• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PADA AIR MINUM KEMASAN MEREK “AQUA” DI DI GIANT HYPERMART SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH KEGIATAN PEMASARAN TERHADAP EKUITAS MEREK PADA AIR MINUM KEMASAN MEREK “AQUA” DI DI GIANT HYPERMART SURABAYA."

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SURABAYA

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

0512315078 / FE / EM INTAN NOVINA W.

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

SURABAYA

S K R I P S I

Oleh :

0512315078 / FE / EM INTAN NOVINA W.

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(3)

i Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek

Pada Air Minum Kemasan Merek “AQUA” Di Di Giant Hypermart Surabaya” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MT, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Program Studi Manajemen

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. H. Ali Maskun, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang penuh

dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing

(4)

ii

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang telah memberikan ilmu yang

sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah

diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.

7. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Februari 2010

(5)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori ... 8

2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 9

2.2.2. Kegiatan Pemasaran ... 10

2.2.2.1. Produk (Produk) ... 11

2.2.2.2. Harga (price) ... 12

2.2.2.3. Distribusi (Distribution) ... 14

2.2.2.4. Promosi (Promotion) ... 15

(6)

iv

2.2.3.3. Kesan Kualitas (Perceived Quality ... 23

2.2.4. Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek ... 24

2.3. Kerangka Konseptual ... 27

2.4. Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

3.1.1. Definisi Operasional ... 30

3.1.2. Pengukuran Variable ... 33

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.3.1. Jenis Data ... 35

3.3.2. Sumber Data ... 35

3.3.3. Pengumpulan Data ... 35

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 36

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas ... 36

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 37

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 37

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 37

3.4.3. Uji Normalitas Data ... 38

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling) ... 38

(7)

v

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 43

4.1.2. Deskripsi Kegiatan Pemasaran (X) ... 44

4.1.2.1. Produk (X1 4.1.2.2. Harga (X

(8)

vi

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(9)

vii

Tabel 1.1 Brand Value Produk Air Minum dalam Kemasan Merek

“AQUA” Periode Tahun 2006 -2009 ... 3

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 44

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Produk (X1) ... 45

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Harga (X2) ... 46

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Distribusi (X3) . 47 Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Promosi(X4) .... 48

Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Loyalitas Merek (Y1) ... 49

Tabel 4.8. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kesadaran Merek (Y2) ... 50

Tabel 4.9. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kesan Kualitas (Y3) ... 51

Tabel 4.10. Uji Outliers Multivariate ... 53

Tabel 4.11. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 54

Tabel 4.12. Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory Factor Analysis ... 56

Tabel 4.13. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 57

Tabel 4.14. Assessment Of Normality ... 59

Tabel 4.15. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model ... 61

Tabel 4.16. Variabel yang Dimodifikasi Dalam Model ... 62

Tabel 4.17. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Modifikasi ... 62

(10)

viii

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 27

Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Kegiatan Pemasaran dan

Ekuitas Merek, Model: One Step Approach – Base Model ... 60

Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Kegiatan Pemasaran dan

(11)

ix Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Data Tanggapan Responden Terhadap Kegiatan Pemasaran (X) dan Ekuitas Merek (Y)

(12)

x

SURABAYA

Oleh: Intan Novina W.

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan pada Produk Air Minum dalam Kemasan Merek “AQUA”. Berikut ini akan disajikan hasil penjualan Produk Air Minum dalam

Kemasan Merek “AQUA”menurut Indonesian Best Brand pada tahun 2006 –

2009. Diketahui bahwa pada tahun 2006 nilai brand value sebesar 460,7, tahun

2007 nilai brand value sebesar 90,2, tahun 2008 nilai brand value sebesar 89,5,

tahun 2009 nilai brand value sebesar 89,5, sehingga telah terjadi penurunan brand value pada Produk Air Minum dalam Kemasan Merek “AQUA”. (Sumber : SWA, 16 / XXV / 27 Juli – 5 Agustus 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kegiatan pemasaran terhadap ekuitas merek pada produk air minum

dalam kemasan merek AQUA di Giant HypermartSurabaya

Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah seluruh konsumen yang sedang membeli air minum kemasan merek “AQUA” di Giant Hypermart Surabaya. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah Structural Equation Modeling (SEM). Model pengukuran kegiatan

pemasaran dan ekuitas merek menggunakan Confirmatory Factor Analysis.

Penaksiran pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien jalur.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran berpengaruh tidak signifikan terhadap ekuitas merek pada air minum kemasan merek “AQUA”

di Giant Hypermart Surabaya, karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa

pelanggan akan cenderung melakukan pembelian air minum kemasan merek lain selain merek “AQUA” dikarenakan harga air minum kemasan merek lain yang jauh lebih murah.

(13)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menuju era perdagangan bebas (free-trade), maka indonesia

harus mampu bersaing dengan negara lain baik dari sisi kualitas sumber daya

manusia maupun dari kualitas barang. Sebagai negara sedang berkembang maka

saat ini indonesia Indonesia sedang giat melaksanakan pembangunan di segala

bidang terutama dalam sector Agro bisnis, tujuan pembangunan sendiri mengarah

pada pencapaian kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat adil dan merata,

dimana setiap orang memiliki penghasilan yang layak.

Untuk bertahan hidup, berkembang dan dapat bersaing maka perusahaan

harus menetapkan dan menerapkan strategi serta cara pelaksanaan pemasaran

pada perusahaannya. Salah satu unsur dalam sifat pemasaran adalah marketing

mix atau bauran pasar yang dilaksanakan perusahaan sehubungan dengan

penentuan oleh perusahaan mengenai bagaimana menempatkan penjualannya

pada segmen pasar tertentu yang merupakan sasaran pasarnya.

Marketing mix merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran.

Salah satu konsep utama dalam pemasaran menurut Romi dan Adi (2007) adalah

melalui 4P yaitu: Pertama, produk (produk) adalah merupakan sesuatu yang

ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi

sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen (Kotler dan

(14)

ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepemilikan atau pengunaan suatu barang atau jasa. Pengertian

ini sejalan dengan konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran. Ketiga,

pendistribusian (distribution intensity) berhubungan dengan bagaimana cara

penyampaian produk kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi

berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan

operasi (Tjiptono, 2002:151). Keempat, promosi (advertising spending) adalah

bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal berupa presentasi dan promosi

dari ide, barang atau jasa (Kotler dan Keller, 2006),

Para manajer pemasaran melakukan penetapan strategi-strategi perusahaan

guna menciptakan permintaan akan produk dan cara yang ditawarkan kepada

konsumen sasarannya. Kotler (2000:15) menguntip MC.Carly bahwa

perangkat-perangkat pemasaran dapat dibagi 4 kelompok yang di namakan marketing 4P

yang meliputi produk, harga, lokasi, dan promosi.

