• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 15

BAB 2

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kota Bengkulu merupakan ibukota Propinsi Bengkulu yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan. Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, kota kecil Bengkulu diubah statusnya menjadi Kotapraja, meliputi 4 wilayah kedatukan yang membawahi 28 Kepangkuan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 jo Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 Propinsi Bengkulu berdiri dan Kota Bengkulu dijadikan sebagai Ibukotanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 1986 luas Kota Bengkulu adalah 144.52 Km2, sedangkan Berdasarkan hasil

pengukuran tahun 2008 oleh Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Luas Kota Bengkulu adalah seluas 151.70 Km2.

Gambar 2.1

Peta Administratif Kota Bengkulu

(2)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 16 Sebutan Kotapraja selanjutnya diganti dengan Kotamadya Dati II Bengkulu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di daerah. Istilah Kotamadya Dati II Bengkulu berubah menjadi Kota Bengkulu berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah di daerah tentang kewenangan pemerintah di daerah. Pada tahun 2008, Kota Bengkulu mengalami pemekaran wilayah. Kota Bengkulu yang semula terdiri dari 4 kecamatan dengan 57 kelurahan dimekarkan menjadi 9 kecamatan dengan 67 kelurahan.

Berdasarkan Perda No 28 Tahun 2008 tersebut, secara administratif, Kota Bengkulu terdiri atas 9 Kecamatan yaitu Kecamatan Selebar dengan 5 Kelurahan dan luas wilayah 46.36 Km2, Kecamatan Kampung Melayu dengan 6 Kelurahan dengan

luas wilayah 23.14 Km2, Kecamatan Gading Cempaka dengan 5 Kelurahan dengan luas

wilayah 14.42 Km2, Kecamatan Ratu Samban dengan 9 Kelurahan dengan luas wilayah

2.84 Km2, Kecamatan Ratu Agung 9 Kelurahan dengan luas wilayah 11.02 Km2,

Kecamatan Teluk Segara dengan 12 Kelurahan dengan luas wilayah 2.76 Km2 ,

Kecamatan Sungai Serut dengan 7 Kelurahan dengan luas wilayah 13.53 Km2 dan

Kecamatan Muara Bangkahulu dengan 7 Kelurahan dengan luas wilayah 23.18 Km2

dan Kecamatan Singgaran Pati dengan 6 Kelurahan dengan luas wilayah 14.44 Km2,

lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1. Secara administrasi kota Bengkulu berbatasan sebelah Utara dan Timur dengan Kabupaten Bengkulu Tengah, sebelah Selatan dengan Kabupaten Seluma, sebelah Barat dengan Samudra Hindia.

Tabel 2.1

Jumlah Kecamatan, Kelurahan/Desa, Rukun Warga, Rukun Tetangga dan Luas Wilayah Kota Bengkulu Bengkulu Tahun 2012

NO Kecamatan Kelurahan RW RT Luas (Km2)

1 Selebar 6 39 169 46.36 2 Kampung Melayu 6 25 111 23.14 3 Gading Cempaka 5 30 123 14.42 4 Ratu Agung 8 40 166 11.02 5 Ratu Samban 9 28 92 2.84 6 Singgaran Pati 6 35 123 14.44 7 Teluk Segara 13 31 96 2.76 8 Sungai Serut 7 22 77 13.53 9 Muara Bangkahulu 7 30 134 23.18 J u m l a h 67 351 1091 151.70

(3)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 17 Wilayah Kota Bengkulu berdasarkan letak geografis berada ditepi pantai Barat Sumatera dengan posisi 102012”-102022” Bujur Timur dan 3045”-3059” Lintang

Selatan. Kota Bengkulu terletak pada ketinggian antara 0 – 100 m/dpl, dengan persebaran sporadis pada setiap wilayah kota, sehingga menyebabkan morfologi kota yang bergelombang. Lokasi dengan titik tertinggi (hingga 100m/dpl) berada dibagian Tenggara (Kec. Selebar). Sementara titik terendah (antara 0 10 m/dpl) di bagian Selatan, Utara dan Timur, sedangkan Pusat Kota Bengkulu sendiri berada pada ketinggian antara 10 – 25 m/dpl.

Dalam Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T. C. Amin dan R. Pardede, 1992/ skala 1:250.000, bahwa wilayah Kota Bengkulu secara umum tersusun oleh endapan permukaan (surfifal deposits) berumur Kuarter dan batuan sendimen dan gunung api (sendimrntary and volcanic rocks) serta batuan terobosan berumur Tersier.

Urutan stratigrafi dari batuan termuda sampai tertua adalah sebagai berikut: a. Undak Aluvium (Qat), batuan ini merupakan endapan permukaan termuda,

berumur Holosen Kuarter yang tersusun oleh pasir, lanau, lempung dan kerikil yang dibentuk oleh endapan sungai, pantai dan rawa. Endapan ini penyebarannya hampir diseluruh Kota Bengkulu, mulai dari bagian Utara hingga bagian Selatan, namun tidak mencapai batas kota di sebelah Timur, dengan luas sekitar 62,8 persen.

b. Aluvium (Qa), batuan ini berumur Holosen Kuarter yang tersusun oleh bongkah, kerikil, pasir, lanau dan lumpur. Endapan permukaan ini penyebarannya hanya pada sebagian wilayah Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Sungai Serut dan Kecamatan Singaran Pati (seluruh kawasan Danau Dendam Tak Sudah), dengan luasan berkisar sekitar 15 persen.

c. Endapan Rawa (Qs), endapan permukaan yang berumur Holosen Kuarter ini tersusun oleh pasir, lanau dan lumpur dengan sisa tumbuhan. Penyebarannya hanya terdapat pada bagian Utara Kecamatan Muara Bangkahulu dan Kecamatan Singaran Pati, dengan luas total sekitar 3 persen.

d. Batu Gamping Terumbu Karang (QI), endapan permukaan yang berumur Plistosen Kuarter ini tersusun oleh batu gamping terumbu. Penyebarannya sporadis pada beberapa kecamatan, umumnya berbatasan langsung dengan laut, yaitu

(4)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 18 Kecamatan Kampung Melayu, Kecamatan Ratu Samban, dan Kecamatan Ratu Agung.

e. Formasi Bintuhan (QTb), batuan ini merupakan batuan sendimen dan gunung api yang diduga berumur Plistosen Kuater dan tersusun oleh konglomerat aneka bahan, breksi, batu gamping terumbu, batu lempung tufan, berbatu apung, kayu terkesikan. Umumnya terdapat di bagian Timur Kecamatan Muara Bangkahulu. f. Andesit (Tpan), andesit merupakan batuan terobosan, yang diduga berumur

Pliosen Tersier. Penyebarannya di Kota Bengkulu umumnya di Kecamatan Selebar.

Kondisi hidrologi di wilayah Kota Bengkulu meliputi :

a. Air Permukaan terdapat di Kota Bengkulu dapat ditemu kenali dari informasi Satuan Wilayah Sungai/Wilayah Sungai (SWS/WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Pentingnya informasi mengenai SWS/WS dan DAS, karena masing-masing WS umumnya mempunyai karakteristik berbeda, demikian juga dengan DAS yang diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai orde yang terkecil.

Dalam pengelompokan SWS, sungai-sungai di wilayah Kota Bengkulu termasuk dalam SWS 01.28 (Kanal-Alas-Talo), yang mempunyai 35 sungai, dengan luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS) sekitar 6.884,3 KM2. Adapun sungai yang

melintasi Kota Bengkulu antara lain Air Bengkulu, Air Jenggalu, Air Hitam, Air Babatan, Air Betungan, Air Muara, Air Riak, Air Lempuing, dan Air Sepan. Selain sungai, di Kota Bengkulu terdapat Danau Dendam Tak Sudah dengan luas genangan sekita 70 Ha. Danau ini merupakan sumber air irigasi dengan areal sawah seluas 510 Ha (sebelum alih fungsi).

Air permukaan yang terdapat di Kota Bengkulu dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi penduduk Kota Bengkulu oleh PDAM. Salah satunya adalah IPA Surabaya yang memanfaatkan Air Bengkulu sebagai sumber air baku. Selain IPA Surabaya, pemanfaatan sumber air baku oleh PDAM adalah Air Jenggalu, dengan IPA Nelas, yang terletak di Kabupaten Seluma. Dari kedua IPA tersebut mempunyai kapasitas terpasang dan kapasitas produksi sebesar 650lt/detik.

(5)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 19 Penggunaan sumur sebagai sumber air baku oleh penduduk digunakan hampir merata di seluruh wilayah kota. Kedalaman sumur untuk mendapatkan air adalah sekitar 10-15 m. Adapun sumber mata air di Kota Bengkulu terdapat di beberapa lokasi, yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Potensi air tanah dalam Kota Bengkulu berdasarkan Peta Hidrogeologi Lembar Bengkulu, skala 1 : 250.000 dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.2

Kondisi Air Tanah Kota Bengkulu

Pembagian Air Tanah Keterangan

Berdasarkan litologi batuan dan kelulusannya

a. Aluvium,

b. Napal,

yang terdiri dari kerikil, pasir dan lempung, dengan kelulusan sedang sampai tinggi pada material kasar dan berkelulusan rendah pada material lempungan;

tufa napalan dan tufa lempungan, dengan kelulusan, yang umumnya rendah sampai dengan sangat rendah Berdasarkan

keterdapatan air tanah dan produktifitas akuifer

Kota Bengkulu termasuk ke dalam akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktifitas rendah dan daerah air tanah yang langka. Kondisi ini berlaku di seluruh Kota Bengkulu. Daerah air tanah buruk yang terdapat pada bagian selatan Kec. Kampung Melayu Sumber : Bengkulu Dalam Angka Tahun 2011

Akuifer dangkal di wilayah dataran umumnya kurang produktif menilik litologi akuifernya bersifat lempungan dan tidak menerus, serta pelamparan vertikalnya yang tipis. Pemboran di Stasiun Relay TVRI Bengkulu menunjukkan adanya akuifer dalam berupa batu pasir lempungan pada kedalaman 42-60 m dari muka tanah setempat, bertekanan negatif dan kecil potensinya. Purbo-Hadiwidjojo dan Tjahjadi (1981) menyatakan bahwa akuifer terpenting di sekitar Kota Bengkulu adalah batu pasir dengan kedalaman akuifer bervariasi, debit diperkirakan kurang dari 2 l/dtk. Beberapa pemboran di Padang Harapan dan Pekan Sabtu pada jarak kurang 5 km dan 12,5 km ke arah tenggara dari pusat Kota Bengkulu, serta di lokasi Bentiring pada jarak lebih kurang 15 km ke arah Timur Laut dari pusat Kota Bengkulu menembus akuifer batu pasir, setempat dengan campuran fragmen batuan. Ketebalan bervariasi antara 3 hingga 64 m (PT. Rayakonsult, 1984).

(6)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 20 fungsi kota berdampak terhadap peningkatan kebutuhan lahan. Dinamika perkembangan kegiatan di kawasan kota ini menimbulkan persaingan antar penggunaan lahan yang mengarah pada terjadinya perubahan penggunaan lahan dengan intensitas yang makin tinggi. Perubahan penggunaan lahan seringkali tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, seperti terlihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2

Gambar Peta Penggunaan Lahan

Pelabuhan SamuderaPulau Baai S. Hitam

Danau Dendam Tak Sudah

KECAMATAN MUARA BANGKA HULU

KECAMATAN SUNGAI SURUT

KECAMATAN RATU AGUNG

KECAMATAN GADING CEMPAKA

KECAMATAN SELEBAR

KECAMATAN KAMPUNG MELAYU TPA

TPI KD. LIMUN PEMATANG GUBERNUR

BENTIRING RAWA MAKMUR PASAR BENGKULU KP. KELAWI TELUK SEGARA KP. BALI BAJAK PD. BESI KB. KELILING KECAMATAN TELIK SEGARA KP.CINA MALEBERO

TENGAH PADANG TERATAI

SUMUR MELELEHBERKASPS. BARU JITRA KB. ROS PS. MELINTANG PINTU BATU KB. GERAN BLK. PONDOK PENGANTUNGAN KB. DAHRI SUKAMERINDU ANGGUT DLM ANGGUT ATAS ANGGUT BAWAH KECAMATAN RATU SAMBAN PENURUNAN

KB. KENANGA PD. JATI

SAWAH LEBAR BARU TANJUNG AGUNG

TANJUNG JAYA SEMARANG

SAWAH LEBAR

KB. BELER TANAH PATAHNUSA INDAHJEMBATAN KECIL KB. TEBENG SURABAYA PANORAMA DUSUN BESAR LEMPUNGPD. HARAPAN PADANG NANGKA LINGKAR TIMUR JL. GEDANG SIDOMULYO LINGKAR BARAT SUMUR DEWA RSUD M.YUNUS MUARA DUA PAGAR DEWA SUKARAMI

DS. KANDANG BUMI AYU KANDANG MAS SUMBER JAYA PEKAN SAPTU BETUNGAN PD. SERAI KABUPATEN SELUMA Ke Simpang Tiga N galam Ke Jenggalu Ke Seluma Ke Kepa hiang / Curup Ke Kepahiang / Curup

KABUPATEN BENGKULU UTARA

PEL UD FAT

MAW ATI SOEKARNO

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KOTA BENGKULU

PETA 2.3 PETA PENGGUNAAN LAHAN

00.3 0.9

0.3 1.5 2.1 Km

U

PEMERINTAH KOTA BENGKULU DINAS PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH

KOTA BENGKULU

Sumber : Peta Dasar Kota Bengkulu, 2002 LEGENDA:

Batas Wilayah Kotamadya Batas Wilayah Kecamatan Batas Wilayah Kelurahan Jalan Sungai Kantor Camat Kantor Desa KOTA BENGKULU II - 14 Permukiman

Ruang Terbuka Hijau Pertanian Perdagangan Jasa Pemerintahan Pendidikan Peribadatan Industri

Sumber : RTRW Kota Bengkulu 2012-2032

Berdasarkan fungsinya wilayah Kota Bengkulu dibagi dalam berbagai fungsi keperuntukan penggunaan lahan. Komposisi antara lahan terbangun dan tidak terbangun hampir sama. Lahan terbangun seluas 45,87 km² (31,74 persen) dan sisanya merupakan lahan non terbangun, umumnya berupa kebun campuran dan semak belukar.

1. Lahan terbangun, dimanfaatkan sebagai lahan perumahan, perdagangan dan perkantoran. Perumahan (40,62 km²) umumnya tersebar merata di seluruh kecamatan, dan hanya sebagian kecil pada Kecamatan Kampung Melayu, sedangkan perdagangan dan perkantoran tersebar sporadis pada beberapa kecamatan yang lebih berorientasi pada pusat kota, yaitu Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Ratu

(7)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 21 Samban dan Kecamatan Gading Cempaka, dengan luas keseluruhan sekitar 3,19 km².

2. Lahan non-terbangun masih cukup luas dan merupakan kawasan potensial untuk dikembangkan pada masa mendatang. Jenis penggunaan lahan non-terbangun yang cukup mendominasi di Kota Bengkulu adalah kebun campuran seluas 20,41 km² dan semak belukar seluas 27,28 km². Kebun campuran dan semak belukar menyebar merata di seluruh kecamatan, kecuali di Kecamatan Teluk Segara dan Kecamatan Ratu Samban.

Untuk lebih jelasnya, penggunaan lahan di Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3

Penggunaan Lahan Kota Bengkulu, Tahun 2010

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Km²) Persentase (persen)

A. Lahan Non-Terbangun 1. Belukar Rawa 3,20 2,11 2. Cagar Alam 5,57 3,67 3. Danau 0,56 0,37 4. Hutan Pantai 1,13 0,74 5. Kebun Campuran 20,41 13,45 6. Lahan Terbuka 9,25 6,10 7. Lapangan Golf 0,46 0,32 8. Pemakaman 0,60 0,40 9. Sawah 8,94 5,91 10. Semak Belukar 27,28 17,89 11. Sungai 1,65 1,09

12. Taman Wisata Alam 9,28 6,12

13. Tambak Ikan 10,61 6,99 14. Tempat Wisata 0,17 0,11 Jumlah 99,11 65,34 B. Lahan Terbangun 1. Asrama Haji 0,12 0,08 2. Bandar Udara 2,40 1,58 3. Pasar 0,08 0,05 4. Pelabuhan 3,98 2,62 5. Perdagangan 2,25 1,48 6. Perkantoran 0,94 0,62 7. Pertamina 0,04 0,03 8. Perumahan 40,62 26,77 9. Rumah Sakit 0,16 0,11 10. Pendidikan 2,00 1,32 Jumlah 52,59 34,66 TOTAL 151.70 100,00

(8)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 22 Iklim di wilayah Kota Bengkulu adalah iklim tropis, dengan temperatur udara rata-rata 22°C - 32°C. Lama penyinaran matahari rata-rata berkisar antara 40 – 80,5.

Curah hujan rata-rata 268,17 mm/bulan dengan jumlah rata-rata hari hujan setiap bulannya pada tahun 2012 adalah sejumlah 18 hari hujan. Berdasarkan klasifikasi iklim, daerah ini tergolong tipe iklim A (Tropis Basah) dengan kelembaban 70 – 87persen. Jumlah bulan basah 10 bulan, yakni pada bulan Oktober - Juli. Temperatur rata-rata tahunan antara 25º - 27ºC dengan curah hujan bulanan berkisar 230 - 620 mm, dengan jumlah hari hujan berkisar antara 10 - 23 hari.

Suhu udara maksimum berkisar antara 29,60C – 31,50C dan suhu minimum

berkisar antara 23,10C – 24,20C dengan curah hujan rata-rata 2.626 mm/ tahun dan

rata-rata hari hujan sekitar 188 hari/tahun. Curah hujan tahunan berkisar 2.500 – 4.000 mm. Kecepatan angin rata-rata 18 knot atau sekitar 10 km/jam, tekanan udara berkisar antara 1008,4 – 1012,6 MB dan kecepatan angin maksimum berkisar 14 - 32 mil/jam. Lama penyinaran matahari rata-rata berkisar antara 55 – 86 persen. Untuk lebih jelasnya beberapa informasi klimatologi Kota Bengkulu pada tahun 2007-2011, dapat dilihat pada Tabel : 2.4.

