• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK PEMBANGUNAN PODOMORO CITY DELI KOTA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POLITIK PEMBANGUNAN PODOMORO CITY DELI KOTA MEDAN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLITIK PEMBANGUNAN PODOMORO CITY DELI KOTA MEDAN

RACHEL ALYSSA (110906069)

DOSEN PEMBIMBING Dr. Warjio, SS., MA

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

(2)

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

RACHEL ALYSSA (110906069)

POLITIK PEMBANGUNAN PODOMORO CITY DELI KOTA MEDAN Rincian isi skripsi, 81 Halaman, 21 Buku, 1 Jurnal, 4 Wawancara, (Kisaran buku dari tahun 1983-2016)

ABSTRAK

Produk pembangunan lahir dan berkembang dengan melibatkan pihak lokal, nasional, maupun internasional sebagai hasil proses politik dan memiliki kepentingan yang didesain serta perencanaan untuk jangka waktu yang telah ditentukan. Salah satu bentuk produk pembangunan adalah pembangunan fisik. Perkembangan negara tidak lepas dari pembangunan fisik yang melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat secara umum. Kompleksitas permasalahan pembangunan fisik menjadi salah satu permasalahan yang sering terjadi dan membutuhkan penanganan lebih serius melalui keadilan produk pemerintah (Kebijakan, program dan aktifitas). Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap pembangunan fisik mengarah pada perkembangan politik kepentingan sepihak. Kondisi tersebut semakin memperbesar kemungkinan laju pertumbuhan perusahaan yang tidak bertanggung-jawab dan tertindasnya masyarakat kecil.

Salah satu perusahaan yang menjadi sorotan beberapa waktu ini adalah PT. Agung Podomoro Group, tepatnya proyek pembangunan Podomoro City Deli Medan. Ditemukan masalah bahwa ternyata selama pembangunannya, tidak ditemukan adanya izin Analisa Masalah Dampak Lingkungan (AMDAL). Proyek pembangunan tersebut melanggar Peraturan Daerah Kota Medan No. 13 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031, yang menjelaskan bahwa Ijin Mendirikan Bangunan dan Ijin AMDAL akan diterbitkan jika bangunan-bangunan tersebut telah diteliti dari sisi lingkungan hidup dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan Peraturan daerah yang ada, dalam hal ini Pemerintah Kota berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup.

Undang-undang dan peraturan pemerintah mengharuskan menjaga lingkungan dari operasi proyek kegiatan industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Pembangunan Kota Medan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah melalui

kewenangan dan tanggung-jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat

berdasarkan prinsip keterbukaan, partisispasi masyarakat dan pertanggung-jawaban kepada masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah membutuhkan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung-jawab.

Penelitian ini mencoba untuk melihat dan menguraikan politik pembangunan Podomoro City Deli Kota Medan melihat dari masalah-masalah

(3)

iii

yang diuraikan diatas. Dimana konsistensi dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam pengimplementasian dari peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam penelitian ini data-data mengenai Profil Kota Medan, dan Profil Podomoro. Hasil dari analisis dalam penelitian ini menemukan 4 hal utama.

Politik Pembangunan, Aktor Politik Dalam Pembangunan Proyek Podomoro, Perspektif Politik Pembangunan Proyek Podomoro, dan Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Medan Mengenai Pembangunan Podomoro. Dalam kesimpulan penelitian ini disimpulkan bahwa Pemko Medan tidak memiliki ketegasan dalam menangani kasus-kasus perizinan atau tidak secara maksimal menjalankan Peraturan Daerah yang telah disahkan secara bersama-sama oleh legislatif dan eksekutif.

Kata Kunci : Politik Pembangunan, Perizinan, Kebijakan dan Pembangunan

(4)

iv UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF POLITICAL SCIENCE

RACHEL ALYSSA (110906069)

POLITICAL DEVELOPMENT OF PODOMORO CITY DELI MEDAN CITY

Details of the contents of the thesis, 81 pages, 21 Books, 1 Journal, 4 interviews, (the book range from the year 1983 to 2016)

ABSTRACT

Development products are born and developed by involving local, national and international parties as a result of the political process and having interests designed and planned for a predetermined period of time. One form of product development is physical development. Country development is inseparable from physical development involving the government, the private sector and society in general. The complexity of the problems of physical development is one of the most common problems and requires more serious handling through the justice of government products (policies, programs and activities). The lack of supervision and law enforcement on physical development leads to the development of unilateral political interests. These conditions further increase the likelihood of the growth rate of companies that are not responsible and oppressed by small communities.

One of the companies that has been in the spotlight for some time is PT.

Agung Podomoro Group, precisely the construction project of Podomoro City Deli Medan. It was found that the problem was that during the construction, no permit was found for Environmental Impact Analysis (EIA). The development project violated the Medan City Regulation No. 13 of 2011 concerning the Medan City Spatial Planning for 2011-2031, which explains that Building Construction Permits and AMDAL Permits will be issued if the buildings have been examined from the environmental side and meet the requirements in accordance with existing regional regulations, in terms of this City Government coordinates with the Environmental Agency.

Government laws and regulations require safeguarding the environment from industrial operations or activities that can cause environmental damage. The

(5)

v

development of Medan City as an integral part of national development cannot be separated from the principle of regional autonomy through the authority and responsibility of carrying out community interests based on the principles of openness, community participation and accountability to the community. The implementation of regional autonomy requires extensive, real, and responsible authority.

This study tries to see and describe the politics of the development of Podomoro City Deli in Medan City, looking at the problems described above.

Where consistency from the government is needed in the implementation of the regulations set by the government. In this study data about the Profile of Medan City, and Profile of Podomoro. The results of the analysis in this study found 4 main things. Political Development, Political Actor in the Development of the Podomoro Project, Political Perspective of the Development of the Podomoro Project, and Policy Analysis of the Medan City Government Regarding Podomoro Development. In the conclusion of this study, it was concluded that the City Government of Medan did not have firmness in handling licensing cases or did not optimally implement Regional Regulations that had been legalized jointly by the legislature and executive.

Keywords: Politics of Development, Licensing, Policy and Development

(6)

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :

Nama : Rachel Alyssa

NIM : 110906069

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Politik Pembangunan Podomoro City Deli Kota Medan

Menyetujui:

Ketua Departemen Ilmu Politik Dosen Pembimbing

(Dr.Warjio , MA) (Dr.Warjio , MA)

NIP.196806301994032001 NIP.196806301994032001

Mengetahui:

Dekan FISIP USU

( Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si) NIP.197409302005011002

(7)

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi

Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, oleh:

Nama : Rachel Alyssa NIM : 110906069

Judul : Politik Pembangunan Podomoro City Deli Kota Medan

Dilaksanakan pada:

Hari :

Tanggal : Pukul : Tempat :

Tim Penguji : Ketua :

NIP.

Anggota I : Dr. Warjio, MA

NIP. 197408062006041003 Anggota II :

NIP.

(8)

viii

Karya ini dipersembahkan untuk

Ayahanda dan Ibunda Tercinta

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya yang telah dianugerahkan kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kebijakan Pemko Medan Terkait Izin Amdal Dalam Pembangunan Podomoro”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Medan tentang tata ruang wilayah serta perizinannya dalam kaitannya terhadap pembangunan Podomoro.

