• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PSIPS 1202870 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PSIPS 1202870 Chapter3"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan metode yang akan digunakan dalam

penelitian, disesuaikan dengan permasalahan yang ditemukan di kelas VIII-CSMPN 2

Lembang. Adapun isi dari bab 3 ini mencakup lokasi dan subjek penelitian, metode

penelitian, desain penelitian, definisi istilah, instrument penelitian, teknik

pengumpilan data, dan analisis data.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Meningkatkan Pemahaman

Konsep Siswa Melalui Penggunaan Teka-Teki Silang dalam Pembelajaran IPS” ini

dilaksanakan disalah satu sekolah menengah pertama yang beralamat di Jl.

Maribaya No. 129, yaitu SMPN 2 Lembang. Lokasi sekolah tersebut cocok untuk

suasana belajar karena berada jauh dari pusat kota dan jalan raya sehingga tidak

terlalu bising oleh keramaian dan lalu-lalang kendaraan. Namun kendaraan umum

seperti angkot jarang melintasi sekolah tersebut, sehingga akses menuju sekolah

tersebut lumayan sulit kebanyakan siswa berangkat sekolah diantarkan oleh orang

tuanya.

2. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa dari kelas VIII-Cdi SMPN 2

Lembang yang berjumlah 38 orang, terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 14 siswa

perempuan. Peneliti memilih kelas VIII-C sebagai subjek dalam penelitian ini

berdasarkan pertimbangan setelah dilakukannya observasi di kelas tersebut dan

menemukan berbagai permasalahan seperti metode yang digunakan oleh guru dan

yang paling menonjol adalah pemahaman siswa pada suatu konsep. Peneliti

(2)

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). Pada dasarnnya tujuan dari

PTK menurut Kemmis (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 24) adalah suatu bentuk

penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial

untuk meningkatkan penalaran praktik sosial. Sedangkan menurut Elliot (dalam

Sanjaya 2011, hlm. 44) mengemukakan bahwa penelitian tindakan sebagai kajian

tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui

proses diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan mempelajarai

pengaruh yang ditimbulkanya.

Menurut Burn (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 44) pengertian penelitian tindakan

kelas, yakni menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan penerapan

penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan

untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang

melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam.Lebih

lanjut pengertian Penelitian tindakan kelas menurut Wiriaatmadja (2012, hlm 11)

adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan

substantif, suatu tindakan yang yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu

usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam

sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Mulyasa (2011,hlm. 10) mengungkapkan, secara sederhana PTK dapat

diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

tujuan untuk memperbaiki kualitas dan proses dan hasil belaajar sekelompok peserta

didik.

Berdasarkan penjelasan menurut beberapa ahli diatas, pengertian dari

penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan

secara kolaborasi oleh peneliti, praktisi, dan orang awam malalui prosedur yang

(3)

kualitas pendidikan. Artinya setelah dilakukan penelitian tindakan ini, diharapkan

kualitas proses belajar dan hasil belajar siswa.

C. Desain Penelitian

Pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) memiliki beberapa model.

Model penelitian digunakan sebagai bahan visualisasi dan dasar untuk melakukan

tindakan dalam PTK. Dalam bukunya Wiraatmadja (2012, hlm 66) menyebutkan

moodel penelitian tersebut antara lain, yakni model penelitian oleh Lewin, Elliott,

Kemmis dan Mc Taggart, Ebbutt, dan MacKernan.

Dari beberapa model di atas, desain penelitian yang akan digunakan yaitu

model menurut Kemmis dan McTaggart. Setiap model penelitian memiliki

beberapa komponen yang berbeda, seperti dikatakan oleh Wiraatmadja (2012, hlm.

67) dalam medel Kemmis dan McTaggart ini terdiri dari 4 komponen, yaitu dimulai

dengan menyusun perencanaan (plan), melakukan tindakan (act), melakukan

pengamatan (observe), dan mengadakan refleksi (reflect).

Penelitian ini bersifat parsipatorik dan kolaboratif, dilaksanakan beberapa

putaran siklus hingga mencapai data jenuh. Adapun di bawah ini merupakan

gambaran visual yang memperjelas tahapan setiap komponen dalam model Kemmis

dan McTaggart.

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Taggart (Wiraatmadja, 2012, hlm 66)

Plan

Observe Reflect

Act

Plan

Act Reflect

(4)

Siklus 1 Siklus 2

Berdasarkan gambar diatas, dibawah ini merupakan penjabaran dari

tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart adalah

sebagai berikut:

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan tindakan (Planning) yaitu rencana tindakan seperti apa yang akan

dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan pemahaman

konsep siswa. Menurut Sanjaya (2011, hlm. 40) proses perencanaan yang

dilakukan peneliti berupa aktivitas tinjauan lapangan, diagnosis masalah,

pemilihan materi yang akan digunakan untuk penerapan metode, penentuan

waktu pelaksanaan siklus penanganan masalah, pencarian observer sebagai

tenaga bantuan selama peneliti menerapkan tindakan, dan perencanaan

instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk mendukung proses tindakan.

2. Pelaksanaan Tindakan (act)

Tahap tindakan yaitu penerapan dari rencana yang telah dibuat sebagai upaya

perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Tahap pelaksanaan

tindakan ini berlangsung di dalam kelas dan di luar kelas. Tahap ini juga

merupakan realisasi dari segala perencanaan yang telah disiapkan sebelumnya.

