• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2017/PP/M.IXB Tahun 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2017/PP/M.IXB Tahun 2018"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-114963.19/2017/PP/M.IXB Tahun 2018

Jenis Pajak : Bea Masuk

Tahun Pajak : 2017

Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan, terbukti yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah penetapan pembebanan tarif PPN atas impor Frozen Shrimp, Negara asal Indonesia, yang diberitahukan oleh Pemohon Banding dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) Nomor: 000XX0 tanggal 14 April 2017 dengan pembebanan tarif PPN 10% (Bebas 100%), dan ditetapkan oleh Terbanding menjadi PPN 10%

(Bayar 100%), sehingga Pemohon Banding diharuskan membayar kekurangan pembayaran berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp 457.579.000 yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(2)

Menurut Terbanding : bahwa sesuai Keputusan Keberatan Nomor: KEP-148/WBC.15/2017 tanggal 07 Juni 2017, Terbanding pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai:

a. Pasal 1 ayat (1):

Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi : ...,(b) barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran peraturan Pemerintah ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemenntah ini;

b. Pasal 3 ayat (2):

Pemberian fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas impor dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, tanpa menggunakan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai.

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk:

a. Pasal 2 ayat (1):

Atas impor Barapg Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk tetap dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;

b. Pasal 2 ayat (2):

Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), atas impor sebagian Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;

c. Pasal 2 ayat (3):

Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah: (o) barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor;

d. Pasal 2 ayat (3a):

Fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat diberikan terhadap Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf o, sepanjang pada saat ekspor Barang Kena Pajak dimaksud dinyatakan akan diimpor kembali.

bahwa pada Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang diajukan melalui KPPBC Tipe Madya Pabean B Makassar dan mendapatkan nomor pendaftaran 010038 tanggal 16 September 2016, jenis ekspor diberitahukan sebagai ekspor biasa dan tidak dicantumkan bahwa barang tersebut akan diimpor kembali;

bahwa Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar melalui surat Nomor S1585/WPJ.15/KP.06/2016 tanggal 26 Februari 2016 menegaskan bahwa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dan Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah peraturan pemerintah yang mengatur mengenai ketentuan impor barang yang bersifat strategis dan tidak mengatur kegiatan re-impor sehingga sepanjang kegiatan yang dimaksudkan oleh Wajib Pajak tidak sesuai dengan Pasal 2 huruf 3a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena Pajak yang Dibebaskan dan Pungutan Bea Masuk, maka atas kegiatan tersebut merupakan obyek pajak pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 106/PMK.04/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai atas Impor Kembali Barang yang Telah Diekspor, Pasal 2 ayat (1): Atas pemasukan barang-barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf a diberikan pembebasan bea masuk dan/atau cukai;

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain, Pasal 3 ayat (1): Dikecualikan dari pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22: ..., d. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, terhadap re-impor Pemohon Banding ditetapkan ke dalam Pos Tarif 0306.17.11, BM 5% (bebas 100%), PPN 10% (bayar 100%), dan PPh 2,5% (bebas 100%).

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-114963.19/2017/PP/M.IXB Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(3)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(4)

Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan penetapan Terbanding dalam Keputusan Nomor: KEP-148/WBC.15/2017 tanggal 07 Juni 2017, dan dalam Penjelasan Tertulis dengan Surat Nomor: P02/PP/WPB.148/III/2018 tanggal 01 Maret 2018 pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengenai Peraturan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor:

142/PMK.010/2015 Perubahan Keempat Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk. Pasal 2 ayat (3) "Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah: o.

barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor" yang artinya "Impor kembali" (Re-impor) barang yang telah diekspor adalah pemasukan kembali ke dalam daerah pabean atas barang yang sebelumnya diekspor: “Dalam kualitas yang sama" adalah barang yang tidak mengalami proses pengerjaan atau penyempurnaan apapun, seperti barang yang dibawa oleh penumpang ke luar negeri, awak sarana pengangkut, pelintas batas, barang Keperluan pameran, pertunjukan, perlombaan, barang ekspor yang ditolak di luar negeri atau yang karena sesuatu hal diimpor kembali.

Pasal 2 Ayat (1) Atas impor Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk tetap dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

(3a) Fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat diberikan terhadap Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf o, sepanjang pada saat ekspor Barang Kena Pajak dimaksud dinyatakan akan diimpor kembali.

Penjelasannya artinya ini ada fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah bagi barang kena pajak yang nyata-nyata bahwa barang ekspor ini akan diimpor kembali dan pada saat ekspor diberitahukan dengan permohonan kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bahwa barang ekspor ini akan diimpor kembali (ekspor sementara) dan akan dilakukan pemeriksaan pisik barang pada saat barang akan keluar daerah pabean.

Jadi PMK 142 ini adalah perlakuan Pajak untuk barang impor yang dibebaskan bea masuk. Untuk pembebasan bea masuk barang impor kembali Pemohon Banding mengacu kepada PMK Nomor 106/PMK.04/2007 tentang Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai atas Impor Kembali Barang yang Telah Diekspor dan Perlakuan PPN barang impor pada PMK Pasal 142 pasal 2 ayat (1), berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Berifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tanggal 2 November 2015 (yang merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 16B UU Nomor 42 Tahun 2009 tersebut diatas), mengatur antara lain:

Pasal 1 ayat (1) huruf b, "Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini".

Pasal 3 ayat (2), menyebutkan bahwa Pemberian fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas impor dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, ... , tanpa menggunakan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai.

3. Berdasarkan uraian dan alasan tersebut di atas, atas barang yang diimpor oleh Pemohon Banding dalam PIB 000XX0 diklasifikasikan dalam pos tarif 0306.17.11 tidak termasuk jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai (tidak termasuk barang Bukan Barang Kena Pajak) namun termasuk barang yang bersifat strategis yang dibebaskan dan Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-114963.19/2017/PP/M.IXB Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(5)

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(6)

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penetapan Terbanding sesuai Keputusan Terbanding Nomor: KEP-148/WBC.15/2017 tanggal 07 Juni 2017 dimana atas importasi Pemohon Banding dengan PIB Nomor: 000XX0 tanggal 14 April 2017, jenis barang Frozen Shrimp, ditetapkan oleh Terbanding dikenakan pembebanan tarif PPN 10% (Bayar 100%), sehingga Pemohon Banding diharuskan membayar kekurangan pembayaran berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp 457.579.000;

bahwa menurut Terbanding, terhadap re-impor Pemohon Banding ditetapkan ke dalam pos tarif 0306.17.1090, BM 5% (Bebas 100%), PPN 10% (Bayar 100%), PPh Pasal 22 2,5% (Bebas 100%) dengan alasan sebagai berikut:

1. bahwa pada Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang diajukan melalui KPPBC Tipe Madya Pabean Tanjung Perak dan mendapatkan nomor pendaftaran 010038 tanggal 16 September 2016, jenis ekspor diberitahukan sebagai ekspor biasa dan tidak dicantumkan bahwa barang tersebut akan diimpor kembali;

2. bahwa Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar melalui surat Nomor S-1585/WPJ.15/KP.06/2016 tanggal 26 Februari 2016 menegaskan bahwa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah peraturan pemerintah yang mengatur mengenai ketentuan impor barang yang bersifat strategis dan tidak mengatur kegiatan re-impor, sehingga sepanjang kegiatan yang dimaksudkan oleh Wajib Pajak tidak sesuai dengan Pasal 2 huruf 3a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 142/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk, maka atas kegiatan tersebut merupakan obyek pajak pemungutan Pajak Pertambahan. Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan penetapan Terbanding dalam keputusan keberatan Nomor: KEP-148/WBC.15/2017 tanggal 07 Juni 2017 dan pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. bahwa atas barang yang diimpor oleh Pemohon Banding dengan PIB 000XX0 berupa Frozen Shrimp yang diklasifikasikan dalam pos tarif 0306.17.11 tidak termasuk jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai (tidak termasuk barang Bukan Barang Kena Pajak) namun termasuk barang yang bersifat strategis yang dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2001 tentang impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah diubah terakhir dengan perubahan keempat, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2007, Putusan Mahkamah Agung Nomor 70P/HUM/2013 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 Tentang Impor Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