Setiap usaha pemasaran diperkirakan akan secara positif berhubungan

dengan ekuitas merek. Untuk menciptakan, mengelola dan memanfaatkan ekuitas

merk, hubungan dari usaha-usaha pemasaran terhadap dimensi-dimensi dari

ekuitas merk harus ditetapkan. Merek sangat variatif dalam pengaruh maupun

ekuitasnya di pasaran, merek yang ampuh memiliki ekuitas merek yang tinggi.

Merek akan berekuitas tinggi apabila memiliki: loyalitas merek yang tinggi

(brand loyalty), kesadaran merek (brand awareness), kesan kualitas (perceived

quality), dan asosiasi-asosiasi merek (brand assosiation). Merek dengan ekuitas

(15)

dapat memberikan perusahaan begitu banyak keunggulan bersaing. Merek yang

kuat dapat memberikan kesadaran serta loyalitas merek konsumen yang tinggi.

(Sumber: Romi dan Adi, 2007)

Menurut Yoo (2000) dalam Romi dan Adi (2007: 6), ekuitas dari sebuah

merek dapat diciptakan,dikelola dan diperlus dengan memperkuat

dimensi-dimensi sebuah ekuitas merek. Kegiatan pemasaran yang diukur melalui bauran

pemasaran merupakan anteseden (prakondisi) dari dimensi ekuitas merek,

mempunyai potensi untuk mempengaruhi ekuitas sebuah merek karena hal itu

merepresentasikan pengaruh dari akumulasi investasi pemasaran terhadap merek.

Diantara banyak merek dagang, penulis tertarik pada produk air minum

dalam kemasan merek “AQUA” karena awal sudah goal atau pada era

perdagangan bebas selalu survive.

Berikut ini akan disajikan Brand Value (BV) pada produk Air Minum

dalam Kemasan Merek “AQUA” menurut Indonesian Best Brand periode Tahun

2006 -2009.

Tabel 1.1

Brand Value Produk Air Minum dalam Kemasan Merek “AQUA” Periode Tahun 2006 -2009

Periode Brand Value

(16)

Berdasarkan tabel 1.1, dapat diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir dari

tahun 2006 -2008, telah terjadi penurunan Brand Value (BV). (Sumber: SWA, 16

/ XXV / 27 Juli – 5 Agustus 2009).

Brand value turun mengindikasikan kekuatan merek (brand equity) lemah.

Brand value merupakan nilai suatu merek, yang biasanya dijadikan panduan atau

tolak ukur oleh para pemasar dan pemilik merek. Dengan demikian nilai merek

tersebut diharapkan dapat menjadi ukuran suatu merek. Brand value bukan

sekedar bisa mengetahui kekuatan relative mereknya di banding merek lain dalam

satu kategori.,melainkan juga bisa mengikuti naik turunnya kekuatan dan kinerja

merek mereka dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya

brand value mengindikasikan terjadinya naik turunnya ekuitas merek. Bangkitnya

kesadaran atas pentingnya peran merek sangat menggembirakan. Harus diakui,

salah salah satu kunci sukses suatu produk adalah kekuatan mereknya. (SWA,

14/XIX/10-23 Juli 2003).

Dalam mengukur keberhasilan dari sebuah merek tidak dapat dilakukan

tanpa mengukur performance dari kegiatan pemasaran. Merek akan diingat

dengan asosiasi yang kuat, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, dan

loyalitas pelanggan akan terbangun melalui kegiatan-kegiatan pemasaran yang di

ukur dari bauran pemasaran secara berkesinambungan dan terukur. Pengukuran

keberhasilan kegiatan pemasaran itu dapat dilakukan dengan mengukur nilai yang

didapatkan perusahaan dan nilai yang didapatkan pelanggan (Yoo, 2000: 4).

Fenomena inilah yang mendorong SWA bekerja sama dengan MARS

(17)

Bernilai/Berkinerja Terbaik Di Indonesia”. Survei merek dilakukan secara

berkesinambungan dari tahun ke tahun. Dengan melihat brand value, kita bisa

melihat kekuatan suatu merek dibanding merek lainnya. Hasil survey yang berupa

Brand Value Index (BVI) juga bisa dipakai sebagai pembanding (benchmark),

dimana posisi mereknya di kategori industri masing-masing. (SWA,

14/XIX/10-23 Juli 2003)

Oleh karena itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian berjudul:

“Analisis Pengaruh Kegiatan Pemasaran terhadap Ekuitas Merek pada

Produk Air Minum Kemasan Merek AQUA di Giant Hypermart Surabaya”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah: ”Apakah kegiatan pemasaran berpengaruh terhadap ekuitas

merek pada produk air minum dalam kemasan merek AQUA di Giant Hypermart

Surabaya?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut: ”Untuk menganalisis pengaruh kegiatan pemasaran terhadap

ekuitas merek pada produk air minum dalam kemasan merek AQUA di Giant

(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat antara lain :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman secara praktik di bidang

pemasaran khususnya mengenai teoritik tentang kegiatan pemasaran dan

ekuitas merek.

2. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang menjadikan

pertimbangan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan kegiatan

pemasaran dan ekuitas merek

3. Bagi Universitas

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan

menambah perbendaharaan perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan

bagi rekan-rekan mahasiswa yang mengadakan penelitian dengan masalah

(19)

7 2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh :

1. Romi dan Adi Zakaria (2007) dengan judul “Analisis Pengaruh Kegiatan

Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek Pada Consumer-Convinience Goods”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengaruh kegiatan

pemasaran terhadap ekuitas merek. Metode penarikan sampel dilakukan

dengan menggunakan convenience sampling. Sampel yang digunakan adalah

780 responden. Jumlah responden tersebut berdasarkan asumsi SEM bahwa

besarnya sampel yaitu 5-10 responden untuk setiap parameter, sedangkan

teknik analisis yang digunakan adalah analisis Structural Equation Models

(SEM). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran

berpengaruh positif terhadap ekuitas merek pada consumer-convinience

goods.

2. Rico (2003) dengan judul “analisis variabel marketing mix yang

mempengaruhi kepuasan konsumen dalam pembelian susu bubuk formula

bayi di Kota Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan

menganalisa ada tidaknya pengaruh produk, harga, distribusi dan promosi

terhadap kepuasan konsumen dalam pembelian susu bubuk formula bayi di

(20)

untuk mengetahui pengaruh produk, harga, distribusi dan promosi terhadap

kepuasan konsumen dalam pembelian susu bubuk formula bayi di Kota

Malang. Dalam hal ini wawancara dilakukan melalui telpon. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa produk, harga, distribusi dan promosi secara simultan

berpengaruh terhadap kepuasan konsumen, sedangkan secara parsial hanya

harga dan promosi yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dalam

pembelian susu bubuk formula bayi di Kota Malang.

