• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Partisipasi Penganggaran Terhadap Kinerja Manajerial Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penganggaran

2.1.1. Pengertian Anggaran

Mardiasmo (2001:121) menjelaskan mengenai pengertian anggaran yaitu sebagai berikut anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.Adapun pengertian anggaran menurut Munandar (2001:1) yaitu adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

(2)

10 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu rencana keuangan yang disusun secara sistematis yang dinyatakan dalam ukuran moneter dan juga merupakan sebagai suatu alat perencanaan untuk waktu atau periode yang akan datang.

2.1.2. Jenis-Jenis Anggaran

Menurut Nordiawan (2006:50) jenis anggaran sektor publik terbagi menjadi lima yaitu sebagi berikut :

1. Anggaran operasional dan anggaran modal

Digunakan untuk merencanakan kebutuhan dalam menjalankan operasi sehari-hari (waktu satu tahun), sedangkan anggaran modal adalah menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot dan sebagainya.

2. Anggaran tentative dan enacted

Anggaran tentatif adalah anggaran yang tidak memerlukan pengesahan dari lembaga legislatif karena kemunculannya yang di picu oleh hal-hal yang tidak di rencanakan sebelumnya, sedangkan anggaran enacted adalah anggaran yang di rencanakan kemudian di bahas dan di setujui oleh lembaga legislatif.

3. Anggaran dana umum dan anggaran dana khusus

(3)

11 4. Anggaran tetap dan anggaran fleksibel

Anggaran tetap adalah apropriasi belanja sudah di tentukan jumlahnya di awal tahun anggaran, jumlah tersebut tidak boleh di lampauin meskipun ada peningkatan jumlah kegiatan yang di lakukan, sedangkan anggaran fleksibel adalah harga barang atau jasa per unit telah di tetapkan namun jumlah anggaran keseluruhan akan berfluktuasi berpengaruh pada banyaknya kegiatan yang di lakukan.

5. Anggaran eksekutif dan anggaran legislatif

Anggaran eksekutif adalah anggaran yang di susun oleh lembaga eksekutif, dalam hal ini pemerintah, sedangkan anggaran legislatif adalah anggaran yang di susun oleh lembaga legislatif tanpa keterlibatan pihak eksekutif.

2.1.3. Fungsi Anggaran

Menurut Nordiawan (2006:48) anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama antara lain sebagai alat perencanaan, pengendalian, kebijakan, politik, koordinasi dan komunikasi, penilai kerja, serta komunikasi.

1. Anggaran sebagai alat perencanaan

Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan dibuat.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian

(4)

12 3. Anggaran sebagai alat kebijakan

Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu. Contohnya adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan.

4. Anggaran sebagai alat politik

Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan. 5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi

Melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang merupakan suborganisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga apa yang dilakukan oleh bagian / unit kerja lainnya.

6. Anggaran sebagai alat penilai kerja

Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu aktifitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya.

7. Anggaran sebagai alat komunikasi

Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian”.

2.1.4. Manfaat dan Tujuan Anggaran

(5)

13 maupuntidak langsung oleh perusahaan tersebut dan manfaatnya.Manfaat anggaran menurut Nafarin (2007 : 19), diantaranya :

a. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai. b. Dapat memotivasi pegawai.

c. Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan.

d. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.

e. Sumber daya (seperti tenaga kerja, peralatan dan dana) dapat dimanfaatkanseefisien mungkin.

f. Alat pendidikan bagi para manajer.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa manfaatanggaran, yaitu : sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan pegawai, sebagaimotivasi pegawai, sebagai penanggung jawab tertentu pada karyawan, sebagaicontrol supaya tidak terjadi pemborosan, dapat memanfaatkan sumber dayaseefisien mungkin dan sebagai alat pendidikan para manajer.

Perencanaan anggaran merupakan salah satu bagian saja dari rencana-rencanaperusahaan, karena perencanaan ini mencakup seluruh aktivitas perusahaan baikitu pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu, anggaran mempunyai tujuan yang secara garis besar untuk mengatur aktivitas yang akan dilakukan perusahaan dantujuan itu, tujuan dari pembuatan anggaran menurut Nafarin (2007:19) yaitu :

a. Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan investasi dana.

