PROFIL UMUM JENIS STRESOR DAN GANGGUAN PENYESUAIAN PADA MAHASISWA TAHUN
PERTAMA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
MADE INES SAVITRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2017
i
SKRIPSI
PROFIL UMUM JENIS STRESOR DAN GANGGUAN PENYESUAIAN PADA MAHASISWA TAHUN
PERTAMA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
MADE INES SAVITRI 1302005081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2017
ii
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 20 DESEMBER 2016
Pembimbing,
dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp. KJ.
NIP. 19670414 199703 2 005
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Dr.dr. Dewa Putu Gde Purwa Samatra, Sp.S (K) NIP. 19550321 198303 1 004
iii
Skripsi Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tanggal 23 Desember 2016
Berdasarkan SK...
No...
Tanggal...
Panitia Penguji Skripsi adalah:
Ketua : dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp. KJ.
Anggota :
1. dr. Ida Aju Kusuma Wardani, Sp.KJ, MARS.
iv
Widhi Wasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PROFIL UMUM JENIS STRESOR DAN GANGGUAN PENYESUAIAN PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA”
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali. Selama penulisan skripsi ini tidak lepas dari adanya suatu hambatan dan juga kesulitan yang telah dilalui. Namun, berkat bimbingan, nasihat, dukungan dan saran dari berbagai pihak, segala hambatan dan kesulitan tersebut dapat penulis atasi dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini penulis berupaya semaksimal mungkin agar dapat memenuhi harapan semua pihak namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, semua ini didasarkan oleh keterbatasan yang dimiliki penulis sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Ucapan terima kasih ini ditujukan kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program S1. Terimakasih pula penulis sampaikan kepada orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan baik moril, materiil maupun telah memotivasi penulis. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp. KJ. selaku pembimbing yang senantiasa membimbing penulis untuk melewati hambatan yang dialami. Kepada penguji dr.
Ida Aju Kusuma Wardani, Sp.KJ, MARS. yang telah memberikan masukan, saran, serta koreksi sehingga disertasi ini dapat terwujud seperti ini. Terimakasih kepada dr. I Nyoman Wande, Sp.PK selaku Pembimbing Akademik atas doa dan semangatnya. Terimakasih penulis ucapkan kepada rekan seperjuangan Coltrazius 2013, kakak-kakak angkatan dan adik-adik angkatan dan seluruh civitas akademika atas doa, perhatian dan semangat. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Tuhan yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini, serta kepada penulis sekeluarga. Akhir kata, semoga skripsi ini ada manfaatnya khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua dalam rangka memperluas wawasan yang kita miliki.
Denpasar, 2016 Penulis
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain sebagai hasil pemikiran saya sendiri, maka gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Denpasar, ………..……
Yang menyatakan
Materai Rp 6.000,-
...
vi
PROFIL UMUM JENIS STRESOR DAN GANGGUAN PENYESUAIAN PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
Latar Belakang: Stres merupakan suatu reaksi fisik dan mental terhadap suatu perubahan, kejadian, serta suatu situasi tertentu di dalam kehidupan manusia.
Stres dapat terjadi pada semua individu, tidak terkecuali pada mahasiswa baru.
Stres yang tidak tertangani dapat berkembang menjadi kondisi-kondisi lain yang lebih membahayakan, salah satunya adalah gangguan penyesuaian.
Tujuan: Mengetahui profil umum jenis stresor dan gangguan penyesuaian melalui beberapa karakteristik pada pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Metode: Desain penelitian deskriptif cross-sectional dengan menggunakan data primer. Populasi sampel penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan metode cluster sampling yang menghasilkan 100 orang sampel. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Hasil: Hasil analisis menggunakan SPSS 21 menunjukkan bahwa tidak dijumpai perbedaan yang signifikan antara tingkat stres yang dialami baik oleh mahasiswa laki-laki maupun perempuan, serta mahasiswa dengan usia 16 tahun, 17 tahun, 18 tahun, serta 19 tahun dilihat dari aspek lingkungan dan akademis, aspek fisik serta aspek emosi
Saran: Mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana harus mempersiapkan diri sejak awal untuk menjalani proses adaptasi sebelum memasuki dunia perkuliahan serta diperlukan adanya skrining kejiwaan bagi mahasiswa tahun pertama untuk melihat adanya kecenderungan untuk mengalami stres serta gangguan penyesuaian
Kata Kunci: Stres, Gangguan Penyesuaian, Mahasiswa Tahun Pertama
vii ABSTRACT
GENERAL PROFILE OF STRESSORS AND ADJUSTMENT DISORDER IN FIRST YEAR MEDICAL STUDENTS AT FACULTY OF MEDICINE,
UDAYANA UNIVERSITY
Background : Stress is a physical and emotional reaction due to the changes of the event, and the certain situation in human life. Stress can be occurs toward every people, there is no exception to the first year college students. Unresolved stress will be expand into another dangerous conditions, such as the adjustment disorder.
Objective: To determine the general profile of stressors and adjustment disorder with multiple characteristics in first year medical students at Medical Faculty of Udayana University
Methods: By descriptive cross-sectional study using primary data. Sample population is first year medical students at Medical Faculty of Udayana University with cluster sampling methods that produce 100 samples. The device that be used in this research is a questionnaire .
Results: Results of analysis using SPSS 21 showed that there is no differences of stress level among male and female students, and also among 16 years old students, 17 years old students, 18 years old students and 19 years old students that be observed from environment and academicals aspect, physical aspect, and emotional aspect.
Advice: First year Medical students at Medical Faculty of Udayana University have to prepared themselves for the adaptation process from the beginning before they entering the college world, and also they need to do personality screening to determine later in the day they have a tendency to suffering from the stress and adjustment disorder.
Keywords: stress, adjustment disorder, first year college students
viii
Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Made Ines Savitri, Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana.
Stres merupakan istilah yang sangat umum diperbincangkan oleh setiap orang, hampir setiap individu pernah mengalaminya, tidak terkecuali stres yang dialami oleh mahasiswa, khususnya mahasiswa tahun pertama yang tengah menghadapi berbagai macam perubahan yang membutuhkan proses adaptasi. Seringkali stres dan manifestasinya ditanggapi dengan sepele dan dibiarkan berlarut-larut. Padahal stress yang tidak tertangani dengan baik justru mampu berkembang menjadi kondisi-kondisi baru yang lebih mengkhawatirkan, salah satunya adalah gangguan penyesuaian
Penelitian dilakukan di gedung Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dari tanggal 12 November 2016 sampai dengan 18 November 2016. Sebelum penelitian dimulai, telah dilakukan perhitungan jumlah sampel minimal sebesar 83 sampel. Total sampel yang didapat setelah mencocokkan dengan kategori inklusi dan eksklusi adalah 100 orang sampel. Sampel penelitian akan mengisi kuesioner data diri serta jenis-jenis stres yang dialami dilihat dari aspek lingkungan dan akademis, aspek fisik serta aspek emosi
Dari 100 orang sampel, sebagian besar sampel berusia 18 tahun yaitu sebanyak 76,0 % (76 orang), sedangkan sampel yang berusia 16 tahun sebanyak 4,0 % (4 orang), sampel yang berusia 17 tahun sebanyak 14,0% (14 orang) dan sampel yang berusia 19 tahun sebanyak 6,0 % (6orang). Berdasarkan jenis kelamin 64,0%
sampel adalah perempuan dengan jumlah 64 orang, diikuti dengan sampel berjenis kelamin laki-laki sebesar 36,0% (36 orang).
Hasil analisis dengan menggunakan SPSS 21 yang bertujuan untuk mengetahui profil umum jenis stresor dan gangguan penyesuaian melalui beberapa karakteristik pada pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengungkapkan bahwa dilihat dari aspek lingkungan dan akademis mahasiswa laki-laki maupun perempuan lebih banyak mengalami stres ringan, sedangkan dilihat dari karakteristik usia mahasiswa dengan usia16 tahun, 17 tahun, 18 tahun serta 19 tahun lebih banyak mengalami stres ringan.
Apabila dinilai dari aspek fisik, mahasiswa laki-laki lebih banyak mengalami stres fisik berat, sedangkan mahasiswa perempuan lebih banyak mengalami stres fisik sedang. Serta dilihat dari segi usia stres fisik sedang mendominasi pada mahasiswa usia 16 tahun, 17 tahun, serta 19 tahun. Sedangkan mahasiswa usia 18 tahun lebih banyak mengalami stres fisik berat. Apabila ditilik dari aspek emosi didapatkan bahwa mahasiswa laki-laki serta mahasiswa perempuan lebih banyak mengalami stres emosi berat. Sedangkan berdasarkan usia mahasiswa dengan usia 16 tahun, 17 tahun, 18 tahun, serta 19 tahun juga memiliki kecenderungan mengalami stres emosi berat.
ix SUMMARY
General Profile of Stressors and Adjustment Disorder in First Year Medical Students at Faculty of Medicine, Udayana University. Made Ines Savitri.
Faculty of Medicine. Medical Education Program of Udayana University.
Stress is a general term that be discussed among all the people. Almost every people have an experiences with it, there is no exception with the stress that happened to the college students, especially the first year college student, which is have to faced so many changes in their life that need the adaptation process.
Oftentimes stress and its manifestations responded with negligible and allowed to be prolonged condition. Whereas unresolved stress will be expand into another concerned condition, such as the adjustment disorder.
The study was conducted at the Medical Faculty Udayana University started from November 12th 2016 until November 18th 2016. The minimal sample size was calculated right before the study, which is 83 in total. The final result of the sample is 100 samples after obtained and matched by the inclusion and exclusion criteria. The study’s sample task is to fill the questionnaire about their data and their types of stress from environmental and academicals aspect, physical aspect and emotional aspect.
From 100 samples, 76,0 % of the sample was 18 years old with total 76 person, and 4,0 % of the sample was 16 years old with total 4 person, and 14,0% sample was 17 years old with total 14 person, and the rest, 6,0% of the sample was 19 years old with total 6 person. According to the gender aspect, 64,0 % sample was women with total 64 person, and the rest sample (36,0%) was men with total 36 person.
Results of analysis using SPSS 21, which aims to know the general profile of the type of stressor and adjustment disorder with some characteristics in the first-year student of the Faculty of Medicine Udayana University reveal that the visits of the environmental aspects and academic, students of both men and women experienced more mild stress, whereas seen from the age characteristics, the students with 16 years of age, 17 years, 18 years and 19 years more experience mild stress.
According to the physical aspect, the male students experienced more severe physical stress, while the female students experienced more moderate physical stress. In terms of age as well as physical stress are dominating at students aged 16 years, a tender 17, and 19 years old. While students 18 years of age experience more severe physical stress. Whereas if judging from the emotional aspects of college students found that male and female students experienced more severe emotional stress. While based on the age of the students at the age of 16 years, 17 years, 18 years, and 19 years old also have a tendency to experience severe emotional stress.
x
LEMBAR PENGESAHAN. ... ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
RINGKASAN ... viii
SUMMARY ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Stres ... 5
2.2 Mahasiswa dan Lingkungannya ... 10
2.3 Gangguan Penyesuaian ... 12
2.4 Stres serta Gangguan Penyesuaian pada Proses Adaptasi Mahasiswa Baru ... 13
BAB III KERANGKA BERPIKIR, DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 17
3.2 Konsep Penelitian ... 18
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 19
4.2 Lokasi Penelitian ... 19
4.3 Waktu Penelitian ... 19
4.4 Populasi Penelitian ... 19
4.4.1 Populasi Target ... 19
4.4.2 Populasi Terjangkau... 20
4.4.3 Populasi Sampel ... 20
4.5 Sampel ... 20
4.5.1 Jumlah Sampel ... 20
4.5.2 Cara Pengambilan Sampel ... 20
4.5.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 22
4.6 Identifikasi Variabel ... 22
4.7 Definisi Operasional Variabel ... 22
4.8 Alat Penelitian ... 24
4.9 Prosedur Penelitian ... 24
4.10 Pengolahan dan Analisis Data ... 26
4.11 Kelemahan Penelitian ... 26
xi
4.12 Jadwal Penelitian ... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 28
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 30
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 37
6.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 40
LAMPIRAN ... 42
xii
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana) ... 29 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Manifestasi Reaksi Stres Aspek Lingkungan dan Akademik, Aspek Fisik serta Aspek Emosi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 30 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Manifestasi Reaksi Stres Aspek Lingkungan dan Akademik , Aspek Fisik serta Aspek Emosi Berdasarkan Usia ... 33
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini stres merupakan istilah yang tidak asing serta sangat familiar bagi setiap orang, seiring dengan perkembangan waktu, hampir setiap orang pernah mengalaminya. Stres merupakan suatu bagian yang tidak terhindarkan dari kehidupan manusia, tidak memandang usia, pekerjaan, status sosial, ataupun latar belakang budaya (Gbettor, E.M., et al., 2015). Tingginya prevalensi stres terjadi baik karena suatu perubahan yang terjadi dalam kehidupan suatu individu, ataupun adanya tekanan-tekanan yang timbul akibat beban pikiran. Pengalaman stres setiap individu terjadi dengan alasan dan cara yang berbeda-beda dan tentunya merupakan suatu reaksi yang sangat manusiawi. Reaksi terhadap stres tersebut timbul sejalan dengan persepsi terhadap situasi ataupun keadaan yang tengah dihadapi, oleh karena itulah, kesempatan dalam menghadapi stres serta proses mengelola stres tersebut, dapat terjadi pada semua orang (Mendonca G, 2008). Stres seringkali dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan tidak membahayakan, sehingga stres yang timbul kerap kali dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian, hal inilah yang mengakibatkan stres semakin berkembang dan mampu menimbulkan kondisi baru yang lebih parah, salah satunya adalah gangguan penyesuaian (Harold I. Kaplan, 2010).
Gangguan penyesuaian sebagai suatu bentuk reaksi maladaptif jangka pendek diharapkan dapat sembuh dengan spontan setelah stresor dihilangkan, atau dalam suatu kondisi dimana stresor tidak dapat ditiadakan, seorang individu
diharapkan dapat mencapai suatu bentuk proses adaptasi (Harold I. Kaplan, 2010).
Perkembangan stres menuju gangguan penyesuaian dapat terjadi pada siapa saja, tidak terkecuali kalangan mahasiswa, untuk itulah peneliti tertarik untuk mengambil topik stres dan gangguan penyesuaian yang terjadi pada mahasiswa, mengingat mahasiswa tentunya memiliki berbagai stresor dalam menempuh kehidupan perkuliahan yang menarik dan menantang. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai seorang individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi, oleh karena itulah seorang mahasiswa dapat dikatakan memiliki berbagai tugas maupun peran dan tanggung jawab sosial yang cukup sulit untuk dijalani (Dwi Siswoyo, 2007).
Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, tengah mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal sekaligus masa transisi dari kehidupan SMA menuju kehidupan perkuliahan. Hal ini tentu saja memiliki pengaruh besar pada status emosional dari para mahasiswa, mereka akan dihadapkan pada hal-hal baru yang menyangkut beberapa aspek fungsional individu yaitu fisik, psikologis dan sosial (Lakyntiew Pariat dkk, 2014). Tidak dapat dipungkiri jumlah siswa yang meneruskan jenjang pendidikan ke bangku kuliah semakin tinggi setiap tahunnya, begitu pula halnya dengan peminat jurusan kedokteran yang semakin lama semakin melambung, sebagaimana halnya yang terjadi di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Tingginya jumlah persaingan menuntut para calon mahasiswa untuk belajar dan berusaha ekstra untuk menembus kursi mahasiswa Fakultas Kedokteran (Dika Christyanti dkk., 2010).
3
Stresor bagi setiap mahasiswa tidak hanya muncul ketika individu tersebut mampu menembus kursi Fakutas Kedokteran, tetapi segera setelahnya berbagai perubahan akan dirasakan dari bangku SMA (Sekolah Menengah Atas) menuju sistem perkuliahan yang tentunya menuntut mahasiswa khususnya mahasiswa baru tahun pertama untuk melakukan suatu bentuk penyesuaian agar dapat bertahan di dalam dunia perkuliahan yang baru. Mereka yang dulunya dihadapkan dalam suatu sistem belajar yang telah terorganisir sedemikian rupa oleh sistem sekolah pada saat SMA ketika dihadapkan pada sistem belajar perkuliahan yang baru, tentunya menimbulkan suatu bentuk stres sehingga memerlukan proses belajar dan penyesuaian. Hal ini dikarenakan sistem perkuliahan memberikan kebebasan pada mereka untuk mengorganisir secara bijaksana metode pembelajaran mereka dan menentukan tujuan serta target pencapaian kuliahnya sendiri untuk mencegah timbulnya stres tersebut (Cheng Kai Wen, 2010).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah jenis-jenis stresor yang dihadapi mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Udayana?
1.2.2 Apakah gejala fisik dan mental yang dialami mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dalam menghadapi stres dan gangguan penyesuaian?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui jenis-jenis stresor yang dihadapi mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
1.3.2 Mengetahui gejala fisik dan mental yang dialami mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dalam menghadapi stres dan gangguan penyesuaian.
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Praktis
Mengetahui jenis-jenis stresor yang dapat menimpa mahasiswa tahun pertama yang tengah menjalani masa transisi dari bangku SMA menuju sistem perkuliahan yang baru, serta gejala-gejala yang mungkin timbul ketika menghadapi stres serta gangguan penyesuaian tersebut.
1.4.2 Manfaat Akademis
Menambah wawasan medis masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mengenai stres serta gangguan penyesuaian.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
Stres dapat didefinisikan sebagai reaksi fisik dan mental terhadap perubahan, kejadian, serta suatu situasi tertentu di dalam kehidupan. Stres pada seseorang terjadi melalui cara dan sebab yang berbeda-beda. Reaksi terhadap stres yang muncul tersebut pun tentunya berbeda, sesuai dengan perspektif yang digunakan seseorang dalam menghadapi perubahan, kejadian serta situasi yang dihadapinya tersebut. Apabila sudut pandang yang digunakan bersifat negatif, maka kita akan cenderung merasakan distress, yang disertai rasa kewalahan tertekan serta merasa berada diluar kendali. Distress merupakan suatu bentuk stres yang sangat umum ditemui, sedangkan bentuk lainnya, dikenal sebagi eustress, suatu bentuk stres yang muncul ketika kita menggunakan sudut pandang positif dalam menilai suatu bentuk perubahan kejadian ataupun situasi, eustress dapat pula disebut sebagai stres yang baik. Eustress dapat berkembang dengan mudah menjadi distress, di samping hal itu, stresor yang bersifat positif terhadap sesorang, bisa saja berdampak negatif bagi orang lainnya (Mendonca G, 2008).
Eustress dan distress merupakan salah satu tipe umum stres, disamping eustress dan distress terdapat berbagai macam jenis stres lainnya, yang meliputi (Imeokparia dkk., 2013) :
1. Stres Akut
Stres akut merupakan suatu kondisi psikososial yang meningkat sebagai respon terhadap kejadian traumatik atau hal menakutkan yang terjadi.
Stres akut pertama dikemukanan oleh Walter Cannon pada tahun 1920-an sebagai suatu teori yang mengatakan bahwa hewan-hewan bereaksi terhadap ancaman dengan melibatkan keseluruhan sistem saraf simpatik, hal ini membuktikan perubahan fisiologikal membentuk sebagaian besar komponen respon stres akut.
2. Stres Kronis
Stres kronis dideskripsikan sebagai hal yang kronis akibat dari stresor yang muncul bertahan cukup lama. Stres ini merupakan tipe stres yang harus dihadapi seseorang dari hari ke hari, dimana hasil yang ditimbulkan dapat merusak tubuh, pikiran, maupun kehidupan. Pada individu yang sudah kehilangan harapan, maka seakan tidak lagi dapat ditemukan jalan keluar ketika stresor yang dihadapi terus menerus nampak tidak berkesudahan.
3. Stres Waktu
Stres waktu merupakan salah satu bentuk stres yang muncul akibat kekhawatiran seseorang terhadap waktu atau kekurangan waktu. Satu kekhawatiran yang muncul mengenai angka atau sesuatu yang harus dia lakukan, disertai ketakutan untuk gagal mencapai suatu hal yang penting.
Stres tipe ini sejujurya cukup sering dirasakan, sebagai contoh, siswa yang tengah dihadapkan pada tenggat waktu pengumpulan tugas, waktu ujian dan lain sebagainya, sehingga terjadi suatu ketegangan atau ketidakseimbangan didalam diri individu tersebut, sehingga muncul pemikiran apakah akan ada cukup waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Manajemen waktu merupakan hal yang telah lama dilakukan dan
7
disebarluaskan sebagai salah satu penanganan efektif untuk menghadapi stres tipe ini.
4. Stres Anticipatory
Stres tipe ini merupakan tipe stres yang muncul akibat seseorang mengkhawatirkan masa depan. Terkadang, stres tipe ini dapat terfokus pada suatu kejadian spesifik, seperti misalnya seseorang yang akan melakukan presentasi, ujian yang akan datang, interview pekerjaan dan lain sebagainya. Stres tipe ini seringkali muncul akibat dipicu oleh rasa ketakutan akan gagal, seringkali seseorang berpikir bahwa penampilannya tidak sebaik yang seharusnya, hal inilah yang menyebabkan timbulnya stres. Visualisasi yang positif serta meditasi telah terbukti berguna didalam menangani stres tipe ini.
5. Stres Situasional
Stres situasional terjadi pada seseorang yang tengah menghadapi kejadian yang menakutkan yang dirasa berada diluar kontrol orang tersebut. Stres tipe ini bukan merupakan stres yang dapat diantisipasi oleh seseorang, hal ini dikarenakan sebagaian besar stresor muncul secara tiba-tiba yang menyebabkan seseorang menjadi berada dibawah tekanan dan merasakan perubahan hormonal dan detak jantung yang meningkat, yang menyebabkan seseorang dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk menyusun rencana guna mengatasi masalah yang timbul. Konflik telah teridentifikasi sebagai penyebab utama stres situasional dan diperlukan adanya kemampuan untuk menyelesaikan pertikaian atau konflik sebagai jalan keluar.
6. Stres Encounter
Stres tipe ini merupakan tipe stres yang seringkali dijumpai seseorang sebagai akibat dari kontak atau hubungan mereka dengan rekan kerja, beberapa orang yang disebabkan oleh profesi atau pekerjaan mereka diharuskan untuk memiliki interaksi dengan anggota atau rekan kerja lainnya yang memicu timbulnya stres pada orang tersebut, sebagai contoh beberapa kategori pekerjaan seperti dokter, psikolog, polisi dan lainnya, ketika terdapat rekan mereka yang meninggal, hal itu tentunya akan memengaruhi mereka secara tidak langsung.
7. Stres Traumatik
Stres tipe ini merupakan stres yang timbul akibat suatu kejadian, dimana trauma yang ditimbulkan masih tersimpan di dalam memori korban. Stres tipe ini bahkan dapat menyebabkan penurunan produktivitas dalam kehidupan seseorang.
Menurut Kirkcaldy (dalam Widjono 2006:190), stres akan muncul apabila ada tuntutan-tuntutan pada seseorang yang dirasakan menantang, menekan, membebani atau melebihi daya penyesuaian yang dimiliki individu. Ketika suatu peristiwa dalam kehidupan memiliki potensi stres yang tinggi, terlebih lagi stres tersebut dirasakan melebihi kapasitas adaptif seseorang maka hal tersebut diyakini dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terserang suatu penyakit (Cohen, S.
and Deverts, D.J., 2012)
Menurut Lee (dalam Widjono 2006:190), faktor yang mempengaruhi stres adalah adanya ketidakmampuan individu untuk berinteraksi dengan lingkungan.
Belajar secara berkelanjutan seharusnya menjadi tugas seorang mahasiswa, maka
9
sebagai seorang mahasiswa seharusnya dapat menyesuaikan diri supaya tidak menimbulkan stres. Menurut Tyrer (dalam Kusuma dan Gusniarti, 2008:34), bahwa yang menentukan stres atau tidaknya individu adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Stimulus yang menyebabkan stres yaitu stimulus yang terlalu kuat melebihi kemampuan adaptasi. Stimulus yang menghasilkan respon yang bertentangan dan individu yang tidak dapat menguasai lingkungannya. Berdasarkan penjelasan diatas maka faktor yang mempengaruhi stres salah satunya adalah penyesuaian diri yang dimiliki oleh individu atau ketidakmampuan individu untuk berinteraksi dengan lingkungan (Dika Christyanti dkk., 2010).
Sumber utama timbulnya stres dapat dibagi menjadi lingkungan, fisiologikal, pikiran, serta stresor sosial. Dalam lingkungan, kita bisa menjumpai berbagai macam stresor yang dapat mempengaruhi seseorang, hal itu meliputi kebisingan, polusi, kemacetan, kepadatan, bahkan termasuk cuaca, sedangkan dalam fisiologikal, stresor-stresor tersebut dapat berupa penyakit, perubahan hormonal, tidur yang tidak adekuat ataupun nutrisi. Stres dapat pula ditimbulkan melalui pemikiran yang muncul dalam diri seseorang, dimana cara berpikir seseorang akan memengaruhi bagaimana respon yang timbul terhadap suatu masalah. Negative self-talk, bencana, serta perfeksionisme juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan stres pada seseorang. Selain itu, faktor yang juga berperan sebagai sumber stres adalah stresor sosial. Stresor sosial dapat dipicu oleh berbagai macam hal, sebagai contoh, kematian pasangan, perceraian, perubahan kesehatan, perubahan kondisi keuangan, perubahan pekerjaan, perubahan aktivitas sosial dan lain sebagainya, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Holmes dan Rahe dalam alat ukur stres mereka yang disebut sebagai “social readjustment rating scale”. Metode Holmes dan Rahe ini mengkategorikan stres ke dalam 4 kategori yang meliputi, stres minor, stres ringan, stres sedang serta stres mayor/berat (Siti Maryam, 2009).
Stresor-stresor yang dapat memicu terjadinya stres tersebut dapat ditemukan dalam berbagai bentuk dan kesempatan, serta dapat terjadi pada setiap orang, baik itu karyawan, pengusaha, bahkan mahasiswa. Mahasiswa di dalam realitanya, menghadapi berbagai bentuk tekanan yang dapat menjadi sumber stres, hal ini tentu saja tidak dapat dipungkiri mengingat banyaknya proses adaptasi yang harus dilewati seorang mahasiswa di dalam kehidupan perkuliahan.
Seringkali kehidupan seseorang yang dipenuhi oleh stres dikaitkan dengan kondisi atau status fisik dan mental yang buruk (Toussaint L., et al., 2016). Menurut Hardjana, gejala-gejala yang muncul yang diakibatkan oleh stres diantaranya (Dika Christyanti dkk., 2010) :
1. Gejala fisikal, antara lain tidur tidak teratur (insomnia), mudah lelah, diare, urat tegang;
2. Gejala emosional, antara lain gelisah, mudah marah dan merasa harga diri menurun;
3. Gejala intelektual, antara lain susah berkonsentrasi dan sulit atau lamban membuat keputusan;
4. Gejala interpersonal, antara lain kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, mudah menyalahkan orang lain dan tidak peduli dengan orang lain.
11
2.2 Mahasiswa dan Lingkungannya
Kehidupan perkuliahan merupakan salah satu pengalaman yang paling mengesankan dalam kehidupan remaja. Perkuliahan merupakan saat dimana remaja menikmati lingkungan yang ada, memiliki banyak teman, dan menjalankan aktivitas-aktivitas akademis. Membicarakan mengenai kehidupan perkuliahan tentunya tidak terlepas dari keberadaan mahasiswa, mahasiswa sebagai pribadi yang terkait erat dengan suatu kehidupan perkuliahan, akan dibina dan dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan dewasa selanjutnya (Lakyntiew Pariat dkk., 2014).
Melihat kehidupan mahasiswa dalam perspektif yang lebih dekat, akan ditemukan tantangan demi tantangan. Tantangan inilah yang nantinya akan berkontribusi terhadap timbulnya stres dalam kehidupan mahasiswa, ketika tantangan tersebut tidak dapat diatasi maka dampaknya akan mempengaruhi kemampuan akademik, emosional dan juga interaksi sosial mahasiswa, terlebih lagi mahasiswa tahun pertama atau mahasiswa baru. Mahasiswa baru yang dihadapkan pada suatu bentuk sistem pembelajaran baru dalam kehidupan perkuliahan tentunya akan menemukan berbagai tantangan yang memaksa mereka untuk melakukan adaptasi (Sanjeev Kumar and J.P. Bhukar, 2013). Tantangan- tantangan tersebut dapat timbul akibat beberapa hal, diantaranya:
1. Peningkatan tuntutan akademik;
2. Perasaan sendiri di dalam lingkungan yang baru;
3. Perubahan dalam hubungan keluarga;
4. Tanggung jawab finansial;
5. Perubahan kehidupan sosial;
6. Paparan terhadap orang-orang baru, ide-ide serta permasalahan yang baru;
7. Kesadaran terhadap identitas seksual dan orientasi;
8. Persiapan terhadap kehidupan pasca kelulusan.
Tantangan-tantangan tersebut yang menuntut mahasiswa terutama mahasiswa baru untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang baru, guna mencegah timbulnya stres. Sekalipun beberapa reaksi yang muncul terhadap stres tersebut merupakan bagian dari permasalahan emosional yang dalam dan serius, sebagaian besar lainnya merupakan permasalahan yang cenderung dapat ditangani melalui konseling sederhana ataupun dengan teknik memanajemen stres.
Penanganan ini sangat erat kaitannya dengan proses adaptasi yang terjadi, dimana proses adaptasi inilah yang akan menentukan apakah seseorang mahasiswa akan mampu menerima lingkungan barunya, atau justru akan mengalami gangguan penyesuaian (Mendonca G, 2008).
Gangguan penyesuaian adalah reaksi maladaptif jangka pendek terhadap apa yang disebut oleh orang awam sebagai nasib malang pribadi atau dalam istilah medis dikenal sebagai stresor psikososial. Gangguan penyesuaian diharapkan sembuh dengan spontan segera setelah stresor dihilangkan atau, jika stresor menetap, dicapai tingkat adaptif yang baru (Harold I. Kaplan dkk., 2010).
13
2.3 Gangguan Penyesuaian
Gangguan penyesuaian merupakan suatu kondisi yang seringkali dikaitkan dengan stres akut maupun stres kronis (Carta Mauro G dkk., 2009). Gangguan penyesuaian bersifat sementara dan bukan merupakan bagian dari gangguan psikotik. Gangguan ini berhubungan dengan kegagalan beberapa elemen dalam fungsi umum pasien yang diakibatkan oleh respon emosional atau perilaku terhadap stres maupun perubahan tertentu dalam kehidupan seseorang. (Ali Ismail, 2015)
Gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih stresor. Beratnya stresor atau stresor-stresor tidak selalu meramalkan keparahan gangguan penyesuaian, beratnya stresor adalah fungsi yang kompleks dari konteks derajat, kuantitas, durasi, reversibilitas, lingkungan dan personal. Sebagai contoh, kematian orang tua memiliki dampak yang berbeda bagi orang yang berusia 10 tahun dibandingkan yang berusia 40 tahun (Harold I. Kaplan dkk., 2010).
Pada beberapa kasus, stresor pencetus mungkin saja bersifat tunggal, seperti perceraian atau kehilangan pekerjaan ataupun bersifat multipel, seperti kematian orang yang penting yang bersamaan dengan penyakit fisik atau kehilangan pekerjaan yang dialami orang tersebut. Stresor mungkin juga bersifat rekuren, seperti kesulitan bisnis musiman atau kontinu, seperti penyakit kronis ataupun kondisi kemiskinan. Seringkali gangguan penyesuaian terjadi dalam lingkungan kelompok atau masyarakat, terutama pada stadium perkembangan tertentu, seperti misalnya, awal masuk sekolah, meninggalkan rumah, menikah, menjadi orang tua, pensiun dan lain sebagainya (Harold I. Kaplan dkk., 2010).
Prognosis keseluruhan gangguan penyesuaian biasanya adalah baik dengan pengobatan dan tatalaksana yang sesuai. Sebagian besar pasien kembali ke tingkat fungsi sebelumnya dalam tiga bulan. Remaja biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk pulih apabila dibandingkan orang dewasa. Terapi yang dapat diberikan pada pasien dengan gangguan penyesuaian dapat berupa psikoterapi maupun farmakoterapi (Harold I. Kaplan dkk., 2010).
2.4 Stres serta Gangguan Penyesuaian pada Proses Adaptasi Mahasiswa Baru
Mahasiswa baru merupakan individu yang dapat dikatakan sangat rentan terhadap terjadinya suatu bentuk stres, stres seakan menjadi jalan hidup mahasiswa, namun bagaimanapun, sangat berbahaya apabila stres tersebut tidak diatasi dengan baik, karena pada level tertentu stres tersebut dapat menyebabkan efek buruk serta perubahan kehidupan pada seorang mahasiswa serta menghasilkan kegagalan, stresor yang muncul dapat diakibatkan oleh berbagai macam hal, seperti misalnya ketika seorang individu dihadapkan pada suatu suasana yang baru, didalam lingkungan yang baru dan menjumpai hal-hal yang tidak pernah dihadapi sebelumnya, maka dengan mudah individu tersebut akan berhadapan dengan risiko stres, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, stres yang bersifat positif diharapkan akan muncul di dalam kehidupan mahasiswa terutama mahasiswa baru, karena dengan munculnya stres yang bersifat positif maka mahasiswa akan mampu menjalani proses adaptasi, ketika proses adaptasi ini gagal dilakukan maka kemungkinan yang terjadi, mahasiswa baru memiliki risiko untuk mengalami gangguan penyesuaian, terlebih lagi apabila otak telah familiar dengan istilah stres, maka reaksi fisik akan dengan mudah dicetuskan
15
sehingga berdampak pada kerusakan memori, yang menuntun kearah reaksi mental selanjutnya ataupun perbuatan yang buruk (Sanjeev Kumar and J.P.
Bhukar, 2013).
Berbagai hal yang diupayakan untuk meredakan stres serta melakukan proses penyesuaian pada setiap individu umumnya berbeda-beda, namun secara garis besar, terdapat beberapa cara yang digunakan seorang individu di dalam menghadi stresor yang dijumpai, diantaranya adalah (Imeokparia dkk., 2013):
1. Menghindari Stresor
Stresor dalam konteks ini merupakan stresor yang memungkinkan terjadinya situasi yang penuh tekanan, dimana seseorang harus belajar untuk memahami batas kemampuan yang dimilikinya dan berpegang pada hal tersebut, misalnya seperti, menghindari seseorang yang menyebabkannya stres, dan lain sebagainya.
2. Merubah atau mengganti stresor
Dalam suatu kondisi, terkadang ditemukan suatu stresor yang tidak memungkinkan untuk dihindari, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah merubah stresor tersebut, hal ini melibatkan cara seseorang di dalam berkomunikasi dan beraktivitas sehari-hari.
3. Beradaptasi terhadap stresor
Terkadang seseorang dapat dengan mudahnya beradaptasi terhadap stresor yang tidak dapat diubah, seseorang kadangkala mampu beradaptasi terhadap situasi yang penuh tekanan dengan memperoleh kembali kendali dengan merubah ekspektasi, standar, ide, dan juga perilakunya.
4. Mampu menerima stresor
Beberapa jenis stresor kadang tidak bisa dihindari sekaligus tidak dapat diubah, seperti halnya kehilangan seseorang yang dicintainya, sakit yang bersifat serius, bencana nasional, gagal dalam ujian dan lain sebagainya, satu-satunya hal yang dapat dilakukan seorang individu yang menghadapi hal tersebut adalah dengan menerima stresor tersebut, hal ini dikarenakan ketiadaan kemampuan untuk merubah situasi yang ada.
Perbedaan cara di dalam menghadapi stresor ini akan menghasilkan luaran yang berbeda-beda bagi setiap individu yang menjalaninya, dimana nantinya hal ini akan berpengaruh terhadap berbagai aspek yang dijalani oleh individu atau mahasiswa tersebut, seperti misalnya penyesuain diri terhadap tuntutan akademik pada mahasiswa tersebut, dimana dalam penelitian yang dilakukan di beberapa negara, kultur serta etnis, dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan untuk berkembangnya sebuah depresi yang berkaitan dengan anxietas, hal ini disebabkan akibat hubungan erat antara depresi dan anxietas, sebagaimana stres berkepanjangan berkaitan dengan depresi (Sanjeev Kumar and J.P. Bhukar, 2013).
17 BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut :
1. Stres merupakan reaksi fisik dan mental terhadap perubahan, kejadian, serta suatu situasi tertentu didalam kehidupan, yang dapat menimpa setiap orang, termasuk didalamnya seorang mahasiswa, stres yang terjadi pada setiap orang timbul akibat stresor yang berbeda-beda, baik stresor yang bersifat tunggal, ataupun jamak (Dika Christyanti dkk., 2010).
2. Mahasiswa tahun pertama, merupakan individu yang tengah menghadapi proses perubahan di dalam kehidupannya, proses tersebut bermula dari perubahan status dari seorang siswa menjadi mahasiswa, dimana tentunya, individu tersebut akan mengalami banyak perubahan didalam lingkungannya, perubahan inilah yang berpotensi menjadi sumber stres bagi mahasiswa baru (Imeokparia dkk., 2013).
3. Rentannya potensi stres yang terjadi pada mahasiswa baru yang tengah menjalani tahun pertama kehidupan perkuliahan, menuntut mahasiswa baru untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dihadapi, proses penyesuaian ini sangat diperlukan untuk mencegah mahasiswa tersebut mengalami gangguan penyesuaian, metode yang digunakan tentunya akan berbeda bagi setiap individu (Imeokparia dkk., 2013).
3.2 Konsep Penelitian
STRES
(dapat dihadapi setiap orang)
MAHASISWA TAHUN PERTAMA (rentan terhadap stres)
Perubahan status
Perubahan metode belajar
Tuntutan akademik
Perubahan finansial
Pergaulan baru EUSTRESS &
DISTRESS
Menghindari stresor
Mengubah stresor
Beradaptasi terhadap stresor
Menerima stresor
PROSES ADAPTASI GANGGUAN
PENYESUAIAN
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan desain studi deskriptif cross sectional.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
4.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap, yaitu tahap pembuatan proposal serta tahap penelitian. Pembuatan proposal dimulai sejak Oktober 2015 sampai dengan Januari 2016, sedangkan pelaksanaan penelitian, pengumpulan, pengolahan dan pembuatan laporan hasil penelitian dilakukan pada Maret 2016 hingga November 2016.
4.4 Populasi Penelitian 4.4.1 Populasi Target
Populasi target yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali.
4.4.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali.
4.4.3 Populasi Sampel
Populasi sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali.
4.5 Sampel
4.5.1 Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu mahasiswa tahun pertama kelas reguler Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
4.5.2 Cara Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah cluster sampling.
Berdasarkan teknik pengambilan sampel ini, populasi sampel yang terpilih dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan ke dalam proses penelitian. Cluster sampling telah dilakukan pada kelas reguler program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang diharapkan dapat mewakili populasi sampel secara keseluruhan. Validitas
21
penelitian ini dapat ditentukan dari jumlah sampel yang didapat dari teknik cluster sampling, apakah sudah mencapai sampel minimum atau belum.
Penentuan jumlah sampel minimum dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus yang memerlukan 3 informasi berupa proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari, yaitu P (dari pustaka); tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, yaitu d (ditetapkan); dan tingkat kemaknaan, yaitu α (ditetapkan). Untuk simple random sampling rumus yang digunakan :
Zα2 P Q n = --- (1)
d2 Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan Za = 1.96
P = Proporsi variabel yang dikehendaki berdasarkan literatur yaitu hasil penelitian Shen, Y. et al (2012) adalah 68,4% (0,684)
Q = 1-P = 1-0,684 = 0,316
d = presisi (besar penyimpangan yang dapat ditolerir) 10% (0,1) Dengan demikian akan diperoleh penentuan besar sampel yaitu:
(1,96)2 x 0,684 x 0,316 n = --- (2)
(0,1)2 0,83
n = --- (3) = 83 0,01
Perhitungan kemungkinan drop out dari sampel ditentukan sebesar kurang lebih 10%. Peneliti melakukan pertambahan sampel setelah perhitungan estimasi drop out adalah sebanyak 10 orang subjek (± 10% dari jumlah minimum sampel). Total minimum sampel yang dibutuhkan untuk mencapai validitas dalam penelitian ini adalah sebanyak 93 orang.
4.5.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
4.5.3.1 Kriteria Inklusi :
Mahasiswa tahun pertama program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Bersedia menjadi subjek penelitian.
23
4.5.3.2 Kriteria Eksklusi
Mahasiswa yang sudah pernah menempuh pendidikan perkuliahan di tempat lain.
Mahasiswa tahun pertama program studi selain Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Menolak berpartisipasi di dalam penelitian.
Mahasiswa dengan alat bantu dalam tubuhnya.
4.6 Identifikasi Variabel
Variabel yang telah diteliti dalam penelitian ini meliputi stres, gangguan penyesuaian, mahasiswa tahun pertama, jenis kelamin, usia.
4.7 Definisi Operasional Variabel
1. Stres adalah suatu bentuk interaksi antara individu dengan lingkungannya yang dinilai sebagai sesuatu yang membebani atau melampaui kemampuan yang dimilikinya, serta mengancam kesejahteraan. Stres di dalam penelitian ini akan terbagi ke dalam tiga aspek, yaitu aspek lingkungan dan akademik, aspek fisik, serta aspek emosi.
2. Gangguan penyesuaian adalah reaksi maladaptif individu terhadap suatu stresor tertentu yang nampak dari penurunan yang signifikan dalam fungsi sosial, pekerjaan, ataupun akademis individu.
3. Mahasiswa tahun pertama adalah mahasiswa yang baru saja bergabung dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan tengah menjalani tahun pertama kehidupan perkuliahan.
4.
Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir dan berkaitan dengan tubuh laki- laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Fungsi biologis laki- laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya dan fungsinya tetap dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi. Penelitian ini menggunakan data jenis kelamin yang disesuaikan dengan identitas subjek yang tertera pada Kartu Tanda Penduduk (KTP).5.
Usia adalah satuan waktu yang dipakai untuk mengukur lama keberadaan dari suatu makhluk hidup maupun benda yang berada dalam keadaan hidup atau mati. Pada manusia, usia seseorang dihitung sejak individu tersebut dilahirkan sampai saat usia tersebut dihitung.Pada penelitian ini, usia yang digunakan adalah 14-17 tahun yang disesuaikan dengan Kartu Tanda Pelajar ataupun Kartu Tanda Penduduk (KTP).
4.8 Alat Penelitian
Alat penelitian yang telah digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner, kuisioner yang diberikan pada subjek (sampel) mengacu kepada 2 metode yaitu,
25
metode Holmes dan Rahe, serta metode kuesioner indikator stres. Metode Holmes dan Rahe digunakan untuk menilai stres berdasarkan aspek lingkungan dan akademik, dimana stres dalam aspek ini akan terbagi menjadi tiga kategori yaitu stres ringan (dengan skor < 199) stres sedang (dengan skor 200-299) serta stres berat (dengan skor >300). Metode kuesioner indikator stres digunakan untuk menentukan gejala fisik maupun emosional yang mungkin timbul, dimana stres berdasarkan aspek fisik akan terbagi ke dalam tiga kategori, yaitu stres aspek fisik ringan (dengan skor <29), stres aspek fisik sedang (dengan skor 30-37), stres aspek fisik berat (dengan skor >38), sedangkan stres berdasarkan aspek emosi terbagi pula ke dalam tiga kategori, yang meliputi, stres aspek emosi ringan (dengan skor <28), stres aspek emosi sedang ( dengan skor 29-36) serta aspek emosi berat ( dengan skor >37)
4.9 Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Penelitian :
1. Pengajuan ethical clearance kepada litbang Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. Menyiapkan informed consent untuk mengambil data penelitian dari responden (subjek penelitian).
3. Menyiapkan kuesioner data diri untuk mengambil data dan mempersiapkan instrumen penelitian yang dibutuhkan.
Tahap Pelaksanaan Penelitian :
1. Peneliti meminta izin dan menerangkan tujuan serta prosedur penelitian kepada setiap responden (sampel).
2. Memberikan lembar kuesioner data diri.
3. Menyocokkan data yang didapat dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
4. Peneliti mencatat data dari proses penelitian yang telah dilakukan meliputi nama, usia, jenis kelamin, kelas yang tengah ditempuh, stres serta gangguan penyesuaian yang diperoleh dari responden (sampel).
4.10 Pengolahan dan Analisis Data
Data primer yang didapat melalui kuesioner yang sebelumnya telah diisi oleh responden (sampel) akan dimasukkan ke dalam tabel kerja dan dianalisis menggunakan software SPSS versi 18.0 dengan melakukan analisis univariate terhadap karakteristik subjek penelitian dan akan disajikan dalam bentuk deskriptif.
4.11 Kelemahan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, sehingga kurang menggambarkan proses perkembangan efek secara tepat. Faktor-faktor risiko dapat ditentukan secara teoritis, namun tidak dapat diukur secara akurat dan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keakuratan hasil penelitian tidak mencapai 100%.
Nilai prognosa dan korelasinya tergolong rendah apabila dibandingkan dengan rancangan penelitian yang lainnya. Selain itu, walaupun variabel pengganggu dapat ditentukan, namun tidak diikutsertakan dalam analisis data. Ketidaktelitian
27
dan bias pada saat pengisian kuisioner akan mengurangi keakuratan hasil penelitian ini.
4.12 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun/Bulan ke-
2015 2016
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1
Pembuatan proposal
penelitian 2 Sampling 3
Pengumpulan
data
4
Pengolahan data dan
analisis data
5
Penulisan laporan
penelitian
28 5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (FK UNUD) merupakan satu diantara 13 fakultas yang bernaung diabawah Universitas Udayana. FK UNUD telah berdiri sejak tahun 1962 dan merupakan institusi pendidikan negeri yang berlokasi demikian strategis di pusat kota Denpasar, tepatnya di Jalan PB. Sudirman, Denpasar Selatan, Bali. Institusi pendidikan negeri ini memiliki Program Studi Jenjang Sarjana (S1), Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS I), Program Magister (S2) dan Doktor (S3) yang bergerak di bidang kesehatan.
Fakultas Kedokteran khususnya program studi jenjang sarjana (S1) terbagi lagi di dalam beberapa program studi yang bernaung di bawahnya, adapun program studi-program studi tersebut adalah : kedokteran umum atau program studi pendidikan dokter (PSPD), kedokteran gigi atau program studi pendidikan dokter gigi (PSPDG), program studi ilmu keperawatan (PSIK), program studi ilmu kesehatan masyarakat (PSIKM), psikologi, serta program studi fisiologi. Penelitian ini lebih memfokuskan pada salah satu progra m studi yaitu program studi pendidikan dokter (PSPD) mengingat program studi ini memiliki jumlah mahasis wa yang lebih banyak
29
dibandingkan program studi lainnya, sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan responden yang diperlukan dalam penelitian ini.
Sebagai salah satu program studi yang paling diminati tidak hanya dalam skala nasional namun juga internasional, maka program studi pendidikan dokter terbagi ke dalam 2 kelas berbeda di dalam proses belajar mengajar, ke las tersebut yakni, kelas reguler serta kelas internasional. Hal yang membedakan kedua kelas ini terletak pada bahasa pengantar yang digunakan. Pada kelas reguler, perkuliahan diadakan menggunakan Bahasa Indonesia. Sedangkan pada kelas internasional, perkuliahan diadakan dengan menggunakan Bahasa Inggris.
5.1.2 Gambaran Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini terlibat 100 orang responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Adapun karakteristik responden yang diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah usia serta jenis kelamin dari responden. Berikut adalah tabel karakteristik responden.
Tabel 5.1 Karakteristik Umum Responden (Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Usia
16 4 4,0
17 14 14,0
18 76 76,0
19 6 6,0
Total 100 100,0
Jenis Kelamin
Laki-laki 36 36,0
Perempuan 64 64,0
Total 100 100,0
Distribusi karakteristik mahasiswa tahun pertama program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dapat dilihat pada tabel 5.1.
sebagian besar responden berusia 18 tahun, yaitu sebanyak 76 orang dari 100 orang responden yang berpartisipasi (76,0%). Responden yang berusia 16 tahun sebanyak 4 orang (4,0%), sedangkan yang berusia 17 tahun sebanyak 14 orang (14,0%) dan yang yang berusia 19 tahun sebanyak 6 orang (6%). Selain itu, dilihat dari distribusi jenis kelamin, 36 orang sampel (36,0%) adalah laki- laki dan hampir dua kali lipatnya adalah perempuan, yaitu 64 orang sampel (64,0%).
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Distribusi Frekuensi Manifestasi Reaksi Stres Aspek Lingkungan dan Akade mik, Fisik serta Emosi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Mahasis wa Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Manifestasi Reaksi Stres Aspek Lingkungan dan Akademik, Aspek Fisik serta Aspek Emosi Berdasarkan Jenis Kelamin
Skor Stres Aspek Lingkungan dan Akademik
Total Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat
Jenis Kelamin
Laki-laki 26 9 1 36
72,2 % 25,0 % 2,8% 100,0 %
Perempuan 46 15 3 64
71,9 % 23,4 % 4,7% 100,0%
Total 72 24 4 100
72,0 % 24,0% 4,0% 100,0%
31
Skor Stres Aspek Fisik Total Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat
Jenis Kelamin
Laki-laki 9 11 16 36
25,0 % 30,6 % 44,5 % 100,0 %
Perempuan 14 29 21 64
21,9 % 45,3 % 32,8 % 100,0 %
Total 23 40 37 100
23,0 % 40,0% 37,0 % 100,0%
Skor Stres Aspek Emosi Total
Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat Jenis
Kelamin
Laki-laki 2 4 30 36
5,6 % 11,1 % 83,3 % 100,0 %
Perempuan 0 5 59 64
0,0 % 7,8 % 92,1 % 100,0 %
Total 2 9 89 100
2,0 % 9,0 % 89,0 % 100,0 %
Tabel 5.2 memperlihatkan dari 100 responden dilihat dari aspek lingkungan dan akademik didapatkan bahwa 72,2% mahasiswa laki- laki mengalami stres ringan, 25% mengalami stres sedang, dan 2,8% mengalami stres berat. Sedangkan 71,9%
mahasiswa perempuan mengalami stres ringan, 23,4% mengalami stres sedang, dan 4,7% mengalami stres berat. Dari data tersebut terlihat bahwa baik mahasiswa laki- laki maupun perempuan lebih banyak mengalami stres ringan dilihat dari aspek lingkungan dan akademik. Dimana aspek lingkungan dan akademik ini dinilai dari beberapa stresor yang dialami oleh sampel, diantaranya adalah kematian anggota keluarga terdekat, kematian teman baik, perceraian orang tua, perubahan kesehatan atau perilaku anggota keluarga, perubahan status finansial, masalah dengan orang tua, perubahan kondisi tempat tinggal, perubahan aktivitas sosial, perubahan pertemuan keluarga, perubahan waktu rekreasi, perubahan lingkungan belajar, kegagalan dalam
ujian, perubahan banyaknya argumen dengan rekan, peningkatan jumlah tugas, permasalahan dengan dosen pengajar, pencapaian akademik yang tidak sesuai harapan, perubahan jam atau kondisi belajar, serta frekuensi seringnya tidak masuk kuliah.
Tabel 5.2 juga memperlihatkan dari 100 responden dilihat dari aspek fisik didapatkan bahwa pada mahasiswa laki- laki sebanyak 25,0% mengalami stres fisik ringan, 30,6% mengalami stres fisik sedang serta 44,5% mengalami stres fisik berat, Sedangkan pada mahasiswa perempuan didapatkan sebanyak 21,9% mengalami stres fisik ringan, 45,3% mengalami stres fisik sedang, 32,8% mengalami stres fisik berat.
Dari data tersebut terlihat bahwa mahasiswa laki- laki lebih banyak mengalami stres fisik berat, sedangkan mahasiswa perempuan lebih banyak mengalami stres fisik sedang. Dimana stres fisik yang dialami oleh sampel dilihat dari keluhan-keluhan yang dirasakan seperti, seluruh tubuh yang terasa tegang, berkeringat basah, sulit berelaksasi, terdapat nyeri tulang belakang yang berat, ketegangan otot, perut nyeri, terasa keluhan pada kulit, mengalami masalah saluran pencernaan, nafsu makan yang rendah, merokok, kekurangan energi beraktifivitas, serta kurangnya frekuensi berolahraga.
Selain itu dari 100 responden dilihat dari aspek emosi, mahasiswa laki- laki sebanyak 5,6% mengalami stres emosi ringan, 11,1% mengalami stres emosi sedang, 83,3% mengalami stres emosi berat. Sedangkan pada mahasiwa perempuan didapatkan sebanyak 0% mengalami stres emosi ringan, 7,8% mengalami stres emosi sedang, 92,1% mengalami stres emosi berat. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa baik mahasiswa laki- laki maupun perempuan lebih banyak mengalami stres emosi
33
berat. Dimana stres emosi ini, dinilai dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh sampel, meliputi, permasalahan dalam mengingat sesuatu, cemas dan ketakutan yang tidak dapat dideskripsikan, kekhawatiran berlebih, sulit berelaksasi di dalam rumah, merasa sangat marah di dalam hati, tempramen yang meledak- ledak dan sulit dikontrol, sensitif serta lekas marah, perubahan emosi yang kurang jelas, perasaan tidak optimis, serta pemikiran untuk menyakiti diri sendiri.
Berdasarkan data tersebut secara umum dilihat dari ketiga aspek yaitu aspek lingkungan dan akademik, aspek fisik serta aspek emosi dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan secara bermakna tingkat stres yang dialami baik oleh mahasiswa laki- laki maupun perempuan, hal ini tampak tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad M, et al (2012), dimana dikatakan bahwa level stres pada pelajar perempuan lebih berat dibandingkan pelajar laki- laki dimana dengan menggunakan t-test didapatkan perbedaan yang bermakna antara pelajar laki- laki dan perempuan (α < 0,05).
5.2.2 Distribusi Frekuensi Manifestasi Reaksi Stres Aspek Lingkungan dan Akade mik, Fisik serta Emosi Berdasarkan Usia pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Manifestasi Reaksi Stre s Aspek Lingkungan dan Akademik, Aspek Fisik serta Aspek Emosi Berdasarkan Usia
Skor Stres Aspek Lingkungan dan Akademik
Total Stres
Ringan
Stres Sedang
Stres Berat Usia
(Tahun)
16 2 1 1 4
50,0 % 25,0 % 25,0 % 100,0 %
17 14 0 0 14
100,0 % 0,0 % 0,0 % 100,0 %
18 52 21 3 76
68,5 % 27,6 % 3,9 % 100,0 %
19 4 2 0 6
66,7 % 33,3 % 0,0 % 100,0 %
Total 72 24 4 100
72,0 % 24,0 % 4,0 % 100,0 %
Skor Stres Aspek Fisik Total Stres
Ringan
Stres Sedang
Stres Berat Usia
(Tahun)
16 1 2 1 4
25,0 % 50,0 % 25,0 % 100,0 %
17 4 6 4 14
28,6% 42,9 % 28,6 % 100,0 %
18 17 29 30 76
22,4 % 38, 2 % 39,4 % 100,0 %
19 1 3 2 6
16,7 % 50,0 % 33,3 % 100,0 %
Total 23 40 37 100
23,0 % 40,0 % 37,0 % 100,0 %
Skor Stres Aspek Emosi Total Stres
Ringan
Stres Sedang
Stres Berat Usia
(Tahun)
16 0 0 4 4
0,0 % 0,0 % 100,0 % 100,0 %
17 0 2 12 14
0,0 % 14,3 % 85,7 % 100,0 %
18 2 7 67 76
2,6 % 9,2 % 88,2 % 100,0 %
19 0 0 6 6
0,0 % 0,0 % 100,0 % 100,0 %
Total 2 9 89 100
2,0 % 9,0 % 89,0 % 100,0 %
Tabel 5.3 menggambarkan bahwa dari 100 responden yang terlibat berdasarkan aspek lingkungan dan akademik, mahasiswa dengan usia 16 tahun, sebanyak 50% mengalami stres ringan, 25,0% mengalami stres sedang, 25,0%
mengalami stres berat. Sedangkan pada mahasiswa usia 17 tahun, sebanyak 100,0%
35
mengalami stres ringan, 0,0% mengalami stres sedang, 0,0% mengalami stres berat.
Sedangkan pada mahasiswa usia 18 tahun didapatkan bahwa 68,5% mengalami stres ringan, 27,6% mengalami stres sedang, d an 3,9% mengalami stres berat. Pada mahasiswa usia 19 tahun, sebanyak 66,7% mengalami stres ringan, 33,3% mengalami stres sedang, dan 0% mengalami stres berat. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa mahasiswa dengan usia 16 tahun lebih banyak mengalami stres ringan begitu pula mahasiswa dengan usia 17 tahun, 18 tahun serta 19 tahun lebih banyak mengalami stres ringan apabila dilihat dari aspek lingkungan.
Tabel 5.3 juga memperlihatkan bahwa dari 100 responden dilihat dari aspek fisik, pada mahasiswa usia 16 tahun, sebanyak 25,0% mengalami stres fisik ringan, 50,0% mengalami stres fisik sedang, 25,0% mengalami stres fisik berat. Sedangkan pada mahasiswa dengan usia 17 tahun, sebanyak 28,6% mengalami stres fisik ringan, 42,9% mengalami stres fisik sedang, 28,6% mengalami stres fisik berat. Sedangkan pada mahasiswa usia 18 tahun didapatkan sebanyak 22,4% mengalami stres fisik ringan, 38,2% mengalami stres fisik sedang, 39,4% mengalami stres fisik berat.
Sedangkan pada mahasiswa usia 19 tahun didapatkan sebanyak 16,7% mengalami stres fisik ringan, 50,0% mengalami stres fisik sedang, 33,4% mengalami stres fisik berat. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa stres fisik sedang mendominasi pada mahasiswa usia 16 tahun, 17 tahum, serta 19 tahun. Sedangkan mahasiswa dengan usia 18 tahun lebih banyak mengalami stres fisik berat.
Selain itu dari 100 responden dilihat dari aspek emosi, mahasiswa dengan usia 16 tahun mengalami stres emosi ringan serta stres emosi sedang sebanyak 0,0%, serta stres emosi berat sebanyak 100,0%, Sedangkan pada mahasiswa dengan usia 17 tahun
sebanyak 0,0% mengalami stres emosi ringan, 14,3% mengalami stres emosi sedang, 85,7% mengalami stres emosi berat. Sedangkan mahasiswa usia 18 tahun, mengalami stres emosi ringan sebanyak 2,6%, stres emosi sedang sebanyak 9,2%, stres emosi berat sebanyak 88,2%. Mahasiswa dengan usia 19 tahun, sebanyak 0,0% mengalami stres emosi ringan serta stres emosi sedang, kemudian 100,0% diantaranya mengalami stres emosi berat. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa mahasiswa dengan usia 16 tahun lebih banyak mengalami stres emosi berat. Begitu pula mahasiswa usia 17 tahun, 18 tahun, 19 tahun lebih banyak mengalami stres emosi berat.
37 BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Distribusi karakteristik mahasiswa tahun pertama Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sebagian besar responden berusia 18 tahun, yaitu sebanyak 76 orang dari 100 orang responden yang berpartisipasi (76,0%). Responden yang berusia 16 tahun sebanyak 4 orang (4,0%), sedangkan yang berusia 17 tahun sebanyak 14 orang (14,0%) dan yang yang berusia 19 tahun sebanyak 6 orang (6%). Selain itu, dilihat dari distribusi jenis kelamin, 36 orang sampel (36,0%) adalah laki-laki dan hampir dua kali lipatnya adalah perempuan, yaitu 64 orang sampel (64,0%).
Dilihat dari aspek lingkungan dan akademis mahasiswa laki-laki maupun perempuan lebih banyak mengalami stres ringan, sedangkan dilihat dari karakteristik usia mahasiswa dengan usia16 tahun, 17 tahun, 18 tahun serta 19 tahun lebih banyak mengalami stres ringan.
Apabila dinilai dari aspek fisik , mahasiswa laki-laki lebih banyak mengalami stres fisik berat, sedangkan mahasiswa perempuan lebih banyak mengalami stres fisik sedang. Serta dilihat dari segi usia stres fisik sedang mendominasi pada mahasiswa usia 16 tahun, 17 tahum, serta 19 tahun. Sedangkan mahasiswa usia 18 tahun lebih banyak mengalami stres fisik berat.