuji. Caranya klik variabel yang dipilih, lalu klik tanda
(), sehingga variabel yang dipilih berpindah ke kolom items. Lalu
klik Model: Alpha.
d) Setelah pengaturan selesai kemudian pilih OK, maka muncul output
(Hasil pengujian) sebagai berikut:
TABEL 3.7
TINGKAT RELIABILITAS INSTRUMEN
SELF-EFFICACY KARIR PESERTA DIDIK
Cronbach's
Alpha N of Items
Berdasarkan pengolahan data pada tabel 3.6, hasil perhitungan
memperlihatkan bahwa dari ke-83 butir item, menunjukkan koefisien realibitas
(konsistensi internal) instrumen self-efficacy karir peserta didik adalah sebesar
0,967. Setelah dibandingkan dengan tabel 3.5 maka dapat diinterprestasikan
bahwa instrumen self-efficacy karir memilki tingkat korelasi dan derajat
keterandalan berada pada kategori sangat tinggi untuk instrumen self-efficacy
karir peserta didik, ini berarti instrument mampu menghasilkan skor-skor pada
setiap item yang relatif konsisten.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Juni 2012
dengan menyebaran alat pengumpulan data berupa angket untuk mengukur
self-efficacy karir peserta didik MAN 2 Kota Bandung dengan mengacu pada tiga
aspek yakni level/magnitude, strength, dan generality.
G. Teknik Analisis Data
1. Verifikasi Data
Verifikasi data memiliki tujuan untuk menyeleksi data yang dianggap
layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan sebagai berikut.
a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang telah terkumpul.
b. Memberikan nomor urut pada setiap instrumen untuk menghindari
kesalahan pada saat melakukan rekapitulsi data.
c. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta
yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan tabulasi data maka dilanjutkan
melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
2. Penetapan Penyekoran Instrumen
Gambaran mengenai self-efficacy karir peserta didik diperoleh dengan cara
menghitung rata-rata taraf keyakinan yang dimiliki oleh peserta didik dari hasil
jawaban angket yang disebarkan.dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Setiap butir skala sikap yang terkumpul kemudian dihitung
menggunakan cara apriori. (Lihat Tabel 3.3)
b. Menghitung skor masing-masing responden.
c. Menghitung rata-rata atau kriteria masing-masing responden
= Jumlah Skor Responden Jumlah Item
d. Mengklasifiksikan perolehan rata-rata menjadi kriteria Sangat Tidak
Yakin (STY), Tidak Sesuai (TY), Ragu-ragu (R), Yakin (Y) dan
Sangat Yakin (SY)
e. Menjumlahkan responden yang menjawab STY, TY, R, Y, SY dengan
menggunakan Microsoft Excel 2007 dengan cara mengetik pada
symbol fx =COUNTIF(range;criteria) contoh:
=COUNTIF(CL5:CL300; “Sangat Tidak Yakin”)
f. Menghitung presentase dari setiap kriteria (STY, TY, R, Y, SY)
contoh: menghitung persentase dari kriteria STY
= Jumlah Responden yang menjawab STY x 100% Jumlah keseluruhan Responden
Pada penelitian dirumuskan dua pertanyaan penelitian. Secara beruntun,
masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut:
a. Pertanyaan penelitian pertama mengenai gambaran umum self-efficacy
karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung diperoleh dengan
menggunakan persentase dari jawaban peserta didik tentang
self-efficacy peserta didik yang dilakukan dengan cara menjumlahkan
jawaban setiap peserta didik kemudian mencari rata-rata untuk
memberikan makna diagnostik terhadap skor. Langkah ini dilakukan
untuk memberikan kriteria self-efficacy karir peserta didik dengan
kriteria Sangat Tidak Yakin (STY), Tidak Yakin (TY), Ragu-ragu (R),
Yakin (Y), Sangat Yakin (SY).
b. Pertanyaan penelitian yang kedua secara umum dirumuskan dalam
hipotesis “bagaimana rumusan program bimbingan karir untuk
mengembangkan self-efficacy karir peserta didik kelas XI di MAN 2
Bandung Tahun Ajaran 2011/2012?”. Adapun langkah-langkah yang
ditempuh dalam merumuskan program, di antaranya ialah:
1) mengkaji konsep pengembangan program bimbingan dan konseling,
2) mengkaji hasil penelitian mengenai gambaran umum self-efficacy karir
peserta didik sebagai bahan awal analisis kebutuhan,
3) menganalisis kebutuhan program bimbingan karir untuk
mengembangkan self-efficacy karir peserta didik berdasarkan hasil
4) mengkaji pendekatan dan strategi bimbingan dan konseling dalam
menerapkan program yang dirancang,
5) mengkaji dokumen yang dianggap relevan untuk mengembangkan
pedoman pelaksanaan program,
6) merancang program hipotetik bimbingan karir untuk mengembangkan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut.
1. Self Efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota Bandung Tahun Ajaran
2011/2012 berada pada kriteria Yakin, artinya peserta didik memiliki keyakinan
akan kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam mengatur dan melaksanakan
sejumlah aktivitas sesuai dengan tugas-tugas perkembangan karir sehingga
berhasil. Self Efficacy karir dimensi level/magnitude, strength dan generality. Hal
ini termanifestasikan yakin pada pencapaian indikator berpandangan optimis
terhadap pendidikan dan pekerjaan, mengetahui minat, baik dalam bidang
pendidikan dan pekerjaan, mengembangkan keterampilan karir, membuat
perencanaan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang
pendidikan dan pekerjaan, merasa yakin dapat melakukan/menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan karir, meningkatkan usaha dengan baik, komitmen terhadap
pencapaian tugas-tugas perkembangan karir dalam bidang pendidikan dan
pekerjaan, menyikapi situasi yang berbeda dengan cara yang baik dan positif, dan
menjadikan pengalaman hidup sebagian suatu jalan menuju kunci dan langkah
sukses.
komponen-komponen seperti rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen
layanan, rencana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan
layanan, evaluasi. Secara keseluruhan setiap aspek dan indikator self-efficacy
karir peserta didik menjadi landasan pengembangan program yang diberikan
melalui layanan dasar bimbingan diberikan kepada seluruh peserta didik yang
memiliki kriteria Sangat Tidak Yakin (STY), Tidak Yakin (TY), Ragu-ragu(R),
Yakin (Y) dan Sangat Yakin (SY); layanan responsif diberikan kepada peserta
didik yang dirasakan sangat mendesak yang memiliki kriteria STY, TY dan R;
layanan perencanaan individual diberikan kepada peserta didik yang
membutuhkan perencanaan pada diri peserta didik STY, TY dan R; dan dukungan
sistem diberikan kepada seluruh peserta didik melalui kolaborasi antara guru
bimbingan konseling dengan guru mata pelajaran, wali kelas, maupun pembina
ekstrakurikuler.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat menerapkan program bimbingan karir
untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik kelas XI MAN 2 Kota
Bandung tahun ajaran 2011/2012 sebagai bagian dari program bimbingan dan
konseling di sekolah. Konselor mensosialisasikannya kepada guru pembimbing lain
ataupun personil sekolah lain sehingga dimungkinkan adanya bentuk kerjasama dan
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Pelaksanaan penelitian ini masih terbatas, baik dari segi metode atau
pendekatan, penggunaan instrument, waktu penyebaran instrumen. Untuk
memperoleh temuan yang baru, upaya yang dapat dilakukan peneliti selanjutnya
antara lain sebagai berikut:
a. Salah satu tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui profil elf-efficacy karir
peserta didik yang diungkap melalui instrumen efficacy karir. Instrumen
self-efficacy karir yang dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk angket.
Instrumen self-efficacy karir ini melalui langkah uji validasi terhadap pakar dan
praktisi self-efficacy karir dan hasilnya masih terdapat item pernyataan yang tidak
valid. Maka selanjutnya perlu adanya penyempurnaan intrumen baik dari langkah
ataupun item pernyataan yang dibuat.
b. Keterbatasan dari penelitian ini yaitu populasi karena hanya satu jenjang yaitu
kelas XI, karena masih kurangnya kemampuan peneliti dalam menggunakan
populasi lebih besar lagi.
c. Penggunaan jenis instrumen dengan menggunakan angket peserta didik
melakukan self-evaluation mengisi kuisioner sendiri dan adanya kecenderungan
untuk menetapkan standar yang tinggi atau menjawab yang ideal menurut
responden. Dengan demikian perlu adanya penelitian lanjutan dengan
d. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan
angket sehingga hasil penelitian hanya terbatas pada hal yang tercantum dalam
angket. Jika peneliti menemukan hal yang menarik maka penelitian akan sulit
memperdalam data. Dengan demikian perlu adanya penelitian lanjutan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif.
e. Waktu pengisian angket dilakukan pada waktu yang tepat. Disarankan waktu
pengisian angket tidak pada saat peserta didik jam sebelum istirahat dan sebelum
pulang sekolah.
f. Berdasarkan profil self-efficacy karir dibuat program bimbingan karir untuk
mengembangkan self-efficacy karir secara hipotetik. Dengan demikian perlu
adanya penelitian lanjutan dengan cara penimbangan program oleh pakar dan
praktisi serta diuji cobakan kepada peserta didik.
3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
Pihak jurusan Psikologi dan Bimbingan diharapkan dapat mengembangkan
lebih lanjut mata kuliah praktikum bimbingan karir yang difokuskan pada
DAFTAR PUSTAKA
Anneahira. (2011). Kiat-kiat Orang Sukses. [Online]. Tersedia dalam: http://www.anneahira.com/kiat-kiat-orang-sukses.htm [Juni 2012]
Agustina, D. N. (2010). Profil Self-efficacy Karir Siswa SMK Kelas X. Skripsi. Bandung: FIP UPI Bandung.
Bandura. A. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, 84 (2), 191-215. [Online]. Tersedia: http://www.des.emory.edu/mfp/Bandura1977PR.pdf.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. New York: W. H. Freeman and Co. [See chapter 6, “Cognitive Functioning.”].
Bandura, A. (2006). Guide for Constructing Self Efficacy Scales. Information Age Publishing.
Crites. John O.(1969). Vocational Psychology. New York: McGraw-Hill Book Company
Betz, N. E., & Hackett, G. (1983). The relationship between mathematics self-efficacy expectations to the selection of science- based college majors. Journal of Vocational Behavior.
Betz, N. E. & Hackett. G. (2006). Self-Efficacy Theory: Back to the Future.
Journal of Career Assessment. [Online]. Tersedia di:
http://jca.sagepub.com/content/14/1/3
Clark, R. E. (1999). The CaNE (Commitment and Necessary Effort) model of work motivation: A two-stage process of goal commitment and mental effort. In J. Lowyck (Ed.), Trends in corporate training. Leuven, Belgium: University of Leuven Press.
Clark, R. E., & Estes, F. (2002).Turning research into results: A guide to selecting the right performance solution. Atlanta, GA: The CEP Press. [See chapter 5, “Motivation Gaps: Belief Is (Almost) Everything.”].
Dillard.J.M (1985). Life Long Career Planing. Obier, Charles E. Meril Publishing Co.
Kartadinata, S dkk. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kartadinata, S dkk. (1999). Petunjuk Penggunaan Instrumen Tugas Perkembangan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Khalid, A. (2005). Pengembangan Program Layanan Informasi Karier di Sekolah Menengah Kejuruan Berdasarkan Kebutuhan Siswa terhadap Informasi Karier. Skripsi. Bandung: PPB FIP UPI Bandung.
Lent, R. W., & Hackett, G. (1987). Career self-efficacy: Empirical status and future directions. Journal of Vocational Behavior
Makmun, A. S. (2003). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem pengajaran Modul. Bandung: Rosda.
Mardiah, H. (2010). Profil Self-efficacy Karir Peserta Didik SMPN 1 Bandung. Skripsi. Bandung: FIP UPI Bandung.
Mustaqim, R. (2010). Hubungan antara Kemandirian dengan Self-Eficacy Pada Mahasiswa: Studi Deskriptif-Analitik terhadap Mahasiswa UPI Angkatan 2008. Skripsi. Bandung: Psikologi FIP UPI Bandung.
Nugroho, O. A. 2007. Hubungan antara self efficacy, Penyesuaian Diri dengan, Prestasi Akademik Mahasiswa. Guidance and Counseling Dept. Madiun:
Widya Mandala University. [online]
Tersedia:http://www.telaga.org/transkrip.php%3Fmengendalikan_emosi_a nak_hiperaktif
Nurihsan, J. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: Refika Aditama.
Nurjanah, W. (2010). Profil Self_efficacy Karir Peserta Didik SMA Negeri 1 Lembang. Skripsi. Bandung: FIP UPI Bandung.
Patel, S.G. (2005). Career Self-Efficacy Of Venomese Adolescenes : The Role Of Individual, Mycrosystem, Exosystem And MacrosystemVariabel, Thesis. College Park : University Of Maryland.
Pervin, L (1984) Personality Fourth edition. New York John wiley & Sons.Inc
Psychemate.(2007). Self efficacy. [Online] Tersedia http:// Psychemate.Blogspot.com (4 Oktober 2009).
Santrock, J.W. (2007). Remaja Jilid 1. Edisi 11. Jakarta Erlangga.
Santrock, J.W. (2007). Remaja Jilid 2. Edisi 11. Jakarta Erlangga.
Setiadi, R. (2007) Efikasi Diri dan Kinerja Guru Serta Hasil Belajar Literasi Siswa. Makalah (Online). Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/ [07 April 2011]
Sharf, R.S.(1992). Applying Career Development Theory to Counseling. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Sudrajat, D (2008). Program Pengembangan Self Efficacy bagi Konselor di SMA Negeri Se-Bandung Raya. Tesispada program Studi Bimbingan dan Konseling PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman,U. (2007). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani Production.
Suherman, U. & Sudrajat, D (1998). Evaluasi dan Pengembangan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Edisi II. Bandung. FIP IKIP. Bandung.
Supriatna, M. (2009). Layanan Bimbingan Karir di sekolah Menengah. Bandung :Depdiknas UPI.
Susiati, E. (2008). Hubungan Self Efficacy dengan Kematangan Karir pada Siswa Kelas X SMAN 8 Bandung.Tesis. Bandung: FIP UPI Bandung.
Tarsidi, D. (2007). Teori Perkembangan Karir. Artikel.[Online].Tersediadi :
http://D-TARSIDI.BLOGSPOT.COM/200/100/10/TEORI-PERKEMBANGAN-KARIR.HTML
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Universitas Pendidikan Indonesia. 20011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Depdiknas UPI.
Wulansari, R. (2001). Goal Orientantion, Self-efficacy dan Prestasi Belajar pada Siswa Peserta dan Non Peserta Program Pengajaran Intensif di Sekolah.Tesis. [Online]. Tersedia di: http://psychemete.com/2007/12/self-efficacy/html.
Widyastuti. (2010). Pengaruh Pembelajaran Model-Eliciting Activities terhadap kemampuan Representasi Self-Efficacy. Tesis: SPS Pendidikan Matematik UPI Bandung
Yusuf, S & Nurihsan, J. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya
Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja rosdakarya.