• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA KUALITAS

SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI

TOTAL QUALITY MANAGEMENT PADA

DIVISI TEMPA & COR PT. X (PERSERO) BANDUNG

Leni Susanti

STIE STAN – Indonesia Mandiri

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Total Quality Management (TQM) pada Divisi Tempa & Cor pada suatu perusahaan publik (PT. X) di Bandung, dengan mengkaji perbedaan antara sebelum dan sesudah implementasi biaya kualitas TQM. Teknik analisis yang digunakan adalah t-test related-sample. Sampel yang diambil adalah data biaya kualitas 5 tahun sebelum implementasi TQM dan 5 tahun biaya kualitas sesudah implementasi TQM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: implementasi TQM yang dilaksanakan pada Divisi Tempa & Cor sudah memadai. Biaya kualitas yang terjadi pada Divisi Tempa & Cor dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori biaya yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan. Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan metode uji hipotesis diperoleh nilai hitung sebesar 2,413, jika dibandingkan dengan nilai t-tabel sebesar 2,132, maka t-hitung > t-t-tabel sehingga kesimpulannya H0

ditolak. Ini berarti bahwa hipotesis bahwa biaya kualitas sebelum implementasi TQM lebih besar dari biaya kualitas sesudah implementasi TQM.

Kata kunci : total quality management, biaya kualitas, implementasi, t-test related-sample.

I. PENDAHULUAN

Dewasa ini globalisasi telah menjangkau berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibatnya persaingan pun semakin tajam. Dunia bisnis sebagai salah satu bagiannya juga mengalami hal yang sama. Organisasi/perusahaan yang dulu bersaing hanya pada tingkat lokal, regional atau nasional kini harus pula bersaing dengan perusahaan-perusahaan dari seluruh penjuru dunia (Sularso dan Murdijanto, 2004:72)

(2)

Globalisasi merupakan tantangan namun sekaligus memberikan peluang pada mereka untuk tumbuh dan berkembang sehingga memiliki daya saing yang makin kuat. Perusahaan perlu membuat perencanaan untuk kelangsungan hidupnya di arena persaingan global karena tidak ada tempat bagi perusahaan untuk bersembunyi dari pesaing-pesaingnya (Ellitan dan Anatan, 2007:2). Persaingan global ini memberikan banyak pilihan kepada konsumen, dimana mereka semakin sadar biaya (cost conscious) dan sadar nilai (value conscious) dalam meminta produk dan jasa yang berkualitas tinggi (Blocher et al., 2000:204). Untuk dapat bertahan dan berhasil dalam lingkungan seperti itu, perusahaan harus menciptakan value bagi konsumen dalam bentuk produk dan jasa serta pelayanan yang berkualitas, sehingga perusahaan juga memperoleh value.

Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap manusia, proses dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan mengimplementasikan TQM. Thompson dan Strickland dalam Sri Hadiati (2007:145) menyatakan bahwa untuk menjamin kemampuan suatu industri bertahan dalam era global ini, maka penerapan TQM bukan lagi merupakan suatu pilihan, tetapi suatu keharusan.

TQM merupakan paradigma baru dalam menjalankan bisnis yang berupaya memaksimumkan daya saing organisasi melalui: fokus pada kepuasan konsumen, keterlibatan seluruh karyawan, dan perbaikan secara berkesinambungan atas kualitas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi (Krajewski et al., dalam Setiawan, 2006:2).

Faktor yang sangat penting untuk keberhasilan TQM adalah adanya ukuran yang benar-benar mencerminkan kebutuhan dan harapan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sistem pengukuran yang baik untuk TQM juga harus membuat semua karyawan mengetahui perkembangan yang telah dicapai menuju kualitas total dan perbaikan lain yang dibutuhkan (Blocher et al., 2000:215). Salah satu sistem pengukuran kinerja kualitas yang sering digunakan adalah dengan mengukur biaya kualitas. Ross (1994) dalam Tjiptono dan Diana (2003:41) menyatakan bahwa salah satu manfaat dari informasi biaya kualitas adalah untuk dijadikan ukuran kinerja yang objektif.