Solusinya adalah penegasan yang konkret terhadap pembangunan tidak berizin sesuai Peraturan Daerah yang telah disahkan. Secara khusus penulis juga menyampaikan rasa hormat dan kasih sayang yang tidak terhingga kepada kedua orang tua saya tercinta, Bapak Teddy Siahaan, SE dan Ibu Imelda Hutapea, atas usaha keras mereka yang telah membesarkan, menyayangi, dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Nenek/Kakek, Bibi dan Paman saya yang tercinta yang telah memberi dukungan moral dan doanya selama ini.

Dalam kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(10)

x Politik USU Medan.

2. Dr Warjio, MA, Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

3. Bapak Dr Warjio, MA. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bantuan dan bimbingan berupa kritik dan saran yang sangat berguna bagi penulis.

4. Dosen serta Staf pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bang Burhan, Kak Ema, Bu Zuraidah yang selalu memudahkan penulis dalam setiap urusan administrasi.

6. Ketua Komisi B DPRD Kota Medan, Ketua Fraksi PAN DPRD Kota Medan, Direktur Walhi, Pakar Amdal Kota Medan beserta seluruh narasumber yang bersedia memberikan informasi bagi penulis.

7. Untuk sahabat-sahabat terkasih Helda Rantih, Mezbah Simanjuntak, Delpri Tri Utomo Putra Hia, Franky, Agung Pramono Sihombing, Ruth Gracia Simanjuntak, Novita Siregar, Fitri Wulan Sari, Qomaria Anum, Guskhairina, Sabrizal, Dhany Aceh, Amar Tahir, serta senior saya bang Leonard Varera Tampubolon, Jimmy Sinaga, Anwar Saragih yang dengan penuh keikhlasan memberi dukungan dan semangat kepada saya . Semangat terus kawan-kawan. Politik YES !!!

8. Untuk Yohannes Ford Santra Pasaribu yang selalu mengingatkan dan mendukung skripsi saya dengan sabar dan penuh semangat serta rasa sayang.

(11)

xi

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan dan dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.

Medan, Februari 2018

Rachel Alyssa 110906069

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul………...i

Abstrak………. .ii

Abstract………..iv

Halaman Persetujuan………..vi

Halaman Pengesahan………..vii

Lembar Persembahan………...vii

Kata Pengantar……….ix

Daftar Isi………...x

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang... ... 1

I.2. Perumusan Masalah... ... 5

I.3. Pembatasan Masalah... ... 5

I.4. Tujuan Penelitian... ... 6

I.5. Manfaat Penelitian... ... 6

I.6. Kerangka Teori... ... 6

I.6.1. Konsep Politik Pembangunan ... 7

I.7. Metodologi Penelitian ... 22

I.7.1. Jenis Penelitian ... 22

I.7.2. Lokasi Penelitian……… .. 23

I.7.2. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 23

I.7.3. Teknik Analisis Data ... 23

I.8. Sistematika Penulisan ... 23

(13)

13

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

II.1. Profil Kota Medan ... ………..……...25

II.1.1. Keadaan Geografis Kota Medan………...28

II.1.2. Prasarana dan Sarana Pemukiman ... ………...31

II.2. RTRW Kota Medan ... ………...33

II.3. Profil Podomoro………40

BAB III POLITIK PEMBANGUNAN PODOMORO CITY DELI KOTA MEDAN III.1. Aktor Politik Dalam Pembangunan Proyek Podomoro...…… .. ……….. 43

III.2. Perspektif Politik Pembangunan Proyek Podomoro…....…………...……….56

III.3. Kebijakan Pemerintah Kota Medan Mengenai Perizinan………....58

III.4. Analisis Kebijakan Pemerintah Kota Medan Mengenai Pembangunan Podomoro...………. .65

BAB IV KESIMPULAN IV.I. Kesimpulan... ... ………...76

IV.2. Saran... ... ………...77

DAFTAR PUSTAKA ... ………...78

LAMPIRAN... ………...81

Transkip Wawancara ... ………...81

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan merupakan satu kebijakan publik yang lahir dengan melibatkan banyak pihak yaitu lokal, nasional, maupun internasional.

Kehadirannya merupakan hasil proses politik dan memiliki kepentingan yang didesain, memiliki perencanaan untuk jangka waktu yang telah ditentukan.

Artinya ia tidak lahir begitu saja tetapi melalui perencanaan dan proses politik serta kepentingan didalamnya dengan melibatkan banyak pihak.1

Warjio (2016) dalam bukunya menjelaskan mengapa persoalan ini muncul, paling tidak dilatarbelakangi oleh beberapa sebab. Pertama, studi atau kajian pembangunan selama ini masih berlabel atau berlindung dalam paradigma ekonomi. Kedua, masih banyaknya dominasi pengajar pembangunan dan masih sedikit pakar-pakar poitik yang diberikan tempat atau kesempatan dalam mengajarkan pembangunan ataupun dalam pelaksanaan proyek-proyek pembangunan. Ketiga, warisan kebijakan ekonom dalam pembangunan. Bukan menjadi rahasia umum dalam suatu negara, perumus-perumus pembangunan biasanya dilakukan oleh orang-orang ekonomi dan tidak melibatkan pakar politik.

Sehingga program-program pembangunan sebagai hasil kebijakan banyak diarahkan hanya dalam perspektif dan kepentingan ekonomi.

Faktor politik sangat berperan sekali dalam menyelesaikan masalah- masalah pembangunan. Intervensi pemerintah khususnya menjadi sentral bagaimana persoalan pembangunan harus diselesaikan. Dalam studi pembangunan demikian, keterlibatan politik dalam pembangunan sudah menjadi hal biasa. Namun menjadikan politik pembangunan sebagai sebuah subjek sebelum diterima secara luas sebagai sebuah subjek belum diterima secara luas sebagai sebuah pendekatan analisis dalam memahami realitas pembangunan.2

1 Warjio, Ph.D. 2016. Politik Pembangunan, Paradoks, Teori, Aktor , dan Ideologi, Jakarta: Kencana hal. 70.

2 Ibid.

(15)

PT. Agung Podomoro Group adalah perusahaan pengembang terbesar di sektor properti di Indonesia. Yang didirikan oleh Salimin dan Anton.. PT Agung Podomoro membangun hunian di daerah Sunter dan Kelapa Gading. Agung Podomoro Group (APG) merupakan salah satu pengembang properti terbesar di Indonesia. Proyek properti yang dijalani APG antara lain membangun perumahan, apartemen dan super-blok. APG didirikan pertama kali pada tahun 1969 oleh Anton Haliman. Pada saat itu proyek pertamanya adalah kompleks perumahan di kawasan Simprug, Jakarta Selatan. Selain itu, APG juga menjadi pelopor pembangunan perumahan mewah (real estate) di Sunter, Jakarta Utara. APG membangun kompleks perumahan dengan fasilitas lengkap, seperti dengan adanya fasilitas sekolah, pusat rekreasi, tempat ibadah, rumah sakit, dan pasar.3

Podomoro City Deli Medan Superblok pertama di Kota medan dibangun oleh APL (Agung Podomoro Land). Karya lain dari APL, Podomoro City Deli Medan dibangun di atas tanah berluaskan 5,2 ha yang akan menyediakan fasilitas kondominium, apartemen, gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan mewah.

Superblok pertama di Medan yang dirancang untuk menampilkan konsep terpadu One Stop Living, Kerja, dan Shopping. Ini juga dirancang untuk menjadi ikon baru dari Medan-properti proyek termegah dan paling modern dalam area- yang hijau yang luas yang akan mengubah cakrawala kota.

Podomoro City Deli Medan dulunya merupakan proyek superblok yang didirikan oleh PT Menara Sinar Deli. Berawal dari nama Deli Grand City yang diubah namanya menjadi Podomoro City Deli-Medan setelah sahamnya dibeli 58 persen oleh Agung Podomoro Land ini rencananya terdiri dari 8 lantai Mall, tiga menara apartemen berjumlah 12 lantai di atas mall, dua menara kondominium berjumlah 40 lantai, satu menara perkantoran berjumlah 50 lantai di atas mall, dan hotel bintang lima. Proyek yang telah dilaksanakan pembangunannya direncanakan untuk siap pada tahun 2017.4

3 https://id.wikipedia.org/wiki/Agung_Podomoro_Group diakses pada tanggal 14 April 2017 pukul 12.35 wib.

4 https://id.wikipedia.org/wiki/Deli_Plaza diakses pada tanggal 14 April 2017 pukul 12.41 wib.

(16)

Namun tidak semua bangunan yang akan didirikan oleh perusahaan besar memiliki kepastian akan mendapatkan izin oleh Pemerintah Kota untuk dapat mendirikan bangunan baik dalam bentuk apartemen, kondominium, gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan. Pemerintah Kota juga harus melihat dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan tersebut baik dampak dalam lingkungan sekitar atau pun dalam upaya penghijauan.

Maka dari itu izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota bukan hanya dalam bentuk Izin Mendirikan Bangunan (IMB) tetapi juga izin dalam Analisis Masalah Dampak Lingkungan (Amdal). Tanpa izin kedua hal ini, perusahaan tidak dapat mendirikan bangunan atau usaha.

Pada satu sisi, konsep pembangunan banyak dipahami sebagai proses tahap demi tahap menuju “modernitas”. Modernitas itu tercermin dalam bentuk kemajuan teknologi dan ekonomi seperti yang dilakukan oleh negara-negara industri maju.5 Seperti contohnya, pembangunan dalam bidang properti yang meliputi perumahan, apartemen, kondominium, gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan terutama untuk kota-kota besar di Indonesia seperti Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia.

Di sisi lain, semakin banyaknya bangunan yang didirikan maka dampak terhadap lingkungan akan semakin besar. Seperti semakin berkurangnya lahan untuk penghijauan yang akan mendorong semakin besarnya peluang terjadinya masalah-masalah lingkungan seperti banjir. Dalam proses pembangunan Podomoro City Deli Medan ditemukan masalah bahwa ternyata selama pembangunannya, tidak ditemukan adanya izin amdal.6 Alasan diperlukannya AMDAL untuk diperlukannya studi kelayakan karena dalam undang-undang dan peraturan pemerintah serta menjaga lingkungan dari operasi proyek kegiatan industri atau kegiatan-kegiatan yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Komponen-komponen AMDAL adalah PIL (Penyajian informasi lingkungan), KA (Kerangka Acuan), ANDAL (Analisis dampak lingkungan), RPL ( Rencana

5 Ibid

6http://medan.tribunnews.com/2016/10/17/putusan-ma-bangunan-super-megah-podomoro-medan-bakal- diratakan-dengan-tanah?page=2 Putusan MA: Bangunan Super Megah Podomoro Medan Bakal Diratakan dengan Tanah diakses pada tanggal 17 April 2017, pukul 15.58 wib.

(17)

pemantauan lingkungan), RKL (Rencana pengelolaan lingkungan). Tujuan AMDAL adalah menjaga dengan kemungkinan dampak dari suatu rencana usaha atau kegiatan.

Di wilayah kota Medan dalam sepuluh tahun terakhir muncul berbagai permasalahan lingkungan yakni abrasi, sedimentasi, intrusi, banjir dan rob, amblasan tanah (land subsidence) serta polusi udara, pencemaran perairan, dan kemacetan menjadi problem yang telah lama terjadi. Kebijakan pemerintah kota Medan dalam upaya mengatasi banjir telah banyak dilakukan, yakni dengan membangun infrastruktur fisik seperti jalan, drainase, polder, serta infrastruktur pendukung lainnya.

Sepanjang tahun dalam 15 tahun terakhir sejak tahun 2000, Kota Medan hampir setiap tahun mengalami banjir. Dimana banjir terparah terjadi tahun 2011 dan tahun 2015. Pada tahun 2011 tepatnya pada hari jumat, 7 Januari 2011. Banjir yang terjadi akibat meluapnya Sungai Babura dan Sungai Deli itu menyebabkan ribuan warga mengungsi, ribuan rumah, gedung pertokoan dan kantor terendam serta menyebabkan 4 orang meninggal dunia.7

Secara geografis ada 7 sungai yang mengalir di kota Medan yaitu sungai Deli, Sungai Babura, Sikambing, Denai, Putih, Badra, Belawan dan Sulang Saling. Sementara dari ketujuh sungai tersebut Sungai Deli dan Sungai Babura adalah sungai yang mengalir hingga tengah kota.8

Sungai Deli tiap tahunnya mengalami kerusakan yang disebabkan rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melalui sungai-sungai tersebut. Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sungai Babura dan sungai Deli diperkirakan saat ini tinggal 5,6% sampai 7,1 % sementara menurut Standard Millennium Development Goals (MDGs) hutan di sekitaran DAS minimal 30%.9

7 http://nasional.news.viva.co.id/news/read/197991-bnpb-ini-penyebab-banjir-besar-medan Curah Hujan Esktrim Penyebab Banjir di Medan diakses pada tanggal 17 April 2017, pukul 18.26 wib.

8 Dinas Tata Kota Medan.

9 Widiati, Ati. 2008. Aplikasi Manajemen Risiko Bencana Alam dalam Penataan Ruang Kabupaten Nabire.Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 1 April 2008: 7-15.

(18)

Di pinggiran Sungai Deli juga terdapat pemukiman dan bangunan-bangunan yang melanggar aturan Perda Kota Medan. Menurut Perda Kota Medan No 9 tahun 2002 dikatakan bahwa wilayah bangunan di sekitaran Daerah Aliran Sungai (DAS) minimal berjarak 15 meter dari bibir sungai. Hal inilah yang memicu penyempitan DAS yang menyebabkan air meluap kepermukaan hingga menyebabkan banjir.10

Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana politik pembangunan dalam pembangunan Podomoro City Deli Medan terkait masalah tata ruang kota dan yang tidak memiliki izin amdal.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dan dicarikan jalan pemecahannya dan perumusan masalah merupakan konteks dari penelitian dimana memberikan arah terhadap penelitian yang dilakukan. Berdasarkan pemaparan pada bagian latar-belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana politik pembangunan Pemerintah Kota Medan dalam menangani pendirian bangunan apartemen Podomoro City Deli Medan?

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan menghasilkan uraisan yang sitematis diperlukan adanya batasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu:

1. Penelitian ini mengkaji tentang aktor politik dalam proyek Podomoro.

10 Perda Kota Medan No 9 Tahun 2002.

(19)

2. Penelitian ini mengkaji tentang perspektif politik pembangunan proyek Podomoro.

1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan aktor politik dalam proyek Podomoro.

2. Untuk menjelaskan perspektif politik pembangunan proyek Podomoro.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat yang secara garis besar, yakni :

1. Secara teoritis studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman tentang politik pembangunan di Indonesia, terutama di Kota Medan

2. Secara pribadi penelitian mampu mengasah kemampuan peneliti dalam melakukan sebuah proses penelitian yang bersifat ilmiah dan memberikan pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri.