Atas dasar penelitian terdahulu ini, maka dapat digunakan sebagai acuan

penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis Structural

Equation Models (SEM) sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil

pengujian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam bidang

ini walaupun masing–masing memberikan penekanan yang berbeda namun pada

intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada pemenuhan kebutuhan dan

keingin Banyak definisi pemasaran yang dikemukakan oleh para ahli dalam

bidang ini walaupun masing–masing memberikan penekanan yang berbeda namun

pada intinya tujuan mereka sama yaitu bertitik tolak pada pemenuhan kebutuhan

(21)

Swasta (1999: 5) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem keseluruhan

dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan

kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Kotler (1997: 8) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan

manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencakup unsur

pemasaran seperti merencanakan, menentukan harga, mempromosikan serta

mendistribusikan barang dan jasa tersebut kepada konsumen yang

membutuhkannya.

Dengan demikian jelas bahwa yang menjadi titik tolak dari pemasaran

adalah kebutuhan dan keinginan manusia, dimana untuk dapat memuaskan

kebutuhan dan keinginan manusia tersebut akan menimbulkan adanya sebuah

konsep produk atau jasa. Dimana konsep produk atau jasa itu semakin dikonsumsi

dan merupakan sesuatu yang dianggap mampu untuk memuaskan kebutuhan dan

keinginan tersebut.an konsumen. Berikut ini dikutip beberepa definisi tentang

(22)

2.2.2. Kegiatan Pemasaran

Menurut Yoo (2000), ekuitas sebuah merek dapat diciptakan, dikelola dan

diperluas dengan memperkuat dimensi-dimensi sebuah ekuitas merek. Kegiatan

pemasaran yang merupakan anteseden (pra kondisi) dari dimensi ekuitas merek

mempunyai potensi untuk mempengaruhi ekuitas sebuah merek, karena hal itu

mempresentasikan pengaruh dari akumulasi pemasaran dari sebuah merek. Pada

penelitian ini, kegiatan pemasaran yang diteliti merupakan bagian dari bauran

pemasaran tradisional yang biasa disebut dengan “4P”, antara lain: harga,

distribusi, iklan dan promosi harga. (Romi dan Adi, 2007)

Lupiyoadi (2001: 58) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing

mix) merupakan tool atau alat bagi merketer yang terdiri dari berbagai elemen

suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi

pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan dengan sukses.

Marketing mix pada produk barang yang kita kenal selama ini berbeda dengan

marketing mix untuk produk jasa. Hal ini terkait dengan perbedaan karakteristik

jasa dan barang.

Romi dan Adi (2007) menyatakan bahwa kegiatan pemasaran yang diteliti

merupakan bagian dari bauran pemasaran. Rico (2003) menyatakan bahwa bauran

pemasaran terdiri dari “4P” antara lain: produk (produk), harga (price), distribusi

(distribution) dan promosi (promotion). Berikut penjelasan masing-masing

(23)

2.2.2.1. Produk (product)

Menurut pendapat Kotler (1996: 194) definisi dari produk yaitu sesuatu

yang dapat ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau

dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Dan

para konsumen akan menyukai produk-produk yang memberikan kualitas dan

penampilan yang paling baik, serta keistimewaan yang menonjol, dan karena itu

perusahaan harus mencurahkan usaha terus-menerus dalam perbaikan dan

peningkatan mutu produk.

Menuru Olson (2000: 165), Produk dan ciri-ciri produk adalah perangsang

utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, ciri-ciri tersebut dapat dievaluasi

konsumen dalam hal kesesuaian dengan tata nilai, kepercayaan, dan pengalaman

masa lampau mereka. Pemasaran dan informasi-informasi lainnya juga

mempengaruhi apakah pembelian dan penggunaan suatu produk akan menjanjikan

sesuatu yang bermanfaat.

Produk menurut Tjiptono (2002) adalah: segala sesuatu yang dapat

ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau

dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang

bersangkutan. Sedangkan yang dimakud dengan Bauran produk menurut pendapat

Kotler (1997: 435) adalah “sekumpulan seluruh produk dan item produk seperti

ukuran, harga, penampilan, atau atribut lainnya yang secara khusus para penjual

menawarkan untuk dijual kepada para pembeli” .

Secara khusus Kurtz et.al (1995) menjelaskan : bahwa “produk merupakan

(24)

fungsional. Hasil teknikal (technical outcome) adalah hasil akhir daripada jasa

atau “apa” jasanya. Hasil fungsional (functional outcome) adalah penerimaan jasa

atau “bagaimana” jasa disampaikan”.

Menurut Rico (JAM; 2003), indikator yang digunakan untuk mengukur

Produk antara lain :

1. Kualitas produk

2. Ukuran kemasan

3. Merek

2.2.2.2. Harga (Price)

Definisi harga menurut Stanton (1994: 221), “Harga sebuah produk atau

jasa merupakan faktor penentu utama permintaan pasar. Harga mempengaruhi

posisi persaingan dan bagian atau saham pasar di perusahaan. Sewajarnyalah jika

harga mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap pendapatan dan laba bersih

perusahaan”.

Menurut Alma (1992: 63) harga dari suatu barang ialah apa yang dirasa oleh

penjual, pembeli mampu membayar. Kemudian harga ini ada yang bersifat tetap,

dan ada pula yang dicapai dengan tawar menawar. Jadi pengertian harga

sebenarnya ialah suatu nilai yang dicapai oleh penjual dan pembeli mengenai

suatu barang atau jasa.

Tjiptono (2002: 151) menjelaskan “bahwa agar dapat sukses dalam

memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan

(25)

satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan

bagi perusahaan, sedangkan unsur lainnya menyebabkan timbulnya biaya.

Disamping itu harga merupakan unsur bauran pemsaran yang bersifat fleksibel,

artinya dapat diubah dengan cepat.

Lebih khusus lagi Kurtz et.al (1995) menjelaskan harga yang tinggi

menunjukkan kualitas yang tinggi, demikian pula sebaliknya harga yang rendah

menunjukkan kualitas yang rendah, hal ini dapat diterima oleh beberapa dan

pelanggan.

Menurut Kotler (1997: 509) metode penentuan harga dapat didekati dengan

menseleksi harga akhir dengan menambahkan faktor-faktor diantaranya

psychological pricing di mana konsumen menggunakan harga sebagai indikator

kualitas dan kebijaksanaan harga perusahaan (company pricing policies) dengan

tujuan memberikan kuota harga kepada tenaga pejualan untuk diberikan kepada

konsumen dan untuk profitabilitas perusahaan.

Lebih lanjut lagi Kotler (1997) menjelaskan bahwa beberapa perusahaan

memodifikasi dasar penyusunan harga untuk memberikan hadiah kepada

pelanggan atas pembayaran lebih cepat, volume pembelian, dan pembelian diluar

musim, hal ini oleh Kotler disebut price discount and allowances.

Menurut Tjiptono (2002: 151) mengatakan harga adalah satuan moneter

atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepemilikan atau pengunaan suatu barang atau jasa. Pengertian

(26)

Banyak konsumen menggunakan harga sebagai sebuah indicator sebuah

kualitas dari produk. Pemasar memahami bahwa konsumen sering secara aktif

memproses informasi harga, menintepretasikan harga berdasarkan dari

pengalaman pembelian sebelumnya. Konsumen sering membandingkan harga

sebuah produk berdasar internal reference price (informasi harga dari pengalaman

pribadi) atau sebuah external reference price. Contohnya harga yang digunakan

oleh ritel (regular retail price) (Kotler dan Keller, 2006 dalam Romi dan Adi,

2007)

Menurut Rico (2003), indikator yang digunakan untuk mengukur harga

antara lain :

1. Harga sesuai dengan kualitas

2. Persepsi harga mahal

3. Kebijaksanaan harga terhadap pembelian

2.2.2.3. Distribusi (Distribution)

Menurut Lupiyoadi (2001: 80) berhubungan dengan bagaimana cara

penyampaian produk kepada konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi

berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan

operasi

Distribusi sebuah produk akan intensif ketika produk itu ditempatkan di

banyak toko untuk memenuhi kebutuhan pasar. Untuk mengangkat citra produk

dan memperoleh bantuan dari ritel, perusahaan cenderung mendistribusikan

produknya secara eksklusif dan selektif dibandingkan secara intensif. (Yoo, 2000

(27)

Menurut Rico (2003), indikator yang digunakan untuk mengukur distribusi

antara lain :

1. Ketersediaan di Supermarket

2. Ketersediaan di Toko

3. Kontinuitas stok

2.2.2.4. Promosi (promotion)

Tjiptono (2002: 219) menjelaskan pendapatnya bahwa promosi merupakan

salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun

berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan

tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan

pernah membelinya.

Advertising adalah bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal

berupa presentasi dan promosi dari ide, barang atau jasa. Tujuan periklanan adalah

tugas komunikasi yang spesifik dan tingkatan pencapaian yang akan diselesaikan

dengan konsumen yang spesifik pada waktu tertentu, karenanya periklanan dapat

mempengaruhi ekuitas merek dalam berbagai cara. Hal ini dapat menciptakan

awareness dari merek dan peningkatan probabilitas bahwa merek dimasukkan ke

dalam bentuk-bentuk yang dapat membangkitkan awareness konsumen. (Romi

dan Adi, 2007)

Kotler (1997: 257) mengemukakan pendapatnya bahwa perusahaan dapat

melakukan periklanan dan kampanye promosi yang digunakan pada pasar atau

(28)

ini disebut sebagai komunikasi adaptasi. Dalam hal ini perusahaan dapat

mengubah pesannya menjadi empat macam : pertama, menggunakan satu pesan

diman-mana, variasi hanya pada bahasa, nama, dan warna. Kedua, kemungkinan

menggunakan tema global yang sama tetapi berbeda untuk untuk masing-masing

pasar lokal. Ketiga, mengembangkan iklan karena global, dari sini masing-masing

negara memilih yang pantas. Keempat, perusahaan mengijinkan manajer

masing-masing negara untuk menciptakan kreasi iklan yang spesifik di negaranya, dan

tentunya sesuai dengan panduan yang ada.

Masih menurut Kotler (1997: 337) alat-alat promosi yang dapat digunakan

untuk memudahkan komunikasi adaptasi ada tiga macam, yaitu “periklanan,

promosi penjualan, dan hubungan masyarakat”. Dan menjelaskan pula bahwa

promosi adalah berhubungan dengan tenaga penjualan (sales), periklanan,

promosi penjualan, dan publisitas”.

Pembagian alat-alat promosi yang serupa juga dikemukakan Tjiptono

(2002) menyebutkan bahwa promosi terdiri dari periklanan, publisitas, promosi

penjualan, dan penjualan personal. Lebih lanjut lagi Tjiptono juga menyebutkan

bahwa bauran promosi terdiri dari: personal selling, mass selling, terdiri atas

periklanan dan publisitas, promosi penjualan, public relations (hubungan

masyarakat) dan direct marketing

Seperti yang telah diketahui bahwa promosi merupakan salah satu unsur

dari bauran pemasaran yang tidak kalah penting peranannya daripada elemen

(29)

untuk berkomunikasi dengan konsumen dan memberitahukan produk atau jasa

yang ditawarkan.

Promosi menurut William (1990: 365) promosi adalah elemen dari bauran

pemasaran organisasi yang bertugas untuk memberikan informasi, membujuk, dan

mengingatkan pasaran akan produk organisasi.

Dari definisi-definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada

dasarnya tujuan dari dilakukannya promosi adalah melakukan komunikasi dengan

konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung dalam usaha agar

konsumen mau membeli produk yang ditawarkan oleh produsen. Selain itu

melalui promosidapat dibangun kesan terhadap perusahaan atau terhadap produk

yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, menciptakan kesadaran konsumen

bahwa produk tersebut tersedia dipasar, memelihara agar produk yang dikenal

oleh konsumen tetap dikenal oleh masyarakat dan masih banyak fungsi lainnya

yang dapat dikerjakan oleh promosi.

Menurut Rico (2003), indikator yang digunakan untuk mengukur iklan

antara lain :

1. TV

2. Majalah

3. Display

2.2.3. Ekuitas Merek (Brand Equity)

Definisi Ekuitas merek (brand equity) menurut Aaker (1996:8)

(30)

brand’s name and symbol that adds to (or substract from) the value provided by a

product or service to a firm and or that firm’s customers”. Berdasarkan definisi

diatas dapat disimpulkan bahwa ekuitas merek adalah kekayaan (investasi jangka

panjang) yang berhubungan dengan suatu nama merek dan simbol yang dapat

menambah (atau mengurangi) suatu nilai yang diberikan oleh suatu produk atau

jasa bagi sebuah perusahaan dan atau konsumen.

Menurut Tandjung (2004: 53) ekuitas merek (brand equity) yaitu kumpulan

sesuatu yang berharga (asets) yang melekat pada merek serta

kewajiban-kewajiban yang terjalin pada sebuah merek, nama, dan simbol yang dapat

menambah atau mengurangi ”nilai” suatu produk”.

Menurut Durianto. D (2004: 4) Ekuitas merek (brand equity) adalah

seperangkat aset dan liabilitas merek yang tekait dengan suatu merek, nama,

simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh

sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan”.

Menurut Aaker (1991) dalam Romi dan Adi (2007:5), bahwa ekuitas merek

(brand equity) mempunyai beberapa dimensi utama antara lain:, loyalitas merek

(brand loyalty), kesadaran merek (brand awareness), dan kesan kualitas

(perceived quality).

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa ekuitas merek (brand equity) merupakan aset yang dapat

memberikan nilai tersendiri di mata pelanggannya. Aset yang dikandungnya dapat

membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses, dan menyimpan informasi

(31)

Menurut Durianto. D (2004: 6) Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa

percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar

pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan

berbagai karakteristik merek

2.2.3.1. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

Dalam konsep brand loyalty produsen hanya mengkonsentrasikan pada

merek yang memiliki pelanggan yang loyal, Perusahaan tidak mengetahui siapa

saja pelanggan mereka, manajemen perusahaan hanya mengetahui bahwa mereka

memiliki pelanggan yang loyal. Sedangkan pada customer loyalty produsen

memperlakukan pelanggan sebagai masing–masing individu yang berbeda-beda

dan menjalin hubungan dengan pelanggan tersebut melalui konsep relationship

marketing. Sebab dalam konsep customer loyalty pembelian ulang dari pelanggan

yang telah ada dapat berpengaruh terhadap pelanggan baru.

Berikut ini beberapa definisi tentang loyalitas merek yang dikemukakan

beberapa ahli pemasaran:

Yoo (2000) dalam Romi dan Adi (2007:5) mendefinisikan bahwa loyalitas

merek (brand loyalty) sebuah komitmen secara kuat dipegang untuk kembali

membeli atau terus berlangganan sebuah barang atau jasa secara konsisten dimasa

yang akan datang.

Menurut Chaudhuri dan Holbrook (2001:82): Loyalitas merek (brand

loyalty) adalah “Sebuah komitmen mendalam untuk membeli kembali atau

(32)

konsisten dimasa yang akan datang, dimana komitmen tersebut menyebabkan

pembelian yang berulang terhadap merek yang sama, meskipun

pengaruh-pengaruh situasional dan usaha-usaha pemasaran mempunyai kesanggupan atau

kemungkinan untuk mengakibatkan perubahan perilaku”.

Menurut Durianto (2004:127): Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan

“Suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Brand

loyalty merupakan inti ekuitas suatu merek karena saat konsumen mencapai

tahapan loyal pada merek tertentu maka dapat dipastikan mereka tidak akan

mudah berpindah ke merek yang lain, karena Brand loyalty terkait lebih erat pada

pengalaman menggunakan dan tidak bisa terjadi tanpa lebih dahulu melakukan

pembelian. Brand loyalty juga mencerminkan seberapa jauh kecenderungan

pelanggan untuk berganti ke merek lain, khususnya saat merek itu mengalami

perubahan baik harga maupun ciri-ciri atau jasanya.

Menurut Romi dan Adi (2007: 10) bahwa model brand loyalty mempunyai

3 indikator yang berupa variabel teramati (observed variable) yaitu:

1. Mempertimbangkan untuk setia terhadap sebuah merek

2. Merek tersebut menjadi pilihan utama

3. Lebih memilih merek tersebut daripada yang lain bila ada di toko.

2.2.3.2. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek merupakan suatu penerimaan dari konsumen terhadap

(33)

dan mengenali kembali sebuah merek serta mengaitkan ke dalam kategori

tertentu. Kesadaran merek sangatlah penting karena konsumen cenderung

membeli suatu merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, nyaman. dengan

asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat dihandalkan.

Menurut Aaker (1997:90): “Kesadaran merek meliputi suatu proses mulai

dari perasaan tidak menentu bahwa merek itu dikenal hingga keyakinan bahwa

merek itu satu-satunya dalam kelas produk atau jasa tertentu”.

Menurut Durianto (2004:54): “Kesadaran merek adalah kesanggupan

seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai

bagian dari suatu kategori produk tertentu”.

Menurut Tandjung (2004:54): Kesadaran merek adalah “Kemampuan

pembeli potensial untuk mengenali atau mengingat sebuah merek untuk kategori

produk tertentu”.

Menurut Durianto (2004:56) Peran kesadaran merek (brand awareness)

terhadap brand equity dapat dipahami dengan membahas bagaimana Brand

awareness menciptakan suatu nilai. Penciptaan nilai ini dapat dilakukan paling

sedikit dengan 4 cara:

1. Anchor to which other association can be attached (Jangkar yang jadi

centelan asosiasi-asosiasi merek)

Suatu merek dapat digambarkan seperti suatu jangkar dengan beberapa rantai,

(34)

2. Familiarity-liking (keakraban/rasa suka)

Mengenal merek akan menimbulkan rasa terbiasa terutama untuk

produk-produk yang bersifat low involvement (keterlibatan rendah). Suatu kebiasaan

dapat menimbulkan keterkaitan, kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi

suatu pendorong dalam membuat keputusan.

3. Commitment (komitmen)

Kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen dan inti yang

sangat penting bagi suatu perusahaan. Secara logika, suatu nama dikenal

karena beberapa alasan. Mungkin karena program iklan perusahaan yang

ekstensif, jaringan distribusi yang luas, eksistensi yang sudah lama dalam

industri dan lain-lain. Jika kualitas dari dua merek yang berbeda adalah nama,

maka brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam

keputusan pembelian konsumen.

4. Brand to consider (memperhitungkan merek-merek)

Langkah pertama dalam suatu proses pembelian adalah menyeleksi dari suatu

kelompok merek-merek yang sudah dikenal sebagai pertimbangan merek

mana yang akan dibeli. Merek yang memiliki top of mind yang tinggi

mempunyai nilai yang tinggi pula. Jika suatu merek tidak dapat tersimpan

dalam ingatan, maka merek tersebut tidak dipertimbangkan dalam benak

konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen

(35)

Menurut Romi dan Adi (2007:10) bahwa model brand awareness

mempunyai 6 indikator yang berupa variabel teramati (observed variable), tapi

dalam penelitian ini hanya menggunakan 5 indikator yaitu:

1. Tahu bentuk fisik dari merek tersebut

2. Bisa mengenali merek tersebut

3. Mengetahui merek tersebut

4. Mengetahui karakteristik merek tersebut dengan cepat

5. Mampu mengingat dengan cepat logo atau simbol merek tersebut.

2.2.3.3. Kesan Kualitas (Perceived Quality)

Kesan kualitas merupakan persepsi konsumen terhadap keunggulan suatu

produk atau jasa yang sesuai dengan harapan konsumen itu sendiri, sehingga

dapat memberikan masukan yang sangat penting kepada konsumen sebagai bahan

pertimbangan sebelum akhirnya konsumen memilih membeli suatu produk

tertentu. Merek-merek yang sudah terkenal akan mempermudah konsumen dalam

menentukan pilihannya dengan catatan keunggulan dari merek tersebut

benar-benar dapat diandalkan.

Romi dan Adi (2007:5) didefisikan sebagai pelanggan terhadap keseluruhan

prioritas atau superioritas dari sebuah produk produk atau jasa dibandingkan

dengan alternative-alternatif yang relevan.

Menurut Yoo (2000) dalam Romi dan Adi (2007:5) mendefinisikan

perceived quality sebagai penilaian subyektif pelanggan tentang keseluruhan

(36)

Menurut Aaker (1997:24) mendefinisikan “Perceived quality sebagai

persepsi secara keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

berkenaan dengan harapan pelanggan”.

Menurut Tandjung (2004:64) mendefinisikan “Perceived quality sebagai

persepsi pelanggan terhadap kualitas secara keseluruhan dari sebuah produk atau

jasa”.

Menurut Durianto (2004:96): Definisi “Perceived quality sebagai persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan”.

Menurut Romi dan Adi (2007:10) bahwa model perceived quality

mempunyai 6 indikator yang berupa variabel teramati (observed variable), tapi

dalam penelitian ini hanya menggunakan 3 indikator yaitu:

1. Merek tersebut mempunyai kualitas yang tinggi

2. Nilai fungsional merek tersebut sangat tinggi

3. Merek tersebut sangat dipercaya

2.2.4. Pengaruh Kegiatan Pemasaran Terhadap Ekuitas Merek

Menurut Yoo (2000) dalam Romi dan Adi (2007:4) bahwa untuk

mengukur keberhasilan dari sebuah merek tidak dapat dilakukan tanpa mengukur

performance dari kegiatan pemasaran. Merek akan diingat dengan asosiasi yang

kuat, dipersepsikan sebagai produk yang berkualitas, dan loyalitas pelanggan akan

terbangun melalui kegiatan-kegiatan pemasaran yang di ukur dari bauran

(37)

kegiatan pemasaran itu dapat dilakukan dengan mengukur nilai yang didapatkan

perusahaan dan nilai yang didapatkan pelanggan. Sedangkan untuk mengukur

nilai yang didapatkan pelanggan dapat dilakukan dengan melihat persepsi

pelanggan terhadap merek. Menurut Yoo (2000) dalam Romi dan Adi (2007:4)

kemudian membangun sebuah model mengukur seberapa kuat hubungan antara

kegiatan pemasaran dengan ekuitas merek

Menurut Yoo (2000) dalam Romi dan Adi (2007:5) bahwa Ekuitas merek

terdiri 4 dimensi: 1) loyalitas merek (brand loyalty) mendefinisikan bahwa

loyalitas merek merupakan komitmen secara kuat dipegang untuk kembali

membeli atau berlangganan sebuah barang atau jasa secara konsisten dimasa

datang, 2) kesadaran merek (brand awareness) mendefinisikan bahwa dimana

merek yang telah diketahui pelanggan akan diasosiasikan sesuai dengan yang

dicitrakan pelanggan terhadap merek, 3) kesan kualitas (perceived quality)

mendefinisikan perceived quality sebagai penilaian subyektif pelanggan tentang

keseluruhan keunggulan produk, 4) asosiasi-asosiasi merek (brand assosiation)

mendefinisikan secara positif berhubungan dengan ekuitas merek karena mereka

dapat menjadi isyarat dari kualitas dan komitmen membantu pelanggan

menentukan pilihan dimana dipastikan melalui prilaku menyenangkan terhadap

merek. (Sumber: Romi dan Adi, 2007).

Kegiatan pemasaran yang diukur melalui bauran pemasaran yang meliputi

produk, harga, distribusi dan promosi dapat dilaksanakan oleh perusahaan dengan

baik, maka akan mampu memberikan pengaruh semakin tingginya nilai ekuitas

(38)

berpengaruh positif terhadap ekuitas merek. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

yang dilakukan oleh Romi dan Adi (2007) yang menunjukan bahwa kegiatan

pemasaran berpengaruh positif terhadap ekuitas merek pada

(39)

2.3. atau simbol Merek (Y2.5)

Merek mempunyai

produk di TV (X4.1)

(40)

Keterangan :

X1.1 : Kualitas produk air minum kemasan merek “AQUA” X1.2 : Ukuran kemasan air minum kemasan merek “AQUA” X1.3 : Variasi air minum kemasan merek “AQUA”

X2.1 : Harga air minum kemasan merek “AQUA” sesuai kualitasnya X2.2 : Persepsi harga air minum kemasan merek “AQUA” mahal. X2.3 : Kebijaksanaan harga terhadap pembelian merek “AQUA” X3.1 : Air minum kemasan merek “AQUA” di Supermarket

X3.2 : Ketersediaan air minum kemasan merek “AQUA” ada di toko-toko X3.3 : Kontinuitas stok air minum kemasan merek “AQUA”

X4.1 : Promosi air minum kemasan merek “AQUA” melalui TV X4.2 : Promosi air minum kemasan merek “AQUA” melalui majalah X4.3 : Promosi air minum kemasan merek “AQUA” melalui display Y1.1 : Merek air minum kemasan merek “AQUA” berkualitas tinggi Y1.2 : Nilai fungsional air minum kemasan merek “AQUA” sangat tinggi Y1.3 : Memilih air minum kemasan merek “AQUA” daripada produk lain Y2.1 : Tahu bentuk air minum kemasan merek “AQUA”

Y2.2 : Mengetahui air minum kemasan merek “AQUA” Y2.3 : Bisa mengenali air minum kemasan merek “AQUA”

(41)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori maka

dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Terdapat pengaruh positif

kegiatan pemasaran terhadap ekuitas merek pada air minum kemasan merek

(42)

30

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kegiatan Pemasaran (X) yang merupakan kegiatan marketer yang terdiri

dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan

agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat

berjalan dengan sukses. (Romi dan Adi, 2007; 6).

Pada penelitian ini, kegiatan pemasaran diukur dengan menggunakan “4P”

yang terdiri dari: produk (product), harga (price), distribusi (place), dan

promosi (promotion).

X1

Merupakan sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan,

dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan

atau kebutuhan konsumen.

Produk

Indikator Produk (product)terdiri dari (Rico; 2003):

X1.1

X

Kualitas produk air minum kemasan merek “AQUA”

1.2

X

Ukuran kemasan produk air minum kemasan merek “AQUA”

(43)

X2

Merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang Dan

jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau

pengunaan suatu barang atau jasa. Harga

Indikator harga (price) terdiri dari (Rico; 2003):

X2.1

X

Harga air minum kemasan merek “AQUA”sesuai dengan kualitas

2.2

X

Persepsi harga air minum kemasan “AQUA” mahal

2.3 Adanya kebijaksanaan harga terhadap pembelian air minum

kemasan “AQUA”

X3

Berhubungan dengan bagaimana cara penyampaian produk kepada

konsumen dan dimana lokasi yang strategis. Lokasi berarti

berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan

melakukan operasi. Distribusi

Indikator distribusi (distribution)terdiri dari (Rico; 2003):

X3.1

X

Air minum kemasan merek “AQUA”tersedia di Supermarket

3.2

X

Ketersediaan air minum kemasan merek “AQUA” ada di

toko-toko

3.3 Kotinuitas stok air minum kemasan merek “AQUA”

X4

Merupakan bentuk apapun yang disponsori oleh nonpersonal berupa

(44)

Indikator promosi terdiri dari (Rico; 2003):

X4.1

X

Promosi air minum kemasan merek “AQUA” melalui TV

4.2

X

Promosi air minum kemasan merek “AQUA” melalui majalah

4.3 Promosi air minum kemasan merek “AQUA” melalui display

2. Ekuitas merek (Y) merupakan kumpulan sesuatu yang berharga (aset) yang

melekat pada merek serta kewajiban-kewajiban yang terjalin pada sebuah

merek, nama, dan simbol yang dapat menambah atau mengurangi ”nilai” suatu

produk”. Ekuitas merek (Y) diukur dengan menggunakan 3 dimensi antara

lain:

a. Loyalitas merek (Y1

Loyalitas merek (Y

) adalah sebuah komitmen yang secara kuat dipegang

pelanggan untuk kembali membeli dan terus berlangganan sebuah barang

atau jasa secara konsisten dimasa yang akan datang.

1

Y

) dibentuk oleh 3 indikator (Romi dan Adi, 2007: 10)

yaitu:

1.1

Y

Mempertimbangkan untuk setia terhadap produk air minum

kemasan merek “AQUA”

1.

Y

Air minum kemasan merek “AQUA” menjadi pilihan pertama

1.3

b. Kesadaran merek (Y

Lebih memilih air minum kemasan merek “AQUA” daripada

merek yang lain

2) kesanggupan seorang calon pembeli untuk

mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu

(45)

Kesadaran merek (Y2

Y

) dibentuk oleh 5 indikator (Romi dan Adi, 2007:10)

yaitu:

Mengetahui air minum kemasan merek “AQUA” tersebut

2.3

Y

Air minum kemasan merek “AQUA” tersebut bisa dikenali

2.4

Y

Mengetahui ciri-ciri air minum kemasan merek “AQUA” dengan

cepat

2.5

c. Kesan kualitas (Y

Dengan cepat mengingat logo/simbol air minum kemasan merek

“AQUA”

3

Kesan kualitas (Y

) penilaian subyektif pelanggan tentang keseluruhan

keunggulan atau superioritas produk.

3

Y

) dibentuk oleh 3 indikator (Romi dan Adi, 2007:5)

yaitu:

3.3 Tingkat kepercayaan pada air minum kemasan merek “AQUA”

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik

pengukuran menggunakan semantic differential scale. Analisis ini dilakukan

dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian

pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang

berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini

(46)

Sangat tidak setuju Sangat setuju

1 7

Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor

yang berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada kotak yang tersedia di

sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.

Jawaban dengan nilai antara 1-4 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan

pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 5-7 berarti

cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2008:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang sedang membeli

air minum kemasan merek “AQUA” di Giant HypermartSurabaya.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2008:80).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non probability

sampling tepatnya accidental sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan

(47)

digunakan sebagai sampel bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber

data. (Sugiyono, 2008:85).

Jumlah sampel didasari oleh asumsi SEM bahwa besarnya jumlah sampel yaitu

5-10 kali parameternya yang di estimasi (Augusty, 2002:48). Pada penelitian ini

ada 23 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi yaitu antara 115-230.

Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar 115

responden. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi persyaratan jumlah minimal

sampel yang dikehendaki oleh alat analisis kuantitatif yang ditetapkan

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu

jenis yang diperoleh dengan jalan penyebaran kuisioner secara langsung pada

konsumen yang sedang melakukan pembelian air minum kemasan merek “AQUA”

di Giant HypermartSurabaya untuk mengetahui pendapat mereka secara langsung.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

konsumen yang sedang melakukan pembelian air minum kemasan merek “AQUA”

di Giant HypermartSurabaya.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

(48)

a. Kuesioner

yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan pertanyaan-pertanyaan

tertulis yang dibagikan kepada para responden.

b. Interview

yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan wawancara secara

langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat mereka secara

langsung.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar

pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan

sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang

merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur.

Uji validitas diukur ditafsirkan dengan menggunakan item to total correlation,

jika nilai r > 0,5 maka indikator valid, dan jika nilai r < 0,5 maka indikator

tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai

(49)

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih,

dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan. (Augusty, 2002 : 193)

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Augusty, 2002 : 52).

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

sampel besar (diatas 80 observasi), pedomana evaluasi adalah nilai ambang batas

dari z-score itu berada pada rentang 3 sampai dengan 4 (Hair dkk, 1995 dalam

Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data

(50)

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak

Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat ρ < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan nilai χ2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah

item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih

besar dari nilai χ2Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

Kriteria Pengujian :

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

1. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi

adalah tidak normal.

2. Jika nilai critical yang diperoleh berada pada rentang + 2,58 maka distribusi

adalah normal.

3.4.4. Pemodelan SEM (Structural Equation Modeling)

Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

(51)

Pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi atau faktor

berdasarkan indikator-indikator empirisnya. Structural Model adalah model

mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara

faktor. (Augusty, 2002 : 34)

Untuk membuat pemodelan yang lengkap beberapa langkah berikut ini

yang perlu dilakukan :

a. Pengembangan model berbasis teori.

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.

Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program SEM.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas.

Pada langkah kedua, model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama

akan digambarkan dalam path diagram. Path diagram tersebut memudahkan

peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur kedalam persamaan.

Setelah teori / model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah diagram

alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian persamaan.

d. Memilih Matriks Input dan Estimasi Model.

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah dalam input data

yang akan digunakan dalam pemodelan dan estimasinya. SEM hanya

menggunakan matriks varians kovarians atau matriks korelasi sebagai data

(52)

e. Menilai Problem Identifikasi.

Problem identifikasi prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan

dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan estimasi yang unik.

Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala-gejala berikut ini :

1. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar.

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya

disajikan.

3. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat

(misalnya lebih dari 0,9).

f. Evaluasi Model.

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi, melalui telaah terhadap bebagai

kriteria goodness-of-fit. Kriteria-kriteria tersebut adalah :

1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan dengan

perbandingan 5 observasi untuk setiap astimated parameter.

2. Normalitas dan Linieritas.

3. Outliers.

4. Multicolinierity and Singularity.

3.4.5. Uji Hipotesis

Dalam analisis SEM umumnya berbagai jenis fit index yang digunakan

untuk mengukur derajad kesesuaian antara model yang dihipotesakan dengan data

yang disajikan. Berikut ini adalah index kesesuaian dan cut-off valuenya untuk

(53)

a. χ2

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likehood

ratio Chi-Square Statistic. Model yang diuji akan dipandang baik atau

memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil nilai χ

(Chi Square Statistic).

2

b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)

semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut-off

value sebesar ρ > 0,05 atau ρ > 0,10.

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi

chi-squre statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan index untuk dapat

diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu

berdasarkan degree of freedom.

c. GFI (Goodness of Fit Index).

Indeks keseusaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari

varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks populasi

yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran non-statistikal yang

mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect fit).

Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better fit.

d. AGFI (Adjusted Goodness-of-Fit Index).

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien

yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat penerimaan

(54)

lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang

memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks

kovarians sampel.

e. CMIN/DF.

The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of

freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan

oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya

sebuah model. Nilai χ2

f. TLI (Tucker Lewis Indeks)

relatif kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari

3.0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data.

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan > 0.95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very

good fit.

g. CFI (Comparative Fit Index).

Merupakan besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana

semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi (a

(55)

43 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Tanggapan responden tentang pengaruh Tanggapan responden tentang

pengaruh kegiatan pemasaran (X) terhadap ekuitas merek (Y) pada air minum

kemasan merek “AQUA” di Giant Hypermart Surabaya, dimana kuisioner

disebarkan pada 115 responden. Untuk jawaban kuisioner dinyatakan dengan

memberi skor yang berada dalam rentang nilai 1 sampai 7 pada masing-masing

skala, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 menunjukkan nilai

tertinggi.

1. Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 115 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelaminnya, seperti yang

tersaji pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase (%)

1 Pria 64 55,65

2 Wanita 51 44,35

Total 115 100,00

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden wanita sebanyak 78 orang

(56)

2. Berdasarkan Usia

Dari 115 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui karakteristik responden berdasarkan usianya, seperti yang tersaji pada

tabel dibawah ini :

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%)

1 17-30 tahun 31 26,96

2 31-45 tahun 46 40,00

3 ≥ 45 tahun 38 33,04

Total 115 100,00

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden berumur 17-30 tahun

sebanyak 31 orang (26,96%), berumur 31-45 tahun sebanyak 46 orang (40%), dan

berumur lebih dari 45 tahun sebanyak 38 orang (33,04%).

4.1.2. Deskripsi Kegiatan Pemasaran (X)

Kegiatan pemasaran (X) merupakan yang merupakan kegiatan marketer

yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu

dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang

ditetapkan dapat berjalan dengan sukses. Kegiatan pemasaran menurut Romi dan

Adi (2007; 6) terdiri dari 4 dimensi antara lain produk (product), harga (price),

distribusi (place), dan promosi (promotion). Hasil tanggapan responden terhadap

(57)

4.1.2.1. Produk (X1

Produk (X )

1) merupakan sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk

diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan

keinginan atau kebutuhan konsumen. Hasil tanggapan responden terhadap Produk

(X1)dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden

Mengenai Produk (X1

No

)

Pertanyaan Skor Jawaban Mean

Skor

1 2 3 4 5 6 7

1 Kualitas produk air minum

kemasan merek “AQUA” 0 0 0 8 45 54 8 5,54

2 Ukuran kemasan produk air

minum kemasan merek “AQUA” 0 0 0 4 50 43 18 5,65

3 Air minum kemasan merek

“AQUA”telah dikenal konsumen 0 0 0 3 39 62 11 5,70

Mean Skor Keseluruhan 5,63

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa pernyataan “Air minum kemasan

merek “AQUA”telah dikenal konsumen” memiliki nilai rata-rata tertinggi sebesar

5,70, yang berarti responden setuju bahwa air minum kemasan merek “AQUA”

telah dikenal konsumen. Sedangkan secara keseluruhan rata-rata tanggapan

responden terhadap variabel Produk (X1) sebesar 5,63, yang berarti responden

setuju bahwa produk air minum kemasan merek “AQUA” memiliki kualitas yang

(58)

4.1.2.2. Harga (X2

Harga (X )

2) merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk

barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau

pengunaan suatu barang atau jasa. Hasil tanggapan responden terhadap Harga

(X2)dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4.

Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai

Harga (X2

No

)

Pertanyaan Skor Jawaban Mean

Skor

1 2 3 4 5 6 7

1 Harga air minum kemasan merek

“AQUA”sesuai dengan kualitas 0 0 0 7 51 51 6 5,49

2 Persepsi harga air minum

kemasan “AQUA” mahal 0 0 0 9 55 47 4 5,40

3

Adanya kebijaksanaan harga terhadap pembelian air minum kemasan “AQUA”

0 0 0 14 44 39 18 5,53

Mean Skor Keseluruhan 5,47

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa pernyataan “Adanya

kebijaksanaan harga terhadap pembelian air minum kemasan “AQUA”” memiliki

nilai rata-rata tertinggi sebesar 5,53, yang berarti responden setuju bahwa terdapat

kebijaksanaan harga terhadap pembelian air minum kemasan “AQUA”.

Sedangkan secara keseluruhan rata-rata tanggapan responden terhadap variabel

Harga (X2) sebesar 5,47, yang berarti responden setuju bahwa produk air minum

kemasan merek “AQUA” memiliki harga yang mahal tapi sesuai dengan

kualitasnya, serta adanya kebijaksanaan harga terhadap pembelian air minum

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat terlihat bahwasanya pembangunan Matos (Malang Town Square) yang secara legal formal menyalahi aturan, karena memang wilayah tersebut seharusnya adalah kawasan pendidikan yang

Perpustakaan SD N 2 Sabdodadi juga menerapkan promosi pada para siswa maka dari itu SD N 2 Sabdodadi sangat menarik untuk dikaji dalam hal kegiatan promosinya,

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya , maka hasil penelitian dari perbedaan pengaruh kelompok fartlek dan jogging terhadap

Kepada para peserta yang dinyatakan lulus mengikuti DIKLAT diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP), sedangkan bagi peserta yang tidak lulus hanya diberikan

Cara kerja dari Vertical Axis Wind Turbine mengkonversi energi angin menjadi energi listrik adalah ketika angin berhembus turbin angin dipasang pada arah

Untuk meningkatkan keterampilan para karyawan sesuai dengan..

Sehubungan dengan hal tersebut kami mohon ijin dan bantuan Bapak/lbu bagi mahasiswa yang bersangkutan untuk mengambil data yang diperlukan di perusahaan. Demikian

Peneliti menjadikan Desa Brantak Sekarjati sebagai obyek penelitian karena di desa tersebut masih banyak masyarakat yang mempunyai persepsi yang salah tentang adanya