Tabel 2.4

Jumlah Curah Hujan (mm) tiap bulan Tahun 2007 – 2011 Bulan / Month 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5 (6) Januari / January 570 174 450 235 269 Februari / February 164 21 237 388 113 Maret / March 510 475 323 396 278 April / April 124 226 572 239 376 Mei / May 316 84 198 197 192 Juni / June 184 79 297 213 490 Juli / July 208 72 248 326 142 Agustus / August 38 227 178 235 72 September / September 192 190 211 343 53 Oktober / October 177 294 334 555 105 November / November 212 758 459 362 199 Desember / December 455 796 345 349 211

(9)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 23 2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

1. Pertanian

Sektor pertanian yang memberikan kontribusi PDRB sebesar 6,99 persen pada tahun 2010 dan sektor ini mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Kontribusi sektor pertanian pada PDRB terbesar disumbangkan oleh subsektor perikanan, sedangkan sumbangan sektor peternakan, tanaman pangan dan perkebunan jauh lebih kecil. Subsektor Perikanan dan Peternakan mempunyai peluang yang sangat baik untuk ditingkatkan agar memberikan kontribusi yang signifikan.

Tabel 2.5

Luas Panen dan Produksi Komoditi Pertanian Tanaman Pangan di Kota Bengkulu Tahun 2011

Tahun Luas Tanam (Ha) Panen (Ha) Luas Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Ha) (1) (2) (3) (4) (5) Padi Sawah 3.760,00 2.761,00 14.042,25 5,03 Padi Gogo 0 0 0 0 Jagung 610,00 590,00 2.507,50 4,25 Kedelai 0 0 0 0 Kacang Tanah 20,00 21,00 20,00 1,00 Kacang Hijau 14,00 13,00 13,72 0,98 Ketela Pohon 747,00 704,00 8.060,80 11,45 Ubi Jalar 20,00 22,00 203,50 9,25

Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012

Tabel 2.6

Luas tanaman, luas panen, produksi dan rata-rata produksi tanaman sayuran Kota Bengkulu 2011

Tahun Luas Tanaman

(HA) Luas Panen (HA) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/HA) lombok 47 63 896,60 14,23 Ketimun 49 43 516 12 terung 78 94 797,60 8,49 Kacang Panjang 68 82 1100,40 13,42 Kangkung 217 221 2005 9,07 Bayam 260 256 958,20 3,74 Melinjo 0,36 8,55 63,28 740 Tomat 26 30 338,40 11,28

(10)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 24 Permasalahan pokok bidang pertanian yang dihadapi Kota Bengkulu diantaranya:

1. Kesejahteraan petani masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi 2. Lahan pengusahaan petani relatif sempit sehingga pendapatan yang

diperoleh tidak mencukupi kebutuhan dan kurang mendorong upaya peningkatan produksi

3. Terbatasnya modal petani untuk berusaha tani

4. Terbatasnya akses petani ke sumberdaya produktif termasuk permodalan dan layanan usaha

5. Ketersediaan sasprodi tidak terjamin dan harga saprodi cukup tinggi 6. Masih rendahnya sistem alih teknologi dan diseminasi teknologi

pengolahan produk pertanian sehingga produktifitas dan nilai tambah produk pertanian rendah

7. Lemahnya koordinasi antar stakeholder dan birokrasi 8. Masih rendahnya sumberdaya manusia pertanian

9. Harga jual hasil pertanian masih rendah, yang disebabkan :

a. Kualitas hasil rendah, terutama karena kurangnya sarana pengolahan (industri pengolahan) dan rendahnya kemampuan petani melakukan pengolahan.

b. Akses pasar rendah, disebabkan oleh belum dimanfaatkannya informasi pasar secara optimal, masih tingginya peranan tengkulak dalam pemasaran, tidak adanya pasar lelang dan minimnya infrastruktur pendukung pemasaran.

2. Peternakan

Sub sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup kuat terhadap sektor pertanian Kota Bengkulu. Hasil produksi ternak di Kota Bengkulu meliputi ternak unggas seperti ayam kampung, ayam petelur, ayam potong dan itik serta ternak ruminansia yang meliputi sapi, kerbau, kambing dan domba. Meskipun demikian sub sektor ini masih sangat mungkin untuk didorong perkembangannya agar prospeknya lebih baik. Selain untuk mencukupi kebutuhan di dalam kota, upaya peningkatan produksi ternak juga dapat ditujukan untuk memenuhi permintaan

(11)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 25 daerah/propinsi lain. Komoditi ternak yang prospeknya baik adalah ternak sapi potong dan ayam potong.

Tabel 2.7

Populasi Ternak Menurut Jenisnya di Kota Bengkulu Tahun 2007-2012

Jenis 2007 2008 2009 2010 2011 2012 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sapi Ternak 3 083 3 146 3 170 6 005 6 236 6236 Kerbau 505 507 491 19 307 357 K u d a 59 55 55 23 22 22 D o m b a 205 211 203 241 266 278 Kambing 7 104 7 317 4 991 4 531 4 547 4570 Babi 75 80 52 0 0 0 Ayam Kampung 264 424 278 145 270 980 67 757 69 693 69693 Ayam Pedaging 1 212 295 1 396 325 1 209 877 1 734 407 1 733 007 1783007 Ayam Petelur 9 400 10 400 9 621 19 052 12 692 12692 I t i k 23 539 18 762 16 379 3 711 1 731 1731 Kelinci 77 79 79 103 127 150 P u y u h 7 670 8 161 10 798 12 360 13 922 13922

Sumber : Profil Kota Bengkulu 2013

Tabel 2.8

Produksi daging ternak menurut jenisnya ( Ton ) Di Kota Bengkulu 2007-2011 Jenis ternak 2007 2008 2009 2010 2011 1 2 3 4 5 6 Sapi ternak 424,83 387,37 562,79 964,32 1018,94 Kerbau 295,50 169,90 24,45 72,41 72,41 Kambing 76,09 5,73 20,44 24,57 24,57 Domba 2,01 0,48 0,27 0,16 0,16 Unggas 1424,45 825,65 664,18 1206,54 1241,69

Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012

Permasalahan yang ada pada sub sektor peternakan ini sebagian besar disebabkan oleh antara lain:

1. Lemahnya manajemen usaha tani peternakan, 2. Kurangnya akses permodalan.

3. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berkecimpung di sub sektor peternakan baik di bidang manajemen maupun teknis usaha peternakan.

(12)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 26 3. Perikanan dan Kelautan

Sub sektor Perikanan mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, tetapi perkembangannya belum optimal. Sub sektor ini menjadi penyumbang terbesar PDRB sektor pertanian dibandingkan kelompok komoditi subsektor pertanian lain. Potensi perikanan tangkap perairan Bengkulu sangat besar dengan berbagai jenis ikan.

Tabel 2.9

Perkembangan Jumlah Nelayan dan Petani Ikan di Kota Bengkulu Tahun 2007-2011 Jenis Nelayan 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Nelayan 3 850 3 932 4 049 3 728 3 700 Petani Tambak 25 25 30 20 800 Petani Kolam 412 421 510 800 960 Jumlah 4 287 4 378 4 589 4 548 4 680

Sumber data : BDA Kota Bengkulu 2012

Pada tabel 2.9 dapat dilihat bahwa jumlah nelayan mengalami penurunan dari tahun 2007 yang sebanyak 3.850 menjadi 3.700 pada tahun 2011, petani tambak menunjukkan jumlah kenaikan yang signifikan yaitu dari 25 pada tahun 2007 menjadi 800 pada tahun 2011, begitu juga jumlah petani kolam menunjukkan kenaikan dari 412 pada tahun 2007 menjadi 960 pada tahun 2011.

Sedangkan produksi perikanan menunjukkan peningkatan pada perikanan tangkap dan petani kolam seperti terlihat pada tabel 2.10.

Tabel 2.10

Perkembangan Produksi Perikanan Laut dan Darat di Kota Bengkulu Tahun 2010-2011

Tahun Produksi (ton)

Laut Tambak Kolam

2007 21.097.00 246.70 210.68

2008 18.555.90 246.70 210.68

2009 24.141.00 296.70 310.60

2010 24.226.80 154.62 3.580.00

2011 25.536.00 101.60 3.980.00

(13)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 27 a. Perikanan Tangkap

Produksi perikanan terbesar disumbangkan perikanan tangkap. Produksi perikanan tangkap tahun 2011 meningkat sebesar 5.13 persen dibandingkan dengan produksi tahun 2010. Walupun dari persentase peningkatan produksi perikanan tangkap lebih rendah dari peningkatan produksi perikanan kolam, yang meningkat sebesar 10,05 persen pada tahun 2011 jika dibandingkan dengan tahun 2010, namun produksi perikanan tangkap pada tahun 2011 memberikan sumbangan sebesar 86,22 persen dari total produksi perikanan. Produksi perikanan kolam menyumbangkan sebesar 13,44 persen sedangkan produksi perikanan tambak hanya menyumbangkan sebesar 0,34 persen dari total produksi perikanan di tahun 2011.

Jenis dan jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Kota Bengkulu tersaji dalam Tabel 2.11.

Tabel 2.11

Jenis dan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kota Bengkulu Tahun 2007-2011

Jenis Perahu/kapal

Motor 2007 2008 2009 2010 2011

Perahu tak bermotor 85 85 96 137 149

Perahu/Kapal Motor 443 468 478 509 518 5 GT 119 119 139 225 246 6-10 GT 102 130 139 72 85 11-20 GT 62 62 63 39 54 21-30 GT 25 25 28 20 19 > 30 GT 35 35 39 60 27

Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012

Ditinjau dari jenis komoditi perikanan tangkap ada beberapa potensi perikanan tangkap yang cukup dominan yang dihasilkan dari perairan laut Kota Bengkulu diantaranya adalah ikan tuna, cakalang, tongkol dan udang, namun demikian jika dibandingkan dengan potensi perikanan yang ada dengan produksi para nelayan, maka produktivitas nelayan masih rendah, menunjukkan bahwa sesungguhnya secara riil masih banyak potensi perikanan yang belum termanfaatkan. Hal ini juga dipengaruhi oleh alat tangkap ikan yang dimiliki nelayan yang masih menggunakan alat tangkap pancing, seperti yang tertera pada tabel 2.12.

(14)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 28 Tabel 2.12

Perkembangan Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Ikan Milik Nelayan di Kota Bengkulu Tahun 2007-2011

Jenis Alat Penangkap

Ikan 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Jaring Tramelnet 140 140 146 72 72 Gilnet-Multi Filamen 71 71 76 75 89 Gilnet-Mono Fiamen 137 206 209 83 106 Bagan 15 15 16 50 50 B. Pancing Tetap 63 63 68 230 73 Tonda 80 110 118 30 39 Lainnya 120 120 126 600 375 C. Pukat Tepi 17 17 18 2 2 Dogol 102 102 102 72 70 Payang 35 35 30 99 90 Cincin 60 60 56 23 26 Lainnya 16 16 10 10 10

Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012

b. Perikanan Budidaya

Produksi perikanan budidaya hanya merupakan bagian kecil saja dari total produksi perikanan Kota Bengkulu, sumbangannya terhadap produksi total hanya 13,36 persen pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 13,78 persen pada tahun 2011. Produksi perikanan tambak menurun dan tidak berkembang, sedangkan produksi perikanan kolam meningkat sebanyak 94,72 persen ditahun 2011 bila dibandingkan dengan produksi di tahun 2007.

Berbagai isu kompleks yang muncul mengakibatkan rendahnya produktivitas nelayan di Kota Bengkulu, diantaranya adalah disebabkan oleh aspek teknologi, meliputi masih rendahnya teknologi penangkapan ikan hingga pasca produksi perikanan aspek SDM, menyangkut masih kurangnya tenaga ahli di bidang perikanan, aspek jangkauan pemasaran, serta berbagai infrastruktur di bidang perikanan laut. Rendahnya produksi perikanan tangkap juga diakibatkan oleh masih sederhananya peralatan yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan yang masih didominasi oleh alat tangkap tradisional diantaranya jenis jaring insang dan pancing.

(15)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 29 4. Pariwisata , Budaya dan Kepemudaan

Potensi Pariwisata Kota Bengkulu memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan dan dapat dijadikan potensi unggulan daerah, karena Kota Bengkulu memiliki objek wisata yang cukup banyak untuk dikelola dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah. Berdasarkan kajian potensi dan peluang investasi Kota Bengkulu dengan pendekatan Judmental yaitu pendekatan dengan pertimbangan kondisi-kondisi tertentu maka sebagai Pusat Wisata Kota Bengkulu diperlukan sarana dan prasarana serta faktor-faktor penunjang / pendukung seperti: tersedianya infra struktur yang memadai, pembangunan hotel, restaurant dan pusat perbelanjaan, tersedianya sarana telekomunikasi yang memadai, tersedianya sarana transportasi untuk wisatawan, terjaminnya keamanan dan kenyamanan untuk berwisata, dan sosialisasi kepada masyarakat tentang sadar wisata. Persentase banyaknya hotel berdasarkan jenis hotel dan banyaknya kamar dan tempat tidur hotel di Kota Bengkulu dapat dilihat pada gambar 2.3 dan gambar 2.4.

Gambar 2.3

Persentase Banyaknya Hotel Berdasarkan Jenis Hotel Di Kota Bengkulu Tahun 2011

(16)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 30 Gambar 2.4

Banyaknya Kamar dan Tempat Tidur Hotel/ Di Kota Bengkulu 2011

Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012

Sektor pariwisata di Kota Bengkulu merupakan sektor yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Kota Bengkulu, melalui peningkatan kunjungan wisatawan ke Kota Bengkulu yang pada giliran menjadi stimulasi dalam memulihkan geliat ekonomi khususnya yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan aktivitas kepariwisataan. Obyek wisata di Kota Bengkulu meliputi : Obyek wisata alam terdiri dari (1) Pantai Panjang, (2) Tapak Padri, (3) Pantai Zakat, (4) danau Dendam Tak Sudah, (5) Taman Laut Pulau Tikus. Obyek Wisata Sejarah terdiri dari (1) Benteng Marlborough, (2) Monumen Thomas Parr, (3) Rumah Kediaman Bung Karno, (4) Makam Pangeran Sentot Alibasyah. Obyek Wisata Budaya terdiri dari (1) Tabot

Saat ini jenis wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan mancanegara maupun domestik adalah Wisata Budaya berupa perayaan Tabot yang setiap tahunnya diagendakan pemerintah daerah dengan acara puncaknya setiap tanggal 10 Muharam tahun Hijriah.

Pembangunan infrastruktur dan fasilitas penunjang kepariwisataan dilaksanakan secara lintas sektoral yaitu pemerintah Provinsi Bengkulu melalui program multi years seperti penataan kawasan wisata pantai panjang, berupa pembuatan jalan dua jalur, jogging track, sea wall, sunset deck, gazebo, revitalisasi objek wisata sejarah, panggung terbuka, sport center, view tower, mess pemda, marina, dan lain-lain.

(17)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 31 Seperti yang disebutkan di atas bahwa Kota Bengkulu memiliki berbagai potensi dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan untuk menarik wisatawan datang dan menikmati kekayaan alam dan budaya Kota Bengkulu. Namun dari sekian banyak potensi dan daya tarik yang dimiliki masih banyak yang belum diolah dan dimanfaatkan sebagai potensi wisata dan sebagian potensi yang telah dimanfaatkan cenderung belum dikelola dengan baik. Beberapa permasalahan yang ada sebagai berikut :

a. Belum terjalinnya koordinasi yang baik antara pemerintah daerah serta industri pariwisata untuk menangani pariwisata daerah

b. Belum terolahnya objek-objek dan kawasan potensial pariwisata secara optimal c. Perencanaan pariwisata yang masih parsial

d. Belum adanya pengembangan sistem informasi kepariwisataan

e. Belum tercapainya keterpaduan berbagai sektor untuk secara bersama mengembangkan pariwisata

f. Belum tersosialisasinya misi pengembangan pariwisata ke berbagai sektor, instansi dan lembaga terkait lainnya

Selain sektor pariwisata dan sektor budaya, sektor kepemudaan dan peran pemuda bagi suatu bangsa adalah sangat strategis, karena pemuda adalah generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan proses pembangunan. Berdasarkan data pemuda dan olah raga tahun 2012 jumlah organisasi kepemudaan yang ada di Kota Bengkulu adalah sebanyak 5 organisasi ( OKP) sedangkan organisai keolahragaan sebanyak 13 organisasi . Untuk event yang di ikuti oleh kepemudaan ada dua 2 event yaitu event regional (POPDA ) dan event nasional (POPNAS) yang dilaksanakan setiap 2 tahun sekali.

