• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Dalam Merekrut Anggota (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi Kompas-USU dalam Merekrut Anggota Organisasi)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Paradigma Kajian

Paradigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai kerangka berpikir dan suatu model dalam ilmu pengetahuan. Paradigma menggambarkan suatu pandangan dunia (world view) yang menentukan bagi pengamat sifat dari ‘dunia’ sebagai tempat individu dan kemungkinan hubungan dengan dunia tersebut beserta bagian-bagiannya (Hermawan, 2011: 4).

Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu dan teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian. Pada umumnya paradigma diartikan sebagai cara atau sudut pandang yang dipakai oleh seseorang atau satu kelompok dalam melihat, memandang, atau mendekati suatu gejala yang ada dan atau yang muncul dalam masyarakat.

Dalam melakukan penelitian, komunikasi memiliki tiga paradigma, yaitu paradigma klasik, paradigma kritis, dan paradigma konstruktivisme. Namun menurut Sendjaja, dalam perkembangan ilmu saat ini terdapat paradigma klasik yang merupakan gabungan dari paradigma positivis dan post-positivis (Bungin, 2008: 237).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma post-positivis. Paradigma post-positivis merupakan paradigma penelitian yang berusaha melakukan kritik pada paradigma positivis. Paradigma ini menganggap bahwa penelitian tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai pribadi peneliti sendiri. Peneliti perlu memasukkan nilai-nilai sebagai pendapatnya sendiri dalam menilai realita yang diteliti. Tujuan penelitian dengan paradigma ini sama dengan positivistik yaitu untuk mengetahui pola umum yang ada dalam masyarakat (Pujileksono, 2015: 28).

Paradigma ini sangat sesuai dengan masalah pada penelitian ini yaitu melihat bagaimana proses rekrutmen anggota yang dilakukan oleh organisasi KOMPAS-USU dan bagaimana pula strategi komunikasi yang mereka gunakan

(2)

dalam proses rekrutmen tersebut. Strategi komunikasi dalam suatu proses rekrutmen anggota sebuah organisasi merupakan fakta dan realitas sosial yang benar adanya. Namun, kebenaran tersebut tidak akan didapat apabila peneliti mengambil jarak atau tidak terlibat langsung dengan realitas yang ada.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang seirama dengan Strategi Komunikasi dalam Merekrut Anggota sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, namun penelitian dengan fokus strategi komunikasi dalam merekrut anggota organisasi mapala seperti KOMPAS-USU masih belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Adapun beberapa literatur yang bisa dijadikan sebagai acuan antara lain :

1. “STRATEGI KOMUNIKASI PERUSAHAAN ORIFLAME DALAM MEREKRUT CUSTOMER DI KOTA MAKASSAR”, milik Afridyawati Rahmadani dengan NIM E 311 07 020, Mahasiswi Konsetrasi Public Relations, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar 2011.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui strategi komunikasi apa yang dilakukan oleh perusahaan Oriflame dalam merekrut customer di kota Makassar, (2) Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menunjang dan menghambat terhadap strategi komunikasi oriflame dalam merekrut customer di kota Makassar.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada strategi komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan oriflame untuk merekrut customer di kota Makassar. Adapun strategi tersubut ialah bekerja dengan system Sales And Recruitment Process In Oriflame (SARPIO) yang memiliki kerangka kerja dan metode-metode yang akan mendukung semua tingkatan dalam jaringan, yang semuanya memiliki tugas dan arahan tentang apa yang harus dilakukan untuk berkembang hingga ke level atau semakin berkembang pada Success Plan Oriflame.

(3)

strategi komunikasi dapat meliputi : gagasan, pesan, media, respon, dan feedback, dimana nampak bahwa kelima faktor dalam strategi komunikasi berpengaruh dalam merekrut jumlah customer. Sedangkan hambatan dalam menerapkan strategi komunikasi dimana seringkali terjadi perbedaan antara komunikator dan komunikan.

2. “STRATEGI KOMUNIKASI REKRUTTMEN DI ORGANISASI KEMAHASISWAAN (Studi Kasus Rekrutmen Kader HMI Cabang Ciputat)”, milik Anis Kurniawan dengan NIM 108032200017, Mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

Secara umum, skripsi ini menganalisa strategi rekrutmen kader organisasi yang digunakan oleh HMI Cabang Ciputat dengan menggunakan perspektif gerakan sosial dengan fokus pada aspek resource mobilization. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi HMI Cabang Ciputat tentang pentingnya rekrutmen kader dan untuk mengetahui strategi apa saja yang dilakukan oleh pengurus HMI Cabang Ciputat dalam merekrut kader.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rekrutmen kader yang dilakukan oleh HMI Cabang Ciputat sangat penting. Pertama, rekrutmen dipandang sebagai ujung tombak atau tulang punggung sebuah organisasi. Kedua, rekrutmen dilakukan untuk mencari calon kader yang potensial. Ketiga, Rekrutmen dinilai sebagai upaya regenerasi kepengurusan dalam organisasi. Keempat, rekrutmen dianggap sebagai bentuk eksistensi HMI. kelima, rekrutmen merupakan strategi bertahan organisasi HMI. Sedangkan strategi rekrutmen yang dilakukan oleh pengurus HMI Cabang Ciputat adalah Face to Face, yang dalam hal ini lebih menekankan pada strategi Private Face To Face, seperti jaringan pertemanan, jaringan kekeluargaan, jaringan almamater pendidikan atau pesantren, dan jaringan primordial (satu daerah).