(6)

14 c. Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana,

sehingga dapat mempermudah pengawasan.

d. Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

e. Menyempurnakan rencana yang telah disusun kerena dengan anggaran menjadi lebih jelas dan nyata terlihat.

f. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan tujuan anggaran, yaitu :sebagai landasan yuridis formal, pembatasan jumlah dana, mempermudahpengawasan, mencapai hasil yang maksimal, menyempurnakan rencana yangtelah disusun, dan Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulanmengenai keuangan.

2.1.5. Pendekatan dalam Proses Penyusunan Anggaran

Penyusunan anggaran yang memadai dapat diberikan kemudahan bagi parapelaksananya. Jagat (2006:19-20) menguraikan beberapa pendekatan dalam proses penyusunan anggaran. Pendekatan dalam proses penyusunan anggaran merupakan suatu cara atau metode yang ditempuh dalam menyiapkan, merumuskan, dan menyusun anggaran.

Pendekatan tersebut, yaitu:

1. Top Down Approach (dari atas ke bawah)

(7)

15 bawahnyahanya sekedar melaksanakan, tanpa mempertimbangkan usulan dari unit kerjadi bawahnya. Keunggulan dari pendekatan ini koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja akan lebih mudah dan lebih cepat dilakukankarena disusun oleh pihak-pihak yang melakukan koordinasi dan pengawasan.

Kelemahannya adalah unit kerja yang tertinggi sering kali tidak dapatmerumuskan rencana anggaran atau rencana kerja yang benar-benarmemenuhi keinginan dan kebutuhan unit kerja yang lebih rendah, sehinggaakan sulit untuk dilaksanakan.

2. Bottom-Up Approach (dari atas ke bawah)

Pada pendekatan ini, cara atau metode yang digunakan dalam mempersiapkan,merencanakan dan merumuskananggaran dimulai dari tingkat/ jenjangorganisasi terbawah mengarah secara hirarki ke tingkat/ jenjang yang lebihtinggi. Keuggulan dari pendekatan ini adalah bahwa rencana kerja yangdiusulkan oleh unit kerja terbawah menggambarkan keinginan dan kebutuhanyang nyata(realistik) (Blocher dalam Hery Syaerul Homan; 2005:14-15).

(8)

16 3. Mixture Approach (gabungan Top Down dan Bottom-Up Approach)

Pendekatan ini merupakan gabungan antaran pendekatan Top DownApproachdan pendekatan Bottom-Up Approach yang dilaksanakan secara

bersamasamaoleh semua level dalam organisasi dalam penyusunan dan perumusanyang sejelas-jelasnya.unit kerja diatas cukup mengawasi dan mengendalikan penyusunan rencana dan program sesuai dengan pedoman yang telahdigariskan. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengurangi kelemahan-kelemahandari pendekatan Top Down Approach ataupun Bottom-UpApproach dengan harapan memberikan hasil yang paling baik.

Pada uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyusunan anggaran dapatdigunakan tiga metode yaitu dimana Top Down Approach, Bottom-Up Approachdan Mixture Approach dimana perusahaan menggunakan sesuai dengan

acuandalam pengendalian biaya produksi menuju sasaran atau target yang ditetapkandan pedoman untuk melaksanakan kegiatan secara terencana.

2.1.6. Pengertian Partisipasi

(9)

17 komponen-komponen masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.

Selanjutnya menurut Krina (2003:19) menyatakan bahwa partisipasi adalah partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam setiap aktivitas proses pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah daerah pada saat penyusunan arah dan kebijakan, penentuan strategi dan prioritas serta advokasi anggaran.

Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan partisipasi merupakan suatu tingkat keterlibatan individu-individu atau komponen masyarakat yang memiliki kepentingan untuk ikut serta dan terlibat dalam proses perencanaan pengelolaan keuangan dan pengambilan keputusan disetiap kegiatan penyelenggaraan pemerintah.

2.1.7. Pengertian Partisipasi Penganggaran

Menurut Brownell dalam Sumarno (2005:586) menerangkan partisipasianggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran.Sementara Brownell dalam Ikhsan (2007:174) menyatakan bahwapartisipasi anggaran dalam penyusunan anggaran adalah tingkat seberapa jauhketerlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran. Maka prosesanggaran secara partisipasi sangat dibutuhkan. Dengan adanya penyusunananggaran secara partisipasi dapat terjadi pertukaran informasi baik antara atasandengan bawahan maupun level manajemen yang sama.

(10)

18 yang menjadi tanggungjawabnya, pengertian partisipasi penganggaran menurut Brownnell yang dikutip oleh Erwati (2009:257) menjelaskan pengertian partisipasi anggaran adalah sebagi berikut partisipasi penganggaran adalah tingkat keterlibatan dan pengaruh individu dalam penyusunan anggaran.

Garrison dan Noreen (2004:408) menjelaskan bahwa pengertian dari partisipasi anggaran yaitu partisipasi anggaran adalah anggaran yang dipersiapkan dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer disemua level.Selanjutnya Anthony Govindaraja (2005:14) menjelaskan definisi dari partisipasi anggaran yaitu sebagai berikut partisipasi anggaran adalah proses dimana pembuat anggaran ikut terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penentuan besar anggaran, dan pada dasarnya partisipasi anggaran memberikan kesempatan bagi para manajer untuk ikut menyusun anggaran dan memberikan rasa tanggung jawab kepada para manajer dan bawahan yang mendorong timbulnya kreatifitas”.

Nurcahyani (2010) mendefenisikan partisipasi anggaran secara terperinci sebagai berikut:

1. Keterlibatan

Merupakan sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus.

2. Kebijakan

Alasan-alasan pihak manajer pada saat anggaran dalam proses revisi serta seberapa besar pengaruh kebijakan terhadap penetapan anggaran.

(11)

19 Keinginan memberikan usulan atau pendapat anggaran kepada pihak atasan tanpa diminta.

4. Komitmen

Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam mengarahkan bawahan dalam peningkatan motivasi serta komitmen terhadap anggaran akhir, . 5. Kontribusi

Kepentingan manajer dalam kontribusinya terhadap anggaran dan mengefektifkan anggaran.

6. Kepuasan

Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer pusat pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun dan mencapai target sesuai dengan tepat sasaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi anggaran yaitu adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama antara manjer disemua level dan sebarapa besar pengarauh dari keterlibatan para manajer tersebut dalam proses penyusunan anggaran dan penetapan kinerja dan tujuan yang akan dicapai.

2.1.8. Manfaat Partisipasi Anggaran

Didalam suatu perusahaan partisipasi anggaran mempunyai manfaat, baikuntuk perusahaan itu sendiri maupun untuk pegawainya. Ikhsan dan Ishak(2005:175), menguraikan manfaat partisipasi anggaran, sebagai berikut:

(12)

20 2. Meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang pada gilirannya cenderung

untuk meningkatkan kerjasama antaranggota kelompok dalam penetapan tujuan

3. Menurunkan tekanan dan kegelisahan yang berkaitan dengan anggaran 4. Menurunkan ketidakadilan yang dipandang ada dalam alokasi sumber

daya organisasi antar subunit organisasi, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari persepsi semacam itu.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat partisipasianggaran, yaitu: meningkatkan moral dan mendorong inisiatif, meningkatkan rasakesatuan kelompok, menurunkan tekanan dan kegelisahan dalam anggaran, danmenurunkan ketidakadilan dalam alokasi sumber daya organisasi antar subunit organisasi, serta reaksi negatif yang dihasilkan dari persepsi semacam itu.

2.1.9. Keunggulan dan Kelemahan Partisipasi Penganggaran

Keuntungan dari partisipasi penganggaran adalah memacu peningkatan moral, dan inisiatif bagi mereka untuk mengembangkan ide dan informasi pada seluruh tingkat manajemen, berikut ini adalah beberapa keunggulan dari anggaran partisipasi menurut Garrison dan Noreen (2004:408) sebagai berikut:

1. Setiap orang pada semua tingkatan organisasi diakui sebagai anggota tim yang pandangan dan penilaiannya dihargai oleh manajemen puncak.