(18)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 32 5. Kredit Usaha Kecil dan Menengah dan Koperasi

Perkembangan koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan yang

berperan dalam mendukung ekonomi masyarakat khususnya golongan menengah dan kecil di Kota Bengkulu cukup pesat. Koperasi di Kota Bengkulu memiliki beragam bentuk yakni koperasi unit desa, koperasi pegawai negeri, koperasi karyawan dan berbagai bentuk koperasi lainnya. Pada tahun 2011, jumlah koperasi di Kota Bengkulu meningkat sebesar 51,46 persen dari 443 buah pada tahun 2010 menjadi 671 buah. Perkembangan Koperasi di Kota Bengkulu dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.13

Banyaknya Koperasi Menurut Jenisnya di Kota Bengkulu Tahun 2007 – 2011

Jenis Koperasi 2007 2008 2009 2010 2011

Koperasi Unit Desa 2 2 2 2 2

Koperasi Pegawai Negeri 118 133 136 139 138

Koperasi Karyawan 46 52 49 51 51

Koperasi Angkatan 7 7 8 8 8

Koperasi Wanita 26 106 112 117 129

Koperasi Pedagang Pasar 3 3 3 3 3

Koperasi Serba Usaha 34 57 70 72 83

Koperasi Mahasiswa 5 5 5 5 5

Koperasi Angkutan 4 4 4 4 4

Koperasi Simpan Pinjam 7 11 15 20 23

Kopinkra 2 2 2 2 3 Kapontren 3 8 8 8 8 Koperasi Sekunder 1 1 3 3 3 Koperasi Pelajar 9 9 9 9 9 Koperasi Lainnya 109 70 115 167 202 Jumlah 267 400 426 443 671

Sumber: BDA Kota Bengkulu 2012

Dari berbagai bentuk koperasi di atas, koperasi yang memiliki jumlah anggota paling banyak adalah koperasi lainnya dengan jumlah anggota 17.833 orang. Perkembangan anggota koperasi dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

(19)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 33 Tabel 2.14

Anggota Koperasi Menurut Jenisnya di Kota Bengkulu Tahun 2007 – 2011

Jenis Koperasi 2007 2008 2009 2010 2011

Koperasi Unit Desa 386 386 386 386 386

Koperasi Pegawai Negeri 16.571 16.782 17.560 18.922 19.712

Koperasi Karyawan 4.889 4.726 4.823 4.676 4.970

Koperasi Angkatan 1.458 1.558 1.983 2.334 2.468

Koperasi Wanita 2.964 5.143 6.616 6.862 9.166

Koperasi Pedagang Pasar 384 362 362 362 362

Koperasi Serba Usaha 4.488 5.116 6.112 6.478 7.059

Koperasi Mahasiswa 874 445 445 445 1.023

Koperasi Angkutan 368 352 374 374 481

Koperasi Simpan Pinjam 2.069 1.168 1.460 1.506 1.721

Kopinkra 105 178 192 192 195

Kapontren 479 706 812 812 903

Koperasi Lainnya 7.106 6.330 7.634 15.803 17.833

Jumlah

Sumber: BDA Kota Bengkulu 2012

Pembangunan perekonomian di Kota Bengkulu dalam bidang Koperasi dan KUD menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Jumlah koperasi dan anggota meningkat terus, walaupun tidak banyak. Jumlah koperasi dan KUD pada tahun 2010 sebanyak 527 dengan anggota sebanyak 59.152 orang, pada tahun 2011 sebanyak 671 dengan anggota sebanyak 66.269 orang.

6. Industri

Industri pengolahan memberikan kontribusi pada PDRB Kota Bengkulu sebesar 4,66 persen. Dari kontribusi tersebut lebih dari separuhnya disumbangkan oleh industri makanan dan minuman yang dalam klasifikasi industri termasuk ke dalam usaha mikro kecil dan menengah, termasuk di dalamnya adalah industri skala rumah tangga. Sedangkan sumbangan Industri pengolahan lainnya sangat kecil.

Usaha industri pengolahan/kerajian tersebar di semua kecamatan, tetapi yang paling banyak ada di Kecamatan Gading Cempaka, Teluk Segara, Selebar dan Ratu Samban.

Industri skala kecil pada umumnya menghadapi banyak kendala, mulai dari permodalan, standar mutu dan pemasaran. Oleh sebab itu pembangunan sub sektor ini harus difokuskan pada upaya mengatasi kendala-kendala tersebut.

(20)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 34 Melalui pelatihan, pembinaan serta koordinasi maupun kemitraan yang difasilitasi oleh pemerintah akan sangat membantu mengatasi kendala yang dihadapi.

7. Perdagangan

Sub sektor perdagangan dan jasa merupakan leading sektor di Kota Bengkulu dan pengaruhnya cukup besar terhadap roda perekonomian kota. Kontribusinya terhadap PDRB mencapai 7,70 persen pada tahun 2010. Pertumbuhan PDRB sektor perdagangan dan jasa tahun 2010 lebih tinggi dari pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih rendah dibandingkan dengan sub sektor Perikanan. Skala pelayanan sektor ini lokal dan regional. Barang-barang yang diperdagangkan tidak hanya berasal dari wilayah Propinsi Bengkulu, tetapi berasal dari luar Propinsi, seperti Jakarta, Palembang dan Kota Lainnya. Sebagai

leading sektor di dalam perekonomian Kota Bengkulu, sub sektor ini seharusnya

lebih didorong lagi agar perannya meningkat terus. Beberapa kendala yang dihadapi oleh sub sektor Perdagangan dan Jasa antara lain adalah proses perijinan yang kurang cepat, dan daya beli masyarakat yang relatif masih rendah, dan data yang minim. Subsektor ini sangat minim data yang tersedia sehingga akan menyulitkan dalam perencanaan pembangunan. Kedepan, perlu dilakukan perbaikan data untuk sub sektor ini.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Propinsi Bengkulu dalam buku “Laporan Pemetaan daerah rawan Gempa daerah Sukaraja dsk, Kabupaten Bengkulu Selatan serta Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu”. Kota Bengkulu termasuk kedalam daerah rawan gempa,

berdasarkan pada beberapa parameter yaitu : batuan/tanah,

sesar/patahan/pelulukan, keairan, morfologi, sudut lereng yang mengakibatkan longsoran batuan/tanah dan kerusakan bangunan serta korban jiwa di daerah bencana. Atas dasar struktur batuan maka dibagi 3 zona daerah rawan gempa di Kota Bengkulu, yaitu :

a. Zona A (Zona Lemah) atau daerah yang lemah diterpa gempa bumi karena struktur batuan dizona ini sangat rentan terhadap gempa, sehingga jika

(21)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 35 terjadi gempa goncangannya cukup kuat dan dampak kerusakan yang ditimbulkan sangat besar. Lokasi ini meliputi endapan pantai dan rawa, serta endapan tepi pantai. Penyebarannya diwilayah Berkas, Panurunan, Padang Harapan, Pagar Dewa dan lempuing. Secara geomorfologis merupakan daerah satuan daratan alluvial/rawa dengan sudut lereng berkisar antara 0-10persen. Konsolidasi tanah ini tidak akan mendukung kekompakan dan batuan mudah terlepas disepanjang zona ini, sifat endapan ini mudah sekali mengalami perubahan volume akibat goncangan gempa bumi. Sesar-sesar kecil di daerah ini turut mengontrol keadaan tersebut, seperti kelompok sesar Tanah pakan dan pekan Sabtu.

b. Zona B (Zona sedang) yaitu daerah yang termasuk kategori sedang diterpa gempa bumi, struktur batuan pada zona ini cukup kuat menahan goncangan gempa, sehingga waktu terjadi gempa goncangannya tidak terlalu kuat dan dampak kerusakannya cukup besar. Zona ini meliputi daerah kandang limun, kampung bali, Sukamerindu, Sawah Lebar, Surabaya, Tanjung Agung, Air Sebakul, dan betungan. Secara geomorfologi termasuk sebagian daerah satuan dataran aluvialnya dibangun oleh pasir, lanau, lempung dan kerikil. Sifat endapan ini hampir serupa dengan sifat endapan pasir pantai pada zona A yang rentan terhadap pelulukan yang menyebabkan bangunan bangunan hampir seluruhnya rusak berat-sedang. Sesar-sesar kecil yang turut mengontrol didaerah ini seperti di Tanjung Agung-Kandang Limun yang bersamaan dengan bahaya banjir.

c. Zona C (Zona Kuat) yaitu daerah yang mempunyai struktur batuan yang sangat kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran pada zona tersebut relatif rendah dan dampak kerusakan relatif kecil. Zona ini meliputi Daerah Pematang Gubernur, Bentiring dan nakau. Secara geomorfologi merupakan daerah pada satuan dataran aluvial serta endapan aluvium hampir menempati tiga perempat daerah zona C dan sisanya satuan bergelombang sedang, dengan sudut lereng berkisar antara 10-200. Kondisi tanah/batuan

didominasi oleh endapan aluvial yang terdiri dari bongkah kerikil, pasir, lonan, lumpur dan lempung.

(22)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 36 Dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi risiko atas bencana yang akan terjadi, dan dalam upaya menjalankan mandat UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (PB), Pemerintah Kota Bengkulu telah memiliki sejumlah kebijakan dan regulasi terkait Penanggulangan Bencana untuk penanganan pasca bencana terutama untuk rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab/rekon).

Dalam upaya penanggulangan Bencana Pemerintah Kota Bengkulu telah mengarahkan berbagai program/kegiatan sebagai berikut : Perlu dibangunnya

barrier yang berupa benteng vegetasi di sepanjang pantai mulai dari Sungai Hitam

hingga Pulau Baai, sebagai antisipasi terjadinya tsunami; Penentuan titik-titik/zona aman bencana pada setiap wilayah di Kota Bengkulu; Penentuan Titik-titik Berkumpul (TB) dalam Kota Bengkulu yang diprediksi aman dan mudah dijangkau oleh masyarakat jika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami; Titik-titik Berkumpul yang telah ditentukan dilengkapi dengan sarana dapur umum, air bersih, MCK, penerangan dan sarana kesehatan yang cukup memadai; Melakukan sosialisasi bencana alam kepada masyarakat melalui penyebaran stiker, peta rawan bencana dan rambu-rambu jalur evakuasi menuju titik berkumpul; Melakukan simulasi bencana alam yang melibatkan seluruh elemen masyarakat agar masyarakat siap, selalu siaga dan tidak gagap menghadapi bencana yang mungkin terjadi; Membenahi struktur organisasi penanggulangan bencana alam (Satlak PBP Kota Bengkulu dan Satgas di Tingkat Kecamatan).