(4)

pengurus mudah melakukan rekrutmen terhadap mahasiswa baru. Strategi melalui media yang digunakan untuk menyampaikan informasi perekrutan lebih menggunakan strategi Private Mediated, seperti SMS dan BBM, karena dianggap lebih efektif. Di sisi yang lain, digunakan strategi Public Mediated, seperti media sosial facebook dan twitter, serta media cetak seperti pamflet, brosur dan selebaran-selebaran yang diberikan pada calon anggota.

3. “STRATEGI KOMUNIKASI DAN REKRUT ANGGOTA ORGANISASI (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Strategi Komunikasi dalam Perekrutan Anggota Organisasi di HMI Komisariat FISIP USU)”, milik Chyiona Azaria Raz S dengan NIM 110904040, Mahasiswi Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan 2015.

(5)

mengatur, merencanakan susuatu pada organisasi secara terstruktur dan mendapatkan tambahan wawasan melalui diskusi-dsikusi yang diberikan dan forum pelatihan yang ada di HMI FISIP USU dan memperluas jaringan.

2.3 Kajian Pustaka

Dalam melakukan penelitian ilmiah, teori sangat berperan dalam menentukan landasan berpikir untuk mendukung pemecahan suatu masalah dengan sistematis. Gibbs (dalam Black, 2001: 48) menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang saling berkaitan secara logis dalam bentuk penegasan empiris mengenai sifat-sifat dari kelas-kelas yang tak terbatas dari berbagai kejadian atau benda.

Sebagaimana yang didefinisikan oleh Nawawi bahwa setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2012 : 39). Fungsi teori dalam penelitian adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Kriyantono, 2006 : 42).

Adapun teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi organisasi, strategi komunikasi, teori motivasi dalam organisasi, dan rekrutmen.

2.3.1 Komunikasi

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Melalui komunikasi setiap orang dapat saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam rumah tangga, tempat pekerjaan maupun dimana saja manusia tersebut berada, sehingga dalam kenyataannya tidak ada manusia yang tidak terlibat komunikasi.

(6)

merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Mulyana, 2010 : 46).

Harold Lasswell mengemukakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan berikut : “Who says What in Which Channel to Whom With What Effect?” atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, 2010 : 62). Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu (Effendy, 2003: 10) :

a. Komunikator (siapa yang mengatakan?) b. Pesan (mengatakan apa?)

c. Media (melalui saluran / channel / media apa?) d. Komunikan (kepada siapa?)

e. Efek (dengan dampak / efek apa?)

Secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Shannon dan Weaver (dalam Wiryanto, 2004: 7) berpendapat bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang selalu mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

Dari pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa tujuan utama dari komunikasi ialah untuk menyamakan makna antara komunikator (pengirim pesan) dan komunikan (penerima pesan). Sedangkan Stanton (dalam Liliweri, 2011 : 128) menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada lima tujuan komunikasi manusia, yaitu :

1. Mempengaruhi orang lain

(7)

5. Bermain atau bergurau

Selain itu, Liliweri (2011: 129) merumuskan tujuan komunikasi yaitu make them SMART, artinya komunikasi dapat memenuhi:

1. Specific – membuat sasaran merasa diperhatikan secara khusus, artinya mereka mendengarkan informasi dari sumber khusus, pesan khusus, media khusus, dengan efek khusus dalam konteks khusus pula.

2. Measureable – bahwa tujuan komunikasi akan dapat dicapai jika sumber komunikasi merumuskan ukuran – ukuran bagi semua elemen dalam proses komunikasi. Misalnya, ada indikator untuk menentukan kelayakan sumber bagi tercapainya tujuan komunikasi, indikator atau alat ukur bagi pesan, media sasaran, efek dan indikator bagi konteks.

3. Attainable – bahwa tujuan komunikasi adalah penetapan terhadap apa yang seharusnya dicapai dalam suatu aktivitas komunikasi, tentukan tingkat ketercapaian tujuan komunikasi itu (dalam persentase perubahan sikap, dan lain – lain).

4. Result-orientated - berorientasi pada hasil, bahwa tujuan komunikasi harus berorientasi pada hasil yang telah direncanakan (planned communication, intenstionality communication).

5. Time-limited - komunikasi yang baik adalah komunikasi yang memiliki batasan waktu sebagai faktor untuk menentukan tercapainya tujuan komunikasi.

