• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) DAN TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH T.A 2014/2015."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SHARE ( TPS ) DAN TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH T.A 2014/2015

Oleh : Yuli Iman Sari NIM.4113111084

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK-PAIR-SHARE ( TPS ) DAN TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) PADA MATERI KUBUS DAN

BALOK DI KELAS VIII SMP N 2 SEI RAMPAH T.A 2014/2015

Yuli Iman Sari (NIM : 4113111084) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan tipe Team Accelerated Instruction ( TAI ) pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah Tahun Ajaran 2014/2015.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah Tahun Ajaran 2014/2015, sebagai sampel diambil dua kelas secara acak yaitu satu sebagai kelas eksperimen I dan satu sebagai kelas eksperimen II. Kelas eksperimen I diberikan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share (TPS) dan kelas eksperimen II dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction ( TAI ) . Data hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistik-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar (posttes) siswa di kelas eksperimen I sebesar 72,90, dan nilai rata-rata hasil belajar (posttes) siswa di kelas eksperimen I sebesar 61,97.

Hasil perhitungan uji normalitas nilai posttes siswa di kelas eksperimen 1 diperoleh L0 = 0,1080 dan Ltabel = 0,161, karena L0 < Ltabel yaitu 0,1080 < 0,161

maka sebaran data di kelas eksperimen 1 berdistribusi normal. Sedangkan di kelas eksperimen 2 diperoleh L0 = 0,1238 dan Ltabel = 0,161. karena L0 < Ltabel yaitu

0,1238 < 0,161 maka sebaran data di kelas eksperimen 2 berdistribusi normal. Dari hasil perhitungan uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1,47 dan Ftabel = 1,81.

Diperoleh bahwa Fhitung < Ftabel yakni 1,47 < 1,81 maka kedua kelas homogen. Selanjutnya berdasarkan perhitungan uji statistik-t diperoleh nilai thitung = 2,14 dan

ttabel = 2,002, thitung tidak berada dalam interval 2,002thitung2,002 yang

berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 6

1.3 Batasan Masalah 6

1.4 Rumusan Masalah 7

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 8

2.1.1. Pengertian Belajar 8

2.1.2. Hasil Belajar 9

2.1.3. Pembelajaran Matematika 11

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif 12

2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif 12

2.1.4.2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif 14

2.1.4.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 14 2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-Pair-Share 15 2.1.6. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran

(5)

vii

2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI 19

2.1.8. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan TAI 22

2.1.9. Materi Kubus dan Balok 24

2.1.9.1.Unsur-unsur Kubus dan Balok 24

2.1.9.2.Jaring-jaring Kubus dan Balok 29

2.1.9.3.Luas Permukaan Kubus dan Balok 32

2.1.9.4.Volume Kubus dan Balok 33

2.2. Kerangka Konseptual 36

2.3. Penelitian yang Relevan 37

2.4. Hipotesis Penelitian 37

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 39

3.1.1. Lokasi Penelitian 39

3.1.2. Waktu Penelitian 39

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 39

3.2.1. Populasi Penelitian 39

3.2.2. Sampel Penelitian 39

3.3. Definisi Operasional 39

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 40

3.4.1. Jenis Penelitian 40

3.4.2. Desain Penelitian 41

3.5. Variabel Penelitian 42

3.6. Prosedur Penelitian 43

3.7. Instrumen Pengumpul Data 44

3.7.1. Tes 44

3.7.2. Uji validitas Tes 45

3.7.3. Uji Reliabilitas Tes 46

3.7.4. Tingkat Kesukaran Tes 48

3.7.5. Daya Pembeda Soal 48

(6)

viii

3.8.1. Menghitung Rata-rata Skor 49

3.8.2. Menghitung Standar Deviasi 50

3.8.3. Uji Normalitas 50

3.8.4. Uji Homogenitas 51

3.8.5. Uji Hipotesis 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penilitian 53

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian 53

4.1.1.1 Penilaian Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen

1 dan 2 53

4.1.2 Analisis Hasil Penelitian 54

4.1.2.1 Uji Normalitas 54

4.1.2.2 Uji Homogenitas 54

4.1.2.3 Uji Hipotesis 55

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 59

5.2 Saran 59

(7)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif 15

Tabel 2.2 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

dan TAI 23

Tabel 3.1 Matriks desain Penelitian 41

Tabel 3.2 Validitas Butir Soal 45

Tabel 3.3 Pengukuran Reliabilitas Tes 46

Tabel 3.4 Kriteria Pengukuran Reliabilitas Tes 46

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal 47

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran Butir Soal 47

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal 48

Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal 49

Tabel 4.1 Data Hasil Belajar kelas eksperimen 1 dan 2 53

Tabel 4.2 Ringkasan Uji Normalitas Data 54

Tabel 4.3 Ringkasan Perhitungan Uji Homogenitas 55

(8)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kubus ABCD.EFGH 24

Gambar 2.2 Kubus dalam kehidupan Sehari-hari 24

Gambar 2.3 Diagonal Sisi Kubus 25

Gambar 2.4 Diagonal Ruang Kubus 25

Gambar 2.5 Bidang Diagonal Kubus 26

Gambar 2.6 Balok ABCD.EFGH 26

Gambar 2.7 Balok dalam Kehidupan Sehari-hari 27

Gambar 2.8 Diagonal Sisi Balok 28

Gambar 2.9 Diagonal Ruang Balok 28

Gambar 2.10 Bidang Diagonal Balok 28

Gambar 2.11 Balok dan Ukurannya 29

Gambar 2.12 Kubus dan Ukurannya 30

Gambar 2.13 Jaring-jaring Kubus 30

Gambar 2.14 Beberapa Contoh Jaring-jaring Kubus 31

Gambar 2.15 Jaring-jaring Balok 31

Gambar 2.16 Beberapa Contoh Jaring-jaring Balok 31

Gambar 2.17 Kubus dengan Rusuk s 32

(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : RPP I (Kelas Eksperimen 1) 62

Lampiran 2 : RPP II (Kelas Eksperimen 1) 68

Lampiran 3 : RPP I (Kelas Eksperimen 2) 73

Lampiran 4 : RPP II (Kelas Eksperimen 2) 79

Lampiran 5 : Lembar Kerja Siswa I (LKS I) 84

Lampiran 6 : Lembar Kerja Siswa II (LKS II) 91

Lampiran 7 : Alternatif Penyelesaian LKS I 98

Lampiran 8 : Alternatif Penyelesaian LKS II 104

Lampiran 9 : Kisi-Kisi Tes postes 111

Lampiran 10 : soal-soal Postes 112

Lampiran 11 : Pedoman Penskoran 114

Lampiran 12 : Alternatif penyelesaian postes 116

Lampiran 13 : Lembar Validasi postes 120

Lampiran 14 : Perhitungan Validitas 123

Lampiran 15 : Perhitungan Realibilitas 126

Lampiran 16 : Tabel persiapan perhitungan indeks kesukaran

dan daya beda soal 128

Lampiran 17 : Perhitungan Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal 130 Lampiran 18 : Data Nilai Posttes Kelas Eksperimen 1 dan Kelas

Eksperimen 2 132

Lampiran 19 : Perhitungan Rata-rata, varians dan Simpangan Baku 134

Lampiran 20 : Perhitungan Uji Normalitas 135

Lampiran 21 : Perhitungan Uji Homogenitas 138

Lampiran 22 : Perhitungan Uji Hipotesis 139

Lampiran 23 : Tabel Harga Kritis dari r product momen 141 Lampiran 24 : Tabel Nilai Kritis untuk Uji Liliefors 142

(10)

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh rata-rata hasil belajar kelas TPS adalah 72,90 dan rata-rata hasil belajar kelas TAI adalah 61,97. thitung = 2,14 tidak berada di antara interval yaitu 2,002thitung2.002

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, berdasarkan uraian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe TAI pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah T.A 2014/2015.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka sran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru khususnya guru matematika agar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa dan mengaktifkan siswa dalam pemahaman materi yang lebih baik.

2. Bagi guru-guru atau calon guru yang akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS agar memerhatikan dan mengatur alokasi waktu yang ada secara cermat agar langkah-langkah pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.

(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan adalah pembangunan manusia dalam upaya menjadikan manusia berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan lembaga atau negaranya. Bangsa yang berpendidikan adalah bangsa yang berilmu pengetahuan.

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mampu menjadikan manusia menjadi berkualitas. Matematika merupakan bidang studi yang diajarakan disetiap jenjang pendidikan dan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara mengembangkan kemampuan berfikir logis, rasional, kritis, analisis dan sistematis yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu didukung oleh pernyataan Cokrof (dalam Abdurrahman, 2012 : 204) yang menyatakan bahwa :

matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informassi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha

memecahkan masalah yang menantang.

Matematika adalah kunci kearah peluang-peluang. Bagi seorang siswa keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warga negara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang tepat. Bagi suatu negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi. Untuk mewujudkan itu semua maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Namun pada kenyataannya fakta dilapangan menunjukkan bahwa hasil pembelajaran matematika masih sangat rendah. Salah satu bukti rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia terlihat dari hasil Ujian Nasional (UN) beberapa tahun terakhir. Pada 2010, sebanyak 35.567 atau 6,66 persen siswa SMP dan MTs di Jawa Timur dan 1.600 atau 20 persen siswa di Balikpapan tidak lulus

(12)

2

dalam UN. Penyebab ketidaklulusan itu terletak pada nilai Matematika yang kurang dari empat..( http://news.okezone.com )

Harian kompas (12 desember 2012) menyebutkan bahwa Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa Indonesia masih dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam pembelajaran sains dan matematika. Demikian hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. (http://edukasi.kompas.com)

Rendahnya hasil belajar matematika di Indionesia salah satu penyebabnya adalah kurangnya keaktifan siswa di dalam proses belajar mengajar dan kurangnya keterampilan guru dalam memberikan materi pembelajaran. Dalam proses kegiatan belajar mengajar kebanyakan guru masih menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga banyak siswa yang merasa jenuh dengan pembelajaran dan mengakibatkan hasil belajarnya rendah. Ketidaktepatan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran menjadi salah satu faktor penyebab prestasi belajar matematika siswa rendah. Menurut Abdurrahman (2012 : 20 ) bahwa :

yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemahaman peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar, misalnya dalam pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai pendengar .

Slameto (2010:65) juga menyatakan bahwa :

(13)

3

tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.

Selanjutnya Trianto (2007:1) menyatakan bahwa:

Berdasarkan hasil penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centred sehingga siswa menjadi pasif.

Shoimin (2014:18) menyatakan bahwa :

Agar pembelajaran menyenangkan, perlu adanya perubahan cara mengajar dari model pembelajaran tradisional menuju model pembelajaran yang inovatif, dimana siswa dilibatkan secara aktif dan bukan hanya dijadikan sebagai objek. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, tetapi pada siswa.

Dari pendapat di atas maka diperlukan pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa guna meningkatkan hasil belajar siswa.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah Ketakutan siswa akan pelajaran matematika dan sikapnya yang menganggap matematika pelajaran yang sulit. Kebanyakan siswa merasa jenuh dan bosan saat mempelajari matematika. Hal ini dikarenakan siswa menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Hal ini sesuai dengan pernyataan

beberapa ahli seperti Abdurrahman (2012:252) menyatakan bahwa: “dari

berbagai bidang studi yang dipelajari di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih lagi bagi siswa yang berkasulitan belajar”. Hal ini lebih diperkuat lagi oleh Sapnoto (http://www.indomedia.com) yang mangatakan : “siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit. Terlebih lagi bila mereka mendapat nilai di bawah rata-rata. Yang punya niat tekun mempelajari, akan kembali hilang semangatnya”.

(14)

4

kotak pensil, dadu dan lain sebagainya. Akan tetapi masih banyak siswa yang belum memahami konsep dasar dari kubus dan balok tersebut.

Hasil survey peneliti pada tanggal 4 Februari berupa pemberian tes yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar kubus dan balok kepada 35 siswa SMP Negeri 2 sei Rampah, ternyata banyak siswa yang tidak bisa menjawab dengan benar konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan kubus dan balok. Dari 35 siswa, hanya 13 siswa atau sekitar 37% siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, sedangkan selebihnya atau sebanyak 62% tidak dapat menjawab dengan benar soal-soal yang berkaitan dengan konsep dasar kubus dan balok. Sebagian siswa salah karena kurang memahami pertanyaan dengan baik dan ada juga yang salah dalam perkalian bilangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi matematika di SMP N 2 Sei Rampah, beliau mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang menggunakan rumus-rumus, para siswa sudah tertanam dipikirannya bahwa matematika sulit dan menakutkan, hal ini kemudian berdampak buruk pada hasil belajar mereka. Banyak dari mereka yang kurang memahami konsep matematika itu sendiri, sehingga banyak dari mereka yang tidak tuntas saat ujian matematika. Siswa kurang merespon pelajaran yang diajarkan dan semakin semakin lama minat belajarnya semakin menurun. Dan salah satu penyebabnya adalah ketidaktepatan guru menggunakan metode pelajaran saat proses KBM berlangsung.

Proses pembelajaran dapat diikuti siswa dengan baik dan menarik perhatian jika menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran tersebut. Metode yang sesuai juga akan membuat suasana kelas menjadi kondusif, membuat siswa menjadi aktiif dan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi pembelajaran tersebut. Sehingga pembelajaran matematika tidak lagi menjadi pembelajaran yang berpusat pada guru tetapi menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

(15)

5

merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( student centered) dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dimana dalam menyelesaikan tugas kelompoknya saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Artzt & Newman ( dalam Trianto, 2011:56 ) menyatakan bahwa : “dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya”. Johnson & Johnson ( dalam Trianto, 2011:57 ) menyatakan bahwa : “tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademikdan pemahaman baik secara individu maupun kelompok “.Adanya kompetensi antar kelompok belajar juga dapat menumbuhkan motivasi belajar para siswa, yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar dalam kelompoknya dan timbul keberanian siswa untuk bertanya.

Ada beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif. Salah satunya adalah TPS (Think-Pair-Share) dan TAI (Team Accelerated Instruction ). Trianto ( 2011 : 81 ) menyatakan bahwa : “ strategi think-pair-share (TPS ) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa”.

Metode TPS dapat diajarkan untuk materi kubus dan balok karena metode TPS dapat memengaruhi pola interaksi siswa. Hal ini mempermudah guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Sedangkan TAI (Team Accelerated Instruction ) merupakan metode yang

didesain khusus untuk pembelajaran matematika dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. TAI menyatukan pembelajaran kooperatif dengan kebebasan bertindak secara individu dengan ciri khass TAI yaitu guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar. Oleh sebab itu metode TPS dan TAI layak digunakan pada materi kubus dan balok.

(16)

6

sama yang lainnya, TPS juga memberikan kesempatan berpikir dan bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Afrida (2012:71) dalam penelitiannya menyatakan bahwa : “ ketuntasan hasil belajar matematika siswa dan ketercapaian indikator dapat disimpulkan bahwa secara kualitatif hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.”

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hail belajar, hal ini didukung dengan adanya tahap thinking tersebut yang dapat menegakkan kegiatan berpikir siswa.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa yang Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ( TPS ) Dan Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) Pada Materi Kubus Dan Balok Di Kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah T.A 2014/2015”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah. 2. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit.

3. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan masih berpusat pada guru

4. Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan aktivitas siswa

5. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep

matematika dengan benar, khususnya di dalam menyelesaikan soal sehingga menyebabkan hasil belajarnya menjadi rendah.

1.3Batasan Masalah

(17)

7

yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TAI pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran 2014/2015”.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TAI pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran 2014/2015.

1.5Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan yang diajar menggunakan model pembelajaran tipe TAI pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP N 2 Sei Rampah tahun ajaran 2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih model

pembelajaran yang dapat meningkatkan hassil belajar siswa.

2. Sebagai bahan informasi siswa untuk menentukan cara belajar yang sesuai dalam mempelajari materi matematika.

3. Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran matematika. 4. Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya model

(18)

60

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : rineka Cipta.

Asmin dan Abil Mansyur. (2012). Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.

Djamarah, S.B., & aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fogarty,dkk. (2010). http://fisikama-online.blogspot.com/2010/12/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html(diakses pada 7/2/2015)

Kate. (2014). http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaran-matematika.html (diakses pada 7/2/2015 pukul 11:53)

Mahmudin. (2009). http://wordpress.com/2009/12/23/pembelajaran-kooperatif-tipe-think-pair-share-tps(diakses pada 11/2/2015)

Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Puspitarini, Margaret. (2014)

.http://news.okezone.com/read/2014/09/09/373/1036506/ini-penyebab-nilai matematika-indonesia-rendah (diakses pada 16/12/2014 pukul 15:56)

Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers.

Simangunsong, S.W. (2006). Matematika Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Remaja Rosdakarya

Sudjana. 2005. Metode Statistika.Bandung : Tarsito

(19)

61

TIMMS.2012.http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sai ns.dan.Matematika.Indonesia.Menurun (diakses pada 16/12/2014 pukul 15:56)

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : kencana.

Yanti, Afrida. 2012. Perbedaan Hasil Belajar siswa yang diajar menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dan tipe TAI pada sub pokok bahasan jajar genjang dan belah ketupat di kelas VII SMP HANGTUAH Belawan T.A 2012/2013. Universitas Negeri Medan, Unimed

Yatmono.2014. http://laportadoradesuenos.blogspot.com/2014/09/model- pembelajaran-think-pair-share-tps.html(diakses pada 11/2/2015)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : Mengetahui apakah hasil belajar kimia siswa yang dibelajarkan dengan

Adapun tujuan penlitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran koperatif tipe Think

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran dengan yang diajar Numbered Head Together (NHT)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan antara kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar menggunakan model

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran

Adapun tujuan penlitian ini adalah untuk menggali apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan