• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

PLURALISME AGAMA DALAM VIDEO MUSIK FOR THE LOVE OF GOD

(Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)

SKRIPSI

DAUD MANGATAS SIHITE 130904106

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

PLURALISME AGAMA DALAM VIDEO MUSIK FOR THE LOVE OF GOD

(Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

DAUD MANGATAS SIHITE 130904106

Program Studi : Public Relations

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini ditujukan untuk dipertahankan oleh:

Nama : Daud Mangatas Sihite NIM : 130904106

Judul Skripsi : PLURALISME AGAMA DALAM VIDEO MUSIK FOR THE LOVE OF GOD (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam

Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)

Medan, 08 April 2017

Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Hendra Harahap, M.Si., Ph.D Dra. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D NIP. 196710021994031002 NIP. 196505241989032001

Dekan FISIP USU

Dr. Muriyanto Amin, M.Si.

NIP. 197409302005011002

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Daud Mangatas Sihite NIM : 130904106

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : PLURALISME AGAMA DALAM VIDEO MUSIK FOR THE LOVE OF GOD (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :……… ( )

Penguji : ………... ( )

Penguji Utama : ……….….. ( )

Ditetapkan di : Medan Tanggal :

(5)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skrispsi ini adalah karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku

Nama : Daud Mangatas Sihite NIM : 130904106

Tanda Tangan :

Tanggal : 08 April 2017

(6)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Daud Mangatas Sihite NIM : 130904106

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exklusive Royalty-Free Rights) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Pluralisme Agama Dalam Video Musik For the Love of God (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan

oleh Steve Vai)”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa menerima izin dari saya selama tetap mencantuman nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan in saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : 08 April 2017

Yang Menyatakan

(Daud Mangatas Sihite)

(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul "Pluralisme Agama Dalam Video Musik For the Love of God (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai)". Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pluralisme agama ditampilkan dalam video musik For the Love of God. Video musik yang memadukan antara musik dan video ini merupakan suatu alat terpenting dalam industri musik untuk mempromosikan lagu dari artis. Video musik membawa penonton menikmati perpaduan lagu dan visual. Penonton diajak berimajinasi melalui komposisi lagu dan visual, sehingga penonton akan meninggalkan kesan tertentu dari video musik. Video musik For the Love of God merupakan video musik yang menceritakan tentang seberapa jauh seseorang untuk pergi terhadap cinta Tuhan. Video musik tersebut menarik karena membawa pesan pluralisme agama yang saat ini menjadi isu penting didunia yang semakin majemuk. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori yang relavan, yaitui Komunikasi, Komunikasi Massa, Video Musik, Pluralisme Agama, Semiotika, dan semiologi Roland Barthes. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan perangkat analisis semiologi Roland Barthes berupa signifikasi dua tahap: denotasi dan konotasi, yang kemudian dibagi dalam penanda, petanda, level denotasi dan level konotasi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa video musik For the Love of God adalah video musik yang memuat pluralisme agama dengan menampilkan keberagaman agama yang adalah suatu fakta bahwa ada tradisi pluralitas agama yang setiapnya memiliki keyakinan yang berbeda, praktek spiritual, tampilan etnis, dan bentuk kesenian.

Kata kunci: Pluralisme Agama, Video Musik, Semiotika

(8)

ABSTRACT

This study entittled "Pluralism of Religion in Music Video For the Love of God (Semiotics Analysis of Pluralisme of Religion in Music Video who is popularized by Steve Vai). The Purpose of this study is to find out how pluralisme of religion is featured in Music Video For the Love of God. Music video integrates music and video is an important tool in music industry to promote a song from artist. Music video brings audiences to enjoy between song and visual. Audiences are invited to imagine by composition of song and visual that make audiences will leave an something impression from musik video. Music Video For the Love of God is a story about how far someone go for the love of God. This music video is interesting that bring message of pluralism of religion that its big issue in this world which increase diverse currently.This study uses some relevant theory, namely; Communication, Mass Communications, Music Video, Pluralism of Religion, Semiotics, and Roland Barthes Semiology. This study uses a semiotic analysis by Roland Barthes semiology analysis tools such as the two order of signification; denotative and connotative, which is then divided into signifier, signified, denotative sign and connotative sign. The results of this study found that music video For the Love of God is music video that contains pluralism of religion by showing religion diversity which is a fact that there is plurality of religion tradition which each other has different faith, spiritual practice, etnic look, and form of art.

Keywords: Pluralism of Religion, Music Video, Semiotics

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sang Juru Selamat karena atas berkat dan rahmatNya yang berlimpah sehingga saya sebagai peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah skripsi ini. Adapun judul dari penelitian ini adalah Pluralisme Agama Dalam Video Musik For the Love of God (Analisis Semiotika Pluralisme Agama dalam Video Musik For the Love of God yang Dipopulerkan oleh Steve Vai). Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini dapat terselesaikan atas jerih payah peneliti dengan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang mendukung saya terutama kepada orangtua saya yakni bapak saya Manaor Sihite dan Ibu saya Masrida Purba, serta ketiga saudari saya yaitu Christine Manatha Sihite, Risma Indah Sihite, dan Tiurma Elfrida yang senantiasa selalu memberikan semangat dan menjadi semangat itu sendiri. Terimakasih untuk semua doa, kasih sayang dan kesabaran dalam mendukung peneliti menyelesaikan penelitian ini

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin,M.Si selaku Dekan FISIP USU.

2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati,M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen IlmuKomunikasi FISIP USU saat ini.

3. Bang Drs. Hendra Harahap M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing dalam pengerjaan skripsi ini, Terimakasih atas ilmu, arahan, kesediaan waktunya untuk mau membantu pengerjaan skripsi ini di tengah-tengah padatnya kesibukan dan kesabaran dalam mengajari penulis.

4. Professor Donald S. Lopez, selaku Chair of Department of Asian Languages and Culture, University of Michigan dan Georgios T. Halkias, Dphil Oxon selaku Director of Undergraduate Programme, Centre of Buddhist Studies,

(10)

University of Hong Kong yang memberikan pemahaman mengenai Agama Buddha.

5. Christopher Basaldu, Ph.D., Assistant Professor of Native American Studies, University Oklahoma yang memberikan pemahaman mengenai Native American Religion.

6. Professor David Levene, Chair of Department of Classics, New York University yang memberikan masukan mengenai Ancient Roman Religion.

7. Nova Roma selaku organisasi international yang sedang merekonstruksi Ancient Roman Religion yang membantu memberikan pemahaman peneliti mengenai Ancient Roman Religion.

8. Kak Hanim yang meluangkan waktunya untuk bisa membimbing peneliti.

9. Profesor Lusiana Andriani Lubis, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik.

10. Teman-teman seperjuangan di kampus dari semester satu hingga saat ini yaitu Devi, Nova, Lina, Nindi, Vera, Binsar, David, Daud, Bill, Ino, Erdian, Elma Bancin, Hileri, Selvio, Noni, Artha dan Desi. Kita bukan sekedar teman.

Kalian semua adalah keluarga ku.

11. Willy yang memberikan buku mengenai agama Buddha sehingga membantu peneliti memahami konsep agama Buddha lebih baik lagi.

12. Teman-teman satu bimbingan yaitu Bang Aulia dan Fanny Beatric yang selalu memberikan informasi mengenai skripsi.

13. Semua teman-teman Ilmu Komunikasi khususnya angkatan 2013 yang selalu berjuang bersama-sama dalam perkuliahan.

14. Setiap orang yang telah memberikan bantuan kepada penulis yang namanya tak dapat disebutkan satu per satu. Bahkan untuk setiap peristiwa hidup yang telah mengajarkan penulis tentang banyak hal agar lebih dewasa.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan kerendahan hati saya berharap para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata, terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang membantu penulis dalam

(11)

menjalani hingga menyelesaikan skripsi ini. Besar harapan penulis semoga skripsi yang diselesaikan ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan kita semua

Medan, 08 April 2016 Hormat Saya,

Daud Mangatas Sihite

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

ABSTRAK ... ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sejenis Terdahulu ... 7

2.2 Paradigma.. ... 9

2.3 Kerangka Teori... 10

2.3.1 Komunikasi ... 10

2.3.1.1 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik. ... 12

2.3.1.2 Konsep Komunikasi Berhubungan Dengan Agama. ... 14

2.3.2 Komunikasi Massa. ... 16

2.3.2.1 Fungsi Komunikasi Massa. ... 18

2.3.2.2 Konstruksi Sosial oleh Media. ... 19

2.3.3 Video Musik. ... 20

2.3.3.1 Lima Aspek Utama Video Musik. ... 22

2.3.3.2 Agenda Komersial Video Musik. ... 27

2.3.3.3 Pengeditan (Editing) Video Musik ... 30

2.3.3.4 Pengaturan (setting) Video Musik. ... 31

2.3.3.4.1 Mekanika Pengaturan (The Mechanics of Setting): Penggunaan Ruang, Pengaturan terhadap Musik, dan Pergerakan Kamera. ... 34