(3)

Dalam paradigma lama, dikatakan bahwa kualitas itu mahal, hal ini dikarenakan paradigma tersebut beranggapan bahwa kesalahan tidak dapat dihindari dan oleh karena itu sangatlah mahal biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki semua defect. Sebaliknya TQM berpendapat bahwa zero defect seharusnya menjadi sasaran perusahaan, quality is free, tidak berdampak pada peningkatan biaya kualitas bahkan akan menghemat biaya tersebut (Tjiptono dan Diana, 2003:44-45; Dorothea (2003:29). Blocher et al., (2000:225) memberikan contoh mengenai kekeliruan paradigma lama tersebut. Berdasarkan kajiannya terhadap sebuah perusahaan pemanufakturan kecil, Blocher et al., mendemonstrasikan penurunan biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal dan biaya kualitas total semua menurun.

Untuk kasus Indonesia, salah satu perusahaan di Indonesia yang telah mengimplementasikan TQM adalah PT. X yang dimulai tahun 1993. Berbagai motivasi cukup mendorong agar PT. X mengimplementasikan TQM, diantaranya adalah mutu, produktivitas dan efisiensi, serta tantangan di masa yang akan datang.

Berdasarkan uraian diatas yang menyatakan masih adanya perbedaan pandangan terhadap biaya kualitas, maka melihat perbedaan mengenai biaya kualitas antara sebelum dan sesudah implementasi TQM menjadi penting.

II. REVIEW LITERATUR DAN HIPOTESIS

TQM merupakan paradigma baru dalam menjalankan bisnis yang berupaya memaksimumkan daya saing organisasi melalui: fokus pada kepuasan konsumen, keterlibatan seluruh karyawan, dan perbaikan secara berkesinambungan atas kualitas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi (Krajewski et al., dalam Setiawan, 2006:2).

Menurut Tjiptono dan Diana (2003:10) dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana yakni bahwa cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.

(4)

Menurut Feigenbaum dalam Nasution (2001:72), tujuan pencapaian TQM adalah (1) meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas perusahaan; (2) untuk memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen; (3) untuk meningkatkan kerjasama dan semangat kerja karyawan; dan (4) untuk meningkatkan dan menjaga citra perusahaan.

Dalam melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus dan pencegahan kerusakan produksi, diperlukan biaya kualitas. Biaya kualitas yang makin menurun merupakan salah satu indikasi kualitas barang atau jasa makin baik, yang dapat memberi kepuasan kepada pelanggan (Nasution, 2005:172)

Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk (Tjiptono dan Diana, 2003:34). Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu (1) biaya pencegahan (prevention cost); (2) biaya deteksi/penilaian (detection/appraisal cost); (3) biaya kegagalan internal (internal failure cost); dan (4) biaya kegagalan eksternal (eksternal failure cost).

Claude dan Sanjay (2001) dalam Hatane (2008), mengemukakan bahwa setiap dana yang dikeluarkan untuk prevention costs akan kembali beberapa kali lipat melalui penurunan failure costs. Dana yang dikeluarkan untuk corrective action (prevention and appraisal costs) umumnya merupakan biaya utama bagi perusahaan yang berusaha mengurangi masalah-masalah yang timbul karena kualitas, karena semakin lama masalah kualitas tidak dapat diselesaikan, semakin besar failure costs yang harus ditanggung perusahaan. Namun, keuntungan yang diperoleh dari aktivitas pencegahan tersebut (prevention activities) tidak dapat langsung dirasakan dan diukur.

Dalam cost of quality management, manajemen perusahaan harus dapat mengontrol besarnya costs yang harus dikeluarkan untuk setiap kategeri cost of quality. Shank dan Govindarajan (1994) dalam Hatane (2008) mengindikasikan bahwa ketika perusahaan menghabiskan dana yang cukup besar untuk kegiatan failure (internal and external failure costs), total quality costs berkisar 25% dari total penjualan. Sebaliknya, ketika perusahaan menghabiskan sebagian besar dananya untuk kegiatan prevention, total quality costs berada dalam kisaran 5% dari total penjualan.

Selain itu hasil studi Pike dan Barnes (1994) pada European Materials Group menunjukkan bahwa setelah diimplementasikannya TQM dalam lima tahun jumlah

(5)

keluhan berkurang 45%, returns dan allowance berkurang 40%, scrap menurun 35%, tingkat ketidakhadiran menurun 25% dan biaya kualitas berkurang 25%. Hasil studi kasus yang dilakukan oleh Pheng dan Theo (2004) pada Perusahaan Konstruksi di Singapura menunjukkan bahwa setelah diimplementasikannya TQM, Perusahaan Konstruksi tersebut mengalami pengurangan biaya kualitas.

Supriyono (2007) mengungkapkan bahwa sebelum penerapan TQM, biasanya biaya dan produk yang tidak memenuhi persyaratan konsumen jumlahnya relatif tinggi. Namun setelah penerapan TQM, biaya mutu dan produk serta pelayanan yang tidak memenuhi persyaratan konsumen diharapkan jumlahnya relatif semakin kecil, bahkan dicita-citakan sebesar nol. Oleh karena itu, timbul istilah quality is free. Bebas dari kerusakan, bebas dari kesalahan, bebas biaya (dalam arti biaya menjadi relatif sangat kecil), bebas ketidaktepatan waktu.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, maka dapat diajukan hipotesis nol: Biaya kualitas sebelum implementasi TQM lebih kecil atau sama dengan biaya kualitas sesudah implementasi TQM.

III. METODE DAN PROSEDUR

Dalam penelitian ini metode penelitian yang akan digunakan adalah studi komparatif. Sampel adalah data biaya kualitas 5 tahun sebelum implementasi TQM yaitu biaya kualitas tahun 1988, 1989, 1990, 1991,dan 1992 dan 5 tahun biaya kualitas sesudah implementasi TQM yaitu1994, 1995, 1996, 1997, dan 1998. Teknik analisis yang digunakan adalah uji beda rata-rata, yang membandingkan biaya rata-rata sebelum dan sesudah implementasi TQM, dengan menggunakan t-test sample related, pada tingkat signifikansi 5%.

Untuk melakukan uji beda rata-rata akan digunakan rumus sebagai berikut: dan

(6)

Dimana:

dan

dan

IV. TEMUAN-TEMUAN

Suatu produk yang berkualitas dapat dicapai apabila semua pihak dalam perusahaan dapat bekerjasama dengan baik untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang dapat merusak kualitas suatu produk yang dihasilkan, baik itu pada saat pemilihan pemasok, proses produksi sampai kepada proses pemasaran produk. Sementara itu seorang manajer memerlukan suatu ukuran kualitas yang dapat membantu mereka memenuhi tujuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Salah satu informasi yang sering digunakan dalam rangka meninjau kualitas yang dihasilkan adalah dengan menghitung biaya kualitas.

Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Biaya kualitas yang terjadi pada Divisi Tempa & Cor PT. X adalah sebagai berikut:

1.

Biaya Pencegahan. Biaya pencegahan merupakan

biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mencegah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.

Biaya Penilaian. Biaya penilaian adalah biaya-biaya yang

terjadi dalam mendeteksi produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Biaya penilaian terdiri dari:

(7)

b.

Upah Lembur Bagian Quality Control

c.

Biaya Perlengkapan dan Peralatan Bagian Quality Control

3.

Biaya Kegagalan. Adalah biaya yang terjadi ketika produk

tidak sesuai dengan spesifikasi.

4.1. Perbandingan Biaya Kualitas Sebelum dan Sesudah Implementasi TQM

Data biaya kualitas sebelum implementasi TQM selama lima tahun dalam tabel berikut:

Tabel 1. Biaya Kualitas 1988-1992 (Dalam Rp.000)

BIAYA 1988 1989 1990 1991 1992

BIAYA PENCEGAHAN

Gaji dan Tunjangan Bag. Teknik Cor 17,888.45 19,030.26 20,244.96 22,747.15 25,274.61 Gaji dan Tunjangan Bagian PPC 14,055.44 14,952.60 15,907.02 17,873.06 19,858.95 Gaji dan Tunjangan Bagian

Pemeliharaan Mesin 12,777.65 13,593.24 14,460.89 16,248.20 18,053.55

Biaya Research & Depelovement 2,170.57 2,345.26 3,313.64 3,653.73 3,961.05

Biaya Training 6,392.47 6,522.93 6,656.05 6,791.89 6,930.50

Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan

Mesin Produksi 24,049.40 24,793.20 25,560.00 28,252.00 32,549.00

Biaya Peralatan Bagian Teknik Cor 2,751.00 2,836.00 2,924.00 3,014.00 3,108.00

Biaya Peralatan Bagian PPC 3,283.00 3,384.00 3,489.00 3,597.00 3,708.00

Upah Lembur Bagian Teknik Cor 3,807.71 3,885.42 3,964.71 4,045.62 4,128.19

Upah Lembur Bagian Pemeliharaan

Mesin 2,991.82 3,052.88 3,115.18 3,178.76 3,243.63

Upah Lembur Bagian PPC 2,719.83 2,775.34 2,831.98 2,889.77 2,948.75

TOTAL BIAYA PENCEGAHAN 92,887.34 97,171.13 102,467.43 112,291.17 123,764.23 BIAYA PENILAIAN

Gaji dan Tunjangan Bagian Quality

Control 17,569.84 19,522.04 21,934.88 24,372.09 27,080.10

Upah Lembur Bagian Quality Control 3,875.77 3,995.64 4,119.21 4,246.61 4,377.95 Biaya Peralatan Bagian Quality

Control 2,635.48 3,123.53 4,531.13 4,671.27 4,815.74

TOTAL BIAYA PENILAIAN 24,081.09 26,641.21 30,585.22 33,289.97 36,273.79 BIAYA KEGAGALAN

Afkir 55,475.65 38,701.02 26,998.68 18,834.87 13,139.62

Pengerjaan Ulang 184,919.27 135,219.58 98,877.39 72,302.68 52,870.31

(8)

TOTAL BIAYA KUALITAS 357,363.35 297,732.94 258,928.72 236,718.69 226,047.94

(Sumber : Bagian Keuangan Divisi Tempa & Cor PT. X )

Tabel berikut menyajikan data biaya kualitas sesudah implementasi TQM: Tabel 2. Biaya Kualitas 1994-1998

(Dalam Rp.000)

BIAYA 1994 1995 1996 1997 1998

BIAYA PENCEGAHAN Gaji dan Tunjangan Bagian

Teknik Cor 30,873.50 32,603.00 36,162.50 36,162.50 39,917.50 Gaji dan Tunjangan Bagian

PPC 24,471.80 25,832.50 28,627.50 28,627.50 32,006.50

Gaji dan Tunjangan

Bag.Pemlhraan Mesin 22,348.00 23,575.00 26,116.00 26,116.00 29,369.90 Biaya Research &

Depelovement 4,300.00 6,075.50 6,641.00 7,199.60 7,233.50 Biaya Training 11,132.50 12,189.50 12,273.00 13,257.00 13,390.70 Biaya Perbaikan dan

Pemeliharaan Mesin Produksi 30,210.00 30,779.00 28,185.50 28,589.00 25,623.50 Biaya Peralatan Bagian

Teknik Cor 3,974.20 2,998.35 1,230.70 1,227.50 1,090.50

Biaya Peralatan Bagian PPC 4,873.80 2,997.65 1,050.80 1,172.75 973.55 Upah Lembur Bagian Teknik

Cor 3,940.50 2,962.50 2,108.00 1,996.00 1,556.08

Upah Lembur Bagian

Pemeliharaan Mesin 3,642.50 2,660.50 1,687.00 2,755.04 1,724.80 Upah Lembur Bagian PPC 2,994.00 2,811.50 1,840.50 1,866.50 1,881.60

TOTAL BIAYA

PENCEGAHAN 142,760.80 145,485.00 145,922.50 148,969.39 154,768.13 BIAYA PENILAIAN

Gaji dan Tunjangan Bagian

Quality Control 33,007.00 35,862.50 42,673.40 42,673.40 46,554.50 Upah Lembur Bagian Quality

Control 4,135.00 4,995.70 4,220.75 3,266.50 2,450.30

Biaya Peralatan Bagian

Quality Control 4,816.00 4,773.50 3,885.70 4,459.05 3,775.25 TOTAL BIAYA PENILAIAN 41,958.00 45,631.70 50,779.85 50,398.95 52,780.05 BIAYA KEGAGALAN

Afkir 7,639.98 5,853.42 4,515.83 2,854.56 1,130.74

Pengerjaan Ulang 29,350.06 24,276.64 18,354.79 14,881.17 9,547.47 TOTAL BIAYA

KEGAGALAN 36,990.04 30,130.06 22,870.62 17,735.73 10,678.21 TOTAL BIAYA KUALITAS 221,708.84 221,246.76 219,572.97 217,104.07 218,226.39

(9)

(Sumber: Bagian Keuangan Divisi Tempa & Cor PT. X )