Untuk antisipasi dalam menghadapi kemungkinan bencana telah dibentuknya keputusan Walikota Bengkulu Nomor : 208 tahun 2006, tentang Pembentukan Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (Satlak PBP) Kota dan SKPD yang menangani penanggulangan bencana alam dan penanggulangan pengungsi Bengkulu; Telah di laksanakan pemasangan alat deteksi bencana alam pada daerah rawan bencana seperti sirine, genset, lampu sorot; Telah di selenggarakan Sosialisasi pada masyarakat yang berada pada daerah rawan bencana; Telah dilaksanakan Simulasi; telah dilaksanakan siaga bencana serta menentukan titik berkumpul (TB) dan pada SKPD PBPD telah di sediakan dana darurat bencana (BUFFER STOK) yang berupa barang maupun dana tunai apabila terjadi bencana.

(23)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 37 Tabel 2.15

Buffer Stok pada SKPD BPPD tahun 2011-2012

SKPD TAHUN

Badan Penanggulangan Bencana Daerah 2011 2012 Baffer Stok Bencana Alam 15.000.000 40.000.000

Sumber: BPBD Kota Bengkulu 2012

I. Demografi

Faktor utama yang sangat menentukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan kota adalah faktor manusia dan kegiatannya serta pola pergerakan manusia. Ketiga faktor tersebut secara fisik termanifestasikan kepada perubahan akan tuntutan kebutuhan ruang. Pertumbuhan dan perkembangan kota dipenggaruhi oleh faktor manusia yang menyangkut kelahiran, kematian, adanya migrasi, perkembangan tenaga kerja dan lain sebagainya.

Jumlah penduduk Kota Bengkulu pada tahun 2007 adalah 270,079 jiwa, tahun 2008 adalah 274,477 jiwa, tahun 2009 adalah 278,831 jiwa, tahun 2010 adalah 308,544 jiwa, tahun 2011 adalah 313,324 jiwa dan tahun 2012 adalah 412.467 jiwa, seperti dapat diuraikan pada tabel 2.16.

Tabel 2.16

Jumlah Penduduk Kota Bengkulu Tahun 2007-2012

No. Kecamatan 2007 2008 Jumlah Penduduk (jiwa) 2009 2010 2011 2012

1. Selebar 35,855 32,490 29,760 46,211 49,610 66,398 2. Kampung Melayu 21,699 23,910 21,510 28,372 19,120 42,301 3. Gading Cempaka 74,868 72,577 76,011 78,767 53,324 50,294 4. Ratu Agung 44,312 50,150 42,990 49,255 70,200 62,038 5. Ratu Samban 28,526 21,480 29,850 24,624 15,060 31,808 6. Singaran Pati - - - - 30,780 53,592 7. Teluk Segara 26,158 23,240 26,640 23,998 25,340 29,422 8. Sungai Serut 14,545 20,300 25,700 21,981 16,180 29,314 9. Muara Bangkahulu 24,115 30,330 26,370 35,336 33,710 47,300 JUMLAH 270,079 274,477 278,831 308,544 313,324 412,467

(24)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 38 Sedangkan kalau kita lihat laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2011-2012 adalah 4,25 persen. Angka ini mengindikasikan pesatnya perkembangan penduduk Kota Bengkulu. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada tabel 2.17

Tabel 2.17

Angka Pertambahan Penduduk Kota Bengkulu Tahun 2012

NO Kecamatan Pddk Tahun 2011

Pddk Tahun

2012 Pertambahan Angka Penduduk n (jiwa) persen n (jiwa) persen

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Selebar 49,610 15,84 66.398 16,10 5,76 2 Kampung Melayu 19,120 10,26 42.301 10,26 4,21 3 Cempaka Gading 53,324 12,38 50.294 12,19 2,74 4 Ratu Agung 70,200 15,00 62.038 15,04 4,52 5 Ratu Samban 15,060 7,71 31.808 7,71 4,30 6 Singaran Pati 30,780 12,75 53.592 12,99 6,06 7 Teluk Segara 25,340 7,22 29.422 7,13 3,09 8 Sungai Serut 16,180 7,07 29.314 7,11 4,77 9 Muara Bangkahulu 33,710 11,77 47.300 11,47 1,70 Total 313,324 100,00 412.467 100,00 4,25

Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012

Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex Ratio di Kota Bengkulu adalah 106,15 yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 106-107 orang penduduk laki-laki. Gambaran rasio jenis kelamin Kota Bengkulu sedikit berbeda dengan gambaran rasio jenis kelamin secara nasional dimana lebih banyak penduduk perempuan dibanding penduduk laki-laki. Namun demikian, jika dilihat dari kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan yang lebih besar berada pada kelompok umur 20 tahun ke atas. Hal ini diduga disebabkan penduduk laki-laki lebih banyak yang bermigrasi dibandingkan dengan penduduk perempuannya. Sedangkan jika dilihat pada kelompok umur 0-4 tahun sebesar 109,64 yang artinya terdapat 109 balita berjenis kelamin laki-laki dari 100 balita perempuan. Secara biologis jumlah kelahiran bayi laki-laki pada umumnya lebih besar dibanding dengan kelahiran bayi perempuan, namun bayi laki-laki lebih rentan terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelompok

(25)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 39 umur diatas 60 tahun juga menunjukkan penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Ini menunjukkan bahwa teori yang mengatakan bahwa umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki adalah benar, karena secara biologis umur harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Jumlah penduduk Kota Bengkulu pada tahun 2012 adalah 412.467 jiwa, terdiri dari 212.388 laki-laki dan 200.079 perempuan. Rasio jenis kelamin Kota Bengkulu 97,73 persen, ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan seperti dapat dijelaskan pada tabel 2.18 dan tabel 2.19.

Tabel 2.18

Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012

NO KECAMATAN

JENIS KELAMIN Rasio Jenis

Kelamin (Lk/Pr) x 100 Laki-Laki (Lk) Perempuan (Pr) 1 SELEBAR 34,401 31,997 108 2 KAMPUNG MELAYU 22,017 20,284 109 3 GADING CEMPAKA 25,700 24,594 104 4 RATU AGUNG 31,756 30,282 105 5 RATU SAMBAN 16,207 15,601 104 6 SINGARAN PATI 27,791 25,801 108 7 TELUK SEGARA 14,858 14,564 102 8 SUNGAI SERUT 14,992 14,322 105 9 MUARA BANGKAHULU 24,666 22,634 109 Jumlah 212,388 200,079 106

(26)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 40 Tabel 2.19

Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012

Sumber: BDA Kota Bengkulu 2012

Rasio Ketergantungan digunakan untuk melihat hubungan antara perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi secara kasar.Rasio ini melihat seberapa besar beban tanggungan yang harus dipikul oleh penduduk produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Semakin rendah Dependency Ratio, maka semakin rendah pula beban kelompok umur produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif atau belum produktif

Penduduk produktif secara ekonomi adalah mereka yang berada pada umur 15 – 64 tahun, yang dianggap memiliki potensi ekonomi. 71,60 persen penduduk Kota Bengkulu merupakan penduduk Usia produktif (usia kerja) yang berpotensi sebagai modal pembangunan, sedangkan penduduk yang berpotensi sebagi beban yaitu penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) sebesar 25,46 persen dan penduduk yang dianggap kurang produktif atau tidak produktif lagi (65 tahun ke atas) sebesar 2,94 persen.

Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah RJK

1 2 4 6 7 0-4 17.448 15.914 33.362 109,64 5-9 19.032 17.638 36.670 107,90 10-14 18.088 16.908 34.996 106,98 15-19 18.525 17.975 36.500 103,06 20-24 24.406 24.637 49.043 99,06 25-29 24.472 23.500 47.972 104,14 30-34 21.529 19.437 40.966 110,76 35-39 16.159 15.313 31.472 105,52 40-44 13.558 13.282 26.840 102,08 45-49 11.923 11.280 23.203 105,70 50-54 10.584 8.797 19.381 120,31 55-59 7.070 5.564 12.634 127,07 60-64 3.981 3.327 7.308 119,66 65-69 2.152 2.323 4.475 92,64 70-74 1.466 1.544 3.010 94,95 > 75 1.993 2.640 4.633 75,49 Total 212.388 200.079 412.467 106,15

(27)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 41 Tabel 2.20

Jumlah Penduduk Kota Bengkulu menurut Umur Muda,Umur Produktif dan Umur Tua Tahun 2012

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan ∑ Pddk persen

(1) (2) (3) (4) (5)

0-14 Tahun (Umur Muda) 54.568 50.460 105.028 25,46

15-64 Tahun (Umur Produktif) 152.207 143.112 295.319 71,60

>65 Tahun (Umur Tua) 5.613 6.507 12.120 2,94

Jumlah 212.388 200.079 412.467 100

Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012

Tabel 2.21

Rasio Ketergantungan Kota Bengkulu Tahun 2012

Kota Bengkulu Rasio Ketergantungan

RK Muda RK Tua RK Total

Rasio Ketergantungan 35,56 4.10 39,66

Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012

Memperhatikan komposisi penduduk menurut kelompok usia muda, usia produktif, dan usia tua yang demikian, diketahui rasio ketergantungan Kota Bengkulu tahun 2012 sebesar 39,66 per 100 penduduk usia kerja, yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif (usia kerja) di Kota Bengkulu mempunyai tanggungan sekitar 39-40 penduduk usia non produktif, 35,56 diantaranya berasal dari kelompok usia muda dan 4,10 lainnya berasal dari kelompok usia lanjut. Secara umum rasio ketergantungan Kota Bengkulu sudah sangat jauh dibawah rasio ketergantungan nasional. Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi Kota Bengkulu terutama untuk memperbesar tabungan rumah tangga, investasi sumber daya manusia dan peningkatan kesejahteraan. Namun demikian, juga menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Bengkulu untuk meningkatkan kesempatan kerja, kualitas penduduk dan tetap mempertahankan laju pertumbuhan penduduk yang rendah.