2. bahwa dengan demikian PIB 000XX0 sejumlah 3.050 karton dengan uraian barang Frozen Shrimp yang diklasifikasikan ke dalam pos tarif 0306.17.11 dengan pembebanan tarif BM 5% (Bebas 100%), PPN 10% (Bebas 100%), PPh Pasal 22 2,5% (Bebas 100%) (tanpa pungutan bea masuk dan PDRI);

bahwa berdasarkan data-data dan pengakuan para pihak yang disampaikan pada persidangan disampaikan hal-hal sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding melakukan ekspor dengan PEB Nomor: 0X00XX tanggal 16 September 2016, jenis barang Frozen Shrimp sebanyak 3.050 Cases, nama penerima: QWE, Inc., New York, USA;

bahwa berdasarkan surat keterangan dari QWE, Inc., barang berupa Frozen Shrimp dengan Invoice Nomor: 2927/WPB/IX/16, sebanyak 3.050 Cases, dikembalikan dengan alasan barang yang dikirim berbeda spesifikasinya dengan perjanjian;

bahwa Pemohon Banding mengajukan permohonan re-impor dengan surat nomor: 117/IMP/WPB/III/17 tanggal 08 Maret 2017 perihal Permohonan Re- impor atas Cargo Komoditi Udang;

bahwa Pemohon Banding mendapatkan persetujuan re-impor berdasarkan surat Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Makassar Nomor: S-293/WBC.15/KPP.MP.01/2017 tanggal 30 Maret 2017 perihal Persetujuan Reimpor;

bahwa Pemohon Banding melakukan reimpor dengan PIB Nomor: 000XX0 tanggal 14 April 2017, jenis barang berupa Frozen Shrimp (3 jenis barang sesuai lembar lanjutan PIB) sebanyak 3.050 Cases;

bahwa ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai mengatur antara lain sebagai berikut:

Pasal 1 ayat (1) huruf b, antara lain menjelaskan:

Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;

Pasal 1 ayat (2) huruf b, antara lain menjelaskan:

Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;

Pasal 3 ayat (2)

Pemberian fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas impor dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h dan huruf i serta Pasal 1 ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h,hurufi, huruf j dan huruf k, tanpa mengggunakan Surat Keterangan bebas Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 a quo, komoditi udang dalam kondisi segar, hidup ataupun dingin, beku, dengan atau tanpa kepala, adalah termasuk barang hasil kelautan dan perikanan yang bersifat strategis yang atas impor dan/atau penyerahannya dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai;

bahwa pada saat ekspor komoditi udang, Pemohon Banding memberitahukan dengan Pemberitahuan Ekspor Barang Nomor: 0X00XX tanggal 16 September 2016 dan pada saat reimpornya, Pemohon Banding memberitahukan dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) Nomor:

000XX0 tanggal 14 April 2017;

bahwa Surat dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar Nomor:

S-1383/WPJ.15/KP.06/2016 tanggal 12 Februari 2016 antara lain menyatakan bahwa komoditi udang termasuk barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan sehingga atas impornya dibebaskan dari pengenaan PPN tanpa menggunakan Surat Keterangan Bebas PPN;

bahwa Surat dari Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Nomor:

S-530/PJ.02/2016 tanggal 23 Juni 2016 antara lain menyatakan bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 9 dan Pasal 4 ayat (1) huruf b Undang-undang PPN, atas kegiatan impor kembali Barang Kena Pajak terutang PPN, namun mengingat impor kembali yang dilakukan oleh PT RTY merupakan impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis, maka atas impor tersebut dibebaskan dari pengenaan PPN;

bahwa Surat dari Direktorat Teknis Kepabeanan Nomor: S-717/BC.02/2017 tanggal 03 Agustus 2017 antara lain menyatakan bahwa barang PT RTY merupakan barang strategis yang dapat dibebaskan dari pengenaan PPN dengan catatan PT RTY tidak mendapatkan pengembalian atau pengkreditan PPN ketika ekspornya;

bahwa atas barang impor dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) Nomor:

000XX0 tanggal 28 November 2016, Majelis berpendapat bahwa jenis barang adalah Frozen Shrimp (udang dalam keadaan beku) dan merupakan barang reimpor karena negara asal barang adalah Indonesia;

bahwa berdasarkan uraian di atas, Majelis berpendapat barang reimpor Frozen Shrimp, Negara asal Indonesia, memenuhi kriteria sebagai Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2015 tentang Impor dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-114963.19/2017/PP/M.IXB Tahun 2018

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

(7)

Menimbang : bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, Majelis berpendapat barang reimpor berupa Frozen Shrimp yang diberitahukan Pemohon Banding dalam Pemberitahuan Impor Barang (PIB) Nomor:

000XX0 tanggal 14 April 2017 dikenakan pembebanan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tarif 10% (Bebas 100%), oleh karenanya Majelis berkesimpulan mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding dengan membatalkan Keputusan Nomor: KEP-148/WBC.15/2017 tanggal 07 Juni 2017, sehingga tagihan PPN-nya adalah nihil;

Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, Undang- undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait;

Memutuskan : Mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: KEP-148/WBC.15/2017 tanggal 07 Juni 2017 tentang Penetapan atas Keberatan Pemohon Banding terhadap SPTNP Nomor: 000070/NTL/WBC.15/ KPP.01/2017 tanggal 15 April 2017, atas nama: PT RTY, Ndan menetapkan atas barang reimpor berupa Frozen Shrimp yang diberitahukan dalam PIB Nomor: 000XX0 tanggal 14 April 2017, dikenakan pembebanan tarif PPN 10% (Bebas 100%), sehingga Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang masih harus dibayar nihil;

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan Musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan yang dicukupkan pada hari Kamis tanggal 22 Maret 2018 oleh Hakim Majelis IXB Pengadilan Pajak, dengan susunan Majelis sebagai berikut:

Drs. ABC, M.M., M.H.

Drs. DEF, M.M.

Ir. GHI, M.Eng.

dengan dibantu oleh JKL, S.E.

sebagai Hakim Ketua, sebagai Hakim Anggota, sebagai Hakim Anggota, sebagai Panitera Pengganti,

Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua pada hari Jumat tanggal 31 Agustus 2018, dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, dan Pemohon Banding, dan tidak dihadiri oleh Terbanding;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2022

Referensi

Dokumen terkait

Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan, terbukti yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah penetapan klasifikasi atas barang impor One Lot of Excavator Parts,

bahwa berdasarkan uraian di atas, Hakim Dissenting berpendapat bahwa barang impor Men Shoes (pos 1- 5 dan 20-30 sesuai dengan lembar lanjutan PIB) adalah “Plastic Footwears”

bahwa Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya Makassar melalui surat Nomor S1585/WPJ.15/KP.06/2016 tanggal 26 Februari 2016 menegaskan bahwa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

Pokok Sengketa : Bahwa dalam pemeriksaan, terbukti yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah penetapan klasifikasi atas barang impor One Lot of Excavator Parts,

Menurut Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah penetapan Terbanding sesuai keputusan keberatan Nomor: KEP-5099/KPU.01/2017 tanggal 4 Agustus 2017, tentang Penetapan

bahwa menurut pendapat Majelis, Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang a quo merupakan pengungkapan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT sesuai dengan keadaan

bahwa ternyata bukti-bukti tersebut (termasuk yang asli) oleh Terbanding belum dikembalikan kepada Pemohon Banding, dan Majelis meminta kepada Terbanding untuk memberikan

bahwa dengan melaporkan transaksi Penyerahan Dalam Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung Masa Pajak Mei 2016 sebesar Rp1.987.955.818,00 berarti Penggugat membuat Faktur Pajak