Dari informasi data biaya kualitas yang disajikan dalam tabel 1 dan tabel 2 penulis dapat membandingkan total biaya kualitas sebelum dan sesudah implementasi TQM, dan perbandingan biaya tersebut disajikan dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Perbandingan Biaya Kualitas Sebelum dan Sesudah Implementasi TQM (Dalam Rp.000) Keteranga n Sebelum Implementasi TQM Jumlah % 1988 1989 1990 1991 1992 Biaya Pencegahan 92,887.34 97,171.13 102,467.43 112,291.17 123,764.23 528,581.30 38.39% Biaya Penilaian 24,081.09 26,641.21 30,585.22 33,289.97 36,273.79 150,871.28 10.96% Biaya Kegagalan 240,394.92 173,920.60 125,876.07 91,137.55 66,009.92 697,339.06 50.65% Total Biaya Kualitas 357,363.35 297,732.94 258,928.72 236,718.69 226,047.94 1,376,791.64 100.00% Keteranga n Sesudah Implementasi TQM Jumlah % 1994 1995 1996 1997 1998 Biaya Pencegahan 142,760.80 145,485.00 145,922.50 148,969.39 154,768.13 737,905.82 67.21% Biaya Penilaian 41,958.00 45,631.70 50,779.85 50,398.95 52,780.05 241,548.55 22.00% Biaya Kegagalan 36,990.04 30,130.06 22,870.62 17,735.73 10,678.21 118,404.66 10.79% Total Biaya Kualitas 221,708.84 221,246.76 219,572.97 217,104.07 218,226.39 1,097,859.03 100.00% Dari tabel diatas terlihat bahwa sebelum implementasi TQM distribusi proporsi biaya kualitas yang terbesar adalah biaya kegagalan dengan persentase dari total biaya kualitas sebesar 50,65%, dan proporsi terbesar kedua adalah pada biaya pencegahan sebesar 38,39% dan proporsi biaya penilaian sebesar 10,96%. Angka persentase tersebut menunjukkan bahwa sebelum diimplementasikannya TQM biaya yang dikeluarkan untuk produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi sangat besar dan menjadi biaya terbesar jika dibandingkan dengan elemen biaya kualitas lainnya.

Sedangkan setelah implementasi TQM distribusi proporsi masing-masing elemen biaya kualitas berbeda dibandingkan dengan sebelum diimplementasikannya TQM dimana proporsi terbesar terjadi pada biaya pencegahan dengan persentase 67,21% dari total biaya kualitas, kemudian proporsi biaya penilaian sebesar 22,00% dan

(10)

proporsi biaya kegagalan sebesar 10,79%. Dari informasi biaya tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan proporsi biaya pencegahan dibandingkan sebelum implementasi TQM dari 38,39% menjadi 67,21%, hal ini menunjukkan bahwa dengan diimplementasikannya TQM perusahaan lebih banyak mengeluarkan biaya pencegahan untuk mencegah terjadinya produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Biaya penilaian setelah diimplementasikannya TQM menjadi lebih besar dibandingkan dengan sebelum implementasi dari 10,96% menjadi 22,00%, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan juga lebih banyak mengeluarkan biaya untuk menilai atau mendeteksi produk yang dihasilkan sesuai atau tidak dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Selain itu, setelah diimplementasikannya TQM terjadi penurunan proporsi biaya kegagalan dimana sebelum implementasi TQM proporsi biaya kegagalan ini sebesar 50,65% setelah diimplementasikannya TQM proporsinya turun menjadi 10,79%, hal ini mengindikasikan terjadi penurunan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Dan secara keseluruhan jumlah biaya kualitas sebelum implementasi TQM lebih besar dibandingkan dengan biaya kualitas sesudah implementasi TQM.

4.2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka berikut ini akan diuraikan rangkaian proses pengujian hipotesis:

Uji beda rata-rata. Tabel 4 merupakan perhitungan dari uji beda rata-rata dan tabel 5

dan 6 merupakan alat bantu penghitungan simpangan baku dan varians. Tabel 4. Perhitungan Uji Beda Rata-rata

No 1 357,363.35 221,708.84 2 297,732.94 221,246.76 3 258,928.72 219,572.97 4 236,718.69 217,104.07 5 226,047.94 218,226.39 Σ 1,376,791.64 1,097,859.03 n 5 5 275,358.33 219,571.81

(11)

Tabel 5. Perhitungan Simpangan Baku No 1 357,363.34 221,708.84 6,724,823,633.22 4,566,914.317 53,432.0009 5 1,953.98642 2 297,732.94 221,246.76 500,623,262.15 2,805,470.902 3 258,928.73 219,572.96 269,932,019.03 1.3548966 4 236,718.69 217,104.06 1,493,021,624.77 6,089,720.966 5 226,047.94 218,226.39 2,431,514,364.71 1,801,144,213 Σ 1,376,791.64 1,097,859.02 11,419,914,903.89 15,272,251.75 n 5 5 275,358.33 219,571.81

Tabel 6. Perhitungan Varians

No 1 357,363.34 221,708.84 6,724,823,633.22 4,566,914.317 2,854,978,7 25.97 3,818, 062.94 2 297,732.94 221,246.76 500,623,262.15 2,805,470.902 3 258,928.73 219,572.96 269,932,019.03 1.3548966 4 236,718.69 217,104.06 1,493,021,624.77 6,089,720.966 5 226,047.94 218,226.39 2,431,514,364.71 1,801,144,213 Σ 1,376,791.64 1,097,859.0 2 11,419,914,903.89 15,272,251.75 n 5 5 275,358.33 219,571.81

Tabel 7. Perhitungan Koefisien Korelasi

No 1 357,363.34 221,708.84 79,230,613,787.01 127,708,563,923.222 49,154,809,734.1456 2 297,732.94 221,246.76 65,872,448,320.27 88,644,903,561.044 48,950,128,810.4976 3 258,928.73 219,572.96 56,853,748,068.70 67,044,082,040.838 48,212,289,154.6209 4 236,718.69 217,104.06 51,392,591,044.07 56,035,738,195.316 47,134,177,210.5649 5 226,047.94 218,226.39 49,329,625,913.14 51.097.671.178,244 47,622,757,292.4321 Σ 1,376,791.64 1,097,859.02 302,679,027,133.19 390,530,958,898.66 241,074,162,202.26

(12)

= 0.8965

Dari hasil perhitungan sebelumnya maka dihitung besarnya nilai t hitung sebagai berikut:

= 2,413

Jadi nilai dari t-hitung = 2,413

Menentukan derajat kebebasan (dk). Untuk menentukan derajat kebebasan (dk)

maka terlebih dahulu harus diketahui apakah variansnya homogen atau tidak. Oleh karena itu dilakukan uji homogenitas varians dengan uji F.

Nilai F hitung tersebut dibandingkan dengan F tabel dengan dk pembilang (5-1=4) dan dk penyebut (5-1=4). Berdasarkan dk tersebut dan harga F tabel untuk kesalahan 5% F tabel=6,39 dan untuk taraf kesalahan 1% maka F tabel=15,98. Karena F hitung > F tabel baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1 % maka artinya bahwa varians tidak homogen. Oleh karena itu derajat kebebasan untuk mencari t-tabel adalah dk=n1-1 atau

n2-1sehingga nilai dk:

dk = n1-1 atau n2-1

= 5-1 = 4

(13)

Untuk menentukan t-tabel adalah dengan pengujian pihak kanan, dengan tingkat signifikansi (α) yang digunakan adalah sebesar 5% dengan dk = 4, maka diperoleh nilai dari t-tabel = 2,132.

2. Pengujian hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Untuk menguji hipotesis yang diajukan tersebut apakah diterima atau ditolak, maka nilai hitung dibandingkan dengan nilai tabel. Perbandingan nilai hitung dan t-tabel disajikan dalam t-tabel berikut ini:

Tabel 8. Perbandingan Nilai t-hitung dan t-tabel

t-hitung t-tabel

2,413 2,132

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai t-hitung (2,413) > t-tabel (2,132), dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak pada taraf nyata 5%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis “Biaya kualitas sebelum implementasi TQM lebih besar dari biaya kualitas sesudah implementasi TQM” dapat dikonfirmasikan.

