BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengujian validitas kuesioner penelitian dilakukan terhadap 13 orang perawat di ruang ICU RS Paru dr.Ario Wirawan Salatiga. Pengujian validiitas kuesioner motivasi diri dan kinerja perawat menggunakan program SPSS 16.0 for window.
Berdasarkan uji validitas kuesioner motivasi diri dan kinerja perawat terhadap 13 orang perawat didapatkan hasil validasi bahwa koefisien korelasi item total ≥ 0,25. Hasil ini menunjukkan kuesioner penelitian tersebut valid dan layak untuk disebarkan kepada responden penelitian yang sebenarnya.
1.2 Karakteristika Perawat di Ruang HCU RS Citarum Semarang
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang HCU (High Care Unit) RS Panti Wilasa Citarum Semarang yang termasuk dalam kriteria inklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Jumlah seluruh responden penelitian yaitu 14 orang perawat. Responden yang diteliti memiliki karakteristika tertentu dalam hal umur, tingkat pendidikan, dan lama kerja (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Karakteristika Perawat di Ruang HCU Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Kerja
Karakteristik Responden Jumlah Sumber data: bagian keperawatan RS Panti Wilasa Citarum Semarang
tahun dan responden yang masa kerja lebih dari 2 tahun memiliki persentase yang sama yaitu 50%.
1.3 Motivasi
Diri
Perawat
berdasarkan
Tingkat
Pendidikan, Usia, dan Masa Kerja yang Berbeda
Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa 64% atau 9 dari 14 orang responden memiliki motivasi diri yang sedang, 36% atau 5 orang responden memiliki motivasi diri yang tinggi.
Tabel 4.2 berikut ini menunjukkan bahwa 50% atau 7 dari 14 orang responden dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan memiliki motivasi diri yang sedang. Masa kerja kurang dari dua tahun, sebanyak 3 orang responden atau 21,42% memiliki motivasi diri sedang sedangkan 4 orang responden lainnya masuk dalam kategori motivasi diri yang tinggi, sedangkan masa kerja lebih dari dua tahun memiliki persentase yang hampir sama yaitu sebanyak 4 orang responden atau 28,6% masuk dalam kategori motivasi diri sedang sedangkan 3 orang responden atau 21,42% memiliki motivasi diri yang tinggi.
Keperawatan dan usia 20-30 tahun adalah dua faktor yang menentukan nilai motivasi diri responden yang sedang.
Tabel 4.2 Motivasi Diri Perawat berdasarkan Tingkat Pendidikan, Usia, dan Masa Kerja
Karakteristik Responden Kategori Motivasi Diri Sedang Tinggi
1.4 Kinerja Perawat berdasarkan Tingkat Pendidikan, Usia, dan Masa Kerja yang Berbeda
Tabel 4.3 Kinerja Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Usia, dan Masa Kerja
Karakteristik Responden Kategori Kinerja Perawat Sedang Tinggi responden yang memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan, usia 20-30 tahun memiliki kinerja yang tinggi. Masa kerja lebih dari dua tahun memiliki kinerja yang tinggi yaitu 50% atau 7 dari 14 orang responden. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan DIII Keperawatan dan usia 20-30 tahun adalah dua faktor yang menentukan kinerja yang tinggi.
1.5 Pembahasan
mempengaruhi motivasi diri dan kinerja perawat serta bagaimana keterkaitan antara motivasi diri dan kinerja perawat.
Motivasi diri
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa tingkat pendidikan dan usia merupakan dua faktor yang mempengaruhi sehingga motivasi perawat HCU berada dalam kategori sedang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa perawat HCU dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan memiliki motivasi diri yang sedang. Tingkat pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas kerja seorang karyawan. Syadan (dalam Sayuti, 2006) mengemukakan seorang karyawan yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi maka motivasi untuk meningkatkan kualitas hidup akan semakin tinggi, dan sebaliknya seorang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan merasa tidak percaya diri dengan lingkungan kerjanya yang didominasi oleh karyawan dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi darinya.
Hurlock (dalam Suryani 2002) mengatakan usia 20-30 tahun merupakan usia produktif dimana pada usia ini seseorang akan berusaha untuk tetap mempertahankan kestabilan pekerjaan yang mereka tekuni. Motivasi bekerja yang tinggi sangat diperlukan untuk mendukung keinginan mereka. Mereka akan berusaha untuk memenuhi segala keinginan mereka dan berusaha mencapai tujuan hidup yang mereka inginkan. Motivasi untuk mencapai sesuatu merupakan target mereka dalam bekerja. Namun, dari hasil penelitian diketahui bahwa motivasi perawat yang berada pada usia 20-30 tahun memiliki motivasi diri yang sedang. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dikarenakan mereka sudah merasa puas terhadap hasil kerja yang mereka dapatkan. Bagi mereka mempunyai pekerjaan yang aman lebih berarti daripada meniti karier ke jenjang yang lebih tinggi.
Satu faktor yang mempengaruhi motivasi perawat berada dalam kategori sedang adalah kelelahan dan kebosanan dengan pekerjaan yang mereka kerjakan. Syadan (dalam Sayuti, 2006) mengatakan faktor kelelahan dan kebosanan mempengaruhi gairah dan semangat kerja yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi motivasi kerjanya. Kelelahan dan kebosanan membuat mereka tidak dapat mengembangkan kreativitas mereka dalam bekerja terkhususnya melaksanakan tugas untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Hal ini dikarenakan mereka sudah diperhadapkan dengan prosedur kerja yang ada, sehingga mereka hanya mengikuti prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit. Pengalaman kerja yang mereka miliki juga menjadi satu alasan yang mendukung sehingga mereka memiliki motivasi yang sedang. Lamanya mereka bekerja membuat mereka merasa nyaman terhadap apa yang mereka tekuni sehingga motivasi untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi tidak dipikirkan.
yang mengakibatkan mereka tidak mau untuk berusaha meningkatkan perfoma kerja mereka. Raymond (2001) mengatakan bahwa upah yang rendah tidak akan membangkitkan motivasi pekerja dan pengalaman mengindikasikan bahwa motivasi meningkat ketika upah naik.
Kinerja perawat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57% atau 8 dari 14 perawat yang memiliki tingkat pendidikan DIII Keperawatan dan usia 20-30 tahun memiliki kinerja yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan usia merupakan faktor-faktor yang mendukung sehingga kinerja perawat HCU berada dalam kategori tinggi.
Tingkat pendidikan yang rendah tidak menjadi suatu acuan seseorang untuk dapat menghasilkan penampilan kerja yang baik. Penampilan kerja yang baik berasal dari dalam diri karyawan itu sendiri untuk menghasilkan kualitas kerja yang baik. Dengan tingkat pendidikan mereka yang hanya DIII Keperawatan membuat mereka untuk tidak mau kalah atau tertinggal dengan rekan kerja yang memiliki tingkat pendidikan diatas DIII Keperawatan. Hal inilah yang membuat mereka untuk terus berupaya untuk dapat menampilkan kinerja yang setinggi-tingginya sehingga mereka tidak kalah bersaing dengan perawat S1 dan S1 Ners.
kinerja dari karyawan itu sendiri. Semakin banyak pengalaman yang mereka peroleh saat bekerja maka semakin tinggi pula kinerja mereka dalam bekerja. Penyesuaian mereka terhadap pekerjaan yang mereka tekuni akan membantu mereka untuk lebih memahami dan menguasai bidang kerja yang mereka lakukan sehingga hasil kerja yang didapatkan sesuai dengan yang diharapakan oleh instansi.
Keterkaitan Motivasi Diri Dengan Kinerja Perawat
Sitorus (2006) mengatakan motivasi yang tinggi sangat di perlukan pula oleh perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Seorang perawat yang memiliki kinerja kerja yang baik adalah seorang perawat yang memiliki motivasi diri yang tinggi untuk mengembangkan dirinya. Motivasi dianggap sebagai salah satu faktor yang paling dominan dan berpengaruh terhadap kinerja seorang perawat.