BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
berlangsung sampai saat ini, baik yang dilakukan sehari-hari maupun pada saat upacara adat.2,3
Menyirih dapat menyebabkan efek positif ataupun efek negatif terhadap kesehatan umum. Efek positif menurut penyirih di Kamboja adalah menyirih dapat menguatkan gigi, menyenangkan dan menyegarkan badan, serta membantu proses pencernaan.3 Di India, menyirih dapat menghilangkan sakit gigi, membantu pencernaan, meningkatkan nafsu makan, mewarnai mukosa, dan mengatasi kebosanan hidup.3 Adapun efek negatif kebiasaan menyirih terhadap kesehatan umum diantaranya dapat menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskular, karsinoma hepatoselular, sirosis hepatitits, hiperlipidemia, hiperkalsemia, penyakit ginjal kronis, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, sindroma metabolik, induksi hormon ekstrapiramidal, milk-alkali syndrome, induksi displasia serviks uterus, kanker kerongkongan dan hepar, berat lahir bayi rendah pada ibu penyirih, dan predisposisi kolonisasi Helicobacter pylori dalam saluran pencernaan.4
Pada rongga mulut, efek negatif kebiasaan menyirih terbagi dua, yaitu terhadap mukosa mulut dan terhadap gigi. Efek menyirih terhadap mukosa mulut yaitu dapat menyebabkan lesi oral berupa leukoplakia, fibrosis submukosa, karsinoma sel skuamosa, lesi lichenoid, perubahan warna pada mukosa mulut, penyakit periodontal, dan kanker mulut.4,5 Sedangkan efek menyirih terhadap gigi yaitu menyirih dapat menyebabkan atrisi gigi, hipersensitivitas dentin, nekrosis pulpa, dan terbentuknya stein dan kalkulus pada gigi.6
gigi. Hal ini menyebabkan meningkatnya derajat atrisi gigi.4 Atrisi gigi terjadi akibat kebiasaan menyirih terutama dipengaruhi oleh komposisi menyirih yang bersifat kasar dan keras. Semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi, maka semakin cepat terjadi atrisi gigi yang parah.6
Sebagai respon dari stimulus eksternal (misalnya atrisi), maka dibentuk dentin tertier. Ketika injuri terjadi adalah injuri yang cukup parah menyebabkan kematian sel odontoblas, maka sel yang menyerupai sel odontoblas (odontoblast-like-cell) akan membentuk kristal kalsium fosfat dalam tubulus dentin untuk melindungi jaringan pulpa.7 Dentin tertier terbentuk pada daerah permukaan pulpa dentin primer atau sekunder dan terlokalisasi pada daerah iritasi. Tubulus dalam dentin tertier tidak beraturan, sehingga membuat dentin tertier tidak permeabel terhadap stimulus eksternal. Sel-sel yang membentuk dentin tertier dianggap bukan odontonblas primer tetapi berasal dari sel yang lebih dalam di pulpa seperti sel fibroblas dalam zona yang kaya sel, sel endotelial atau pericyte vaskulatur darah yang menstimulasi TGF-β (Transforming Growth Factor) seperti proliferasi sel, diferensiasi, dan sintesa matriks. TGF-β juga menginduksi odontoblast-like-cell pada proses perbaikan dentin (dentin repair).8 Dentin tertier, terutama di daerah perbatasan antara dentin primer dengan sekunder mempunyai permeabilitas rendah dan dapat menghalangi iritan masuk ke pulpa.8 Berdasarkan penelitian Parmer (2008), penyirih memiliki prevalensi atrisi dan sensitivitas gigi yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengunyah sirih. Hal ini disebabkan karena beban dan frekuensi pengunyahan yang berlebihan serta gigi terpapar dengan berbagai komponen dari campuran sirih.9 Keith (1988) menyatakan bahwa trauma kronis yang berulang terjadi dikarenakan kebiasaan mengatup-katupkan dan mengasah gigi dapat merangsang perubahan bentuk sendi atau dapat memulai proses degeneratif. Mengunyah pinang yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan menyirih dapat menyebabkan atrisi gigi, pewarnaan dan pembentukan faset pada gigi, dan prevalensi periodontitis yang lebih tinggi.10
Dengan adanya pembentukan dentin tertier, rasa sakit dan nyilu terhambat sehingga penyirih bisa menyirih terus-menerus tanpa adanya rasa sakit. Berdasarkan hal ini, penulis merasa tertarik untuk melihat mikrostruktur dentin tertier yang dibentuk sebagai respons untuk melindungi jaringan pulpa pada gigi perempuan menyirih suku Karo dengan metode Scanning Electron Microscope (SEM).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perubahan mikrostruktur dentin tertier pada gigi molar pertama bawah permanen penyirih di Pancur Batu Medan dalam hal :
1. Tebal dentin tertier. 2. Diameter tubulus dentin.
3. Pembentukan kristal di tubulus dentin. 4. Bentuk margin tubulus dentin.
5. Tipe tubulus dentin. 1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui perubahan mikrostruktur dentin tertier pada mesio bukal tanduk pulpa dengan alat Scanning Electron Microscope (SEM) :
1. Tebal dentin tertier. 2. Diameter tubulus dentin.
3. Pembentukan kristal di tubulus dentin. 4. Bentuk margin tubulus dentin.
5. Tipe tubulus dentin.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai data dan informasi mengenai mikrostruktur dentin tertier pada gigi penyirih.