V. IMPLIKASI

Berdasarkan temuan-temuan, sebaiknya, Divisi Tempa & Cor PT. X membagi kategori biaya kegagalan kedalam dua kelompok biaya yaitu biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal sehingga perusahaan bisa menilai seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebelum produk tersebut sampai ke tangan konsumen dan seberapa besar biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan produk tersebut sudah sampai ke tangan konsumen. Sehingga dengan demikian perusahaan bisa menilai apakah produk yang dihasilkannya sudah sesuai dengan spesifikasi atau tidak, dan perusahaan bisa menilai seberapa besar ketidakpuasan konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan karena seperti yang diungkapkan oleh Horngren et al. (2008:295) bahwa salah satu ukuran nonfinansial kepuasan pelanggan adalah dengan mengukur jumlah unit cacat yang dikirimkan ke pelanggan sebagai persentasi total unit yang dikirimkan, sehingga hal ini bisa dijadikan masukan bagi perusahaan untuk

(14)

berproduksi lebih baik lagi agar bisa menghemat biaya dan agar produk yang dihasilkan perusahaan bisa menciptakan kepuasan bagi konsumen.

000

---REFERENSI

Ariani, Dorothea Wahyu. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Ghalia Indonesia.

Blocher, Edward J., Kung H. Chen, dan Thomas W. Lin. 2000. Manajemen Biaya, Ed.1 Alih Bahasa: Susty Ambarriani. Salemba Empat.

Ellitan, Lena., dan Lina Anatan. 2007. Manajemen Operasi dalam Era Baru Manufaktur. Penerbit ALFABETA.

Hadiati, Sri. 2007. Pengaruh Faktor-Faktor Manajemen Mutu Terpadu Terhadap Proses Bisnis Internal dan Keunggulan Bersaing Industri Manufaktur yang Memperoleh Iso 9000 Di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Manajemen. Diakses 18 September 2008.

Hatane, Semuel. 2003. Penerapan TQM Suatu Evaluasi Melalui Karakteristik Kerja. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan ,Vol. 5 No. 1. Diakses 18 September 2008.

Horngren, Chrales T., Srikant M. Datar., dan George Foster. 2008. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial. Ed. 11. INDEKS.

Nasution, M.N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Ed. 2. Ghalia Indonesia. Setiawan, Wicaksono. 2006. Pengaruh Implementasi TQM (TQM) Terhadap Budaya

Kualitas. Thesis. Diakses 18 September 2008, Web Site www.damandiri.or.id Sularso., dan Murdijanto. 2004. Pengaruh Penerapan TQM Terhadap Kualitas

Sumberdaya Manusia. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol.6 No.1. Supriyono. 2007. Manajemen Biaya. BPFE.

Gambar

Tabel 1. Biaya Kualitas 1988-1992 (Dalam Rp.000)
Tabel berikut menyajikan data biaya kualitas sesudah implementasi TQM:
Tabel 3. Perbandingan Biaya Kualitas Sebelum dan Sesudah Implementasi TQM (Dalam Rp.000) Keteranga n Sebelum Implementasi TQM Jumlah % 1988 1989 1990 1991 1992 Biaya  Pencegahan 92,887.34 97,171.13 102,467.43 112,291.17 123,764.23 528,581.30 38.39% Biaya
Tabel 4. Perhitungan Uji Beda Rata-rata
+2

Referensi

Dokumen terkait

(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dan angka 2 pada Pasal ini

Observasi terhadap rasa ingin tahu dan ketelitian peserta didik dalam menggali informasi dan melakukan eksperimen Pengetahuan Penugasan  Menulis laporan ilmiah sebagai hasil

Sesuai dengan sifatnya yang dinamis, kurikulum selalu mengalami perubahan. Salah satunya seperti yang terjadi di Indonesia. Dimana mata pelejaran TIK

USULAN PERBAIKAN PADA PERANCANGAN KNEE ANKLE FOOT ORTHOSIS (KAFO) DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIOMEKANIK (Studi kasus di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Dr.

Mahasiswa diharapkan tidak hanya memiliki penguasaan materi yang baik, namun juga kemampuan untuk menyampaikan materi kepada peserta didik dan pengelolaan kelas yang

Sejalan dengan tidak adanya penyertaan modal masyarakat Desa secara langsung pada BUM Desa, maka juga tidak terdapat pembagian keuntungan, hasil usaha ataupun manfaat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan untuk mengetahui

Nama Paket : Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan Pembangunan Gedung LPP-MPHP Nilai Persyaratan Kualifikasi: Tidak Memenuhi Persyaratan Kualifikasi Site Project : Kecamatan