2.3.3.5 Interlude: Ruang, Warna, Tekstur, dan Waktu dalam Video Musik. ... 37

2.3.4 Teknik Pengambilan Gambar. ... 43

2.3.4.1 Ukuran gambar. ... 44

2.3.4.2 Sudut Kamera. ... 45

2.3.5 Pluralisme Agama. ... 45

2.3.5.1 Genealogi Pluralisme Agama. ... 48

(13)

2.3.5.2 Tipologi Pluralisme Keagamaan. ... 53

2.3.5.3 Penyebaran Pluralisme Agama : Imigran, Transnasionalisme, Media dan Internet... 54

2.2.6 Semiotika. ... 58

2.3.6.1 Semiotika Komunikasi. ... 61

2.3.6.2 Semiologi Roland Barthes... 62

2.3.6.3 Tanda. ... 64

2.3.6.4 Mitos. ... 66

2.3.6.4.1 Mitos Sebagai Sistem Semiologi. ... 67

2.3.6.4.2 Membaca dan Mendeteksi Mitos. ... 70

2.4 Kerangka Pemikiran. ... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi ... 73

3.2 Objek Penelitian ... 73

3.3 Subjek Penelitian ... 74

3.4 Unit Analisis ... 74

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 75

3.5.1 Studi Dokumenter ... 75

3.5.2 Studi Pustaka ... 75

3.6 Teknik Analisis Data ... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Steve Vai dan Video Musik For the Love of God. ... 77

4.1.1 Biografi Steve Vai. ... 77

4.1.2 Video Musik For the Love of God. ... 78

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 80

4.2.1 Analisis Scene Pertama ... 80

4.2.2 Analisis Scene Kedua ... 88

4.2.3 Analisis Scene Ketiga ... 101

4.2.4 Analisis Scene Keempat ... 111

4.2.5 Analisis Scene Kelima... 117

4.2.6 Analisis Scene Keenam. ... 125

4.3 Mitos dan Pembahasan ... 142

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 146

5.2 Saran ... 147 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 3.1 Tabel Unit dan Level Analisis ... 74

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Gambar Peta Tanda Roland Barthes ... 64

4.1 Gambar Steve Vai ... 77

4.2 Scene Pertama ... 80

4.3 Gambar 1 Scene Pertama ... 81

4.4 Gambar 2 Scene Pertama ... 82

4.5 Gambar 3 Scene Pertama ... 83

4.6 Scene Kedua. ... 88

4.7 Gambar 1 Scene Kedua. ... 90

4.8 Gambar 2 Scene Kedua. ... 91

4.9 Gambar 3 Scene Kedua. ... 92

4.10 Gambar 4 Scene Kedua. ... 93

4.11 Gambar 5 Scene Kedua. ... 94

4.12 Scene Ketiga. ... 101

4.13 Gambar 1 Scene Ketiga. ... 102

4.14 Gambar 2 Scene Ketiga. ... 103

4.15 Gambar 3 Scene Ketiga. ... 104

4.16 Gambar 4 Scene Ketiga. ... 105

4.17 Gambar 5 Scene Ketiga. ... 106

4.18 Scene Keempat. ... 111

4.19 Gambar 1 Scene Keempat. ... 112

4.20 Gambar 2 Scene Keempat. ... 113

4.21 Gambar 3 Scene Keempat. ... 114

4.22 Scene Kelima. ... 117

4.23 Gambar 1 Scene Kelima. ... 118

4.24 Gambar 2 Scene Kelima. ... 119

4.25 Gambar 3 Scene Kelima. ... 120

4.26 Scene Keenam. ... 125

4.27 Gambar 1 Scene Keenam. ... 127

4.28 Gambar 2 Scene Keenam ... 128

4.29 Gambar 3 Scene Keenam. ... 129

4.30 Gambar 4 Scene Keenam. ... 130

4.31 Gambar 5 Scene Keenam. ... 131

4.32 Gambar 6 Scene Keenam. ... 132

4.33 Gambar 7 Scene Keenam. ... 133

4.34 Gambar 8 Scene Keenam. ... 134

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Pada bulan Agustus 1981 jaringan Music Television atau yang lebih dikenal dengan MTV mulai menayangkan video musik rock selama 24-jam dalam sehari untuk para pelanggan televisi kabel di seluruh Amerika Serikat. Pada akhir 1984 seperempat rumah tangga Amerika menonton saluran MTV dan membuat video musik menjadi penting dalam pasar rekaman di Amerika Serikat.

Kemunculan MTV pada tahun 1981 juga membantu menarik industri musik keluar dari kehancurannya pada tahun 1979. Tidak seperti radio dan televisi, video musik juga menyediakan instruksi tentang bagaimana untuk menari dan apa yang akan dikenakan untuk menjadi tren modis. Remaja juga menggunakan video musik untuk stimulasi atau dukungan dalam situasi sosial, menunjukkan mereka menjalankan peran dalam interaksi teman sebaya mereka.. (Brown, Campbell &

Fischer, 1986 ; Vivian, 1997; Baran . 2012 ).

Di zaman modern, music video telah menjadi hobi favorit penting karena keringkasannya, kenyamanan, dan kemampuan untuk membawa pengalaman baik audio dan visual untuk penonton. Meskipun video musik tidak lagi strategi utama program MTV, video musik dapat diakses melalui MTV.com dan pada jaringan MTV2, serta bentuk lainnya (misalnya, VH1, BET, iTunes, Youtube). Dengan kehadiran youtube dan percepatan internet membuat sekarang ini video musik sangat mudah diakses dan dapat dinikmati berulang kali. video musik dapat menunjukkan atau mengandung berbagai banyak isu dari berbagai dunia. Video musik dapat membawa isu dan ideologi dalam masyarakat yang dapat membentuk kesadaran atau ketidaksadaran. (Shiliang Zhang, dkk 2010; Frazier, 2013;

Khairunnisa, 2013).

Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan jangkauan internet dan konvergensi teknologi begitu pesat. Akses yang intens terhadap media sosial menjadi kebutuhan sekaligus gaya hidup. Akibatnya, tidak sedikit pihak yang memanfaatkan Youtube sebagai media untuk mempropagandakan ide-ide mereka.

(17)

Selain karena mudah dan murah, aksesibilitas Youtube semakin meningkat.

Streaming video kini tak hanya bisa dinikmati lewat komputer pribadi saja, melainkan juga lewat komputer jinjing (laptop), ponsel pintar (smartphone), dan tablet.

Video musik adalah bagian besar dari budaya Amerika dan populer. Video musik menyediakan publik dengan cerita-cerita di balik lagu-lagu populer dan perkenalan dan / atau penampilan dari artis dikagumi. video musik telah menambahkan aspek visual untuk industri musik yang memungkinkan orang untuk merasa seolah-olah mereka adalah bagian dari kemewahan dan glamor dari dunia hiburan, bahkan jika hanya untuk lima menit. Dalam kasus penonton berat, adalah mungkin bahwa penonton dapat mengembangkan hubungan pribadi dengan seniman di video musik, mengidentifikasi dengan seniman dan bahkan menganggap mereka teman-teman dan / atau bagian nyata dari kehidupan mereka.

Hubungan antara tokoh televisi dan penonton media yang berat telah menciptakan hubungan parasosial. Aliran/genre video musik seperti Rap dan Rock telah mengangkat isu-isu kontroversial di antara para pemimpin bangsa kita, orang tua dan masyarakat. Sejak diperkenalkannya video musik di awal 1980-an media telah melintasi batas-batas ekonomi, budaya, regional dan etnis. Selama terakhir 28 tahun musik produksi video telah memperlukan anggaran multi-juta dolar, menjadi sector terdepan dari industri musik dan mengubah cara orang mengkonsumsi musik. (Kimbrel, 2008:7).

Media menggambarkan masyarakat dan memberikan pemahaman mengenai siapa dan apa yang penting dalam suatu budaya. Video musik adalah salah satu media melalui mana nilai-nilai dan sebuah ide disajikan. video musik (seperti semua media budaya populer) mencerminkan norma-norma sosial, tetapi juga berkomunikasi dengan penonton muda tentang bagaimana berperilaku.

Dalam video musik yang sukses, video dapat mengelabui pemirsa menjadi percaya bahwa gambar dan musik sangat erat terjalin. Gambar didorong oleh kemampuan suara/sebaliknya bahwa gambar memicu aktivitas musik. Dalam video musik, gambar sering dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan divisi bagian dari lagu , gambar dapat menyoroti perbedaan antara bagian musik melalui pergesaran warna, pergerakan, gestur atau topik. Seringkali gambar menunjukkan

(18)

karakter tertentu di bagian musik. (VanDyke, 2011; Seidman; 1999; Vernalis, 1998).

Video musik tidak hanya sebuah artefak budaya massa ideal tapi sebuah artefak yang sepenuhnya ideal. Video musik dinilai lebih menyenangkan dan membangkitkan semangat daripada audio musik. video musik mendapatkan respon emosional yang menyenangkan, yang meningkatkan gairah pengalaman orang saat menonton video musik. Pada kenyataannya, pengalaman yang menyenangkan merupakan salah satu alasan remaja untuk mendengar musik dan alasan yang sama yang mungkin untuk menonton video musik. Bagi video musik untuk berkomunikasi berbagai makna, kondisi yang pasti dibutuhkan, adalah aksesibilitas teknis yang relevan, kemampuan bahasa yang cukup, dan kesesuaian sosiokultural. Dalam menonton video musik, penonton mungkin mempartisipasikan psikovisualnya dalam tahapan keinginan untuk hubungan yang romantis atau suci yang secara keseluruhan didasarkan pada rantai tata bahasa visual dalam musik video. (Emmett, 2002; Oosten, 2015; Sew, 2015).

Keberhasilan sebuah video musik tergantung pada kemampuan mengintegrasikan audio (lagu) dan visual (gambar) rangsangan. Ini bukan pencampuran mudah karena penglihatan memiliki keunggulan fisiologis lebih dari pendengaran. Video musik yang merupakan bagian dari media massa adalah salah satu alat untuk menciptakan dan mempromosikan budaya, Budaya adalah cara hidup yang total dari orang yang terdiri dari masyarakat, sejarah, agama, artefak, pekerjaan, tulisan, makanan, dan penampilan. Budaya bergerak secara dinamis dalam ruang dan waktu. Terpaan gambar secara berulang-ulang akan menjadi bagian dari penonton dan secara bertahap akan menjadi sebuah budaya dan yang akan juga didefinisikan sebagai perilaku yang akan dipelajari dari komunitas sosial (Tessarolo, 1986; Thomas, 2014).

Dalam sepuluh dekade terakhir semenjak era reformasi dapat dikatakan sebagai era kemorosotan pamor ideologi bangsa. Di samping itu, bangsa Indonesia mengalami kegagapan menghadapi pusaran kuat globalisasi ekonomi pasar. Keadaan ini juga dibarengi dengan gejala melemahnya kohesi sosial dan menguatnya ikatan primordial. Lebih-lebih kebijakan nasional yang berorientasi

(19)

otonomi daerah yang pada awalnya dianggap sebagai jalan menuju keadilan dan kesejahteraan rakyat, justru memicu merebaknya etnosentrisme etnis.

Dengan demikian, dewasa kini kemajemukan masyarakat bukan menjadi modal dasar pembangunan tetapi justru menjadi beban berat bagi bangsa Indonesia. Munculnya berbagai masalah yang sumbernya berbau kemajemukan, khusunya di bidang agama yang berangkat dari persoalan publik, merupakan indikator dari persoalan tersebut. Kemunduran atas rasa dan semangat kebersamaan yang sudah dibangun selama ini berbalik arah menuju ke arah intoleransi yang makin menebal. Ancaman besar bagi sebuah bangsa yang memiliki pluralitas kebudayaan dan agama adalah potensi konflik antar kelompok yang dapat berakibat perpecahan didalam negara. Potensi konflik ini antara lain dapat berupa bentuk kekerasan, pemaksaan kehendak, perusakan tempat ibadah, dan lain sebagainya.

Hegemoni mayoritas atas minoritas semakin menebal, mengganti kasih sayang, tenggang rasa dan semangat untuk berbagi. Intoleransi muncul akibat hilangnya komitmen untuk menjadikan toleransi sebagai jalan keluar untuk mengatasi berbagai persolan yang membuat bangsa terpuruk.Dalam perspektif keagamaan, semua kelompok agama belum yakin bahwa nilai dasar dari setiap agama adalah toleransi. Akibatnya, yang muncul adalah intoleransi dan konflik.

Pluralisme tidak dipahami sebagai bentuk kesedian menerima kenyataan bahwa dalam masyarakat ada cara hidup, berkeyakinan agama dan berbudaya yang berbeda. Akan tetapi dipahami sebagai benar dan salahnya suatu agama. Padahal disisi lain, pluralisme adalah syarat mutlak agar bangsa Indonesia yang begitu plural dapat bersatu. Istilah “pluralisme” bukan berarti sekadar menghargai fakta pluralitas agama, akan tetapi sekaligus menganggap (penganut dan doktrin) agama lain sebagai setara serta menempatkannya sebagai jalan yang “relatif” menuju kebenaran. (Elly & Kolip, 2011; Wardani, 2012; Bernat & Taralan, 2009)

Pluralisme agama dewasa ini mulai dipromosikan dinegara-negara yang menganut paham liberalisme. Promosi yang dilakukan gencar melalui media.

Salah satunya melalui video musik. Video musik For the Love of God yang dipopulerkan oleh Steve Vai mencoba untuk mempromosikan ideologi pluralisme agama, video yang berdurasi lima menit ini menggambarkan berbagai macam

(20)

agama. Dalam video musik ini mencoba menyebarkan ideologi pluralisme agama yang seharusnya hidup dalam masyarakat dan seakan-akan merupakan hal yang alami dan disetujui oleh masyarakat.

Keseluruhan isi media pada dasarnya merupakan suatu konstruksi realitas.

Alex Sobur mengatakan bahwa pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksi realitas, isi media menurutnya adalah hasil para pekerja media mengkonstruksi kan berbagai realitas yang dipilih (Sobur, 2001: 88). Video musik yang merupakan bagian dari media tidak bisa lepas dari konstruksi tersebut.

Pemunculan Pluralisme agama dan visualisasi lain pada hakikatnya merupakan konstruksi realitas semata yang dilakukan oleh para pembuat video musik sebagai bagian proses pengerjaan isi media sendiri.Pemaknaan video musik tidak hanya sekadar mendeskripsikan alur cerita yang terdapat dalam serangkaian video klip.

akan tetapi harus dilakukan dengan menggunakan metode khusus yang cermat agar mendapatkan makna sesuai dengan yang dirumuskan (Rotua, 2012:14).

Berdasarkan hal tersebut membuat peneliti tertarik mengkaji lebih dalam mengenai video musik ini dimana Steve Vai menggunakan video musik sebagai salah satu media yang secara tidak langsung mempromosikan pluralisme agama.

Peneliti menggunakan analisis semiotika dimana dalam hal ini semiotika terkait dengan pembentukan tanda. Semiotik merupakan suatu model bagaimana memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan ‘tanda’ dan mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda. Umberto Eco menyebut tanda tersebut sebagai “kebohongan” dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri. Menurut Saussure, persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata- kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Hal ini dianggap sebagai pendapat yang cukup mengejutkan dan dianggap revolusioner, karena hal itu berarti tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada (Burhan, 2007:162-63). Dan dalam video musik inilah dimana tanda akan memiliki makna ketika tanda itu tersebut dimaknakan melalui suatu sistem yang dimana satu sama lainnya terkoneksi sehingga hubungan antar tanda yang kemudian menciptakan sebuah sistem tanda sangat essensial dalam mengungkapkan sebuah makna dari tanda. Di dalam musik video ini bagaimana

(21)

ideologi terkubur dan tersembunyi dan peneliti tertarik ingin membongkar mitos yang ada di dalamnya. Analisis semiotika Roland Barthes merupakan salah satu cara untuk menjelaskan dan memecahkan masalah tersebut.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka dapat dirumuskan bahwa fokus masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : “Bagaimanakah Pluralisme Agama Dalam Video Musik For the Love of God?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pluralisme agama dalam video musik For the Love of God.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya kajian Ilmu Komunikasi, khususnya di bidang semiotika yang berkaitan dengan video musik dan pluralisme agama

2. secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berkontribusi untuk penelitian ke depannya mengenai makna video musik.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, guna memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sejenis Terdahulu

Penelitian terdahulu terdiri dari skripsi dan jurnal yang berhubungan dengan topik atau masalah penelitian. Berikut ini hasil penelusuran peneliti terkait penelitian yang menggunakan analisis semiotika dalam video musik:

Rotua Uly Inge, Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP Univeristas Indonesia tahun 2012, dengan judul: Representasi Budaya dalam Iklan Pariwisata (Analisis Semiotika pada Video Musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul). Penelitian ini menganalisis sistem tanda yang ada pada Video Musik S.E.O.U.L dan Fly to Seoul yang merepresentasikan nilai-nilai dari kebudayaan Korea Selatan.

Penelitian ini menggunakan semiotika dengan teori Roland Barthes, dimana tanda-tanda pada kedua video musik ini diinterpretasikan secara mendalam sehingga diharapkan dapat memberikan penjelasan terperinci tentang kandungan makna dari tanda-tanda pada video musik yang diteliti tersebut. Penelitian ini menyimpulkan bahwa video Musik S.E.O.U.L cukup berhasil merepresentasikan mengenai budaya dari Korea Selatan. Sedangkan video musik Fly to Seoul lebih memperlihatkan bagaimana anak muda di SEOUL dan lebih menjual tentang budaya Korean Pop (budaya populer) dibandingkan promosi mengenai tempat- tempat wisatanya.

Frizky Yulianti, Jurnal Komunikator Volume 3 No.1 Mei tahun 2011, hal 95-112 dengan judul: Komodifikasi Idealisme Feminisme Dalam Industri Musik (Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Video Klip Beyonce "Run The World"). Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk mengeksplor aspek visual dalam video klip Run The World dari Beyomce Knowles. Metode penelitian ini membantu peneliti untuk mengeksplor makna dan ideologi dibalik lagu dan video klip. Dengan menggunakan semiotik, penelitian menyimpulkan bahwa terdapat makna dan ideologi dalam video klip tersebut walaupun jiwa dari lagu untuk melawan kekuatan wanita, lagu dan video klip masih mempunyai kontradiksi ketika mengeksploitasi tubuh wanita pada tarian yang provoktatif. Poin yang menarik adalah

(23)

Beyonce mencoba untuk mereprentasikan wanita sebagai wanita maskulin dalam video klip.

Maya Amellia dalam eJournal Ilmu Komunikasi Volume 1 No.3 tahun 2013, hal 273-288 dengan Judul: Simbolisasi Illuminati Pada Video Klip Lady Gaga (Analisis Semiotika Video Klip Lady Gaga Versi Alejandro). Penulis menggunakan analisis semiotika yang dikembangkan oleh Charles S. Peirce dengan konsep Trianggle Meaning Theory (Teori Segitiga Makna) miliknya yang terdiri dari Sign (1), Object (2), dan Interpretan (3). Metode penelitian yang digunakan kualitatif interpretatif dengan pendekatan yang bersifat subjektif. Fokus penelitian ini sesuai dengan konsep klasifikasi tanda Peirce, yang dibagi menjadi tiga bagian, yakni Ikon (4), Indeks (5), dan Simbol (6). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tampilan visual dari video klip Lady Gaga versi Alejandro ini mempresentasikan simbolisasi Illuminati yang terlihat dalam lima tampilan.

Tampilan-tampilan tersebut memperlihatkan adegan dimana para pemeran dalam video klip tersebut membentuk gesturegesture yang menyimbolkan Illuminati, seperti simbol segitiga piramid dan mata horus. Selain itu juga ditemukan beberapa benda atau properti yang terdapat dalam adegan tersebut, seperti benda berbentuk lingkaran, segitiga, heksagram, tanduk, lensa teleskop, senjata dan pakain yang menjurus pada kepercayaan okultisme, paganisme, dan sejenisnya yang mencerminkan Illuminati.

Sandi Arganat Qodaralam, Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dn Informatika, Universitas Muhamadiyah Surakarta tahun 2013, dengan judul: Representasi Pria Metroseksual Dalam Video Klip Smash (Analisis Semiotika Representasi Pria Metroseksual Melalui Personil Band Dalam Video Klip Smash). penelitian ini menggunakan Metode diskriptif kualitatif dengan analisis Semiotika Roland Barthes yang mengkaji pemaknaan simbol pada beberapa tahap yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Fokus penelitian ini mengarah pada visualisasi gambar yang merepresentasikan pria metroseksual melalui empat video klip yang berjudul I Heart U, Rindu Ini, Pahat Hati, Senyum Semangat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa simbol pria metrosesksual ditampilkan secara beragam pada ke-empat video klip yang diteliti. Simbolsimbol tersebut merupakan suatu konstruksi identitas dari para personil grupband Smash. Secara

(24)

umum simbol dikatagorisasikan menjadi tiga yaitu Pakaian, Gaya Rambut, Aksesoris. Sedangkan secara detail terdapat 14 simbol yang direpresentasikan yaitu :Jas (Tuxedo), Motif stripes, Motif scream, Berkerah “V”, Gaya Rambut Berponi, Emo, mohawk, cepak, Aksesoris Anting, Cincin, Kacamata hitam, Topi Bowler, Kalung Power Balance dan Kawat Gigi.

2.2 Paradigma

Paradigma diartikan sebagai seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menentukan seseorang dalam bertindak pada kehidupan sehari-hari.

Ada yang menyatakan bahwa paradigma merupakan suatu citra yang fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Paradigma menggariskan apa yang harus dipelajari, pernyataan-pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperolehnya. Dengan demikian, maka paradigma adalah ibarat sebuah jendela tempat orang mengamati dunia luar, tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

Dilambangkan oleh Kant, Konstruktivisme merupakan reaksi terhadap epistemology radikal empiris. Para penganut konstruktivisme kontemporer seperti Khun, Hanson, dan Toulmin yakin bahwa penelitian ilmiah dilaksanakan dalam suatu perspektif global pandangan dunia yang membentuk proses penelitian.

Konstruktivisme, satu di antara paham yang menyatakan bahwa positivisme postpositivisme merupakan paham yang keliru dalam mengungkapkan realitas dunia. Karena itu, kerangka berpikir kedua paham tersebut harus ditinggalkan dan diganti dengan paham yang bersifat konstruktif. Paradigma ini muncul melalui proses yang cukup lama setelah sekian generasi ilmuwan berpegang teguh pada paradigma positivisme. Konstruktivisme muncul setelah sejumlah ilmuwan menolak tiga prinsip dasar positivisme: (1) ilmu merupakan upaya mengungkap realitas; (2) hubungan antara subjek dan objek penelitian harus dapat dijelaskan;

(3) hasil temuan memungkinkan untuk digunakan proses generalisasi pada waktu dan tempat yang berbeda.

Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran umum tentang teori-teori yang dihasilkan oleh peneliti dan teoritisi aliran konstruktivis. Teori-teori aliran

(25)

ini berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat, dan budaya.

Secara ontologis, paradigma ini menyatakan bahwa realitas besifat sosial dan karena itu akan menumbuhkan bangunan teori atas realitas majemuk dari masyarakatnya. Dengan demikian, tidak ada suatu realitas yang dapat dijelaskan secara tuntas oleh suatu ilmu pengetahuan. Realitas ada sebagai seperangkat bangunan yang menyeluruh dan bermakna yang bersifat konfliktual dan dialektis.

Karena itu, paham ini menganut prinsip relativitas dalam memandang suatu fenomena alam atau sosial. Jika tujuan penemuan ilmu dalam positivisme adalah untuk membuat generalisasi terhadap fenomena alam lainnya, maka konstruktivisme lebih cenderung menciptakan ilmu yang diekspresikan dalam bentuk pola teori, jaringan atau hubungan timbal balik sebagai hipotesis kerja, bersifat sementara, lokal dan spesifik. Dengan pernyataan lain, bahwa realitas itu merupakan konstruksi mental, berdasarkan pengalaman sosial, bersifat lokal dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukannya. Karena itu suatu realitas yang diamati seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada semua orang seperti yang biasa dilakukan kalangan positivis atau postpositivis. (Muslih, 2004; Andi , 2004; Wibowo, 2013).

2.3 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan telaah teori dan hasil penelitian terdahulu yang terkait. Di dalam setiap penelitian, kerangka teori sangat dibutuhkan untuk memberikan landasan teoritis bagi penulis dalam menyelesaikan masalah dalam penelitian. Kerangka teori disusun sebagai landasan berpikir yang menujukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti (Nawawi, 2001:40).

2.3.1 Komunikasi

Komunikasi membawa hubungan manusia dari hakikat ke ekstensi, dari non-temporal ke sejarah. Tanpa komunikasi hubungan manusia adalah bagaikan citra yang mencuri bentuk. Bagi hubungan manusia komunikasi adalah seperti alur dalam drama yang menjadi action, atau perkembangan menjadi dinamika.

Komunikasi dan hubungan manusia adalah suatu kesatuan.

(26)

Komunikasi sudah lama menjadi objek penelitian para pakar disebabkan pentingnya hal itu, baik bagi kepentingan masyarakat, sendiri, maupun untuk hubungan antar bangsa. Charley Cooley mendefinisikan komunikasi sebagai mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua lambang pikiran, bersama-sama dengan sarana untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap, dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegrap, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasa ruang dan waktu. Jika dibandingkan dengan definisi-definisi lainnya, definisi Colley ini merupakan definisi paling menarik. Definisi tersebut meliputi beberapa unsur.

Pertama, idea dari komunikasi sebagai dasar yang hakiki bagi hubungan manusia.

Kedua komunikasi sebagai proses yang menyebabkan hubungan tersebut menjadi suatu kegiata. Akhirnya, dia melihat dalam mekanisme tersebut simbolisasi (kata-kata, gambar, dan sebagainya) dan alat-alat bagi pengoran objek-objek dari hubungan tersebut (informasi, idea, pengalaman, dan sebagainya) (Onong, 1992:54-55).

Sedangkan West dan Turner mendefiniskan komunikasi dengan lima istilah kunci, yaitu: sosial, proses, simbol, makna dan lingkungan. Mereka menyebut bahwa komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial (social), maksud yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artinya, komunikasi selalu melibatkan pengirim dan penerima.

Keduanya memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi. Ketika komunikasi dipandang secara sosial, komunikasi selalu melibatkan dua orang yang berinteraksi dengan berbagai niat, motivasi, dan kemampuan. Kemudian, ketika membicarakan komunikasi sebagai proses (process), hal ini berarti komunikasi bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga bersifat dinamis, kompleks, dan senantiasa berubah. Melalui pandangan komunikasi ini menekankan bahwa menciptakan suatu makna adalah sesuatu yang dinamis.

(27)

Selanjutnya simbol (symbol) adalah sebuah label arbiter atau representasi dari fenomena. Kata adalah simbol untuk konsep dan beda. Label dapat bersifat ambigu, dapat berupa verbal dan nonverbal, dan dapat terjadi dalam komunikasi tatap muka dan komunikasi dengan media. Simbol biasanya telah disepakati bersama dalam sebuah kelompok, tetapi mungkin saja tidak dimengerti di luar lingkup kelompok tersebut. Oleh karena itu, penggunaan simbol sering kali arbitrer. Contohnya, hampir semua mahasiswa akan mengerti frase “mata kuliah ini tanpa prasyarat”; sementara orang-orang di luar dunia kampus mungkin tidak memahaminya. Terdapat simbol konkret yaitu simbol yang merepresentasikan benda dan simbol abstrak yaitu simbol yang merepresentasikan suatu pemikiran atau ide.

Selain proses dan simbol, makna juga memegang peranan penting dalam definisi komunikasi ini. Makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan. Pesan dapat memiliki lebih dari satu makna dan bahkan berlapis-lapis makna. Tanpa berbagi makna, kita semua akan mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa yang sama atau dalam menginterpretasikan suatu kejadian yang sama. Istilah kunci yang terakhir dalam definisi komunikasi ini adalah lingkungan (environment). Lingkungan adalah situasi atau konteks dimana komunikasi terjadi. Lingkungan terdiri atas beberap elemen, seperti waktu, tempat, periode sejarah, relasi, latar belakang budaya pembicara dan pendengar (West & Turner, 2008:5-8).

2.3.1.1 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti yang dikatakan Susanne Langer, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan simbol. Komunikasi sebagai proses simbolik berfokus pada aspek-aspek dari pesan sebagai kategeri sentral dalm komunikasi. Bagaimana pesanitu disusun dan disampaikan, kata- kata dan simbol apa yang ada di dalam pesan itu serta bagaimana pesan itu dimaknai.

Simbolisasi mendasari pengetahuan dan pemahaman manusia. Menurut Langer semua binatang yang hidup didominasi oleh perasaan, tetapi perasaan manusia dimediasi oleh konsepsi, simbol, dan bahasa. Binatang merespons tanda,

(28)

tetapi manusia menggunakan lebih dari sekedar tanda sederhana dengan menggunakan simbol. Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan kehadiran sesuatu hal. Contoh awan dapat menjadi tanda untuk hujan, tertawa tanda untuk kebahagiaan, dan pengendara motor akan berhenti dipersimpangan ketika melihat lampu merah.

Sebaliknya, simbol digunakan dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang untuk berpikir tentang sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah “sebuah instrument pemikiran”. Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang suatu hal; sebuah simbol ada untuk sesuatu. Sementara tertawa adalah sebuah tanda kebahagiaan, kita dapat mengubah gelak tawa menjadi sebuah simbol dan membuat maknanya berbeda dalam banyak hal terpisah dari acuannya secara langsung. Dapat berarti kesenangan, kelucuan, ejekan, cemoohan, pelepasan tekanan dan sebagainya.

Simbol hadir dimana-mana dan tidak henti-hentinya menerpa kita, buku, musik, televise, stiker, dan sebagainya. Buku-buku yang dipajang merepresentasikan bahwa penghuni rumah adalah intelektual dan mencintai pengetahuan. Makanan saja bersifat simbolik, banyak orang makan di Seven Eleven misalnya bukan hanya karena mereka ingin makan, namun karena makan ditempat itu member mereka status tertentu.

Banyak bentuk kegiatan komunikasi yang biasa dilakukan, mulai dari obrolan basa-basi, melakukan presentasi kuliah, hingga menulis status di media sosial, kesemuanya menggunakan simbol. Disengaja atau tidak ketika kita berkomunikasi, kita memilih kata, gambar, angka, gerakan, atau tanda bahasa lainnya baik verbal maupun non-verbal untuk menyampaikan realitas. Bila kata, angka, dan gambar itu ditulis makan jadilah pesan yang dilihat (visual message).

Jika kata, angka, dan gambar itu dikatakan maka jadilah pesan yang didengar (auditory message). Kita juga berkomunikasi melalui gerak sehingga menjadi pesan yang dilakukan (kinesthetic message). Kadang-kadang kita berkomunikasi melalui suatu benda dalam bentuk pesan yang dapat diraba (tactic message).

Mengenai realitas disini bisa berupa gagasan, perasaan, peristiwa, orang, alam, dan sebagainya.

(29)

Oleh karena itu simbol sangat penting dalam komunikasi. Dengan kemampuan menggunakan simbol, manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan, bukan hanya antar mereka yang sama-sama hadir, bahkan antar mereka yang tidak saling bertemu. Dengan simbol, pengetahuan dan gagasan dapat disampaikan dari satu generasi ke generasi yang lain. (Mustakim, 2012:14- 15)

2.3.1.2 Konsep Komunikasi Berhubungan Dengan Agama

Agama dengan jelas selalu mempunyai hubungan dengan komunikasi. Apa yang akan dilakukan agama-agama di dunia tanpa suara, kata, teks, dan semua yang berhubungan dengan seni? Praktek keagamaan dan pemikirannya selalu menyebar dengan keanekaragaman praktek komunikasi. Sesuatu yang sering kurang dicatat bahwa komunikasi telah melakukan banyak hal dengan agama, setidaknya dalam perkembangan konsep. John Durham Peters memberikan lima konsep komunikasi yang setiap dari mereka mempunyai sesuatu ke sumber agama: (1) Telepati (telepathy), (2) Penghubung ruang dan waktu (the bridging of space and time), (3) dialog (dialogue), (4) Penyebaran (dissemination), dan (5) Ritual.

• Telepati

Kemungkinan konsepsi yang paling sama melihat komunikasi sebagai mengirim dan menerima informasi. Disini komunikasi diukur dalam istilah keberhasilan transmisi pesan. Telepati mengartikan pemindahan pemikiran (transference of thoughts) dari satu orang ke yang lain tanpa adanya koneksi yang terlihat. Jika standar komunikasi yang efektif adalah pengiriman makna tanpa adanya gangguan atau distorsi, maka telepati menggambarkan puncak dari visi ini.

Mimpi komunikasi yang sempurna mempunyai sejarah agama yang panjang.

Thomas Aquinas, berargumen bahwa malaikat mempunyai tubuh yang merupakan tanda transparan, menghasilkan sesuatu yang dapat dimengerti dengan mudah dan makna tanpa kesalahan. Aquinas mempertimbangkan komunikasi malaikat (angelic communication) menjadi model interaksi yang normatif - yang kita mewujud, bahasa- menggunakan manusia tidak dapat pernah diperoleh. Pathos dari konsepsi ini- lama untuk sebuah tranparan dan saling membuka jiwa melawan

(30)

realitas bahasa dan perwujudan- terus berlangsung untuk memburu pikiran mengenai komunikasi sekarang. Mimpi komunikasi sebagai cara telepati atau komuni bebas masalah melahirkan lawannya, yaitu mimpi buruk gangguan dan blokade.

• Penghubung Ruang dan Waktu

Yang kedua, hubungan, konsepsi juga tumbuh dari praktek pengiriman pesan dalam sebuah jarak. Dimana telepati berfokus pada kesempurnaan penerimaan, penghubung ruang dan waktu memahami komunikasi dalam cara yang sedikit berbeda. Ketertarikan itu lebih pada kemungkinan koneksi daripada keadaan pengiriman , meskipun hidup, kematian dan keuntungan dapat terkadang bertahan pada pengiriman yang berhasil. Selama manusia hidup dalam masyarakat yang kompleks, terdapat sudah sebuah kebutuhan untuk pembawaan pesan melewati jarak.

Transmisi dapat muncul melewati waktu sebaik melewati ruang. Transmisi budaya mengartikan penyebaran nilai-nilai ke generasi selanjutnya. Masyarakat membutuhkan kontuinitas dan pemeliharaan sebanyak kordinasi dan perpanjangan. Institusi keagamaan telah mengeksploitasi aspek keruangan komunikasi yang kebanyakan terutama dalam pekerjaan misionari dan mencapai media dalam berbagai macam sebaik. Menulis merupakan bentuk cara kepala suku melebihi (atau memelihara) waktu, dilengkapi dalam dua abad yang lalu oleh bentuk baru prasasti seperti fotografi dan rekaman suara. Ketika salah satu membaca Surat Ibrani dalam Alkitab, Perjanjian Baru, atau Alquran, sebagai contoh, salah satu menerima pesan yang sudah dikirim ribuan tahun yang lalu.

Mengatasi ruang dan waktu merupakan fitur utama dari konsep kedua komunikasi

• Dialog

Bentuk ketiga dari konsep ini adalah komunikasi sebagai dialog. Dialog berfokus pada proses dinamik interaksi daripada telepati yang mempertemukan secara instan pemikiran. Dialog telah menjadi salah satu visi utama dari komunikasi: dua partisipan, dalam sebuah keintiman dan kesamaan tumpu yang bersama-sama mengejar kebenaran, cinta, dan pencerahan. (catatan kata “dia”

(31)

dalam dialog berarti melewati daripada dua). Teologian dengan baik menemukan dalam dialog atau percakapan sebuah kemulian dan keulasan model agama.

• Penyebaran (dissemination)

Konsep keempat yaitu penyebaran. secara umum penyebaran dimengeri sebagai satu pengirim dan banyak penerima. Penyebaran dapat ditemukan dalam komunikasi massa sebagai versi modern. Pengotbah Agama di dunia menggunakan komunikasi massa sebagai kendaraan untuk penyebaran nilai-nilai agama. Kebanyakan budaya manusia tidaklah interaktif, sehingga membutuhkan media yang dapat menuangkan budaya manusia. penyebaran juga membutuhkan hal tersebut. Komunikasi yang selalu dilihat sebagai transmisi pusat dan resepsi massa (mass reception) terdapat suatu kekuatan dalam bentuk penyiaran komunikasi, yang dapat ditemukan dalam radio dan televisi, koran dan buku, atau khotbah dan patung.

• Ritual

Konsep kelima dan terakhir dai komunikasi adalah ritual, yang menyalurkan dengan, atau penuh transformasi maksud dari pesan. Empat konsep yang lain melihat komunikasi sebagai pengantar semacam konten informasi dalam beberapa pengertian, walaupun terdapat perbedaan penting diantar fokus mereka pada pikiran yang berbeda, saluran kontak, menemukan kebenaran, atau penyebaran benih. Ritual kaya akan makna dan kurang dalam pesan. Salah satu khasnya mempelajari sesuatu yang tidak ada yang baru pada sebuah keadaan, baptis, kelulusan, seremoni agama, atau pernikahan. Sebuah tradisi agama mempunyai ide komunikasi yang melebihi pembagian ide. Walaupun semua institusi agama membuat menggunakan lima konsep agama dan kesemuanya mempunyai akar keagamaan, ini merupakan yang terakhir menunjukkan sangat tidak dapat dipisahkan dari ide kita mengenai agama dan komunikasi (Stout, 2006:83-85).

2.3.2 Komunikas Massa

Komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) untuk menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, khalayak berjumlah banyak dan heterogen, memungkinkan khalayak menggunakan satu atau dua saluran indrawi (pengelihatan, pendengaran), dan

(32)

biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Komunikasi Massa juga merupakan proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayaknya (Liliweri, 2011; Dedy, 2007; Baran, 2012). Dalam Kamus Media dan Komunikasi. Komunikas Massa merupakan sebuah sistem komunikasi yang menjangkau banyak orang atau proses aktual dalam mendesain dan mengirim teks media ke penonton banyak. (Marcel, 2009:187).

Komunikasi massa juga sekaligus merupakan sebuah fenomena sosial dan dikursif. Media Massa yang mewakili bagaimana cara instutisi berpikir. Dalam proses penyebaran pesan yang mengandung tanda-tanda dalam teks media akan membuat manusia memberikan makna pada tanda tersebut. Tanda-tanda , sesuai dengan humaniora, merupakan cara utama manusia untuk berinteraksi dengan realitas, memasuki ke dalam proses yang berkesinambungan dalam produksi makna yang berfungsi untuk mengkonstruksi realitas sosial sebagai aktivias utama dari politik, ekonomi dan budaya. Pada prinsipnya, komunikasi massa berfungsi untuk membentuk forum budaya yang mencakup semua orang dan dapat mengatasi masalah apapun tentang kekuasaan atau struktur sosial( Jensen &

Jankowski, 2002 )

Bagaimana komunikasi massa bekerja dapat dijelaskan dalam model linear komunikasi massa. sesuai dengan konsep tradisional, komunikasi massa merupakan sebuah komponen sistem yang dibuat oleh komunikator ( penulis, reporter, produser atau agensi) yang mengirimkan pesan ( konten buku, laporan surat kabar, teks, visual, gambar, suara atau iklan) melalui saluran media massa (buku, surat kabar, film, majalah, radio, televisi atau internet) kepada komunikan secara luas (pembaca, penonton, warga kota atau konsumer) setelah melalui proses penyaringan oleh penjaga (editor, produser atau manajer media) dengan beberapa harapan untuk timbal balik (seperti surat untuk editor, telepon untuk pembawa berita, penonton anggota talk show atau diskusi televisi) efek dari proses ini memungkinkan terjadinya pembentukan opini publik, penerimaan nilai budaya khusus, dan agenda setting untuk masyarakat. (Muhammadali, 2011:18).

(33)

2.3.2.1 Fungsi Komunikasi Massa

Pembahasan fungsi komunikasi telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick, terdiri surveillance (pengawasan), penafsiran (interpretation), keterkaitan (linkage), penyebaran nilai (transmission of values), dan hiburan (entertainment).

• Pengawasan (Surveillance)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama : (1) warning or beware surveillance (pengawasan peringatan); (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental). Fungsi pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari bencana alam, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi, atau adanya serangan militer.

Sedangkan fungsi pengawasan instrumental adalah penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

• Penafsiran (Interpretation)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadapt kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.

• Pertalian (Linkage)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk lingkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

• Penyebaran Nilai-Nilai (Transmission of values)

Fungsi ini disebut juga sosialisasi. Sosialisasi mengacu kepada cara, dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa yang berperan dalam menyebarkan nilai-nilai memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.

• Hiburan (Entertainment)

Hampir semua media menjalankan fungsi hiburan. Hiburan merupakan komoditas yang bernilai tinggi dan kebanyakan masyarakat menikmati media

(34)

karena hiburan. Fungsi hiburan bertujuan untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca berita-berita ringa atau melihat tayangan hiburan di televise dapat membuat pikiran khalayak segar kembali. (Ardianto &

Erdinaya, 2004:15-18).

2.3.2.2 Konstruksi Sosial oleh Media

Realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.

Individu adalah manusia yang bebas melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai media produksi sekaligus reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi dunia sosialnya (Basrowi & Sukidin, 2002:194). Konstruksi media massa memainkan peranan penting dalam opini publik dan konstruksi realitas sosial. Komunikasi sebagai bentuk interaksi tidak bisa lepas dari konstruksi realitas sosial. Realitas sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial.

Dalam pandangan paradigma defensi sosial, realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya. Awalnya konstruksi ini berasal dari filsafat konstruktivisme yang semuanya dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Realitas menurut paradigma konstruktivis adalah konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu, walau demikian, kebenaran suatu realitas sosial mempunyai sifat nisbi yang berlaku secara spesifik dan haruslah relevan oleh pelaku sosial. Pada dasarnya, Isi media merupakan hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Isi media pada hakikatnya adalah hasil dari konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasar. Bahasa tidak hanya saja sebagai alat merepresentasikan sebuah realitas namun juga bahasa dapat menentukan relif seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas. Oleh karena itu, media massa mempunyai sebuah peluang yang sangat besar dalam mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Andriana, 2016:30- 32).

(35)

Media massa sebagai saluran komunikasi masif dan kekuatan serta pengaruhnya yang besar di tengah masyarakat, telah menjadi entitas yang dipercaya mengisi gatra antara publik dan kenyataan yang terjadi. Akibatnya, tak jarang apa yang diberitakan oleh media massa menjadi suatu kebenaran di mata publik, menjadi suatu realitas yang pada awalnya hanya eksis pada rangkaian kata suatu media massa.

Realitas berita hadir dalam keadaan subjektif. Walter Lippmann pernah menyatakan, “The world outside and the pictures in our head,” (dunia di luar dengan gambarannya di pemikiran kita). Secara singkat, manusialah yang membentuk imaji dunia. Teks dalam sebuah berita dipandang sebagai konstruksi atas realitas. Karena pada hakikatnya, isi media adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Realitas yang ditampilkan media adalah realitas yang sudah diseleksi, realitas tangan kedua (second hand reality).

Menurut Gerbner dan kawan-kawan, dunia simbol media membentuk konsepsi khalayak tentang dunia nyata atau dengan kata lain media merupakan alat konstruksi realitas. Khalayak membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas kedua yang ditampilkan media massa (Zahrawi, 2015:28-29).

2.3.3 Video Musik

Dalam manifestasi musik mula-mula tidak mungkin untuk mendengar musik tanpa melihat musisi. Mendengarkan musik termasuk melihat pemandangan, kostum, serta semua gabungan yang melibatkan persepsi yang nyata: suara, gambar dan bau lingkungan, taktil sensasi dll, semua bercampur ketika mendengarkan. Dalam konteks seperti vocal/musik instrumental kita dapat menyatakan bahwa musik adalah praktek melihat/mendengar, di mana visibilitas sumber suara serta dari gerakan antisipasi instrumental, bahkan jika secara tidak sadar, beberapa aspek dari tindakan mendengarkan.

Pada akhir abad kedua puluh, munculnya teknik digitalisasi suara dan gambar menciptakan hubungan baru antara bahasa aural dan visual yang membuka ranah yang luas dari eksperimen untuk aliran musik yang terdiri multimedia. Sudut pandang kita adalah bahwa Video Musik, sebagai salah satu

(36)

aliran ini, yang diwakili oleh jumlah dari kedua tahap persepsi: melihat / pendengaran, dan pendengaran / melihat (Leite, 2004:1-2).

Video musik merupakan bagian dari komunikasi massa. Video musik pertama kali menjadi popular ketika muncul di siaran Music Television atau yang sering kita kenal dengan MTV. Video musik ialah perpaduan antara musik dan video. Ini merupakan suatu alat terpenting dalam industri musik untuk mempromosikan lagu dari artis. Video musik membawa penonton menikmati perpaduan lagu dan visual. Penonton diajak berimajinasi melalui komposisi lagu dan visual, sehingga penonton akan meninggalkan kesan tertentu dari video musik.

Sejak munculnya film dengan suara, kombinasi musik dan gambar bergerak telah menjadi bentuk populer dari sebuah hiburan. Istilah "video musik", bagaimanapun, paling sering dicadangkan untuk jenis media, menggabungkan musik dan televisi gambar yang telah menjadi umum dalam musik populer, terutama sejak peluncuran MTV pada tahun 1981. Sebuah video musik dalam arti sempit adalah klip film pendek dirilis sebagai suplemen untuk trek musik, biasanya satu (single) yang berfungsi sebagai soundtrack untuk video. video musik merupakan bagian penting dari pemasaran rekaman dan seniman dalam musik populer kontemporer. Promosi video musik tersebut juga diproduksi dalam berbagai bentuk musik agama, seperti dalam Islam, Reformed Yudaisme dan, terutama, musik Kristen kontemporer atau musik rock Kristen (Stout, 2006:279).

Musik merupakan sebuah bentuk kekuatan dari ekspresi manusia yang menggerakan hati dan pikiran. Musik dapat dijadikan sebuah kekuatan sosial dan ini bukan merupakan suatu fenomena baru, karena pada Perang Dunia ke 2, Amerika menjadikan musik sebagai alat progandanya. Musik didefinisikan sebagai seni dan ilmu yang mengorganisasikan suara. Musik merupakan manisfestasi dalam setiap budaya besar. Saat ini, sebuah kamus standar menggambarkan musik sebagai sebuah seni suara dalam waktu yang ekspresif, ide, dan emosional dalam bentuk yang signifikan melalui elemen ritem, melodi, harmony, dan warna. (Vivian, 1997; Cooper, 1981).

Video merupakan bentuk umum dari segala bentuk rekaman pada alat visual seperti video tape, DVD atau alat lainnya yang terdapat gambar. Video

(37)

adalah medium komunikasi yang menakjubkan yang dapat membuat kita mengekpresikan diri kita dalam berbagai cara, tidak seperti media lain. Video mempunyai kekuatan yang besar. dalam penyampaian pesan, tidak adak medium yang dapat membandingkan dengan video. karena video menguasai berbagai emosional yang mengadung banyak gerakan gambar dan kualitas suara yang bagus. (Danesi, 2009; Matt, 2004).

Ide untuk sebuah video dapat datang dari artis, perusahaan rekaman, atau direktur video. Banyak sutradara video musik mengembangkan ide untuk video hanya dengan mendengarkan lagu mereka. Beberapa sutradara akan menulis sebuah perlakuan (treatment). Sebuah perlakuan merupakan rencana tertulis untuk video. Perlakuan biasanya memberikan perusahaan rekaman dan artis sebuah ide bagaimana sutradara memperlakukan video akan terlihat.

Video musik telah menjadi bagian penting dari industri musik.

Perlengkapan yang baik, efek spesial yang bagus, dan gaya funky yang membuat artis dan lagunya tidak mudah dapat dilupakan. Video yang bagus dapat membuat artis menjadi teratas di musik chart. Ratusan artis yang telah dilupakan dapat menjadi seorang superstar dengan bantuan video musik. Terdapat dua tipe utama dalam video musik : Video berbasis performa dan konsep video. Kemampuan video dapat menunjukkan performa artis menyanyikan lagu. Video berbasis performa (kemampuan) ini juga di mana artis melakukan sinkron dengan musik, baik dengan vokal saja atau dengan instrumen. Video berbasis performa didasarkan pada manipulasi bahwa artis bernyanyi atau bermain secara langsung.

Beberapa band berjuang untuk merekonsialiasikan kode performa palsu ini dengan ide-ide mereka sendiri (Emily, 2014:5). Sedangkan konsep video menggunakan gambar dan cerita yang mungkin atau tidak mungkin berhubungan dengan lagu. Bagamanapun, banyak video yang mengkombinasikan kemampuan video dan konsep video (Cefrey, 2003:9-21).

2.3.3.1 Lima Aspek Utama Video Musik

Video musik adalah salah satu artefak asli dari waktu dan dapat diamati hanya dalam kondisi postmodernis. Postmodernisme membawa cara hibridisasi (gambar, lirik, dan musik) dan hasil bentuk artistik yang berkarakteristik untuk

(38)

saat ini. Meskipun video musik mulai sebagai media promosi dan iklan untuk perusahaan rekaman, itu telah berkembang dan berubah menjadi sebuah artefak, yang merupakan seni dan iklan, dan pada saat yang sama juga merupakan pelopor seni dan kemegahan . Strukturnya adalah musik, tarian dan performa yang dikombinasikan dengan unsur-unsur dari televisi, pertunjukan musik langsung dan film. Oleh karena itu, kesulitan pendekatan musik video dalam menyiarkan dalam sebuah fakta bahwa video musik menunjukkan karakteristik aliran musik tertentu.

Jadi sementara aliran musik rock dan pertunjukkan langsung juga mencakup banyak aliran lainnya, seperti video musik : dokumenter (Rattle and Hum, oleh U2, 1987), animasi (Money For Nothing, oleh Dire Straits, 1985) serta rutinitas yang lebih abstrak (Subterranean Homesick Blues, oleh Bob Dylan, 1966).

Menurut Goodwin video musik yang baik adalah klip yang merespon kenikmatan musik, dan menekankan keberadaan hubungan visual. Oleh karena itu, Pete Fraser menunjukkan bahwa suara (sound) adalah dasar dari proses visualisasi yang berfungsi untuk meningkatkan, bukan membatasi, efek suara musik pop asli. Dengan pemikiran ini, ia menunjukkan lima aspek utama yang khalayak harus menyadari ketika menonton video musik.

• Pemikiran ketukan atau sinestesia.

Yang meliputi proses psikologis yang membayangkan suara dalam pikiran, atau dikenal sebagai kemampuan melihat suara. Musik memiliki kekuatan untuk menciptakan hubungan visual dalam rangka untuk menghubungkan dengan penonton dan memberikan kesenangan. Dalam penciptaan satu video musik adalah penting untuk memulai dengan musik dan suara; tidak ada kebutuhan untuk analisis rinci dari lirik. Puisi yang dipilih agak dipertimbangkan dalam perasaan umum atau suasana hati, menciptakan rasa materi subjek. Ini melibatkan struktur lagu seperti refrain (chorus) dan sajak (verses) misalnya, di mana kita benar-benar melihat musik itu sendiri untuk memulai . Dengan kata lain kita bisa 'melihat' suara menyanyi di tempat pertama, dan sebuah band yang bermain di latar belakang. Suara artis disajikan sebagai unik dan ini memungkinkan lagu untuk membentuk identifikasi atau merek dagang (trademarks). Butir suara (grain of voice) dari seorang seniman benar-benar unik, diibaratkan sebuah sidik jari. Misalnya dengkingan Michael Jackson telah menjadi menonjol dan

(39)

menetapkan dia berbeda dari seniman lain. Pelebelan seperti ini ini bekerja dalam mendukung gambar bintang individu, dan membantu kita untuk mengingat artis . Lagu dapat dilihat sebagai cerita dan artis sebagai pendongeng, membuat video musik sebagai perangkat komunikasi dengan target audiens mendengarkan cerita. Jika lirik lagu adalah narasi, video musik akan menjadi narasi untuk lirik.

Hal ini membuat video menonjol sebagai artis yang tampil di narasi orang pertama. Oleh karena itu, Goodwin membandingkan penyanyi pop untuk stand-up komedi, sebagai tanda tangan pribadi yang mendominasi perfoma. Itu dimungkinkan karena musik biasanya bekerja dengan lirik dan butir suara. Sebagai manusia kita menyambungkan gambar dari memori kita ke semua indra. Intertekstualitas membantu kita untuk mengumpulkan gambar tersebut ke sebuah bank memori bersama di mana kita semua mengasosiasikan hal yang sama dengan indera kita. Dari bank memori ini, musik dapat menarik keluar ingatan berulang kali, orang, tempat, perasaan, situasi yang semua mengarah ke narasi kecil.

• Narasi dan Performa

Kita terbiasa untuk melihat musik sebagai bagian dari dunia perfilman dan kita mengharapkan perkembangan narasi dari representasi lagu. Sebaliknya, lagu sering gagal untuk memberikan narasi lengkap. Bahkan, lagu hanya menginformasikan audiens target dari sejumlah kecil apa artinya lagu, dan itulah alasan mengapa video menciptakan cerita untuk menekankan makna. Ada alasan penting lain mengapa video musik harus menghindari narasi umum dan membuat lebih, dan itu adalah peran mereka dalam iklan. Video musik harus dapat diulang untuk menciptakan penonton yang akan dapat menonton video secara berulang- ulang tanpa kehilangan minat mereka. Dari sudut pandang, lebih penting dari narasi adalah perfoma dalam video musik. Dengan demikian, artis meningkatkan keaslian video ketika ia menggabungkan narasi dan sisi perfoma video. Menurut Goodwin musik pop adalah seni romantis, semua tentang kebenaran, bakat, dan gaya tarik, jadi kita perlu percaya pada keaslian perfoma pertama dan terutama. Oleh karena itu dalam melakukan performa, meniru, lip-syncing dari artis ini masih sangat penting dalam video musik dan itu membuat kita percaya, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah nyata.

(40)

• Gambar Sang Bintang

Ini menyangkut bagaimana artis muncul kehadapan penonton . Industri musik dan label rekaman mengandalkan artis mereka yang dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk industri ini. Artis atau band cenderung untuk menarik khalayak tertentu melalui pakaian yang mereka kenakan dan sikap mereka selama gaya musik mereka ciptakan. Sekarang ini, para bintang memainkan peranan penting dalam video musik, karena merupakan salah satu cara utama mengembangkan merek/label sang artis. Mereka tampil di acara televisi musik tertentu, sehingga mereka harus berpakaian dengan cara yang sesuai dengan gaya mereka. Goodwin menunjukkan beberapa fakta menarik di industri musik. Bahkan, ada banyak yang gagal dalam "membuat bintang" dalam bisnis musik: hanya sekitar satu dari sepuluh yang dihasilkan oleh industri yang benar-benar membuat uang. Meta-narasi adalah istilah yang menggambarkan perkembangan gambar bintang dari waktu ke waktu.Dalam contoh Michael Jackson kita bisa melihat langkah sukses pertama dari salah satu kelompok (The Jackson 5), untuk menjadi artis solo. Setelah ia menjadi mega-bintang dengan musik hits nya seperti Triller dan Beat , meta-narasi nya mengambil giliran yang salah dan 'gambar bintang' yang uniknya menjadi 'aneh' dan memanjakan diri sendiri. Namun, setelah kematiannya, ia masih menjadi objek daya tarik media massa. Dia membuat merek dirinya dalam membentuk citranya dari seorang seniman dan itulah penonton akan menyulap dalam pikiran mereka setelah mendengar lagu-lagu Michael jackson. Oleh karena itu, gambar bintang membangun dan perubahan berulang akan mampu menarik lebih banyak konsumen.

• Video Musik Menghubungkan Visual Untuk Lagu

Musik menggambarkan cara video menggunakan gambar untuk menunjukkan arti dari lirik. Ada hubungan antara apa yang kita lihat di layar dan lirik yang terdengar. Ini hanyalah tentang cara bahwa video yang difilmkan dan diedit dan efek apa yang dihasilkan kepada penonton dalam kaitannya dengan lagu. Makna dan efek dimanipulasi dan ditampilkan di seluruh video dengan cara bahwa itu tercetak di pikiran kita, visi dan memori. Namun, video dapat memperkuat makna dari lagu tersebut atau sama sekali mengabaikan arti dari lagu tersebut sama

Gambar

Gambar 4.1 Steve Vai  Sumber : www.stevevaiguitars.com
Gambar 1  Gambar 2
Gambar 4.3  Gambar 1 Scene Pertama
Gambar 4.4  Gambar 2 Scene Pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2012 Tentang

PENGARUH PENEMPATAN ALAT PERAGA KAMPANYE DI TRANSPORTASI UMUM DENGAN PILIHAN PARA PEMILIH DAPIL III (KECAMATAN MEDAN BARU, MEDAN PETISAH, MEDAN BARAT, MEDAN HELVETIA) DPRD

Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, kelancaran dan kemurahan rezeki sehingga

Adapun perbedaan penelitian peneliti dengan ketiga kajian terdahulu terdapat pada tujuan analisis, yakni dimana peneliti ingin menganalisis lebih dalam mengenai

Hasil penelitian disajikan secara sistematis dan menunjukkan bukti dari lapangan yang diolah, dianalisis dan dijabarkan dengan cara deskriptif yang berisi dengan adanya

Peneliti ingin melihat apakah responden penelitian yang merupakan mahasiswa/i Ilmu Komunikasi FISIP USU stambuk 2015 dan 2016 mengetahui pemberitaan negatif yang berkaitan

Didalam menjalani sebuah program pemulihan, pasti semua tujuan nya adalah untuk kebaikan, namun tidak jarang ditemukan adanya penghambat seperti pada penerapan metode NA

Kepemimpinan Dalam Budaya Jawa Di Comic Strip (Analisis Semiotika Konsep Kepemimpinan dalam Budaya Jawa di Comic Strip Panji Koming di Harian Kompas Periode April-Mei 2013)