3. Secara akademis penelitian dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi dalam konteks ilmu politik.

4. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang politik pembangunan Podomoro city Deli Medan.

1.6. Kerangka Teori

Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkian data, teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.

Berdasarkan rumusan di atas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berpikir dalam penelitian ini, yaitu:

(20)

1.6.1. Konsep Politik Pembangunan

Dalam pengertian yang lebih luas terhadap makna politik, termasuk didalamnya adalah berupa decision making policy dan decision-enforcing processes. Politik pada umumnya lebih menunjukkan gambaran sebagai sebuah konflik. Politik sebagaimana yang dipergunakan dalam perdagangan bahwa politik merupakan sebuah proses pembuatan kebijakan-kebijakan politik pemerintah. Namun sebagaimana pada umumnya politik adalah konflik atau paling tidak politik itu senantiasa berkaitan erat dengan konflik.

Pemikiran mengenai politik (politics) di dunia Barat banyak dipengaruhi oleh filsuf Yunani Kuno abad ke-5 SM. Filsuf seperti Plato dan Aristoteles menganggap politics sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat politik (polity) yang terbaik. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis.11

Konsep politik secara definisi belum ada kesepakatan umum oleh ilmuwan politik mengenai apa itu politik. Namun demikian para ilmuwan mencoba mencari pengertian yang dianggap sesuai, baik berdasarkan sejarah atau realitas dari pengertian apa itu politik. Merujuk pada American Polical Science Assosiation (APSA) maka akan ditemukan pengertian apa itu politik. Menurut APSA, Political Science is the study of governments, public policies, political procesess, and political behaviour. Penjelasan dari APSA ini adalah studi pemerintahan, kebijakan publik, proses politik dan perilaku politik.12

Pengertian ini merupakan gabungan antara beberapa defenisi yang berbeda mengenai hakekat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non-konstitusional.

Ada beberapa cara pandang mengenai politik:13

11 Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hal 15.

12 Op.cit. Warjio, Ph.D, Warjio, Ph.D. Politik Pembangunan, Paradoks, Teori, Aktor , dan Ideologi hal 84-86.

13 P. Anthonius Sitepu, 2012, Teori-Teor Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal 8-13.

(21)

1. Cara Pandang Klasik

Pandangan klasik melihat bahwa politik itu sebagai suatu asosiasi atau perhimpunan dari warga negara yang berfungsi untuk membicarakandan menyelenggarakan hal ikhwal yang menyangkut kebaikan bersama dari seluruh anggota masyarakat.

2. Cara Pandang Kelembagaan

Cara pandang ini melihat politik sebagai sesuatu hal yang berkaitan erat dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan.

3. Cara Pandang Kekuasaan

Dalam cara pandang yang ketiga ini, politik dilihat sebagai kegiatan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Oleh karena itu ilmu politik, dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari hakikat, kedudukan dan penggunaan kekuasaan dimanapun kekuasaan itu berada.

4. Cara Pandang Fungsionalisme

Fungsionalisme memandang politik sebagai kegiatan untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan umumatau kebijakan publik. Politik itu merupakan kegiatan para elit politik untuk membuatdan melaksanakan kebijakan publik (public policy).

5. Cara Pandang Konflik

Menurut pandangan ini, politik itu dilihat sebagai konflik. Dalam mana politik itu adalah kegiatan untuk mempengaruhi proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum atau keputusan politik tidak lain adalah sebagai upaya untuk mendapatkan dan mempertahankan nilai-nilai. Maka dalam memperjuangkan nilai-nilai itu, upaya-upaya kearah hal itu sering kali terjadi friksi-friksi atau perbedaan-perbedaan pendapat, perdebatan, persaingan, dan bahkan terjadinya pertentangan yang bersifat fisik diantara berbagai pihak.

Ditinjau dari segi konsep, pembangunan politik adalah satu terminologi yang merupakan gabungan konsep politik dan pembangunan. Kedua konsep tersebut, dalam beberapa kajian diperlakukan berbeda. Namun sebenarnya kedua konsep itu memiliki hubungan.

(22)

Didalam konsep pembangunan, ditinjau dari segi bahasa, pembangunan adalah terjemahan dalam Bahasa Indonesia dari Bahasa Inggris, development.

Kata development diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan disesuaikan dan diterjamahkan dalam bahasa lokal. Menurut Harris (Warjio, 2016) secara fundamental konsep pembangunan berasal dari ilmu biologi yang menumpuhkan pada analisis lahir, tumbuh, berkembang dan kemudian mati. Namun, demikian perkembangan selanjutnya pembangunan justru digunakan dalam berbagai ilmu seperti ilmu sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi, serta juga seni. Menurut Arif Budiman (Warjio, 2016), di Indonesia kata pembangunan sudah menjadi kata kunci dalam berbagai hal. Secara umum kata ini diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masayarakat dan warganya. Sering kali kemajuan ini dimaksudkan adalah kemajuan dalam materil.14

Seringkali dikatakan bahwa pembangunan merupakan suatu proses yang dikaitkan dengan pandangan-pandangan atau cita-cita yang optimis sifatnya.

Pandangan-pandangan atau cita-cita tersebut pada umumnya hendak diwujudkan dalam usaha-usaha untuk mencapai taraf kehidupan materil dan spiritual yang lebih baik daripada keadaan yang telah dicapai.

Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk menaikkan taraf atau tingkat hidup, dan dapat pula dikatakan bahwa pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu kehidupan. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai derajat dipenuhinya kebutuhan dasar, pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dengan lebih baik.15 Jadi di dalam konsep pembangunan termaktup usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Dengan demikian pembangunan dapat dikategorikan sebagai perubahan yang direncanakan (perubahan berencana). Perubahan berencana adalah perubahan yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan tersebut. Pembangunan mencakup konsep yang amat luas.

Ia dapat mengenai apa saja, termasuk didalamnya ekonomi, politik, kebudayaan, hukum dan sebagainya.16

14 Op.cit. Warjio, Ph.D, Warjio, Ph.D. Politik Pembangunan, Paradoks, Teori, Aktor , dan Ideologi hal 90-91.

15 Lihat Otto Soemarwoto dalam buku Soleman b. Taneko (1990:160)

16 Soleman b. Taneko, SH., 1990, Struktur Dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan, Jakarta: Rajawali, hal. 160.

(23)

Demi kelangsungan pembangunan sangat diperlukan kemauan keras untuk membangun. Kemauan yang keras tersebut tidaklah semata-mata didasarkan pada hasrat untuk memperoleh keuntungan material belaka. Dengan demikian dalam pembangunan, keikutsertaan masyarakat merupakan unsur yang cukup penting.

Masyarakat secara aktif harus ikut serta memecahkan masalah-masalah dan senantiasa memiliki sikap yang terbuka bagi pikiran-pikiran yang menghendaki adanya pembangunan.

Dari pemaparan mengenai konsep politik dan pembangunan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kedua konsep tersebut memiliki hubungan dan makna yang saling bertautan dan dibentuk dalam apa yang disebut dengan proses politik.

Ditinjau dari segi konsepnya, Politik Pembangunan adalah satu terminologi yang merupakan gabungan antara konsep politik dan pembangunan. Politik pembangunan secara filosif merupakan sebuah konsep yang lebih mendalam dalam memahami realitas politik dalam pembangunan.

Politik pembangunan bukan saja mengenai cara atau strategi yang hendak dicapai dalam pembangunan tetapi juga pemikiran atau ideologi yang termaktub dalam pembangunan dari strategi dan cara yang dijalankan itu.17

Untuk memahami politik pembangunan menurut Warjio dalam Buku Politik Pembangunan Paradoks, Teori, Aktor, dan Ideologi, mengasumsikan bahwa siapa yang terlibat dalam pembangunan apakah ia individu, kelompok, atau bahkan negara dan tentu saja internasional, ingin mendapatkan sesuatu dari pembangunan dengan cara-cara atau strategi tertentu. Maka dalam politik pembangunan ada beberapa hal yang ditegaskan terkait pertanyaan tentang: siapa (who), apa (what) bagaimana (how) dan mendapat apa (get what).18

Untuk memahami tentang rumusan tersebut, dapat dijelaskan: Siapa, menyangkut setiap individu, kelompok atau lembaga/negara yang secara lahiriah adalah insan politik. Setiap insan politik memiliki keinginan-keinginan politik;

karena mereka adalah zoon politicon. Bukan saja untuk menegaskan eksistensinya tetapi juga untuk mencapai keinginannya itu. Oleh karenanya, ketika terlibat dalam pembangunan ia akan mewujudkan eksistensinya dan

17 Warjio, Ph.D., 2013, Dilema Politik Pembangunan PKS Islam dan Konvensional, Medan: Perdana Publishing, hal 14.

18 Op.cit. Warjio, Ph.D, Warjio, Ph.D. Politik Pembangunan, Paradoks, Teori, Aktor , dan Ideologi hal 111.

(24)

keinginannya itu. Mereka inilah yang disebut aktor-aktor pembangunan. Apa, adalah mengenai satu isu, topik tertentu yang menyangkut atau berkaitan dengan politik pembangunan. Misalnya, isu birokrasi, pertanahan, lingkungan, pemikiran, sumber daya manusia, dan partai politik. Isu-isu ini tentu akan menjadi satu topik atau fokus penelitian atau analisi dalam bidang poitik pembangunan. Bagaimana, cara-cara atau strategi yang digunakan oleh individu, lembaga atau negara, swasta, ataupun sipil dalam meraih tujuan dalam politik pembangunan. Setiap individu atau kelompok atau lembaga/negara memiliki ciri atau strategi/cari dalam meraih tujuan pembangunan yang ingin diraihnya. Ruang, waktu, juga figur sangat mempengaruhi bagaimana strategi itu digunakan. Mendapat apa, hasil yang dicapai atau diraih dalam pelaksanaan politik pembangunan yang dilakukan oleh aktor-aktor politik pembangunan itu. Hasil-hasil ini bisa berupa jabatan, ekonomi, atau kekayaan, konsesi-konsesi tertentu atau mungkin kekuasaan.19

Politik pembangunan sebagai suatu konsep diperlukan untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya. Cara atau strategi tertentu ini dapat dilakukan oleh negara, institusi/organisasi ataupun partai politik dan juga oleh individu ataupun kelompok masyarakat sipil. Oleh yang demikian, sesungguhnya pembangunan pada dasarnya adalah hasil dari proses politik yang dilakukan aktor-aktor didalamnya.

Adapun variabel-variabel politik pembangunan, sebagai berikut:20 1. Adanya Aktor-aktor pembangunan

Aktor-aktor pembangunan adalah syarat mutlak dari politik pembangunan.

Aktor-aktor pembangunan adalah mereka yang mengambil peran sentral dan menentukan dalam proses pembangunan. Mereka ini bisa merupakan individu, kelompok, atau negara.

2. Adanya Kekuasaan

Adanya kekuasaan menjadi syarat penting dalam pembangunan. Tanpa kekuasan sulit bagi individu, kelompok atau negara mengintervensi pembangunan. Dengan kekuasaan tujuan pembangunan dapat dilaksanakan.

19 Ibid hal 111-114.

20 Ibid hal. 141-142.

(25)

Kekuasaan adalah apa yang dimiliki oleh aktor pembangunan untuk merealisasikan tujuan dari pembangunan itu baik dalam bentuk hard power maupun soft power.

3. Adanya Sistem

Adanya sistem diperlukan dalam pembangunan. Hal ini disebabkan sistem dapat menggerakkan sebuah pola yang dikehendaki dalam pembangunan. Sebuah sistem atau lebih akan memengaruhi bagaimana pembangunan dijalankan dan mencapai tujuan.

4. Adanya Ideologi

Ideologi menjadi syarat mutlak dalam politik pembangunan.ideologi menggerakan pembangunan karena didalamnya terkandung semangat ataupun cita-cita. Ideologi adalah semangat yang menjadi penggerak aktor pembangunan untuk meraih tujuan.

5. Intervensi Asing

Intervens asing adalah syarat sentral dari bekerjanya politik pembangunan.

Intervensi asing adalah sesuatu intervensi yang berasal dari satu kelompok, sistem atau pun negara tertentu yang berfungsi untuk mnegendalikan. Intervensi asing atau pengaruh asing adalah aktor pembangunan yang berasal dari luar yang mendukung rencana pembangunan yang dimainkan oleh aktor pembangunan dari dalam dan memiliki tujuan-tujuan tertentu. Mereka memilki hubungan khusus dan kepentingan yang saling menguntungkan dan di satu sisi mungkin ada ketergantungan.

Politik memiliki skop yang luas dan dapat dijelaskan dengan berbagai pendekatan. Upaya untuk memahami pembangunan dalam perspektif politik, telah diupayakan oleh kalangan sosial. Ada prasyarat penting yang harus dijadikan patokan dalam politik pembangunan di Indonesia. Hal ini dianggap sangat tergantung dari pengaruh tujuh masalah pokok, yaitu: masalah peranan militer;

masalah peranan partai-partai politik, golongan karya dan pemuda mahasiswa dalam politik; proses integrasi nasional antara suku-suku bangsa atau golongan- golongan minoritas-mayoritas dan proses perkembangan pengertian antara golongan-golongan beragama yang berbeda-beda; masalah perbedaan kota-desa

(26)

dalam politik; masalah hubungan pusat dan daerah; masalah komunikasi politik;

dan masalah hubungan dengan luar negeri.21

Ada empat basis analisis yang dapat digunakan dalam menganalisis politik pembangunan, yaitu:22

1. Analisis Berbasis Ide (PI)

Analisis terhadap politik pembangunan dapat dilakukan melalui ide. Ide dalam politik pembangunan adalah hal dasar yang dimiliki oleh setiap aktor pembangunan. Ide ini kemudian diimplementasikan dalam pembangunan melalui program-programnya. Sayangnya, pendeketan ide dalam politik pembangunan jarang sekali digunakan sebagai sebuah pendekatan. Hal ini disebabkan, pembangunan lebih difokuskan atau dianalisis pada persoalan fisik saja.

2. Pendekatan Ekonomi Politik Internasional

Pendekatan ekonomi politik internasional didasarkan pada satu pemahaman paradigma pembangunan model Barat. Dalam penerapan paradigma pembangunan model Barat ini satu pendekatan dilakukan yaitu apa yang disebut sebagai “global setting”. Dalam konteks “global setting” ini kekuatan-kekuatan politik internasional memengaruhi ataupun mengintervensi kebijakan-kebijakan pembangunan suatu negara.

3. Pendekatan Sejarah Politik

Berpikir dengan perspektif sejarah memberikan rana masa lalu sebagai wahana untuk membangunan masa depan untuk kepentingan-kepentingan politik.

pendekatan sejarah menjelaskan dari segi mana kajian sejarah hendak dilakukan, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-usur mana yang diungkapkan dan lain sebagainya. Salah satu yang digunakan di dalam memahami sejarah adalah sejarah politik. secara umum, sejarah politik berfokus pada peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan negara-negara proses politik formal. Sejarahpolitik dalam implikasinya dalam politik pembangunan menjadi satu perspektif yang menekankan bagaimana kekuasaan-kekuasaan pada masa lalu baik yang dilakukan oleh negara, institusi ataupun individumelakukan pembangunan di sisi lain, kekuasaan yang ada sekarang ini lewat penguasa melegitimasikan sejarah itu untuk kepentingan dan kesinambungan kebijakan pembangunan yang dijalankan.

21 Ibid hal 153.

22 Ibid hal 154-162.

(27)

4. Analisis Berbasis Politik-Ekonomi-Moral (PEM)

Analisis PEM ini dikembangkan oleh Mohtar Mas’oed. Menurut Mohtar Mas’oed, pada umumnya analisis-analisis yang digunakan dalam menganalisis politik pembangunan ada tiga, yaitu:

 Politik sebagai Panglima (PSP)

Memprioritaskan pertimbangan politik dalam proses pembangunan dan menekankan peranan negara yang diwakili oleh para birokratnya, sebagai aktor utama pembangunan. Negara, yang didukung oleh mekanisme kekuasaan politik dan dituntut oleh ideologi “statist’, dipandang sebagai satu-satunya pelaku yang mampu melakukan intervensi ke dalam proses pembangunan ekonomi demi mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam proses itu. Karena itu, pembangunan yang berhasil hanya mungkin kalau dijamin oleh negara yang kuat.

Dengan kata lain, esensi dari proses pembangunan adalah pembinaan kekuatan negara.

 Ekonomi sebagai Panglima (ESP)

Mengutamakan peranan pengusaha dan korporasi dalam proses pembangunan. Para aktor ini dibayangkan melakukan alokasi sumber daya dan pembuatan keputusan ekonomi lain berdasar pertimbangan pasar, yaitu mengikuti dinamika kekatan permintaan dan penawaran.

 Moral sebagai Panglima (MSP)

Pada analisis ketiga ini di kalangan cendekiawan dipandang masih lemah keberadaannya. Cara paling efektif untuk menangani persoalan kemiskinan yang dihadapi rakyat adalah dengan membantu mereka menemukan kekuatan mereka sendiri. Untuk itu wewenang pembuatan keputusan mengenai pembangunan, yang selama ini dimonopoli oleh pemerintah harus dikembalikan kepada rakyat ataupun komunitas lokal.

Untuk dapat mengarahkan dan mendorong proses pembangunan nasional, maka diperlukan satu perencanaan yang terpusat, dimana perencanaan pembangunan tersebut dilakukan secara mengikat dengan menggunakan kewenangan pemerintah dan kekuatan politik sebagai landasan utama.

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai upaya untuk menghubungkan

(28)

pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidah ilmiah ke dalam praksis dalam perspektif kepentingan orang banyak atau publik dalam pembangunan.

Pembangunan berencana mengandung banyak dimensi atau unsur. Salah satu unsur yang penting dalam pembangunan berencana adalah perencanaan itu sendiri. Perencanaan pada umumnya dipandang sebagai suatu metode untuk menggariskan tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapainya. Perencanaan adalah proses dalam menyiapkan seperangkat keputusan mengenai tindakan dikemudian hari, yang ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan menggunakan cara-cara optimal. Defenisi ini mengandung 7 unsur:23

1. Dengan perencanaan adalah proses, yang dimaksud ialah, bahwa ada kegiatan yang berjalan terus menerus untuk mencapai keputusan-keputusan tertentu. Di dalam proses seperti itu dengan sendirinya akan nampak ada tahap- tahap.

2. Menyiapkan keputusan mengandung arti, bahwa biasanya instansi yang merencanakan dan instansi yang melaksanakan itu berbeda. Kalau tidak seperti itu, setidak-tidaknya kegiatan-kegiatan itu berbeda.

3. Seperangkat keputusan menunjuk kenyataan, bahwa perencanaan itu mengenai bermacam-macam keputusan tentang kegiatan yang berbeda-beda, yang satu sama lain ada kaitannya.

4. Perencanaan it bertujuan untuk menetapkan keputusan mengenai tindakan.

Yang menjadi tujuan ialah kegiatan untuk mencapai tujuan dan bukan misalnya untuk mencapai pengetahuan itu sendiri.

5. Anasir “dikemudian hari” menunjukkan bahwa masalahnya mengenai hal- hal yang masih harus dicapai. Jadi masih ada ketidaktentuan tentang kemungkinan dan cara-caranya untuk mencapai tujuan-tujuan itu.

6. Perencanaan itu ditujukan untuk mencapai tujuan. Jadi tujuan itu harus ditetapkan, agar kegiatan-kegiatan dapat direncanakan.

7. Adapun anasir “cara-cara yang optimal” itu merupakan anasir yang sangat esensial dalam perencanaan. Ini mengandung makna, bahwa cara-cara itu harus diseleksi secara rasional, agar tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sebaik- baiknya.

23 Op.cit. Soleman b. Taneko, SH, hal 161-162.

(29)

Dengan demikian jelaslah bahwa perencanaan itu pertama-tama ialah suatu prosedur untuk mengambil keputusan mengenai jenis-jenis kegiatan tertentu.

Perencanaan dapat jua berarti penerapan teknik-teknik tertentu untuk mempermudah penentuan keputusan.

Ditinjau dari jenisnya, perencanaan pembangunan dapat dibagi dua, yaitu:24

1. Perencanaan Sentralistik

Pada negara dengan sistem perencanaan sentralistik, semua keputsan dan kebijakan pembangunan yang penting semuanya ditentukan oleh pemerintah pusat, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Adapun pemerintah hanya sebagai pelaksanaan dari kebijakan pusat, walaupun pada masing-masing daerah tersebut juga mempunyai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sendiri. Namun demikian, ada juga beberapa hal yang dapat diputuskan dan ditentukan sendiri oleh pemerintah daerah sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan pemerintah pusat.

2. Perencanaan Desentralistik

Sistem perencanaan desentarlistik yang lazim juga disebut sebagai bottom- up planning, kewenangan pemerintah daerah mempunyai peranan yang cukup penting disamping kewenangan pemerintah pusat. Keuntungan sistem perencanaan desentralistik ini adalah masyarakat lokal diberikan kewenangan yang cukup untuk dapat menentukan arah pembangunan daerahnya sendirisesuai potensi dan permasalahan pokok yang dihadapi oleh daerah bersangkutan.

Ada empat tradisi dalam proses perencanaan pembangunan:25 1. Policy Analysis Tradition

Perencanaan diarahkan untuk memberikan nasihat kepada pengambil keputusan dalam rangka perbaikan terhadap kebijakan yang sudah ada. Dalam tradisi ini, perencana tidak lebih hanya sebagai pemeberi perimbangan sehingga dianggap pendukung status quo.

24 Op.cit. Warjio, Ph.D, Warjio, Ph.D. Politik Pembangunan, Paradoks, Teori, Aktor , dan Ideologi hal 341.

25 Ibid hal: 346.

(30)

2. Social Reform Tradition

Perencana diarahkan untuk mengembangkan suatu mekanisme yang baru.

Perencana menginginkan misalnya pembentukan kelembagaanekonomi baru agar kesejahteraan masyarakat terus meningkat.

3. Social Learning Tradition

Perencanaan berjalan seiring dengan proses-proses yang terjadi dan berkembang dalam masyarakat.

4. Social Mobilization Tradition

Perencanaan dairahkan untuk mengganti atau mengubah sistem masyarakat melalui cara-cara memobilisasi menuju keadaan yang baru.

Pendekatan pembangunan juga menjadi fokus dalam perencanaan pembangunan. Ada dua cara perencanaan pembangunan:26

1. Pendekatan Sektoral

Dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut. Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah.

Pengelompokkan sektor-sektor dapat dilakukan berdasarkan kegiatan yang seragam yang lazim dipakai dalam literatur atau pengelompokkan berdasarkan administrasi pemerintahan yang menangani sektor tersebut. Pengelompokkan berdasarkan keseragaman kegiatan dan secara administrasi pemerintahan adalah sejalan, misalnya, sektor perindustrian dibawah departemen perindustrian dan sebagainya.

2. Pendekatan Regional

Pengelompokkan dapat dilakukan atas dasar batas administrasi pemerintahan, seperti kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa atas dasar wilayah pengaruh dari suatu pertumbuhan.

Dalam konteks perencanaan pembangunan dengan pendekatan politik, terdapat sebutan polycentric planning. Polycentric planning adalah sistem perencanaan dalam satu relasi yang kompleks dari persoalan ekonomi dengan

26 Ibid. hal 346-347.

(31)

elemen-elemen riil politik yang memberikan efek langsung terhadap perencanaan.

Dalam polycentric planning, hubungan antara politisi dan perencana pembangunan ada hubungan timbale balik antara perencanaan (perencana), pembuatan kebijakan (politisi), dan pelaksanaan (administrator). Oleh karena itu, perencana tidak dapat mengisolasi dirinya dari sosial, administratif dan, khususnya, lingkungan politik dimana ia harus beroperasi (planner).27

Perencanaan pembangunan dilahirkan oleh banyak kepentingan yang mempertemukan aktor-aktor yang terlibat dalam perencanaan pembangunan. Para politisi, eksekutif (perencana pembangunan) dan kelompok-kelompok kepentingan lain bertemu untuk membicarakan kepentingan mereka masing- masing melalui pembangunan. Para politisi ikut terlibat karena mereka ingin mendapatkan proyek-proyek pembangunan yang dapat memberikan legitimasi kekuasaan mereka. Mereka melakukan ini biasanya bekerja sama dengan eksekutif atau pemerintah dengan cara melakukan intervensi-intervensi tertentu.

Demikian juga dengan eksekutif, mereka akan semakin dipercaya masyarakat dan dengan itu dapat melestarikan kekuasaan khususnya di Kota Medan.

Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong munculnya politik perencanaan pembangunan. Pertama, sejarah dan dorongan kemajuan. Tidak dapat dimungkiri bahwa perencanaan pembangunan senantiasa menjadi bagian dari sejarah suatu bangsa khususnya setelah merdeka yang biasanya diwarnai oleh dinamika politik, gejolak ekonomi dunia dan diskontinuitas rezim yang kerap diwarnai pergantian dan perubahan konstitusi.

Kedua, tragedi politik. tragedi-tragedi politik atau kejadian-kejadian politik biasanya dijadikan sebagai dasar dari rezim penguasa untuk melakukan politik pembangunan. Tragedi politik ini biasanya muncul atau dimunculkan untuk kepentingan kelompok tertentu sehingga ia bisa merancang kembali perencanaan pembangunan dan ditujukan untuk memberi kesempatan kepada kelompok tertentu demi kemajuan kelompok tertentu.

27 Ibid. hal 351.

(32)

Dalam perencanaan pembangunan, para aktor juga hadir untuk mengisi, mengintervensi, dan memengaruhi rencana-rencana pembangunan yang akan dijalankan. Dapat berasal dari “luar” atau dari dalam.

Dari luar dimaksudkan dengan mereka yang berperan dan memiliki kepentingan dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Adapun aktor politik pembangunan yang dari dalam adalah para pimpinan atau elite pemerintahan dan juga masyarakat atau elite lokal dari satu wilayah atau negara, seperti presiden/wakil, para gubernur, bupati, walikota, DPR atau DPRD, LSM maupun tokoh adat dan kelompok kepentingan lain. Di tingkat lokal atau daerah, para gubernur, bupati, walikota, para pengusaha, kelompok elite, DPRD adalah para aktor yang berpengaruh dalam memainkan perencanaan pembangunan di daerah.

Dalam konteks perencanaan pembangunan, administrator memiliki peran ganda; ia harus bisa menjadi seorang politikus, wiraswasta, bisnis eksekutif dan juga sebagai perencana. Sebagai politikus, ia harus pandai memainkan peran- peran politik, sehingga perencanaan pembangunan bisa mencapai tujuan dan memberikan ruang partisipasi yang lebih luas kepada masyarakat; kepada pimpinan kelompok masyarakat dan kelompok kepentingan lain. Sebagai seorang wiraswasta, ia harus berperan aktif dan menjadi inovator sebagaimana layaknya wiraswasta; menyediakan sejumlah uang untuk diinvestasikan dan membiayai sejumlah program pembangunan. Sebagai seorang pengusaha, ia harus mampu mengawasi berbagai proyek atau program yang telah dibuat dan mengendalikannya; meminta laporan dan mengaudit program, mencari pasaran dan melatih, serta memberi penghargaan. Dan sebagai perencana, administrator harus pandai mengalokasikan usaha dan sumber daya diantara alternatif yang digunakan.

Pembangunan merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan pemerintah untuk mencapai suatu tujuan negara yaitu menjadi berkembang dan mensejahterakan masyarakatnya. Segala bentuk upaya pembangunan yang dilakukan pemerintah tentu tidak terlepas dari peran penting warga negaranya, karena pada hakikatnya pembangunan ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan pemerataan kesejahteraan material dan spiritual.

(33)

Perencanaan pembangunan daerah dapat didefenisikan sebagai sebuah proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan dan program pembangunan daerah oleh pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota. Perencanaan pembangunan daerah disusun merupakan perwujudan atas desentralisasi terhadap berbagai kewenangan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan politik dan pengelolaan pembangunan dari pusat ke daerah. Perencanaan pembangunan merupakan bagian penting dalam kegiatan pembangunan oleh pemerintah. Dari perencanaan itu, proses kegiatan pembangunan berjalan sesuai dengan arah yang ditentukan.

Politik perencanaan pembangunan daerah merefleksikan dua kekuasaan, yaitu:28

1. Kekuasaan Pusat

Walaupun daerah memiliki otonom, dan sebenarnya tidak semua, tetap saja kedudukan daerah adalah tetap bagian dari pemerintah pusat. Artinya, pusat masih memiliki kekuasaan terhadap daerah dan dengan itu, maka sesungguhnya perencanaan pembangunan di daerah merupakan bentuk dan simbol hegemoni pusat terhadap daerah utama dengan program-program pembangunannya. Ada beberapa alasan yang bisa disebutkan terkait program pembangunan yang diluncurkan pusat terhadap daerah melalui perencanaan pembangunan.

Pertama, mengusahakan spreading effect di daerah-daerah yang telah dalam usaha pembangunan. Kedua, bersifat confensatory programmes, dari sektor modern dengan laju pertumbuhan yang cukup tinggi ke sektor-sektor yang relatif masih rendah pertumbuhannya. Bagian penerimaan negara dari sektor modern disalurkan ke sektor yang lebih tradisional. Ketiga, bersifat matching principle karena dengan penyaluran dana pembangunan dari pemerintahan pusat dengan dana dan daya dari daerah. Keempat, keterlibatan masyarakat daerah dengan perluasan kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan. Kelima, peningkatan kemampuan dalam perencanaan karena bersifat densentralisasi bertahap melalui pemberian pedoman penggunaannya.

28 Ibid. hal. 366-369.

(34)

Jadi dapat dikatakan bahwa politik perencanaan pembangunan daerah sesungguhnya juga bagian atau refleksi dari hegemoni politik pembangunan nasional.

2. Kekuasaan Daerah

Adapun kekuasaan daerah dalam konteks perencanaan pembangunan adalah kekuasaan yang dimiliki oleh daerah untuk menentukan sendiri perencanaan pembangunan daerahnya secara otonom tanpa banyak harus dipengaruhi atau intervensi dari pusat. Dalam satu sistem negara yang telah mengembangkan demokrasi terhadap daerah, biasanya peran-peran pemimpin daerah lebih besar di satu sisi mengurangi peran-peran pemerintah pusat. Namun demikian, bukan berarti mereka sama sekali tidak berhubungan atau tidak terkait dengan kepentingan pusat.

Seberapa jauh kekuasaan daerah dalam perencanaan pembangunan dan meminimalkan peran pusat di daerah dangat tergantung dengan beberapa hal yaitu:

Pertama, kedudukan daerah. Kedudukan atau status daerah sangat menentukan untuk mengukur seberapa jauh daerah dapat secara kuat menguatkan hegemoninya khususnya dalam perencanaan pembangunan.

Kedua, identitas atau ciri khusus daerah. Identitas atau ciri khusus daerah ini biasanya juga didasarkan pada identitas atau sejarah daerah namun mereka bukanlah daerah istimewa atau khusus.

Ada dua kondisi yang memengaruhi proses perencanaan pembangunan daerah, yaitu, pertama, tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri yang memengaruhi kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya;

dan kedua, kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatau negara dipengaruhi oleh setiap sektor yang berbeda-beda.29

Perencanaan pembangunan yang disusun oleh suatu daerah merupakan perwujudan atas desentralisasi terhadap berbagai kewenangan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan politik, dan pengelolaan pembangunan dari pusat ke daerah. Perencanaan pembangunan daerah juga mensyaratkan partisipasi

29 Ibid. hal 369.

(35)

masyarakat, disamping tentu saja pemerintah. Tujuannya adalah untuk menguatkan tingkat kepercayaan (akuntabilitas) dan rasa kepemilikan masyarakat terhadap daerah.

1.7. Metodologi Penelitian

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif (melukiskan). Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data- data yang ada. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena.30

Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, seta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel yang menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. Karenanya pada penelitian deskriptif tidak menggunakan atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti yang dilakukan pada penelitian ekspalanatif berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.31

1.7.1. Jenis Penelitian

Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi penelitian kualitaif ini adalah konsekuensi metodologis dari penggunaan metode deskriptif. Bog dan dan Taylor mengungkapkan bahwa ”metodelogi kualitaif”

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.32 Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses penjaringan

30 Bambang Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 42.

31 Faisal, Sanafiah. 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hal. 20.

32 Natsir, Mohammad. 1983. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia. hal. 105.

(36)

informasi dari kondisi sewa jarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis.

1.7.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan, provinsi Sumatera Utara. Dalam hal pengumpulan data maupun informasi, maka rumusan lokasi penelitian ini yaitu kantor DPRD kota Medan dan Kantor WALHI( Wahana Lingkungan Hidup) dan Universitas Sumatera Utara.

1.7.3. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh langsung kepada sumbernya, misalnya dengan mewawancarai Dinas Tata Ruang Wilayah Kota Medan, Pakar AMDAL Sumatera Utara dan Wahana Lingkungan Hidup (Wallhi Sumut). Dan data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber seperti buku, majalah, laporan, jurnal, dan lain-lain.

1.7.4. Teknik Analisis Data

Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 (empat) bab, yakni:

(37)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN DAN PROFIL PODOMORO

Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu deskripsi wilayah kota Medan, dan Tata Ruang kota Medan.

BAB III : KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA MEDAN TERKAIT IZIN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN PODOMORO Bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta yang diperoleh dari wawancara buku-buku, jurnal, majalah, koran, serta internet dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data dan fakta tersebut.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta berisi kemungkinan adanya saran- saran yang peneliti peroleh setelah melakukan penelitian.

(38)

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN DAN PROFIL PODOMORO

2.1. Profil Kota Medan

Kota Medan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera dan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan dan Bandar Udara Internasional Kuala Namu yang merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia. Akses dari pusat kota menuju pelabuhan dan bandara dilengkapi oleh jalan tol dan kereta api.

Medan adalah kota pertama di Indonesia yang mengintegrasikan bandara dengan kereta api. Berbatasan dengan Selat Malaka menjadikan Medan kota perdagangan, industri, dan bisnis yang sangat penting di Indonesia. Kota Medan juga merupakan pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba.33

Medan berawal dari sebuah kampung yang didirikan oleh Guru Patimpus di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura. Hari jadi Kota Medan ditetapkan pada tanggal 1 Juli 1590. Selanjutnya pada tahun 1632, Medan dijadikan pusat pemerintahan Kesultanan Deli, sebuah kerajaan Melayu. Bangsa Eropa mulai menemukan Medan sejak kedatangan John Anderson dari Inggris pada tahun 1823.

Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah

33 https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan diakses pada tanggal 26 Januari 2018 pukul 13.45 wib.

(39)

kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumi putra, dan seorang Tionghoa.34

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.

Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.35

Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat. Letak Kota Medan memang strategis.

Kota ini dilalui Sungai Deli dan Sungai Babura. Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Keberadaan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang cukup modern sebagai pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor), menjadikan Medan sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat.

Medan, yang genap berusia 426 tahun pada tanggal 1 Juli 2016, berkembang menjadi kota metropolitan. Pemerintah Kota Medan pun berambisi memajukan kota ini semaju kota-kota besar lainnya, tidak saja seperti Jakarta atau Surabaya di

34 Ibid.

35 Ibid.

Gambar

Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan di Kota Medan

Referensi

Dokumen terkait

Suzuki Indomobil Motor

milling adalah metode yang lebih baik dari pada dry milling untuk mendapatkan. produk yang lebih halus karena molekul pelarut yang teradsorpsi

Hasil observasi yang telah dilakukan pada ruangan, timbang terima telah dilakukan sesui dengan alur, dimana pelaksanaan timbang terima dimulai

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena potensi produksi Eucheuma cottonii yang cukup tinggi, sehingga perlu adanya metode yang sederhana untuk

Hasil pengukuran daya hambat untuk kontrol negatif pelarut aquadest terhadap kedua bakteri uji, terlihat bahwa diameter daya hambat bernilai 0 mm untuk

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015

Rumi menilai akal melalui dua perspektif, dari satu sisi akal merupakan kapasitas yang memiliki tugas yang menakjubkan. Namun dari sisi lain, pada level yang