(13)

21 3. Setiap orang lebih cenderung mencapai anggaran yang penyusunannya

melibatkan orang tersebut, sebaliknya orang kurang terdorong untuk mencapai anggaran yang berasal dari atas.

4. Suatu anggaran partisipatif mempunyai sistem kendalinya sendiri yang unik, sehingga jika mereka tidak dapat mencapai anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah diri mereka sendiri. Di sisi lain, jika anggaran dialirkan dari atas mereka akan selalu berdalih bahwa anggarannya tidak masuk akal atau tidak realistis untuk diterapkan dan dicapai.

Adapun kelemahan dari penganggaran partisipasi yaitu terlalu banyak melibatkan pihak dalam proses penyusunan anggarannya, keterlibatan ini mencakup semua tingkat manajer dimana dalam proses penyusunan anggaran akan memakan waktu yang cukup lama dan jika tidak terkendali dengan baik maka akan menimbulkan konflik antara manajer tingkat atas dan tingkat bawah. Ada tiga masalah yang menjadi kelemahan dalam partisipasi penganggaran menurut Hansen dan Mowen (2004:362) yaitu sebagi berikut :

1. Pembuatan standar yang terlalu tinggi atau rendah, sejak yang dianggarkan menjadi tujuan manajer.

(14)

22 3. Pseudoparticipation, yang mempunyai arti bahwa perusahaan

menggunakan pertisipasi dalam partisipasi penganggaran padahal sebenarnya tidak. Dalam hal ini bawahan terpaksa menyatakan persetujuan terhadap keputusan yang akan diterapkan karena perusahaan membutuhkan persetujuan mereka.

2.2.Kinerja Manajerial

2.2.1. Pengertian Kinerja Manajerial

Pengertian kinerja manajerial meurut Robbins (2002 : 272) adalah “Kinerja merupakan factor penting yang digunakan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi organisasi “. Kinerja Mahoney dalam Octavia (2009) diartikan sebagai “Kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, supervise, pengaturan staff (staffing), negosiasi, dan representasi”.

Mahoney et al, (1963) dalam Hafiz (2007) menyatakan bahwa kinerja manajerial didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang ada dalam teori manajemen klasik yaitu :

(15)

23 7. Negosiasi

8. Perwakilan

Berikut penjelasan dari fungsi-fungsi manajemen tersebut : 1) Perencanaan

“Perencanaan meliputi pemilihan strategi, keebijakan, program dan prosedur untuk mencapai tujuan perusahaan. Tanggungjawab untuk perencanaan tidak dapat sama sekali dipisahkan dari pelaksanaan manajerial sebab semua merencanakan, baik manajemen puncak, tengah, atau dasar dari suatu struktur organisasi” (Koontz et al., dalam Hafiz,2007).

2) Investigasi

Investigasi yaitu kegiatan untuk melakukan pemeriksaan Investigasi yaitu kegiatan untuk melalui pengumpulan dan penyampaian informasi sebagai bahan pencatatan, pembuatan laporan, sehingga mempermudah dilaksanakannya pengukuran hasil dan analisis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan (Mahoney dalam Puspaningsih, 2002).

3) Koordinasi

Koontz. Et al., dalam Hafiz (2007) mengungkapkan bahwa setiap fungsi manajerial adalah pelaksanaan koordinasi. Kebutuhan akan mengsinkronisasikan tindakan individu yang timbul dari perbedaan dalam pendapat mengenai bagaimana cita-cita kelompok dapat dicapai atau bagaimana tujuan individu atau kelompok diperpadukan.

(16)

24 Supomo dan Indriantoro (1998) menyatakan bahwa “evaluasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen yang digunakan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja, penilai pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan dan pemeriksaan produk”.

5) Pengawasan

Pengawasan menurut Supomo dan Indriantoro (1998) “meliputi kegiatan mengarahkan memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing, melatih, memberikan tugas pada bawahan, dan menangani keluhan’’. 6) Staffing

Penataan staff adalah suatu proses yang terdiri dari spesifikasi pekerjaan (job description), pergerakan tenaga, spesifikasi pekerja, seleksi dan penyusunan organisasi untuk mempersiapkan dan melatih karyawan agar melaksanakan pekerjaan dengan baik (Terry, 1991).

7) Negosiasi

Negosiasi adalah usaha untuk memperoleh kesepakatan dalam hal pembelian, penjualan atau kontrak untuk barang-barang dan jasa (Mahoney dalam Puspaningsih,2002).

8) Perwakilan

(17)

25 Menurut Mulyadi dan Johny (dalam Mardiyah dan Listiyaningsih, 2005) kinerja manajerial adalah kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, pengaturan staf, negosiasi, dan lain-lain. Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya yang bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada di dalam daerah wewenangnya. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keefektifan organisasi.

2.2.2. Evaluasi Kinerja Manajerial

Ivancevich dalam jurnal Juniarti dan Evlyne (2003:113) mengemukakan bahwa evaluasi atas kinerja yang dilakukan oleh manajer beragam tergantung pada budaya yang dikembangkan masing-masing perusahaan.

Juniarti dan Evelyne (2003:113) mengemukakan beberapa ukuran yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja manajemen berdasarkan perspektif non keuangan sebagai berikut :

(18)

26 perencanaan dapat menjadi salah satu indikator untuk mengukur kinerja manajer (Nazaruddin 2008:149).

b. Kemampuan untuk mencapai target, kinerja manajer dapat diukur dari kemampuan mereka untuk mencapai apa yang telah direncanakan (Mulyadi, 2001:302). Target harus cukup spesifik, melibatkan partisipasi, realistik dan menantang serta memiliki rentang waktu yang jelas (Hess, 2006:83).”

c. Kiprah manajer diluar perusahaan, Intensitas manajer dalam mewakili perusahaan untuk berhubungan dengan pihak luar menunjukkan kepercayaan perusahaan kepada manajer tersebut. Kepercayaan ini dapat timbul karena beberapa hal, salah satunya adalah kinerja yang baik dari manajer. Wagner (2005:50) juga menungkapkan bahwa peranan manajer dalam mewakili perusahaan menunjukkan tingkat kinerjanya.

Sedangkan menurut Robbins dan Marry Coulter yang dialihbahasakan oleh Hermaya dan Slamet (2004:8) agar fungsi-fungsi manajemen berjalan sesuai harapan ada empat faktor yang perlu dievaluasi yaitu :

a. Kemampuan perencanaan b. Kemampuan pengorganisasian c. Kemampuan kepemimpinan d. Kemampuan pengendalian.

Dari keempat faktor manajemen diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Kemampuan perencanaan yaitu kemampuan manajemen yang mencakup

(19)

27 melakukan, bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, siapa yang harus melapor ke siapa, dan dimana keputusan harus dibuat.

b. Kemampuan pengorganisasian yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu mereka bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku karyawan.

c. Kemampuan kepemimpinan yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses pemantauan kinerja aktual, membandingkan actual dengan standar, dan membuat koreksinya, jika perlu.

d. Kemampuan pengendalian yaitu kemampuan manajemen yang mencakup proses mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.

2.2.3. Tingkatan Manajerial

Secara umum manajer berarti setiap orang yang mempunyai tanggung jawab atas bawahan dan sumber daya organisasi lainnya. Tingkatan manajemen dalam organisasi menurut Handoko (2013:17) akan membagi manajer menjadi tiga golongan yang berbeda, yaitu:

a. Manajer lini pertama b. Manajer menengah c. Manajer puncak.

(20)

28 a. Manajer lini pertama

Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Manajer lini sering disebut dengan kepala atau pimpinan (leader), mandor (foreman) dan penyedia (supervisor).

b. Manajer menengah

Manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan karyawan operasional. Sebutan lain bagi manajer menengah adalah manajer departemen kepala pengawas dan sebagainya. c. Manajer puncak

Klasifikasi manajer ini terdiri dari sekelompok kecil eksekutif. Manajer puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi. Yang termasuk dalam manajer puncak adalah direktur, presiden, kepala divisi, wakil presiden, senior dan sebagainya.

2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Manajerial

(21)

29 kondisi-kondisi yang sebenarnya sangat melekat dengan sistem manajerial perusahaan.

Didalam penelitiannya Andjarwani (2008:3) mengemukakan bahwa kinerja manajerial ini dipengaruhi oleh 4 (empat faktor) yaitu:

a. Etika kerja,

b. Komitmen profesional, c. Komitmen organisasi, dan d. Locus of control.

Berikut ini penjelasan dari keempat faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial tersebut diatas :

a. Etika kerja mempunyai unsur-unsur: bersumber dan berkaitan dengan nilai-nilai kejiwaan seseorang, menujukan pandangan yang mendarah daging, menunjukkan sikap dan harapan seseorang (Tatik, 2007).

b. Komitmen profesional mencerminkan tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut sehingga ia dapat bersikap profesional. Menurut Aranya et.al. dalam Trianingsih dan Iswati (2003) komitmen profesional dapat didefinisikan sebagai:

1) Sebuah kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai-nilai profesi.

2) Sebuah kemampuan untuk menggunakan usaha yang sungguh-sungguh guna kepentingan profesional.

(22)

30 c. Menurut Aranya et.al (1981) dalam Trianingsih dan Iswati (2003),

komitmen organisasi didefinisikan sebagai perpaduan antara sikap dan perilaku, yang menyangkut tiga sikap yaitu: rasa mengidentifikasikan dengan tujuan organisasi, rasa keterlibatan dengan tugas organisasi dan rasa kesetiaan pada organisasi.

d. Locus of control adalah tingkatan penerimaan tanggung jawab personal seorang terhadap apa yang terjadi pada diri mereka. Sehingga locus of control menggambarkan keyakinan individu bahwa individu bisa

mempengaruhi kejadian-kejadian yang berkaitan dengan kehidupannya. 2.3.Peninjauan Penelitian Terdahulu

Rangkaian penelitian terdahulu diringkas dalam tabel berikut ini, Tabel 2.1. Rangkaian Penelitian Terdahulu

Penelitian Judul Variabel HasilPenelitian

Indriantoro (2000) PengaruhPartisipasi Anggaranterhadap Kinerjamanajerial 1) Partisipasianggaran 2) Kinerjamanajerial Ada hubunganpositif dansignifikanantara partisipasianggaran dengankinerjamanajer Mulyasaridan Sugiri (2004) PengaruhKeadilan Prosedural, KomitmenpadaTuj uan, danJob-Relevant Informationterhada pHubungan AntaraAnggaran PartisipasifdanKine 1) KeadilanProsedural 2) Komitmenpada tujuan

3) Job Relevant

(23)

31

rjaManajer danjob relevant

Information Batubara (2008) Pengaruhpartisipasi anggarandanmotiva siterhadapkinerjam anajerial 1) Partisipasianggaran 2) Motivasi 3) Kinerjamanajerial Adanyapengaruhpositifan tarapartisipasianggaran Danmotivasiterhadapkine rjamanajerial Wasistodan Sholihin (2004) PeranPartisipasi Anggarandalam HubunganAntara KeadilanProsedural denganKinerjaMan ajerialdanKepuasan Kerja 1) PartisipasiAnggaran 2) KeadilanProsedural 3) KinerjaManajerial 4) KepuasanKerja Adanyapengaruhsignifika ndalamhubungannegatif Antarakeadilanprocedural dengankinerjamanajeriald ankepuasankerja Latif Farid Muharom (2014) Pengaruh partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Manajerial pada Direktorat Jendral Perbendaharaan

1) Organisasi sektor publik

2) Partisipasi anggaran 3) Kinerja manajerial 4) Komitmen organisasi 5) Persepsi inovasi

Adanya pengaruh langsung partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Partisipasi anggaran juga

berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi dan persepsi inovasi. Namun,

partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja manajerial.

Penelitian Judul Variabel Hasil Penelitian

Frisilia Wihasfina Hafiz (2007) Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Cakra Compact Aluminium

1) Partisipasi Anggaran 2) Kinerja Manajerial

Partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial serta memiliki pengaruh positif terhadap kinerja

(24)

32 Industries Nofilia Fitrianti (2010) Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap kinerja Manajerial Dengan gaya Kepemimpinan dan Iklim Organisasi sebagai variabel Moderating

1) Partisipasi anggaran 2) Kinerja manajerial 3) Gaya kepemimpianan 4) Iklim organisasi

Menunjukkan bahwa pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial memiliki pengaruh signifikan. Pada saat partisipasi anggaran berinteraksi dengan gaya kepemimpinan dan iklim organisasi juga

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial. Rissa Herimawati (2013) Pengaruh partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Manajerial pada PT Kusuma Dipa Nugraha

1) Partisipasi anggaran 2) Komitmen organisasi 3) Gaya kepemimpinan 4) Kinerja manajerial

Variabel partisipasi anggaran, komitmen organisasi dan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Variabel partisipasi anggaran mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja

(25)

33 Subramania

m dan Ashkanasy (2001)

The effect of budgetary participation, perception of innovation, attention to detail toward Managerial Performance.

1) Partisipasi anggaran 2) Perception of

innovation

3) Attention to detail 4) Kinerja manajerial

Terdapat hubungan positif secara langsung antara partisipasi anggaran dan kinerja

Penelitian Judul Variabel Hasil Penelitian

Melek Eker (2007)

The effect of budgeting participation, commitment organization toward manajerial Performance.

1) Partisipasi anggaran 2) Komitmen organisasi 3) Kinerja manajerial

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi

anggaran dengan kinerja, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kinerja manajerial dengan komitmen oerganisasi dan terdapat hubungan positif juga signifikan dari partisipasi anggaran dan komitmen organisasi terhadap kinerja

manajerial.

Sumber : Indrianto (2000), Mulyasari & Sugiri (2004), Batubara (2008), Wasistodan Sholihin(2004), Latif Farid Muharom(2014), Frisilia Wihasfina Hafiz (2007), Novilia Fitriani (2010), Rissa Herimawati (2013), Subramaniam & Ashkanasy (2001), Melek Eker (2007).

2.4.Kerangka Konseptual

2.4.1. Pengaruh Partisipasi Penganggaran terhadap Kinerja Manajerial

(26)

34 tetapi juga isu lain yang terkait dengannya. Partisipasi penganggaran memungkinkan bawahan untuk bertukar dan mencari informasi dari atasan mereka, yang tentunya dapat mendukung terciptanya pemahaman yang lebih mendalam mengenai prosespenentuan anggaran dan urusan keorganisasian lain. Selain itu, partisipasi penganggaran juga memungkinkan bawahan untuk mengemukakan kritiknya, untuk mencari informasi bagi penyelesaian tugas Brownell 1986 (dalam Wasisto, 2004), dan menjamin kecukupan anggaran dengan mengikutsertakan input mereka pada jumlah sumber daya yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas mereka.

Menurut Kenis (Sumadiyah dan Susanta, 2004: 481) .Tingkat partisipasimanajer pelaksana akan mempengaruhi moral, sikap, kinerja, dan kepuasan kerja. Greenberg dan Folger (Wasisto dan Sholihin, 2004: 568) partisipasi dapatmeningkatkan kinerja karena:

a. Partisipasi memungkinkan bawahan mengkomunikasikan apa yang mereka butuhkan kepada atasanya.

b. Partisipasi dapat memungkinkan bawahan untuk memilih, dan tindakan memilih tersebut dapat membangun komitmen dan dianggap sebagai tanggung jawab atas apa yang telah dipilih.

Dalam menciptakan suatu anggaran ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu(Alim dalam Sumadiyah dan Susanta, 2004: 481):

(27)

35 Pada proses anggaran partisipatif proses penyusunan anggaran mengijinkan manajer dengan level yang lebih rendah untuk berpartisipasi secara signifikan dalam pembentukan anggaran sementara.

b. Anggaran Top-down

Proses penyusunan anggaran tidak melibatkan bawahan secara signifikan. Menurut Ulum (2005: 80) karakteristik anggaran yang baik, apabilamemenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Berdasarkan program,

b. Berdasarkan pusat pertanggungjawaban (pusat biaya, laba dan investasi), c. Sebagai alat perencanaan dan pengendalian.

Sedangkan menurut Ahmad (1996: 167) anggaran dapat diklasifikasikandalam empat jenis, yaitu:

a. Appropriation Budget

Budget ini memberikan batas daripada pengeluaran yang boleh dilakukan.

b. Performance Budget

Budget yang didasarkan atas fungsi, aktivitas dan proyek.

c. Fixed Budget

Budget yang dibuat untuk suatu tingkat kegiatan selama jangka waktu

tertentu.

d. Flexible Budget

Suatu anggaran yang dibuat dalam rentang aktivitas.

(28)

36 perusahaan berusaha untuk meningkatkan efektifitas maupun efesiensi kerjanya. Untuk memastikan bahwa perusahaan dibuat dan kemudian dilaksanakan, maka diperlukan pengendalian.

Pengendalian merupakan tindakan yang diperlukan manajemen untuk meyakinkan dan menilai tujuan, rencana dan standard yang telah ditetapkan dapat dicapai. Penyusunan anggaran dengan melibatkan pihak atasan/ pemegang kuasa dengan bawahan/pelaksana anggaran merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian serta dapat digunakan sebagai toalk ukur dan meningkatkan kinerja manajerial.

Anggaran dapat dijadikan sebagai alat penilaian kinerja, maksudnya adalah kinerja dapat dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran efisiensi pelaksaaan anggaran. Menurut Mulyadi (2001:139) “Anggaran merupakan pernyataan mengenai apa yang diharapkan, direncanakan atau diperkirakan terjadi dalam periode tertentu pada masa yang akan datang. Anggaran sebagai suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter atau satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun”.

(29)

37 Partisipasi merupakan suatu proses dimana individu-individu terlibat langsung didalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan target anggaran yang kinerjanya akan dievaluasi dan kemungkinan akan dihargai atas dasar tercapainya target anggaran mereka. Sedangkan kinerja merupakan evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan.

Menurut Indriantoro dan Supomo (1998)Kinerja dinyatakan efektif apabila tujuan anggaran tercapai dan bawahan mendapat kesempatan terlibat atau berpartisipasi dalam proses penyusunan anggaran serta memotivasi bawahan, mengidentifikasi dan melakukan negosiasi dengan atasan mengenai target anggaran, menerima kesepakatan anggaran dan melaksanakannya sehingga dapat menghindarkan dampak negatif anggaran yaitu faktor kriteria kinerja, sistem penghargaan (reward) dan konflik.

Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian serta didukung beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Dengan demikian model teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 : Kerangka Koseptual Penelitian

KINERJA MANAJERIAL

( Y ) PARTISIPASI

(30)

38 Partisipasi anggaran dalam model penelitian tersebut merupakan variabel independen yang mempunyai hubungan dengan kinerja manajerial sebagai variabel dependen.

2.5.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, kerangka konseptual maka hipotesis perumusan masalah sebagai berikut :

Gambar

Gambar 2.1 : Kerangka Koseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Ijasah SMK Jurusan Instrumentasi Pengalaman Kerja minimal 1 tahun di bidang Instrumentasi yang dibuktikan dengan surat keterangan resmi dari perusahaan tempatnya

diameter batang pohon dibaca dari skala diameter pada alat yang berimpit dengan.. bagian sisi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Eksekusi Obyek

It is morphine analgesia may be mediated by differential central therefore not surprising that differences in initial sensitivity nervous system (CNS) mechanisms can be made based on

Histological examination performed on ankle joints The mean ankle joint circumference of the vehicle, collected from the animals on post inoculation day 31 preventive and

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi2. Keuntungan revaluasi aset

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi2. Keuntungan revaluasi aset

The astrocytes were At the highest intracerebral doses, both gp120 and Tat increased in size, and the number of arborizations were produced an area of tissue loss in the rat