3. Pengamatan (observing)

Tahap pengamatan yaitu tahap mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan

yang dilaksanakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang

pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap

proses dan hasil yang dikumpulkan melalui instrumen pengamatan yang

digunakan oleh peneliti. Oleh karena itu, data dari tahapan ini berguna untuk

proses berikutnya yaitu refleksi.

4. Refleksi (reflecting)

Tahap refleksi yaitu mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau

(5)

pengamatan proses kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan berdasarkan dari

instrumen pengamatan. Dari diskusi tersebut jika ada kegiatan yang sudah

berlangsung dinilai tidak membuahkan hasil maka peneliti akan meninjau

kembali rencana yang sudah disiapkan untuk dijadikan siklus baru sehingga

pemecahan masalah yang diinginkan dapat terselesaikan.

D. Prosedur Penelitian

Berdasarkan penjabaran sebelumnya, prosedur penelitian ini dilakukan

melalui beberapa tahapan sesuai dengan model yang dikembangkan oleh Kemmis

dan Taggart yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Adapun jumlah

siklus dan tindakan yang dilakukan berdasarkan ketercapaian titik jenuh. Penelitian

ini melibatkan beberapa pihak sebagai observer, seperti guru mitra dan rekan yang

ditunjuk oleh peneliti guna mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa

dengan menggunakan TTS (teka-teki silang). Berikut merupakan penejalasan

mengenai prosedur penelitian tindakan kelas disetiap siklusnya.

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan ini merupakan suatu rancangan kegiatan tindakan yang

akan dilakukan dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa sebagai objek

penelitian. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan

diantaranya sebagai berikut:

a. Melakukan kegiatan pengamatan lapangan secara langsung terhadap siswa kelas

VIII-C sebagai subjek dari penelitian tindakan kelas.

b. Membangun kerjasama yang baik antara siswa sebagai subjek, guru mitra dan

rekan yang dipilih sebagai observer.

c. Menjadwalkan kegiatan penelitian tindakan kelas bersama guru mitra dan rekan

sejawat.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan

dalam penelitian tindakan kelas. Penyusunan RPP ini mengacu pada Standar

(6)

mendukung untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan

pemahaman konsep siswa menggunakan teka-teki silang.

e. Menyusun lembar kerja kelompok berupa TTS sebagai evaluasi pembelajaran

juga tolak ukur pemahaman konsep siswa.

f. Menyusun instrumen penelitian, berupa rubrik dan lembar observasi penelitian

pemahaman konsep mengunakan teka-teki silang.

2. Pelaksanaan Tindakan (Act)

Tahap pelaksanaan tindakan ini merupakan penerapan dari rancangan yang

telah dibuat sebelumnya yaitu pada tahap perencanaan. Pelaksanaan tindakan ini

dilakukan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui teka-teki silang

dalam pembelajaran IPS. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan

tindakan adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran IPS sesuai dengan renacana yang

telah disusun bersama guru mitra.

b. Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran IPS sesui dengan RPP yang telah

disusun.

c. Membagikan Teka-teki Silang untuk dikerjakan secara berkelompok setelah

guru menyampaikan materi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa

dalam pembelajaran IPS.

d. Melakukan penilaian terhadap Teka-teki Silang yang telah dikerjakan oleh

siswa.

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti sangat memerlukan peran dari

observer untuk melihat dan mencatat secara detail proses pembelajaran yang

sedang berlangsung. Untuk itu diperlukan adanya rekan yang dapat membantu

berlangsungnya proses penelitian.

3. Pengamatan (Observe)

Tahap pengmanatan atau observasi ini dilakukan oleh guru mitra dan rekan

(7)

dilakukan untuk mengetahui kesesuian antara pelaksanaan tindakan dengan rencana

yang telah disusun sebelumnya. Observermengisi lembaran intrumen untuk menilai

pelaksanaan tindakan dan menuliskan catatan yang diperlukan selama proses

pembelajaran.

Data yang dihasilakan dari lembar observasi dan catatan yang ditulis oleh

observer selama melakukan pengamatan pelaksanaan tindakan sangat diperlukan

untuk melakukan tahap selanjutnya yaitu tahap refleksi. Berikut ini merupakan

kegiatan yang dilakukan pada tahap observasi atau pengamatan.

a. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi siswa kelas VIII-C yang menjadi subjek

penelitian.

b. Pengamatan dilakukan terhadap kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan RPP

yang telah disusun.

c. Pengamatan dilakukan terhadap kegiatan kelompok pada saat mengisi TTS.

d. Pengamatan dilakauakn terhadap kegiatan evalusi pembalajaran yang

dilaksanakan.

e. Penilaian dilakauan dengan menggunakan rubrik dan format penilaian

pemahaman konsep siswa..

4. Refleksi (Reflect)

Tahap refleksi ini dlakukan setelah tahap pelaksanaan tindakan dan

pengamatan. Pada tahap ini dilakukan evaluasi mulai dari tahap perencanaan

kemudian berlanjut pada pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan

hasil yang diperoleh setelah melakukan pengamatan.Hasil yang diperoleh setelah

melakukan tahap refleksi ini sangat bermanfaat untuk melaksanakan sikus

berikutnya hingga diperoleh ketercapain tujuan penelitian yaitu ketika data

mencapai titik jenuh.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi ini adalah sebagai

berkut:

a. Melakukan evaluasi dengan guru mitra dan rekan sejawat mengenai pelaksanaan

(8)

b. Menjadikan hasil dari evaluasi sebagai acuan dalam melakukan siklus

berikutnya hingga data mencapai titik jenuh.

c. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing terkait hasil yang didapatkan

setelah melakukan penelitian.

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini merupakan hal yang sangat penting agar memudahkan

juga menghindari kekliruan mengenai maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

Adapun yang menjadi fokus yaitu:

1. Pemahaman Konsep

Pembelajran IPS merupakan suatu mata pelajaran yang berada di jenjang

SMP yang terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial seperti diantaranya

sosiologi, geografi, ekonomi, antropoligi, dan sejarah. Terdapat banyak sekali

konsep yang terdapat pada materi pembelajaran IPS sehingga pada saat proses

pembelajaran siswa merasa kesulitan untuk memahami materi yang dipelajari.

Menurut pandangan siswa bahwa pembelajaran IPS itu harus banyak mengingat

dan menghafal materi, padahal pemahaman konsep yang harus dimiliki siswa tidak

hanya sampai disitu. Selain mengingat dan menghafal indikator pemahaman konsep

yang harus dimiliki siswa adalah menjelaskan, mencontohkan, memahami, dan

mengklasifikasikan.

Seperti dikemukakan oleh Wiggins dan McTighe(2012, hlm.273-275) bahwa

siswa benar-benar memahami sesuatu dalam hal ini konsep dalam pembelajaran IPS

jika:

a. Dapat menerangkan, maksudnya siswa mampu menunjukkan kemampuan dan

wawasan terhadap sesuatu dengan penjelasan yang baik. Secara lebih rinci

penjabarannya sebagai berikut:

1) Menjelaskan suatu peristiwa dengan berdasarkan bukti, teori, wawasan dan

argument yang jelas.

(9)

3) Mengungkapkan pemahaman pribadi, bijaksana, dan koheren dari sebuah

subjek tentang apa yang telah dia ketahui berdasarkan pengalaman langsung.

4) Membuktikan dan membenarkan pendapatnya dengan argument dan bukti

suara.

b. Dapat berinterpretasi, maksudnya siswa mampu menawarkan interpretasi makna,

berikut penjabarannya:

1) Dengan efektif menafsirkan teks, data, situasi yang ditampilkan.

2) Mampu menterjemahkan hal-hal yang abstrak dengan membuat ide yang lebih

mudah dipahami dan relevan.

c. Dapat menerapkan, maksudnya menggunakan atau memanfaatkan pengetahuan

dalam konteks memiliki pengetahuan, berikut penjabarannya:

1) Menggunakan pengetahuan secara efektif dalam beragam konteks autentik

dan realistis.

2) Menerapkan apa yang telah ia ketahui dengan cara baru dan efektif.

3) Mampu menyesuaikan diri disaat melakukan sesuatu.

d. Melihat dalam perspektif, maksudnya mampu untuk:

1) Mengkriktik dan membenarkan posisi sebagai titik pandang untuk

menggunakan keterampilan yang dimilikinya.

2) Menempatkan fakta dan teori kedalam konteks serta menempatkannya sebagai

solusi atas sebuah masalah.

3) Menyimpulkan asumsi diatas ide.

4) Mengetahui batas serta kekuatan ide yang disampaikan.

5) Melihat dan menjelaskan pentingnya atau manfaat suatu gagasan.

6) Bersikap kritis dan bijaksana.

e. Menunjukkan empati, maksudnya mampu untuk:

1) Menempatkan diri dalam situasi serta menghargai sudut pandang lain.

2) Menempatkan ide, gagasan, teks dari orang lain sebagai sesuatu yang berarti

dan berusaha untuk memahaminya.

3) Mendengarkan dan menyaksikan apa yang orang lain sering kali tidak

(10)

4) Melihat dan menjelaskan bagaimana ide atau gagasan disalahpahami.

f. Mengungkapkan pengetahuan diri sendiri, maksudnya mampu untuk:

1) Mengenali gaya dan kemampuan diri dalam memahami sesuatu.

2) Mengetahui kekuatan dan kelemahan intelektual diri.

3) Memilah apa yang ia yakini secara intelek, jujur, dan mengakui

kebodohannya.

4) Secara akurat menilai sendiri dan efektif mengatur diri

5) Menerima masukan dan kritik dengan bijaksana.

6) Secara teratur merenungkan makna belajar dan pengalamannya.

Peneliti memilih beberapa kategori yang menjadi indikator dari pengertian

pemahaman konsep dalam pembelajaran IPS menurut Anderson dan Kratwohls

(dalam Kuswana, 2012, hlm. 8) adalah sebagai berikut:

a. Mampu menjelaskan konsep materi yang dipelajari, maksudnya adalah siswa

memiliki kemampuan menyatakan ulang dan menjelaskan konsep yang telah

dipelajarinya. Dalam hal ini adalah siswa mampu mengenal konsep, mampu

menyebutkan konsep, dan mampu mendeskripsikan konsep.

b. Mampu menginterpretasi, maksudnya adalah kemampuan siswa dalam

menafsirkan pemahaman terhadap suatu konsep. Dalam hal ini adalah siswa

mampu menuangkan pemahaman, mampu menafsirkan teks, data, situasi yang

ditampilkan, dan mampu menterjemahkan hal-hal abstrak dengan membuat ide

yang lebih mudah dipahami dan relevan.

c. Mampu memberikan contoh, maksudnya adalah kemampuan siswa dalam

memberikan suatu contoh dari sebuah konsep yang bersifat umum. Dalam hal ini

adalah Siswa mampu mengidentifikasi contoh dari suatu konsep, mampu

membuat contoh dari suatu konsep, dan mampu memberikan ilustrasi dari sebuah

konsep.

d. Mampu mengklasifikasikan, maksudnya adalah kemampuan siswa dalam

(11)

Dalam hal ini adalah siswa mampu mengidentifikasi konsep, mampu

membedakan ciri dari suatu konsep, dan mampu mengkategorisasikan konsep.

e. Mampu membandingkan, maksudnya adalah kemampuan siswa dalam

mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki oleh suatu konsep. Dalam

hal ini adalah Siswa mampu mampu membedakan suatu konsep dengan konsep

yang lain, dan mampu menemukan kaitan antara unsur-unsur dalam suatu konsep

dengan unsur-unsur yang terdapat dalam konsep lain.

2. Teka-Teki Silang

Melihat siswa kesulitan dalam belajar IPS dan kurangnya pemahaman

konsep yang dimiliki, peneliti memilih teka-teki silang untuk meningkatkan

pemahaman konsep siswa. Teka-teki silang merupakan strategi pembelajaran yang

dikembangkan dari pembelajaran konsep. Dimana dilihat dari segi penyampaian

materi pelajaran lebih banyak menggunakan konsep-konsep untuk memudahkan

siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan. Teka-teki silang dalam

pelaksanaannya diimplementasikan dalam bentuk permainan atau games yang

ditunjukan sebagai bahan yang disajikan kepada siswa sehingga siswa dapat

memperoleh dan menemukan pengertian atau konsep dari materi yang disajikan

melalui teka-teki silang.

Teka-teki silang ini termasuk dalam salah satu bagian dari model

pembelajaran aktif atau active learning. Hal ini tampak pada keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak

siswa untuk belajar secara aktif, artinya aktif melibatkan siswa belajar dalam

melakukan sesuatu dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan dalam proses

pembelajaran sehingga peserta didik menjadi lebih antusias dalam mengikuti

pelajaran.

Teka-teki silang ini berbentu permainan dengan megisi kotak-kotak kosong

dengan huruf yang kemudian menjadi suatu kata. Sebagimana diungkapan oleh

Wynne (2007, hlm 13) bahwa

(12)

diberikan. Petunjuk biasanya dibagi dalam kategori ”Mendatar” dan ”Menurun” tergantung kata-kata yang harus diisi.

3. Pembelajaran IPS

Terdapat perbedaan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS antara SD, SMP

dan SMA, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan beberapa pendapat mengenai IPS

di atas. Definisi IPS secara integral dikemukakan oleh National Council for Social

Studies (dalam Effendi, 2009, hlm. 9) adalah sebagai berikut:

Social Studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provide, coordinated, sistematic study dra wing upon such disciplines as antropology, archeology, economics, geography, history, la w, philosophy, political science, phsycology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purposes of sovial studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent word.

Menurut NCSS, IPS merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial dan

humaniora untuk meningkatkan kompetensi warga negara. Sedangkan di sekolah

IPS merupakan suatu program yang disusun secara sistematis dari bebabgai disiplin

ilmu seperti antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filosofi,

politik, psikologi, agama, dan sosiologi, yang selayaknya juga berisikan humaniora,

matematik dan ilmu alam. Tujuan utama dari IPS adalah untuk membantu generasi

muda (siswa) dalam mengatasi permasalahan dan isu sosial sehingga menjadi warga

negara yang baik.

Sedangkan menurut Rosser (dalam Dahar, 2006, hlm. 22) yang menjelaskan

beberapa pendekatan, isi, dan maksud tentang mata pelajaran IPS sebagai

kurikulum, yakni:

(13)

such as ethnic studies, law, women’s studies, cultural studies, and

gay/lesbian studies.

Berdasarkan pendapat Ross, maka mata pelajaran IPS atau yang dikenal

dengan social studies tidak hanya sebatas tentang penggabungan disiplin ilmu sosial

yang terdiri dari antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, dan hukum serta bukah

hanya mempelajari hal-hal agar menjadi warga negara yang baik. Namun,

pembelajaran IPS juga dapat dikaitkan dengan berbagai multidispliner keilmuan

yang terdiri dari suku, gender, budaya, dan penyimpangan sosial.

Adapun langkah-langkah dalam strategi pembelajaran dengan permainan

Teka-Teki Silang yang dijelaskan oleh Zaini (2008, hlm. 71) adalah sebagai berikut:

a. Tulislah kata-kata kunci, terminologi atau nama-nama yang berhubungan dengan

materi pembelajaran yang telah diberikan.

b. Buatlah kisi-kisi yang dapat diisi dengan kata-kata yang telah dipilih dan

hitamkan bagian yang tidak diperlukan.

c. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya adalah kata-kata yang telah

dibuat atau dapat juga hanya membuat pernyataan-pernyataan mengarah kepada

kata-kata tersebut.

d. Bagikan teka-teki yang telah dibuat kepada peserta didik bisa individu atau

kelompok.

e. Batasi waktu mengerjakan.

f.Beri hadiah kepada individu atau kelompok yang mengerjakan paling cepat dan

benar.

F. Instrument Penelitian

Menurut Arikunto (2010, hlm. 134) instrumen pengumpulan data adalah alat

bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dari pengertian

tersebut dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh data atau informasi peneliti

membutuhkan istrumen sebagai alat bantu. Berikut ini merupakan intrumen sebagai

(14)

1. Lembar Pedoman Observasi

Dalam penelitian ini observasi dapat diartikan sebagai suatu pengamatan

yang dilakukan untuk memperoleh data menganai sejauh mana peningkatan proses

pembelajaran dilihat dari aktivitas guru dan siswa pada saat pra penelitian dan

pelaksanaan tindakan meningkatkan pemahaman konsep melalui penggunaan

teka-teki silang dalam pembelajaran IPS.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan pada saat pengamatan dilapangan.

Peneliti memilih menggunakan wawancara untuk menggali informasi dari guru

mitra dan siswa kelas VIII-Cmengenai kondisi pembelajaran IPS sebelum

dilakukannya penelitian tindakan.

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan alat bantu yang digunakan untuk menunjang

pengambilan data-data lain yang berkembang selama peneliti tindakan berlangsung

dan dibuat oleh observer. Catatan lapangan memuat catatan tentang kegiatan

sekolah, suasana kelas, berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi yang tidak

terdapat pada lembar observasi.

4. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah alat perekam ataupun

alat pengambil gambar untuk merekam suasana kelas secara detail tentang

peristiwa-peristiwa selama proses pembelajaran berlansung. Dokumentasi termasuk

dokumen-dokumen resmi dalam perencanaan seperti silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran. Dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan

pembelajaran IPS yang diambil oleh peneliti adalah berupa kurikulum dan pedoman

pelaksanaannnya, silabus, RPP, tugas siswa, buku teks IPS yang digunakan oleh

siswa.

Dokumen sebagai sumber data banyak dimanfaatkan oleh para peneliti,

(15)

Moleong (2007, hlm.217) memaparkan alasan-alasan kenapa studi dokumen

berguna bagi penelitian kualitatif, diantaranya;

a. Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong.

b. Berguna sebagai bukti (evident) untuk suatu pengujian.

c. Berguna dan sesuai karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir,

dan berada dalam konteks.

d. Relatif murah dan tidak sukar ditemukan, hanya membutuhkan waktu.

e. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh

pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG DALAM PEMBELAJARAN IPS

No Rumusan

Masalah Dimensi Indikator

Jenis kognitif, apektif, dan psikomotor

3) Rumusan tujuan menggambarkan pencapaian standar kompetensi/ kompetensi dasar

(16)

5) Materi ajar disusun berdasarkan standar kompetensi/ kompetensi dasar

6) Materi ajar disusun berdasarkan indikator/ tujuan pembelajaran 7) Metode pembelajaran

yang digunakan sesuai dengan tujuan

pembelajaran

8) Mencantumkan skenario atau langkah-langkah pembelajaran

9) Skenario disusun untuk setiap butir tujuan pembelajaran

10) Skenario disusun mencerminkan

komunikasi yang berorientasi berpusat pada siswa

11) Skenario disusun dengan menerapkan metode pembelajaran 12) Skenario disusun

dengan menerapkan media pembelajaran 13) Skenario disusun

berdasarkan alokasi waktu yang proporsional 14) Media disesuaikan

dengan tuntunan standar kompetensi

15) Media disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan

16) Bentuk dan jenis

(17)

evaluasi sesuai dengan materi ajar

17) Penilaian disesuaikan dengan mengacu pada norma penilaian yang jelas

17

18) Guru membuka pembelajaran dengan salam

19) Guru membimbing siswa untuk berdoa 20) Guru memeriksa

kebersihan dan kerapihan kelas 21) Guru memeriksa

kehadiran siswa 22) Guru menanyakan

materi pada pertemuan sebelumnya

23) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 24) Guru menyiapkan

media pembelajaran 25) Guru melakukan

apersepsi dengan memberikan pertanyaan

26) Guru menjelaskan materi ajar

27) Guru

menginterpretasikan materi ajar

28) Guru memberikan contoh dari matei ajar 29) Guru

mengklasifikasikan materi ajar

30) Guru memabandingkan

(18)

materi ajar

31) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa 32) Guru mencurahkan

beberapa istilah yang berkaitan dengan materi ajar 33) Guru membentuk

kelompok siswa 34) Guru menyampaiakan

aturan mengisi teka-teki silang

35) Guru membatasi waktu pengisian teka-teki silang

36) Guru memberikan reward

37) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya 38) Guru mengulas

pertanyaan 39) Guru dan siswa

membuat kesimpulan seluruh kegiatan belajar 40) Guru

menginformasikan materi selanjutnya 41) Guru menutup

pembelajaran dengan megucap salam

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

(19)

c. Aktivita s Siswa

42) Siswa membalas salam salam

43) Siswa berdoa sebelum memulai pembelajaran 44) Siswa memeriksa

kebersihan dan kerapihan kelas 45) Siswa menyatakan

kehadiran

46) Siswa menyampaikan pertemuan sebelumnya 47) Siswa menyimak tujuan

pembelajaran

48) Siswa menyiapkan alat dan sumber belajar 49) Siswa menjawab

apersepsi

50) Siswa menyimak penjelasan materi ajar 51) Siswa menyimak

penginterpretasian materi ajar

52) Siswa menyimak contoh materi ajar 53) Siswa menyimak

pengklasifikasian materi ajar 54) Siswa menyimak

perbandingan materi ajar

55) Siswa melakukan tanya jawab

56) Siswa menyimak penjelasan beberapa istilah yang berkaitan dengan materi ajar 57) Siswa membentuk

kelompok

58) Siswa mengikuti aturan

(20)

dalam mengisi teka-teki silang

59) Siswa mengerjakan teka-teki silang berdasarkan batasan waktu

60) Siswa termotivasi karena adanya reward 61) Siswa bertanya

mengenai hal yang belum dipahami 62) Siswa menyimak

ulasan guru 63) Siswa ikut serta

membuat kesimpulan dari seluruh kegiatan belajar

64) Siswa menyimak informasi materi selanjutnya 65) Guru menutup

pembelajaran dengan megucap salam

58

59

60

61

62

63

64

(21)

3 Bagaimana

66) Menjelaskan, (siswa memiliki kemampuan menyatakan ulang dan menjelaskan konsep contoh dari sebuah konsep yang bersifat umum) dan perbedaan yang dimiliki oleh suatu konsep)

mampu mengingat

konsep yang ada pada

materi pembelajaran

Wawancara Siswa

71

(22)

IPS dengan

menggunakan

permainan TTS ?

73)Apakah kalian bisa

memahami soal yang

ada di permainan TTS ?

74)Bagaimana pendapat

anda mengenai

pembelajaran IPS

menggunakan

permainan TTS ?

75)Bagaimana suasana

kegiatan pembelajaran

IPS dengan

menggunakan

permainan teka-teki

silang?

76)Apakah kalian bisa

mengerjakan soal yang

bekaitan dengan

memberikan contoh

dalam konsep di materi

IPS?

77)Apakah kalian bisa

mengerjakan soal yang

bekaitan dengan

penjelasan konsep

dalam materi IPS?

78)Apakesulitan yang

73

74

75

76

(23)

kamualamiketikamengi

kutipembelajaran IPS

denganmenggunakante

ka-tekisilang?

79)Apakah kalian jadi bisa

mengerti penjelasan

dari konsep-konsep

yang ada di materi IPS

?

kendala dalam

penerapan

81)Membahas yang sudah

optimal selama

kegiatan pembelajaran

82)Membahas kekurangan

selama kegiatan

pembelajaran

83)Membahas hambatan

ketika mengguanakan

teka-teki silang dalam

pembelajaran IPS di

kelas

84)Membahas solusi

mengenai upaya dalam

(24)

Lembang? ketika menggunakan

teka-teki silang dalam

proses pembelajaran

IPS selanjutnya

sehingga menjadi lebih

baik

Tabel 3. 2Penilaian Aktivitas Guru

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG DALAM PEMBELAJARAN IPS

No Tahap

Pembelajaran Aspek Yang Diamati

SKOR

3 2 1

1 Kegiatan Awal

a. Guru menyampaikan salam

b. Guru membimbing siswa untuk berdoa

sebelum memulai pembelajaran

c. Guru memeriksa kebersihan kelas

d. Guru memeriksa kehadiran siswa

e. Guru menanyakan materi pada

pertemuan sebelumnya

f. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran

g. Guru menyiapkan media pembelajaran

berupa teka-teki silang

h. Guru melakukan apersepsi dengan

memberikan pertanyaan terkait materi

yang akan dipelajari

2 Kegiatan Inti Eksplorasi

(25)

yang sedang dipelajari

b. Guru menginterpretasikan materi yang

sedang dipelajari

c. Guru memberikan contoh dari materi

yang sedang dipelajari

d. Guru mengklasifikasikan materi yang

sedang dipelajari

e. Guru membandingkan materi yang

sedang dipelajari

f. Guru melakukan tanya jawab selama

menyampaikan materi

Elaborasi

a. Guru menyampaikan beberapa istilah

untuk memperkuat pemahaman konsep

terkait materi yang telah dipelajari

b. Guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok dalam mengerjakan teka-teki

silang

c. Guru menyampaikan aturan dalam

mengerjakan teka-teki silang.

d. Guru membatasi waktu pengerjaan

teka-teki silang.

e. Guru memberikan rewa rd untuk

memotivasi siswa dalam mengerjakan

teka-teki silang

Konfirmasi

a. Guru memberi kesempatan kepada siswa

untuk bertanya mengenai materi yang

(26)

b. Guru mengulas pertanyaan yang

dikemukakan oleh siswa

3 Kegiatan Penutup

a. Guru bersama siswa membuat

kesimpulan dari seluruh kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan

b. Guru menginformasikan materi yang

akan dibahas pada pertemuan selanjutnya

c. Guru menutup pembelajaran dengan

mengucapkan salam.

Skor Total Skor Total Maksimal

Persentase = Skor Total x 100 Skor Total Maksimal

Predikat

Tabel 3.3 Penilaian Aktivitas Siswa

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG DALAM PEMBELAJARAN IPS

No Tahap

Pembelajaran Aspek Yang Diamati

SKOR

3 2 1

1 Kegiatan Awal

a. Siswa membalas salam

b. Siswa berdoa sebelum memulai

pembelajaran

c. Siswa merapihkan dan membersihkan

kelas sebelum memulai pembelajaran

d. Siswa menyatakan kehadiran

e. Siswa menyampaikan materi pada

(27)

f. Siswa menyimak ketika guru

menyampaikan tutujuan pembelajaran

g. Siswa menyiapkan alat dan sumber

belajar

h. Siswa menjawab pertanyaan dalam

kegiatan apersepsi

2 Kegiatan Inti Eksplorasi

a. Siswa menyimak penjelasan

konsep-konsep materi yang sedang dipelajari

b. Siswa menyimak penginterpretasian

materi yang sedang dipelajari

c. Siswa menyimak contoh dari materi yang

sedang dipelajari

d. Siswa menyimak pengklasifikasian

materi yang sedang dipelajari

e. Siswa menyimak perbandingan materi

yang sedang dipelajari

f. Siswa melakukan tanya jawab selama

proses penyampaian materi berlangsung.

Elaborasi

a. Siswa menyimak penyampaian beberapa

istilah untuk memperkuat pemahaman

konsep terkait materi yang telah

dipelajari

b. Siswa membentuk 5-6 kelompok untuk

mengerjakan teka-teki silang

c. Siswa mengikuti aturan dalam

mengerjakan teka-teki silang.

(28)

berdasarkan batasan waktu yang telah

ditentukan.

e. Siswa termotivasi untuk mengerjakan

teka-teki silang karena adanya rewa rd

yang diberikan oleh guru

Konfirmasi

a. Siswa bertanya mengenai materi yang

belum dipahami

b. Siswa menyimak ketika guru mengulas

materi yang sudah dijelaskan

3 Kegiatan Penutup

a. Siswa ikut serta dalam menyimpulkan

seluruh kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan

b. Siswa menyimak ketika guru

menginformasikan materi yang akan

dibahas pada pertemuan selanjutnya

c. Siswa membalas salam guru pada saat

menutup pembelajaran

Skor Total

Skor Total Maksimal

Persentase = Skor Total x 100 Skor Total Maksimal

Predikat

(29)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG DALAM PEMBELAJARAN IPS

Tabel 3.5Rubrik Observasi Siswa

NO Kelom

pok

Aspek yang diamati

S

Nilai Skor Persentase

Kurang 0% - 33,3%

Cukup 33,4% - 66,6%

Baik 66,7% - 100%

(30)

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI PENGGUNAAN TEKA-TEKI SILANG DALAM PEMBELAJARAN IPS

No Aspek yang mampu mengenal konsep.

abstrak dengan membuat ide

(31)

i contoh dari ilustrasi dari sebuah konsep

contoh dari suatu konsep.

2. Peserta didik mampu membuat contoh dari suatu

1. Peserta didik mampu

mengidentifikas i konsep. 2. Peserta didik

mampu membedakan ciri dari suatu konsep. 3. Peserta didik

mampu

mengkategorisa sikan konsep.

1. Peserta didik mampu

mengidentifikasi konsep.

2. Peserta didik mampu

membedakan ciri dari suatu

konsep.

1. Peserta didik mampu dengan konsep yang lain. 3. Peserta didik

mampu menemukan kaitan antara unsur-unsur dalam suatu konsep dengan

1. Peserta didik dengan konsep yang lain.

1. Peserta didik mampu

(32)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data kemudian mengolahnya agar tercapainya tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan untuk mengolah data yang digunakan

adalah observasi, studi dokumentasi, wawancara dan catatan lapangan.

1. Observasi

Observasi ini dilakukan terhadap guru berupa tanggapan akan

keterlaksanaan model pembelajaranotentik. Menurut Hopkins (2011, hlm.152-153)

observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi terbuka dengan tujuan agar

pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mencatat poin-poin inti proses

pengajaran tersebut, kemudian mampu merekonstruksi proses implementasi

tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan. Observasi terbuka ini

memfokuskan pada hal-hal yang menjadi data untuk melihat aktivitas guru dan

siswa pada saat proses pembelajaran guna meningkatkan pemahaman konsep siswa

melalui penggunaan teka-teki silang dalam pembelajaran IPS. Hasil dari penelitian

ini akan didiskusikan kembali dengan kolaborator untuk dijadikan sebagai bahan

refleksi untuk tindakan selanjutnya.

2. Wawancara

Wawancara ini dilakukan terhadap siswa beserta guru mata pelajaran di

sekolah yang dijadikan penelitian. Wawancara ini bersifat wawancara tidak

terstruktur. Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi secara lebih

mendalam. Dalam wawancara tidak terstruktur peneliti belum mengetahui secara

pasti data apa saja yang akan diperoleh, setiap jawaban yang diceritakan oleh

responden dianalisis dan peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya

(Sugiyono, 2011: 198).

(33)

3. Studi Dokumentasi

Pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagi bahan data

informasi sesuai dengan masalah peneliti. Dokumen-dokumen ini yang berkaitan

dengan pembelajaran IPS. Studi dokumen yang diambil oleh peneliti adalah berupa

kurikulum dan pedoman pelaksanaannya, silabus, RPP, tugas siswa, buku teks yang

digunakan oleh siswa dalam belajar serta foto atau rekaman dalam proses belajar

pembelajaran.

4. Catatan Lapangan

Untuk menunjang pengambilan data-data lain yang berkembang selama

pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat menggunakan catatan lapangan untuk

mencatat kemajuan, persoalan yang dihadapi dan solusinya. Dalam catatan lapangan

juga dapat mencatat hasil-hasil refleksi dan hasil diskusi. Catatan lapangan

merupakan catatan yang dibuat oleh peneliti yang memuat secara deskriptif

berbagai kegiatan sekolah, suasana kelas, iklim sekolah, berbagai bentuk interaksi

sosial yang terjadi didalam peneliti penelitian tersebut. Catatan lapangan dilakukan

dengan mempelajari pokok pembicaraan dalam pengamatan gambar tentang segala

sesuatu peristiwa yang dilihat, didengar, dan dialami selama kegiatan berlangsung.

H. Teknik Analisis Data dan Validasi Data 1. Teknik Analisis Data

Menurut Sanjaya (2011, hlm. 106) dalam penelitian tindakan kelas, analisis

data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam

meningkatkan kualitas belajar dan hasil pembelajaran. Sedangkan menurut Emzir

(dalam Handani, 2015, hlm. 46) analisis data merupakan proses sistematis

pencapaian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan

materi-materi lain yang telah peneliti kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan peneliti menyajikan apa

(34)

Lebih lanjut Miles & Huberman (dalam Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 20)

membagi dua cara teknik analisis data yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik

analisis kuantitatif.

a. Teknik Analisis Data Kualitatif

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2011, hlm. 336), menyatakan bahwa

aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data sudah jenuh. Aktifitas dalam

analisis data ini yaitu, reduksi data, kategorisasi, validasi data, dan interpretasi data.

Adapun tahapan analisis data menurut Sanjaya (2011, hlm.106) adalah sebagai

berikut:

1) Reduksi data.

Kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah. Pada tahap ini guru dan

peneliti mengumpulkan semua instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan

data kemudian dikelompokkan berdasarkan fokus masalah dan hipotesis.

2) Mendeskripsikan Data.

Data yang telah dipilih sesuai dengan fokus masalah kemudian dideskripsikan

sehingga data yang telah diorganisir menjadi bermakna. Mendeskripsikan data

bisa dalam bentuk naratif, membuat grafik atau menyusunnya dalam bentuk

tabel.

3) Membuat kesimpulan berdasarkan deskripsi data.

Dalam proses penelitian menganalisis dan menginterpretasi data merupakan

langkah yang sangat penting. Sebab data yeng terkumpul tidak berarti apa-apa

tanpa dianalisis dan diberi makna melalui interpretasi data. Proses analisis dan

interpretasi data dalam penelitian tindakan kelas diarahkan untuk mengumpulkan

informasi yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan pertanyaan

penelitian. Maka hasilnya dapat menjawab setiap informasi yang dibutuhkan.

(35)

Pengolahan data dengan menggunakan dengan cara kuantitatif adalah

data-data yang didapatkan dalam penelitian yang berupa angka-angka. Melalui

pengolahan data kuantitatif, peneliti dapat mengetahui seberapa besar pemahaman

konsep yang dimiliki siswa pada awal pembelajaran dan seberapa besar perubahan

yang terjadi saat penelitian tindakan kelas dengan menerapkan teka-teki silang.

Di bawah ini adalah klasifikasi perolehan nilai siswa yang telah disesuaikan

dengan pemenuhan indikator-indikator kemampuan pemahaman konsep siswa yang

telah dirancang sesuai dengan rubrik penilaian.Teknik analisis yang dilakukan

memang sederhana.

Komalasari (2011, hlm 156) menuliskan cara menghitung perolehan skor

dapat dilakukan dengan cara dibawah ini:

Tabel 3. 6Konversi Rata-Rata (Persentase)

Nilai Skor Persentase

Kurang 0% - 33,3%

Cukup 33,4% - 66,6%

Baik 66,7% - 100%

2. Validasi Data

Validasi data yaitu mengusahakan tercapainya aspek kebenaran tentang hasil

penelitian. Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2012, hlm. 168), ada beberapa

validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu:

a. Member Check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi

data yang diperoleh selam observasi atau wawancara dari nara sumber, apakah

keterangan atau informasi, atau penjelasan ini tetap sifatnya atau tidak berubah

(36)

b. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang

ada dengan membandingkan hasil dari orang lain, misalnya mitra peneliti, yang

hadir dan menyaksikan situasi yang sama. Triangulasi dilakukan berdasarkan

tiga sudut pandang, yakni sudut pandang guru, siswa dan yang melakukan

pengamatan atau observer (peneliti).

c. Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran hasil penelitian beserta prosedur dan

metode pengumpulan data dengan mengkonfirmasikan buku-buku temuan yang

diperiksa dan dicek kesahihannya kepada sumber data pertama guru dan siswa

d. Expert Opinion, yaitu pengecekan terakhir terhadap temuan-temuan penelitian

oleh pakar yang professional dibidang ini, yakni dosen pembimbing. Pada

tahapan akhir ini dapat dilakukan perbaiakan, modifiaksi, atau penghalusan

berdasarkan arahan atau opini pakar (pembimbing), selanjutnya analisis yang

dilakukan akan meningkatkan derajat kepercayaan penelitian yang dilakukan.

e. Key respondent review, yaitu meminta salah seorang atau beberapa mitra peneliti

atau orang yang banyak mengetahui tantang penelitian tindakan kelas, untuk

Gambar

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Taggart (Wiraatmadja, 2012, hlm 66)
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3. 2Penilaian Aktivitas Guru
Tabel 3.3 Penilaian Aktivitas Siswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 202/PMK.07/2013

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Kab.. Hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat

Tulisan singkat ini hanya memfokuskan terkait dengan bagaimana kita sebagai orang tua untuk terus tidak berhenti mengendalikan anak-anak kita dari berbagai macam

Karena itu, perlu dibedakan di sini antara kalangan Islam yang memahami jihad hanya dengan peperangan (mereka biasanya disebut Islam Garis Keras / Radikalis / Fundamentalis, dll),

Abstrak : Diantara langkah terobosan MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan adalah merealisasikan program di bidang pengembangan kurikulum bahasa Arab. Tujuan penelitian

Ramalan nilai inflasi kesehatan pada suatu periode di daerah kabupaten semarang, akan sangat bermanfaat untuk mengendalikan inflasi Kesehatan di daerah kabupaten

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Riyanto (2008) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku menyusui adalah dukungan tenaga kesehatan, sehingga

Professionalism in carrying out the task, the teacher shall: (1) learning plan, implement quality learning process, as well as assessing and evaluating learning