Lebih lanjut Liliweri (2011 : 128) mengatakan bahwa tujuan komunikasi sedapat mungkin memperhatikan elemen-elemen utama komunikasi, yaitu :

1. Pengirim, orang yang mengirimkan pesan (encoder). 2. Penerima, orang yang menginterpretsi pesan (decoder).

(8)

4. Pesan, informasi yang sudah distimulasikan itu dikirim oleh pengirim ke dalam alam pikiran penerima.

5. Umpan balik, respon yang diberikan penerima kepada pengirim.

6. Lingkungan, dunia fisik dan nonfisik sebagai tempat terjadinya interaksi.

7. Gangguan, dari luar yang hanya dapat terlihat dan terasa dalam peristiwa komunikasi.

Pada intinya komunikasi bertujuan untuk menciptakan pemahaman bersama, mengubah persepsi bahkan perilaku. Selain itu, komunikasi juga dapat menjadi cara untuk bertukar informasi dan penyampaian makna suatu sistem sosial atau organisasi. Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerjasama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.

Seberapa berbakatnya seseorang, ia harus menguasai keterampilan dalam berkomunikasi. Wilbur Schram (dalam Mufid, 2009 : 128-129) menyebutkan sebagai “condition of success in communication” yakni kondisi yang harus dipenuhi agar pesan disampaikan dan menghasilkan tanggapan yang diinginkan yaitu :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang yang memiliki pengertian yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus dapat menumbuhkan kebutuhan pribadi komunikan

sekaligus menyediakan alternatif untuk mencapai kebutuhan tersebut. 4. Pesan harus berkaitan dengan kebutuhan kelompok dimana komunikan

berada.

2.3.1.1 Proses Komunikasi

(9)

a. Proses komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi ini adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi ini adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi ini adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Proses komunikasi secara sekunder ini menggunakan media yang dapat diklarifikasikan sebagai media massa (surat kabar, siaran radio, siaran TV, film) dan media nirmassa atau media nonmassa (surat, telepon, poster, dll).

2.3.2 Komunikasi Organisasi

Schein (dalam Muhammad, 2007: 23) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Komunikasi terjadi dalam lingkup yang mempunyai struktur, karakteristik, serta fungsi tertentu yang mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri. Adanya pemahaman, interaksi, relasi dan transaksi yang terjadi antar manusia dalam organisasi itulah yang disebut komunikasi organisasi.

(10)

yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung, hubungan, lingkungan, dan ketidakpastian.

Sedangkan Komunikasi organisasi menurut Wiryanto (dalam Romli, 2011: 65) adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang di setujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus di lakukan dalam organisasi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang di setujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

Dalam proses komunikasi organisasi, ada beberapa komponen yang perlu untuk diperhatikan. Adapun komponennya adalah sebagai berikut (Muhammad, 2007 : 10) :

a. Jalur komunikasi internal, eksternal, atas-bawah, bawah-atas, horizontal, serta jaringan.

b. Induksi, antara lain orientasi tersembunyi dari para karyawan, kebijakan dan prosedur, serta keuntungan para karyawan.

c. Saluran, antara lain media elektronik (email dan internet), media cetak (memo, surat menyurat, bulletin) dan tatap muka.

d. Rapat, antara lain briefing, rapat staf, rapat proyek, dan dengar pendapat umum.

e. Wawancara, antara lain seleksi, tampilan kerja dan promosi karir.

(11)

yang sangat penting karena kegagalan dalam komunikasi dapat menimbulkan kerugian yang besar bagi sebuah organisasi.

Berbicara tentang komunikasi organisasi tidak terlepas dari dua konsep utama yaitu komunikasi dan organisasi. Di dalam organisasi (baik organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis), komunikasi ibarat aliran darah kehidupan. Tanpa adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat bergerak dan melaksanakan aktivitasnya. Setiap orang yang berada di dalam organisasi tidak dapat menghindarkan diri dari komunikasi jika mengharapkan keinginan atau kebutuhannya dapat dipenuhi oleh pihak lain. Oleh karena itu, komunikasi menempati posisi yang strategis di dalam organisasi. Semua konsep dan pendekatan ataupun model yang dikenal di dalam teori organisasi dan manajemen mutlak memerlukan komunikasi. Melalui komunikasilah maka berbagai pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dapat saling berhubungan secara efektif dan efisien. Komunikasi yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan internal dan lingkungan serta sesuai pula dengan mekanisme yang ada sebab jika komunikasi yang berjalan sangat berlebihan maka tidak menutup kemungkinan kinerja organisasi akan terganggu. Oleh karena itu, komunikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi agar memberikan manfaat optimal bagi organisasi (Siswandi, 2011 : 171).

Komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka terlibat dalam proses itu, bertransaksi, dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi (Sutrisno, 2010: 47). Dipandang dari sudut perspektif fungsional, komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi yang tertentu. Sedangkan dari sudut perspektif interpertif, komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi dan menekankan peranan “orang-orang” dan proses dalam menciptakan makna (Pace & Faules, 2005 : 31-33).

(12)

Sifat terpenting komunikasi organisasi adalah penciptaan pesan, penafsiran, dan penanganan kegiatan anggota organisasi, bagaimana komunikasi berlangsung dalam organisasi dan maknanya bergantung pada konsepsi seseorang mengenai organisasi. Bila organisasi dianggap sebagai suatu struktur yang telah ada sebelumnya, maka komunikasi dapat dianggap sebagai suatu substansi nyata yang mengalir ke atas, ke bawah, dan ke samping dalam suatu wadah. Dalam pandangan itu, komunikasi berfungsi mencapai tujuan dari sistem organisasi. Fungsi-fungsi komunikasi lebih khusus meliputi pesan-pesan mengenai pekerjaan, pemeliharaan, motivasi, integratif, dan inovasi. Komunikasi mendukung struktur organisasi dan adaptasi dengan lingkungan (Sutrisno, 2010 : 47-48).