(28)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 42 2.1.5. Pola Ruang dan Struktur Ruang

1. Pola Ruang

Pola ruang wilayah Kota Bengkulu merupakan distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Pola ruang wilayah Kota Bengkulu berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan dan pemantapan sistem pusat pelayanan Kota sebagai kesatuan sistem yang terpadu dan berhierarki;

b. Pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah Kota dan peningkatan kualitas serta jangkauan pelayanan utilitas Kota;

c. Pengembangan dan pengelolaan kawasan budidaya;

d. Pengelolaan kawasan lindung untuk mendukung pembangunan Kota yang berkelanjutan;

e. Pengelolaan kawasan rawan bencana;

f. Penetapan kawasan strategis Kota dari sudut kepentingan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup; dan

g. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Pola ruang wilayah Kota Bengkulu dirumuskan berdasarkan:

a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah provinsi dengan memperhatikan b. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional;

c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah provinsi Bengkulu yang dilakukan berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, penataan kawasan hutan dan lain-lain;

d. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kawasan budi daya dan kawasan lindung dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah, perkembangan tataguna lahan, kesesuaian lahan, dan penataan kawasan hutan di wilayah ini; dan

e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait antara lain Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia.

(29)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 43 f. Penetapan kawasan budidaya di Provinsi Bengkulu hingga tahun 2028 selain

didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN, RaperpPres Pulau Sumatera, juga hasil kesepakatan antar wilayah pada Ditjen Penataan Ruang yang menyangkut klasifikasi pemanfaatan ruang provinsi. Serta Penetapan dan Usulan (Review) Luas Kawasan Hutan (TGHK) Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 420/KPTS-II/1999 Tanggal : 15 Juni 1999 tentang : Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Bengkulu Seluas : 920.964 Ha sebagai Kawasan Hutan.

Penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990. Batasan mengenai kawasan lindung dan budidaya adalah sebagai berikut:

1. Kawasan lindung adalah kawasan yang berfungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, nilai sejarah dan budaya bangsa untuk kepentingan pembagunan yang berkelanjutan. Tujuan perlindungan terhadap kawasan hutan lindung adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. Kawasan Lindung terdiri dari : Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya adalah kawasan resapan air; Kawasan perlindungan setempat; RTH Kota; Kawasan suaka alam dan cagar budaya; dan Kawasan rawan bencana alam. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 14 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bengkulu Tahun 2012-2032, Luas kawasan lindung dan wilayah penyebarannya dapat dilihat pada tabel 2.22.

(30)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 44 Tabel 2.22

Luas Kawasan Lindung dan Wilayah Penyebarannya

No Kawasan Lindung Luas (Ha) Wilayah Penyebaran

1 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahannya 545 HA Kecamatan Singaran Pati

2 Kawasan perlindungan setempat

Sempadan danau 18,65 HA Kecamatan Singaran Pati

Sempadan jaringan transmisi

Tenaga listrik 42 HA Kecamatan Sungai Serut

Sempadan pantai 880 HA

Kecamatan Muara

Bangkahulu, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu samban,kecamatan Ratu Agung Kecamatan Gading Cempaka dan Kecamatan Kampung Melayu

Sempadan Sungai 765,72 HA

Kecamatan Sungai serut,Kecamatan Gading Cempaka,Kecamatan ratu Agung, Kecamatan Ratu samban,Kecamatan Kampung melayu 3 RTH Kota RTH Publik 2130 HA Kecamatan Singaran pati,Kecamatan Seleber, Kecamatan kampung melayu kecamatan kampung melayu

RTH Privat 846 HA Daerah Kota Bengkulu

4 Kawasan Suaka alam dan cagar budaya 1542 HA Daerah Kota Bengkulu 5 Kawasan rawan bencana _ Seluruh kecamatan di Kota Bengkulu

Sumber: Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bengkulu Tahun 2012-2032

Nomor 14 Tahun 2012

2. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia. Penetapan kawasan budidaya di Kota Bengkulu yang terdiri dari Kawasan peruntukan perumahan; Kawasan peruntukan perdagangan; Kawasan peruntukan perkantoran; Kawasan

(31)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 45 peruntukan industri; Kawasan peruntukan pariwisata; Kawasan peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH); Ruang evakuasi bencana; Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal; Kawasan peruntukan pendidikan tinggi; Kawasan peruntukan pertanian; Kawasan peruntukan perikanan; Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara..

Tabel 2.23

Kawasan Budidaya Kota Bengkulu

Peruntukan Luas

Kawasan Budidaya

a. Kawasan peruntukan perumahan

b. Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa c. Kawasan peruntukan perkantoran

d. Kawasan peruntukan industri e. Kawasan peruntukan pariwisata

f. Kawasan peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau (RTH) g. Kawasan evakuasi bencana

h. Kawasan peruntukan ruang bagi sektor informal i. Kawasan peruntukan pendidikan tinggi

j. Kawasan peruntukan pertanian k. Kawasan peruntukan perikanan

l. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara

6833,99 911,25 84,68 653,73 162,67 17,7 - - 252,83 - - 39,54

Sumber: Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bengkulu Tahun 2012-2032 Nomor 14 Tahun 2012

2. Struktur Ruang

Sistem pusat pelayanan Kota Bengkulu secara hirarki dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (Permen PU Nomor: 17/PRT/M/2009), bahwa Pusat pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional, yang meliputi:

Pusat Kota (pusat pelayanan kota), melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional, dengan skala pelayanan kota dan regional (Pusat Primer).

Subpusat Pelayanan Kota berfungsi melayani sub-wilayah kota dan harus terintegrasi dengan pusat pelayanan kota ;

(32)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 46

Pusat Lingkungan, melayani skala lingkungan wilayah kota melayani 2.500 hingga 3.000 jiwa penduduk terdapat di seluruh kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Bengkulu.

Yang dapat dijelaskan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2.24

Rencana Struktur Pusat Pelayanan Kota Bengkulu Tahun 2031

No. PUSAT PELAYANAN FUNGSI Lokasi

1. Pusat Pelayanan Kota Bengkulu (Kawasan Pasar Minggu)

 Pusat Pemerintahan skala Regional

 Pusat Kegiatan

Perdagangan dan Jasa skala Lokal dan Regional;

 Pusat Pendididkan skala Kota  Kelurahan Belakang Pondok, Kelurahan Kebun Dahri dan Kelurahan Kebun Geran

2. Sub Pusat Pelayanan

Kota Pasar Barokoto  Pusat Kegiatan Perdagangan dan Jasa skala Lokal dan Kota;

 Pusat Kegiatan Pariwisata skala Regional dan Lokal;

 Pusat Kegiatan

Pengembangan Cagar Budaya;

 Pusat Kegiatan Taman Kota;

 Perumahan Kepadatan Sedang dan Tinggi;

 Kelurahan Malabero

3. Sub Pusat Pelayanan

Kota Baru Bentiring  Pusat Pemerintahan skala Kota;

 Perumahan Kepadatan Sedang;

 Pusat Pelayanan

Perdagangan dan Jasa skala Kecamatan

 Kelurahan Bentiring

4. Subpusat Pelayanan

Kota Beringin Raya  Pusat Pendidikan Tinggi skala Regional;

 Perumahan Kepadatan Sedang;

 Kelurahan Beringin Raya 5. Sub Pusat Pelayanan

Kota Pasar Panorama  Kawasan Perdagangan dan Jasa skala Kota;

 Pusat Kegiatan Pariwisata skala Regional

 Kelurahan Lingkar TImur

(33)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 47

 Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang-Tinggi;

 Kawasan Lindung(kawasan sekitar Danau Dendam); 6. Sub Pusat Pelayanan

Kota Pagar Dewa  Kawasan Perdagangan dan Jasa skala Kecamatan;

 Kawasan Pendidikan skala Regional;

 Kawasan Perumahan Kepadatan Sedang

 Kelurahan Pagar Dewa

7. Sub Pusat Pelayanan

Kota Betungan  Pusat Pelayanan Transportasi sklala Kota dan Regional;

 Pusat Perdagangan dan Jasa skala Kecamatan;

 Perumahan Kepadatan Rendah-Sedang

 Kelurahan Betungan

8. Sub Pusat Pelayanan

Kota Pulau Baai  Pusat Pelayanan Transportasi skala Regional;

 Pusat Perdagangan dan Jasa skala Kecamatan;

 Pusat Industri skala Regional

 Kelurahan Sumber Jaya

9. Pusat Lingkungan  Pusat Perdagangan dan Jasa Skala Kelurahan

 Pusat Pelayanan Fasilitas Umum Skala Kelurahan

 Pusat Pendidikan skala Kelurahan

 Pusat pengembangan industri Rumah Tangga skala kelurahan  Pematang Gubernur, Rawa Makmur, Surabaya, Pasar Bengkulu, Kebun Keling, Kebun Tebeng, Lempuing, Penurunan, Timur indah, Jalan Gedang, Sumur Dewa, Muara Dua, Suka Rami,

Kandang

(34)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 48 2.2 . Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1. Pertumbuhan Ekonomi

Jika dilihat dari perkembangan PDRB mulai tahun 2007-2012, kinerja perekonomian Kota Bengkulu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan indikator faktor produksi lainnya untuk memberikan nilai tambah yang diperoleh dari seluruh aktifitas perekonomian disuatu daerah.

Nilai PDRB Atas dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kota Bengkulu dari tahun 2007 – 2012 untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.25 dibawah ini.

Tabel 2.25

PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bengkulu Tahun 2007-2011

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PDRB ADHB (Juta Rupiah) 3,430,509.03 3,869,215.88 4,191,771.00 4,551,971.93 4,968,598.96 5.375432,43 PDRB ADHK 2000 (Juta Rupiah) 1,805,984.39 1,898,199.00 2,001,838.54 2,129,065.25 2,270,872.48 2.289.039,46 Pertumbuhan Ekonomi (persen) 6.57 5.11 5.46 6.36 6.66 7.01

Sumber : BPS kota Bengkulu 2013

Pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun menunjukkan trend yang terus meningkat, kecuali pada tahun 2008 dan 2009 sedikit mengalami penurunan yang disebabkan oleh krisis ekonomi global yang melanda seluruh negara tidak terkecuali Indonesia. Namun pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Kota Bengkulu sedikit membaik dengan berada pada kisaran angka 6,36 persen. Dan pada tahun 2011 menjadi 6,66 persen, pertumbuhan ekonomi Kota Bengkulu naik sebesar 0,30 persen dan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kota Bengkulu meningkat menjadi 7,01 persen.

(35)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 49 Tabel 2.26

PDRB per Kapita Kota Bengkulu Tahun 2007-2011

Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 PDRB ADHB (Juta rupiah) 3,430,509.03 3,869,215.88 4,191,771.00 4,551,971.93 4,968,598.96 5.375.432,43 Jumlah Penduduk 270,079 274,477 278,831 308,544 313,324 412.467 PDRB perkapita (Rupiah) 12,701,873 14,096,685 15,033,375 14,753,072 15,857,703 13,032,239

Sumber : BPS kota Bengkulu 2013

Berdasarkan tabel 2.26 pada tahun 2011 nilai nominal PDRB per kapita per tahun penduduk Kota Bengkulu sebesar Rp. 15,857,703. Sementara itu nilai riil PDRB

per kapita per tahun penduduk Kota Bengkulu sebesar Rp. 7,247,684. Akan tetapi bila

dibandingkan dengan nilai nominal dan nilai riil PDRB per kapita, tingkat kesejahteraan penduduk Kota Bengkulu sudah berada di atas tingkat kesejahteraan penduduk di tingkat Propinsi dengan nilai nominal PDRB per kapita penduduk Propinsi Bengkulu mencapai Rp. 4,8 juta pada tahun 2010.

Peranan sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran dalam perekonomian Kota Bengkulu masih sangat dominan. Kedudukan sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran sebagai leading sector dalam perekonomian Kota Bengkulu masih sangat sulit ditransformasikan oleh sektor-sektor lainnya, hal ini dikarenakan posisi Kota Bengkulu sebagai Ibukota Propinsi sangat berperan dalam pergerakan dan perkembangan sektor perdagangan, perhotelan dan restoran. Kontribusi sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran dapat dilihat dari besarnya kontribusi dalam PDRB Kota Bengkulu dibandingkan dengan sektor-sektor lain.

(36)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 50 Gambar 2.5

Distribusi PDRB Kota Bengkulu Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011

Sumber: Bengkulu Dalam Angka, 2011

Pada gambar 2.5 tampak bahwa sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran menempati urutan teratas dalam struktur perekonomian Kota Bengkulu. Nilai nominal PDRB sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran Atas Dasar Harga Berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp. 1,810,418.13 triliun, sedangkan kontribusinya dalam PDRB Kota Bengkulu sebesar 35,09 persen.

Selain Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran, struktur perekonomian Kota Bengkulu juga dibentuk oleh Sektor Jasa. Sektor Jasa-jasa ini memberikan kontribusi besar dalam PDRB pada tahun 2011 yaitu sebesar 22,54 persen lebih besar dibandingkan tahun 2010 yang hanya 22,34 persen, hal ini diakibatkan kenaikan kontribusi layanan jasa yang diberikan pihak swasta pada tahun 2011 sebesar 7,38 persen meningkat dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 7,19 persen. Kinerja tinggi dari kedua sektor ini menegaskan karakteristik Kota Bengkulu sebagai pusat pemerintahan, pelayanan dan jasa serta daerah tujuan wisata. Hal ini juga mengindikasikan kenaikan permintaan domestik sebagai akibat kenaikan pendapatan masyarakat.

Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dalam PDRB Kota Bengkulu tahun 2011 sebesar 16,62 persen, sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2010 yang nilainya mencapai 16,39 persen, hal ini diakibatkan karena terjadinya

5,23 35,09 16,98 24,02 8,48 9,69 Pertanian Perdagangan, Perhotelan dan Restoran Pengankutan dan Komunikasi Jasa-jasa Keuangan, Persewaan dan Perusahaan Lain-lain

(37)

RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 51 penurunan kontribusi sektor pengangkutan Laut yang dikarenakan pendangkalan di Dermaga Pulau Baai. Setelah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi struktur perekonomian Kota Bengkulu juga dibentuk oleh Sektor Keuangan, Persewaan dan Perusahaan dengan kontribusi sebesar 8,48 persen yang sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 8,47persen, kenaikan ini dikarenakan dukungan dari sektor perbankan yang memberikan kontribusi 3,83persen. Kontribusi Sektor Pertanian, Industri, Bangunan, Listrik Gas dan Air bersih, dan Tambang dalam PDRB Kota Bengkulu pada tahun 2011 sebesar 7,05 persen, 4,17persen, 3,53persen, 0,79 persen, dan 0,65persen.

2. Laju Inflasi

Tingginya pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada melonjaknya tingkat inflasi di Kota Bengkulu , hal Ini perlu diwaspadai karena laju inflasi yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan besaran pertumbuhan ekonomi di Kota Bengkulu. Ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kenaikan harga yang dapat mengurangi pendapatan riil penduduk Kota Bengkulu secara keseluruhan.

Tabel 2.27

Laju Inflasi Kota Bengkulu Tahun 2009-2011

Kelompok / Sub Kelompok Group / Sub Group Laju Inflasi - Rate on Inflation

2009 2010 2011

(1) (3) (4) (5)

UMUM 2.88 9.08 3.96

A. Bahan Makanan 3.79 25.28 -1.68

Padi-padian, Umbi-umbian dan

Hasilnya 9.59 25.29 6.75

Daging dan hasilnya 8.44 12.94 -0.91

Ikan Segar 6.67 8.06 -7.52

Ikan diawetkan -5.28 3.07 7.33

Telur, Susu dan Hasilnya 2.02 6.38 10.58

Sayur-sayuran 7.05 27.58 14.36

Kacang-kacangan -0.74 14.19 1.21

Buah-buahan 16.19 4.75 20.88

Bumbu-bumbuan -10.15 10.51 -33.70

Lemak dan Minyak -6.92 21.62 0.74

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi usaha pertanian meliputi: kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan budidaya hortikultura, kawasan budidaya

Kinerja pembangunan pelayanan umum bidang perencanaan pembangunan daerah tahun 2005-2009 adalah tersusunnya draft RPJPD pada tahun 2005 yang selanjutnya menjadi

Selain hal tersebut juga dapat digambarkan bahwa di Provinsi Sumatera Utara sampai dengan tahun 2012 Kabupaten/Kota yang telah memiliki Peraturan Daerah tentang

Gambar 2. 11 Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2016-2020 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa perkembangan Indeks Pembangunan Manusia selama 5 tahun terakhir yaitu

Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK dalam periode tahun 2006-2010 sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, menunjukkan bahwa masih

Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan di Kota Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 2.5.. Distribusi Penggunaan Lahan Kota Tasikmalaya Tahun 2011(Ha) No

Pengeluaran konsumsi non pangan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2004-2007 dapat terlihat pada tabel 43.. Pola konsumsi rumah tangga/masyarakat yang termasuk

Wilayah datar (wilayah bagian tengah) yang meliputi wilayah kecamatan–kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah, Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen,