• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil wawancara dengan perwakilan divisi personalia dari Dewan Kesenian Surabaya melalui Ari, yang dilakukan pada tanggal 16 September a. Sudah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hasil wawancara dengan perwakilan divisi personalia dari Dewan Kesenian Surabaya melalui Ari, yang dilakukan pada tanggal 16 September a. Sudah"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Hasil wawancara dengan perwakilan divisi personalia dari Dewan Kesenian Surabaya melalui Ari, yang dilakukan pada tanggal 16 September 2007.

a. Sudah pernah ke Festival Film apa saja?

- Slingshort, JAFF, Konfiden, FFI 2006, Jiffest, S13fest (Sulastifest), dan festival-festival kampus seperti INFUS, FAN.

b. Apa yang membedakan Festival Film yang satu dengan Festival Film yang lain?

- Perbedaannya biasanya pada pemutaran jenis film dan format acara, misalnya pada Jiffest festival ini sudah bertaraf internasional, sehingga banyak film dari luar, film-film tamunya termasuk asian screening. Pada festival Slingshort yang ditanyangkan kebanyakan kompetisi film seasia tenggara. Pada festival konviden mulai tahun 2006 merupakan festival pertama kali di Indonesia dan mulai ada kompetisi film pendek, festival konviden merupakan komunitas penyelenggara FFII. Konviden tahun kemarin bertemakan keanekaragaman budaya.

c. Ada aspek lain yang mempengaruhi citra festival film di tiap kota?

- Menurut saya, masalah tempat juga berpengaruh, Jakarta merupakan kota besar banyak artis atau sutradara yang ikut meramaikan. Seperti jiffest kemarin diadakan di Taman Ismail Marzuki dekat pusat kota sehingga banyak yang datang. Yang kedua adalah kultur budaya juga merupakan salah satu aspek yang penting, seperti Jaff kemarin di Jogya dikarenakan orang Jogya erat hubungannya satu sama lain, sehingga publikasi yang dijalankan oleh Jaff berjalan dengan lancar, malah aktor sekelas Deddy Miswar datang meramaikan, dan tukang becak pun sampai tau kalau ada Jaff

d. Kira-kira perbedaan S13fest dengan Festival Film lainnya apa?

- Mungkin masalah teknis seperti program acara, tempat yang kurang memadai itu dikarenakan karena jumlah personel yang sedikit dan dana tidak mencukupi sehingga kurang tertata, tidak seperti Festival Film yang lain.

(9)

e. Sebagai perbandingan berapa orang yang datang ke Festival Film tersebut?

- Konfiden selama 7 hari dihadiri kira-kira 4000 orang, sedangkan S13fest kemarin selama 3 hari hanya 700 orang itupun hanya dari komunitas- komunitas saja.

f. Kalau dari masyarakat surabaya sendiri kira-kira bagaimana tanggapannya?

- Kalau masyarakat surabaya masih kurang mengenal apa itu festival, S13fest saja jarang yang tahu.

g. Menurut anda bagaimana publikasi dari S13fest kemarin?

- Publikasi masih kurang kuat.

h. Kira-kira kurang kuat yang bagaimana?

- Kalau masalah poster publikasi memiliki kemungkinan 50%-50%, kalau poster bagus diambil orang dan kadang-kadang ditutupi oleh poster rokok yang lebih besar. Dan penyebarannya hanya di kampus-kampus dan kantor kebudayaan jadi kurang merata, dan dari website juga kurang mengena karena orang film jarang buka internet.

i. Jadi kira-kira lebih baik bagaimana?

- Promosi lebih ditingkatkan, dibuat program-program pra festival seperti pemutaran film di balai pemuda serta dibuat pemberitahuannya seperti dimana dan kapan. Dan dibuat lagi promosi yang menarik perhatian orang.

j. S13fest ke depan bagaimana biar lebih baik?

- Pembenahan program, publikasi ditingkatkan, setidaknya pengenalan S13fest sebelum festival diadakan. Karena Resfest dari Singapura siap membantu S13fest karena mereka sudah bersosialisasi dengan festival film Indonesia melalui konfiden kemarin, festival yang mereka adakan berbeda dengan indonesia, sebagian besar Resfest berkutat pada video klip dan video art. Jadi mungkin anak-anak muda mungkin lebih senang dengan hal-hal seperti itu. Semoga S13fest 2009 jadi lebih baik.

(10)

Hasil wawancara dengan salah satu juri dari S13ffest 2007 Bpk Erandaru, yang juga merupakan pengajar di Universitas Kristen petra yang dilakukan pada tanggal 18 September 2007.

a. Bagaimana pendapat bapak tentang film-film yang masuk ke S13ffest kemarin?

- Secara garis besar sudah cukup bagus untuk ditonton, namun dikatakan untuk standar sebuah festival masih kurang.

b. Bagaimana tentang festivalnya?

- Kurang tahu, karena kemarin tidak pergi ke S13ffest. Tahu ada S13ffest saja waktu diajak menjadi juri dari S13ffest.

c. Bukannya sudah ada promosi dari S13ffest melalui poster?

- Sebelumnya tidak tahu kalau ada poster S13ffest, namun waktu penjurian di tempat sempat melihat poster festival tersebut.

d. Menurut bapak apakah dengan poster tersebut dapat menarik perhatian dari masyarakat untuk datang ke festival S13ffest?

- Dari segi visual sebenarnya poster tersebut sudah cukup menarik.

Namun mungkin penempatannya yang kurang merata sehingga banyak orang yang tidak tahu, dan dalam poster tersebut kurang terlihat bahwa program festival tersebut diadakan di surabaya. Kesan Surabayanya kurang.

e. Setelah melihat poster tersebut ada minat untuk pergi ke festival tersebut?

- Sebenarnya kurang suka pergi ke tempat seperti itu, Bila dalam festival- festival tersebut tidak ada sesuatu yang membuat saya tertarik untuk pergi ke sana maka malas pergi ke sana.

f. Apa yang biasanya bisa membuat bapak untuk datang ke suatu festival?

- Saya adalah tipe orang yang berkutat dalam dunia saya sendiri.

Kebetulan saya suka barang-barang elektronik, jadi jika itu festival komputer maka biasanya datang. Saya akan datang bila ada kontribusi yang saya dapatkan.

(11)

g. Apa dengan pemberian souvenir/merchandise dalam festival tersebut bisa mempengaruhi masyarakat termasuk bapak untuk datang ke festival tersebut?

- Mungkin bisa jadi menarik, namun akan lebih menarik kalau mendapat merchandise dari suatu event yang sudah punya nama besar. Misalnya bila ditawari merchandise dari film-film hollywood seperti film spiderman maka orang akan lebih tertarik dengan pernak-perniknya.

Tapi mungkin orang tertarik dengan benda-benda untuk souvenir yang belum mereka lihat.

h. Jadi apa kira-kira yang harus dilakukan untuk memajukan festival S13ffest 2009 nanti?

- Mungkin promosi harus tiap-tiap kampus merata, karena mahasiswa merupakan salah satu target audience mereka. Buat acara yang benar- benar beda, sehingga benar-benar eksklusif S13ffest. Dan juga poster promosi harus mencerminkan surabaya, karena poster kemarin meskipun menarik namun kurang mencerminkan S13ffest itu di surabaya.

(12)

Hasil wawancara dengan Novita mahasiswa Universitas Airlangga dan ketua dari S13ffest 2007 yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2007 dan 19 September 2007.

a. Pertama-tama bagaimana pertama kalinya terbentuk S13ffest?

- Kami INFIS adalah sebuah komunitas yang merupakan pendistribusi dari film-film indie yang ada di Indonesia ke surabaya. Setelah kami datang ke banyak festival di Indonesia, kami ingin menyelenggarakan festival film yang sejenis di surabaya karena mengingat jarangnya ada festival seperti itu di surabaya.

b. Apa visi & misi dari INFIS untuk membuat S13ffest?

- Visi : Film pendek di Surabaya menjadi gegap gempita dan muncul ke permukaan dan dikenal masyarakat Surabaya dan Indonesia.

Misi : Menarik praktisi-praktisi datang ke Surabaya bukan hanya di kota-kota besar saja.

c. Perbandingan S13ffest tahun ini dan Sulastifest 2 tahun lalu bagaimana?

- Secara garis besar S13ffest sudah mengalami kemajuan daripada Sulastifest 2 tahun lalu. Entry dari pengirim film sudah mengalami peningkatan. Promosi sudah diperbaharaui menjadi lebih baik, susunan acara lebih tersusun meskipun masih agak kacau. Secara umum sudah lebih baik.

d. Bagaimana dengan antusias dari masyarakat tentang S13ffest?

- Kalau terus terang masyarakat masih tidak tahu apa itu S13ffest. Hanya komunitas-komunitas perfilman saja yang tahu kalau ada S13ffest, itupun dari mulut ke mulut. Mungkin media promosinya masih kurang mengena dan kurang menarik perhatian masyarakat.

e. Bagaimana perbandingan dengan festival-festival lain yang sejenis seperti Jiffest, JAFF?

- Kalau dengan festival-festival seperti mereka S13ffest masih kalah jauh, karena mereka sudah memiliki nama besar sehingga acara mereka mungkin sudah memenuhi target dan tidak memerlukan promosi yang

(13)

gencar, atau mungkin sebaliknya ada festival yang mengeluarkan promosi sebesar-besarnya sehingga banyak yang datang.

f. Berarti apa kendala yang ditemui S13ffest?

- Yang pertama adalah dana karena dari pemerintah sendiri kurang mendukung, dan semua dana S13ffest kurang lebih dari kas S13ffest sendiri. Yang kedua adalah masalah tenaga, hampir semua panitia S13ffest berasal dari INFIS sehingga minim sekali karena setiap anggota INFIS pasti masih punya kegiatan sendiri-sendiri.

g. Dalam pemasangan promosi S13ffest kemarin ada masalah?

- Karena kekurangan tenaga maka pemasangan poster promosi tidak bisa merata, hanya terfokus pada beberapa kampus tempat para anggota INFIS kuliah saja dan juga hanya pada gedung dewan kesenian surabaya. Jadi masyarakat hampir tidak tahu apa itu S13ffest.

h. Jadi bagaimana gambaran untuk S13ffest kedepan?

- Masyarakat tahu dan kenal apa itu S13ffest dan semoga juga bisa datang sekaligus berkompetisi dalam S13ffest dan tidak terpaku pada komunitas saja.

(14)

Profil Target Audience yang diwawancara

No Nama L/P Umr Alamat Asal sekolah

1 Yuanita S P 22 Swk Timur I/115 UKP

2 Anton L 21 Sby UKP

3 Eko L 22 Sby Unesa

4 Adrianka L 23 Sby UKP

5 M Eva P 17 SWK SMK 8

Hasil wawancara dengan target audience sebagai berikut : 1. Suka nonton film? Jenis film apa?

- Yuanita : suka, film Indonesia, drama

- Anton : so pasti, semua terutama drama, biografi, thriller, action, musical

- Eko : suka, sosial dokumenter, karena mengangkat citra Indonesia - Anka : suka, komedi, film lucu

- M Eva : suka, film drama, komedi, serian

2. Lebih suka mana, film Indonesia atau film luar ? kenapa?

- Yuanita : film Indonesia, karena ngga usah mbaca teks, ceritanya juga dekat dengan kehidupan sehari-hari.

- Anton : dua-duanya tergantung mutu, jalan cerita, dan script - Eko : Film Indonesia, karena sesuai realita

- Anka : suka film Indonesia, karena sudah merasakan kalau membuat film susah apalagi yang lucu. Tapi ngga suka film horor soalnya gampang bikinnya.

- M Eva : film Indonesia, karena ngga baca teks 3. Apa yang membuat kamu tertarik dari suatu film?

- Yuanita : poster film, artis yang main, dari gosip

- Anton : visualisasi, bagaimana sebuah cerita bisa jadi menarik ditonton.

- Eko : alur cerita, local content, nasionalisme - Anka : film yang story telling, film yang berbobot - M Eva : poster, pemain

(15)

FILM INDIE

4. Pernah tau tentang film indie ngga?

- Yuanita : pernah - Anton : tau - Eko : Tau - Anka : tau - M Eva : ngga 5. Liat dimana?

- Yuanita : di camp jurusan, anak-anak kertas - Anton : festival

- Eko : Film punya tosan, di VCD - Anka : DVD kompilasi

- M Eva : - 6. Suka ngga?

- Yuanita : biasa

- Anton : suka beberapa, idenya lebih gila - Eko : suka

- Anka : suka - M Eva : -

7. Tertarik sama apanya? Pengen ngga buat/ ikut terlibat dalam pembuatannya?

- Yuanita : ceritanya, ngga

- Anton : ide cerita, pengen banget

- Eko : teknik dan ceritanya, iya sekarang sudah terlibat.

- Anka : tertarik sama ceritanya, sudah membuat.

- M Eva : - ngga tertarik FESTIVAL FILM

8. Pernah tau adanya festival film ngga?

- Yuanita : ngga - Anton : tau - Eko : pernah

(16)

- Anka : pernah.

- M Eva : ngga

9. Pernah datang ke festival film ngga?

- Yuanita : ngga - Anton : iya - Eko : pernah, FSS - Anka : belum pernah.

- M Eva : ngga

10. Kalau ngga pernah datang kira-kira tertarik ngga? Apa yang diharapkan?

- Yuanita : iya, film-filmnya bagus-bagus - Anton : -

- Eko : -

- Anka : tertarik, cerita filmnya harus lebih berbobot.

- M Eva : iya, film yang bagus, suasana yang meiah 11. Kalau iya, apa isinya?

- Yuanita : -

- Anton : pemutaran film - Eko : hanya screening film - Anka : -

- M Eva :-

12. Apa yang paling menarik dari suatu festival?

- Yuanita : -

- Anton : film-filmnya

- Eko : update perkembangan film baru, kumpul-kumpul bareng - Anka : update film terbaru.

- M Eva : -

13. Apa yang membuat kamu datang ke sana?

- Yuanita : - - Anton : liat film

- Eko : diajak, diberitau temen

- Anka : diajak teman, sinopsis majalah tentang film-film tersebut.

(17)

- M Eva : -

14. Bagaimana menurutmu tentang festival tersebut?

- Yuanita : -

- Anton : sangat menarik

- Eko : membosankan, kurang menarik - Anka : -

- M Eva : -

TENTANG MEDIA

15. Apa yang biasanya menarik kamu untuk datang ke sebuah acara?

- Yuanita : billboard, ajakan temen - Anton : pendukung acaranya - Eko : diberitau temen

- Anka : diberitahu teman, sinopsis majalah.

- M Eva : acaranya yang menghibur yang cocok sama anak muda

16. Seberapa sering kamu mendengarkan radio? Kapan? (Pagi sebelum berangkat skul/kul?Siang?Malam?) (dalam 1 minggu)

- Yuanita : jarang, female radio, siang - Anton : tiap pagi, dj fm

- Eko : jarang, pagi hari, hardrock - Anka : jarang, di mobil, hardrock - M Eva : lumayan sering, siang, dj fm

17. Biasa liat poster/pengumuman di skul/ tempat kul ngga? Seberapa sering? Tertarik ngga setelah melihat suatu posternya?

- Yuanita : iya, jarang

- Anton : iya, tiap kali, tergantung posternya - Eko : jarang, tertarik kalau bagus

- Anka : sering, kalau ada poster bagus.

- M Eva : ya, jarang, kalau ada pengumuman baru

18. Poster apa yang biasanya menarik kamu pada saat kamu lewat?

- Yuanita : yang bagus, full colour

(18)

- Anton : yang berani, yang kontrovesial, tapi berkonsep - Eko : yang bagus sama yang jelek

- Anka : yang menarik yang bila kita ikut, kita dapat sesuatu dari acara tersebut

- M Eva : yang bagus secara visual maupun kata-katanya untuk menarik perhatian

19. Suka baca koran? Majalah? Tabloid? Apa saja? Seberapa sering? (dalam 1 minggu)

- Yuanita : iya, koran jawa pos bagian film bioskop, tabloid nyata, sering setiap kali penerbitan

- Anton : koran, majalah tiap kali terbit - Eko : Suka majalah concept

- Anka : suka majalah cinemags, behind the screen - M Eva : suka majalah cosmo girl, tabloid nyata

20. Kalau waktu istirahat, sukanya nongkrong dimana? Berapa lama?

Ngapain?

- Yuanita : kantin

- Anton : cafe, ngobrol, dengerin musik, paling ngga 1minggu sekali - Eko : Warung kopi, mikir bareng-bareng tentang film

- Anka : selasar universitas.

- M Eva : kantin, selama jam istirahat.

21. Kalau malam atau malam minggu sering nongkrong dimana? Ngapain aja? Sama siapa?

- Yuanita : mall

- Anton : gym, work out, sendirian

- Eko : Jarang nongkrong malam, biasanya warung kopi sama anak komunitas

- Anka : warung gerobak

- M Eva : mall, rumah temen, nonton, makan, jalan-jalan 22. Seberapa sering nonton bioskop?

- Yuanita : sering, kalau ada film Indonesia yang menarik

(19)

- Anton : minim sebulan sekali - Eko : Jarang hampir tidak pernah - Anka : 1 minggu sekali

- M Eva : lumayan sering 1 bulan 3 kali 23. Sering ke toko CD? Dimana?

- Yuanita : ya sering, tapi jarang beli - Anton : 1 minggu sekali, ptc, disc tara - Eko : Ga pernah, biasanya rental film

- Anka : ngga ke toko CD, sering pinjem teman.

- M Eva : lumayan sering, di tp, disc tara

24. Seberapa sering ngenet? Ngapain aja ? situs apa?

- Yuanita : sering, 1 minggu sekali, friendster, yahoo - Anton : iya, tiap hari, ngecek email, chatting, friendster - Eko : Sering, tutorial software

- Anka : sering, yahoo, planet film - M Eva : iya, sering, 1minggu 2 kali

25. Suka barang gratisan? Apa? (Pin / bolpoin/ pembatas buku/ poster film/

foto artis?)

- Yuanita : ya, poster artis

- Anton : suka banget, gimmicks, kartu pos, poster gratisan - Eko : Suka, katalog

- Anka : ya, kaos

- M Eva : ya, pin, poster film, cd gratis.

(20)

August 15, 2007

PRESS RELEASE : HELLO;FEST VOL.4 PRESS RELEASE

HELLO;FEST VOL.4

DARI KARYANYA HINGGA PENONTONNYA UNIK DAN INSPIRATIF!

Hello;Fest, sebuah ajang motion picture arts pertama di Indonesia yang mencampur adukan karya video music, film pendek, animasi 2d, animasi 3d, stop motion, video art hingga karya absurd dalam satu festival ini akan merayakan momen klimaksnya pada tanggal 25 Agustus 2007 di Gedung BPPT 2, Jl. M.H Thamrin No.8 Jakarta.

22 karya menarik dan inspiratif ciptaan kreator Indonesia yang sudah diseleksi dari 120 lebih partisipan, akan berkompetisi di hadapan penonton lebih dari 1500 orang melalui sistem pencoblosan layaknya pemilu. "Kami ingin mencoba membuat festival film yang fun, bukan sekedar festival film untuk kapasitas 50 - 100 orang saja, seperti misbar lah" ujar penggagas Hello;Fest yang biasa dipanggil Waditya ini. Para finalis yang terpilih akan menyajikan tontonan yang unik, mulai dari animasi dengan bahan kancing baju, film pendek menggunakan camera handphone hingga video klip menggunakan buah - buahan. "Ngakak, sedih sampai terharu bisa kita dapatkan di festival ini" ujar Dimas, salah satu kurator Hello;Fest.

Beberapa penghargaan menarik akan diberikan bagi kreator terpilih, mulai dari fasilitas editing di post production terkenal hingga tiket pesawat dan akomodasi untuk mengikuti pameran audio visual di Singapura yang

disupport oleh CAMS Solutions. "Kami juga terbuka kepada pihak lain yang ingin memberikan penghargaan bagi kreator Indonesia seperti yang sudah kami terima antara lain Miles Award dari Mira Lesmana dan Kuldesak Award dari Kuldesak Network."

Sembari menunggu acara inti yaitu pemutaran para finalis, Hello;Fest juga mengadakan acara tambahan yaitu Pasar Hello;Fest dan Hello;Fest Cosplay Show Off. Di dalam pasar nanti kami akan memutar karya para partisipan Hello;Fest, pameran mainan dan action figure yang berhubungan dengan film atau tv hingga eksibisi cosplay. "Tahun - tahun sebelumnya hanya kreator yang bisa ekspresif melalui tayangan karyanya, kali ini Hello;Fest juga ingin mengajak penonton walaupun tidak semua, untuk berekpresi melalui pakaiannya (cosplay)." Tidak disangka, antusiasme partisipan cosplayer mencapai 70 lebih pendaftar. Cosplayer yang terlibat sangat bervariasi, mulai kostum karakter animasi jepang, amerika hingga ciptaan sendiri! "Biasanya penonton nonton film, di Hello;Fest penonton juga bisa nonton penonton lain" canda salah satu panitia Hello;Fest.

(21)

“Kami berharap yang hadir di sini tidak hanya menonton saja tapi bisa lebih dari itu, mulai mendapat inspirasi baru, inovasi baru, koneksi baru dan ilmu baru untuk membuat karya baru!” ujar Waditya menutup perbincangan ini.

Jadi batalkan semua acara, karena Hello;Fest Volume 4 telah datang!!!!

Hello;Fest Motion Picture Arts Festival Vol.4 Ceremony 2007 Sabtu, 25 Agustus 2007

Gedung BPPT 2, Jl. MH. Thamrin No.8 Jakarta (Sebelah Gedung Jaya) Eksibisi & Cosplay Show Off : 3 sore - selesai

Pemutaran 22 Finalis : 6 sore - selesai Gratis Masuk!

info lebih lanjut :

email : hellofest@gmail.com phone : 021 837 919 52 hp : 08111 494 300

GELIAT KARYA ANAK BANGSA DI HELLO;FEST VOLUME 3 - Press Release 150 karya dari berbagai kota di Indonesia sudah terkumpul di redaksi Hello;Fest. Dari stop motion

dengan media woodcut, crayon, montage, sampai special effect yang canggih akan unjuk kebolehan di festival yang rencananya diadakan tanggal 20 Mei 2006. Ada apa

saja di Hello;Fest Volume 3 kali ini?

Dibandingkan tahun lalu, karya Hello;Fest tahun ini lebih beragam secara teknik dan genre, penonton dijamin akan mendapat inspirasi baru dan terhibur , begitu ujar Wahyu Aditya, direktur Hello;Fest. Bila di Hello;Fest Volume 2 ditampilkan 35 karya finalis, maka festival kali ini memilih 38 karya untuk di tampilkan di Gedung Sapta Pesona. Pemutaran karya finalis akan dilakukan dalam 3 sesi dimana pemenang dipilih melalui voting penonton dengan sistem pencoblosan seperti

pemilu. Itulah salah satu keunikan festival yang mengkompetisikan berbagai jenis karya seni gambar bergerak ini. Dari live shoot, 2D animation, 3D animation, stop motion, motion graphic, music clip, documentary, video art hingga experimental, semua ditampilkan di Hello;Fest dengan hadiah total sekitar 60 juta rupiah dalam bentuk fasilitas produksi.

Kini Hello;Fest Volume 3 menampilkan Flu Chit-Chit, burung kecil berwarna merah sebagai maskotnya. Flu Chit-Chit dijadikan lambang dari kondisi perfilman Indonesia saat ini yang monoton dan plagiat. Jika hal tersebut didiamkan terlalu lama, pasti akan terjadi

stagnasi yang bisa berakibat keterpurukan industri perfilman Indonesia.

Sama halnya seperti flu burung, virus ini akan mematikan umat manusia jika tidak dicegah sejak dini. Nah Hello;Fest, lewat karya-karya pesertanya

(22)

berharap dapat menjadi salah satu obat

alternatif dari pencegahan stagnasi tersebut.Diantara 38 karya yang menjadi finalis, lebih dari 65% adalah karya animasi. Eksplorasi peserta memang habis-habisan dan kreatif, ada yang menggunakan media pensil warna, woodcut, crayon, clay, hingga montage.

Peserta juga lebih berani bereksperimen dengan gabungan shooting dan animasi, pernah anda bayangkan azan magrib dijadikan animasi stop motion, ungkap salah seorang panitia menjelaskan liarnya karya finalis.

Namun sayangnya kebanyakan karya peserta masing didominasi oleh kota kota besar di wilayah pulau Jawa. Harapan kami dengan diadakannya festival ini secara konsisten dapat menciptakan semangat dan gairah kepada kreator - kreator lain untuk berkarya terutama di daerah selain Jawa biar tidak Jawa centris ujar panitia lain.

Selain pemutaran karya kreator lokal, Hello;Fest juga mengundang beberapa karya inspiratif dari mancanegara. Tahun ini ada film dari Korea dan Jerman yang akan menjadi bintang tamu. Yang menarik, karya dari Jerman

sebelumnya didaftarkan sebagai peserta. Seperti disampaikan oleh Waditya, Hello;Fest hanya bersifat nasional tapi ternyata ada beberapa kreator luar negeri yang mendengar gaungnya melalui internet sehingga ikutan untuk mendaftar, namun karya

inspiratif ini akhirnya jadi bintang tamu. Animasi yang berjudul "X" ini terinspirasi oleh cerita

pendek karya Stanislan Lem dan bercerita tentang space travel adventure.

Selain itu ada karya berjudul Tree Robo karya Moon Sang Kim pembuat film layar lebar animasi termahal di Korea 'Wonderful Day'. Film berdurasi 14 menit ini memang breathaking dan mempunyai pesan yang

dalam. Tree Robo berhasil memenangkan Grand Prix pada Bradford Animation Festival, festival animasi terbesar di Inggris dan Golden Prize di Singapore International Animation Festival.

Dengan persiapan yang cukup mepet, dan biaya yang minim, Tim

Hello;Fest masih tetap semangat untuk terus mengapresiasikan karya - karya manusia Indonesia.

Karya buatan Indonesia itu sebetulnya canggih dan dasyat cuma kurang ada wadahnya untuk apresiasi, setidaknya kita kontribusi membuat wadahnya ujar ketua Hello;Fest yang memiliki visi festival ini sebagai suntikan vitamin dan darah segar untuk perkembangan Motion Picture Arts di Indonesia. Kini tinggal industri dan penontonnya, mau menerima suntikan ini atau tidak?

(23)

Untuk informasi lebih lanjut hubungi Arief

HP : 08170706782

E : arief@hellomotion.com

Untuk snapshot karya dan wawancara 38 finalis dapat dilihat di http://hellofest.multiply.com

HELLO;FEST MOTION PICTURE ARTS FESTIVAL Persembahan dari

Yayasan Animasi & Sinema Muda Indonesia (YASMI) Jl. Tebet Raya 45 C , Jakarta 12820

P/F: 021 837 919 52

E: info@hellomotion.com / hellomotion@yahoo.com W: http://www.hellomotion.com

"Bebas sebebas bebasnya" , Kompas 2005

"Tontonan Menarik dari dunia ide" , Tempo 2005

ABOUT HELLO;FEST

Suasana Hello;Fest Ceremony Vol.3.

Mengapresiasikan kreator, menginspirasikan penonton.

Hello;Fest

Festival Motion Picture Arts pertama di Indonesia. Diselenggarakan sepanjang 1 tahun dengan puncak acara Hello;Fest Ceremony yang diadakan bulan agustus (tanggal tentative).

Hello;Fest adalah acara tahunan dari Yayasan Animasi & Sinema Muda Indonesia dengan salah satu tujuannya mengapresiasikan kreator dan menginspirasikan penonton di Indonesia (hingga dunia) melalui karya motion picture arts.

Untuk peningkatan pendidikan budaya Motion Picture Arts dibagi menjadi 3 program yaitu Hello;Fest Roadshow, Hello;Fest Tour dan Hello;Fest Ceremony. Untuk sisi komersialnya sementara ini dibagi menjadi 2 program yaitu Hello;Fest Screen dan Hello;Fest CCP.

(24)

VISI

Mengapresiasikan kreator dan menginspirasikan penonton di Indonesia hingga seluruh dunia

MISI

Menjadi festival motion picture arts terbesar di Indonesia

Menjadi pusat database motion picture arts terbesar di Indonesia

Sebagai pilihan pertama untuk tolak ukur perkembangan industri, inovasi terbaru dan trend kedepan tentang motion picture arts di Indonesia

Menjadikan Hello;Fest sebagai bagian penting gerakan pembaharuan industri audio visual di masyarakat Indonesia

Roadshow di Universitas Nasional Jakarta SEJARAH

Didirikan pada tanggal 10 Oktober 2004 oleh Wahyu Aditya, pendiri Hello;Motion School of Animation & Cinema. Berawal dari acara apresiasi, kompetisi sekaligus wisuda untuk siswa Hello;Motion School. Namun konsep menjadi berubah di tengah jalan akibat banyaknya karya kreator diluar Hello;Motion yang ingin terlibat. Sehingga di Hello;Fest Vol.1 komposisi quota 50% untuk murid Hello;Motion, dan 50% untuk kreator luar. Seiringnya waktu, komposisi quota tersebut menjadi hilang dan kini Hello;Fest telah bersifat sebagai wadah apresiasi serta kompetisi tingkat nasional.

TUJUAN

Mengapresiasikan karya kreator

Menyajikan tontonan alternatif namun menghibur dan memberi inspirasi kepada penonton

Sebagai tolak ukur untuk inovasi dan perkembangan dunia motion picture arts

Meningkatkan kualitas hidup kreator

Menstimulasi kreator untuk selalu berinovasi dalam menciptakan dan mengembangkan karya - karya terbarunya

Memperbesar networking antara sesama kreator dan semua profesi yang terlibat dalam industri motion picture arts

(25)

SEGMENTASI Umur : 18 - 40 Tahun

Gender : Pria 60% Wanita 40%

Golongan : A - B Profesi :

Pelajar SMP, SMA dan Mahasiswa

Profesional di bidang industri audio visual (advertising agency, producer, director, script writer, cameraman, animator, graphic designer, creative director, editor, dsb)

Movie Lovers

SYARAT MATERI YANG DAPAT MASUK minimal memiliki 1 unsur dari 3 yang disebutkan

Inspiratif

Inovatif

Menghibur

Berdurasi maksimal 10 menit untuk kategori kompetisi http://hellofest.blogspot.com/2007/01/tentang-hellofest.html

HELLO;FEST CEREMONY

Puncak perayaan Hello;Fest yang dilakukan dalam 1 hari ( Jam 4 sore hingga 11 malam ) dan dibagi menjadi beberapa susunan acara sebagai berikut :

GATHERING & EXHIBITION

Dilakukan sebelum dan setelah acara pemutaran dan pengumuman

pemenang. Di sini penonton dan kreator dapat melebur menjadi satu untuk saling berinteraksi secara personal. Pengunjung juga dapat menyaksikan beberapa display dan eksibisi menarik khas Hello;Fest mulai dari karya

"behind the screen" kreator, pameran karakter design, demonstrasi pembuatan animasi hingga konser mini.

Setiap penonton diberi kertas pencoblosan untuk memilih pemenang.

OPENING PRESENTATION

Direktur mempresentasikan perkembangan gerakan motion picture arts di Indonesia dan apa saja yang sudah dilakukan Hello;Fest. Sebuah kegiatan laporan pertanggung jawaban kepada publik namun dengan kemasan visual yang menarik.

PEMUTARAN FINALIS

Terdiri dari 20 - 35 karya finalis hasil pilihan dari dewan juri khas Hello;Fest. Jumlah tersebut disesuaikan dengan durasi penayangan yang memang hanya 2 jam saja. Melalui sistem quota minimum penonton 1500

(26)

orang, masing -masing penonton wajib memilih karya favoritnya dengan sistem pencoblosan seperti pemilu. Pemutaran dibagi menjadi 3 sesi (agar mata tidak terlalu letih) diselingi dengan doorprice serta tanya jawab dari penonton.

PEMUTARAN KARYA TAMU

Sambil menunggu panitia yang sibuk menghitung jumlah voting dengan sistem manual, penonton diajak untuk melihat karya tamu sebagai pembanding. Karya tamu tersebut dapat berupa karya pemenang festival bergengsi dari luar negeri maupun karya pemenang Hello;Fest sebelumnya.

PENGUMUMAN PEMENANG & PENYERAHAN HADIAH Penghargaan terdiri dari 4 pemenang terfavorit hasil pilihan penonton (Hello;Fest Award) serta penghargaan dari inisiatif sponsor ( misalnya Nokia Best Animation, dll). Penonton dan kreator dapat melihat jumlah pemilih setelah acara usai di bagian ruangan eksibisi. Melalui metode ini kami berharap kreator dapat mengambil kesimpulan tentang karya - karya seperti apa saja yang diminati oleh penonton, begitu juga sebaliknya.

http://www.godote.com/read.php?rw_id=21&rw_cat=reads

(27)

JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2006

Berangkat dari pemikiran bahwa Yogyakarta sebagai kota yang memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan kualitas dunia perfilman Indonesia, juga dengan begitu banyaknya dukungan dari pihak akademisi dan juga praktisi perfilman ternama Indonesia yang kami terima, serta hasil refleksi dari kondisi masyarakat yang akhir-akhir ini sering dilanda oleh berbagai krisis berkepanjangan dalam segala aspek kehidupan, maka mendasari kami untuk mencetuskan sebuah ide dan pemikiran untuk kembali membangun kesadaran masyarakat yang semakin tererosi semangatnya oleh krisis yang ada ini melalui sebuah perhelatan dalam bidang perfilman. Dunia perfilman kami yakini mampu berperan sebagai salah satu kekuatan yang dapat menjadi sarana untuk mendorong munculnya perubahan dalam masyarakat.

Momentum peringatan Ulang Tahun Kota Yogyakarta yang ke-250 tahun, menjadikan perhelatan perfilman ini menjadi salah satu rangkaian acara yang diharapkan bisa membangkitkan kembali semangat masyarakat Yogyakarta khususnya untuk kembali bangkit setelah diterpa krisis, terutama akibat bencana gempa bumi yang menerpa wilayah ini pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu.

Kami keluarga besar Perfilman Yogyakarta ingin menyumbangkan salah satu karya terbesar sebagai bentuk pengabdian kami kepada Yogyakarta melalui acara Festival Perfilman terbesar dan pertama di kota Yogyakarta yaitu JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL (JAFF 2006), yang akan diikuti oleh lebih dari 20 negara-negara Asia, serta melombakan puluhan judul film dari seluruh Asia. Tujuannya jelas untuk membawa nama harum Yogyakartake dunia internasional.

Selain semangat untuk membangun kembali masyarakat dan membangkitkan kembali gairah perfilman Indonesia khususnya di Jogjakarta, semangat yang juga menjadi dasar dan tujuan kami adalah membuat sebuah perhelatan akbar yang berfungsi sebagai wadah untuk berkompetisi sekaligus bersilaturahmi dan mengembangkan serta mendorong banyaknya sineas-sineas muda berbakat yang ada di

(28)

Indonesia untuk terus berkarya dan menghasilkan film-film bermutu yang patut dibanggakan serta tidak kalah dengan karya sineas negeri asing.

Adapun tema yang diusung dalam perhelatan akbar kali ini adalah Cinema In the Midst of Crisis.

JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL (JAFF 2006) sebagai Event Internasional akan mendatangkan juri-juri Internasional yang telah mempunyai nama besar di Asia dan dunia, dipastikan akan menjadi perhelatan akbar Internasional pertama dalam dunia perfilman Yogyakarta.

Festival ini diharapkan akan menjadi cikal bakal besarnya festival ini dunia, serta pendorong munculnya nama sineas-sineas muda Indonesia yang berasal dari berbagai latar belakang baik orang-orang yang bergerak dalam produksi film Independen, serta orang yang bergerak di bidang akademis perfilman dan lainnya.

Jogja-Netpac Asian Film Festival

1. Kompetisi Film Asia

Pemutaran Film-film dari Asia(20 judul Film) :

Pemutaran Film-film dari Indonesia(5 judul film)

Pemutaran Film-film pendek (20 judul film)

2. Sidebars Event







Seminar

Seminar “Cinema In The Midst of Crisis”

Seminar “Sinema IndonesiaKeluar Dari Kemelut Krisis”







Workshop

Workshop film untuk korban gempa Workshop untuk filmmaker







Pemutaran Film Luar Ruangan Kabupaten Bantul

Benteng Vredeburg



Pemutaran Film Untuk Anak-anak

(29)

3. Special Event



Mural Cinema

Pembuatan lukisan pada tembok dengan mengangkat tema Film-film Asia







Festival Café







Festival Shop



Independent Film Corner

Ruang khusus bagi pembuat film independen yang akan memutar film hasil karyanya kepada penonton.







Cinema Music Corner

Panggung musik selama festival berlangsung memainkan musik- musik soundtrack film







Launching Buku - Film of Vietnam - Sinema Politika

Pelaksanaan:

Waktu : 5-12 Agustus 2006 Tempat : Benteng Vredenburg

Bioskop 21 Plaza Ambarukmo

http://jaff2006.jogja.com/?Y0wgNCBWRCAvLy9sM3kzYnQzXS9SbUZ3MHNkOTc

%3D=

(30)

YAYASAN MASYARAKAT MANDIRI FILM INDONESIA (YMMFI)

Yayasan Masyarakat Mandiri Film Indonesia adalah sebuah lembaga nirlaba yang didirikan di Jakarta pada awal tahun 1999 ini oleh beberapa praktisi muda industri film Indonesia dan individu-individu & JIFFest (Jakarta International Film Festival) dari berbagai latar belakang yang peduli terhadap masa depan perfilman nasional. Dari awal

pembentukannya Yayasan ini dimaksudkan untuk :

Ikut terlibat aktif dalam upaya-upaya mewujudkan industri film Indonesia yang sehat. Ikut serta dalam upaya-upaya pengenalan dan pemahaman film sebagai bentuk ekspresi kesenian. Ikut serta dalam upaya mensosialisasikan film sebagai media komunikasi yang

demokratis dalam kehidupan multikultur Indonesia. Ikut serta dalam upaya-upaya mengumpulkan, memelihara dan mempublikasikan berbagai data dan dokumentasi perfilman.

Menyelenggarakan kegiatan Jakarta International Film Festival (JIFFest) secara berkala. Kualitas festival dari tahun ke tahun akan menjadi perhatian khusus dalam rangka meningkatkan kredibilitas festival serta kemungkinan pengembangan festival menjadi bersifat kompetitif dan tercatat dalam agenda festival film internasional yang berwibawa.

Mengadakan serangkaian kegiatan pendidikan atau pelatihan, workshop atau seminar dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia pendukung industri film Indonesia. Menjadi fasilitator dalam upaya- upaya memperkenalkan film-film Indonesia di mancanegara melalui kegiatan festival maupun eksebisi. Melakukan berbagai kajian ataupun penelitian tentang perkembangan film Indonesia dalam perspektif multidisiplin. Secara bertahap mewujudkan Pusat Informasi Film Indonesia yang akan mempublikasikan informasi perfilman dalam bentuk media cetak maupun elektronik. Dalam menjalankan

kegiatannya; Yayasan ini sangat independen serta terbuka terhadap kemungkinan kerjasama dengan banyak pihak (baik institusi

pemerintah, swasta ataupun perorangan) selama memiliki kesamaan tujuan serta memegang teguh prinsip kesetaraan ataupun kemitraan sebagai landasan utama kerjasama tersebut.

Yayasan membuka kesempatan untuk partisipasi dan kontribusi dari lembaga pemerintah dan swasta serta pribadi dalam prinsip kesetaraan.

http://www.jiffest.org/index.cfm?fuseaction=jiffest.about&ver=Indonesia

Laporan Pelaksanaan JiFFest 2006

Edisi ke-8 Jakarta International Film Festival berlangsung pada tanggal 8-17 Desember 2006. JiFFest kali ini tercatat telah menarik 63,000 penonton yang merupakan kenaikan hampir 50% dari 47,000 penonton di tahun sebelumnya.

Lokasi pemutaran utama JiFFest terkonsentrasi di area Jakarta Pusat.

Tiga teater yang digunakan adalah:

(31)

 Djakarta Theatre XXI (1 studio berkapasitas 420 kursi dan 2 studio berkapasitas 220 kursi)

 EX Studio XXI (1 studio berkapasitas 284 kursi, 1 studio berkapasitas 166 kursi dan 2 studio berkapasitas 150 kursi)

 Kineforum, Taman Ismail Marzuki (1 studio berkapasitas 139 kursi)

Festival film EU yang juga bergabung dengan JiFFest menggunakan:

 Goethe Institut (301 kursi),

 Istituto Italiano di Cultura (100 kursi)

 Erasmus Huis (350 kursi)

Salah satu target JiFFest pada 2006 ini adalah untuk melanjutkan misi mempromosikan genre dokumenter dengan membuat satu seksi khusus untuk film dokumenter pada program tahun ini. Semua film dokumenter diputar gratis untuk publik.

Salah satu target lainnya pada JiFFest kali ini adalah untuk mempromosikan film Indonesia. Sudah waktunya untuk festival ini menonjolkan film Indonesia dengan maksimal. Keuntungan yang didapat oleh masyarakat film di Indonesia dari kompetisi ini antara lain adalah dengan terbukanya kesempatan bagi film mereka untuk ditonton oleh para pembeli film dari mancanegara. Selain itu JiFFest menyediakan 5,000 USD untuk masing-masing pemenang penghargaan Film Terbaik dan Sutradara Terbaik.

Tujuan terkini JiFFest adalah untuk memperluas target penonton dan menciptakan atmosfir festival. Keputusan untuk menyelenggarakan pemutaran di Djakarta Theater XXI dan EX Studio XXI ternyata merupakan cara strategis untuk mencapai target ini. Dengan melaksanakan akitivitas (pemutaran film, pameran foto, dan film musik dalam konser) di mal, JiFFest telah berhasil untuk memperkenalkan keberadaan JiFFest pada kelompok komunitas yang berbeda dari para penonton JiFFest biasanya.

Selain itu, tingkat jumlah sebesar 81% pada pemutaran regular dan 73% pada pemutaran gratis, merupakan porsi terbesar yang diisi oleh penonton muda JiFFest yang bersemangat. Para kawula muda sesungguhnya memang target penonton JiFFest, karena masa depan ada di tangan para anak muda.

Festival dibuka oleh film peraih Golden Palm di Cannes Festival 2006,

‘babel’ yang disutradarai oleh Alejandro Gonzalez Innaritu, yang juga meraih penghargaan Sutradara Terbaik, Prize of the Ecumenical Jury and Technical Grand Prize di festival yang sama; dan ditutup dengan

‘Black Book’ yang tiketnya terjual habis, sebuah film produksi Netherland disutradari oleh Paul Verhoeven.

10 Film yang paling banyak ditonton adalah:

1. Babel 1050 penonton

2. Little Miss Sunshine 988 penonton 3. After The Wedding 955 penonton

(32)

4. Kinky Boots 931 penonton 5. Breaking and Entering 912 penonton 6. Match Point 905 penonton 7. Volver 704 penonton 8. Maria Antoinette 704 penonton 9. Water 688 penonton 10. Russian Dolls 661 penonton

Seperti pada tahun sebelumnya, JiFFest kembali bekerjasama dengan European Union untuk mempersembahkan EU Film Festival dalam programming JiFFest. 33 film dari 17 negara anggota EU menerima sambutan hangat dari penonton yang menikmati setiap pemutarannya yang diselenggarakan tanpa pungutan biaya masuk.

JiFFest Script Development Workshops and Competition Workshops

JiFFest menyelenggarakan tiga workshop dengan elemen kompetisi.

Para peserta pada workshop ini sebelumnya telah diseleksi oleh tim yang terdiri dari praktisi film profesional. Peserta yang terpilih berkompetisi untuk memenangkan hadiah yang berjumlah total 20,000 Euro, yang akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk memproduksi atau menyelesaikan naskah yang diajukannya. Workshop dilaksanakan untuk para peserta terpilih tanpa pungutan biaya. JiFFest menanggung biaya perjalanan dan penginapan untuk para peserta yang datang dari luar Jakarta.

•Documentary Film Script Development

Dua pemenang menerima uang tunai sebesar EUR 2, 500. Untuk pemenang dengan naskah dokumenter pendek, hadiah akan dipergunakan untuk biaya produksi filmnya. Sementara untuk pemenang naskah dokumenter panjang, hadiah akan digunakan untuk penyelesaian naskahnya. Para pemenang adalah:

Yuli Andari Merdikaningtyas – Crescent Moon Over the Sea (dokumenter pendek)

Iwan Setiawan – The Shadow Government (dokumenter panjang)

Hadiah dipersembahkan oleh Jan Vrijman Fund, International Documentary Film Festival, Amsterdam.

Tutor workshop adalah pembuat film dokumenter, Leonard Retel Helmrich (sutradara dan sinematografer).

• Short Fiction Film Script Development

Karena keterbatasan peserta yang lolos seleksi, tahun ini hadiah hanya diserahkan pada satu orang pemenang. Pemenang mendapatkan uang tunai sebesar Rp. 50.000.000,- untuk digunakan sebagai biaya produksi.

Pemenang adalah:

Eric Bachtiar – Love on the Road

Hadiah dipersembahkan oleh Yayasan Putra Jethmal.

(33)

Tutor workshop adalah Frank Peijnenburg dan Marina Blok.

• Feature Film Script Development

Dua pemenang menerima hadiah uang tunai sebesar 5.000 Euro, yang akan digunakan untuk biaya penyelesaian naskah. Mereka adalah:

Salman Aristo – Swimmer & Daughter

Edward Gunawan & Lucky Kuswandi – Miss Indonesia Special Mention: Ayu Sulistyowati – Me & Bram

Hadiah dipersembahkan oleh Hubert Bals Fund, International Film Festival, Rotterdam.

Tutor workshop adalah Tom Abrams (penulis naskah dan profesor pada University of South Carolina).

Kompetisi Film Cerita Panjang JiFFest

Pada kompetisi ini, JiFFest menyediakan penghargaan dalam bentuk uang sebesar 5,000 USD untuk masing-masing peraih penghargaan Film Indonesia Terbaik dan Sutradara Indonesia Terbaik. Tim juri, yang terdiri dari seorang distributor film Amerika Utara, seorang Programmer Festival Film Jepang dan Direktur European Film Fund, menonton seleksi 16 film panjang Indonesia. Mereka puas dengan keseluruhan kualitas teknis pada film-film tersebut meskipun selalu ada ruang untuk pengembangan, terutama pada masalah efisiensi penceritaan dan penggunaan bahasa gambar dalam rangka mendorong potensi internasional yang ada pada film.

Hasil yang disepakati adalah:

1. Untuk keunikan subjek dan pendekatan komersial yang menantang dengan potensi internasional, juri memilih Denias, Senandung Di Atas Awan oleh sutradara John De Rantau sebagai Film Indonesia Terbaik .

2. Juri menganugerahkan penghargaan Sutradara Indonesia Terbaik kepada Rudy Soedjarwo, sutradara produktif yang menggunakan bahasa gambar dan tata kamera yang imajinatif untuk menyampaikan ceritanya.

3. Untuk nilai artistik yang mengagumkan pada metafora dan penceritaan visual yang spektakuler, juri juga memberikan Penghargaan Khusus pada Opera Jawa yang disutradarai Garin Nugroho.

Anngota dewan juri adalah:

 Andre Bennett, distributor CINE FILE, Kanada.

 Sozo Teruoka, pengarah program Tokyo IFF, Jepang.

 Jan Vandierendonck, Dierktur EURIMAGES – Dewan Eropa untuk Belgia.

JiFFest Human Rights Film Competition

Selain Kompetisi Film Cerita Panjang Indonesia, JiFFest ke-8 juga mempersembahkan 13 film pada seksi Human Rights Film. Diisi oleh

(34)

film cerita dan dokumenter, 10 dari film di seksi ini dikompetisikan.

Dengan dukungan dari Movies That Matter Foundation yang mempromosikan perayaan universal Declaration of Human Rights dengan mempertunjukkan dan mempromosikan sinema-sinema berkualitas bertemakan Hak Asasi Manusia. Film terbaik pada seksi ini mendapat penghargaan berupa uang tunai sebesar 5,000 Euro – yang akan digunakan untuk mendistribusikan film tersebut di Indonesia.

Merupakan sebuah sorotan utama pada sepanjang festival ketika juri menganugerahkan penghargaan ini pada A Hero's Journey. Mereka menilai film ini lebih dari sekedar film dan merupakan salah satu bagian sejarah; film ini membawa tema universal yang menceritakan tentang keberanian untuk berhadapan dengan sejarah dan kekuatan dari pengampunan dan rekonsiliasi.

Anggota dewan juri adalah:

 Maria Hartiningsih, wartawan KOMPAS.

 Robby Muller, sinematografer kenamaan dunia asal Netherland.

 David Robinson, kritikus film dan ahli era film bisu serta era Charlie Chaplin dari UK.

Fringe Events

Sebagai tambahan dari pemutaran film dan workshop, JiFFest juga memprogram variasi luas dari aktivitas lainnya:

1. Behind The Scene Photo Exhibition

Pameran Foto JiFFest kali ini bertajuk “Stars Through the Eyes of

‘Russel Wong’ and Behind the Scene of Indonesian Films 2006”.

Mempersembahkan karya-karya pilihan dari Rusell Wong dan fotografer Indonesia hasil kurasi Erik Prasetya yang mencoba menterjemahkan apa yang terjadi di balik layar produksi film-film Indonesia terkini.

2. JiFFest Film Music in Concert,

JiFFest tetap melanjutkan tradisinya dalam mengapresiasi film klasik dengan memberikan sentuhan modern dalam merasakan pengalaman menonton film di masa lalu melalui seri “Film Music in Concert”. Saksikan film-film bisu ternama dari Charlie Chaplin mengalir dalam musik gubahan musisi ternama Dwiki Dharmawan, Jaya Suprana dan Thoersi Argeswara. Untuk kawula muda, kami juga menampilkan DJ Hogi yang akan memadukan musiknya untuk mengiringi film-film pendek terbaik Chaplin.

Willem Breuker Band dari Netherlands juga hadir membawakan aransemen musiknya yang mengiringi film Faust karya F.W.

Murnau.

(35)

Senin, 31 Juli 2006

Festival Film Internasional Jakarta/ JiFFest ke-7 telah berlangsung dari tanggal 9- 18 Desember 2005. Karena film- film dokumenter telah berkembang dengan pesat dalam lingkup dan popularitas dalam beberapa tahun terakhir ini, maka untuk pertama kalinya, tahun ini JiFFest membuat bagian khusus untuk film dokumenter. Untuk merayakan bagian khusus tersebut, semua film dokumenter diputar secara gratis.

JiFFest yang ke-7 dibuka dengan pemutaran film pemenang beberapa penghargaan dari Perancis/ Moroko, 'LeGrand Voyage' oleh sutradara Ismael Ferroukhi. Sedangkan JiFFest ditutup dengan pemutaran film yang terjual habis 'The Downfall', sebuah produksi Jerman dari sutradara Oliver Hirschbiegel.

Di tahun ke-7 ini, JiFFest telah berhasil menarik perhatian 47,000 penonton, jumlah tertinggi sampai saat ini. (hampir peningkatan sebesar 80% dari jumlah sebelumnya, 26,282)

Tahun ini, JiFFest juga kembali ke Taman Ismail Marzuki. 7 (tujuh) teater dari 10 (sepuluh) teater yang dipergunakan JiFFest tahun ini berada di Taman Ismail Marzuki. Tempat tersebut adalah: Graha Bakti Budaya (700 kursi), TIM 21 (4 studio dengan masing- masing 139 kursi), Teater Kecil (220 kursi), dan Galeri Cipta 3 untuk workshop (120 kursi). Sedangkan JiFFest juga menggunakan Djakarta Theater (1 studio dengan 462 kursi dan 2 studio dengan 238 kursi), Goethe Institut (270 kursi), Instituto Italiano di Cultura (100 kursi) dan Erasmuis Huis (350 kursi). Keputusan untuk mempergunakan Djakarta Theater sebagai tempat pemutaran ternyata berbuah sukses karena telah memperluas target audience JiFFest. Pada saat yang sama, konsentrasi teater- teater di Taman Ismail Marzuki tetap menghasilkan festival dan atmosfir sinema yang sangat menyenangkan.

Kami ingin menekankan bahwa JiFFest tak akan ada tanpa dukungan besar dari partner- partner setia kami seperti HIVOS, Ford Foundation, Erasmus Huis, Goethe Institut, British Council, Instituto Italiano di Cultura, Japan Foundation dan kedutaan besar- kedutaan besar lainnya.

Tahun ini, untuk pertama kalinya, Pemerintah DKI Jakarta mendukung JiFFest dengan dana untuk mempromosikan Jakarta sebagai sebuah Kota Kebudayaan. Sedangkan Putra Jethmal Foundation - sebuah yayasan baru yang dapat menyediakan dana kepada para pembuat film di Indonesia- telah memberikan dukungan yang berarti. Tetapi dukungan yang setia dari donatur luar negeri dan dukungan yang besar dari partner- partner media kami telah membantu JiFFest menjadi bentuk yang ideal dan mendapatkan liputan media yang lebih besar.

(36)

10 film dengan penonton terbanyak adalah:

1. Le Grand Voyage 2173 penonton 2. Beautiful Boxer 1053 penonton 3. Taegukgi 1025 penonton 4. Dear Frankie 912 penonton 5. Motorcycle Diaries 803 penonton 6, The Constant Gardener 758 penonton 7. Spring, Summer, Fall, Winter.. And Spring Again 743 penonton 8. Shouf Shouf Habibi! 730 penonton 9. 2046 690 penonton 10. It's All Gone Pete Tong 640 penonton

Formulir pendaftaran dan persyaratan yang tidak lengkap tidak akan diproses.

Bagi pendaftar yang tidak terpilih menjadi peserta namun tertarik untuk mengikuti workshop, dapat mendaftar sebagai pengamat.

Seluruh materi pendaftaran harus diterima paling lambat 10 Oktober 2007, 20.00 WIB.

JakartaInternational Film Festival (JiFFest) Jl. Sutan Syahrir 1 C/ blok 3-4 Jakarta 1035 Telp. (021)31925113/115

Fax. (021)31925360

http://www.jiffest.org

(37)

24 Juli 2007 - 19:32

Film Indie Berjaya di Cannes

Sebuah graphic movie mengenai aborsi ilegal memenangkan penghargaan Palm d’Or pada gelaran ke 60 festival film Cannes. Film yang berjudul “4 Months, 3 Weeks, and 2 Days”

ini adalah karya seorang sutradara realis asal Romania, Cristian Mungiu. Mungiu mengatakan bahwa ia hampir saja tidak jadi membuat film ini karena kehabisan ide dan dana.

Penghargaan ini adalah penghargaan paling bergengsi yang kedua setelah Best Picture Oscar. Film ini berhasil

mengalahkan 21 kompetitor lainnya, termasuk sutradara internasional papan atas seperti Quentin Tarantino dan Wong Kar-wai.

Mungiu bukanlah seorang film maker yang besar. Ia sendiri bahkan tidak percaya kalau dirinya lah yang berhak atas

penghargaan besar tersebut. ”Kira-kira setahun yang lalu, kami tidak memiliki ide tentang proyek ini. Enam bulan yang lalu, kami mempunyai ide, namun tidak mempunyai dana untuk menggarap film ini. Dan akhirnya kami memiliki keduanya dan berharap bisa tampil dalam Cannes,” kata Mungiu.

Filmnya sendiri mengambil setting di sebuah kota kecil di

Romania di masa komunisme. Pada masa itu, perbuatan aborsi dihukum dengan berat. Film ini menampilkan seluruh prosedur hukuman yang dijatuhkan pada seorang terpidana aborsi.

Seorang mahasiswi yang sedang kebingungan ingin

menuntaskan kehamilannya yang disebabkan oleh kecelakaan.

Ia kemudian melakukan aborsi tanpa mempedulikan hukuman yang akan ia terima. Namun sebenarnya mahasiswi tersebut adalah korban. Salah satu korban dari eksploitasi seks yang dilakukan oleh sang aborsionis.

Prestasi Mungiu tersebut merupakan bukti bahwa indie

bukanlah sembarangan. Indie bukan asal-asalan. Karya indie yang orisinil pantas dipandang kualitasnya. [rad]

http://www.lalightsindiefest.com/film.php?newsID=396

(38)

19 Juli 2007 - 19:30

Yang Dilakukan oleh Sinematografer

Yang awam dalam dunia moviemaking mungkin pernah bertanya-tanya. Apa sih tugas sinematografer. Kalau tugas fotografer membuat foto, berarti tugas sinematografer membuat sinema donk. Tapi bukannya yang membuat film itu adalah sutradara?

Sinematografer merupakan gabungan dari dua kata yaitu sinema dan fotografer. Sinematografer tidak sama dengan sutradara. Sutradara selalu mempunyai ide mengenai bagaimana sebuah adegan ditampilkan. Sinematografer lah yang bisa membuatnya terjadi. Seorang sinematografer memiliki keahlian tinggi dalam teknik dan artistik penggunaan kamera. Ia bisa menciptakan sebuah atmosfir yang tampak dalam hasil rekaman kamera.

Dalam bekerja, sinematografer harus selalu melihat adegan melalui kamera dan memastikan kualitas gambar adegan tersebut sesuai dengan kemauan sutradara. Dalam hal ini sinematografer mempunyai hak untuk mengatur pencahayaan.

Sinematografer juga berhak memilih lensa dan filter mana yang digunakan untuk menciptakan atmosfir yang diinginkan.

Seorang sinematografer yang berpengalaman sering kali berperan juga sebagai second unit director yang bertanggung jawab untuk mengambil gambar background utama. Banyak film-film besar yang bisa menjadi besar karena karya sang sinematografer. Contohnya adalah film garapan Orson Welle yaitu Citizen Kane. Sinematografer Greg Toland menciptakan sebuah gerakan kamera yang belum pernah terpikir

sebelumnya dalam seluruh film yang pernah dibuat dalam sejarah perfilman.

Menjadi seorang sinematografer butuh latihan teknik kamera dan video equipment selama bertahun-tahun. [rad]

http://www.lalightsindiefest.com/film.php?newsID=395

(39)

14 Juni 2007 - 14:46

Sepuluh Alasan: Otodidak atau Sekolah Film #1

Sebuah pertanyaan yang banyak dilayangkan oleh para

filmmaker pemula adalah: haruskah saya masuk sekolah film?

Mungkin beberapa poin berikut bisa jadi bahan pertimbangan.

1. Filmmaker favorit loe, tidak masuk sekolah film. Steven Soderbergh, Robert Rodriguez, Quentin Tarantino, Spike Jonze... mereka tidak pernah mengikuti sekolah film, dan mereka masih bisa terkenal. Mungkin ada beberapa seperti Lucas, Scorcese, dan Coppola yang lulusan sekolah film.

Namun dengan ditemukannya digital video semua jadi lebih mudah sekarang.

2. Dulu di era film celuloid, film lebih sulit di-shoot dan di edit.

Itulah mengapa dibutuhkan pendidikan intensif untuk mempelajari hal ini. Namun kini, film yang tayang di teater sudah banyak menggunakan media yang sama dengan yang kita tonton di rumah, yaitu digital video, semua kesulitan film celuloid dipangkas habis.

3. Bayangkan jika loe memiliki sejumlah besar uang untuk budget sebuah film. Dengan budget besar itu loe bisa

bereksperimen dan terus mengembangkan keahlian loe bikin film. Biaya itu bisa juga loe pakai untuk sekolah film. Bayar sekolah, atau budget eksperimen, itu adalah pilihan loe.

4. Perbedaan terbesr antara tiga puluh tahun yang lalu dengan hari ini adalah internet. Internet merupakan media distribusi gratis bagi film. Mungkin distribusi lewat media ini belom bisa dipakai untuk mendapat keuntungan, namun filmmaker independent bisa membangun reputasi lewat media ini. Pengakuan akan karya-karya hebat kita adalah penting untuk reputasi. Sertifikasi dari sekolah film juga bisa ditunjukan untuk memperlihatkan kualifikasi kita. Pengakuan objektif atau sertifikasi, sekali lagi, itu pilihan loe.

5. Masih mengenai internet, kebebasan berekspresi bisa loe

dapatkan disini. Walaupun loe membuat film mengenai seorang

workaholic yang terjun bebas sambil mengenakan penutup

mata sambil mendengarkan lagu-lagu the Beatles, loe pasti

(40)

akan tetap mempunyai audience. Sekolah film biasanya memberi loe guideline tentang tema-tema yang baik untuk dijadikan film, tanpa membatasi loe untuk bebas berekspresi, namun terkadang guideline itu secara tidak sadar bisa

membatasi imajinasi loe.

Masih ada lima poin lagi yang bisa loe pertimbangkan sebelum memilih apakah loe akan masuk sekolah film atau belajar otodidak. Nantikan di artikel berikutnya. [rad]

http://www.lalightsindiefest.com/film.php?newsID=359

19 Juni 2007 - 14:49

Sepuluh Alasan: Otodidak atau Sekolah Film #2

Kalau lima poin di artikel sebelumnya belum bisa membuat loe memutuskan apakah loe akan ambil sekolah film atau belajar otodidak saja, simak poin-poin berikut.

1. Dengan loe membayar mahal di sebuah sekolah film, loe juga akan bisa menikmati fasilitas sekolah tersebut salah

satunya adalah menonton film-film koleksi sekolah loe itu. Kalau loe belajar otodidak, ada sebuah situs bernama netflix yang memungkinkan loe dengan membayar $4 untuk nonton semua koleksi film mereka yang jumlahnya tidak kalah dengan koleksi sekolah film.

2. Di antara industri corporate video, televisi, dan feature film, ada banyak kesempatan untuk magang. Walaupun hanya peran-peran kecil, ada baiknya loe mencoba untuk menjadi sineas benar-benar dari bawah. Banyak profesional

mengatakan, situasi yang digambarkan di kelas dengan situasi dunia kerja sebenarnya banyak berbeda.

3. Film adalah seni. Dan seni tidak bisa diajarkan. Seni harus berdasarkan kepekaan seorang artis untuk berkarya. Di sekolah film, kita bisa mendapat bimbingan, namun sekali lagi, jika kita salah tangkap, bimbingan itu bisa malah jadi pembatas. Belajar otodidak bisa membebasan kita dari batasan.

(41)

4. Di sekolah film, loe akan diajarkan bagaimana

menyampaikan pesan loe lewat sebuah film. Tapi loe gak akan diajarkan apa pesan yang harus disampaikan. Sebaliknya jika loe belajar otodidak, loe akan punya banyak kebebasan untuk memikirkan apa pesan yang akan loe sampaikan, namun cara penyampaiannya mungkin tidak akan sebaik kalau loe sekolah film.

5. Yang terakhir adalah bakat. Suka atau tidak, untuk menjadi seorang filmmaker, satu bagian penting yang harus loe punya adalah bakat. Untuk orang yang punya bakat, mau sekolah film atau tidak, kemungkinan besar ia bisa terus maju. Namun jika loe tidak punya bakat, mengambil sekolah film rasanya adalah pilihan yang tepat.

Seperti semua persimpangan jalan, setiap pilihan pasti ada plus dan minusnya. Loe harus bisa menentukan jalan loe dan

memanfaatkan semua plus untuk menghadapi minusnya.

Pilihan itu mutlak ada di tangan loe. [rad]

http://www.lalightsindiefest.com/film.php?newsID=360

24 Mei 2007 - 15:58

Film Independen: Wujud Ideologi Anak Muda masa Kini

Salah satu fenomena indie yang saat ini tengah populer di kalangan anak muda di Indonesia adalah film. Dengan

peralatan seadanya, mereka mencoba memproduksi film-film independen sendiri. Awalnya hanya untuk kepuasan pribadi dan hanya dipertontonkan kepada teman-teman, namun justru kemudian menyebar di masyarakat. Sampai-sampai digelarlah Festival tersendiri untuk film independen.

Untuk melihat lebih dekat fenomena ini, kami menemui

sejumlah anak muda di Bandung yang sangat tergila-gila pada film independen. salah satunya adalah Nugie yang sudah memproduksi sejumlah film-film independen. Anak muda ini mengaku membuat film awalnya untuk kepuasan sendiri.

Baginya, memproduksi film independen tidak terlalu sulit dan

tidak memakan biaya yang mahal. Lebih dari itu, film Indie, bagi

(42)

Nugie adalah lambang kemandirian dan juga keberanian untuk melakukan sesuatu yang berbeda

Hampir senada dengan Nugie, Raka, juga seorang sutradara film independen, mengatakan, yang justru ditonjolkan dalam film indie adalah ide dan kreatifitas. Peralatan sendiri masih sangat terbatas. Namun justru karena keterbatasan dana dan alat ini maka film indie memang rata-rata kurang bagus

kualitasnya. Namun bagi Raka, ini bukan masalah. Kalau punya sarana yang lengkap, menurutnya itu bukan lagi Indie.

Lantas bagaimana dengan reaksi masyarakat? Banyak yang menilai bahwa film indie disukai lebih karena dia membawa sesuatu yang berbeda setelah sekian lama masyarakat dicekoki oleh film-film holywood. Ini misalnya nampak dari jawaban Leoni, seorang peminat film indie di Bandung, ketika ditanya apa yang menurutnya menarik dari film indie. Bagi Leonie, film- film Hollywood selalu happy ending. Ini katanya berbeda dengan film-film Indie.

Sayangnya, menurut Leoni, belum semua orang menyukai film indie. Kalaupun film jenis ini jadi trend, itu lebih karena

keinginan para sutradaranya untuk tampil dan dikenal.

Namun menurut Nugie, juga seorang sutradara, sudah banyak upaya untuk memperkenalkan film indie ke masyarakat. Salah satunya adalah lewat ajang festival, dan ini berperan besar dalam mempopulerkan film indie.

Maka, berangkat dari keterbatasan fasilitas dan dana tapi dengan idealisme yang terus menggebu, bukan tidak mungkin bahwa film indie bakal jadi cikal bakal film Indonesia di masa depan. Anggap saja orang-orang seperti Raka dan Nugie tengah menggembleng diri untuk bisa jadi sutradara terkenal di masa depan.

http://www.lalightsindiefest.com/film.php?newsID=327

(43)

17 April 2007 - 15:01 Sejarah Film pendek #1

Film pendek… salah satu bentuk film yang paling diminati. Baik untuk digarap maupun ditonton. Awalnya, film pendek diangap sebagai film murahan dan hanya untuk sutradara-sutradara pemula, namun sebenarnya, film pendek merupakan satu bentuk film yang paling sulit untuk digarap, namun paling mudah untuk dinikmati.

Di Amerika, yang tergolong film pendek adalah film berdurasi 20-40 menit. Bahkan di Eropa dan Australia, film pendek harus berdurasi 1-15 menit saja. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi para pembuat film. Kita harus menyampaikan pesan dengan cara apapun yang mungkin dilakukan agar dipahami oleh penonton hanya dalam waktu yang sangat singkat.

Tantangan tersebut membuahkan kreativitas dan orisinalitas para sineas dalam penggarapan film-film pendek. Bahkan bagi penonton, menikmati film pendek merupakan pengalaman yang berbeda dari menyaksikan film durasi panjang.

Film pendek sendiri mulai lahir pada tahun 1910 di Amerika.

Pada era terebut, feature film sedang populer, dan pada

akhirnya muncul ide untuk membuat feature yang memuat satu atau beberapa subjek pendek. Genre pertama yang hadir dalam format film pendek adalah komedi. Komedian seperti Charlie Chaplin, Buster Keaton, serta Laurel and Hardy adalah artis-artis yang terkenal lewat film pendek. Tentu saja pada era tersebut, film masih bisu.

Selanjutnya, kartun juga mulai merambah film pendek, disusul oleh travelogues, human interest, dan concert film. Bentuk film pendek menjadi sangat populer sampai-sampai perusahaan pembuat film raksasa pun memiliki tim special untuk

menggarap film pendek. Bahkan ada beberapa perusahaan film yang khusus memproduksi film pendek, beberapa di antaranya adalah Keystone Studio dan Atlas Educational Film Co.

(44)

Film pendek mengalami revolusi yang lebih dahsyat lagi di era modern. Bagaimana ceritanya? silakan simak di artikel

berikutnya. [rad]

http://www.lalightsindiefest.com/film.php?newsID=301

24 April 2007 - 19:51 Sejarah Film Pendek #2

Film pendek… seperti yang kita tahu ini adalah salah satu bentuk film paling simple tapi juga paling kompleks. Seperti dibahas pada artikel sebelumnya, film pendek pada awal berkembangnya sempat dipopulerkan oleh komedian macam Charlie Chaplin.

Pada tahun 30an, film pendek sempat mengalami kisruh.

Perusahaan film besar yang memproduksi film pendek

memanfaatkannya untuk tujuan komersil. Perusahaan film yang memiliki jaringan bioskop sendiri seringkali menjual film pendek ini pada bioskop-bioskop lain dan film tersebut dijual dalam satu paket yang mengharuskan bioskop-bioskop tersebut juga

menayangkan feature yang mengkomersilkan nama

perusahaan tersebut. Pada akhirnya kualitas film pendek pun jadi merosot.

Praktek ini disebut block booking dan pada akhirnya dinyatakan illegal oleh US Supreme Court. Dengan dikeluarkannya

kebijakan tersebut, film pendek kembali populer. Sejak saat itu, film pendek adalah sepenuhnya lahan milik para sineas

independent. Produsen film besar juga masih memproduksi film pendek, namun hanya untuk special project dan bukan untuk tujuan komersil.

Pada tahun 50an, film pendek mulai merasuki pertelevisian.

Bentuk film pendek yang populer ditayangkan di televisi waktu itu (bahkan sampai sekarang) adalah kartun yang menampilkan karakter unik. Pada akhir 60an, film pendek di layar lebar

dinyatakan menghilang dari layar lebar.

Referensi

Dokumen terkait

Saya akan melakukan sebuah penelitian yang berjudul HUBUNGAN POLA ASUH IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA DALAM PEMENUHAN NUTRISI TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA 1 – 5

Hasil persilangan antara ikan nila pandu F6 dan nila merah lokal aquafarm yang menghasilkan karakter reproduksi terbaik yaitu pada perlakuan A (strain pandu F6

Maka dari itu sasaran untuk rancangan hunian yang lebih baik dalam konteks ini adalah komunitas yang tinggal di perumahan elit terpagari ketat akan diberikan

Pada jenis relationship tersebut maka kita perlu membuat satu relation baru yang merepresentasikan relationship tersebut dan kemudian memasukkan atribut-atribut dari relasi

Dengan mengucapkan puji syukur Allhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

Perubahan iklim yang menyebabkan perubahan curah hujan akan berdampak pada tipe iklim. Tipe iklim akan mengalami perubahan karena perubahan curah hujan sehingga peta agroklimat

Peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing berdasarkan petunjuk yang ada dalam LK (misalkan: dalam LK berisikan permasalahan dan langkah-langkah pemecahan

Salah satu metode Augmented Reality yang saat ini sedang berkembang adalah metode markeless Augmented Reality. Dengan metode ini pengguna tidak perlu