Selain itu, komunikasi organisasi juga memiliki tujuan. Liliweri (2014 : 372) mengemukakan bahwa ada empat tujuan komunikasi organisasi, yaitu :

1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat 2. Membagi informasi

3. Menyatakan perasaan dan emosi 4. Melakukan koordinasi

Tidak hanya memiliki tujuan, komunikasi dalam organisasi juga memiliki fungsi. Secara umum, fungsi komunikasi dalam organisasi menurut Sendjaja (2002: 48) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

(13)

a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.

b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:

a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khsus dalam organisasi tersebut (buletin, newslatter) dan laporan kemajuan organisasi.

b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawista. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

(14)

1. Anggota Organisasi

Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang melaksanakan pekerjaan organisasi. Orang-orang yang membentuk organisasi terlibat dalam beberapa kegiatan primer. Mereka terlibat dalam kegiatan-kegiatan pemikiran, perasaan, self moving (kegiatan fisik) dan elektrokimia (misal : kegiatan jantung).

2. Pekerjaan dalam Organisasi

Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi terdiri dari tugas-tugas formal dan informal. Tugas-tugas ini menghasilkan produk dan memberikan pelayanan organisasi. Pekerjaan ini ditandai oleh tiga dimensi universal: isi (bahan,alat), keperluan (pengetahuan) dan konteks (kebu-tuhan fisik, lokasi).

3. Praktik-Praktik Pengelolaan

Tujuan primer pegawai manajerial adalah menyelesaikan pekerjaan melalui usaha orang lainnya. Manajer membuat keputusan mengenai bagaimana orang-orang lainnya, biasanya bawahan mereka, menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Sebagian manajer membawahi manajer-manajer lainnya. Kegiatan seorang manajer telah dijelaskan dalam berbagai cara. Pertama, telah dicapai beberapa konsensus di sekitar gagasan bahwa para manajer melaksanakan lima fungsi utama: perencanaan, pengorganisasian, penyusunan kepegawaian, pengarahan, dan pengendalian. Kedua, beberapa bukti menyatakan bahwa manajer melaksanakan sekitar sepuluh peranan dasar yang terbagi menjadi tiga kelompok dasar :

a. Peranan antarpersona (pemimpin figur, pemimpin, penghubung)

b. Peranan yang berhubungan dengan informasi (pengawas, penyuluh, juru bicara)

c. Peranan yang memerlukan ketegasan (wiraswasta, menangani gangguan, mengalokasikan sumber daya dan melakukan perundingan).

(15)

Struktur organisasi merujuk kepada hubungan-hubungan antara “tugas-tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi”. Struktur organisasi ditentukan oleh tiga variabel kunci: kompleksitas (diferensiasi horizontal, diferensiasi vertikal dan diferensiasi spasial), formalisasi (standarisasi dan tugas-tugas), dan sentralisasi (derajat keterkosentrasian pembuatan keputusan pada satu jabatan dalam organisasi).

5. Pedoman Organisasi

Pedoman organisasi adalah serangkaian pernyataan yang mempengaruhi, mengendalikan, dan memberi arahan bagi anggota organisasi dalam mengambil keputusan dan tindakan. Pedoman organisasi terdiri atas pernyataan-pernyataan seperti cita-cita, misi, tujuan, strategi, kebijakan, prosedur dan aturan. Berbagai pedoman ini menyediakan informasi untuk para anggota organisasi mengenai kemana organisasi ini menuju, apa yang harus mereka lakukan, bagaimana seharusnya mereka berpikir tentang masalah-masalah organisasi dan solusi-solusinya, dan tindakan apa yang harus mereka lakukan untuk keberhasilan organisasi tersebut.

Unsur-unsur dasar organisasi tersebut saling terkait dan menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur tersebut juga sebaiknya dipahami secara baik oleh organisasi untuk menciptakan evaluasi dan reaksi yang menunjukkan apakah yang dimaksud oleh setiap unsur dasar tersebut dan seberapa baik unsur-unsur ini beroperasi bagi kebaikan organisasi.

2.3.3 Strategi Komunikasi

(16)

1. Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan dan mempromosikan suatu visi komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang baik. 2. Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang

dilakukan berdasarkan suatu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi komunikasi.

3. Strategi berbeda dengan taktik. Strategi komunikasi menjelaskan tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah satu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Adalah tujuan akhir komunikasi, strategi berperan memfasilitasi perubahan perilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen.

(Liliweri, 2011 : 239 - 240)

Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Strategi komunikasi harus didukung oleh teori karena teori merupakan pengetahuan berdasarkan pengalaman (empiris) yang sudah diuji kebenarannya. Banyak teori komunikasi yang telah dijelaskan oleh para ahli, namun rumus Harold D. Lasswell merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi yang bisa menjadi pendukung strategi komunikasi yaitu dengan menjawab pertanyaan “Who Says What in Which Channel to Whom With What Effect?”

Untuk lebih jelasnya, dalam strategi komunikasi segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell tersebut; Who? (siapakah komunikatornya), Says What? (pesan apa yang disampaikannya), in Which Channel? (media apa yang digunakannya), to Whom? (siapa komunikannya), dan With What Effect? (efek apa yang diharpkan).

(17)

strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut.

a. Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum melancarkan komunikasi, perlu mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi itu sendiri. Tergantung kepada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Apapun tujuannya, metodenya dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

 Faktor kerangka referensi, pesan yang disampaikan kepada komunikan harus sesuai dengan kerangka referensi (field of experience). Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.

 Faktor situasi dan kondisi, yang dimaksud dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi disini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi (Effendy, 2007 : 36).

Ini menjelaskan bahwa sebelum menyampaikan pesan kepada komunikan, komunikator harus mengenal khalayaknya terlebih dahulu. Khalayak (komunikan) itu aktif sehingga antara komunikator dengan komunikan bukan saja terjadi saling hubungan, tetapi juga dapat saling mempengaruhi.

b. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan dipergunakan (Effendy, 2007 : 37).

Menurut Machfoedz (2010 : 6), macam-macam media komunikasi adalah sebagai berikut:

(18)

Dalam saluran komunikasi langsung, dua atau lebih orang saling berkomunikasi secara langsung. Komunikasi dapat berupa tatap muka, melalui telefon, atau melalui surat. Saluran komunikasi langsung merupakan saluran yang efektif karena memungkinkan untuk berbicara dan memberikan umpan balik secara langsung.

2) Media/saluran komunikasi tidak langsung

Media/saluran komunikasi tidak langsung adalah media pembawa pesan tanpa kontak pribadi maupun umpan balik. Saluran ini meliputi media (media cetak, media siaran, dan media pamer), suasana (lingkungan yang didesain agar menciptakan atau memperkuat kecendrungan konsumen untuk membeli produk), dan peristiwa (event) adalah pertunjukan yang ditampilkan untuk mengkomunikasikan pesan kepada khalayak sasaran.

Media komunikasi ada banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai yang modern yang saat ini banyak digunakan. Sebelum memilih media komunikasi, komunikator harus menyusun pesan apa yang akan disampaikan. Menyusun pesan yaitu menentukan tema dan materi pesan. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian. Awal efektifitas dalam komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan.

c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi.

d. Peranan Komunikator dalam komunikasi.

(19)

 Daya tarik sumber. Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya.

 Kredibilitas sumber. Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator (Effendy, 2007 : 38).

Selain itu, Marhaeni Fajar juga menyatakan perumusan strategi dan peranan komunikator dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Fajar, 2009 : 184-204) yang dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Dalam proses komunikasi, baik komunikator maupun khalayak, mempunyai kepentingan yang sama. Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka komunikator harus mengerti dan memahami kerangka pengalaman dan kerangka referensi khalayak secara tepat dan saksama, yang meliputi :

a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri dari : 1) Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan

2) Kemampuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media yang digunakan

3) Pengetahuan khalayak terhadap perbendaharaan kata-kata yang digunakan

b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma kelompok masyarakat yang ada,

c. Situasi dimana khalayak itu berada.

Sementara itu, Schoen-feld mengemukakan klasifikasi khalayak sebagai berikut : a. Innovator ataupun penemu ide adalah orang-orang yang kaya akan ide

baru dan karenanya mudah atau sukar menerima ide baru orang lain. b. Early adopter adalah orang-orang yang cepat atau bersedia untuk

(20)

c. Early majority adalah kelompok orang-orang yang mudah menerima ide-ide baru asal saja sudah diterima oleh orang banyak.

d. Majority adalah kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau menolak ide baru, terbatats pada suatu daerah.

e. Non-adopter adalah orang-orang yang tidak suka menerima ide baru dan tidak suka mengadakan perubahan-perubahan atas pendapatnya yang semula.

2. Menyusun Pesan

Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian.

3. Menetapkan Metode

Seperti telah disinggung, bahwa mencapai efektifitas dari suatu komunikasi selain akan tergantung dari kemantapan isi pesan, yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya, maka juga akan turut dipengaruhi oleh metode-metode penyampaiannya kepada sasaran. Dalam hal ini metode-metode penyampaian dapat dilihat dari dua aspek yaitu menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya.

Menurut cara pelaksanaannya, dapat diwujudkan dalam dua bentuk yaitu :

a. Redundancy (Repetition), adalah cara mempengaruhi khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan kepada khalayak.

b. Canalizing, adalah cara mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki.

Sedangkan menurut bentuk isinya, dikenal metode-metode :

(21)

b. Persuasif, berarti mempengaruhi dengan cara membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikirannya, maupun perasaannya.

c. Edukatif, memberikan suatu ide kepada khalayak berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan teratur dan terencana dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan.

d. Kursif ialah mempengaruhi khalayak dengan jalan memaksa tanpa memberi kesempatan berpikir untuk menerima gagasan-gagasan yang dilontarkan, dimanifestasikan dalam bentuk peraturan-peraturan, intimidasi dan biasanya didukung oleh kekuatan tangguh.

4. Seleksi dan Penggunaan Media

Sebagaimana dalam menyusun pesan dari suatu komunikasi yang ingin dilancarkan, kita harus selektif dalam arti menyesuaikan keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan media pun harus demikian pula.

2.3.3.1 Tujuan Strategi Komunikasi

Menurut Alo Liliweri dalam bukunya Komunikasi Serba Ada dan Serba Makna (2011 : 248-249), strategi komunikasi mempunyai tujuan yaitu :

1. Memberitahu (Announcing) Tujuan pertama dari strategi komunikasi adalah announcing, yaitu pemberitahuan tentang kapasitas dan kualitas informasi (one of the first goals of your communication strategy is to announce the availability of information on quality). Oleh karena itu, informasi yang akan dipromosikan sedapat mungkin berkaitan dengan informasi utama dari seluruh informasi yang demikian penting.

(22)

3. Mendidik (Educating) Tujuan strategi yang berikutnya adalah edukasi. Tiap informasi yang disebarkan harus disampaikan dalam kemasan educating atau bersifat mendidik.

4. Menyebarkan Informasi (Informing) Salah satu tujuan strategi komunikasi adalah menyebarluaskan informasi kepada masyarakat atau audiens yang menjadi sasaran. Diusahakan agar informasi yang disebarkan merupakan informasi yang spesifik dan aktual, sehingga dapat digunakan konsumen. Apalagi jika informasi ini tidak saja sekedar pemberitahuan atau motivasi semata, tetapi mengandung unsur pendidikan. Ini yang dapat kita sebut dengan strategy of informing. 5. Mendukung pembuatan keputusan (Supporting Decision Making).

Tujuan strategi komunikasi terakhir adalah strategi yang mendukung pembuatan keputusan. Dalam rangka pembuatan keputusan, maka informasi yang dikumpulkan, dikategorisasi, dianalisis sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan informasi utama bagi pembuatan keputusan.

Secara sederhana, tujuan utama dari strategi komunikasi ialah untuk memastikan komunikan mengerti dengan pesan yang diterimanya. Apabila komunikan telah mengerti dengan pesan yang diterimanya, selanjutnya strategi komunikasi digunakan untuk meyakinkan komunikan agar menetapkan keputusan terhadap pesan yang diterimanya. Ketika komunikan telah menetapkan keputusan, strategi komunikasi bertujuan untuk memotivasi komunikan agar melakukan apa yang telah ditetapkannya.

Berhasil tidaknya kegiatan komunikasi lebih kurang ditentukan oleh strategi komunikasi. Tanpa strategi komunikasi, media massa yang semakin modern yang kini banyak dipergunakan dinegara-negara berkembang bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif karena mudahnya diperoleh dan relatif mudahnya dioperasionalkan.

(23)

Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (2003 : 299-300), strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) mempunyai fungsi ganda :

 Memperluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.

 Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasional media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya.

Strategi komunikasi direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki target audiens khusus, serta didesain dan disampaikan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Strategi dapat berubah oleh aturan, praktik organisasi, atau perilaku individu. Dapat diketahui bahwa keberhasilan dari kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Apalagi komunikasi yang dilancarkan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam strategi komunikasi peranan komunikasi sangatlah penting.

Strategi komunkasi harus luwes sedemikian rupa sehingga komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat komunikasi bisa datang sewaktu-waktu, apalagi jika komunikasi dilakukan melalui media massa. Faktor-faktor yang berpengaruh bisa terdapat pada komponen komunikan, sehingga efek yang diharapkan bisa saja tak kunjung tercapai.

2.3.4 Teori Motivasi Dalam Organisasi

(24)

Kata motivasi berasal dari bahasa Inggris “Motivation” yang sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu Movere. Kata movere dalam bahasa Latin artinya To Move dalam Bahasa Inggris yang berarti Menggerakkan atau Mendorong dalam Bahasa Indonesia. Di dalam konsep manajemen atau konsep manajemen perilaku kata motivasi didefinisikan sebagai semua upaya untuk memunculkan dari dalam semangat orang lain (bawahan) agar mau bekerja keras guna mencapai tujuan organisasi melalui pemberian atau penyediaan pemuasan kebutuhan mereka (Siswandi, 2011 : 117). Motivasi menyangkut alasan-alasan mengapa orang mencurahkan tenaga untuk melakukan suatu pekerjaan (Pace & Faules, 2005 : 113).

Menurut Handoko, istilah yang digunakan untuk menyebutkan motivasi (motivation) atau motif, antara lain: kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish) dan dorongan (drive). Ia mengartikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan tertentu guna mencapai tujuan. Engkoswara mengemukakan bahwa dorongan (motive) itu berbeda setiap orang. Untuk menumbuhkan dorongan yang ada dalam diri seseorang itu sehingga menjadi tingkah laku positif, orang itu perlu memahami dua hal. Pertama, kegiatan apa yang akan dilakukan. Dalam hubungan ini seseorang hendaknya mengetahui kegiatan dan cara-cara melaksanakannya kegiatan itu. Kedua, mengapa ia perlu melakukan itu. Ia perlu memahami pentingnya tujuan yang akan dicapai baik yang berkaitan dengan kepentingan dirinya maupun yang berhubungan dengan kepentingan lembaga dilingkungannya (dalam Mesiono, 2012 : 130- 131).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses seorang individu dalam berperilaku sedemikian rupa sehingga mau bekerja atau bertindak demi tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Siswandi (2011 : 117-118), ada beberapa macam motif, antara lain:

(25)

6. Motif Positif. Adalah suatu motif untuk dapat melakukan yang lebih baik dikarenakan diyakini bahwa perilaku yang baik akan berdampak baik bagi dirinya.

7. Motif Negatif. Adalah suatu motif untuk melakukan yang lebih jelek.

8. Motif Umum. Suatu motif yang berlaku umum untuk semua orang seperti kebutuhan fisiologis atau psikologis.

9. Motif Spesifik. Adalah suatu motif yang mempunyai ciri khas tersendiri (spesifik) yang tidak ingin sama dengan orang lain.

10. Motif Kompetensi. Adalah suatu motif yang didasarkan atau yang muncul karena adanya kompetensi dirinya terhadap sesuatu.

11. Motif Afiliasi. Motif ini berkaitan dengan keinginan untuk menyenangi atau bergaul dengan orang lain (baik lawan jenisnya atau sejenisnya) akan tetapi tidak ada hubungan dengan pemuasan libido.

12. Motif Afeksi. Motif ini berkaitan dengan keinginan untuk menyenangi atau bergaul dengan orang lain yang mempunyai kaitan dengan pemuasan libido.

Selanjutnya Siswandi (2011 : 120) mengatakan bahwa motif berfungsi sebagai: penggerak, pembimbing, penyeleksi dan memperkuat tekad. Motivasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: Ajaran agama; Pendidikan; Lingkungan keluarga; Lingkungan sosial budaya; dan Kondisi internal diri.

2.3.5 Rekrutmen

Ivanchevich menyebut perekrutan adalah seperangkat aktivitas suatu organisasi yang digunakan untuk mencari calon pemegang jabatan yang memiliki kemampuan dan sikap yang diperlukan untuk mambantu organisasi mencapai tujuannya (dalam Nasution, 2010 : 66). Rekrutmen atau proses seleksi dan penerimaan pegawai adalah upaya yang sistematis untuk mengimplementasikan rencana sumber daya manusia melalui pemilihan, evaluasi dan penyaringan atas pegawai yang memenuhi syarat (dalam Siswandi, 2011 : 73).

(26)

adalah untuk mendapatkan persediaan sebanyak mungkin calon anggota atau pelamar, sehingga organisasi akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pilihan terhadap calon anggota atau pegawai yang dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi.

Menurut Simamora (dalam Nasution, 2010 : 72-75) perekrutan bukanlah merupakan proses satu arah (one way process) dalam arti hanya organisasi yang mencari pelamar pekerjaan. Untuk memperoleh pelamar yang berkualitas menurut Simamora perlu proses rekrutmen terdiri dari:

1. Pembuatan rencana untuk merekrut.

Perencanaan perekrutan harus dibuat sesuai dengan perencanaan sumber daya manusia yang mengacu kepada perencanaan organisasi atau rencana strategis organisasi.

2. Penyusunan strategi untuk merekrut.

Setelah organisasi merencanakan jumlah tenaga yang akan direkrut maka selanjutnya perlu dikembangkan strategi khusus untuk mengindentifikasi bagaimana pekerja akan direkrut, dimana dilakukan perekrutan, dan bagaimana memikat calon pelamar dilaksanakan.

3. Mencari pelamar.

Setelah menetapkan rencana dan strategi perekrutan selanjutnya dilakukan pencarian pelamar melalui iklan disurat kabar atau dengan cara yang lain yang dapat memikat pelamar yang berkualitas.

4. Menyisihkan pelamar yang tidak cocok.

Setelah lamaran diterima dilakukan penyaringan lamaran-lamaran yang masuk untuk menyisihkan pelamar yang tidak memenuhi syarat.

5. Mempersiapkan sekumpulan pelamar.

Berdasarkan hasil penyaringan diperoleh kumpulan pelamar atau kelompok pelamar yang siap untuk mengikuti screening selanjutnya.

(27)

baik akan memberikan hasil yang positif bagi organisasi. Semakin efektif proses rekrutmen, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan anggota yang tepat bagi organisasi atau gerakan sosial sehingga akan berpengaruh langsung pada produktivitas dan kinerja organisasi.

Kemampuan organisasi dalam mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi didukung oleh proses rekrutmen dan proses rekrutmen diintegrasikan dengan program dan kebijakan sumber daya manusia yang strategis. Dengan demikian maka rekrutmen disini dalam arti mencari sekumpulan pelamar yang mempunyai kemampuan, sikap dan motivasi yang baik dimaksudkan untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan yang ada dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi akibat dari perubahan-perubahan.

2.3.5.1 Strategi Rekrutmen

Program rekrutmen yang ideal adalah sebuah program dimana sejumlah calon anggota yang berkualitas ditarik untuk bergabung dalam sebuah organisasi, karena calon anggota yang berkualitas tersebut yang akan melanjutkan kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Rekrutmen yang menggunakan dimensi kualitas calon anggota memiliki sudut pandang yang lebih memadai dan lebih komprehensif. Adapun aspek yang dipertimbangkan bukan hanya satu titik, yaitu sebuah posisi saja, melainkan lebih memandang kebutuhan organisasi secara utuh dan prospektif (Sulistiyani, 2009 : 170).

Menurut James M. Jasper (dalam Freeman, 1999 : 72-74), cara yang digunakan oleh organisasi dalam melebarkan sayapnya ialah ada dua cara: Pertama, Recruiting Intimates, yaitu merekrut seseorang untuk bergabung dalam suatu organisasi karena hubungan pertemanan, keluarga, kerabat dengan cara langsung dan media perantara seperti kirim sms dan email. Sedangkan kedua, Recruiting Strangers, yaitu merekrut seseorang untuk bergabung dalam suatu organisasi dengan menarik orang lain dengan cara ketemu langsung tanpa ada hubungan apa-apa sebelumnya, serta melalui media seperti mengirim brosur ke rumahnya atau ajakan ditempat umum.

(28)

a. Face to Face

Bertatap muka secara langsung (face to face) dapat memberikan semua informasi baik itu verbal maupun non-verbal yang dapat dibagi ketika dua orang atau lebih atau bahkan kelompok hadir secara fisik dan berkomunikasi. Bertatap muka (face to face) terbagi menjadi dua bagian, yaitu private face to face dan public face to face.

1) Private Face to Face

Private face to face ini dapat dicontohkan dengan bertemunya dua pihak yang saling memberi pengaruh agar salah satu pihak dapat terpengaruh. Seperti seseorang melakukan rekrutmen anggota karena ada hubungan pertemanan, keluarga ataupun kekerabatan. Ada juga karena berasal dari satu daerah asal (primordial) atau satu almamater pendidikannya, sehingga mereka mudah untuk melakukan rekrutmen karena sudah ada hubungan pertemanan, bahkan ada hubungan kekerabatan dan ini lebih mudah dalam merekrut anggota.

Di sisi yang lain, seseorang melihat jejak langkah atau karir salah satu keluarganya yang mengikuti organisasi atau gerakan tersebut. Sehingga ketika orang tersebut berbincang-bincang dengan orang yang melakukan rekrutmen, mereka bersedia direkrut untuk masuk organisasi atau gerakan tersebut.

2) Public Face to Face

Public face to face dapat dicontohkan dengan adanya forum atau seminar tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh seseorang atau pengurus untuk menjaring calon anggota.

(29)

b. Mediated

Selain face to face di atas, untuk menyampaikan informasi rekrutmen, tentunya butuh media sebagai perantara. Di sini terbagi dua cara: Private mediated dan public mediated.

1) Private Mediated

Private mediated adalah media komunikasi perekrutan yang lebih mengutamakan perkenalan antar pribadi melalui media yang lebih intens seperti melalui email dan telepon, baik itu sms atau bbm.

2) Public Mediated

Public mediated adalah media komunikasi perekrutan yang lebih menggunakan media yang bersifat massal dengan ruang lingkup yang lebih luas. Baik itu dilakukan melalui media elektro, media sosial mapun media cetak, seperti televisi, radio, media sosial seperti Facebook, Twitter, dan media cetak seperti Koran, pamflet atau brosur, bahkan memasang banner di tembok, jalan raya dan di area kampus dengan slogan yang menarik agar banyak orang yang tertarik dengan organisasi tersebut.

Saluran jaringan merupakan sumber terpenting dalam perekrutan anggota organisasi, sehingga produktif atau tidaknya perekrutan tersebut di ruang publik tidak didasari oleh adanya hubungan keluarga atau orang-orang yang tidak dikenal, melainkan dari jaringan komunikasi yang baik tersebut (McAdam, 1997: 123).

2.4 Model Teoritis

(30)

Gambar 2.1 Model Teoritis

Sumber : Peneliti 2017 Rekrutmen Anggota Baru

KOMPAS-USU

1. Untuk mengetahui proses rekrutmen anggota dalam organisasi KOMPAS-USU.

2. Untuk mengetahui strategi komunikasi yang dilakukan organisasi KOMPAS-USU dalam merekrut anggota organisasi.

Strategi Komunikasi:

1. Mengenal khalayak 2. Menyusun pesan 3. Menetapkan metode

4. Seleksi dan penggunaan media 5. Peranan komunikator dalam

Gambar

Gambar 2.1 Model Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan media komunikasi, karena untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Komunikasi dan Rekrut Anggota

karena berkaitan erat dengan khalayak yang akan diterpa. Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat menggabungkan salah satu atau gabungan dari beberapa media,

Masalah yang difokuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana proses komunikasi yang terjadi dalam komunikasi kelompok dan gejala groupthink yang terjadi di GAMADIKSI USU

Teknik Riset Komunikasi:Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi..

Dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang disampaikan dan teknik yang dipergunakan, karena

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan

Untuk mencapai sasaran komunikasi, komunikator dapat memilih salah satu atau gabungan dari berbagai media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan,