BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Setiap orang berhak untuk bekerja mendapatkan imbalan serta perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Tenaga Kerja bisa saja mengalami risiko-risiko saat menjalankan pekerjaan, sehingga kelangsungan hidup tenaga kerja dan anggota keluarganya perlu mendapatkan perhatian. Di sisi lain, negara berkewajiban menjamin kehidupan yang layak bagi tenaga kerja beserta anggota keluarganya. Oleh karena itu, negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan berupa sistem jaminan sosial nasional yang salah satu tujuannya adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja.
Sebelumnya, jaminan sosial tenaga kerja diselenggarakan oleh PT Jamsostek (Persero) yang memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang,akibat risiko sosial. Namun, sesuai dengan amanat undang-undang, PT Jamsostek berubah menjadi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan mulai tanggal 1 Januari 2014.
Jaminan sosial merupakan hak asasi setiap warga negara sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga
pasal 28H ayat 3 yaitu “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermatabat. Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang, seperti terbaca pada Perubahan UUD 1945 tahun 2002, Pasal 34 ayat
2, yaitu “Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.1
Tujuan sebuah negara adalah menciptakan kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya. Siapapun dan apapun statusnya, berhak mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya. Jadi keberadaan institusi bernama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS) adalah salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Tujuan Sistem Jaminan Sosial Nasional memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. Dalam hal ini BPJS mendistribusikan kesejahteraan sekaligus perlindungan bagi seluruh rakyat Indonesia.2
Undang-Undang No.24 Tahun 2011 menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (selanjutnya disebut JKN) akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai
1 Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, USU Press, Medan, 2010,
Hal.116
2Mustakim Muhammad, “BPJS”, http://www.mustaqimjnet.com/bpjs.html diakses 10
1 Januari 2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain, Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (selanjutnya disebut PBI); Peraturan Presiden No.12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).3 Untuk jaminan ketenagakerjaan sendiri
,awalnya adalah PT Jamsostek yang dialihkan menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januri 2014 dan pada tanggal 1 Juli 2015 BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi dimana program nya adalah jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan pensiun.
Program Jaminan Sosial merupakan program perlindungan yang bersifat dasar bagi tenaga kerja yang bertujuan untuk menjamin adanya keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi, dan merupakan sarana penjamin arus penerimaan penghasilan bagi tenaga kerja dan keluarganya akibat dari terjadinya risiko-risiko sosial dengan pembiayaan yang terjangkau oleh perusahaan dan tenaga kerja.4
Dimana risiko sosial ekonomi program jaminan sosial yang ditanggulangi oleh PTPN 3 Medan adalah saat terjadi peristiwa kecelakaan kerja, santunan hari tua, perawatan kesehatan dan meninggal dunia yang mengakibatkan berkurangnya penghasilan tenaga kerja atau membutuhkan peraawatan medis.
Undang-Undang BPJS memberi arti kata ‘transformasi’ sebagai perubahaan bentuk BUMN Persero yang menyelenggarakan program jaminan sosial, menjadi
3 Ridwan Max Sijabat, “Askes, Jamsostek asked to prepare transformation”, The Jakarta
Post, diakses 10 Januari 2016
4Agusmidah, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, GHALIA INDONESIA, Bogor, 2010,
BPJS. Perubahan bentuk bermakna perubahan karakteristik Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagai penyesuaian atas perubahan filosofi penyelenggaraan program jaminan sosial. Perubahan karakteristik berarti perubahan bentuk badan hukum yang mencakup pendirian, ruang lingkup kerja dan kewenangan badan yang selanjutnya diikuti dengan perubahan struktur organisasi, prosedur kerja dan budaya organisasi.
PTPN 3 (Persero) memperkerjakan pekerja/buruh sebanyak kurang lebih 29.000 orang. Keseluruhan buruh tersebut terdapat di seluruh wilayah kerja perusahaan, terdiri atas 61(enam puluh satu) unit yang terdapat di seluruh wilayah Sumatera Utara. Pekerja / buruh yang bekerja di PTPN III disebut sebagai Karyawan pimpinan (karyawan yang merencanakan, mengorganisasi, menjalankan serta mengawasi) dan karyawan pelaksana(karyawan yang melaksanakan proses operasional perusahaan sehari-hari) dan kesemuanya merupakan karyawan tetap atau permanen.5
Dalam perjanjian kerja terdapat hak dan kewajiban masing-masing yaitu karyawan dan perusahaan. Adapun kewajiban dari pihak perusahaan adalah membayar upah/gaji secara tepat waktu. Perusahaan juga berkewajiban untuk melindungi karyawan baik dalam kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan. Sebab hal ini adalah tanggung jawab perusahaan. Para pekerja/buruh di PTPN 3 wajib mengikuti program jaminan sosial sesuai ketentuan yang berlaku.
Dari uraian latar belakang masalah ini, maka penulisan skripsi ini akan membahasnya dengan judul “Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial
5 Masitah Pohan, SH, M.Hum, Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap buruh,
Tenaga Kerja Di PTPN 3 Medan Setelah Berlakunya UU No.24 Tahun 2011
Tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial”.
B.Perumusan Masalah
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan penyelenggaraan Jaminan sosial di PTPN 3 perlu dan menarik untuk diteliti. Oleh karena itu dapatlah dirumuskan permasalahan dalam penulisan adalah sebagi berikut:
1. Bagaimana pengaturan sistem jaminan sosial dilihat dari Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial?
2. Bagaimana penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan bagi parapekerja/buruh di PTPN 3 setelah adanya perubahan penyelenggara dari PT Jamsostek menjadi BPJS ?
3. Bagaimanapelaksanaan jaminan sosial kesehatan bagi tenaga kerja di PTPN 3 setelah berlakunya peraturan tentang BPJS?
C.Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah yang dibahas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaturan sistem jaminan sosial bagi paekerja/buruh dilihat dari Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
3. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan jaminan sosial kesehatan bagi tenaga kerja di PTPN 3 setelah berlakunya peraturan tentang BPJS
D.Manfaat Penulisan
Adapun suatu penelitian, selain mempunyai tujuan yang jelas juga diharapkan memberikan manfaat terutama bagi bidang ilmu yang diteliti, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a) Dapat memberikan sumbangan informasi kepada pendidikan ilmu hukum, khususnya pada hukum perburuhan yang berkaitan dengan penyelenggaraan jaminan sosial pada PTPN 3.
b) Dapat dijadikan bahan kajian ataupun masukan terhadap pelaksanaan sistem jaminan sosial bagi pekerja/buruh setelah berlakunya Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS).
2. Manfaat Praktis
a) Penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengusaha atau perusahaan dalam rangka mengambil kebijakan mengenai penyelenggaraan jaminan sosial untuk para pekerjaburuh. b) Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU).
E.Keaslian Penulisan
Penulis telah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Administrasi Negara, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun permasalahan dengan judul dan permasalahan yang diangkat oleh penulis yaitu tentang “Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di PTPN 3 Medan Setelah Berlakunya UU No.24 Tahun 2011 Tentang
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial”. Oleh karena itu, tulisan ini
merupakan buah karya asli penulis yang disusun berdasarkan dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan ilmiah.
Dengan demikian, dapat penulis simpulkan bahwa skripsi yang penulis susun ini merupakan karya asli penulis dan tidak meniru dari kepunyaan orang lain. Penulis berani bertanggung jawab apabila ditemukan adanya kesamaan skripsi penulis dengan skripsi sebelumnya yang terdapat di perpustakaan Departemen Hukum Administrasi Negara.
F. Tinjauan Kepustakaan
1. Jaminan Sosial
menjamin seluruh rakyak agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak .
Menurut Imam Soepomo, jaminan sosial adalah pembayaran yang di terima oleh para pihak buruh diluar kesalahannya tidak melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan diluar kehendaknya.6
2. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
PT. Perkebunan Nusantara III Medan berasal dari Perusahaan perkebunan milik bangsa asing yang dirasionalisasikan Pemerintah RI pada tahun 1957 menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Setelah mengalami beberapa kali perubahan reorganisasi regrouping, maka pada tahun 1968 di reorganisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dan pada tahun 1974 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi PT. Perkebunan (Persero).
PTPN adalah sebuah perusahaan yang besar, yang dikelola dengan baik dan secara profesional. Hal ini tidak terlepas dari dukungan para pihak khususnya adalah karyawan. Pihak pengusaha mempunyai keterlibatan secara langsung terhadap karyawan, yang disebut sebagai hubungan kerja.
3. Pekerja/buruh
Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Dan pada ayat 3 menyebutkan bahwa Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dalam pengertian tersebut, dapat dilihat beberapa unsur yang melekat dari istilah pekerja/buruh, yaitu sebagai berikut :
Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja
maupun bukan angkatan kerja tetapi harus bekerja).
Menerima upah atau imbalan sebagai balas
jasa atas pelaksanaan pekerjaan tersebut.
Dua unsur ini, penting untuk membedakan apakah seseorang masuk dalam kategori pekerja/buruh yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan atau tidak dimana dalam UU Ketenagakerjaan diatur segala hal yang berkaitan dengan hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan.7
G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Sedangkan Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk
mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.8
1. Jenis dan sifat Penelitian
Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum Normatif. Metode penelitian normatif ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan erat hubungannya dengan meneliti bahan-bahan kepustakaan yang mengacu kepada norma-norma hukum dimana data tersebut bersifat sekunder.
2. Sumber Data
Penelitian hukum normatif menitikberatkan pada data sekunder yang diperoleh melalui bahan kepustakaan yang digunakan dapat dibagi kedalam beberapa kelompok meliputi:
Bahan Hukum Primer, yang meliputi bahan
peraturan peundang-undangan terkait hukum ketenagakerjaan dan jaminan sosial.
Bahan Hukum Sekunder, yang meliputi
buku-buku tentang masalah jaminan sosial bagi pekerja/buruh. Bahan Hukum Tersier, yang meliputi bahan
hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dalam hal ini kamus hukum dan ensiklopedia.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik mengumpulan data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini yaitu :
Studi Pustaka yaitu data-data dan keterangan yang dikumpulkan
dari bahan-bahan tulisan seperti buku-buku bacaan dan undang-undang yang berhubungan dengan rumusan masalah skripsi ini. Penelitian hukum ini menggunakan data pelengkap atau pendukung
yakni data yang diperoleh langsung dari wawancara ke PTPN 3 Medan.
4. Analisis Data
Dalam kegiatan menganalisis data dimulai dengan dilakukannya terhadap data yang telah terkumpul melalui pengamatan dan penelusuran melalui media massa tentang BPJS. Selanjutnya dilakukan penelusuran konsep hukum dan aturan-aturan terkait BPJS melalui kepustakaan yang tersedia di perpustakaan maupun melalui media online. Selanjutnya akan diklasifikasikan dan dicocokkan dengan kegiatan penelitian dengan penelusuran nyata yang berkaitan dengan jaminan sosial pada PTPN 3 Medan.
H. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan
Pendahuluan merupakan pengantar, dimana didalamnya dibahas mengenai gambaran umum tentang latar belakang dari masalah yang akan diteliti, adanya perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II : Pengaturan Sistem Jaminan Sosial.
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengaturan sistem jaminan sosial bagi pekerja/buruh. Penulis memulai dengan membahas tentang sejarah pengaturan sistem jaminan sosial bagi pekerja/buruh meliputi Pasca kemerdekaan Indonesia danUndang-Undang Republik Indonesia nomor 40 Tahun 2004tentangSistem Jaminan Sosial Nasional, juga tentang Undang-Undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggaraan jaminan sosial bagi para pekerja.
BAB III : Penyelenggaraan jaminan sosial bagi para pekerja/buruh di PTPN 3.
BAB IV : Pelaksanaan jaminan sosial kesehatan bagi tenaga kerja di PTPN 3 setelah berlakunya peraturan tentang BPJS.
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang prosedur pelaksanaan jaminan sosial kesehatan bagi tenaga kerja di PTPN 3 setelah berlakunya peraturan tentang BPJS meliputi prosedur dan mekanisme kepersertaan BPJS kesehatan, pelaksanaan sistem jaminan sosial, jaminan pemeriksaan kesehatan pada pekerja. BAB V : Kesimpulan dan Saran